FiiO UTWS3 Ubah Earphone dengan Kabel Detachable Menjadi TWS

Terus meningkatnya tren TWS bukan berarti Anda harus langsung melupakan earphone berkabel kesayangan Anda. Kalau memenuhi syarat, earphone tersebut malah bisa Anda sulap menjadi TWS dengan bantuan perangkat yang tepat.

Salah satu perangkat yang saya maksud adalah FiiO UTWS3. Secara teknis, perangkat ini dideskripsikan sebagai sebuah true wireless Bluetooth amplifier, dan tugasnya adalah memberikan konektivitas nirkabel pada earphone yang detachable (yang kabelnya dapat digonta-ganti).

FiiO UTWS3 hadir dalam dua varian; satu yang menggunakan konektor 0,78 mm, satu dengan konektor MMCX, sehingga bisa disesuaikan sendiri dengan konektor kabel milik earphone masing-masing pengguna. Cara menggunakannya pun cukup mudah; tinggal lepas kabel milik earphone, lalu sambungkan earphone-nya ke FiiO UTWS3, dan perangkat siap digunakan sebagai TWS.

Perangkat ini menggunakan chip Bluetooth 5.0 QC3020 besutan Qualcomm yang mendukung codec AAC maupun aptX. Unit kiri dan kanannya memiliki sambungan yang terpisah, yang berarti keduanya akan terhubung ke smartphone atau tablet secara sendiri-sendiri, sehingga suara yang dihasilkan akan identik di antara keduanya, tidak ketinggalan juga koneksi yang lebih stabil secara keseluruhan.

Jika dibandingkan dengan pendahulunya, UTWS3 mencatatkan noise floor yang 70% lebih rendah, sekaligus output daya 400% lebih tinggi. Perangkat turut dibekali sepasang mikrofon di masing-masing unitnya; satu untuk menangkap suara pengguna, satu untuk menangkap suara di sekitar yang kemudian akan difilter oleh teknologi noise cancellation Qualcomm CVC yang tersematkan.

Secara fisik, UTWS3 mengadopsi desain ear hook guna memastikan perangkat tidak mudah terlepas dari telinga meski penggunanya aktif bergerak. Sebuah tombol pengoperasian tersedia di unit kiri maupun kanannya, dan secara keseluruhan ia tahan cipratan air dengan sertifikasi IPX4.

Dalam posisi terisi penuh, UTWS3 mampu beroperasi sampai sekitar 5,5 jam pemakaian, sedangkan charging case-nya bisa mengisi penuh sampai 4 – 5 kali (total sekitar 30 jam daya baterai jika digabung). Seperti yang bisa kita lihat pada gambarnya, charging case-nya memiliki lubang yang cukup besar untuk mengakomodasi earphone dengan berbagai bentuk.

Di Singapura, FiiO UTWS3 saat ini sudah dipasarkan dengan harga S$139 atau sekitar Rp1,46 jutaan. Harganya memang setara harga TWS itu sendiri, tapi setidaknya dengan ini earphone kesayangan Anda jadi bisa punya kesempatan kedua.

[Review] 1MORE Dual Driver ANC Pro: Suara Bagus dengan ANC melalui Bluetooth dan Kabel

Mendengarkan musik sambil berolah raga maupun bekerja mungkin sudah menjadi kebiasaan setiap orang saat ini. Apalagi saat sedang melakukan perjalanan ke kantor cukup membosankan sehingga hiburan seperti musik cukup dibutuhkan. Namun mencari sebuah in-ear monitor (IEM) yang nyaman memang tidak mudah, apalagi memiliki Active Noise Cancelling. Nah, produsen asal Tiongkok yang benama 1More sepertinya memiliki solusinya saat ini.

1More sendiri didirikan oleh tiga orang mantan orang besar di Foxconn. Nama besar Xiaomi disebut sebagai salah satu investor dari 1More. 1More memiliki tujuan untuk mengubah persepsi bahwa produk buatan Tiongkok itu murah dan berkualitas rendah.

1More Dual Driver ANC Pro

Saat ini, saya kedatangan sebuah wireless earphone dengan nama 1More Dual Driver ANC Pro. Wireless earphone ini sendiri menggunakan model neckband dan bisa menggunakan dua buah koneksi, yaitu bluetooth dan kabel serta memiliki earpiece dengan model in ear. IEM ini juga memiliki dua buah speaker pada setiap earpiece yang akan memisahkan antara kanal low dengan mid dan high.

1More Dual Driver ANC Pro memiliki spesifikasi sebagai berikut

Berat 44.6 gram
Impendansi 32 Ω
Versi Bluetooth / Codec 5.0 / SBC, AAC, LDAC
Ukuran Driver ø13.6mm
Rating IPX5
Kapasitas Baterai 160 mAh

Kata Pro pada nama IEM ini menandakan adanya dukungan LDAC dan sertifikasi audio resolusi tinggi. LDAC dari Sony sendiri mampu mentransfer data musik hingga 990 Kbps, sehingga kualitas lagu yang didengar (seharusnya) akan lebih baik jika dibandingkan dengan menggunakan SBC atau AAC. Untuk non Pro sendiri sepertinya tidak dijual di Indonesia oleh EraSpace.

Unboxing

Inilah isi dari paket penjualan 1More Dual Driver ANC Pro

1More Dual Driver ANC Pro - Unbox

Desain

1More Dual Driver ANC Pro menggunakan bahan berjenis karet pada kabelnya dan neckband-nya. Karet yang digunakan juga memiliki finishing yang cukup lembut sehingga membuatnya cukup nyaman saat tersentuh dengan kulit bagian belakang leher yang biasanya sensitif. Karet kalungnya sendiri juga lentur dan lembut serta tahan terhadap kerusakan akibat terkena keringat.

1More Dual Driver ANC Pro - Tombol

Panel kontrol yang ada pada 1More Dual Driver ANC Pro ada pada sisi sebelah kiri. Pada panel tersebut di sisi sebelah dalam terdapat beberapa tombol seperti volume naik dan turun, Play/Pause, dan microphone. Di sisi atasnya bisa ditemukan power dan dua tombol ANC. Pada panel yang sama juga bisa ditemukan port USB-C yang tertutup oleh cover yang terbuat dari plastik polikarbonat.

Pada bagian belakang kedua earpiece terdapat magnet yang dapat menarik cukup kuat. Pada saat kedua earpiece tertempel, akan membuat musik yang sedang dimainkan akan terhenti serta memutuskan hubungan bluetooth-nya. Hal ini tentu saja sangat membantu jika kita tidak ingin repot mematikan musik dengan mengeluarkan smartphone dari kantung.

1More Dual Driver ANC Pro - USB-C

1More juga sudah memiliki aplikasi pendukung. Pada saat pengujian, saya langsung ditawari untuk melakukan update firmware. Hal ini tentu saja membuat penggunaan earphone bluetooth ini menjadi lebih nyaman. Pengguna juga bisa mendapatkan fitur baru atau bug fix langsung dari produsen.

Pengalaman Menggunakan: LDAC Memang Berbeda

Saat membuka paket penjualannya pertama kali, saya cukup terkesan dengan packaging dari 1More. Sangat terlihat sekali bahwa mereka mendesain semuanya dengan premium. Saat mengangkat tempat earphone-nya, 1More juga memberikan tiga pasang earbuds dengan ukuran yang berbeda dan ditempatkan dengan cukup premium.

Saat pertama kali saya melakukan pairing, bluetooth pada smartphone saya langsung mendeteksi dengan baik. Setelah kedua perangkat tersambung, ternyata secara default, keduanya terkoneksi dengan codec LDAC. Biasanya, saya harus menyalakan dari SBC ke AAC terlebih dahulu.

1More Dual Driver ANC Pro - Buds

Sebagai informasi saja, LDAC bisa mentransfer data hingga 990 kbps. Namun untuk mendapatkan bitrate tersebut, pada perangkat Android harus terlebih dahulu ditingkatkan pada mode developer. Jika tidak, biasanya Android akan terpasang pada bitrate 660 kbps. Codec lainnya akan melakukan transfer data sekitar 320 kbps.

Saya pun langsung berinisiatif untuk melakukan burn-in pada earphone ini. Setelah memainkan beberapa file, saya melakukan instalasi aplikasi 1More Music dari Google Play. Ternyata, aplikasi ini memiliki fitur Burn-In otomatis tersendiri sehingga memudahkan penggunanya untuk membuat driver-nya lebih lentur. Tentu saja saya menggunakan fitur ini untuk melakukan burn-in dalam beberapa jam.

1More Dual Driver ANC Pro - Burn In

Saya menggunakan file FLAC untuk menguji 1More Dual Driver ANC Pro. Selain itu, saya juga menggunakan Spotify agar bisa membedakan antara FLAC dan OGG dengan baik dengan menggunakan codec LDAC. Dan ternyata, saya bisa mendengar perbedaannya dengan cukup jelas.

Terus terang, ini adalah perangkat LDAC pertama yang saya uji. Sebelumnya, saya hanya bisa merasakan codec SBC dan AAC pada sebuah wireless headphone/earphone. Setiap lagu yang saya dengarkan pada 1More Dual Driver ANC Pro memberikan detail suara yang sangat baik. Bahkan ada detail suara yang baru saya ketahui pada beberapa lagu yang hampir tiap hari saya dengarkan dengan menggunakan 1More Dual Driver ANC Pro.

1More Dual Driver ANC Pro - in ear

Untuk bassnya sendiri, pada volume yang tidak penuh juga terasa “nendang” dan mendalam. Untuk frekuensi mid, suara vokal dari penyanyi juga terasa lebih tajam dan jelas. Frekuensi tingginya juga terdengar dengan baik dan jelas. Saya juga merasa nyaman saat mendengarkan musik-musik akustik 1More Dual Driver ANC Pro.

Suara saat mendengarkan melalui bluetooth dan kabel USB-C ke audio ternyata cukup berbeda. Suara yang dikeluarkan melalui kabelnya tidak setajam melalui LDAC. Jelek? Tidak! Semua itu tergantung masing-masing orang yang mendengarkannya. Hanya saja, tingkat bass dan treble yang ada sedikit menurun dan akan menghilangkan delay.

1More Dual Driver ANC Pro - USB Audio 3.5mm

Berbicara mengenai delay, tentu tidak terlepas dengan penggunaannya untuk bermain game. Saat menggunakan bluetooth, jeda antara aksi dan suara memang cukup terasa. Hal tersebut memang dapat ditanggulangi dengan menggunakan kabel USB-C ke audio. Detail suara yang ada memang membuatnya menjadi IEM gaming yang sangat baik.

Fungsi tombol yang ada pada 1More Dual Driver ANC Pro cukup responsif saat ditekan. Pengguna nantinya akan kerap tertukar antara tombol untuk volume dan ANC. Perlu diperhatikan bahwa tombol Play/Pause tidak akan bekerja saat 1More Dual Driver ANC Pro terkoneksi melalui kabel. Tombol ini sendiri bisa berfungsi sebagai pemanggil Google Assistant pada perangkat Android.

1More Dual Driver ANC Pro - Settings

Active Noise Cancelling juga menarik pada 1More Dual Driver ANC Pro. Ada tiga mode ANC pada IEM ini, yaitu mild, strong, dan wind. Mode terakhir khusus digunakan pada saat lingkungan sekitar sedang berhembus angin yang cukup kencang dan sedang menggunakan microphone. Dua mode untuk speaker-nya, yaitu mild dan strong, dapat menghalau suara dari luar dengan lumayan baik. Namun, jangan berharap bahwa semua suara tidak akan terdengar sama sekali.

Baterai pada 1More Dual Driver ANC Pro memiliki kapasitas 160 mAh. Pengujian kali ini hanya menggunakan mode bluetooth secara panjang dengan codec LDAC. Saya mendapatkan total penggunaan sekitar kurang dari 8 jam. Angka ini tentu saja cukup baik untuk digunakan dalam satu hari.

Verdict

Pasar AIoT saat ini sedang gencar-gencarnya diperlihatkan oleh para produsen. Hal tersebut tentu saja termasuk dalam perangkat suara seperti wireless headphone. Hal tersebut dikarenakan kita bisa mengendalikan perangkat lain melalui perintah suara sekaligus mendengarkan musik. Hal tersebut termasuk 1More Dual Driver ANC Pro.

1More Dual Driver ANC Pro sendiri merupakan sebuah wireless in ear monitor yang memiliki fungsi lengkap. Mendukung LDAC untuk menghantarkan suara dengan lebih baik dan juga memiliki kemampuan untuk terkoneksi melalui kabel. Dengan menggunakan interface USB-C, membuatnya mudah untuk diisi ulang karena kabelnya sudah umum digunakan saat ini.

Suara yang dihasilkan terdengar sangat baik di telinga saya. Semua frekuensi terdengar dengan baik dan jelas hampir tanpa kekurangan. Saya juga bisa mendapatkan sedikit ketengangan dengan menggunakan Active Noise Cancelling yang ada pada 1More Dual Driver ANC Pro.

1More Dual Driver ANC Pro dijual dengan harga Rp. 1.499.000 dan saat ini sudah tersedia untuk pasar Indonesia. Dengan harga tersebut, Anda akan mendapatkan berbagai fitur yang lengkap, sekali lagi termasuk LDAC, ANC, WNC, dan koneksi kabel serta suara yang bagus. Jadi, harga tersebut masih bisa dibilang terjangkau.

Sparks

  • LDAC dengan suara yang sangat baik di segala sisi
  • Bisa terkoneksi melalui kabel
  • WNC yang membuat microphone tidak berisik
  • Daya tahan baterai yang cukup panjang
  • IPX5 tahan terhadap air dan keringat

Slacks

  • ANC tidak 100% menghalau suara
  • Tombol cukup membingungkan

 

Razer Hammerhead True Wireless Pro Hadir Membawa ANC dan Sertifikasi THX

Menyusul kehadiran Razer Hammerhead True Wireless tahun lalu, Razer baru saja memperkenalkan model lain yang lebih superior, yakni Hammerhead True Wireless Pro. Sepintas wujud keduanya kelihatan mirip, akan tetapi ada perbedaan yang signifikan jika kita mengamatinya lebih jauh.

Perbedaan yang saya maksud tentu saja adalah kehadiran eartip silikon pada Hammerhead Pro. Kasusnya kurang lebih sama seperti AirPods dan AirPods Pro, di mana model yang Pro terasa jauh lebih ergonomis (bagi sebagian besar orang) berkat penambahan eartip silikon. Juga mirip adalah fakta bahwa Hammerhead Pro datang membawa teknologi active noise cancellation (ANC).

Kombinasi isolasi suara pasif (dari eartip silikon) dan ANC tentu dapat membantu menyajikan kualitas audio semaksimal mungkin. Namun Razer rupanya tidak puas sampai di situ saja. Hammerhead Pro juga tercatat sebagai perangkat yang mengusung sertifikasi THX, yang berarti kualitas suaranya dijamin oleh reputasi THX selama lebih dari tiga dekade di industri audio.

Hammerhead Pro tentu bukanlah perangkat pertama yang mengunggulkan ANC dan sertifikasi THX, sebab sebelumnya sudah ada Razer Opus yang mengemasnya dalam bentuk headphone tipe over-ear. Selain berbeda bentuk, konektivitas yang diusung pun juga sedikit berbeda: Opus dengan Bluetooth 4.2, Hammerhead Pro dengan Bluetooth 5.1.

Melanjutkan tradisi yang diperkenalkan oleh pendahulunya tahun lalu, Hammerhead Pro juga datang membawa fitur Gaming Mode yang dapat diaktifkan dengan satu sentuhan. Selagi aktif, latency-nya akan diturunkan menjadi 60 milidetik saja, sehingga audio dan video yang ditampilkan bakal selalu sinkron. Kalau menurut Razer, penurunan latency ini juga dapat berujung pada reaksi bermain yang 50% lebih cepat.

Kedua perangkat ini juga cukup identik soal daya tahan baterai. Dalam sekali pengisian, Hammerhead Pro dapat beroperasi selama 4 jam nonstop (sama persis), sedangkan charging case-nya siap menyuplai hingga 16 jam daya baterai ekstra (4 jam lebih lama daripada yang ditawarkan oleh charging case milik Hammerhead standar).

Razer Hammerhead True Wireless Pro saat ini telah dipasarkan dengan harga $200 di Amerika Serikat, atau dua kali lipat harga Hammerhead non-Pro. Kalau Anda bisa memaklumi daya tahan baterainya yang terbilang biasa, ia semestinya dapat menjadi alternatif yang cukup menarik terhadap AirPods Pro, apalagi mengingat harganya juga lebih murah $50.

Sumber: Razer.

RHA TrueControl ANC Hadir Membawa Active Noise Cancellation dan Dukungan Wireless Charging

Pabrikan perangkat audio asal Skotlandia, RHA Audio, kembali memperkenalkan TWS terbaru sekaligus produk ketiganya di segmen ini. Dijuluki RHA TrueControl ANC, perangkat ini menghadirkan fitur yang absen pada TWS besutan RHA sebelumnya, yakni active noise cancellation (ANC).

Seperti halnya banyak TWS premium lain (dan seperti yang tersirat dari namanya), TrueControl menawarkan kebebasan bagi pengguna untuk mengatur intensitas fitur ANC-nya. Bahkan mode ambient-nya pun bisa disesuaikan, sehingga pengguna dapat mengatur seberapa banyak suara dari sekitar yang ingin ia dengarkan.

Mode ambient ini pun juga dapat diaktifkan secara cepat, cukup dengan menyentuh dan menahan earpiece sebelah kiri. Jadi ketika ada seseorang yang mengajak bicara, pengguna hanya perlu menerapkan gesture tersebut, lalu melepaskan jarinya untuk kembali mendengarkan lagu yang tengah diputar sebelumnya.

Secara teknis, TrueControl mengemas driver tipe dynamic berdiameter 6 mm. Ukurannya memang sama seperti milik TrueConnect, akan tetapi kinerjanya semestinya agak berbeda mengingat respon frekuensinya pun juga berbeda. Faktor lain yang juga bakal berpengaruh terhadap kualitas suaranya adalah dukungan codec AAC dan aptX, yang keduanya tidak bisa kita jumpai pada TrueConnect.

Di balik rangkanya yang tahan air dengan sertifikasi IPX4, tertanam baterai yang mampu bertahan selama 5 jam pemakaian (dengan ANC menyala), sedangkan charging case-nya bisa menyuplai sekitar 15 jam daya baterai ekstra (total 20 jam pemakaian). Berbeda dari sebelumnya, case milik TrueControl ini dapat diisi ulang secara wireless di samping mengandalkan kabel USB-C.

Secara keseluruhan, TrueControl tidak dirancang untuk menggantikan TrueConnect, apalagi mengingat versi baru TrueConnect baru dirilis bulan Juli lalu. TrueControl merupakan alternatif bagi konsumen yang tidak suka dengan desain bertangkai ala AirPods, serta yang membutuhkan lebih dari sebatas isolasi suara secara pasif.

Tentu saja, TrueControl juga ditujukan buat yang memiliki budget ekstra. Pasalnya, harga TWS ini cukup tinggi di angka $300. Di rentang harga tersebut, TrueControl bakal bersaing langsung dengan Sennheiser Momentum True Wireless 2 maupun Devialet Gemini yang sama-sama datang dari brand yang dekat dengan kalangan audiophile.

Sumber: SlashGear.

Devialet Gemini Adalah TWS Perdana dari Sang Produsen Speaker Premium Asal Perancis

Tren TWS benar-benar tidak terbendung. Satu demi satu pabrikan audio, termasuk yang kerap diasosiasikan dengan kalangan audiophile, pada akhirnya ikut ambil bagian. Kita sudah melihat TWS perdana Grado, dan sekarang giliran dedengkot audio asal Perancis, Devialet, yang menjalani debutnya di kategori ini.

Desain TWS bernama Devialet Gemini ini terkesan simpel tapi elegan. Bentuknya juga langsung mengingatkan saya pada speaker Devialet Phantom yang amat luar biasa tenaganya. Sesuai dugaan, lingkaran berlabel “D” pada sisi luar kedua earpiece tersebut merupakan panel sentuh kapasitif. Secara keseluruhan, fisik Gemini tahan cipratan air dan debu dengan sertifikasi IPX4.

Sama seperti speaker Phantom tersebut, Gemini turut mengemas sejumlah teknologi yang dipatenkan. Yang pertama adalah Ear Active Matching (EAM), algoritma khusus yang dirancang untuk memahami bentuk telinga masing-masing pengguna, lalu menyesuaikan karakter suara yang paling optimal secara otomatis. Perangkat bahkan dapat merekomendasikan ukuran eartip yang pas buat pengguna melalui aplikasi pendampingnya di smartphone.

Selanjutnya, ada algoritma Internal Delay Compensation (IDC) yang berfungsi untuk mengompensasikan jeda yang timbul akibat pemrosesan noise cancellation. Ya, Gemini memang menawarkan fitur active noise cancellation (ANC), dan intensitasnya bisa diatur dalam tiga tingkatan yang berbeda: low, high, dan plane.

Seperti kebanyakan TWS lain yang mengunggulkan ANC, Gemini juga dilengkapi mode transparan supaya suara dari sekitar pengguna tetap bisa terdengar ketika dibutuhkan. Uniknya, ketimbang membiarkan semua jenis suara masuk, Gemini hanya akan berfokus mengamplifikasi suara manusia, yang umumnya berada di rentang frekuensi 300 – 3.000 Hz, sehingga penggunanya bisa berbincang-bincang tanpa perlu melepas TWS.

Gemini mengusung konektivitas Bluetooth 5.0, lengkap bersama dukungan codec aptX. Dalam sekali pengisian, baterainya diyakini sanggup bertahan sampai 6 jam nonstop (8 jam kalau tanpa ANC), sedangkan charging case-nya siap mengisi ulang perangkat sampai tiga kali, memberikan total daya tahan selama 24 jam.

Rencananya, Devialet Gemini akan segera dipasarkan dengan harga $299. Banderol tersebut sama persis seperti milik Sennheiser Momentum True Wireless 2 yang juga mengunggulkan ANC dan menawarkan daya tahan baterai yang mirip-mirip.

Sumber: SlashGear.

Berkat Satu Aksesori, Nuraphone Langsung Menjelma Menjadi Headset Gaming

Diperkenalkan pertama kali lewat Kickstarter sekitar empat tahun silam, Nuraphone merupakan headphone wireless seharga $399 yang sangat unik karena dua hal. Yang pertama, desainnya sangat nyeleneh karena di dalam masing-masing earcup-nya terdapat sebuah earbud. Kedua, ia sangat fleksibel karena dapat beradaptasi secara otomatis dengan pendengaran tiap-tiap pengguna.

Fleksibilitas rupanya selalu menjadi tema utama yang diusung Nuraphone, dan itu dibuktikan lebih lanjut lewat kehadiran sebuah aksesori baru untuknya, yakni sebuah mikrofon untuk keperluan gaming. Nuraphone sendiri sejatinya tidak pernah dimaksudkan untuk menjadi headset gaming, dan itulah mengapa saya menyebutnya sebagai perangkat yang sangat fleksibel.

Nuraphone sebenarnya sudah punya mikrofon terintegrasi, yang juga berfungsi untuk mewujudkan fitur active noise cancellation (ANC) miliknya. Namun berhubung Nuraphone mengandalkan konektivitas Bluetooth, ia jelas tidak cocok untuk mendampingi pengguna ketika sedang bermain game di PC atau console.

Nuraphone sebenarnya bisa saja disambungkan ke perangkat-perangkat tersebut menggunakan kabel audio 3,5 mm standar, tapi dalam skenario ini mikrofonnya otomatis tidak berfungsi. Itulah mengapa pengembangnya pada akhirnya menciptakan aksesori mikrofon baru ini.

Dihargai $50, mikrofon ini menyambung lewat konektor khusus yang terletak di earcup sebelah kanan Nuraphone. Unit mikrofonnya sendiri menjadi satu dengan kabel audio 3,5 mm, menjamin kompatibilitasnya dengan PC, PS4, Xbox One, atau perangkat apapun yang memiliki jack 3,5 mm. Di tengah kabelnya, ada tuas mute beserta volume slider.

Idenya adalah, Anda cuma butuh satu perangkat saja untuk semua kegiatan. Ketika hendak keluar dari rumah, Nuraphone siap menemani sebagai headphone wireless yang dilengkapi ANC. Lalu ketika hendak bermain FIFA 21 bersama kawan-kawan, tinggal tancapkan mikrofonnya, dan sambungkan kabelnya ke PC atau console.

Pengembang Nuraphone tentu bukan yang pertama kali mengeksekusi ide seperti ini. Belum lama ini, Bose meluncurkan headset gaming pertamanya, dan perangkat itu sejatinya tidak lebih dari headphone QuietComfort 35 II versi Bluetooth yang dibundel bersama boom mic yang dapat dilepas-pasang.

Sumber: Tom’s Hardware.

UE Fits Adalah TWS Unik yang Dapat Menyesuaikan Bentuknya dengan Kontur Telinga

Mencari TWS dengan fitting yang sempurna sangatlah sulit dilakukan karena memang bentuk telinga setiap orang berbeda-beda. Sebagian mungkin lebih cocok dengan yang dilengkapi eartip silikon, sebagian lain mungkin malah lebih nyaman dengan yang berbentuk earbud seperti AirPods.

Tidak sedikit juga produsen TWS yang menyertakan semacam sirip atau wingtip sehingga perangkat bisa lebih stabil di telinga dan tidak mudah terlepas selagi digunakan sambil beraktivitas. Namun kembali lagi, tidak semua orang cocok dengan desain seperti ini, dan itulah mengapa fitting selalu menjadi salah satu topik yang sangat penting ketika membahas mengenai TWS.

Di sinilah kemudian Ultimate Ears (UE) mencoba membuat gebrakan. Anak perusahaan Logitech tersebut baru saja memperkenalkan UE Fits, TWS unik yang menawarkan fitting custom untuk setiap konsumen. Istimewanya, konsumen sama sekali tidak perlu mengunjungi seorang audiolog untuk dibuatkan cetakan telinganya.

Sebagai gantinya, UE Fits memanfaatkan teknologi yang mereka juluki dengan istilah Lightform. Jadi setiap unit UE Fits datang membawa eartip berisi gel yang dapat mengikuti kontur telinga. Gel tersebut kemudian bakal mengeras setelah menerima pancaran sinar LED berwarna ungu. Setelah mengeras, bentuknya akan terus bertahan seperti itu (permanen), dan jadilah konsumen mendapatkan fitting custom tanpa campur tangan seorang audiolog.

UE bilang prosesnya hanya memerlukan waktu kurang dari 60 detik, dan reputasi UE selama inilah yang pada dasarnya jadi taruhan terkait seberapa efektif teknologi Lightform yang sudah mereka patenkan itu. Buat yang tidak tahu, UE memang sudah memproduksi custom in-ear monitor buat musisi-musisi tenar sejak tahun 1995, jauh sebelum mereka dikenal sebagai produsen speaker Bluetooth kenamaan seperti sekarang.

Karena bentuknya benar-benar pas dengan telinga masing-masing pengguna, UE Fits jelas sangat kapabel mengisolasi suara secara pasif. Buat yang memprioritaskan fitur active noise cancellation (ANC), sayangnya UE Fits bukan untuk Anda.

Masing-masing earpiece-nya mengemas driver 10 mm dan sepasang mikrofon. Dalam sekali pengisian, baterainya diyakini sanggup bertahan sampai 8 jam pemakaian, atau sampai 20 jam kalau dipadukan dengan charging case-nya. Proses charging-nya pun juga cepat; 10 menit charging sudah cukup untuk menenagai perangkat selama 1 jam penggunaan.

Rencananya, UE Fits bakal segera dipasarkan di Amerika Serikat seharga $249. Harga yang cukup lumayan untuk TWS yang tidak dilengkapi (ANC), tapi sekali lagi nilai jual yang ingin ditonjolkan di sini adalah fitting yang sempurna, yang semestinya jauh lebih esensial bagi sebagian besar konsumen.

Sumber: Logitech.

Menilik Lebih Jauh Desain Samsung Galaxy Buds Live

Tidak peduli sebagus apa kualitas suara yang dihasilkan suatu earphone, semua itu bakal percuma kalau ternyata perangkatnya tidak nyaman digunakan. Aspek kenyamanan ini semakin krusial saat membahas tentang true wireless earphone atau TWS, sebab dari awal konsumen memang memilih kategori ini demi mendapat kenyamanan dan kepraktisan tanpa diganggu oleh kabel.

Dari sekian banyak TWS yang ada di pasaran, Samsung Galaxy Buds Live boleh dibilang mempunyai desain yang paling unik. Namun desainer Samsung rupanya tidak sekadar merancang Galaxy Buds Live supaya tampil mencolok di antara yang lain begitu saja. Bentuk menyerupai kacang merah itu benar-benar diciptakan dengan mengacu pada aspek ergonomi, plus riset panjang yang dilakukan oleh tim desainer.

Satu faktor pembeda yang paling utama adalah, Galaxy Buds Live bukanlah canal-type earphone macam saudara sepupunya, Galaxy Buds+. Ia merupakan open-type earphone yang secara spesifik dirancang agar dapat digunakan secara nyaman dalam jangka waktu yang lama.

Itu dikarenakan Galaxy Buds Live tidak memiliki bagian yang masuk ke dalam kanal telinga. Model open-type memungkinkannya untuk ditaruh begitu saja dan diselipkan di tragus pada bagian telinga luar. Berhubung kanal telinga tidak tersumbat, udara dapat bersirkulasi dengan lebih baik, dan hasil akhirnya adalah rasa nyaman yang bertahan lebih lama dari biasanya.

Menghasilkan desain seunik ini bukanlah pekerjaan mudah, dan seperti yang saya singgung, diperlukan banyak riset pasar sekaligus pengujian demi memastikan hasil akhirnya benar-benar optimal. Menurut Samsung, kesulitan terbesar adalah menemukan ukuran yang tepat, sebab setiap orang tentu mempunyai ukuran dan bentuk telinga yang berbeda-beda.

Itulah mengapa Samsung bersikeras mengadakan pengujian demi pengujian guna memastikan Galaxy Buds Live tetap nyaman digunakan oleh pengguna secara umum, terlepas dari variasi ukuran maupun bentuk telinga mereka.

“Menentukan standar kenyamanan merupakan hal tersulit. Ketika 8 dari 10 subjek kita merespon bahwa earphone-nya sudah nyaman untuk digunakan, kami kemudian membuat modifikasi untuk memastikan kenyamanan dua subjek lainnya tanpa mengorbankan kenyamanan delapan orang yang lain. Untuk memastikan Galaxy Buds Live nyaman untuk digunakan, kami melakukan percobaan kepada lebih dari 2.000 subjek,” komentar Tommy Choi, Senior Product Designer Samsung, mengenai panjangnya proses desain Galaxy Buds Live.

Samsung Galaxy Buds Live

Satu fakta yang cukup menarik adalah, Galaxy Buds Live dibuat menggunakan bahan yang 20 persennya merupakan hasil daur ulang. Tujuannya tentu untuk mengurangi dampak lingkungan dari sampah plastik. Meski begitu, Galaxy Buds Live tetap kelihatan mewah berkat finish glossy yang Samsung tambatkan pada tiga pilihan warnanya: Mystic Bronze, Mystic White, dan Mystic Black.

Lebih lanjut, demi semakin memperkuat kesan mewah tersebut, Galaxy Buds Live juga datang bersama charging case yang wujudnya menyerupai kotak perhiasan. Ukurannya yang sangat ringkas menjadikannya sangat mudah diselipkan di dalam kantong. Kendati demikian, total daya tahan baterai yang ditawarkan tetap cukup panjang di angka 21 jam.

Samsung Galaxy Buds Live saat ini sudah bisa dibeli seharga Rp2.599.000. Buat yang masih penasaran dan ingin mempelajarinya lebih lanjut, Samsung masih mengadakan virtual exhibition yang dapat dikunjungi tanpa harus keluar rumah sampai akhir September nanti.

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh Samsung.

[Review] Xiaomi Mi True Wireless Earphone 2 Basic: Bagus, Jika Pas di Telinga Anda

Perangkat AIoT memang saat ini sedang digalakkan oleh para vendor smartphone. Salah satu yang banyak dikeluarkan adalah True Wireless Stereo yang bisa digunakan untuk mendengarkan musik sekaligus mengaktifkan Google Assistant. Salah satu yang baru mengeluarkan sebuah TWS adalah Xiaomi. Mi True Wireless Earphones 2 Basic adalah yang paling baru dikeluarkan di Indonesia.

Saat diluncurkan di Tiongkok, TWS ini memiliki nama Mi Airdots 2 SE. Saya pribadi lebih suka dengan nama tersebut dibandingkan Mi True Wireless Earphones 2 Basic yang agak panjang dan ribet untuk disebutkan.

Mi True Wireless Earbuds 2 Basic - Earbuds

Menyandang nama “Basic” membuat salah satu fitur dari TWS yang satu ini hilang. Hal tersebut menyangkut codec LHDC untuk audio Hi-Def yang ada pada Mi True Wireless Earphone 2 yang asli. Jadi pada Mi TWS Basic 2 ini hanya mendukung codec SBC dan AAC saja. Xiaomi menawarkan driver sebesar 14,2 mm yang saat ini tergolong besar untuk digunakan pada TWS.

Mi True Wireless Earphones 2 Basic memiliki spesifikasi sebagai berikut

Bobot 4,7 gram per earbuds, 48 gram case
Impendansi 32Ω
Versi Bluetooth 5.0
Ukuran Driver ⌀14.2 mm dynamic
Dimensi 52 x 52 x 23 mm (case), 41.9 x 15 x 14.5 mm (buds)
Kapasitas Baterai 50 mAh (per earbud), 300 mah (case)

Baterai yang digunakan pada setiap earbud-nya diklaim mampu bertahan selama 5 jam. Total penggunaan dari Mi True Wireless Earphones 2 Basic juga diklaim bisa mencapai 20 jam pemakaian. Driver besar pun juga menjanjikan suara yang lebih baik.

Unboxing

Inilah yang ada didalam paket penjual Mi True Wireless Earphones 2 Basic

Mi True Wireless Earbuds 2 Basic - Unboxing

Desain

Untuk Mi True Wireless Earphones 2 Basic, Xiaomi memilih desain yang mirip dengan Airpod. Hal tersebut berarti bahwa TWS yang satu ini akan memiliki desain open ear. Bagi beberapa orang, termasuk saya, desain ini bakal memiliki kekurangan tersendiri karena saat tergeser keluar, suaranya tidak akan 100% terdengar.

Dengan bahan plastik polikarbonat, build dari TWS ini cukup kokoh. Namun, bagian atas dari charging case-nya terasa sedikit ringkih. Saat diketuk, terasa dan terdengar seperti tidak kokoh. Saya menyarankan agar tidak menaruh TWS ini pada kantung belakang celana Anda agar tidak sengaja terduduki.

Mi True Wireless Earbuds 2 Basic

Pada setiap earbuds-nya terdapat beberapa sensor. Sensor pertama adalah proximity untuk mendeteksi apakah TWS ada di kuping atau tidak. Saat earbuds tidak ada di kuping, maka musik yang sedang didengarkan akan langsung berhenti dan akan dimainkan kembali saat TWS ini kembali dipasang di telinga.

Sensor kedua adalah untuk perintah secara sentuh. Pada Mi True Wireless Earphones 2 Basic, bidang untuk sensor sentuhnya cukup lebar sehingga lebih mudah untuk disentuh. Sayangnya, perintah sentuh pada TWS ini tidak dapat diubah-ubah karena tidak ada aplikasi yang mendukung Mi True Wireless Earphones 2 Basic. Di bawah panel sentuh tersebut terdapat sebuah LED berwarna putih sebagai indikator.

 

Baterai yang ada pada case-nya juga tergolong besar. Total penggunaan yang dijanjikan oleh Xiaomi adalah 20 jam pemakaian yang berarti bisa lebih dari satu hari kerja. Dalam mengisi baterai untuk case-nya, Mi True Wireless Earphones 2 Basic menggunakan interface USB-C.

Mi True Wireless Earbuds 2 Basic - USB-C

Pada case-nya, tidak terdapat tombol apa pun untuk melakukan pairing. Oleh karena itu, untuk melakukan pairing tinggal membuka case-nya saja. Case ini sendiri memiliki sebuah LED indikator yang berfungsi untuk memberi tahu mengenai kondisi baterainya.

Suaranya bagus, asalkan posisinya pas

Pada setiap review TWS, saya selalu mengeluarkan disclaimer bahwa kuping saya tidak memiliki kompatibilitas dengan model Airpods 😁. Hal tersebut pun juga berlaku pada Mi True Wireless Earphones 2 Basic. Oleh karena itu, saya masih membutuhkan alat bantu agar bisa mendengarkan suaranya secara penuh.

Dalam menguji Mi True Wireless Earphones 2 Basic, saya menggunakan beberapa file FLAC dan Ogg Vorbis dengan bitrate 320 Kbps. Hal ini tentu saja diuji dengan menggunakan codec AAC saat melakukan setting dan pairing bluetooth.

Driver yang digunakan pada Mi True Wireless Earphones 2 Basic memiliki dimensi 14 mm. Hal tersebut membuat detail suara menjadi lebih penuh serta bass yang lebih mendentum. Tentunya, dengan syarat semua suara terdengar dengan baik.

Saat menguji TWS ini dengan alat bantu, membuat semua suara yang ada terdengar dengan baik. Bass yang penuh tanpa pecah, suara vokal yang terdengan dengan baik, dan kanal high yang tidak terlalu menusuk di kuping. Detail suara juga dapat terdengar dengan lumayan baik di kuping saya.

Mi True Wireless Earbuds 2 Basic - On Ear

Sayangnya, saat posisi TWS ini tergeser, membuat suaranya tidak penuh masuk ke dalam telinga. Hal yang paling berkurang banyak adalah suara bass-nya, membuat yang paling terdengar adalah vokalnya. Terus terang, suara yang dikeluarkan cukup membuat saya sedikit letih. Saya lebih suka memakai Redmi Airdots yang seluruh suaranya terdengar dengan baik walaupun menggunakan driver yang lebih kecil.

Selain untuk mendengarkan musik, saya juga menguji TWS ini untuk bermain game. Ternyata, latensi yang dimiliki oleh Mi True Wireless Earphones 2 Basic cukup kecil. Namun, hal tersebut tidak berarti bisa digunakan untuk bermain game dengan nyaman.

Dibandingkan dengan para pendahulunya, Mi True Wireless Earphones 2 Basic hanya memiliki jeda yang cukup kecil. Sayangnya, hal tersebut tetap saja membuat saya cukup telat mengetahui langkah musuh. Game yang saya uji adalah CoD Mobile.

Dalam melakukan panggilan, ternyata TWS ini terdengar cukup baik. Hal tersebut mungkin sejalan dengan suara vokal yang dominan saat TWS ini tergeser di telinga. Lawan bicara juga mendengar suara yang baik dari microphone-nya.

Hal terakhir yang cukup mengesankan adalah daya tahan baterainya. Saya mencoba melakukan simulasi mendengarkan musik dengan menaruh sesuatu didekat sensornya. Hal ini membuat TWS mendeteksi sedang diletakkan di telinga.

Mi True Wireless Earbuds 2 Basic - Paket Penjualan

Saya melakukan perhitungan dengan menggunakan timer yang saya pasang selama 5 jam. Hasilnya, ternyata TWS ini belum mati pada waktu tersebut, masih tersisa sekitar 9%. Tentunya hasil seperti ini cukup baik karena TWS jarang digunakan untuk mendengarkan musik selama 5 jam secara terus menerus.

Verdict

Perangkat untuk mendengarkan musik tanpa kabel memang sedang naik daun saat ini. Oleh sebab itu, banyak produsen IoT berlomba-lomba dalam mengeluarkan yang terbaik. Xiaomi adalah salah satunya, yang kali ini mengeluarkan Mi True Wireless Earphones 2 Basic.

Saat Anda memiliki kuping yang pas untuk mendengarkan model open ear seperti Mi True Wireless Earphones 2 Basic, suara yang dihasilkan memang bagus. Semua kanal dapat terdengar dengan cukup baik dan suaranya juga cukup jernih. Namun, bagi Anda yang memiliki bentuk telinga yang kurang pas, sepertinya akan kecewa dengan suara yang dihasilkan. Saya menyarankan untuk menggunakan aksesoris untuk membantu menutup suaranya keluar.

Mi True Wireless Earphones 2 Basic juga tidak terlalu cocok untuk digunakan pada game yang membutuhkan suara akurat. Lag yang ada akan sering membuat Anda telat melakukan aksi seperti menembak musuh yang sedang mengejar.

Harga yang ditawarkan oleh Xiaomi untuk Mi True Wireless Earphones 2 Basic memang cukup menggiurkan. Hanya dengan mengeluarkan Rp. 449.000, Anda bisa memiliki TWS yang satu ini. Tentunya, sekali lagi saya akan menyarankan TWS ini untuk Anda yang memiliki telinga yang pas untuk model seperti ini.

Sparks

  • Daya tahan baterai yang sangat baik
  • Touch button yang lebar
  • Suara cukup baik jika telinga Anda pas
  • Sensor pause
  • Harganya tergolong terjangkau

Slacks

  • Masih terasa delay pada game
  • Tanpa dukungan aplikasi
  • Kualitas suara menurun saat tidak pas di telinga

 

 

Bose Luncurkan Dua TWS Baru dan Tiga Kacamata Audio

Active noise cancellation (ANC) belakangan ini selalu menjadi topik pembahasan utama saat membicarakan tentang true wireless earphone yang duduk di kelas premium. Produk-produk seperti Apple AirPods Pro, Sony WF-1000XM3, maupun Sennheiser Momentum True Wireless 2 semuanya menawarkan fitur ini.

Lalu yang mungkin jadi pertanyaan, di mana penawaran serupa dari Bose, yang notabene dikenal sebagai pionir teknologi noise cancelling? Well, jawabannya baru datang sekarang dalam wujud Bose QuietComfort Earbuds. Seperti yang sudah bisa diduga dari namanya, TWS ini datang membawa teknologi ANC yang sangat canggih.

Nama “QuietComfort” bisa dibilang melegenda berkat popularitas headphone Bose QuietComfort 35, dan sekarang nampaknya Bose ingin mengulangi kesuksesannya di kategori TWS. Teknologi ANC yang ditawarkan oleh produk ini bukan sembarangan, melainkan yang bisa diatur intensitasnya dengan 11 tingkatan yang berbeda.

Fitur semacam ini memang cukup umum di ranah headphone, tapi masih tergolong langka di sektor TWS. 11 tingkatan itu meliputi yang paling kuat dan yang akan memblokir semua suara di sekitar, sampai yang membiarkan suara dari luar masuk, dan pengguna tinggal menyesuaikannya dengan kebutuhan.

Selain memblokir suara secara aktif, QuietComfort Earbuds juga diyakini menawarkan isolasi suara secara pasif yang efektif berkat eartip silikon berdesain baru. Lalu agar perangkat bisa benar-benar stabil di telinga, Bose turut menyematkan semacam sirip kecil yang lentur.

Semua itu dikemas dalam rangka yang tahan air dengan sertifikasi IPX4. Tanpa harus terkejut, perangkat juga dilengkapi kontrol sentuh di permukaan luarnya. Juga menarik meskipun sepintas terdengar sepele adalah, konten akan di-pause secara otomatis setiap kali perangkat dilepas dari telinga, dan sebaliknya diputar kembali saat perangkat dikenakan.

QuietComfort Earbuds menggunakan Bluetooth 5.1 sebagai konektivitasnya. Dalam sekali pengisian, baterainya diklaim bisa tahan sampai 6 jam pemakaian, sedangkan charging case-nya siap menyuplai 12 jam daya ekstra (total 18 jam). Seperti halnya AirPods Pro, charging case milik QuietComfort Earbuds juga dapat di-charge secara wireless.

Satu hal yang mungkin agak membuat geleng-geleng kepala adalah harganya. Dengan banderol $280, harganya sudah melampaui AirPods Pro dan nyaris menyamai Momentum True Wireless 2. Kalau itu terkesan terlalu mahal, Bose sudah punya alternatifnya, yakni Bose Sport Earbuds.

Perangkat ini boleh dibilang merupakan penerus dari Bose SoundSport Free yang dirilis tiga tahun silam. Sport Earbuds dihargai $180, dan wujudnya juga sedikit lebih ringkas daripada QuietComfort Earbuds. Satu perbedaan yang paling signifikan adalah, Sport Earbuds tidak punya ANC.

Ya, selisih $100 itu berarti konsumen Sport Earbuds hanya bisa mengandalkan isolasi suara secara pasif saja. Beruntung ia masih mewarisi banyak keunggulan kakaknya, mulai dari desain eartip dan sirip fleksibelnya, sertifikasi ketahanan airnya, sampai kontrol sentuh maupun konektivitasnya.

Sayang baterainya tidak seawet QuietComfort Earbuds. Dalam satu kali charge, Sport Earbuds tahan sampai 5 jam pemakaian, dan charging case-nya cuma bisa mengisi 10 jam daya ekstra (total 15 jam). Well, setidaknya Bose menjanjikan kualitas suara yang lebih baik daripada sebelumnya berkat rancangan akustik baru.

Bose Frames

Dalam kesempatan yang sama, Bose turut memperkenalkan tiga model baru dari seri kacamata audio Bose Frames. Seri perangkat ini pertama kali diperkenalkan dua tahun lalu sebagai produk augmented reality (AR). Namun seperti yang kita tahu, Bose sudah resmi meninggalkan bisnis AR sejak Juni lalu.

Itulah mengapa Bose sama sekali tidak menyinggung soal AR saat mengumumkan trio Frames baru ini. Ketiganya murni disiapkan sebagai kacamata hitam yang kebetulan bisa memutar audio. Ya, tiga kacamata ini memang dilengkapi speaker pada masing-masing tangkai/gagangnya.

Kualitas suara yang terbaik bisa didapat melalui Bose Frames Tempo, model yang tangkainya kelihatan paling gendut. Tidak tanggung-tanggung, Bose menanamkan driver berdiameter 22 mm di tangkai sebelah kiri dan kanannya, sehingga Tempo sanggup memutar audio dalam volume yang cukup keras, bahkan ketika dipakai bersepeda dengan kecepatan 40 km/jam sekalipun.

Berhubung tidak ada bagian dari telinga yang tertutupi, pengguna tetap bisa mendengar semua suara yang ada di sekitarnya. Baterainya diestimasikan cukup untuk pemakaian selama 8 jam, dan pengisiannya sudah mengandalkan sambungan USB-C. Dibandingkan kacamata hitam biasa, selisih bobotnya diklaim tidak lebih dari 50 gram.

Alternatifnya, ada Bose Frames Tenor dan Frames Soprano yang berdimensi lebih ringkas. Tenor untuk yang suka dengan bingkai mengotak, sedangkan Soprano untuk yang suka bentuk membulat. Keduanya mengemas sepasang driver yang berukuran lebih kecil di angka 16 mm, akan tetapi Bose bilang respon bass-nya malah lebih nendang daripada Tempo.

Satu hal yang mungkin agak menyulitkan adalah, Tenor dan Soprano mengandalkan charger khusus dengan sambungan pogo-pin. Dalam sekali charge, baterainya cukup untuk pemakaian selama 5,5 jam.

Ketiga kacamata audio ini Bose jual seharga $250. Selain untuk mendengarkan musik atau podcast, perangkat juga dapat digunakan untuk menelepon, dan Bose mengklaim mikrofonnya mampu menangkap suara yang jernih selagi mengeliminasi suara angin maupun suara-suara lain yang mengganggu di sekitar.

Sumber: Bose 1, 2 via Digital Trends.