Kiat SweetEscape dan SurveySensum Mempertahankan Laju Bisnis Selama Pandemi

Teknologi telah mengubah kebiasaan dan gaya hidup orang banyak. Bukan hanya membantu mereka memangkas waktu, namun juga memberikan pengalaman baru saat mengakses produk dan layanan secara online. Pandemi yang datang sejak tahun 2020 lalu juga telah mempercepat edukasi dan adopsi teknologi kepada orang banyak. Dan secara langsung telah memudahkan pekerjaan hingga proses belajar mengajar untuk semua.

Dalam sesi #SelasaStartup kali ini, dibahas pentingnya peranan teknologi untuk mendukung pertumbuhan startup, bersama Co-Founder & CEO SweetEscape David Soong dan Co-founder & Head of Product SurveySensum Tanuj Diwan.

Pandemi dan inovasi

Sebagai platform yang selama ini fokus kepada segmen B2C, SweetEscape, online marketplace jasa fotografer, memiliki layanan baru untuk bisnis dijuluki “Fotto”. Strategi ini dipilih dalam rangka menyelamatkan bisnis perusahaan yang terdampak pandemi Covid-19, permintaan industri perjalanan turun hingga 90%. Melalui lini baru ini, perusahaan mampu untuk tetap menjalankan bisnis, meskipun segmen utama mereka yaitu B2C terganggu karena adanya aturan pembatasan perjalanan.

Sebelumnya saat menawarkan layanan kepada segmen B2C, interaksi dengan pelanggan secara langsung tidak terlalu banyak terjadi. Kebanyakan pelanggan langsung menghubungi fotografer yang dipilih dalam platform. Namun saat pandemi dan dengan lini bisnis baru mereka yang menyasar B2B, interaksi dengan klien pun harus dilakukan secara langsung oleh tim SweetEscape.

Sementara itu bagi  SurveySensum yang selama ini fokus kepada segmen B2B, saat awal pandemi sempat mengalami kendala. Banyaknya pebisnis yang memangkas budget dan menunda proyek mereka, cukup menyulitkan bagi tim SurveySensum. Namun demikian saat ini ketika kondisi sudah semakin pulih, bisnis pun kembali menggunakan teknologi yang mereka miliki.

“Tujuan kita adalah memanfaatkan teknologi untuk memecahkan masalah dan memberikan solusi. Dimulai dengan feedback kita berharap klien bisa mengambil langkah selanjutnya berdasarkan survey dan feedback yang diterima,” kata Head of Product SurveySensum Tanuj Diwan.

Penerapan teknologi

Terkait dengan teknologi, platform seperti Sweet Escape mengklaim tidak terlalu banyak menerapkan teknologi yang rumit. Fungsi mereka sebagai platform pada dasarnya adalah memberikan kemudahan bagi pelanggan untuk melakukan pemilihan photographer yang sesuai, melakukan reservasi dan pembayaran.

Untuk mengelola semua percakapan dalam satu platform, SweetEscape juga mengembangkan sendiri chat message internal dan menghindari penggunaan platform chat app/messenger. Sebagai open marketplace, SweetEscape juga melakukan proses kurasi photographer terbaik yang bisa dimanfaatkan oleh pelanggan.

Sementara itu sebagai platform yang mengedepankan teknologi SurveySensum menerapkan teknologi artificial intelligence (AI) di dalam platform. Dengan demikian secara otomatis bisa dikategorikan pertanyaan atau feedback yang masuk dari pelanggan secara langsung. Hal ini tentunya memudahkan perusahaan untuk mengelola masukan tersebut.

Melalui teknologi, SurveySensum ingin membantu pendiri startup yang tidak terlalu mengerti teknologi dengan edukasi dan proses yang fleksibel dan tentunya mudah dipahami.

SweetEscape Resmikan “Fotto” sebagai Layanan Fotografi untuk Bisnis

SweetEscape, online marketplace jasa fotografer, mengumumkan layanan baru untuk bisnis dijuluki “Fotto”. Strategi ini dipilih dalam rangka menyelamatkan bisnis perusahaan yang terdampak pandemi Covid-19, permintaan industri perjalanan turun hingga 90%.

Kepada DailySocial, juru bicara SweetEscape menerangkan sejatinya Fotto adalah rebranding dari layanan yang sudah dijalankan perusahaan sejak awal 2019. Waktu itu bernama SweetEscape for Business. Layanan ini bergerak untuk memenuhi kebutuhan fotografi dan videografi bisnis mulai dari foto makanan, properti, katalog fesyen, headshot foto untuk perusahaan, hingga foto produk kemasan.

“Di tahun ini memang sudah direncanakan untuk memperkenalkan nama baru untuk layanan fotografi bisnis dengan nama Fotto. Tujuannya untuk memberikan layanan yang representatif dan menyeluruh bagi market bisnis,” ujarnya, Kamis (30/4).

Dia juga memastikan bahwa kehadiran Fotto tidak bersifat sementara alias semasa pandemi saja. Ke depannya akan lebih banyak inovasi yang siap ditawarkan SweetEscape melalui Fotto. Salah satunya mengembangkan Fotto agar dapat dapat menjawab kebutuhan pasar di Asia Tenggara.

Dalam teknisnya, fotografer professional Fotto akan melakukan sesi foto di lokasi yang telah disepakati bersama dengan tetap memperhatikan protokol keselamatan dari WHO. Hasil foto produk yang sudah di-edit dapat diakses dengan cepat dalam waktu tiga hari kerja melalui aplikasi.

Layanan Fotto itu sendiri telah mengabadikan kebutuhan bisnis untuk beberapa perusahaan besar. Di antaranya Boga Group, GoFood, GrabFood, Zomato, RedDoorz, Alodokter, P&G, BCA, PwC, At Kearney, dan masih banyak lagi.

Diharapkan Fotto dapat membantu kebutuhan pasar selama pandemi, membantu rekan-rekan bisnis yang harus migrasi dari offline ke online melalui konten visual yang menarik.

Konfirmasi layoff

Co-Founder & CEO SweetEscape David Soong dan Co-Founder & COO Emile Etienne turut memberikan konfirmasi perihal layoff yang dilakukan perusahaan, seperti yang diungkap dalam laporan SEAcosystem. Laporan yang dibuat dan diisi secara sukarela ini mendata ada 47 pegawai SweetEscape Indonesia yang terkena layoff.

Menanggapi itu, Etienne menjelaskan perusahaan terpaksa mengurangi pegawainya di Indonesia dan Filipina karena pandemi. Pendiri perusahaan menunda keputusan tersebut selama mungkin, tetapi dampak pandemi yang begitu kuat membuat mereka harus bertindak cepat.

“Sebagai pendiri, kami memiliki konflik moral terhadap tim kami dan pemegang saham kami. Untuk kebaikan perusahaan yang lebih besar, kami harus bergerak cepat mengurangi biaya untuk menyimpan dana tunai untuk memastikan landasan pacu selama 18 bulan demi mengantisipasi resesi global,” tuturnya.

Sebelum mengambil layoff, perusahaan sudah memotong semua pengeluaran yang tidak penting, seperti membatalkan berbagai langganan, perjalanan, biaya hosting, dan banyak lagi. “Pilihan terakhir kami adalah mengurangi jumlah pegawai. Sangat sulit harus melepaskan mereka dan memastikan Anda membantu mereka setelah pergi.”

Soong menambahkan, tidak hanya melakukan strategi bertahan saja. Perusahaan harus putar otak untuk meneruskan bisnis baru. Dalam waktu dua minggu setelah layoff, akhirnya perusahaan merilis Fotto.

“Di Fotto, kami membantu para pemain offline ke online, seperti puluhan ribu toko F&B yang terpaksa tutup untuk hadir secara online. Juga, membantu perusahaan dan brand menciptakan konten visual yang lebih baik dan menarik untuk bisnis mereka,” katanya.

Dia juga memastikan ke depannya perusahaan akan terus memberikan layanan fotografi perjalanan dan bisnis terbaik melalui jaringan lebih dari 10 ribu fotografer di seluruh dunia ketika industri mulai membaik.

Application Information Will Show Up Here

Tiga Hal Penting untuk Memahami Perilaku Baru Konsumen di Era Digital

Semenjak populer dikembangkan startup, konsep marketplace kini tak hanya didominasi platform jual-beli produk. Marketplace juga merambah pada vertikal bisnis tertentu, seperti kerajinan tangan, produk kecantikan, hingga layanan fotografi.

Beda bisnis, beda pula target pasar dan tantangannya. Hal ini juga yang dialami Founder & CEO SweetEscape David Soong saat membangun dan menjalankan bisnis lewat platform sewa jasa fotografer profesional yang sudah berjalan selama 2,5 tahun.

Pada sesi #SelasaStartup kali ini, David berbagi pengalamannya di SweetEscape dalam menilik perilaku konsumen di era digital berkaitan dengan bisnis yang digelutinya.

Memahami potensi pasar

David blak-blakan mengungkap bahwa ada banyak tantangan dihadapi dalam memulai bisnis yang terbilang baru ini. Tantangan paling besar adalah persepsi. Belum tentu orang mau menggunakan layanan ini, wong kita tidak kenal dengan fotografernya.

Belum lagi barrier pada bahasa mengingat SweetEscape menyediakan fotografer di 500 kota di seluruh dunia. Ada juga hambatan dari perekrutan talent. Mereka tak yakin apakah bisnis ini bakal berjalan atau tidak.

Tetapi, David menilai bahwa semua bisnis pada dasarnya sama. Ada banyak potensi pasar yang dapat diincar. Kalau bicara soal model bisnis yang dilakoninya, potensinya tercipta berkat pertumbuhan pengguna media sosial dan bisnis jualan online.

“Indonesia itu salah satu basis pengguna media sosial terbesar, yang mana paling banyak ke media sosial yang visual (Instagram). Kemudian, e-commerce atau jualan online. Kalau jualan barang, kita setidaknya punya foto dan video production,” ungkap David.

Memetakan perilaku pasar

Seiring dengan perjalanan bisnisnya, David dapat memetakan segmen pengguna berdasarkan perilaku pasar. Ada dua jenis, yaitu business-to-business (B2B) dan business-to-consumer (B2C).

Pasar B2C sudah jelas, yang diincar adalah konsumen yang menikmati langsung jasa/layanan. Menurutnya, berkat media sosial, orang-orang cenderung sering membagikan momen-momen pribadi. Berbeda sekali dengan dulu, mereka hanya menyimpan dokumentasi momen pribadi.

“Media sosial mendorong kita untuk ingin berada di momen itu. Kita melihat ini sebagai new behaviour,” tuturnya.  

Sementara B2B berasal dari perusahaan/korporat. Mereka biasanya membutuhkan konten visual yang banyak, cepat, dan harganya terjangkau. Perilaku di atas justru dapat mempermudah pelaku bisnis untuk menyampaikan produk.

Perilaku pasar yang kini relevan

Masih berkaitan dengan poin sebelumnya. Menurut David, tanpa kita sadari sebetulnya kita telah membiarkan diri kita untuk memesan jasa dari orang yang tidak kita kenal. Contoh paling akrab adalah memesan Gojek.

Ia menilai bahwa hal ini adalah bentuk perubahan signifikan pada perilaku pasar. Jika model bisnis ini diterapkan dulu, mungkin kita tidak berani. Sama halnya dengan memesan jasa fotografer tanpa bertemu sekalipun dengan orangnya.

“Nah, untuk menarik konsumen, caranya adalah menciptakan kepercayaan. How do you create trust? Di dunia fotografi, konsep stranger itu biasa, seperti kita memesan vendor pernikahan. Yang berbeda adalah sekarang ada shortcut untuk trust dengan mengandalkan portfolio mereka dan review dari para pengguna,” paparnya.

SweetEscape Raises 84.8 Billion Rupiah Series A Funding

A digital platform connecting consumers with professional photographers, SweetEscape, today (7/02) announced a new Series A round. It’s worth up to $6 million or equivalent with 84.8 billion Rupiah. The funding led by Openspace Ventures and Jungle Ventures, also involved in this round Burda Principal Investments and the previous investors.

In the mid-2018, the startup founded by David Soong and Emile Etienne has secured $1 million seed funding led by East Ventures, participated also Beenext, SkyStar Capital, and GDP Venture.

The following funding is to be allocated for AI technology development in order to improve the platform’s capability. In addition, for operational expansion throughout Asia, SweetEscape plans to double up talents by 2019. Currently, the company has more than 100 employees distributed in Jakarta, Singapore, and Manila.

SweetEscape founder and team in Jakarta headquarter / SweetEscape
SweetEscape founder and team in Jakarta headquarter / SweetEscape

SweetEscape’s Co-Founder and CEO, David Soong said, AI technology optimation is highly required to improve post-production process. The hype of technology capability supposed to help photographic image processing.

Based in Jakarta, SweetEscape was founded in 2017. The previous founder, Emile, was also the Co-Founder & COO of Bridestory. Currently, they’ve reached more than 500 cities in over 100 countries.

In Indonesia, SweetEscape has a direct competitor named Frame a Trip, with a similar business model and target market. Founded by some experts in the business and entertainment industry, including Dian Sastro Wardoyo, Frame a Trip is targeting to cover more than 500 cities this year.

Emile as the Co-Founder & COO added, in order to scale up the business, SweetEscape will expand the photography services for all cases. Not only a trip or tour but also for a birthday party, baby shower, graduation, and many more.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

SweetEscape Dapatkan Pendanaan Seri A Senilai 84,8 Miliar Rupiah

Platform digital yang mempertemukan konsumen dengan fotografer profesional, SweetEscape, hari ini (02/7) mengumumkan telah mendapatkan putaran pendanaan baru dalam seri A. Nilainya mencapai $6 juta atau setara 84,8 miliar Rupiah. Pendanaan dipimpin oleh Openspace Ventures dan Jungle Ventures dengan keterlibatan Burda Principal Investments dan investor sebelumnya.

Pertengahan tahun 2018 lalu, startup yang didirikan oleh David Soong dan Emile Etienne tersebut telah membukukan pendanaan awal senilai $1 juta yang dipimpin East Ventures dengan partisipasi Beenext, SkyStar Capital, dan GDP Venture.

Modal tambahan ini akan dialokasikan untuk pengembangan teknologi AI guna meningkatkan kapabilitas platform. Selain itu untuk kebutuhan ekspansi operasional ke seluruh wilayah Asia, SweetEscape berniat merekrut lebih banyak pegawai hingga dua kali lipat di tahun 2019. Saat ini perusahaan telah memiliki lebih dari 100 karyawan yang tersebar di Jakarta, Singapura dan Manila.

SweetEscape
Founder dan tim SweetEscape di kantor pusat di Jakarta / SweetEscape

Co-Founder & CEO SweetEscape David Soong mengatakan, optimasi teknologi AI sangat diperlukan untuk meningkatkan proses pasca produksi. Kapabilitas teknologi yang tengah menjadi tren di industri tersebut diyakini bisa membantu dalam pengolahan gambar hasil fotografi.

Berbasis pusat di Jakarta, SweetEscape didirikan pada tahun 2017. Sebelumnya salah satu pendirinya, Emile, adalah Co-Founder & COO Bridestory. Saat ini mereka telah menjangkau lebih dari 500 kota di lebih dari 100 negara.

Dari Indonesia, SweetEscape bersaing langsung dengan Frame a Trip, juga memiliki model bisnis dan cakupan pasar yang hampir serupa. Didirikan oleh beberapa pesohor dalam dunia bisnis dan hiburan, termasuk selebriti Dian Sastro Wardoyo, Frame A Trip juga targetkan bisa mencakup lebih dari 500 kota tahun ini.

Emile selaku Co-Founder & COO turut menambahkan, untuk meningkatkan bisnis SweetEscape akan terus memperluas menghadirkan layanan fotografi untuk berbagai kebutuhan. Tidak hanya perjalanan atau wisata, namun akan memfasilitasi acara ulang tahun, baby shower, wisuda dan lainnya.

Application Information Will Show Up Here

SweetEscape’s Plans After Receiving Seed Funding

SweetEscape, an on-demand photography service, is ready to execute some plans after receiving seed funding of US$1 million (approx. IDR 14 billion) led by East Ventures. Some other investors are Beenext, SkyStar Capital, and GDP Venture.

The money will be used for Asia’s market expansion. After the Philippines, SweetEscape might expand to Thailand and South Korea in the near future. The company is ready to hire a local team and work together with local brands to expand SweetEscape.

Local teams in each country are responsible to provide relevant recommendation and suggestion for its clients. They’re also expected to educate SweetEscape’s new markets about its features.

The funding was finalized last year, but being recently announced by SweetEscape. In fact, the announcement came after SweetEscape’s expansion to enter Philippines market.

David Soong, SweetEscape’s CEO, about this issue, said, “This announcement is a decision of SweetEscape’s internal team and other related investors. Moreover, we saw the Philippines and Asian market are growing and intriguing for more development.”

“Our goal is to become a global company. When it started, SweetEscape only had clients from Indonesia. As of now, 45% of our clients are overseas, mostly coming from Asia and the US. Basically, professional photographers are the global market’s need.”

Soong continued, other than expansion, SweetEscape will use the fund to develop new technology for its clients. The company is preparing for a system that can edit photos automatically in high resolution within less than 24 hours.

“As our goal to provide the best for clients, we’ll certainly keep developing in terms of technology.”

Emile Etienne, SweetEscapes’ Founder and COO, added, to maintain the good quality photo shooting and editing quickly is a challenge for the company. Therefore, the right technology is going to be a solution, not only for clients but also for photographers.

“Our team has built the easiest booking app for photography and will continue to invest in IT for the seamless experience to our clients and photographers,” he said.

Founded two years ago, SweetEscape claims to have 2000 photographers distributed in 100 countries. SweetEscape’s clients is said to reach over thousands of people worldwide.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Sweet Escape Expands to The Philippines

Sweet Escape, a service to connect consumer and local photographer, announces first regional expansion to Philippines The company has prepared a local team and partnered with brands such as Citibank.

The Philippines is selected for its enormous growth, the second biggest market for the company after Indonesia. The company has realized that photography service isn’t only a domestic need, but rather international.

David Soong, Sweet Escape’s CEO, said without further detail that 45% of the clients are not from Indonesia.

“After many evaluations, we decided to dig deeper into the Philippines’ market and develop a specific marketing initiative as the first step,” Soong said in the official release.

The company has currently provided seven languages option in its site. They are Bahasa Indonesia, English, Thai, Korean, Spanish, Japanese, and Mandarin. There are over 2 thousand freelance photographers in more than 400 cities recruited from all over the world.

The number grew rapidly if compared to Sweet Escape’s first establishment in 2016 with only 40 photographers in 5 cities. In terms of customer, they claim to have reached thousands.

The company has accommodated special moments, besides holiday, which growth is increasing over time. For example, birthdays, graduations, pre-wedding, honeymoons, births, or family reunions.

“For customers, we are trying to reach more for overseas photographers in expressing themselves and earning additional income.”

Dealing with the increasing demand, the company regularly adds photographers every week and holds several meet-ups to collect aspirations and allow sharing insights in photography along with customers interaction.

Sweet Escape interface
Sweet Escape interface

Previously, Sweet Escape partnered with Printerous in launching in-app photo printing feature in an attempt to improve service for customers.

In using Sweet Escape, customers can order a photo session anywhere, anytime. With curated photographers, customers can download the edited photo in less than three days via app or website.

In Indonesia, there are also other players in this segment, such as Dian Sastro’s Frame a Trip and Servolia.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Sweet Escape Ekspansi Ke Filipina

Layanan pencari jasa fotografer Sweet Escape mengumumkan ekspansi perdana ke Filipina sebagai negara sasaran pertama untuk kawasan regional. Perusahaan telah menyiapkan tim lokal dan menggandeng brand seperti Citibank untuk kerja sama bisnisnya.

Filipina dipilih lantaran negara tersebut tergolong pertumbuhan terbanyak setelah Indonesia. Akibatnya perusahaan sadar bahwa kebutuhan atas jasa layanan fotografi itu merupakan kebutuhan internasional bukan hanya dalam negeri.

Tanpa merinci lebih detil, CEO Sweet Escape David Soong mengatakan sekitar 45% klien perusahaan berasal dari luar Indonesia.

“Setelah mengevaluasi berbagai hal, kami memutuskan untuk mendalami pasar Filipina dan mengembangkan inisiatif marketing spesifik sebagai langkah awal,” ujar David dalam keterangan resmi.

Saat ini perusahaan telah meluncurkan situs web dalam tujuh bahasa, antara lain: Bahasa Indonesia, Inggris, Thailand, Korea, Spanyol, Jepang, dan Mandarin. Total fotografer lepasan yang telah direkrut perusahaan mencapai lebih dari 2 ribu orang dari berbagai belahan dunia yang tersebar di lebih dari 400 kota di dunia.

Angka ini tumbuh melesat bila dibandingkan saat Sweet Escape baru pertama kali berdiri di 2016 dengan angka 40 fotografer di lima kota saja. Dari sisi pengguna perusahaan mengklaim telah memiliki ribuan pengguna.

Dari segi layanan, perusahaan telah mengakomodasi berbagai momen spesial selain liburan, yang memang pertumbuhannya terus meningkat dari waktu ke waktu. Misalnya, ulang tahun, acara wisuda, pre-wedding, bulan madu, kelahiran, sampai reuni keluarga.

“Selain pengguna, kami juga senantiasa berupaya menciptakan lebih banyak pengguna bagi fotografer mancanegara dalam mengekspresikan diri mereka sekaligus mendapatkan penghasilan tambahan.”

Untuk mengatasi pertumbuhan permintaan, pihaknya mengaku rutin menambah fotografer setiap minggunya dan mengadakan beberapa meet-up di berbagai lokasi untuk menampung aspirasi dan memungkinkan pertukaran pengetahuan dalam memotret dan berinteraksi dengan pengguna.

Tampilan aplikasi Sweet Escape
Tampilan aplikasi Sweet Escape

Sebelumnya, perusahaan menggandeng Printerous dalam meluncurkan fitur cetak foto dalam aplikasi juga dibuat guna mendukung upaya meningkatkan layanan bagi para penggunanya.

Untuk menggunakan layanan Sweet Escape, pengguna dapat memesan sesi foto di mana saja dan kapan saja. Selain fotografer terkurasi, pengguna dapat mengunduh foto berwarna yang telah disunting dalam waktu kurang dari tiga hari kerja melalui aplikasi atau situs web.

Di Indonesia, selain Sweet Escape terdapat pemain lainnya antara lain Frame a Trip milik selebrita Dian Sastro dan Servolia.

Application Information Will Show Up Here

Hadirkan Layanan Cetak Foto, Sweet Escape Jalin Kemitraan dengan Printerous

Bertujuan memudahkan orang mengabadikan momen-momen istimewa, SweetEscape sebagai jasa fotografi yang memiliki lebih dari 2000 fotografer, baik lokal dan juga internasional, menggandeng Printerous menghadirkan layanan cetak foto kepada pengguna.

Kerja sama ini diharapkan bisa memudahkan pengguna yang menggunakan jasa fotografi. Konsumen bisa secara langsung bisa mencetak foto dan diantar langsung ke lokasi yang ditentukan.

“Kenapa kami memutuskan melakukan kolaborasi dengan Printerous karena adanya kesamaan visi. Sebagai startup yang berbasis teknologi, saya harap kerja sama ini bisa memudahkan pengguna,” kata Founder dan CEO SweetEscape David Soong.

Setiap bulannya ada sekitar 30 ribu foto yang diunduh dari aplikasi SweetEscape. Untuk pencetakan foto, usai memanfaatkan jasa fotografi di SweetEscape, pengguna bisa memilih dua tipe produk cetak, Canvas Art dan Photo Prints. Selanjutnya pengguna bisa memilih momen favorit dari sesi foto mereka dan langsung memilih fitur “Cetak” dalam aplikasi.

Produk Canvas Art dibanderol dengan harga sekitar Rp 280 ribu dan Photo Prints seharga Rp 14 ribu. Pembayaran dapat dilakukan melalui PayPal dan Kartu Kredit.

“Menurut saya, Printerous dan SweetEscape memiliki visi yang sejalan. Sesuai dengan tagline SweetEscape ‘Make Every Moment Memorable’, Printerous ingin membantu para pengguna untuk dapat mencetak momen berharga mereka,” kata Founder Printerous Kevin Osmond.

Berencana untuk melakukan fundraising

Sweet Escape yang telah diluncurkan sejak tahun 2016 hingga kini mengklaim telah memiliki ribuan pengguna dan telah hadir di lebih dari 400 kota. Di Indonesia, SweetEscape telah memiliki jaringan fotografer di 40 kota. Dengan harga layanan yang tergolong premium, SweetEscape memang sengaja menargetkan pengguna dari kalangan menengah ke atas. Untuk jasa foto selama dua jam dengan hampir 200 foto yang sudah diedit, pengguna akan dikenakan biaya sekitar Rp4-7 juta.

“Namun demikian dengan kualitas foto yang dihasilkan, sebenarnya bisa dibilang harga yang kami tawarkan tergolong ekonomis,” kata David.

Berencana untuk melakukan fundraising, target yang ingin diwujudkan SweetEscape lainnya adalah melakukan ekspansi di negara lainnya. Di tahun 2018 ini SweetEscape mencatat hampir 50% pelanggan berasal dari Indonesia, sementara dari negara lainnya sekitar 40% saja.

“Harapannya SweetEscape bisa Going Global, dengan aplikasi multibahasa dan peluncuran resmi di negara baru yang akan kami resmikan dalam waktu dekat,” tutup David.

Application Information Will Show Up Here

Cara Memaksimalkan Fitur Dual Aperture di Samsung Galaxy S9 dan S9+

Aperture atau diafragma ialah bukaan di lensa penentu besar-kecilnya cahaya yang masuk ke sensor, dan pengetahuan mengenai pemanfaatannya merupakan pilar utama ilmu fotografi. Di lensa kamera standar, biasanya pengguna dipersilakan mengubah ukuran bukaan untuk mengatur ‘asupan’ cahaya. Tapi berbeda dari kamera, mayoritas smartphone hanya menggunakan satu ukuran aperture saja.

Sejauh ini, cara produsen smartphone dalam meng-upgrade kemampuan kamera produk mereka adalah dengan mengimplementasikan bukaan selebar-lebarnya. Dengan aperture besar (ditandai dengan f/ yang kian mengecil), handset dapat lebih mahir menjepret di kondisi low light. Namun tetap saja, sebetulnya diafragma ‘sempit’ tetaplah diperlukan, khususnya buat menangkap detail lebih banyak.

GS9 13

Solusi yang diambil Samsung adalah dengan memafaatkan sebuah teknologi bernama Dual Aperture di dua perangkat flagship anyar mereka, Galaxy S9 dan S9+. Dual Aperture memungkinkan kamera belakang smartphone beradaptasi sesuai kondisi cahaya, bisa beralih dari f/2.4 di ruang terang agar efektif menyerap segala detail ke f/1.5 sewaktu kondisi betul-betul minim cahaya. Teknologi ini pertama kali ada di Galaxy S9 dan S9+.

GS9 9

Dual Aperture juga membuka kesempatan dalam pengambilan gambar di kondisi ekstrem ketika smartphone lain sudah menyerah, misalnya saat Anda dan pasangan sedang makan malam romantis yang cuma diterangi sebatang lilin atau ketika berjalan berdua di pinggir pantai setelah matahari terbenam. Fitur ini bekerja otomatis di mode Auto, namun Anda bisa mengubahnya secara manual via mode Pro.

GS 6

Dalam acara Media Workshop yang Samsung adakan di Lombok minggu ini, David Soong selaku founder Axioo Photography dan Sweet Escape sempat memberikan sejumlah tip jitu ketika Anda mencoba mengabadikan momen di situasi temaram berbekal Galaxy S9 serta S9+ via mode Pro.

GS 7

Sebelum sesi pemotretan dimulai, ada satu setup yang perlu diingat: aperture f/1.5 dapat Anda gunakan saat waktu sudah melewati pukul 18:00 atau ketika Anda berada di dalam ruangan. Lalu bukaan f/2.4 sendiri bisa dimanfaatkan di siang hari, terutama di kondisi outdoor.

GS9 8

Di beberapa skenario, terkadang kita perlu menggunakan setting shutter di kecepatan rendah – misalnya di 1/40 detik atau lebih lambat lagi. Di skema ini, gerakan tangan sedikit saja bisa membuat hasilnya blur. Bahkan jika tangan Anda sudah mantap, pergerakan objek juga bisa menyebabkan sebagian area di gambar jadi kabur.

Untuk memperkecil dampak negatif dari blur, Samsung mencantumkan sistem optical image stabilization versi baru di Galaxy S9 dan S9+, tapi ada tiga aspek lain yang dapat membantu pengambilan gambar di pencayahaan temaram. Menggunakan tripod merupakan solusi paling efektif, namun bagaimana jika Anda tidak membawanya?

  • Pertama-tama, Anda perlu mengatur nafas dengan baik. Sejumlah fotografer kadang menyarankan kita untuk mengambil nafas dalam dan menahannya begitu ingin menekan tombol shutter.
  • Buat menambah tingkat kestabilan, Anda dapat bersandar pada objek yang tidak bergerak, misalnya tembok atau meja.
  • Ketika sulit menemukan objek yang tidak bergerak, Anda direkomendasikan buat memegang Galaxy S9 atau S9+ lebih dekat ke dada sembari menggunakan kedua tangan. Menurut David, cara ini bisa meredam kondisi ‘shaky hand‘ ketimbang menjepret dengan menjulurkan tangan.

Perbedaan terbesar antara kedua device terletak pada pemanfaatan setup kamera ganda di Galaxy S9+. Selain sensor 12Mp 1/2.55-inci 1,4µm Dual Pixel, S9+ juga dibekali satu sensor telephoto 12Mp lagi. Dual camera efektif dalam membaca kedalaman, sangat berguna ketika ingin menciptakan foto bokeh via mode Live Focus. Mode ini memungkinkan Anda mengatur fokus setelah gambar diambil.

GS 2

GS 1
Dua foto ini betul-betul cuma dibantu penerangan dari lilin dan cahaya bulan.

Selain susunan kamera, ukuran layar serta penyimpanan, Samsung Galaxy S9 dan S9+ mempunyai fitur, desain dan spesifikasi yang sama. Kini, Anda hanya tinggal menentukan pilihan.

Tip pengambilan foto dan video super slow motion bisa Anda simak dalam artikel ini.