10 Game dengan Penghasilan dan Angka Penjualan Terbesar Sepanjang Sejarah

Popularitas game datang dan pergi. Biasanya, popularitas sebuah game akan memudar seiring dengan berjalannya waktu. Namun, ada beberapa game yang tetap dapat relevan bertahun-tahun atau bahkan berpuluh-puluh tahun sejak ia diluncurkan. Kali ini, saya akan membahas game-game yang berhasil mencetak rekor di dunia. Dua tolok ukur yang saya gunakan adalah total pendapatan dan total penjualan.

10 Game dengan Pemasukan Terbesar Sepanjang Masa

Daftar ini dibuat menggunakan data dari Video Games Sales Wiki. Angka penjualan dari game disesuaikan dengan tingkat inflasi menggunakan kalkulator inflasi.

1. Space Invaders (1978) – per 2021 – US$34 miliar

Percaya atau tidak, Space Invaders — game yang diluncurkan pada 1978 — memegang gelar game dengan pemasukan terbesar sepanjang masa. Game shooting buatan developer Jepang ini bisa dimainkan di arcade dan juga konsol Atari. Dari penjualan mesin arcade, total pemasukan Space Invaders mencapai US$7,5 miliar pada 1982 atau sekitar US$21,26 miliar pada 2021.

Selain dari penjualan arcade, Space Invaders juga mendapatkan pemasukan dari coin drop. Pada 1983, pemasukan Space Invaders dari coin drop mencapai US$4,4 miliar. Jika Anda menghitung inflasi, angka itu setara dengan US$12,47 miliar pada 2021. Sementara itu, dari konsol Atari, Space Invaders mendapatkan pemasukan sebesar US$151 juta pada 1990, sekitar US$316 juta pada 2021. Jadi, secara total, pemasukan yang didapat oleh Space Invaders adalah US$34 miliar.

2. Pac-Man (1980) – per 2021 – US$27,50 miliar

Peringkat kedua masih diisi oleh game klasik, yaitu Pac-Man, yang diluncurkan pada 1980. Game ini tersedia di arcade dan konsol. Dari penjualan mesin arcade, Pac-Man mendapatkan US$9,34 miliar pada 1982, yang setara dengan US$24,68 miliar. Masih di tahun 1982, Pac-Man mendapatkan US$319,2 juta (sekitar US$905 juta pada 2021) dari penjualan game untuk konsol.

Sementara itu, per 1987, penjualan Pac-Man di PC menyumbangkan US$2 juta (setara dengan US$4,82 juta pada 2021). Nantinya, Pac-Man juga diluncurkan untuk mobile. Dari mobile, Pac-Man mendapatkan US$84 juta per 2012, sekitar US$100 juta jika Anda menghitung inflasi. Jadi, secara total, pemasukan Pac-Man mencapai US$27,5 miliar.

3. Street Fighter II (1991) – per 2017 – US$21,3 miliar

Street Fighter II diluncurkan pertama kali pada 1991 sebagai game arcade. Satu tahun berikutnya, Capcom meluncurkan beberapa versi baru dari Street Fighter II, seperti Street Fighter II: Champion Edition, Street Fighter II Turbo, Super Street Fighter II, dan Super Street Fighter II Turbo. Keempat game itu masih merupakan game arcade. Masih di 1982, Capcom merilis Street Fighter II: The World Warrior untuk Super Nintendo Entertainment System (SNES). Game itu terjual sebanyak 6,3 juta unit.

Pada 1993, Capcom meluncurkan Street Fighter II Turbo untuk SNES dan Street Fighter Special Champion Edition untuk Mega Drive. Setahun kemudian, Super Street Fighter II diluncurkan untuk SNES. Setelah itu, Capcom berhenti untuk meluncurkan Street Fighter II untuk platform apa pun selama 12 tahun. Baru pada 2006, Capcom merilis Street Fighter II untuk PlayStation Portable (PSP) sebagai bagian dari Classics Collection Reloaded. Dua tahun kemudian, pada 2008, Capcom merilis Super Street Fighter II Turbo HD Remix untuk PlayStation 3 dan Xbox 360.

 

Super Street Fighter II Turbo HD Remix. | Sumber: GameSpot

Nintendo meluncurkan Switch pada Maret 2017. Di tahun yang sama, Capcom merilis Ultra Street Fighter II: The Final Challengers untuk konsol Nintendo tersebut. Di tahun yang sama, Capcom juga sempat meluncurkan Super NES Classic Edition untuk SNES. Secara total, pemasukan yang Capcom dapat dari Street Fighter II adalah US$10,61 miliar pada 1991. Dengan inflasi, angka itu naik menjadi US$21,3 miliar.

4. Dungeon Fighter Online (2005) – per 2020 – US$15 miliar

Sejak diluncurkan pada 2005, Dungeon Fighter Online berhasil mendapatkan total pemasukan sebesar US$15 miliar, berdasarkan laporan keuangan Nexon untuk Q1 2020. Game beat-em up 2D action ini sangat populer di Tiongkok. Meskipun begitu, ia tidak terlalu populer di tingkat global. Buktinya, walau game itu tersedia di Steam, jumlah rata-rata dari concurrent players Dungeon Fighter Online di Steam hanya mencapai 450 pemain. Padahal, menurut laporan MMOS, pada puncaknya, jumlah concurrent players di Tiongkok bisa mencapai 3 juta orang.

Meskipun begitu, spending dari para gamers di Tiongkok sudah cukup untuk membuat Dungeon Fighter Online masuk dalam daftar game dengan pemasukan terbesar sepanjang masa. Setiap bulan, game ini juga sering masuk dalam daftar game PC dengan pemasukan terbesar, menurut data dari Superdata Research.

Dungeon Fighter Online sering masuk dalam daftar game dengan pemasukan terbanyak. | Sumber: Superdata Research

5. CrossFire (2007) – per 2019 – US$14,2 miliar

CrossFire merupakan game FPS buatan Smile Gate yang dirilis pada 2008. Pada 2008-2009, pemasukan game itu hanya mencapai US$213 juta atau setara dengan US$250 juta pada 2021. Namun, pada 2010, pemasukan CrossFire meningkat pesat, mencapai US$1,2 miliar. Sejak saat itu, setiap tahun, pendapatan dari CrossFire tidak pernah kurang dari US$1 miliar. Per 2019, total pemasukan yang didapat oleh CrossFire mencapai US$14,2 miliar.

6. World of Warcraft (2004) – per 2017 – US$12,05

Menurut data dari Video Games Sales Wiki, pemasukan World of Warcraft pada 2005 mencapai US$250 juta. Angka ini naik menjadi US$597 juta pada 2006 dan menjadi US$843 juta pada 2007. Pemasukan World of Warcraft menembus US$1 miliar untuk pertama kalinya pada 2008. Sampai 2011, pemasukan World of Warcraft terus ada di atas US$1 miliar.

Namun, pada 2012, pendapatan dari game MMORPG ini mulai turun, menjadi US$901 juta. Angka ini kembali turun pada 2013 — menjadi US$805 juta — dan pada 2014, menjadi US$728 juta. Pada 2015, pemasukan World of Warcraft memang sempat naik, menjadi US$814 juta. Namun, pada 2017, total pemasukan World of Warcraft kembali turun, menjadi US$472 juta. Secara total, jika Anda menghitung inflasi, pemasukan World of Warcraft dalam periode 2005-2017 mencapai US$12, 02 miliar.

7. League of Legends (2009) – per 2020 – US$11,866 miliar

Diluncurkan pada 2009, League of Legends adalah game pertama buatan Riot Games. Selama 10 tahun ke depan, League of Legends menjadi satu-satunya game besutan studio asal Los Angeles tersebut. Fokus Riot untuk mengembangkan game MOBA itu tidak sia-sia. Per 2020, total pemasukan yang Riot Games dapatkan dari League of Legends hampir mencapai US$12 miliar. Jika Anda penasaran bagaimana Riot bisa fokus pada League of Legends selama bertahun-tahun, Anda bisa membacanya di sini.

Pemasukan League of Legends pada 2015-2020. | Sumber: Statista

Pada 2012, pemasukan dari League of Legends mencapai US$200 juta. Perlahan tapi pasti, angka ini terus naik. Dalam satu tahun, pada 2013, pemasukan League of Legends melonjak menjadi US$624 juta. Pada tahun berikutnya, pemasukan game itu kembali naik, menjadi US$964 juta. Dan sejak 2015 sampai 2020, pemasukan League of Legends tidak pernah kurang dari US$1 miliar, menurut data Statista. Pada 2017, pemasukan dari League of Legends bahkan menembus US$2,1 miliar.

8. Honor of Kings (2015) – per 2021 – US$10 miliar

Minggu lalu, pemasukan Honor of Kings mencapai US$10 miliar. Dengan begitu, game MOBA tersebut menjadi mobile game pertama yang mendapatkan pencapaian tersebut. Ironisnya, Honor of Kings hanya membutuhkan waktu 6 tahun untuk bisa mendapatkan US$10 miliar. Padahal, League of Legends — yang menjadi inspirasi dari Honor of Kings — membutuhkan waktu 10 tahun untuk mendapatkan US$10 miliar.

9. Lineage (1998) – per 2019 – US$9,635 miliar

Lineaga dirilis pada September 1998. Per 2019, total pemasukan yang didapat game MMORPG asal Korea Selatan ini mencapai US$9,7 miliar, menjadikannya sebagai salah satu game dengan pemasukan terbesar sepanjang masa. Faktanya, Lineage merupakan salah satu franchise game paling populer di Korea Selatan.

Berkat kesuksesan Lineage, franchise itu menelurkan banyak game lain. Misalnya, pada 2003, Lineage II dirilis. Game itu merupakan prekuel dari Lineage, dengan setting waktu 150 tahun sebelum Lineage. Pada 2017, tiga game Lineage diluncurkan sekaligus, yaitu Lineage 2 Revolution, Lineage 2 M, dan Lineage Red Knights. Ketiganya merupakan mobile game. Lineage 2 M — yang merupakan versi mobile dari Lineage II — diluncurkan pada 2019.

10. Monster Strike (2013) – per 2021 – US$9,3 miliar

Monster Strike menjadi mobile game kedua yang masuk dalam daftar game dengan pemasukan terbesar sepanjang masa. Diluncurkan pada 2013, Monster Strike dengan cepat menjadi populer di Jepang. Per Oktober 2018, total pemasukan dari game itu mencapai US$7,2 miliar. Ketika itu, Monster Strike berhasil menjadi mobile game dengan pemasukan terbesar, menggeser Puzzle & Dragons yang sebelumnya memegang gelar tersebut.

Monster Strike. | Sumber: VentureBeat

Dari daftar di atas, saya mencoba untuk menarik beberapa kesimpulan. Pertama, di era sebelum konsol, penjualan mesin arcade menjadi sumber pemasukan terbesar untuk game. Dan walau tiga peringkat teratas diisi oleh game klasik, hal itu bukan berarti industri game menyusut. Data dari berbagai perusahaan riset menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun, industri game terus berkembang.

Lalu, kenapa tidak ada game modern yang pemasukannya mengalahkan game klasik? Kemungkinan, hal ini terjadi karena banyaknya game yang tersedia di pasar. Jadi, total belanja yang dihabiskan oleh pemain juga terbagi ke jauh lebih banyak game. Sehingga, tidak ada satu game yang berhasil mendapatkan pemasukan yang sangat besar.

Kesimpulan kedua, pemasukan mobile game tidak kalah besar dari pemasukan game-game PC atau konsol. Buktinya, Honor of Kings dan Monster Strike berhasil masuk dalam daftar 10 game dengan penghasilan terbesar sepanjang masa, walau kedua game itu baru diluncurkan pada era 2010-an.

Kesimpulan lain yang bisa ditarik dari kesuksesan Honor of Kings dan Monster Strike adalah jika sebuah game berhasil sukses di pasar game yang besar, maka developer bisa fokus pada satu pasar itu saja. Honor of Kings sangat populer di Tiongkok dan Monster Strike di Jepang. Namun, keduanya tidak terlalu populer di dunia internasional. Meksipun begitu, keduanya tetap dapat meraup penghasilan miliaran dollar. Hal ini bisa terjadi karena Tiongkok merupakan pasar game terbesar, dan Jepang pasar game terbesar ketiga.

Kesimpulan terakhir, 6 dari 10 game dalam daftar di atas merupakan game free-to-play. Hal ini menunjukkan besarnya potensi dari model bisnis ini. Jadi, tidak heran jika sejumlah perusahaan game merombak model bisnis dari franchise lama mereka, seperti Konami yang meluncurkan eFootball sebagai game free-to-play.

Bagi developer game, salah satu daya tarik model bisnis free-to-play game adalah game tetap bisa memberikan pemasukan bertahun-tahun sejak game itu diluncurkan. Sementara jika developer menggunakan model bisnis game premium — jadi Anda cukup membeli game itu sekali dan Anda bisa memainkannya selamanya — mereka hanya punya dua kesempatan untuk mendapatkan pemasukan. Pertama, ketika mereka pertama kali meluncurkan game mereka. Kedua, saat mereka meluncurkan DLC.

10 Game dengan Angka Penjualan Terbesar

Selain total pemasukan, metrik lain untuk mengukur kesuksesan sebuah game adalah menghitung angka penjualan game tersebut. Berikut 10 game dengan angka penjualan tertinggi.

1. Tetris – 500+ juta unit

Menghitung angka penjualan Tetris tidak mudah, mengingat game ini pertama kali diluncurkan pada 1984. Menurut Digital Trends, penjualan fisik dari Tetris mencapai 70 juta unit. Sekitar 35 juta unit berasal dari paket bundling Tetris dengan Nintendo Game Boy. Setelah itu, Tetris diluncurkan di mobile, yang mendorong angka penjualan. Pada 2014, VentureBeat melaporkan bahwa game Tetris yang berbayar telah diunduh sebanyak 425 juta kali. Angka ini tidak mencakup versi gratis dari Tetris. Jadi, kemungkinan,  total penjualan Tetris bahkan lebih tinggi dari 500 juta unit.

2. Minecraft – 238+ juta unit

Ketika pertama kali diluncurkan pada 2009, Minecraft bisa dimainkan dengan gratis. Beberapa bulan kemudian, Minecraft dijual dengan sistem pre-order. Sekarang, Anda bisa memainkannya dengan gratis. Namun, jika Anda ingin memainkannya di PC atau konsol, Anda harus membelinya. Total penjualan dari Minecraft dari PC, konsol, dan mobile diperkirakan mencapai lebih dari 200 juta unit.

Total penjualan Minecraft. | Sumber: Statista

3. Grand Theft Auto V – 150+ juta unit

Berdasarkan laporan keuangan Take-Two pada Q1 2020, sejak diluncurkan pada 2013, Grand Theft Auto V telah terjual sebanyak 135 juta unit. Sebanyak 15 juta unit terjual pada 2020. Per Agustus 2021, total penjualan GTA V menembus 150 juta unit. Angka ini mencakup penjualan GTA V di semua platform.

4. Wii Sports – 82,9 juta unit

Total penjualan Wii Sports mencapai 82,9 juta unit, menjadikannya sebagai salah satu game paling laris sepanjang masa. Namun, angka penjualan itu tidak menggambarkan kesuksesan game tersebut. Pasalnya, game itu memang dijual bersamaan dengan konsol Wii. Jadi, setiap orang yang membeli Wii akan mendapatkan game Wii Sports, tidak peduli apakah dia ingin membeli game tersebut atau tidak.

5. PUBG – 70+ juta unit

PlayerUnknwon’s Battlegrounds (PUBG) pertama kali diluncurkan pada 2017.  Hanya dalam waktu 4 tahun, game tersebut berhasil terjual sebanyak 70 juta unit. Dan angka penjualan PUBG masih menunjukkan angka naik. Tak hanya itu, PUBG juga cukup populer di mobile. Versi mobile dari PUBG telah diunduh sebanyak lebih dari 1 miliar kali. Hal ini menjadikan PUBG Mobile sebagai salah satu mobile game terpopuler sepanjang masa.

6. Super Mario Bros. – 48,24 juta unit

Super Mario Bros. diluncurkan pertama kali untuk Nintendo Entertainment System (NES). Ketika itu, game tersebut berhasil terjual sebanyak 40 juta unit. Setelah itu, game ini juga dirilis untuk beberapa konsol buatan Nintendo lainnya, seperti Game Boy Color, Game Boy Advance, dan Wii Virtual Console. Di ketiga platform tersebut, Super Mario Bros. terjual sebanyak 8 juta unit.

Super Mario Bros. untuk NES. | Sumber: Digital Trends

7. Pokemon Gen. 1 – 47,52 juta unit

Game Pokemon generasi pertama hadir dalam empat versi: Red, Blue, Yellow, dan Green. Di Jepang, ada dua game Pokemon generasi pertama, yaitu Red dan Green. Namun, untuk peluncuran global, Nintendo merilis tiga varian, yaitu Red, Blue, dan Yellow. Secara total, keempat game Pokemon generasi pertama terjual sebanyak 47,52 juta unit. Menurut Digital Trends, sekitar 46 juta unit dari game Pokemon generasi pertama terjual di Game Boy. Sementara sekitar 1,5 juta lainnya terjual melalui Nintendo 3DS Virtual Console.

8. Mario Kart 8/Deluxe – 45,53 juta unit

Mario Kart 8 adalah game Wii U dengan angka penjualan tertinggi. Meskipun begitu, total penjualan Mario Kart 8 di Wii U hanyalah 8,45 juta unit. Hal ini tidak aneh, mengingat Wii U hanya terjual sebanyak 13,56 juta unit per Desember 2019. Angka penjualan Mario Kart 8/Deluxe naik ketika Nintendo meluncurkan game itu di Switch. Di konsol itu, Mario Kart 8 Deluxe terjual sebanyak 37,08 juta unit, menurut Nintendo.

9. Wii Fit dan Wii Fit Plus 43,8 juta unit

Wii Fit dijual bersama aksesori Balance Board. Sesuai namanya, Wii Fit mengintegrasikan kegiatan olahraga ke dalam game, mendorong para pemilik Wii untuk menggerakkan badan mereka. Dan ternyata, “gameplay” ini terbukti populer. Wii Fit terjual sebanyak 22 juta unit. Sementara Wii Fit Plus — yang memiliki lebih banyak olahraga — terjual sebanyak 21 juta unit. Dengan begitu, Wii Fit menjadi game terpopuler ke-2 di Wii, hanya kalah dari Wii Sports.

10. Red Dead Redemption 2 – 38 juta unit

Red Dead Redemption 2 adalah salah satu game paling ambisius buatan Rockstar. Dan Rockstar berhasil membuat game open world dengan karakter yang realistis dan detail visual yang fantastis. Menurut ScreenRant, per Agustus 2021, game itu telah terjual sebanyak 38 juta unit.

Red Dead Redemption 2. | Sumber: Polygon

Dari daftar kali ini, salah satu hal yang bisa saya simpulkan adalah game klasik sekali pun tetap bisa populer jika ia diluncurkan di platform yang sesuai. Selain itu, angka penjualan sebuah game bisa didorong jika game tersebut diluncurkan di banyak platform, seperti yang dibuktikan oleh Minecraft dan Grand Theft Auto.

Selain menjadi salah satu game dengan angka penjualan terbanyak, GTA V juga merupakan salah satu game yang paling laris dalam waktu paling singkat. Ketika diluncurkan untuk PlayStation 3 dan Xbox 360, game itu terjual sebanyak 11,21 juta hanya dalam waktu 24 jam. Menariknya, Monster Hunter Rise menjadi salah satu game yang terjual dengan cepat. Dalam waktu 3 hari, game itu terjual sebanyak 4 juta unit. Padahal, game tersebut hanya tersedia untuk Switch, setidaknya untuk saat ini.

10 Mobile Game dengan Pemasukan Paling Besar

Jika dibandingkan dengan jumlah gamers PC dan konsol, jumlah mobile gamers jauh lebih banyak. Namun, spending yang dikeluarkan oleh para mobile gamers belum tentu sebesar total belanja dari gamers konsol dan PC. Karena itu, di segmen ini, saya ingin fokus pada mobile game untuk melihat berapa banyak pemasukan yang bisa didapat oleh mobile game.

1. Honor of Kings (2015) – US$10 miliar

Seperti yang sudah saya sebutkan, Honor of Kings merupakan mobile game pertama yang mendapatkan pemasukan lebih dari US$10 miliar. Saat ini, game itu merupakan game paling sukses dari Tencent. Dan ke depan, Honor of Kings akan tetap berkontribusi pada pemasukan Tencent. Pasalnya, sampai saat ini, game tersebut masih punya 100 juta pemain aktif harian.

Honor of Kings sangat sukses di Tiongkok. Pada 2018, 98% pemasukan dari game ini berasal dari gamers di Tiongkok. Begitu suksesnya Honor of Kings sehingga ia disebut sebagai sebagai “candu”. Dan hal ini mendorong pemerintah Tiongkok untuk memperketat regulasi terkait waktu bermain anak dan remaja di bawah umur.

2. Monster Strike (2013) – US$9,3 miliar

Monster Strike diluncurkan pada Agustus 2013 oleh developer Jepang Mixi. Game ini merupakan game RPG dengan elemen puzzle serta fitur multiplayer. Monster Strike sangat populer di Jepang. Selain di Jepang, game ini juga diluncurkan di Amerika Utara, Taiwan, dan Korea Selatan. Hanya saja, Monster Strike tidak begitu populer di negara-negara itu.

Namun, spending dari para gamers di Jepang sudah cukup untuk membuat Monster Strike menjadi salah satu mobile game dengan pemasukan terbesar speanjang masa. Faktanya, pada 2014, game itu menjadi mobile game dengan pemasukan terbesar. Mixi — yang dulunya dikenal dengan nama XFLAG —  bahkan mengaku bahwa Monster Strike menyelamatkan mereka dari kebangkrutan.

3. Clash of Clans (2012) – US$7,7 miliar

Clash of Clans pertama kali diluncurkan untuk iOS pada Agustus 2012. Satu tahun kemudian, Supercell meluncurkan game ini di Android. Clash of Clans adalah game buatan Supercell yang paling sukses. Faktanya, kesuksesan Clash of Clans yang membuat nama Supercell menjadi sangat dikenal seperti sekarang. Setelah sukses dengan Clash of Clans, Supercell meluncurkan empat game spin-off dari game tersebut, yaitu Clash Royale, Clash Mini, Clash Quest, dan Clash Heroes.

4. Candy Crush Saga (2012) – US$6,4 miliar

Pada awalnya, Candy Crush Saga diluncurkan sebagai broswer game. Kemudian, game ini diluncurkan di iOS pada November 2012 dan di Android pada Desember 2012. Candy Crush dianggap sebagai salah satu mobile game dengan model freemium yang paling sukses. Memang, Anda bisa memainkan game match-three puzzle ini tanpa harus mengeluarkan uang. Namun, para pemain tetap terdorong untuk membeli item dalam game karena item membantu membantu mereka untuk melalui level yang sulit.

5. PUBG Mobile (2018) – US$6,2 miliar

PUBG adalah salah satu pelopor genre battle royale. Versi PC dari PUBG dirilis pada 2017. Satu tahun kemudian, pada Maret 2018, PUBG Mobile diluncurkan. Pada awalnya, PUBG menghadapi persaingan ketat dengan Fortnite, yang juga mengadopsi genre battle royale. Namun, PUBG berhasil bertahan dan menjadi salah satu game battle royale paling sukses di mobile.

Di Tiongkok, Tencent menjadi publisher dari PUBG. Pada awalnya, mereka juga menghadapi masalah. Pasalnya, regulator Tiongkok tengah memperketat peraturan terkait peluncuran dan monetisasi game baru. Tencent dilarang untuk memonetisasi PUBG Mobile karena game itu dianggap melanggar peraturan terkait kekerasan dalam game. Pada akhirnya, PUBG Mobile ditarik dari Tiongkok dan diluncurkan kembali dengan nama Peacekeeper Elite atau Game for Peace.

Battleground India Mobile adalah versi India dari PUBG Mobile.

Tak hanya di Tiongkok, PUBG Mobile juga mengalami masalah di beberapa negara lain, termasuk India, yang merupakan salah satu pasar terbesar untuk PUBG Mobile. Alasan pemerintah India menarik PUBG Mobile dari App Store dan Play Store adalah karena mereka khawatir akan keamanan siber dari game itu. Selain itu, mereka juga khawatir Tiongkok akan menyadap data pemain PUBG Mobile, mengingat game itu dinaungi oleh Tencent sebagai publisher. Hal ini mendorong Krafton untuk menjadi publisher dari PUBG Mobile di India. Setelah PUBG Mobile dilarang, Krafton meluncurkan kembali game itu dengan nama Battlegrounds India Mobile.

6. Puzzle & Dragons (2012) – US$5,6 miliar

Sejak diluncurkan pada Februari 2012, Puzzle & Dragons itu telah diunduh sebanyak 80 juta kali. Tidak hanya itu, game ini juga merupakan mobile game pertama yang berhasil mendapatkan pemasukan lebih dari US$1 miliar. Jepang memberikan kontribusi terbesar pada pemasukan dari Puzzle & Dragons. Saat ini, pemasukan game ini memang menunjukkan tren turun. Namun, setiap bulan, pemasukan Puzzle & Dragons tetap mencapai puluhan juta dollar.

7. Fate/Grand Order (2015) – US$5,4 miliar

Fate/Grand Order adalah game RPG buatan Aniplex yang didasarkan pada franchise Fate/stay night dari Type-Moon. Game ini pertama kali diluncurkan untuk Android di Jepang pada Juli 2015. Dua minggu kemudian, game tersebut dirilis untuk iOS. Versi bahasa Inggris dari game ini diluncurkan pada Juni 2017.

Game Fate/Grand Order sangat populer di Jepang. Faktanya, gamers Jepang memberikan kontribusi 82% dari total pemasukan game itu. Pemasukan Fate/Grand Order mencapai lebih dari US$5 miliar, menjadikannya sebagai salah satu mobile game Sony yang paling populer. Pasalnya, Aniplex merupakan bagian dari Sony Music Entertainment di Jepang.

8. Pokemon Go (2016) – US$5,2 miliar

Diluncurkan pada Juli 2016, Pokemon Go dengan cepat menjadi fenomena di seluruh dunia. Salah satu daya tarik dari game ini adalah elemen Augmented Reality yang developer Niantic integrasikan pada game ini. Gameplay Pokemon Go juga mendorong para pemainnya untuk berjalan-jalan dan menjelajah di dunia nyata. Hal ini berkebalikan dengan kebanyakan mobile game, yang  biasanya membuat para pemainnya duduk diam.

9. Fantasy Westward Journey (2015) – US$4,7 miliar

Fantasy Westward Journey merupakan mobile game yang diadaptasi dari game MMORPG untuk PC dengan judul yang sama. Versi PC dari game itu diluncurkan pada Desember 2001. Sementara versi mobile dari Fantasy Westward Journey dirilis untuk iOS dan Android pada Maret 2015.

Fantasy Westward Journey 3D bakal diluncurkan dalam waktu dekat. | Sumber: Twitter

Pada 2016, Fantasy Westward Journey berhasil menjadikan developer NetEase sebagai perusahaan mobile game dengan pemasukan terbesar. Sampai sekarang, game itu tetap memberikan kontribusi besar pada pemasukan NetEase. Faktanya, di Tiongkok Fantasy Westward Journey sering masuk ke dalam daftar game dengan players spending setiap bulan. Biasanya, game ini ada di peringkat 2, kalah dari Honor of Kings.

10. Lineage M (2017) – US$3,5 miliar

Lineage M diriliis pada 2017. Game ini merupakan versi mobile dari MMORPG Lineage yang diluncurkan pada 1998. Di Korea Selatan, Lineage adalah salah satu franchise paling populer. Jadi, tidak heran jika hanya dalam waktu tujuh jam sejak ia diluncurkan, Lineage M berhasil menjadi game paling populer di App Store Korea Selatan.

Dalam waktu sebulan sejak peluncuran, Lineage M berhasil mendapatkan US$233 juta. Pemasukan game itu menembus US$1 miliar pada Juni 2018. Seperti yang disebutkan oleh Pocket Gamer, sampai sekarang, Lineage M adalah salah satu game paling menguntungkan untuk developer NCSoft.

Dalam daftar mobile game dengan pemasukan terbesar sepanjang masa, umur mobile game yang masuk dalam daftar tersebut relatif lebih singkat jika dibandingkan dengan game-game dalam daftar game dengan pemasukan terbesar. Tidak heran, mengingat mobile adalah platform yang relatif baru dari konsol atau PC. Meskipun begitu, semua mobile game itu memiliki pemasukan lebih dari US$1 miliar.

Hal menarik lainnya yang dapat disimpulkan dari daftar mobile game dengan pemasukan terbesar adalah beragamnya genre dari game yang masuk daftar tersebut. Di satu sisi, game-game seperti Honor of Kings, PUBG Mobile, dan Lineage M merupakan game dengan gameplay yang ditujukan untuk hardcore gamers. Di sisi lain, game-game kasual — seperti Monster Strike, Candy Crush Saga, dan Puzzle & Dragons — juga berhasil masuk dalam daftar. Hal ini menjadi bukti bahwa game kasual pun punya pasar yang tidak kalah besar.

Sumber header: PC Mag

Kreator Crossfire Kerja Sama dengan Amazon Games

Amazon Games dan Smilegate baru saja mengumumkan bahwa mereka akan bekerja sama untuk meluncurkan game baru pada 2021. Melalui kontrak eksklusif ini, Amazon Games akan merilis game buatan Smilegate di Amerika Utara dan Eropa. Sayangnya, saat ini, belum diketahui game seperti apa yang akan dirilis oleh Amazon Games.

Smilegate adalah developer asal Korea Selatan yang dikenal berkat game FPS mereka, Crossfire. Game itu memiliki 670 juta pemain terdaftar, meski tidak semua pemain tersebut aktif memainkan Crossfire. Sekarang, jumlah pemain concurrent dari Crossfire mencapai delapan juta orang. Crossfire paling populer di kawasan Asia, menurut laporan GamesIndustry.

“Smilegate RPG dan Amazon Games akan menggabungkan keahlian di bidang kami masing-masing untuk memperkenalkan salah satu game AAA kami ke para pemain di negara-negara Barat,” kata CEO Smilegate RPG, Chi Won Gil, seperti dikutip dari Gamasutra. “Amazon Games punya posisi yang unik sebagai publisher, memungkinkan mereka untuk menjangkau pemain yang sama sekali baru berkat komitmen mereka pada konsumen. Tak hanya itu, mereka juga punya sumber daya dan channel yang beragam.”

smilegate amazon games
Game FPS Crossfire merupakan salah satu game buatan Smilegate.

Beragam channel yang dimiliki oleh Amazon Games antara lain Twitch, Prime Gaming, dan Amazon Web Services. Setelah sukses di Asia dengan Crossfire, Smilegate melihat kerja sama dengan Amazon Games sebagai cara bagi mereka untuk menembus pasar Amerika Utara dan Eropa.

Memang, beberapa tahun belakangan, Smilegate cukup agresif dalam mencoba memasuki pasar Amerika Utara dan Eropa. Mereka pernah membuka kantor di Berlin, Jerman. Hanya saja,  mereka harus menutup kantor tersebut satu tahun setelah dibuka. Belum lama ini, mereka juga membuka studio baru di Barcelona, Spanyol. Tujuan dari studio itu adalah untuk membuat game AAA.

Sementara itu, Amazon Games baru saja meluncurkan game free-to-play shooter berjudul Crucible pada 20 Mei 2020. Sayangnya, belum dua bulan sejak peluncuran, Crucible justru ditarik dan dimasukkan ke dalam tahap beta. Hal itu berarti, pemain baru tak lagi dapat mengunduh game tersebut per 1 Juli 2020.

“Amazon Games berkomitmen untuk meluncurkan game terbaik bagi pelanggan kami, baik game buatan tim internal kami maupun game dari developer eksternal,” kata VP Amazon Games, Christoph Hartmann. “Smilegate punya rekam jejak yang baik dalam membuat game besar yang disukai oleh banyak orang serta bisa dimainkan hingga bertahun-tahun. Dan game online seperti inilah yang ingin kami berikan pada pelanggan kami.”

Sumber header: Screen Rant

[Panduan Pemula] Disable ULPS, Obat Booting 20 Menit pada Laptop AMD Dual Graphics

Beberapa tahun yang lalu, kebetulan saya mendapatkan sebuah laptop gaming yang menggunakan platform AMD. Senang? Tentu saja. Hal tersebut menandakan bahwa saya bisa bermain game lagi di rumah. Hal menyenangkan tersebut pun bertahan hingga beberapa bulan.

Tepat satu tahun setelah mendapatkan laptop tersebut, masalah pun muncul. Saat melakukan restart Windows 10 setelah melakukan instalasi driver kartu grafis Radeon, tiba-tiba layar bertahan pada logo sistem operasi tersebut. Indikator booting masih berjalan dengan normal, akan tetapi layar tersebut bertahan hingga 20 menit.

ASUS vivobook pro F570z - Extra

Melakukan browsing pada forum-forum Windows 10 pun juga tidak membuahkan hasil. Beberapa orang menyarankan bahwa fitur FastBoot dimatikan terlebih dahulu. Dan ternyata tidak membuahkan hasil. Windows 10 tetap membutuhkan waktu 20 menit untuk boot.

Kecurigaan pertama saya tujukan ke hard disk yang digunakan. Tentu saja, karena secara logika, kencang atau lambatnya akses data erat hubungannya dengan HDD. Hal yang paling mudah adalah mengganti HDD dengan SSD yang jauh lebih kencang.

Zonk! Ternyata mengganti SSD tidak mengurangi waktu booting windows. Pupus sudah kecurigaan pertama yang saya sangkakan tersebut. Namun, seiring dengan waktu, sebuah kejadian pun membuahkan hasil. Windows 10 yang saya gunakan mengalami BSOD!

Keanehan pun muncul! Setelah BSOD, booting Windows 10 untuk pertama kalinya normal! Lalu setelah melakukan uninstall driver AMD Radeon juga membuahkan hasil yang sama! Berarti permasalahan ada pada penggunaan driver kartu grafis tersebut.

Walaupun begitu, cukup lama waktu yang saya butuhkan untuk mengetahui apa yang terjadi. Sewaktu melakukan browsing di internet, pada salah satu website ada orang yang berkeluh kesah tentang masalah yang sama. Dan ternyata dia menggunakan laptop dengan kombinasi CPU dan GPU yang sama.

Satu hal yang dia coba adalah dengan mematikan fungsi ULPS pada registry. ULPS sendiri merupakan kependekan dari Ultra Low Power State. ULPS merupakan salah satu fasilitas dari AMD untuk mematikan kartu grafis kedua agar tidak menimbulkan panas serta memotong pemakaian listrik. Sayangnya, sampai saat ini masih ada orang yang terkena bug, seperti saya salah satunya.

Fungsi ini seharusnya berguna pada saat pengguna memakai fungsi Crossfire X. Sayangnya, ULPS juga kerap membuat game menjadi crash serta membuat lag pada saat menggunakan komputer. Jadi, kita harus mematikan fungsi ini langsung dari registry. Hal tersebut karena sering kali secara otomatis ULPS akan menyala.

Untuk mematikan fungsi ULPS, Anda dapat melakukan langkah-langkah berikut ini.

1. Jalankan fungsi Registry Edit Tips ULPS - REGEDIT

2. Setelah jalan, pilih EDIT lalu FIND. Masukkan ENABLEULPS pada kolom pencarian

Tips ULPS - REGEDIT FIND

3. Setelah Anda menemukan EnableULPS, edit angkanya dari 1 menjadi 0. Ingat, hanya edit EnableULPS saja! Jika menemukan value lain dengan nama yang mirip, jangan diubah!

Tips ULPS - REGEDIT EDIT ULPS

4. Setelah selesai melakukan editing, tekan F3 untuk mencari value lain pada registry. Biasanya, Anda akan menemukan beberapa buah. Jika ada yang tidak dapat diedit, cari lagi yang lainnya.

5. Selesai! Lakukan restart pada PC atau laptop Anda.

Jika setelah melakukan restart, laptop Anda melakukan boot lebih cepat, berarti ini memang masalah dari ULPS. Satu hal yang perlu diperhatikan adalah Anda harus mengulangi langkah di atas saat melakukan update driver kartu grafis AMD.

Selamat mencoba!

Ilustrasi: Pixabay

Tencent Luncurkan Kerja Sama Manchester City dan Franchise Esports CrossFire

Pada tanggal 20 Juni lalu, Tencent baru saja menggelar acara Tencent Global Esports Summit yang merupakan pertemuan industri esports terbesar di Tiongkok. Bisa ditebak bahwa acara ini pasti mengandung banyak hal signifikan terhadap industri setidaknya untuk satu tahun ke depan. Terutama dalam hal pengumuman program baru, kerja sama antar para pelaku industri, dan perkembangan lainnya.

The Esports Observer telah melaporkan poin-poin penting yang patut jadi perhatian dalam acara tersebut. Secara umum, Tencent Global Esports Summit kali ini menunjukkan bahwa peran Tencent di industri esports akan memasuki babak baru yang penting. Tapi selain itu juga menunjukkan adanya geliat dari pemerintah maupun masyarakat untuk menjadikan esports sebagai salah satu bagian dari kebudayaan Tiongkok. Apa saja poin penting itu?

Kerja sama dengan Manchester City dan Juss Sports

Tencent mengumumkan ikatan kerja sama baru dengan dua organisasi olahraga, yaitu Manchester City F.C. dan Juss Sports. Nama Manchester City tentu sudah tak asing sebagai salah satu klub terkenal di liga Inggris, sementara Juss Sports adalah sebuah event organizer olahraga Tiongkok yang berpengalaman menggelar berbagai ajang kompetisi, termasuk Formula One Grand Prix.

Kerja sama dengan Manchester City ini bertujuan untuk menghubungkan esports dan olahraga konvensional, juga menciptakan pertukaran budaya antara Inggris Raya dan Tiongkok. Implementasinya akan menggunakan game Honor of Kings (Arena of Valor versi Tiongkok), namun belum ada informasi tentang detail konkretnya.

“Kami ingin menggunakan produk kami untuk membuat orang-orang di luar Tiongkok merasakan keindahan budaya Tiongkok,” kata Li Min, produser Honor of Kings, “Ini juga merupakan arah pengembangan Honor of Kings di masa depan.”

Sementara itu kerja sama dengan Juss Sports mencakup penggunaan sumber daya olahraga dan stadion. Salah satu stadion milik Juss Sports, yaitu Oriental Sports Center, saat ini sudah menjadi stadion esports resmi yang dapat digunakan Tencent. Di sini akan lebih banyak turnamen esports besar, terutama cabang League of Legends dan Honor of Kings, juga acara-acara bertema esports lain dan museum esports.

CrossFire Esports Franchise
Sumber: Tencent via The Esports Observer

Esports CrossFire kini menggunakan sistem franchise

Game first-person shooter populer CrossFire merupakan salah cabang esports populer di Tiongkok yang ada di bawah naungan Tencent. Liga profesionalnya, yaitu CrossFire Pro-League (CFPL) bahkan merupakan liga profesional esports pertama yang didirikan Tencent. Mengikuti kesuksesan franchise Tencent League of Legends Pro League (LPL), kini Tencent akan mengadaptasi sistem franchise ke CrossFire.

Selain di CrossFire Pro League, sistem franchise juga diterapkan untuk CrossFire Mobile League (CFML). Namun Tencent tidak membuka berapa harga slot franchise yang mereka tawarkan. Menurut Zu Zhengrong dari Tencent, saat ini sudah ada 10 organisasi esports besar yang bergabung dengan sistem baru CFPL dan CFML.

Perserikatan teknologi esports

Tencent juga mengumumkan pembentukan perserikatan di bidang teknologi yang berkaitan dengan esports. Dipimpin oleh kementerian industri dan teknologi informasi Tiongkok, perserikatan ini bertujuan untuk membentuk standar teknologi khusus esports di negara tersebut, terutama yang menyangkut teknologi internet, hardware, serta broadcasting.

Beberapa perusahaan yang bergabung dalam perserikatan ini (selain Tencent Esports sendiri tentunya) antara lain Intel, Qualcomm, Nvidia, China Unicom, Tencent Cloud, Razer, dan Yesee Tech. Salah satu kontribusinya yaitu penyediaan teknologi 5G oleh China Unicom untuk meningkatkan pengalaman bermain dalam judul-judul game Tencent.

Tencent Esports Union
Sumber: Tencent via The Esports Observer

“Sekarang adalah waktu dan kesempatan terbaik bagi esports Tiongkok untuk berkembang,” kata Ren Yuxin, COO Tencent Group, dalam acara Tencent Global Esports Summit. Dengan revenue tahun 2019 diperkirakan mencapai lebih dari US$210 juta, Tiongkok memang ditengarai akan menjadi negara dengan pertumbuhan esports tertinggi kedua di dunia. Adanya beberapa kendala seperti regulasi penerbitan game yang kini semakin ketat tampaknya bukan penghalang bagi kemajuan industri esports di Tiongkok, dan Tencent jelas berperan besar dalam hal itu.

Sumber: The Esports Observer

Agenda Lyto Memeriahkan Ranah eSport Indonesia Lewat CrossFire Next Generation

CrossFire ialah satu dari sejumlah FPS taktis yang terlahir di tengah-tengah demam Counter-Strike. Digarap oleh tim SmileGate asal Korea Selatan, game free-to-play ini dirilis perdana pada tahun 2007, dihadirkan di wilayah Amerika serta Eropa, dan sempat menjadi permainan online dengan pemasukan terbesar di tahun 2014, meraup keuntungan sebesar US$ 1,3 miliar.

Satu dekade lebih setelah dilepas, CrossFire terus menjadi game online populer di Indonesia. Di tanah air, konten permainan ini terus dikembangkan oleh Lytogame. Dan sejak akhir bulan Maret silam, sang publisher diketahui ingin mempersiapkannya sebagai permainan eSport di platform PC. Versi barunya diberi judul CrossFire Next Generation, menyuguhkan gameplay familier yang dipadu beragam konten baru.

CF 1

Sebelum gerbang dibuka lebar, Lyto telah menggelar uji coba closed beta pada tanggal 9 sampai 12 April. Waktunya memang sangat singkat, tapi acara konferensi pers ‘CrossFire Next Generation eSports’ yang dilangsungkan kemarin juga menandai dimulainya sesi tes beta tertutup kedua, akan dilaksanakan hingga tanggal 23 April. Selanjutnya, para gamer nantinya dipersilakan menikmati permainan via open beta.

CF 2

Di acara ini, tim Lyto mempresentasikan fitur-fitur baru yang dihidangkan CrossFire Next Generation, mengadakan talk show dengan sejumlah gamer profesional tanah air, serta mempersilakan para tamu menjajal game-nya. Jika berkenan berpartisipasi dalam closed beta kedua, Anda akan mendapatkan hadiah berupa item in-game ‘Jin Gu Bang’, bisa dipakai selama 30 hari, diberikan saat open beta digelar.

CF 3

Sesi talk show bertema ‘Indonesia Pro-Gamer Life’ yang diisi oleh diskusi bersama Monica ‘Nixia’ Carolina dari NXA Ladies, Richard Permana dari NXL, M. Ikhsan ‘Lemon’ dari RRQ dan Yudi ‘KurN’ Kurniawan dari XCN Gaming memang tidak sepenuhnya membahas CrossFire. Di sana, para gamer pro menceritakan keseharian serta hal apa yang mendorong mereka tertarik buat menekuni bidang gaming.

CF 4

Tapi meski fokus pada permainan berbeda – misalnya Nixia yang disibukkan oleh PUBG dan Overwatch serta Richard yang tak bisa lepas dari CS:GO – para gamer pro menunjukkan antusiasme mereka untuk mencoba CrossFire Next Generation.

 

Hands-on

Permainan anyar ini menjanjikan interface yang lebih ramah buat pengguna serta menghidangkan lebih banyak mode, peta, senjata dan pilihan karakter. Di website, Lyto menyampaikan bahwa mereka telah menyesuaikan game agar dapat mudah dipelajari pemula namun juga mampu memuaskan para pemain veteran. Versi barunya tetap menyajikan mode-mode permainan familier, terbagi dalam kategori PvP, PvE dan mode spesial.

CF 8

Sejujurnya, saya kurang familier dengan CrossFire. Saya memang pernah menjajalnya satu dua kali bertahun-tahun silam, namun saya sudah tidak lagi ingat seperti apa kontennya. Bagi saya pribadi, pilihan-pilihan karakter berbeda yang Lyto tunjukkan di website CrossFire Next Generation mengingatkan sedikit pada tokoh-tokoh operator di Rainbow Six Siege.

CF 9

Dari pengalaman hands-on kemarin, para karakter sepertinya hanya disajikan sebagai opsi kosmetik dan tidak memengaruhi gameplay (saya perlu mencobanya lebih jauh lagi). Menurut saya, hal yang membuat perbedaan besar adalah setup/pilihan senjata sebelum match di mulai. Karena persiapan yang buruk, saya hampir selalu menjadi korban bulan-bulanan lawan bersenjata senapan penembak jitu.

Sejumlah mode di CrossFire Next Generation sangat mirip Counter-Strike, misalnya Elimination yang mengadu faksi Global Risk dengan Black List dalam pertandingan deathmatch; serta Search & Destroy di mana satu tim ditugaskan untuk menanam bom dan tim lain berusaha menggagalkannya. Saya sendiri hanya sempat mencoba mode kooperatif versus robot dan monster, serta free for all.

Sisi grafis CrossFire memang tidak secantik shooter sekelas Overwatch atau Fortnite, tapi sebagai kompensasinya, game menyajikan visual penuh warna. Buat pemain awam seperti saya, bagian menu CrossFire Next Generation sedikit membingungkan karena dipenuhi tombol dan sub-menu. Tanpa bantuan Nixia, mungkin saya akan menghabiskan waktu lama untuk bisa masuk ke pertandingan.

 

Rencana selanjutnya

Setelah CrossFire Next Generation memasuki sesi open beta di tanggal 25 April nanti, Lytogame punya rencana buat menggelar kompetisi di sepanjang tahun ini dengan hadiah senilai ‘ratusan juta rupiah’. Tim terbaik kabarnya akan diberi kesempatan untuk mewakilkan Indonesia di ajang eSport CrossFire Stars 2018.

CF 7

Namun sebelum momen itu tiba, Lyto akan melangsungkan program roadshow bertajuk Crossfire Next Generation City Warnet Esports 2018 di 16 kota (yang sudah dikonfirmasi meliputi Jakarta, Tangerang, Bekasi, Depok, Bandung, Semarang, Surabaya, dan Denpasar), tepatnya di tanggal 26 Mei sampai 3 Juni. Event ini dilakukan Lytogame secara kolaboratif bersama para pengelola iCafe tersertifikasi Nvidia serta game center TNC.

CF 5

Pererat Kerja Sama Dengan AMD, Alienware Sajikan Radeon RX 480 di Gaming PC Mereka

Sudah cukup lama Nvidia mendominasi gaming PC branded kelas high-end. Beberapa produsen ternama malah menunjukkan kurangnya antusiasme mereka buat memanfaatkan GPU Radeon, padahal ia bukan hanya tidak kalah canggih, tapi juga ditawarkan di harga lebih bersahabat. Menariknya, ada satu brand premium terkenal mencoba mengubah manuver mereka.

Mungkin merasa gerah melihat para kompetitor Asia yang kian merajalela, Alienware kembali mempererat kolaborasi mereka bersama AMD, dengan bangga menyematkan kartu grafis berasitektur Polaris terbaru di produk andalan seperti Aurora R5 dan Area 51. Langkah ini patut memperoleh perhatian, karena kehadiran Radeon RX 480 di sana membuat harganya lebih ekonomis.

Alienware Aurora R5

Demi menunjukkan kebolehan device-device tersebut, Alienware Aurora R5 dipamerkan di booth AMD saat Gamescom 2016 berlangsung, semuanya ditenagai RX 480 dan juga dipakai di event Miss Rage Twitch. Konsumen yang mempunyai modal lebih sedikit pun masih diberikan kesempatan buat meminang Alienware. Anak perusahaan Dell spesialis gaming ini memberikan opsi non-Polaris berupa R9 M470X di form factor ala Steam Machines, Alpha R2.

Alienware Alpha R2

Area 51 tak lupa memperoleh dukungan Radeon, bagian dari program ‘penyediaan 1.000 konfigurasi hardware‘. Di sini, konsumen dipersilakan untuk gila-gilaan dengan menyematkan tiga buah kartu grafis Radeon RX 480 via Crossfire. Setup ini berikan tingkat performa yang mampu mengungguli penawaran dari Nvidia. Tersedianya RX 480 menunjukkan kesanggupan Aurora R5 (dan Area 51) dalam menangani headset virtual reality.

Alienware Area 51 1

Perlu Anda ketahui, tiga buah Radeon RX 480 tidak serta-merta membuat kapabilitas grafis Alienware Area 51 jadi tiga kali lebih tinggi. Teknologi Crossfire tidak menyajikan lompatan kinerja secara linear, karena faktor ini turut dipengaruhi driver dan kompatibilitas permainan. Tentu saja, tiga GPU VR Ready AMD itu tetap menghidangkan kualitas grafis lebih mumpuni.

Berbicara soal harga, mari kita mulai dari Alpha R2 dengan R9 M470X. Model ini dijajakan mulai dari harga US$ 550, dilengkapi prosesor Intel Core i3 6100T, RAM DDR4-2133 8GB, penyimpanan HDD 500GB, dan berjalan di Windows 10.

Di keluarga Aurora R5, varian ber-GPU Radeon RX 480 dengan Intel Core i5-6400, RAM DDR4-2133 8GB dan HDD 1TB merupakan pilihan yang lebih murah dari model bertenaga GeForce GTX 970. Device dibanderol seharga mulai dari US$ 1.000.

Oh, Anda menginginkan Alienware Area 51 bersenjata tiga Radeon RX 480? Siapkan saja uang sekitar US$ 3.800.

Untuk sekarang, opsi AMD Radeon di gaming PC Alienware baru tersedia di wilayah Eropa.

Via Digital Trends.