Pandangan Pengguna Bitcoin di Indonesia (Update)

Bitcoin banyak diperbincangkan akhir-akhir ini. Menjadi salah satu alat transaksi digital yang cukup revolusioner. Beberapa kini bahkan memanfaatkannya sebagai investasi, di tengah nilainya yang begitu fluktuatif—cenderung terus meningkat. Baru-baru ini, Luno (sebelumnya dikenal dengan nama BitX) sebagai penyedia platform jual, beli, kirim, terima, dan simpan Bitcoin di Indonesia, merilis sebuah haris survei tentang pandangan masyarakat Indonesia terhadap penggunaan Bitcoin.

Pertama ialah terkait dengan kepercayaan atas penggunaan Bitcoin. Sebagai instrumen investasi kepercayaan masyarakat cenderung mulai lebih percaya dengan mata uang digital ini. Dari 10 ribu responden survei, 47,9 persen di antaranya mengaku percaya Bitcoin efektif dan menjanjikan untuk dijadikan sebagai investasi. Pun demikian dengan pemanfaatan Bitcoin sebagai alat pembayaran, sebanyak 44,2 persen dari responden percaya untuk melakukan transaksi melalui Bitcoin, 36,2 persen masih ragu-ragu, dan sisanya 19,6 persen masih belum sepenuhnya percaya.

Gambar 1

Dalam survei juga diajukan pertanyaan terkait pilihan antara investasi emas atau Bitcoin. Sebanyak 46,6 persen dari responden lebih memilih berinvestasi pada Bitcoin, sebanyak 12,9 persen lebih percaya emas, dan sisanya netral. Angka yang cukup menarik, menunjukkan literasi digital yang mulai matang dan kebutuhan akan investasi yang lebih mudah dipantau, dikontrol dan didapatkan.

“Popularitas Bitcoin meroket dalam satu tahun terakhir baik dalam konteks global maupun di Indonesia. Kini kita dapat melihat banyak pemberitaan positif di media, seperti berita ketika Jepang melegalkan Bitcoin sebagai mata uang, negara-negara dan regulator yang mulai membahas mengenai aturan yang sesuai untuk industri Bitcoin, serta pertumbuhan industri Bitcoin secara keseluruhan – total nilai aset mata uang digital secara global telah tumbuh dari $20 miliar pada awal tahun 2017 menjadi sekitar $150 miliar sekarang,” ujar Claristy, Country Analyst Luno

Claristy melanjutkan, “Di Indonesia khususnya, kita melihat tingginya antusiasme terhadap Bitcoin. Selalu ada pelanggan baru yang daftar setiap hari untuk membeli Bitcoin setelah membaca tentang Bitcoin di media dan mendengar dari teman-teman mereka. Tentunya ada tantangan seperti edukasi, regulasi, dan sebagainya, namun sejauh ini trennya mengarah ke arah positif.”

Selanjutnya terkait dengan mengapa sebagian dari masyarakat mulai mempertimbangkan untuk membeli Bitcoin. Dari survei disebutkan, bahwa alasan finansial cenderung lebih dominan, yakni seputar kebutuhan investasi dan spekulasi kenaikan harga. Terkait dengan layanan yang menjembatani pengguna untuk bertransaksi dengan Bitcoin sendiri di Indonesia sudah cukup beragam. Selain dukungan Luno, layanan digital wallet seperti Doku juga telah memudahkan akses transfer pembelian Bitcoin.

Bahkan baru-baru ini dikabarkan bahwa perusahaan di jaringan konglomerasi Tahir di Indonesia tengah bersiap untuk menerima transaksi dengan Bitcoin di lini bisnisnya. Hal ini menunjukkan bahwa penerimaan terhadap Bitcoin semakin meningkat.

Gambar 2

Bicoin sendiri bukan satu-satunya cryptocurrency yang saat ini bisa digunakan, ada beberapa sistem lain yang juga menyajikan produk sejenis. Namun dari hasil survei dikemukakan bahwa Bitcoin tetap yang paling populer di antara lainnya. Hal ini sejalan dengan keyakinan responden, 47,9 persen meyakini di akhir tahun nanti nilai konversi Bitcoin dapat mencapai 60 juta.

Gambar 3

“Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh komunitas dan industri Bitcoin di Indonesia adalah tidak adanya regulasi yang jelas. Seperti yang Anda lihat di survei yang kami lakukan, lebih dari 88% responden akan membeli lebih banyak Bitcoin jika pemerintah (dalam konteks ini, Bank Indonesia) membuat regulasi penggunaan Bitcoin di Indonesia. Tapi seperti halnya industri baru, hal ini lumrah terjadi. Regulator harus berhati-hati dalam membuat keputusan, dan kami selalu terbuka untuk bekerja sama dan berdiskusi mengenai industri Bitcoin secara menyeluruh,” pungkas Claristy.

––

Disclaimer: Tulisan ini hanya bersifat informatif, sehingga segala pilihan investasi yang diambil setelah membaca tulisan ini berada di luar tanggung jawab penulis.

Jika Anda tertarik untuk investasi Bitcoin, Anda dapat membaca artikel tiga cara mudah beli Bitcoin. Namun, pastikan Anda telah membaca dan memahami risiko Bitcoin sebelum melakukan investasi tersebut.

Update: Penambahan pernyataan tanggapan dari Luno seputar tren dan tantangan adopsi Bitcoin saat ini.

Pria Hong Kong Upayakan Bantu Peternak Sapi Indonesia Melalui ICO

Layanan startup peternakan tampak mulai diupayakan oleh banyak pihak di Indonesia. Meski memiliki konsep yang berbeda-beda tujuannya serupa, membantu menyejahterakan peternak hewan seperti sapi dan domba. Salah satu warga asing yang mencoba menangkap peluang ini adalah James Bang. Pria Hong Kong yang disebut sebagai profesional di sektor cryptocurrency dan blockchain ini mencoba membantu para peternak sapi di Indonesia dengan membentuk cryptocurrency khusus untuk meningkatkan nilai jual sapi-sapi yang ada di peternak yang diberi nama CashCow Coin.

Dalam suatu kunjungannya ke Indonesia, Bang menjumpai pembagian hasil jual yang kurang merata antara peternak (orang yang merawat ternak) dengan pemilik ternak. Kondisi ini kemudian membuatnya transpirasi untuk membuat CashCow Coin, sebuah startup yang mencoba membantu meningkatkan kesejahteraan para peternak.

Ide Bang adalah dengan membuka investasi untuk pembelian sapi kemudian dititipkan ke para peternak, kemudian ketika nanti dijual bisa dibagi masing-masing sepertiga, untuk CashCow, peternak, dan pemodal. Namun proses investasinya memanfaatkan cryptocurrency yang dikembangkan sendiri, CashCow Coin. Seperti dikutip dari South China Morning Post ICO (Initial Coin Offering) yang akan mulai ditawarkan pada bulan Oktober mendatang. Ia berharap bisa mendapatkan dana sebesar US$15 juta (lebih dari 200 miliar Rupiah).

Cryptocurrency menjadi buah bibir para penggiat teknologi dan masyarakat. Teknologi di belakangnya, blockchain dan segenap ekosistem penunjangnya, kemudian banyak dikembangkan untuk berbagai macam produk.

Sampai saat ini belum ada keterangan lebih lanjut mengenai CashCow Coin dan bagaimana strateginya di Indonesia. Hanya saja sejumlah tantangan-tantangan sudah pasi dihadapi oleh CashCow Coin untuk masuk ke Indonesia.

Salah satu tantangan terbesar CashCow Coin adalah bagaimana Bang mengelola peternak lokal di Indonesia. Mulai dari pemahaman proses investasi (termasuk pendaftaran ke regulator), konversi cryptocurrency ke mata uang yang legal, dan termasuk usaha-usaha riil pemberdayaan peternak lokal.

Bukan startup pertama di sektor investasi budidaya ternak

Di Indonesia sendiri belakangan sudah mulai muncul banyak startup yang menawarkan investasi budi daya hewan ternak. Salah satunya Angon, startup investasi budi daya yang menawarkan pengelolaan hewan ternak.

Di sistem milik Angon sapi atau domba merupakan milik peternak Angon. Setelah dibeli oleh member Angon maka sapi atau domba akan berpindah kepemilikan kepada member dan peternak sendiri statusnya menjadi peternak Angon yang bekerja di Sentra Peternakan Rakyat untuk merawat ternak milik para member.

CashCow Coin seharusnya memiliki konsep yang mirip dengan Angon, tapi dengan cara crowdfund yang berbeda. Meskipun masih diliputi sentimen skeptisisme tentang keberlangsungan bisnis ini, kita tunggu bagaimana implementasi dan eksekusi CashCow Coin di lapangan.

Mengenal tentang Krypt, Mata Uang Digital yang Dipersiapkan Exclusor

Beberapa waktu lalu kami sempat memberitakan mengenai ExorChain, sebuah platform digital yang sedang dikembangkan untuk pemanfaatan teknologi blockchain di Indonesia, sekaligus menciptakan mata uang digital atau cryptocurrency baru untuk Indonesia yang diberi nama Krypt (KRP). Pasca beberapa persiapan dan penyempurnaan teknologi, akhirnya Exorchain siap memasuki tahap crowdselling dan memperkenalkan diri kembali menjadi Exclusor.

DailySocial sempat berbincang dengan Tata Tricipta untuk kembali mengulas mengenai layanan dan teknologi yang ia kembangkan. Sebagai salah satu jenis platform atau layanan baru di Indonesia, Exclusor masih berupaya untuk memberikan informasi dan pemahaman mengenai manfaat blockchain dan ekosistemnya.

Tata bercerita saat ini Exclusor sedang mengadakan crowdsale. Periode ini dibuka sejak tanggal 19 Juli kemarin. Mereka menawarkan atau menjual Krypt sebagai mata uang digital. Diharapkan dengan mengikuti crowdsale ini mereka yang tertarik untuk membeli mata uang digital ini mendapatkan keuntungan lebih. Seperti yang didapat para early adopter atau pembeli pertama saat nilai tukar bitcoin naik.

“Saat ini crowdsale yang kami lakukan lebih kepada menawarkan Krypt sebagai mata uang digital yang baru, bukan menawarkan private equity, untuk penawaran private equity di dalam DAO nanti akan kita tawarkan sekitar bulan Januari 2018. Oleh karena itu yang kita tawarkan untuk crowdsale sekarang ini lebih dititik beratkan pada keuntungan memakai teknologi yang kita kembangkan, yaitu keamanan, kemudahan, biaya yang murah, transparansi dan efisiensi,” ujar Tata.

Ia lebih lanjut juga menjelaskan bahwa Krypt merupakan mata uang digital yang resmi dan hanya dipakai dalam sistem Exclusor. Krypt bukanlah pengganti mata uang yang saat ini saja, pembelian konvensional tetap akan dikonversikan ke mata uang yang berlaku. Secara karakteristik Krypt ini mirip dengan bitcoin, sehingga Krypt bisa menjadi komoditas yang diperjualbelikan di bursa uang digital maupun sebagai instrumen untuk investasi di proyek, perusahaan atau komoditas lainnya yang menggunakan teknologi Exclusor sebagai basis platformnya.

“Kita tidak berupaya menjadikan Krypt sebagai stable coin, nilainya nanti kita serahkan melalui mekanisme pasar di bursa yang tergantung dari supply dan demand. Bursa aset digital yang kita kembangkan khusus untuk ekosistem Exclusor sedang kita test di internal dan akan kita rilis secara resmi setelah crowdsale berakhir,” lanjut Tata.

Tata lebih lanjut juga menjelaskan Krypt bisa ditukar dengan bitcoin dan mata uang digital lainnya dan bisa juga ditukar dengan uang kertas. Nilainya saat ini berkisar mulai dari Rp10.000 sampai dengan Rp15.000.

“Untuk konversi dari uang kertas kita hanya menerima konversi dari rupiah ke Krypt, kalaupun ada yang membeli dari mata uang USD atau SGD, kita konversikan ke rupiah terlebih dahulu,” imbuhnya.

Peta jalan dan rencana terhadap Krypt

Mata uang digital belum banyak dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Meski bitcoin sudah cukup banyak dikenal peredaran dan pemanfaatannya masih berkutat di komunitas atau mereka yang sudah fasih terhadap teknologi. Inilah yang saat ini dan akan menjadi tantangan untuk Exclusor berkembang di Indonesia.

Kendati demikian Tata dan tim sudah menyusun peta jalan hingga tahun 2018 awal untuk platform Exclusor. Setelah crowdsale ini selesai mereka akan melakukan valuasi terhadap nilai Krypt dan akan dialokasikan dengan tiga skema. Pertama, 80% total Krypt akan menjadi hak milik pembeli yang bisa diperjualbelikan di bursa atau transaksi lainnya.

Yang kedua, 15% dari total Krypt yang terjual akan dipakai untuk pengembangan selanjutnya dan merilis aplikasi pendukung seperti wallet, digital identik, digital Asset exchange, dan lain-lain. Termasuk untuk biaya marketing. Dan yang ketiga, 5% dari total Krypt yang terjual akan didistribusikan ke pihak ketiga yang membantu Exclusor saat crowdsale.

Di awal 2018 Exclusor juga sudah merencanakan untuk menambah jumlah pengguna dengan melakukan ekspansi ke negara-negara di wilayah Asia Tenggara.

“Jujur saja, crowdsale yang sekarang targetnya tidak muluk-muluk, kami menargetkan penjualan yang menurut saya cukup rasional, mengingat masyarakat Indonesia masih belum paham keuntungan dari teknologi blockchain dan juga belum tahu tentang uang digital. Target terendah kita adalah 10% dari total Krypt atau sekitar 500.000 Krypt yang bisa terjual juga itu sudah cukup bagus,” tutup Tata.

Mengenal ExorChain, Platform Blockchain yang Disiapkan untuk Ekosistem Indonesia

Di ini teknologi blockchain menjadi salah satu teknologi mulai diperbincangkan. Keterkaitannya dengan cryptocurrency yang mulai mendapat sorotan banyak pihak menjadikan teknologi blockchain turut dikenal. Di Indonesia istilah blockchain baru ramai belakangan, meski demikian teknologi ini menyimpan banyak potensi pengembangan. Salah satu yang coba mengenalkan teknologi blockchain di Indonesia adalah ExorChain.

ExorChain merupakan platform digagas Tata Tricipta,  seseorang yang pada tahun 2010 silam dikenal sebagai salah satu pendiri Trendiest sebelum akhirnya layanan tersebut dimatikan. Kepada DailySocial, Tata bercerita pihaknya tengah berusaha membuat ekosistem blockchain di Indonesia. Prototipenya sedang dikembangkan sekaligus menyiapkan launch pre-sale untuk seed funding yang akan merilis sekitar 250.000 KRP (cryptocurrency yang akan menjadi mata uang di ExorChain) yang setara dengan 0.025 BTC.

Untuk informasi, blockchain merupakan sebuah teknologi dengan konsep peer to peer. Namun bukan file yang di-sharing, melainkan ledger atau database transaksi. Berbeda dengan database yang selama ini ada, blockchain bersifat decentralized, sehingga ketika salah satu peer mengalami gangguan, down atau gangguan lain masih ada node atau peer yang memiliki data otentik yang tervalidasi. Setiap block dalam chain yang sama akan memverifikasi dan men-generate hash dalam setiap transaksi sehingga lebih aman dan tepercaya.

“Untuk saat ini kita sedang mencoba membuat ekosistem blockchain di Indonesia, prototype sudah ada, dan kita mau launch presale untuk seed fund sekitar MInggu depan selama seminggu dengan merilis sekitar 250.000 KRP yang setara dengan 0.025 BTC atau nanti bisa juga pakai sistem bid  sebelum crowdsale ICO (Initial Coin Offering) untuk membuat DAO (Democratic Autonomous Organization) – organisasi dalam blockchain yang memungkinkan semua orang submit proposal dan voting dengan menggunakan smart contract, di mana nanti semua anggota DAO bisa ikut berperan di perkembangan ExorChain ke depannya juga. Milestone sedang kita buat untuk ICO,” terang Tata.

Tahun ini Tata dan tim berusaha mengenalkan teknologi blockchain yang bukan hanya sekedar tentang trading Bitcoin tetapi juga bisa digunakan untuk banyak hal. Total ada empat produk yang sedang dikembangkan, yakni ExorID, ExorWallet, ExorToken, dan IDAEX. Semuanya masih terus dikembangkan, beberapa sudah siap untuk diuji coba.

Blockchain tak hanya soal pembayaran

Lebih lanjut mengenai soal teknologi blockchain ini Tata menjelaskan bahwa penerapannya tidak hanya soal pembayaran dan uang digital. Konsep dan teknologi blockchain yang lebih aman bisa diadopsi untuk banyak persoalan, misalnya untuk keperluan medical record pasien. Data pasien dapat disimpan dalam blockchain untuk meningkatkan keamanan.

Selain itu hal-hal lain seperti loyalty program, supply chain, sertifikat emas, sertifikat tanah, asuransi, trading bursa saham, trading bursa derivatif, digital identity, atau hal lain yang berupa bentuk digital dapat disimpan ke dalam blockchain yang selanjutnya disebut dengan digital Asset. Uniknya digital Asset ini bisa disimpan sebagai investasi, komoditi, bahkan sebagai pembayaran karena ada nilai yang mengikat.

“Blockchain itu teknologi yang bagus dan bisa diterapkan di mana saja. Banyak perusahaan-perusahaan besar yang mencoba mengadopsi teknologi ini, misalnya Microsoft, Deloitte, IBM, Royal Mint (deposit emas terbesar di Inggris), dan lain-lain. Beberapa orang bahkan buat jargon “The new Internet” karena Internet yang sekarang sangat centralized, jadi memang akan mengubah Internet saat ini, tinggal menunggu waktu saja buat Indonesia untuk mengadopsi teknologi ini, kalau ga mengadopsi ya kemungkinan besar bakal tertinggal,” imbuh Tata.

Sama dengan teknologi atau layanan baru lainnya di Indonesia, aturan dan regulasi masih menjadi tantangan bagi Tata dan platform yang dikembangkannya. Meski demikian, pihaknya mencoba mematuhi regulasi yang ada saat ini.

Konferensi Teknologi Blockchain dan Cryptocurrency Akan Diadakan di Jakarta

Bitcoin dan proyek berbasis blockchain kini mulai marak di Asia Tenggara, tak terkecuali di Indonesia. Mata uang digital ini di Indonesia banyak dijadikan sebagai komoditas investasi di bidang ekonomi. Namun sejatinya banyak peluang yang bisa dimanfaatkan bersamaan dengan makin banyaknya peminat bitcoin sebagai alat pembayaran.

Untuk meningkatkan pemahaman seputar pemanfaatan bitcoin, khususnya pada penerapat teknologi blockchain, “Blackarrow’s Blockchain Technology & Cryptocurrency Conference” akan segera diadakan di Jakarta. Secara khusus acara ini akan menyoroti tentang bagaimana bitcoin dan blockchain dapat berkembang pesat di Indonesia, dan menjadi sumber potensial dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia, seiring berkembangnya layanan berbasis fintech.

Konferensi tersebut akan diadakan pada 10 Mei 2017 mendatang bertempat di Ritz Carlton Jakarta. Beberapa pemateri akan dihadirkan, baik dari tingkat lokal maupun internasional, di antaranya:

  1. Marco Streng – CEO and co-founder of Genesis Mining.
  2. Matthew Rozak – Co-founder and Chairman of Bloq.
  3. Oscar Darmawan – CEO and Co-founder of PT Bit Coin Indonesia.
  4. Romeo Ganit – Marketing Director at DinarDirham.
  5. Simon Dixon – CEO and Co-founder of BnkToTheFuture.com.
  6. Thomas France – Co-founder of Ledger.

Selain menyampaikan teori tentang bitcoin dan blockchain itu sendiri, para pemateri juga akan menyampaikan studi kasus tentang pertumbuhan teknologi blockchain dan komunitas cryptocurrency di Indonesia. Di dalamnya juga terdapat pembahasan tentang bagaimana revolusi dari cryptocurrency untuk menekankan pemahaman konsep bisnis yang ada. Tak hanya itu, tema “Blockchain in Banking” turut akan disampaikan oleh pemateri untuk memastikan bahwa pendekatan yang diajarkan menjadi lebih sistematis dalam praktiknya.

Pendaftaran untuk mengikuti acara ini masih terbuka. Dan jika tertarik untuk informasi lebih lanjut dan pendaftaran, kunjungi laman resmi konferensi di alamat: http://www.blackarrowconferences.com/bcjakarta.html.

Disclosure: DailySocial merupakan media partner Blackarrow’s Blockchain Technology & Cryptocurrency Conference.

Umumkan Penasihat Baru, Bitcoin Indonesia Targetkan 250 Ribu Pengguna Aktif Tahun Ini

Bitcoin Indonesia sebagai salah satu startup cryptocurrency pertama di Indonesia mengumumkan penambahan jajaran penasihat baru di manajemen Bitcoin Indonesia, yaitu dengan menghadirkan Toto Sugiri. Sebagai seorang veteran di dunia IT yang telah berpengalaman lebih dari 25 tahun berkecimpung di sektor teknologi, Toto diharapkan bisa membantu Bitcoin Indonesia untuk mengarahkan bisnis dan tujuan di perusahaan.

“Sebagai sebuah startup yang juga berkutat di dunia IT, kami melihat banyak kemiripan antara industri kami dengan pengalaman beliau, dan kami rasa, tidak ada orang yang lebih cocok daripada Toto Sugiri untuk menjadi penasihat kami dalam membangun platform perdagangan komoditas digital paling aman tidak hanya di Indonesia, namun juga di kancah internasional,” kata Business Development Manager Bitcoin Indonesia Suasti Atmastuti Astaman kepada DailySocial.

Sebelumnya Toto Sugiri dikenal sebagai pendiri dari IndoNet yang merupakan ISP pertama di Indonesia, pencipta perusahaan Sigma Cipta Caraka yang kini telah diakuisisi oleh Telkom, dan pemilik Data Center Infrastructure Indonesia yang merupakan kompleks pusat data bersertifikasi Tier-4 pertama di Indonesia.

Saat ini Bitcoin Indonesia mengklaim telah mengalami perkembangan yang cukup pesat dengan jumlah anggota aktif lebih dari 180 ribu orang yang aktif berdagang komoditas digital seperti Bitcoin secara online setiap harinya. Bitcoin Indonesia kini telah termasuk ke dalam 20 besar bursa Bitcoin terbesar di dunia, dan menjadi salah satu exchange terbesar di Asia Tenggara.

“Target Bitcoin Indonesia hingga akhir tahun 2016 adalah mendapatkan 250 ribu anggota yang aktif menggunakan layanan bursa kami” kata Suasti.

Komunitas membantu untuk mengedukasi masyarakat tentang Bitcoin

Sejak awal kehadiran Bitcoin di Indonesia sempat menuai kontroversi yaitu adanya anggapan bahwa penggunaan Bitcoin bersifat negatif dan memiliki celah untuk pencucian uang. Meskipun isu tersebut sudah semakin reda di kalangan masyarakat, namun demikian tim Bitcoin Indonesia dibantu dengan komunitas Bitcoin yang cukup loyal, terus memberikan informasi dan edukasi menyeluruh seputar fungsi dan manfaat dari Bitcoin.

“Nyatanya, Bitcoin justru membuat semua transaksi finansial berjalan transparan di sebuah buku besar digital yang bisa diakses oleh siapa pun yang terhubung ke internet. Sifat Bitcoin yang seperti ini justru membuatnya menjadi alat terburuk untuk pencucian uang dan aksi kriminal lainnya,” kata Suasti.

Komunitas Bitcoin sangat berperan besar dalam memasarkan Bitcoin ke kalangan masyarakat, secara sukarela mereka yang sudah memahami manfaat dan mendapatkan keuntungan dari Bitcoin, mengajarkan tentang Bitcoin ke kerabat, teman dan kenalannya. Komunitas ini biasanya mengadakan seminar-seminar atau forum diskusi gratis yang bisa diikuti publik, atau menyelenggarakan acara seperti Bitcoin Film Festival untuk mengenalkan Bitcoin secara lebih jauh dengan cara yang lebih familiar dan menyenangkan.

Disinggung mengenai investor Bitcoin Indonesia, Suasti enggan menyebutkan siapa saja investor Bitcoin Indonesia saat ini, hingga kini Bitcoin Indonesia juga belum berencana untuk melakukan penggalangan dana.

“Kami masih menjadi salah satu dari sedikit startup yang berjalan menguntungkan dengan tingkat pertumbuhan mencapai lebih dari 400% per tahunnya. Harapan kami, hal ini bisa berlanjut hingga tahun-tahun berikutnya,” tutup Suasti.

Developing Countries Might be the Future of Cryptocurrency

The Chief Commercial Officer of Guvera, Michael Wallis-Brown, stated an interesting opinion at the Inside Bitcoins Conference in Melbourne, Australia. According to Wallis-Brown, as cited by Startup Smart, a number of developing countries which have large amount of people will no longer use the traditional banking system. He said that cryptocurrency might replace it. Continue reading Developing Countries Might be the Future of Cryptocurrency

Negara Berkembang Bisa Jadi Masa Depan Cryptocurrency

Suatu pendapat menarik disampaikan oleh Chief Commercial Officer Guvera Michael Wallis-Brown dalam panel konferensi Inside Bitcoins di Melbourne, Australia. Menurut Wallis-Brown, seperti dikutip dari Startup Smart, sejumlah negara berkembang dengan populasi padat bakal melewatkan (skipping) sistem pembayaran perbankan tradisional sama sekali. Bisa jadi cryptocurrency merupakan jawabannya.

Continue reading Negara Berkembang Bisa Jadi Masa Depan Cryptocurrency

Hubud Bali Jadi Coworking Space Pertama di Indonesia yang Terima Bitcoin

Menambah panjang layanan yang bereksperimen dengan bitcoin, Hubud Bali menjadi coworking space pertama di Indonesia yang menerima bitcoin sebagai alat pembayarannya. Hubud mencoba mengakomodasi para anggotanya yang mendapatkan upah menggunakan bitcoin. Sebelumnya kita juga mendengar berita bahwa sebuah vila mewah di Seminyak Bali juga dijual sepenuhnya menggunakan bitcoin.

Continue reading Hubud Bali Jadi Coworking Space Pertama di Indonesia yang Terima Bitcoin