Urbanears Luma dan Alby Ramaikan Segmen True Wireless Earphone Berharga Terjangkau

Cukup terlambat dibanding yang lain, brand audio asal Swedia, Urbanears, akhirnya meluncurkan true wireless earphone pertamanya. Bukan cuma satu, melainkan dua sekaligus, yakni Urbanears Luma dan Urbanears Alby.

Keduanya mengadopsi rancangan ala Apple AirPods dengan bagian tangkai yang memanjang, namun tentu dengan sentuhan desain Skandinavia yang minimalis khas Urbanears selama ini. Luma sebagai model yang lebih superior adalah yang paling mirip bentuknya dengan AirPods, sedangkan Alby sedikit berbeda berkat eartip silikon dalam tiga variasi ukuran.

Baik Luma dan Alby sama-sama tidak dilengkapi fitur active noise cancelling (ANC), tapi saya menduga Alby justru lebih unggul perihal isolasi suara secara pasif berkat eartip silikonnya tersebut. Sebagai referensi, AirPods Pro yang menawarkan ANC turut dibekali eartip silikon demi semakin menyempurnakan kemampuannya mengeliminasi suara luar.

Urbanears Luma

Lalu apa yang membuat Luma lebih mahal? Yang pertama adalah fitur auto-play dan auto-pause, yang mengandalkan sensor untuk mendeteksi apakah perangkat sedang dipasangkan ke telinga atau dilepas. Kedua, Luma punya mikrofon lebih banyak daripada Alby, sehingga suara yang ditangkap tentu akan terdengar lebih jernih oleh lawan bicara maupun asisten virtual.

Terakhir, baterai Luma lebih awet; 5 jam per charge, dengan case yang mampu mengisi ulang sampai empat kali (total 25 jam). Alby di sisi lain cuma tahan 3 jam per charge, dan case-nya pun hanya mampu menyuplai 12 jam daya ekstra (total 15 jam). Beruntung keduanya sama-sama sudah menggunakan sambungan USB-C.

Urbanears Alby

Selebihnya, Luma dan Alby cukup identik. Keduanya sama-sama tahan terhadap cipratan air dengan sertifikasi IPX4, dan keduanya juga sama-sama mengandalkan kontrol sentuh sekaligus konektivitas Bluetooth 5.0.

Urbanears berencana memasarkan kedua perangkat ini mulai musim panas mendatang dengan harga yang cukup terjangkau. Di Amerika Serikat, Luma dibanderol $99, sedangkan Alby dihargai $69. Keduanya sama-sama ditawarkan dalam empat pilihan warna.

Sumber: SlashGear.

OnePlus Umumkan Earphone Baru, Bullets Wireless Z

OnePlus 8 dan OnePlus 8 Pro sudah resmi diperkenalkan, dan bersamanya datang earphone wireless baru, Bullets Wireless Z. Sepintas ia terdengar seperti penerus Bullets Wireless 2 yang dirilis tahun lalu, tapi kenyataannya tidak sesimpel itu.

Pertama-tama, Bullets Wireless Z dijual jauh lebih murah daripada Bullets Wireless 2; $50 dibanding $100. Pastinya ada banyak perbedaan dengan selisih harga sebesar itu, namun ternyata Bullets Wireless Z tidak sepenuhnya lebih inferior hanya karena harganya lebih terjangkau.

OnePlus Bullets Wireless Z

Dari segi daya tahan baterai, Bullets Wireless Z malah lebih unggul, sanggup beroperasi selama 20 jam nonstop dalam sekali pengisian. Bandingkan dengan Bullets Wireless 2 yang ‘cuma’ 14 jam. Dukungan fast charging tetap dipertahankan; 10 menit pengisian sudah bisa menyuplai daya yang cukup untuk 10 jam pemakaian.

Aspek di mana Bullets Wireless Z harus mengalah adalah kualitas suara. Secara teknis, ia dibekali oleh dynamic driver berdiameter 9,2 mm. Ini berbeda cukup drastis dari Bullets Wireless 2 yang mengemas dynamic driver sekaligus balanced armature driver dengan diameter yang sedikit lebih besar (10 mm).

OnePlus Bullets Wireless Z

Di laman produk Bullets Wireless Z, saya juga tidak menemukan keterangan bahwa perangkat mendukung codec aptX HD meski ia mengemas konektivitas Bluetooth 5.0. Dukungan codec aptX HD merupakan salah satu nilai jual utama Bullets Wireless 2.

Selebihnya, kedua perangkat tergolong mirip. Bentuk dan dimensinya nyaris identik, dan masing-masing earpiece Bullets Wireless Z juga magnetis sehingga bisa ditempelkan (lalu perangkat tinggal dikalungkan) saat sedang tidak digunakan. Sertifikasi IP55 berarti ia tidak keberatan diajak hujan-hujanan.

Sumber: The Verge dan OnePlus.

Razer Luncurkan True Wireless Earphone dengan Charging Case Berbentuk Poke Ball

Charging case merupakan bagian yang tak terpisahkan dari true wireless earphone. Tidak jarang charging case menjadi salah satu nilai jual utama yang ditawarkan, seperti ketika Apple merilis AirPods generasi kedua yang charging case-nya sudah mendukung wireless charging.

Untuk true wireless earphone terbaru Razer berikut ini, charging case-nya malah bisa dibilang merupakan daya tarik utamanya, terutama buat para penggemar Pokemon. Ya, sesuai tebakan, replika Poke Ball tersebut adalah charging case-nya.

Wujud earphone-nya sendiri mirip Razer Hammerhead True Wireless, tapi tentu saja dengan balutan tema Pokemon, spesifiknya Pikachu. Di dalamnya tersimpan driver berdiameter 13 mm, dan secara keseluruhan unitnya tahan cipratan air dengan sertifikasi IPX4.

Razer Pokemon Pikachu True Wireless

Pengoperasiannya mengandalkan panel sentuh di sisi luar masing-masing earpiece, sedangkan konektivitasnya sudah menggunakan Bluetooth 5.0. Sayang daya tahan baterainya jauh dari kata istimewa: 3 jam per charge, sedangkan charging case-nya sanggup menyuplai 12 jam daya baterai ekstra (total 15 jam).

Seperti yang saya bilang, charging case berbentuk Poke Ball itulah yang bakal memikat para konsumen, bukan spesifikasi maupun performa earphone itu sendiri. Satu hal lagi yang sangat disayangkan, belum ada informasi mengenai ketersediaannya di luar Tiongkok. Di Tiongkok, Razer bakal segera menjualnya seharga 999 yuan (± Rp 2,2 juta).

Sumber: Zing Gadget via Gizmodo.

Sony Luncurkan True Wireless Earphone dan Headphone Noise Cancelling Baru

Sony mengumumkan dua perangkat audio baru: WF-XB700 di kategori true wireless earphone, dan WH-CH710N di segmen closed-back headphone. Keduanya sama-sama mengadopsi desain yang minimalis sekaligus elegan.

Untuk WF-XB700, perangkat ini bisa dilihat sebagai alternatif yang lebih terjangkau dari Sony WF-1000XM3. Berhubung lebih murah, tentu saja ada fitur yang dipangkas; WF-XB700 tidak dilengkapi active noise cancelling (ANC) seperti kakaknya yang lebih premium itu.

Kendati demikian, WF-XB700 masih menyimpan keunikan tersendiri, utamanya buat konsumen yang masuk kategori basshead mengingat ia merupakan bagian dari lini “Extra Bass” Sony. Desainnya pun unik, dan diklaim sangat ergonomis sekaligus stabil karena menyentuh telinga di tiga titik yang berbeda.

Terkait ketahanan air, WF-XB700 hadir membawa sertifikasi IPX4. Pengoperasiannya tidak mengandalkan kontrol sentuh, melainkan tombol kecil di kedua unit earpiece-nya. Perangkat ini mengandalkan konektivitas Bluetooth 5.0, dan masing-masing unitnya akan terhubung ke sumber audio secara terpisah (kiri dan kanan).

Dalam sekali pengisian, WF-XB700 mampu bertahan sampai 9 jam pemakaian, sedangkan charging case-nya siap menyuplai 9 jam daya ekstra (total 18 jam). Fast charging turut menjadi fitur unggulan perangkat ini; pengisian selama 10 menit cukup untuk penggunaan selama 1 jam.

Sony WH-CH710N

Untuk WH-CH710N, perangkat ini justru berfokus pada kapabilitas noise cancelling-nya, spesifiknya yang bersifat adaptif dan mengandalkan kecerdasan buatan (AI). Sony bilang perangkat ini akan menganalisis kondisi di sekitar pengguna secara konstan, lalu memilih sendiri mode noise cancelling yang paling efektif.

Sony tidak menyebutkan apakah teknologi noise cancelling-nya sama seperti yang terdapat pada Sony WH-1000XM3, yang merupakan salah satu yang terbaik saat ini. Namun yang pasti perangkat ini tetap menawarkan mode transparan/ambient, yang berarti pengguna dapat dengan mudah membiarkan suara dari luar masuk ketika dibutuhkan.

WH-CH710N mengusung driver berdiameter 30 mm. Baterainya sangat irit dengan klaim daya tahan selama 35 jam pemakaian per charge, dan ia turut mendukung fitur fast charging yang sama seperti WF-XB700 tadi.

Sony belum menetapkan jadwal pemasaran yang pasti untuk kedua perangkat ini, namun harganya sudah diungkap: $130 untuk WF-XB700, dan $200 untuk WH-CH710N.

Sumber: The Verge.

AKG N400 Adalah Sepupu Samsung Galaxy Buds+ yang Dibekali Active Noise Cancelling

Samsung Galaxy Buds+ yang diluncurkan bersamaan dengan seri Galaxy S20 dan Z Flip belum lama ini kelihatan begitu sleek. Bukan hanya itu, true wireless earphone tersebut juga menjanjikan kualitas suara yang memuaskan berkat keterlibatan AKG.

Sayang sekali fitur yang dinantikan banyak orang malah absen, yakni active noise cancelling (ANC). Kalau memang ANC yang Anda cari, mungkin Anda bisa menunggu kedatangan true wireless earphone baru besutan AKG berikut ini.

Dibanding Galaxy Buds+, perangkat bernama AKG N400 ini unggul dalam dua hal: noise cancelling dan ketahanan air. AKG N400 tercatat mengusung sertifikasi IPX7, yang berarti menyelam hingga kedalaman 1 meter selama 30 menit bukan masalah baginya. Bandingkan dengan Galaxy Buds+ yang cuma bersertifikasi IPX3.

AKG N400

Kendati demikian, Galaxy Buds+ lebih superior perihal daya tahan baterai. AKG N400 diklaim bisa beroperasi sampai 6 jam (5 jam kalau fitur ANC-nya dinyalakan), dan charging case-nya cuma bisa mengisi penuh satu kali (total 12 jam). Galaxy Buds+ di sisi lain menawarkan daya baterai hingga 11 jam pemakaian, ditambah 11 jam lagi dari charging case-nya (total 22 jam).

Selebihnya, AKG N400 cukup mirip dengan Galaxy Buds+. Kedua perangkat sama-sama mengandalkan panel sentuh kapasitif sebagai metode pengoperasiannya, dan case-nya sama-sama mendukung wireless charging.

AKG N400 sejauh ini baru tersedia di Korea Selatan. Di sana, Samsung menjualnya seharga 230.000 won, hampir satu juta lebih mahal ketimbang Galaxy Buds+ jika dikurskan rupiah (± Rp 3,1 juta).

Sumber: Android Central dan The Verge.

Powerbeats Generasi Keempat Hadir dengan Desain yang Lebih Nyaman dan Chip Apple H1

Apple meluncurkan earphone wireless baru di bawah brand Beats by Dre, yaitu Powerbeats generasi keempat. Namanya tak lagi diikuti angka di belakangnya seperti sebelum-sebelumnya, dan ia bukanlah pengganti Powerbeats Pro yang diluncurkan tahun lalu.

Berbeda dari Powerbeats Pro yang bertipe true wireless (benar-benar tanpa kabel), Powerbeats mengadopsi model neckband dengan seuntai kabel yang menghubungkan kedua earpiece-nya. Dibandingkan generasi sebelumnya, desain barunya lebih apik sekaligus lebih nyaman, sebab kabelnya yang menyatu dengan earhook diposisikan di belakang daun telinga.

Powerbeats 4

Secara estetika, perangkat ini sebenarnya sangat mirip dengan Powerbeats Pro. Ketahanan airnya pun sama-sama bersertifikasi IPX4, dan earpiece sebelah kanannya turut dilengkapi sebuah tombol multi-fungsi (pada logo “b”). Tersedia pula tombol untuk mengatur volume, dan perangkat juga mendukung aktivasi Siri via instruksi suara “Hey Siri”.

Dukungan “Hey Siri” ini tak akan terwujud tanpa partisipasi chip Apple H1 warisan dari AirPods, yang sendirinya juga mewujudkan fitur pairing cepat dengan perangkat iOS. Dalam sekali pengisian, Powerbeats bisa beroperasi sampai 15 jam pemakaian. Charging-nya pun cepat; 5 menit pengisian sudah cukup untuk menenagai perangkat hingga 1 jam penggunaan.

Powerbeats 4

Dibanderol $150, Powerbeats merupakan alternatif yang lebih terjangkau ketimbang Powerbeats Pro. Kebetulan baterainya lebih tahan lama, dan ia tentu lebih cocok buat konsumen teledor seperti saya yang berpeluang besar menghilangkan true wireless earphone.

Sumber: The Verge.

Sennheiser Momentum True Wireless 2 Suguhkan ANC dan Baterai yang Lebih Awet

Dengan banderol $300, Sennheiser Momentum True Wireless jelas masuk di kategori premium. Kualitas suaranya mungkin tak perlu diragukan jika melihat reputasi Sennheiser selama ini, akan tetapi konsumen mungkin juga mendambakan kelengkapan fitur di rentang harga tersebut.

Sayangnya Momentum True Wireless tergolong pelit fitur. Satu fitur esensial yang absen dari perangkat tersebut adalah active noise cancelling (ANC), meski publik mungkin masih bisa maklum untuk produk generasi pertama. Kabar baiknya, Sennheiser baru saja meluncurkan suksesor Momentum True Wireless, dan ANC merupakan salah satu fitur unggulannya.

Sennheiser mengklaim ANC akan sangat efektif ditandemkan dengan isolasi pasif yang terealisasi berkat bentuk eartip-nya. Istimewanya, meski mengemas ANC, Momentum True Wireless 2 justru lebih ringkas ketimbang pendahulunya. Kendati demikian, kualitas suaranya tidak dikorbankan; perangkat masih mengandalkan driver 7 mm yang sama seperti sebelumnya.

Sennheiser Momentum True Wireless 2

Lebih kecil dan dilengkapi ANC, semestinya baterainya lebih boros ketimbang generasi sebelumnya. Well, kenyataannya tidak demikian. Perangkat ini justru lebih unggul jauh soal daya tahan baterai. Yang tadinya cuma mampu bertahan hingga 4 jam pemakaian, generasi keduanya malah bisa sampai 7 jam pemakaian.

Juga mengesankan adalah charging case-nya, yang mampu mengisi penuh perangkat sampai tiga kali. Secara total, Momentum True Wireless 2 menawarkan daya tahan baterai total selama 28 jam. Bandingkan dengan generasi pertamanya yang cuma memberikan daya total selama 12 jam.

Sennheiser Momentum True Wireless 2

Selebihnya, Momentum True Wireless 2 masih mempertahankan sejumlah kelebihan pendahulunya, mulai dari sertifikasi ketahanan air IPX4, sampai dukungan Google Assistant dan Siri, tidak ketinggalan pula pengoperasian via panel sentuh yang tertanam pada sisi luar masing-masing earpiece.

Semua itu tanpa mengubah banderol harganya. Seperti sebelumnya, Sennheiser Momentum True Wireless 2 tetap dipasarkan seharga $300. Masih premium memang, tapi setidaknya kini jauh lebih lengkap fitur-fiturnya.

Sumber: Sennheiser.

Soul Sync Pro Adalah True Wireless Earphone dengan Daya Tahan Baterai Total 150 Jam

Salah besar jika Anda mengincar kualitas suara dari sebuah true wireless earphone. Bukan berarti perangkat yang masuk dalam kategori ini pasti jelek kualitas suaranya, akan tetapi yang nilai yang diunggulkan sebenarnya adalah kepraktisan.

Sayang sekali beberapa true wireless earphone malah terkesan kurang praktis akibat daya tahan baterainya yang lemah. Secara umum, sebagian besar pabrikan menyuplai true wireless earphone bikinannya dengan charging case yang mampu mengisi ulang baterai perangkat hingga 3 – 5 kali, sebelum akhirnya case itu sendiri yang perlu di-charge.

Soul Sync Pro

Kasusnya tidak demikian pada true wireless earphone besutan Soul Electronics berikut ini. Dinamai Soul Sync Pro, baterainya diperkirakan bisa bertahan sampai 6,5 jam pemakaian, tapi yang istimewa sebenarnya adalah charging case-nya. Berbekal kapasitas 3.000 mAh, case ini diyakini mampu mengisi ulang baterai perangkat sampai 22 kali, sehingga jika ditotal daya tahan baterai Soul Sync Pro pun mencapai angka 150 jam.

Secara teknis, Soul Sync Pro mengemas driver berdiameter 6 mm pada masing-masing unitnya, dengan respon frekuensi 20 – 20.000 Hz. Konektivitasnya sudah mengandalkan Bluetooth 5.0, dan perangkat turut dibekali sepasang mikrofon dengan teknologi noise cancelling rancangan Qualcomm yang menjanjikan kejernihan output suara selagi dipakai untuk menelepon.

Soul Sync Pro

Seperti mayoritas true wireless earphone lain, pengoperasiannya mengandalkan kontrol sentuh di tiap unit, termasuk untuk memanggil Google Assistant ataupun Siri. Juga sudah dianggap sebagai standar adalah ketahanan air, dan Soul Sync Pro mencatatkan ketahanan IPX5.

Di Amerika Serikat, Soul Sync Pro saat ini sudah dipasarkan seharga $130. Tidak bisa dianggap murah, tapi setidaknya charging case-nya cukup perkasa sampai-sampai bisa dijadikan power bank dadakan untuk smartphone.

Sumber: SlashGear.

Beoplay E8 3rd Gen Lebih Kecil tapi Baterainya Lebih Awet dari Pendahulunya

CES 2020 belum lama ini menjadi saksi atas lahirnya seabrek true wireless earphone baru. Meski sedikit terlambat dibanding yang lain, bukan berarti Bang & Olufsen tidak punya penawaran baru untuk tahun ini. Dedengkot audio asal Denmark itu baru saja memperkenalkan generasi ketiga dari true wireless earphone-nya, Beoplay E8.

Dibandingkan iterasi keduanya yang dirilis tahun lalu, Beoplay E8 3rd Gen menyuguhkan peningkatan dramatis di sektor baterai. Dalam sekali pengisian, ia bisa beroperasi hingga 7 jam pemakaian, sedangkan charging case-nya siap menyuplai daya ekstra setara 28 jam pemakaian (nyaris dua kali lipat sebelumnya).

Beoplay E8 3rd Gen

Hebatnya lagi, ini dapat dicapai lewat dimensi perangkat yang lebih ringkas. Ya, dilihat dari gambarnya saja, Beoplay E8 3rd Gen sudah tampak lebih mungil ketimbang dua pendahulunya; hingga 17 persen lebih kecil kalau kata B&O, dengan bobot masing-masing earpiece cuma 5,8 gram. Bentuk kedua earpiece-nya kini benar-benar membulat, tidak lagi menyerupai telur seperti sebelumnya.

Bagaimana bisa lebih kecil tapi baterainya lebih awet? Itu dikarenakan Beoplay E8 3rd Gen sudah mengandalkan Bluetooth 5.1 sebagai konektivitasnya, yang memang lebih irit daya dibanding Bluetooth 5.0, serta dapat tersambung secara lebih cepat. Dukungan codec aptX pun tak lupa B&O sematkan pada perangkat ini.

Beoplay E8 3rd Gen

Satu fitur yang masih absen adalah active noise cancellation (ANC), fitur yang menjadi andalan AirPods Pro dan sejumlah true wireless earphone lain. Meski begitu, Beoplay E8 3rd Gen dapat menangkap suara dengan lebih jernih berkat empat buah mikrofon (sebelumnya cuma dua), dan ini diklaim juga menyempurnakan kinerja Transparency Mode, fitur untuk membiarkan suara luar masuk dengan menyentuh earpiece.

Selebihnya, Beoplay E8 3rd Gen tetap mempertahankan keunggulan pendahulunya, termasuk charging case yang kompatibel dengan Qi wireless charger (dijual terpisah) di samping sambungan USB-C. Harganya juga masih sama persis, $350 saat dipasarkan mulai pertengahan Februari nanti.

Via: SlashGear.

[Review] Realme Buds Air: Latensi Rendah, Cocok untuk Musik dan Bermain Game

Dewasa ini, perangkat pendengar musik pribadi memang sudah umum dimiliki. Dari yang memiliki kabel sampai yang benar-benar tanpa kabel. Tren seperti ini juga dibarengi dengan kemudahan voice command dari sebuah smartphone yang mudah untuk mencari informasi tanpa mengetik. Dan hal tersebut saat ini masuk dalam kategori AIoT (AI dan IoT) di mana seseorang bisa mengakses musik dan memerintah perangkat dengan satu perangkat lainnya.

Melihat perangkat seperti ini bakal menjadi tren, tentu saja para vendor berlomba-lomba untuk mengeluarkan perangkat tersebut. Salah satunya adalah realme yang selama ini dikenal dengan perangkat smartphone terjangkaunya. Realme baru-baru ini mengeluarkan perangkat yang dinamakan Buds Air, sebuah earphone True Wireless Stereo (TWS).

Realme Buds Air - Earbuds

Masalah utama dalam sebuah perangkat TWS adalah delay yang terjadi sehingga tidak cocok digunakan dalam bermain game. Saat kita menembak dalam sebuah game, suara yang dihasilkan baru terdengar sekitar satu detik kemudian. Hal ini tentu mengesalkan pada saat kita ingin mendengar suara langkah musuh dengan tepat.

Realme pun menjanjikan bahwa hal tersebut sudah tidak akan bermasalah pada Buds Air. Dengan Gaming Mode, membuat latensi suara menjadi lebih kecil sehingga terasa tidak ada lag. Hal tersebut terjadi berkat cip yang dimiliki oleh realme yang bernama R1.

Realme Buds Air - Shell

Spesifikasi dari realme Buds Air adalah sebagai berikut

Bobot 4,2 gram per earbuds, 42,3 gram case
Chipset R1 Headphone Chip
Versi Bluetooth 5.0
Ukuran Driver ⌀12 mm dynamic
Dimensi 51,3 x 45,3 x 25,3 mm (case)
Kapasitas Baterai 400 mah (case)

Unboxing

Seperti inilah isi dari paket penjualan realme Buds Air

Realme Buds Air - Kabel USB-C

Desain

Well, terus terang saja, model  yang dianut oleh realme pertama kali dipopulerkan oleh Apple. Sisi buruknya, Buds Air akan selamanya dicap menjadi “tiruan” Apple Airpods. Sisi baiknya? Pengguna akan mudah menemukan aksesoris murah yang kompatibel dengan realme Buds Air.

Bahan dari realme Buds Air memang cukup kokoh. Walaupun terbuat dari plastik polikarbonat, tidak membuat case dan buds nya terasa ringkih seperti beberapa TWS yang banyak dijual di Indonesia.

Realme Buds Air - Button

Pada setiap earbuds nya terdapat dua buah sensor dan sebuah speaker. Pada ujung bagian atas dari batangnya, terdapat sensor sentuh yang sayangnya tidak bisa diubah fungsinya. Ada beberapa fungsi yang bisa dilakukan pada sensor sentuh ini. Salah satunya adalah gaming mode yang bisa diaktifkan dengan menekan kedua tombol sentuh selama 3 detik sampai berbunyi suara mobil.

Pada charging case-nya sendiri, terdapat baterai yang cukup besar yang bisa mengisi baterai pada earbuds-nya secara cepat. Pada bagian belakangnya terdapat konektor untuk melakukan wireless charging. Di sisi depannya, terdapat sebuah tombol pairing yang cukup mudah untuk menyambungkan pada perangkat bluetooth lainnya. Charging case ini sendiri menggunakan USB-C untuk diisi baterainya.

Realme Buds Air - USB-C

Satu hal yang disayangkan adalah TWS ini tidak memiliki aplikasi untuk mengontrol fungsi serta menampilkan status baterai. Hal ini juga berarti bahwa tidak ada ruang perbaikan mau pun penambahan fungsi karena tidak ada fasilitas pembaruan firmware.

Pengalaman Menggunakan

Lagi-lagi, saya tidak akan bosan mengingatkan bahwa model TWS seperti ini tidak cocok untuk semua orang. Saya sendiri merupakan salah satu orang yang kupingnya tidak pas, karena setelah menaruh di kuping, earbuds nya sendiri akan sedikit bergeser keluar, sehingga suaranya tidak akan sepenuhnya masuk ke lubang kuping.

Hal ini tentu saja berimbas pada suara bas yang dikeluarkan. Realme sendiri menjanjikan pengalaman bas yang cukup berdentum. Hal tersebut memang tidak salah, asalkan suara terisolasi masuk semua ke lubang kuping. Hal tersebut membutuhkan sedikit modifikasi agar menjaga posisi earbuds pada saat terpasang di kuping.

Realme Buds Air - Sensor

Pengujian kali ini saya menggunakan file-file Ogg Vorbis dengan bitrate 320 Kbps. Walaupun belum merupakan lossless compression, namun suaranya sudah cukup sulit dibedakan dengan FLAC.

Jika realme Buds Air ada pada posisi yang “seharusnya”, Anda bisa mendengarkan sebuah pengalaman audio yang cukup baik. Bass dengan dentuman yang baik bisa terdengar dengan baik. Kanal mid dan high juga terdengar dengan jelas namun suaranya tidak menusuk. Suara yang dihasilkan juga cukup jelas dan crisp.

Akan tetapi, suara bass tersebut akan berkurang dan bahkan nyaris tidak terdengar pada saat Buds Air meleset keluar yang membuat suara dari luar masuk. Dengan tidak ada isolasi suara, menaikkan volume saja tidak akan menolong. Jadi, bagi Anda yang kupingnya tidak pas dengan realme Buds Air, bisa melakukan modifikasi atau membeli earcase tambahan.

Saya juga mencoba bermain game dengan menggunakan realme Buds Air. Tentunya hal ini untuk mencoba seberapa baik Game Mode yang ada untuk mengurangi latensi. Pada saat bermain game FPS, saya masih merasakan adanya delay pada suara yang dikeluarkan oleh Buds Air. Hal ini diperparah pada saat bermain game pada perangkat Android seperti LifeAfter, di mana delay suaranya masih bisa dirasakan.

realme Buds Air - wireless charging

Deteksi sensor yang ada pada Buds Air juga sering kali terlambat. Seperti pada saat earbud diambil dari kuping, musik akan menjadi pause dalam sekitar 1-2 detik. Padahal pada beberapa produk saingan, musik akan berhenti dalam waktu kurang dari 1 detik. Kadang malah musik tidak berhenti sama sekali pada saat kita meletakkan kedua earbuds di meja, walau posisi sensor mengarah ke atas. Hal ini tentu akan membuat baterai menjadi boros.

Saya dapat menggunakan perangkat ini dalam waktu sekitar 3 jam lebih, dari 100% sampai mati. Hal ini tentu saja bisa diperpanjang dengan melakukan pengisian baterai pada case-nya. Realme menjanjikan pengalaman sampai 17 jam sampai baterai pada case-nya habis.

Pengisian baterai pada case-nya juga cukup baik dan memiliki alternatif. Saya berhasil melakukan isi ulang dengan menggunakan power bank yang memiliki fungsi wireless charging. Hal ini tentu saja membuat kompatibilitas realme Buds Air terhadap perangkat wireless charging lebih luas.

Verdict

Untuk masuk dalam pasar audio yang sudah banyak didominasi oleh para pemain lama, tentu saja kualitas suara harus baik. Dengan model TWS yang lagi menjadi tren, kualitas suara memang harus paling maksimal. Hal tersebut pun dapat dirasakan pada produk realme Buds Air yang selama ini hanya bermain pada pasar smartphone.

Suara yang dihasilkan oleh realme Buds Air memang bisa dibilang baik. Suara bass yang baik diikuti dengan semua kanal yang ada. Suaranya pun juga cukup clear untuk sebuah TWS. Namun tentu saja, semua akan berlaku apabila penempatan earbuds-nya benar dan tidak bergeser keluar sehingga ada celah untuk suara dari luar masuk.

Pada beberapa game, TWS ini memang bisa disamakan dengan earphone kabel yang tidak memiliki latensi tinggi. Namun, pengalaman saya menunjukkan beberapa game di smartphone tidak sinkron antara gerakan dan suara. Hal ini tentu masih menjadi PR dari realme.

Realme menjual TWS Buds Air dengan harga (bocoran) Rp. 899.000. Harga tersebut tentu saja cukup terjangkau untuk TWS dengan model seperti ini dan memiliki suara yang bisa dibilang “benar”. Suaranya pun juga lebih baik dari Buds Wireless yang sebelumnya diluncurkan oleh realme.

Jadi, tertarik untuk membelinya?

Sparks

  • Daya tahan baterai cukup baik
  • Suara cukup bagus
  • Touch Button
  • Mode Game
  • Ringan
  • Mendukung wireless charging dengan baik

Slacks

  • Masih ada delay yang cukup terasa pada beberapa game
  • Tidak ada kendali volume pada earbud
  • Tidak ada aplikasi