ngaji.ai Permudah Belajar Mengaji Berkat Dukungan AI

Startup berbasis AI untuk teknologi bahasa, Vokal.ai, memperkenalkan aplikasi belajar mengaji yang didukung dengan teknologi AI, ngaji.ai. Aplikasi ini mampu mendeteksi akurasi pelafalan bacaan Alquran melalui teknologi automatic speech recognition (ASR) agar proses belajar mengaji dapat dilakukan secara mandiri.

Dalam peresmiannya di Jakarta, kemarin (5/3), Co-founder ngaji.ai Sutarto Hadi menyoroti angka literasi Alquran di sejumlah wilayah di Indonesia masih rendah. Fakta ini menjadi ironi dengan data yang menunjukkan Indonesia adalah salah satu negara dengan penduduk mayoritas muslim terbesar di dunia.

Padahal dalam survei internal yang dilakukan, disimpulkan sebanyak 91% muslim berpandangan pentingnya untuk memiliki kemampuan membaca Alquran. Selama ini, orang tua biasanya panggil guru untuk belajar mengaji atau mendaftarkan anaknya ke TPA/TPQ.

“Sementara, ada juga keinginan memperdalam kemampuan membaca ayat suci Alquran di diri muslim dewasa, namun ada rasa malu dan enggan untuk belajar lagi dari guru,” ucap Sutarto.

ngaji.ai mampu memberi umpan balik untuk membantu pengguna mengetahui apakah pengucapannya sudah benar atau belum. Caranya dengan menerapkan sistem skoring, pengguna akan mendapatkan nilai ketika menyelesaikan materi belajar dan mengerjakan latihan.

Berbagai layanan yang disuguhkan ngaji.ai / ngaji.ai
Berbagai layanan yang disuguhkan ngaji.ai / ngaji.ai

Terdapat tiga tahapan untuk memantau kemajuan belajarnya, yaitu pemula, menengah, dan mahir, yang diukur berdasarkan total skor yang dikumpulkan. Dalam proses belajarnya, terdapat 15 materi. Materi paling dasar adalah mengenal huruf-huruf hijaiah dan bagaimana bunyi huruf tersebut. Kemudian naik tingkat menjadi belajar huruf bersambung.

Selain itu, terdapat juga papan peringkat sebagai salah satu gamifikasi yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi pengguna untuk terus belajar. Seluruh pengguna dapat melihat pencapaian yang didapat serta membagikannya ke media sosial.

Bagi pengguna yang ingin memeriksa kemampuan tadarus, fitur ASR pada menu tadarus bisa mendeteksi kelancaran pengguna mengaji. Fitur exam juga dapat memastikan pengguna sudah menguasai materi dengan tepat atau masih ada area yang bisa diperbaiki. Hal ini demi memastikan proses belajar mengaji yang baik dengan pencapaian terukur layaknya mengaji langsung dengan guru.

ngaji.ai juga memiliki fitur rekomendasi ayat setiap hari untuk pendalaman ayat-ayat Al-Quran selama bulan Ramadan. Fitur lainnya yang terdapat di ngaji.ai adalah jadwal salat dan buka puasa berdasarkan lokasi dan arah kiblat. Fitur yang akan segera ditambahkan adalah Manasik Haji, hadis, dan cerita-cerita Nabi. Seluruh fitur dan proses pembelajaran ini membuat ngaji.ai dapat digunakan oleh anak sejak usia tiga tahun hingga orang dewasa.

Founder Vokal.ai Martijn Enter menyampaikan aplikasi ini sebenarnya telah dikembangkan sejak 2020 menggunakan teknologi yang dikembangkan bersama oleh para ahli asal Indonesia dan Belanda di bidang data collection, materi pembelajaran mengaji, IT, dan machine learning.

Menurutnya, AI di dunia pendidikan Indonesia memiliki potensi yang besar sekali untuk kemajuan dan transformasi. AI dapat menyesuaikan pengalaman belajar berdasarkan kebutuhan masing-masing pelajar dan gaya belajar, sehingga bisa menghasilkan pengertian yang lebih dalam dan interaksi lebih baik.

“Aplikasi ngaji.ai dapat menyesuaikan level kesulitan dan kecepatan belajar berdasarkan performa pengguna, sehingga memastikan adanya kemajuan pemahaman dan menghindari pengguna hilang motivasi untuk belajar,” ucap Enter.

ngaji.ai dapat diunduh melalui Play Store dan App Store. Diklaim terdapat sekitar 15 ribu pengguna aktif dari 20 ribu akun yang terdaftar. Diharapkan pada tahun ini dapat tembus hingga satu juta pengguna.

Vokal.ai merupakan startup AI yang mengkhususkan diri pada teknologi automatic speech recognition (ASR) yang dirancang dapat mengenali seluk-beluk bahasa Indonesia, aksen yang khas, dan faktor lingkungan unik yang memengaruhi ucapan.

Application Information Will Show Up Here

Co-Founder Kipin Tekankan Pentingnya Capai Product-Market-Fit Sebelum Mengejar Laba

Tantangan dunia pendidikan pasca-pandemi tidak sepenuhnya sama di tiap segmen, ada yang babak belur ada yang tetap tumbuh subur. Walau target penggunanya adalah K-12, Pendidikan.id, startup edtech pengembang dari Kipin (Kios Pintar), mengeklaim malah cetak untung untuk pertama kalinya pada 2023.

Dalam wawancara singkat bersama DailySocial.id, Co-founder dan CEO Kipin Santoso Suratso menyampaikan, faktor terbesar dari pencapaian perusahaan adalah model bisnis dan produk flagship-nya, Kipin, yang terbukti dibutuhkan sekolah di pedalaman yang minim akses internet.

“Tahun 2023 sales revenue kita grow 500% dibandingkan dengan tahun 2022. Produk paling laku adalah Kipin Classroom dengan kontribusi laba dan revenue sampai 90%. Lalu, Kipin School 4.0 dengan kontribusi 3%, dan lainnya 7%,” ujarnya. Sayangnya pencapaian ini tidak dibarengi dengan data pendukung lainnya.

Kenaikan pendapatan ini didukung dengan strategi bisnis yang masuk ke B2B2C. Artinya, perusahaan tidak perlu jor-joran bakar duit untuk mempromosikan produknya karena penjualannya langsung ke sekolah-sekolah.

Selain itu, struktur organisasi Kipin juga terbilang efisien. Seluruh produksi hardware 100% di-outsource-kan kepada pabrik komputer lokal untuk mengurus produksi, pengiriman, dan after sales. Sementara, software dikembangkan sendiri oleh Kipin.

“Mudah sekali untuk scale up dengan cepat dan besar karena Kipin adalah perusahaan software. Kami tidak usah tambah staff banyak karena keperluan hardware yang kita produksi 100% di outsource [..]. Tidak ada tambahan kerja untuk kami.”

Ia menambahkan, pencapaian di atas membuat pihaknya kini tidak lagi bergantung pada pendanaan eksternal.

Sebagai catatan, Kipin sudah beberapa kali menggalang pendanaan. Jajaran investor di Pendidikan.id terdapat Garden Impact, pemodal dari Singapura yang fokus pada investasi di bisnis yang berkelanjutan secara komersial. Mereka masuk ke Pendidikan.id pada 2016 untuk investasi tahap awal, lalu melakukan penambahan sebanyak dua kali, tepatnya 2018 dan 2019.

Dana yang didapat dimanfaatkan untuk riset dan pengembangan produk. Investor lainnya, terdapat perusahaan properti lokal The Paradise Group (Indonesian Paradise Property). Selanjutnya, terdapat VC tahap awal Iterative yang menyuntikkan dana mulai $500 ribu per startup untuk tiap batch. Kipin masuk dalam Summer 2022 Batch bersama 18 startup Asia lainnya.

Sejauh ini, Kipin memiliki empat produk:

  1. Kipin Classroom: sebuah akses poin pembelajaran berupa sistem (hardware, software dan data lengkap) untuk membantu digitalisasi sekolah tanpa membutuhkan jaringan internet, di antaranya bisa menyelenggarakan asesmen sebanyaknya (support AKM/Asesmen Kompetensi Minimum), dilengkapi dengan koleksi ribuan buku (terbitan Kemdikbud), video, latihan soal & komik literasi, dan perpustakaan digital internal sekolah (bisa upload sendiri).
  2. Kipin ATM: sebuah kios pintar digital yang berbentuk mirip dengan mesin ATM berisi ribuan buku pelajaran sekolah, 1500+ video pendidikan, 50.000+ soal Tryout dan 300+ komik Literasi untuk tingkat SD, SMP, SMA & SMK. Siswa dapat copy data ke device tanpa pulsa karena terdapat jaringan wifi ‘eduSPOT” di dalam mesin. Per bulannya, mesin akan terus diperbarui sehingga pelajar selalu mendapatkan materi pelajaran terbaru.
  3. Kipin School: sebuah aplikasi yang dibuat untuk siswa tingkat SD, SMP, SMA, dan SMK, berisi pustaka pembelajaran lengkap & sistem ujian yang ditujukan untuk sekolah-sekolah di Indonesia sebagai sarana belajar dan berlatih dalam satu paket. Terdapat fitur “Download & Go” yang memungkinkan konten data yang sudah diunduh dapat digunakan tanpa perlu jaringan internet lagi.
  4. Kipin PTO (Paperless Test Online): sistem asesmen digital untuk sekolah dengan server stabil, domain pribadi khusus sekolah dan menu-menu penilaian pendukung AKM.

Dalam perjalanannya, Kipin ATM telah berevolusi menjadi Kipin Classrom yang kini sudah memasuki generasi 5.3. Software Kipin dapat berjalan di berbagai jenis operasi, mulai dari Android, iOS, Windows 10, dan Chrome Book.

Kipin Classroom

Perjalanan panjang menuju product-market-fit

Santoso melanjutkan, sejak merintis Kipin di 2014 hingga mencapai produk yang dikomersialkan memakan waktu yang tidak instan dan tidak ada jalan pintas. Jalan yang sangat sulit ini harus dilalui oleh semua founder startup. Bagi Kipin setidaknya membutuhkan waktu antara tiga sampai lima tahun, sebelum akhirnya bisa mulai komersial.

Pada 2014, dirinya sempat melakukan audiensi dengan Presiden RI Joko Widodo yang memberikan masukan untuk memperbaiki Kipin yang saat itu versi pertamanya masih berbasis online. Menurut presiden, Indonesia itu luas, tidak hanya Jakarta saja. Jadi online itu hanya menjangkau sebagian kecil Indonesia saja.

Timnya mulai mencoba Kipin Mobile pada 2015 tapi gagal. Jumlah unduhan tinggi tapi konversi ke penjualan hampir nol. “Saya ingat nasihat pak Jokowi dan mulai merancang ulang dengan tim teknis agar menciptakan solusi edtech yang hybrid. Tahun 2017 kita mulai memperkenalkan kios pintar Kipin Gen-1.”

Kipin

Penjualan Kipin ATM merangkak naik. Pada 2018 terjual 5 unit, lalu 2019 terjual 40 unit. Kemudian saat pandemi melanda (2020-2021), penjualan sempat turun karena idealnya solusi Kipin ATM untuk sekolah dan guru, bukan siswa.

Situasi mulai membaik sejak 2022 karena perlahan sekolah mulai beroperasi seperti sedia kala (tatap muka). Hal ini berdampak pada penjualan Kipin Classroom tembus hingga 200 unit. Angkanya terus melonjak pada tahun berikutnya, diklaim terjual lebih dari 1.200 unit. “Berbeda dengan edtech online yang malah drop saat sekolah kembali buka, Kipin meledak padahal kami sama sekali tidak melakukan iklan (hampir zero ads).”

“Pesan saya untuk founder lain: Jangan menghabiskan waktu di ruang rapat saja dan berpikir apa yang bagus, karena apa yang kita pikir tidak selalu tepat. Harus selalu turun ke lapangan dan selalu melihat dari kacamata pemakai apa concern mereka, apa keinginan mereka, harapan mereka, apa tangis mereka. Maka Anda akan merancang produk yang tepat waktu dan tepat guna.”

Dia melanjutkan, “Saya tahu ini tidak mudah karena banyak founder di bawah tekanan investor untuk cepat make money. Tapi produk yang berhasil itu bukan lahir dari apa yang mau kamu jual, tapi dari apa yang konsumer mau beli. Tugas founder untuk mencari, memperbaiki, dan repeat again; satu hari when you find it (product-market-fit) you will know and you will be very satified and very successful.”

Prospek yang positif ke depannya membuat dirinya optimistis bahwa Kipin dapat menjangkau sekitar 5.000-8.000 sekolah pada tahun ini. Alasannya strategi Kipin di akar rumput (grassroot) cukup kuat sehingga kesempatan untuk mereplikasinya terbuka lebar.

Diklaim, Kipin Classroom telah digunakan oleh lebih dari 350 ribu guru di 2.000 sekolah. Aplikasi Kipin diunduh lebih dari 600 ribu kali. Menurut riset yang dilakukan bersama Tanoto Foundation, Kipin dapat menghemat pengeluaran hingga Rp1 miliar per sekolah dan per tahunnya.

“Versi gen-5 Kipin Classroom sangat superior, mungkin 5 tahun lebih maju dibandingkan dengan saingan edtech lain di Indonesia untuk sektor ini. Kami mulai mengintegrasi AI dalam versi mendatang,” tutupnya.

Application Information Will Show Up Here

Startup Edtech Pintar Kantongi Pendanaan Pra-Seri A Rp47 Miliar

Platform edtech Pintar dilaporkan telah mengantongi pendanaan pra-seri A sebesar $3 juta (sekitar Rp46,9 miliar) yang dipimpin oleh Havez Capital serta partisipasi dari SIG Venture Capital.

Sebagai informasi, Havez Capital adalah perusahaan investasi yang dipimpin oleh Imelda Harsono, yang saat ini juga menjabat sebagai Direktur di PT Samator Indo Gas Tbk.

“Misi kami adalah memberdayakan tenaga kerja, di mana bertujuan untuk meningkatkan keterampilan mereka agar dapat keluar dari middle income trap,” ujar CEO Pintar Ray Pulungan dalam keterangan resminya seperti dilansir dari TechinAsia.

Pintar adalah platform pengembangan karier yang menawarkan solusi pelatihan, kredensial, dan lowongan kerja–memposisikan model yang berbeda dari kebanyakan edtech yang fokus pada pendidikan K-12.

Klaimnya, Pintar telah digunakan sebanyak 2 juta pengguna, termasuk pemilik jaringan minimarket Indomaret untuk keperluan rekrutmen dan pelatihan, hingga BUMN Krakatau Steel untuk kebutuhan pengembangan talenta dan kepatuhan. Pihaknya juga telah bermitra dengan Kemendikbud dan Kadin.

Pintar sebelumnya bernama HarukaEdu yang telah menggalang pendanaan hingga seri C dengan total $2,2 juta. Rebranding ini dilakukan pada 2022.

Sebagai gambaran, ekosistem edtech di Indonesia tak cuma berfokus pada penyediaan solusi pembelajaran K12. Selain Pintar, platform lainnya masuk ke segmen edukasi nonformal untuk pelaku usaha, misalnya Kuncie. Ada juga yang menjajal digitalisasi untuk perguruan tinggi.

Edtech memang sempat menjadi salah satu sektor primadona saat pandemi Covid-19, di mana sejumlah platform pembelajaran untuk K12 mengalami lonjakan signifikan. Namun, seiring berakhirnya pandemi, pelaku edtech harus kembali menyesuaikan bisnisnya mengingat kegiatan belajar-mengajar kembali ke offline.

Upaya adaptasi ini terlihat dari aksi restrukturisasi karyawan yang dilakukan pemain dominan Ruangguru dan Zenius. Sayangnya, mengawali awal 2024, Zenius memutuskan untuk menutup layanannya sementara.

Application Information Will Show Up Here

Kuncie Cetak Kinerja Positif di 2023, Pelanggan Korporasi Kontributor Utamanya

Startup edtech Kuncie mengungkapkan kinerja positif sepanjang 2023, segmen pelanggan korporasi disebutkan jadi kontributor utamanya. Pencapaian ini akan dilanjutkan dengan inovasi dalam menghadirkan produk yang relevan bagi konsumen.

CEO Kuncie Hendra Saputra menyampaikan, nilai transaksi bisnis mereka pada 2023 meningkat hingga 3,5x lipat yang diikuti dengan pertumbuhan pendapatan sebesar hampir 2x lipat. Hanya saja ia tidak merinci lebih jauh kontribusi masing-masing dari tiap produknya.

Menurutnya, pertumbuhan ini disumbang oleh kinerja positif di segmen pelanggan korporasi melalui program Corporate Training Solutions, beragam pembelian modul video belajar, dan rangkaian kelas belajar self-paced yang dipersonalisasi.

Kemudian, disusul oleh program yang dikhususkan untuk pengguna individu, seperti program Kuncie Executive, hasil kolaborasi bersama SBM ITB (School of Business Management Institut Teknologi Bandung) dan UGM (Universitas Gadjah Mada).

“Bagi kami, pencapaian ini bukan hanya mencerminkan pertumbuhan finansial yang solid, tetapi juga sebagai validasi terhadap value yang dihadirkan oleh Kuncie sebagai platform yang meningkatkan kompetensi dan kapasitas para penggunanya. Capaian ini juga menjadi fondasi kuat bagi kami untuk terus memperkuat eksistensi di industri edtech serta terus memberikan pengalaman pembelajaran eksklusif dan berkualitas kepada berbagai lapisan masyarakat di Indonesia,” ujar Hendra dalam keterangan resmi.

Dia melanjutkan, program Corporate Training Solutions milik Kuncie telah dipercaya oleh berbagai perusahaan multi industri karena punya nilai lebih dibanding pemain sejenisnya. Yakni:

  1. Memiliki platform management system untuk pengelolaan proses dan progres pelatihan karyawan secara efektif. Serta, dapat dipersonalisasi dipilih dan menggabungkan program yang dimiliki Kuncie ke dalam kurikulum yang dirancang ulang secara khusus.
  2. Menyediakan layanan produksi video yang dikhususkan untuk massive open online course (MOOC) yang digunakan oleh beberapa perusahaan untuk media pembelajaran karyawan mereka.
  3. Mengintegrasikan berbagai program unggulan Kuncie, mulai dari kolaborasi dengan SBM ITB (Mini MBA General Management, Data Analytics, dan Political Marketing) dan UGM (Human Capital Management), hingga program in-house training untuk meningkatkan hard skills dan soft skills karyawan.

Sepanjang tahun ini, Kuncie berencana untuk mengintegrasikan layanannya dengan aset komersial Telkomsel, seperti layanan Halo+, Ilmupedia, dan Indihome. Integrasi tersebut diharapkan dapat mendorong pengembangan inovasi yang berkontribusi terhadap pertumbuhan bisnis Kuncie ke depannya.

Di samping itu, akan menghadirkan lebih banyak kelas Kuncie Executive dengan berbagai institusi pendidikan di Indonesia, lebih intensif memperluas kemitraan bisnis dengan lebih banyak perusahaan dalam rangka mendukung kemajuan melalui peningkatan potensi dan produktivitas karyawan.

Hendra meyakini, meskipun industri ini dinilai akan menghadapi tantangan yang semakin kompleks, pihaknya meyakini bahwa edtech masih memiliki prospek cerah, terutama yang menyasar segmen kalangan profesional

“Kami juga optimis bahwa kami akan mampu bertahan dan tumbuh di tahun ini. Inovasi-inovasi ini juga kami lakukan untuk mewujudkan inklusivitas akses pendidikan yang sesuai dengan berbagai lapisan masyarakat di Indonesia,” tutup Hendra.

Beda nasib

Dalam tulisan sebelumnya yang dipublikasi DailySocial.id, nasib pemain edtech di non-K12 lebih “beruntung” dari pemain K-12, mengingat tantangan yang dihadapi keduanya pun juga berbeda. Cakap dan PINTAR adalah beberapa yang tumbuh subur.

Co-founder & CEO Cakap Tomy Yunus mengungkapkan per kuartal III 2023, Cakap mampu menjaga tren pertumbuhan positif dengan kenaikan jumlah pengguna dan pendapatan lebih dari 100% secara year-on-year, serta membukukan EBITDA positif.

Sebanyak 50% dari total pendapatan Cakap berasal dari pilar bisnis Bahasa, lalu sisanya dari pilar Business dan Upskill (kelas vokasi dan keterampilan, seperti hospitality, perkantoran, dan kewirausahaan). Sepanjang semester I 2023, kursus bahasa Inggris masih menjadi kontributor terbesar. Para penggunanya berasal dari usia produktif, sekitar 20-29 tahun yang tersebar di Jabodetabek, Bandung, dan Lampung.

Demand terhadap edukasi terus berkembang, tercermin dari performa Cakap yang terus bertumbuh dengan adanya inovasi yang relevan dengan minat market, baik selama dan sesudah pandemi Covid-19,” kata Tomy.

Sementara itu, Co-founder dan CEO PINTAR Ray Pulungan menyampaikan PINTAR memiliki empat pilar produk: PINTAR Skills (pelatihan keterampilan), PINTAR Degrees (pendidikan tinggi), PINTAR Enterprise (pembelajaran dan pengembangan karyawan), serta PINTAR Opportunity (penempatan individu ke pasar kerja dan pembukaan akses pasar bagi pemilik UMKM).

Kombinasi dari empat segmen ini memungkinkan perusahaan untuk melayani kebutuhan pelatihan dan pengembangan yang beragam, baik untuk organisasi maupun individu. Diklaim sebagian besar bisnisnya kini berfokus pada pasar B2B, dengan kontribusi sekitar 70% dari total bisnis perusahaan.

Application Information Will Show Up Here

Mengurai Pertanyaan di Balik “Tutup Sementara” Zenius

Startup edtech Zenius mengumumkan tutup untuk sementara waktu. Kendala operasional jadi alasan utama di balik keputusan ini.

“Saat ini Zenius sedang mengalami tantangan operasional, dan kami sangat menyesal atas ketidaknyamanan yang akan ditimbulkan bagi para pengguna kami. Kami mengambil langkah strategis untuk menghentikan operasi secara sementara, tetapi kami menjamin bahwa kami tidak akan berhenti berusaha untuk menjalankan dan mewujudkan visi untuk merangkai Indonesia yang cerdas, cerah, asik,” tulis Founder & CEO Zenius Sabda PS dalam keterangan resmi.

Sabda melanjutkan, “Kami menyadari bahwa keputusan ini akan mengecewakan banyak pihak, terutama para pengguna setia kami, yang telah mendukung dan mempercayai kami selama ini. Untuk itu, kami meminta maaf dan berterima kasih kepada para pengguna dan mitra atas kepercayaan yang telah diberikan.”

Hanya saja, dalam pernyataan tersebut, Sabda tidak merinci lebih lanjut dampak dari keputusan “sementara ini”. Pertanyaan-pertanyaan yang tersisa belum terjawab oleh publik seperti:

  1. Kapan Zenius akan kembali?
  2. Bagaimana nasib pengguna dan uang yang telah dibayarkan?
  3. Bagaimana nasib pegawai Zenius? Apakah ada pembayaran pesangon?
  4. Bagaimana dengan kelanjutan nasib Primagama?

Dikonfirmasi lebih lanjut oleh DailySocial.id, perwakilan Zenius hanya menyampaikan, “Zenius belum bisa memberikan informasi lebih lanjut untuk saat ini. Nanti akan ada informasi lagi untuk para pengguna dan cabang-cabang Primagama.”

Perjalanan Zenius

Zenius memasuki umur 20 tahun sejak pertama kali didirikan pada 2004. Para pendirinya adalah Sabda PS, Wisnu Subekti, dan Medy Suharta. Sebelum bergaya ala startup, produk awal Zenius adalah meluncurkan materi pembelajaran dalam bentuk CD dan buku. Kemudian badan hukum didirikan pada 2007 di bawah Zenius Education.

Sebelumnya dalam sesi SelasaStartup, Sabda pernah bercerita dana operasional Zenius pertama kali diperoleh dari menggesek kartu kredit. Belum ada investor, semisal dari modal ventura, yang berminat mendanai. Model bisnis pertama yang diambil adalah membuat bimbingan belajar offline. Di sana perputaran bisnis di ranah ini sangat jelas.

Ada pembayaran yang rutin diterima di muka dan dia bisa langsung mengajar murid. Penghasilan ini dia putar untuk merekrut tambahan guru dan membuat rekaman saat guru-guru tersebut tidak mengajar. “Kita buat konten di awal-awal dan menjual CD-nya. Internet belum terpikir sama sekali,” katanya.

Setahun berikutnya, tim semakin giat memproduksi CD berisi pembahasan soal-soal. Bahkan hingga 2008, variasi CD yang dijual semakin lengkap. Ada yang berbentuk paket lengkap CD, sehingga tidak perlu beli satuan. Pada tahun itu juga mereka mulai memanfaatkan internet, tapi baru sebatas berjualan CD.

“Ini momen historical kita tanggal 4 April 2008, kita launch di pameran pertama di Jakarta dan kita launch website untuk jualan CD doang.”

Tahun pertama berjualan online, diklaim Zenius sudah cek untung. Dia pun mantap pada tahun berikutnya untuk mengembangkan bisnis Zenius secara online karena masih banyak anak Indonesia yang belum mengenal Zenius, kendati pada saat itu akses internet cenderung terbatas.

“Zenius bisa bertahan karena kita ada elemen, tidak hanya yang penting laku saja, tapi impact yang benar. Ketika mereka beli konten, memang beneran bikin cerdas atau enggak. Selama yang kita deliver itu bisa mengubah pola pikir, kayanya sih umur Zenius bisa terjamin [lebih lama].”

Aplikasi Zenius sendiri baru ada pada Juli 2019 dan melakukan kampanye besar-besaran, yakni menggratiskan lebih dari 80 ribu video materi pembelajarannya. Lalu setahun berikutnya, perusahaan melakukan rebranding, baik logo, visual, dan tagline untuk menandai evolusi merek.

Pada 2022, didukung pengaruh efek pasca-pandemi, Zenius mengakuisisi Primagama dan di-rebrand dengan New Primagama. Secara total, terdapat 264 cabang Primagama yang tersebar di seluruh Indonesia. Lalu pada Juni 2023, perusahaan mengumumkan audit menyeluruh. Hasilnya ada cabang yang setop kerja sama dan membuka waralaba untuk Primagama kepada yang berminat.

Pada tahun yang sama pula, Zenius mulai terseok-seok. PHK besar-besaran ditempuh dalam tiga gelombang.

Zenius telah didukung oleh jajaran investor besar, seperti MDI Ventures, Northstar Group, Alpha JWC Ventures, Openspace Ventures, Beenext, dan lainnya. Pendanaan terakhir diumumkan pada Maret 2022, tidak disebutkan nominal yang diperoleh. Dalam catatan, secara total Zenius telah mengumpulkan pendanaan lebih dari $40 juta.

Application Information Will Show Up Here

Beda Nasib Startup Edtech Usai Pandemi

Penggunaan edtech pada sistem pendidikan nasional, secara umum, merupakan bentuk adaptasi terhadap disrupsi dan bentuk dorongan supaya sistem pendidikan menjadi lebih resilien.

“Kita perlu mengambil pelajaran dari pembelajaran jarak jauh dan menerapkannya ke sistem pendidikan formal. Pandemi sudah menunjukkan sistem pendidikan kita begitu rentan dan perlu ada bentuk adaptasi,” jelas Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Latasha Safira mengutip dari situs CIPS.

Dari hasil survei yang dilakukan CIPS pada 2021 menunjukkan bahwa guru menggunakan berbagai produk dan layanan edtech seperti Sistem Manajemen Pembelajaran (misalnya EdModo dan Canvas) dan platform interaktif (misalnya Kahoot dan Menimeter) untuk memfasilitasi pembelajaran jarak jauh selama 18 bulan terakhir.

Para investor merespons tingginya adopsi edtech selama pandemi melalui suntikan pendanaan untuk startup di Indonesia. Berikut data yang dikutip dari Tech in Asia:

  1. 2019 menjadi tahun dengan total nilai pendanaan terbesar senilai $166,42 juta untuk enam kesepakatan investasi selama delapan tahun terakhir;
  2. 2020 terjadi kenaikan kesepakatan tertinggi dengan total 18 kesepakatan, tapi secara nominal turun menjadi $77,05 juta;
  3. 2021 terjadi penurunan kesepakatan dan nominal investasi, menjadi 11 kesepakatan yang bernilai $11,35 juta;
  4. 2022 terdapat kenaikan kesepakatan dan nominal investasi, menjadi 14 kesepakatan yang bernilai $18 juta.

Bagaimana dengan tahun ini? Menurut data yang dikompilasi DailySocial.id, tercatat hanya empat startup edtech yang mengumumkan pendanaan sepanjang 2023.

Startup Pendanaan Waktu
Cakap Seri C1 (undisclosed) April 2023
Rakamin Tahap awal (undisclosed) Mei 2023
Lister Tahap awal (undisclosed) Juni 2023
SoLeLands Tahap awal (undisclosed) Juli 2023

Tren penurunan investasi ini tidak hanya terjadi di Indonesia saja, ambil contoh di India yang sama-sama memiliki populasi yang besar. Berdasarkan data dari Trackr, pendanaan di sektor edtech menurun menjadi $2,43 miliar pada 2022, dengan hanya 159 kesepakatan dibandingkan dengan 319 kesepakatan pada 2021 yang bernilai $4,7 miliar dan 222 kesepakatan pada 2020.

Menurut statistik yang diperoleh CNBC-TV18.com, sebanyak 7.000-9.000 karyawan terkena imbas PHK di perusahaan edtech India sepanjang tahun lalu. Byju, Unacademy, Vedantu adalah beberapa startup edtech yang mengambil langkah tersebut. Ketiganya merupakan startup edtech yang bermain di segmen K-12.

Apa yang terjadi di India juga terjadi di Indonesia. Dua pemain besar di segmen K-12 harus merelakan ribuan karyawannya di PHK sejak tahun lalu. Ruangguru memangkas ratusan karyawan, sementara Zenius memangkas sekitar 800 orang.

Edu SEA 50 Market Map 2023 / HolonIQ

Bagaimana edtech K-12 bertahan

Baik Ruangguru maupun Zenius tidak merespons bagaimana strategi mereka pasca efisiensi besar-besaran. Tidak banyak pula informasi terbaru yang diumumkan belakangan ini. Berikut rangkumannya:

  1. Pada Juli 2023, Ruangguru mengumumkan kelanjutan ekspansi lokasi bimbingan belajar offline Brain Academy. Sejak diperkenalkan di 2019, diklaim ada lebih dari 200 cabang yang tersebar di seluruh Indonesia. Kondisi keuangan perusahaan juga membaik, setelah melakukan banyak efisiensi di berbagai sisi. Dipaparkan pada 2021, Ruangguru telah mengantongi laba sebesar Rp55 miliar dibandingkan tahun sebelumnya yang mencatat rugi Rp18,6 miliar.
  1. Pada Juni 2023, Zenius mengumumkan audit menyeluruh terhadap 264 cabang Primagama demi memastikan setiap cabang punya standar dan kualitas yang sama mencakup semua aspek bisnis. Dari hasil dari audit, sebagian kecil cabang tidak mampu memenuhi standar yang ditetapkan. Cabang-cabang ini diberikan waktu untuk melakukan perbaikan, namun beberapa di antaranya tidak dapat memenuhi perbaikan yang diminta dalam batas waktu yang ditentukan. Oleh karena itu, Zenius memutuskan untuk mengakhiri kerja sama dengan cabang-cabang tersebut. Di sisi lain, sebagian besar cabang juga memutuskan untuk mengakhiri kerja sama secara sukarela karena perbedaan visi dengan Zenius. Perusahaan membuka kesempatan bagi siapa saja yang ingin berinvestasi di dunia pendidikan dengan menjadi pemegang lisensi New Primagama melalui sistem waralaba.

Di sini terlihat bahwa keduanya punya kesamaan strategi, yakni memperkuat bimbel offline-nya sebagai area fokus setelah kondisi berangsur-angsur normal dan menerapkan konsep blended learning. Lalu apakah bimbel online masih memiliki prospek positif?

Hanya fokus di bimbel online

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, DailySocial.id menghubungi dua co-founder CoLearn, yakni Abhay Saboo (CEO) dan Marc Irawan (COO). Startup ini baru berdiri pada Agustus 2020 dengan fitur awal yang memungkinkan siswa untuk menanyakan lebih dari 5 juta pertanyaan terkait matematika, fisika, dan kimia per bulannya.

Semua pertanyaan mereka terjawab oleh Tanya, sebuah teknologi artificial intelligence (AI) buatan CoLearn. Dalam sebuah survei, 80% murid melihat peningkatan nilai setelah menggunakan CoLearn. Dengan cepat, CoLearn menjangkau 3,5 juta murid menggunakan fitur tersebut.

Fitur Tanya sekarang jadi pelengkap layanan di CoLearn. Perusahaan hanya mengoptimasi ranking kata pencarian di mesin pencari Google dan YouTube agar muncul di laman teratas. Langkah ini diambil dalam rangka menyesuaikan pola kebiasaan orang Indonesia yang mencari segala informasi lewat mesin pencari Google.

Tidak hanya bantu murid mengerjakan PR dengan cepat, CoLearn meluncurkan bimbel online yang terfokus pada tiga mata pelajaran dari kelas 5 sampai 12. Setiap kelasnya berlangsung selama satu jam melalui situs atau aplikasi.

Sumber: CoLearn

“Fokus CoLearn bukan di fitur Tanya, tapi bimbel online. Buat kami karena relatif pemain baru, kami beda karena mulainya saat Covid-19. Jadi tidak terlalu terlihat ekspektasinya dari sebelum dan saat Covid-19,” kata Abhay.

Walau tidak dirinci spesifik dengan angka, Abhay mengaku penerimaan bimbel online di CoLearn diterima dengan baik dan mendapat respons positif, terutama pasca CoLearn membuat kebijakan baru pada Juli 2023. Di antaranya, menawarkan harga baru sebesar Rp95 ribu yang dapat dibayarkan per bulan dan jaminan uang kembali 100%.

“Sebelumnya bayar per semester, sekarang jadi per bulan. Garansi uang kembali ini di bulan pertama setelah anak enggak cocok, [karena] ada beberapa orang tua yang persepsi negatif atau positif [sama layanan baru] jadi bisa coba dulu. Kita tawarkan harga merakyat, tidak harus jutaan karena kita pede (percaya diri) dengan produk [bimbel online] kami,” tambah Marc.

Pengguna terbesar dari bimbel online ini adalah pelajar kelas 5-9, lalu sisanya diisi oleh pelajar SMA. Sedari awal, CoLearn tidak didesain untuk mempersiapkan ujian akhir, melainkan membangun fundamental lewat pengajaran tentang konsep dasar suatu permasalahan.

Langkah ini sejalan dengan misi besar perusahaan yang ingin membantu Indonesia meningkatkan peringkat di PISA (Programme for International Student Assessment), sebuah tolok ukur kualitas pendidikan di suatu negara. Dalam survei di 2018, Indonesia berada di peringkat ke-72 dari 77 negara. Nilai matematika berada di peringkat ke-72 dari 78 negara. Sedangkan nilai sains berada di peringkat ke-70. Angka ini cenderung stagnan sejak 15 tahun terakhir.

Abhay menuturkan pihaknya optimistis dengan prospek bimbel online tetap hijau ke depannya, bahkan menargetkan dapat segera cetak profit pada akhir 2024 mendatang. Ambisi tersebut akan dijalankan dengan strategi yang tepat, hanya berfokus pada penyempurnaan bimbel online agar semakin diminati.

“Perusahaan yang enggak fokus melakukan banyak hal akan makan biaya untuk coba-coba. Sementara untuk dapat laba, perlu pelanggan yang kembali. Untuk itu harus melakukan sesuatu dengan sangat-sangat baik dan dibutuhkan fokus untuk terus memperbaikinya. Kita mau fokus untuk menjadi sangat bagus dalam satu hal saja [bimbel online],” ujar dia.

Marc menambahkan, masuk ke area bimbel offline itu sendiri diharuskan punya kemampuan yang kuat di bidangnya karena tantangannya berbeda jauh dengan bimbel offline. Ada standarisasi kontrol yang ketat, untuk perawatan gedung, keamanan, struktur kelas, sikap staff, waktu kedatangan guru, dan banyak hal kecil lainnya yang penting untuk selalu dijaga.

“Kami fokus di [bimbel] online karena ingin meningkatkan kualitas guru. Kalau offline, guru di sini terbatas karena masalah geografi, tapi dengan online kita bisa memutuskan itu. Kami percaya sebuah service edukasi itu bertumpu pada kualitas guru, kalau tidak ada batasan akan jauh lebih baik.”

Non-K-12

Cakap dan PINTAR adalah dua pemain edtech non-K-12 yang tumbuh subur hingga sekarang. Keduanya sama-sama bermain di segmen pengembangan kursus keterampilan dengan target individu dan korporasi berbasis online.

Saat dihubungi DailySocial.id, Co-founder dan CEO Cakap Tomy Yunus mengungkapkan per kuartal III 2023, Cakap mampu menjaga tren pertumbuhan positif dengan kenaikan jumlah pengguna dan pendapatan lebih dari 100% secara year-on-year, serta membukukan EBITDA positif.

Sumber: Cakap

Sebanyak 50% dari total pendapatan Cakap berasal dari pilar bisnis Bahasa, lalu sisanya dari pilar Business dan Upskill (kelas vokasi dan keterampilan, seperti hospitality, perkantoran, dan kewirausahaan). Sepanjang semester I 2023, kursus bahasa Inggris masih menjadi kontributor terbesar. Para penggunanya berasal dari usia produktif, sekitar 20-29 tahun yang tersebar di Jabodetabek, Bandung, dan Lampung.

“Demand terhadap edukasi terus berkembang, tercermin dari performa Cakap yang terus bertumbuh dengan adanya inovasi yang relevan dengan minat market, baik selama dan sesudah pandemi Covid-19,” kata Tomy.

Selama pandemi, Cakap lebih mengedepankan kemudahan akses pendidikan dan kenyamanan belajar secara online lewat Cakap Upskill. Setelah pandemi, perusahaan beradaptasi untuk menerapkan metode blended learning. Hal inilah yang melatarbelakangi kehadiran Cakap Kids Academy untuk siswa usia 4-12 tahun pada tahun ini.

Di samping itu, perusahaan mengembangkan solusi pendidikan yang hyperlocal dan relevan dari segi kebutuhan industri di tiap wilayah, didukung pula dengan harga yang terjangkau. Dalam rangka mendukung penyerapan tenaga kerja, Cakap lebih tanggap dengan situasi di industri. Misalnya, kembali menggeliatnya industri pariwisata, Cakap memberikan kelas bahasa asing untuk menunjangnya.

“Selain menyediakan sertifikat untuk semua kursus, Cakap juga mengembangkan bisnis unit berupa career hub, yang bisa menjadi solusi pencari kerja dan perusahaan dalam menemukan talenta yang tepat.”

Co-founder dan CEO PINTAR Ray Pulungan menyampaikan, dari sebelum dan sesudah pandemi, PINTAR melakukan sejumlah penyesuaian bisnis. Sebelum pandemi, PINTAR fokus menawarkan layanan OPM (Online Program Management) untuk perguruan tinggi swasta dengan semangat membuka akses kuliah secara terjangkau. Hingga awal 2020, sebanyak 15 kampus telah bekerja sama dan menyelenggarakan lebih dari 20 program perkuliahan online dan blended learning.

“Memasuki tahun 2020, ketika pandemi terjadi, dunia kerja mengalami perubahan drastis. [..] Kami merespons perubahan ini dengan menyajikan solusi berupa penyelenggaraan kursus-kursus keterampilan berbasis online [..] untuk reskilling. Pada periode pandemi, lebih dari 1 juta orang telah menerima manfaat pelatihan keterampilan melalui PINTAR,” ujar Ray.

Dia melanjutkan, “Saat ini, PINTAR berkembang sebagai platform pengembangan tenaga kerja (workforce development platform), [..] kerja sama dengan perusahaan untuk mengadakan pelatihan dan rekrutmen untuk pekerja, pemasok, dan komunitas lokal –termasuk kelompok yang rentan dan kurang terwakili.”

Berdasarkan kontribusi bisnis, PINTAR memiliki empat pilar produk: PINTAR Skills (pelatihan keterampilan), PINTAR Degrees (pendidikan tinggi), PINTAR Enterprise (pembelajaran dan pengembangan karyawan), serta PINTAR Opportunity (penempatan individu ke pasar kerja dan pembukaan akses pasar bagi pemilik UMKM).

Kombinasi dari empat segmen ini memungkinkan perusahaan untuk melayani kebutuhan pelatihan dan pengembangan yang beragam, baik untuk organisasi maupun individu. Diklaim sebagian besar bisnisnya kini berfokus pada pasar B2B, dengan kontribusi sekitar 70% dari total bisnis perusahaan.

Sumber: PINTAR

Ray menyampaikan tantangan utama yang dialami oleh pemain seperti PINTAR adalah bagaimana menstimulasi motivasi intrinsik individu untuk belajar dan berkembang. Rendahnya motivasi ini disebabkan oleh dua hal: 1) kurangnya pemahaman di kalangan peserta mengenai keuntungan yang bakal diperoleh setelah ikut pelatihan, 2) hal yang telah dipelajari dalam pelatihan belum tentu bisa diterapkan secara optimal dalam dunia kerja.

“Ketidaksesuaian ini semakin mengurangi persepsi masyarakat tentang pentingnya pelatihan keterampilan,” tambahnya.

Tommy menambahkan, walau tantangan besar, pangsa pasar dunia pendidikan di negara ini amatlah besar. Peluangnya banyak, ada vertikal-vertikal baru yang dapat dikembangkan. Hal tersebut akan dilakukan oleh Cakap sesuai dengan expertise-nya.

“Setiap ekspansi yang kami lakukan wajib memberikan kontribusi positif bagi perusahaan, sehingga dapat dipertahankan dan dan bahkan bisa dengan cepat menghentikan usaha-usaha yang kurang efisien sedini mungkin.”

Kedua perusahaan ini tergabung sebagai mitra pemerintah untuk Program Kartu Prakerja. Tommy menuturkan sudah empat tahun perusahaan bergabung jadi mitra pemerintah, dampak yang terasa adalah pengguna memperoleh keterampilan baru yang dapat diaplikasikan ke pekerjaan existing, atau menciptakan pekerjaan baru. Tidak disebutkan kontribusi bisnis ini terhadap total bisnis Cakap.

Sementara itu, Ray menyampaikan, kontribusi Program Prakerja untuk total bisnis PINTAR sekitar di bawah 10%. Walau tidak dominan, peran program ini tetap esensial karena mendukung upaya pemerintah dalam reskilling angkatan kerja secara masif. “Efek positifnya, terlihat pada segmen masyarakat yang marginal dan kurang terwakili. Dalam laporan tahunan, 44% penerima manfaat berasal dari 40% rumah tangga termiskin di Indonesia,” ujarnya.

Dia melanjutkan, “Walaupun di masa depan program ini mungkin akan mengalami perubahan karena roda inovasi akan terus berputar, tetapi fungsi utamanya diperkirakan akan tetap sama, yaitu sebagai katalis pemberdayaan dan pengembangan keterampilan angkatan kerja di Indonesia.”

Kemendikbud Ristek Paparkan Dampak Platform Digital untuk Akselerasi Pendidikan

Kemendikbud Ristek bersama konsultan manajemen global Oliver Wyman merilis laporan terkait “Dampak Peran Teknologi dalam Transformasi Pendidikan Indonesia” untuk mengetahui pemanfaatan adopsi empat platform dalam mengakselerasi sistem pendidikan di Indonesia.

Keempat platform ini antara lain Platform Merdeka Mengajar (PMM), Rapor Pendidikan, ARKAS, dan SIPLah. Perlu dicatat, analisis ini berdasarkan survei Oliver Wyman terhadap 118.000 guru dan kepala sekolah, serta data aktual penggunaan PMM, Rapor Pendidikan, ARKAS, dan SIPLah.

Adapun, saat ini ekosistem pendidikan dasar dan menengah di Indonesia terdiri dari 437.311 sekolah (termasuk Pendidikan Anak Usia Dini/PAUD), 52,8 juta murid aktif, dan 3,38 juta guru aktif.

“Dalam pelaksanaan transformasi, guru dituntut untuk melakukan ini dan itu, mereka tidak tahu mulai dari mana. Inilah mengapa platform ini hadir. Teknologi berperan untuk menskalakan proses ini. Salah satu hal penting dalam transformasi adalah mengubah kompetensi, kita harus dapat hak untuk melakukan perubahan,” tutur Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Makarim dalam peluncuran laporan di Jakarta (6/12).

Sebelum bicara adopsi platform Kemendikbud Ristek, Oliver Wyman menemukan beberapa tantangan utama pada sistem pendidikan di Indonesia yang menyebabkan rendahnya tingkat pendidikan Indonesia. Pertama, penerapan kurikulum yang bersifat one-size-fits-all mengakibatkan kesadaran sekolah terhadap pentingnya penyesuaian strategi pembelajaran juga rendah.

Kedua, mentalitas “zona nyaman” dinilai menghambat motivasi pengajar untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Ketiga, akses terhadap pelatihan berkualitas terbatas karena belum meratanya fasilitas pelatihan guru dan sistem pengelolaan pelatihan masih terdesentralisasi.

Hendy Kurniawan mewakili Oliver Wyman Indonesia menambahkan tiga temuan lainnya, yaitu akses ke ekosistem pendidikan, faktor geografis di area pelosok, dan adopsi platform. Menurutnya, setiap provinsi memiliki aspek kapabilitas dan kualitas talenta yang berbeda-beda.

“Namun, adopsi platform ini mendorong mereka menjadi mandiri, membentuk perilaku dan mindset baru. Awalnya terbiasa didikte, sekarang punya kebebasan belajar. Ketersediaan konten dan dukungan pemerintah mendorong mereka berkembang secara mandiri,” jelasnya.

Laporan ini menyebut perlunya intervensi teknologi dalam menyelesaikan tantangan tersebut mengingat perlu waktu puluhan tahun untuk merealisasikan transformasi secara sistemik. Untuk mewujudkan hal tersebut, UNESCO bahkan merekomendasikan bahwa tak perlu teknologi canggih untuk memberikan dampak, tetapi teknologi spesifik sesuai dengan konteksnya.

Adopsi platform

Sejumlah negara telah memanfaatkan platform teknologi untuk meningkatkan kualitas sistem pendidikannya. Laporan ini mencontohkan Singapura lewat platform Student Learning Space (SLS) yang berfungsi untuk menyediakan sumber daya pendidikan, alat penilaian, dan beragam fitur untuk memantau
kemajuan murid.

Sementara Estonia mengembangkan platform bernama eKool yang memungkinkan sekolah untuk memfasilitasi komunikasi dan kolaborasi antara murid, orang tua, sekolah, dan badan pengawas.

Di Indonesia, keempat platform di atas dilaporkan mendapat antusiasme dari ekosistem pendidikan. Klaimnya per September 2023, PMM telah mengantongi 2,3 juta pengguna, di mana 83% berasal dari sekolah G-12 (SD, SMP, SMA).

Skor kualitas pembelajaran murid / Sumber: Rapor Pendidikan Nasional

Kemudian, data Kemendikbudristek mencatat sekitar 220 ribu sekolah telah terdaftar di ARKAS. Hampir 100% dari seluruh sekolah jenjang dasar dan menengah, dan sekitar 150 ribu sekolah jenjang dasar dan menengah (sekitar 70%) telah login di SIPLah per awal November 2023.

Dari hasil analisis dan survei, beberapa dampak yang disoroti dalam laporan ini antara lain hampir 60% responden mengungkap bahwa mereka telah memakai lebih dari tiga fitur di PMM. Temuan ini mengindikasikan bahwa para guru aktif dalam menjelajahi fitur-fitur di dalam platform tersebut. Adapun, 40% responden mengaku lebih fokus untuk mempelajari fitur “Kurikulum Merdeka”, “Perangkat Ajar”, dan “Pelatihan Mandiri”.

Hasil survei juga mengungkap PMM mampu meningkatkan jumlah peserta pelatihan sebanyak 4,1 juta peserta per November 2023. Jumlah tersebut naik 7 kali lipat dari realisasi 2019 yang hanya 20% dari total 3 juta guru di Indonesia. Kemudian, lebih dari 40% (80 ribu) guru di daerah 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal) telah menggunakan PMM untuk mengakses materi pembelajaran.

Waktu yang dihemat lewat penggunaan ARKAS per bulan / Sumber: Oliver Wyman

Penggunaan ARKAS yang dirancang untuk mengurangi beban administratif pengajar, juga dilaporkan mampu menghemat waktu hingga 5 jam menurut 40% responden. Dari total penghematan waktu ini, sebanyak 46% responden guru mengaku dapat meningkatkan kualitas pengajaran.

Startup Edtech Grou Jembatani Pencari Kerja Lewat Pengalaman Virtual

Pesatnya pertumbuhan startup digital di Indonesia, mendorong lahirnya jenis pekerjaan baru yang sebelumnya tidak pernah ada. Kondisi tersebut pada akhirnya menimbulkan kesenjangan ekspektasi antara pencari kerja dengan pemberi kerja.

Untuk mengatasinya, umumnya pemberi kerja melakukan serangkaian tes guna mendapatkan ekspektasi kemampuan si pencari kerja. Bisa dibilang untuk menempuh proses tersebut, investasi yang dikeluarkan tidaklah sedikit.

Aleisha Fiona (CEO) dan Unggul Reynawa (CMO), yang bertemu saat bekerja di Gojek, menawarkan solusi yang berbeda untuk mengatasi hal tersebut dengan meluncurkan Grou. Grou adalah startup edtech yang menyediakan platform marketplace khusus virtual work experience untuk mahasiswa dan pencari kerja mendapatkan pengalaman kerja secara virtual.

Sejatinya, Grou adalah hasil rebrand dari wadah komunitas pengembangan karier ReLearn yang sudah hadir sejak Februari 2020. ReLearn yang berbasis akun media sosial di Instagram ini dirintis dengan intensi awalnya sekadar untuk menyebarkan tips-tips seputar dunia kerja untuk mahasiswa dan pencari kerja yang baru merintis karier. Kemudian berkembang dengan menghadirkan program mentorship.

Terkait alasan pivot dan rebranding, Aleisha menjelaskan bahwa terdapat kesenjangan antara filosofi dengan nama merek sebelumnya. ReLearn itu artinya belajar lagi. Konteks belajar itu sendiri sangat luas. Sementara, filosofi yang selalu dibawa ReLearn adalah teman perjalanan karier. Di sisi lain, merek ReLearn sedikit mirip dengan startup sejenis yang sudah lebih dulu hadir di Indonesia, ada yang mengira subsidiary-nya.

“Awal 2022 kita mulai riset, seperti apa persona ReLearn. Mereka ingatnya teman karier karena jargon yang kita pakai itu ‘grow with ReLearn’ karena kita mau orang berkembang bersama kita. Kita gali terus sampai akhirnya yakin [untuk rebrand],” ujar Aleisha kepada DailySocial.id.

Tiga tahun mengembangkan ReLearn, Aleisha mempelajari bahwa program mentoring saja tidak cukup dalam menyelesaikan masalah yang di lapangan yang alami oleh para rekruter. Sebelum berkarier di ranah profesional, Aleisha pernah ikut menjadi penasihat karier di luar negeri. Tiap bulannya ia meninjau 300 lamaran pekerjaan yang masuk, sebagian besar para kandidat tersebut masih ragu dengan tujuan karier setelah lulus kuliah.

Di Indonesia saja, menurut data yang ia kutip, terdapat 8,3 juta fresh graduate yang tidak bekerja saat ini. Dari total tersebut, hanya 15 ribu orang yang memiliki akses ke program intership.

Berbagai pengalaman dan riset di lapangan, memantapkan dirinya untuk menyeriusi solusi pengalaman kerja virtual ini. Terlebih, ia juga melihat kesuksesan Forage, startup sejenis Grou asal Amerika Serikat, dengan konsep yang diusung untuk meyakininya diadopsi ke Indonesia.

“Indonesia mempunyai lebih dari 10 juta fresh graduates, sedangkan peluang magang di Indonesia masih sangat terbatas setiap tahunnya. Dengan adanya marketplace pengalaman kerja virtual yang diluncurkan oleh Grou, kami berharap agar bisa membangun peluang kerja yang lebih terdemokratisasi, sehingga siapapun bisa mendapatkan pengalaman pekerjaan, sekalipun untuk yang tertarik berkarier lintas jurusan.”

Produk Grou

Produk Grou saat ini ada dua, yakni virtual work experience dan komunitas. Produk pertama ini walau dilakukan secara daring atau virtual, program pengalaman kerja virtual Grou memiliki peluang besar untuk membantu rekruter perusahaan menyaring calon karyawan yang berkualitas dengan mudah.

Hal ini didukung oleh akses program yang bersifat gratis untuk para pencari kerja, serta fitur Digital Profile yang dapat membantu rekruter menyaring kandidat lebih mudah sesuai kebutuhan. Penggunanya dapat berasal dari kalangan mahasiswa, fresh graduate, professional, bahkan praktisi industri yang ingin bergabung sebagai mentor.

Dari sisi perusahaan, mereka dapat listing berbagai posisi pekerjaan dengan mencantumkan studi kasusnya melalui akses dasbor yang diberikan Grou. Calon pekerja dapat mengerjakan studi kasus tersebut, sesuai jenis pekerjaan dengan yang mereka mau.

“Jadi drive dari sisi job seeker itu, dia mau tahu apa saja yang ia kerjakan. Tapi dari sisi perusahaan, mereka bisa kontrol apa saja pekerjaan yang mau di-post. Mereka ada potensi membutuhkan kandidat tersebut atau amplifikasi employer branding-nya karena banyak orang yang enggak tahu pekerjaannya tuh kayak gimana.”

Aleisha melanjutkan, “Dari job seeker mereka dapat pengetahuan mengenai perusahaan tersebut. Mereka bisa tahu kalau misalnya jadi finance manager di perusahaan itu silabusnya apa saja yang harus dipelajari. Silabus ini kan yang missing di bangku kuliah. Itu yang kita trying to solve.”

Produk pertamanya ini baru dirilis pada 14 Oktober kemarin. Calon pekerja tidak dibebankan biaya untuk menggunakan solusi tersebut karena model bisnis yang dianut adalah B2B.

Grou juga memiliki program mentoring virtual untuk mendukung proses pengembangan karier generasi muda. Diklaim perusahaan telah bekerja sama dengan 150 praktisi industri untuk melakukan program mentoring karier bersama lebih dari 500 anggota komunitas di Grou. Para mentor ini berasal dari perusahaan teknologi, big 4 consulting, dan perusahaan bergengsi lainnya.

“Sekarang masih tahap awal, masih cari product-market-fit. Sembari itu kita expanding anggota komunitas karena apapun bentuk produk yang kita keluarkan akan tetap ada unsur komunitas yang melekat di dalamnya.”

Disebutkan Grou telah mengantongi pendanaan sebesar $40 ribu (Rp628 juta) dari lima angel investor. Latar belakang para investor ini beragam, ada yang dari industri game, hiburan, dan sebagainya. Aleisha menyebut pendanaan pra-awal ini masih berlanjut dan ditargetkan dapat meraup dana sebesar $175 ribu (Rp2,7 miliar).

“Kita ini masih kecil banget, jadi yang kita butuhkan adalah mencari investor strategis, yang bisa jadi mentor buat aku sebagai founder,” pungkasnya.

Teknologi Kartu Indonesia Sajikan Layanan Digitalisasi Sekolah

Berdiri sejak tahun 2019, Teknologi Kartu Indonesia (TKI) menjadi startup yang fokus memberikan solusi digitalisasi di sektor pendidikan. Startup yang berbasis di Salatiga ini merupakan hasil pivot dari bisnis sebelumnya yang didirikan pada 2018 bernama SekolahPintar.

Kini TKI fokus pada layanan digitalisasi sekolah melalui Platform Sekolah Pintar. Fitur yang dihadirkan mencakup Kartu Pelajar Pintar (untuk transaksi pembayaran), Tagihan Digital, Absensi Wajah, dan PPDB Online (pendaftaran siswa baru). Tidak hanya untuk sekolah formal, TKI juga menargetkan layanannya bisa digunakan di kalangan pesantren.

TKI sekarang sudah digunakan lebih dari 1000 instansi dengan lebih dari 300 ribu pengguna. Rata-rata per hari ada sekitar 500 ribu lebih transaksi. Dengan model bisnis yang solid, perusahaan juga mengaku telah mencapai titik profitabilitas. TKI juga didukung oleh CTO Yudi Kurniawan, COO Wuntat Wiranto dan CMO Agung Putro.

Kepada DailySocial.id, Founder & CEO TKI Arif Arinto menyampaikan rencana perusahaan untuk memperluas area layanan di 22 kota lainnya, setelah sebelumnya berhasil melakukan penetrasi produk di 34 provinsi.

Rencana penggalangan dana

Sejak awal, TKI menjalankan bisnis dalam mode bootstrapping dan belum pernah melakukan penggalangan dana. Perusahaan mengklaim telah tumbuh secara organik dengan dukungan sekitar 100 karyawan. Namun demikian untuk mempercepat pertumbuhan bisnis, tahun ini TKI berencana untuk melakukan penggalangan dana.

Fundraising menjadi plan B kami, kebutuhan dana tersebut untuk membuka support office di 22 kota di Indonesia, sehingga penjualan dan support kami menjadi lebih maksimal di berbagai provinsi. Tanpa fundraising, kami juga berfokus memperbanyak support office secara bertahap,” kata Arif.

Chart pertumbuhan transaksi TKI / TKI

Alasan utama TKI dibangun berawal dari rasa kekhawatiran pendirinya terkait kebiasaan atau perilaku anak-anak saat melakukan pembelian jajanan di sekolah. Uang tunai yang kemudian diberikan oleh orang tua, kebanyakan dibelikan makanan yang tidak sehat, akhirnya anak sering sakit karena hal tersebut.

Muncul ide, bagaimana jika jajan anak menggunakan kartu yang terhubung dan bisa diatur melalui aplikasi orang tua, sehingga anak hanya bisa membelanjakan uang sakunya ke kantin yang sudah bekerja sama dengan sekolah dan memiliki standard kantin sehat yang baik.

“Kami memiliki dua solusi utama, yaitu kartu pelajar multifungsi dan sistem pembayaran Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP). Target institusi pendidikan yang kami sasar di antaranya adalah pondok pesantren, sekolah swasta, dan sekolah negeri,” kata Arif.

Secara khusus TKI menghadirkan sistem transaksi atau pembayaran yang bersifat closed loop. Dana dari orang tua tersimpan dan dikelola di rekening sekolah. Sekolah kemudian dapat membuka rekening di bank, dan mendaftarkan layanan Virtual Account (VA) untuk top up atau isi saldo yang akan digunakan untuk transaksi anak dan berbagai pembayaran lainnya.

Perluas kemitraan dengan perbankan

Saat ini, produk yang dihadirkan oleh TKI telah digunakan hampir di semua provinsi di Indonesia. TKI juga telah menjalin kemitraan strategis dengan 10 bank mitra untuk menjual produk dan solusi. Di antaranya adalah BSI, BNI, BRI, Danamon, BTN Syariah, Muamalat, Bank DKI, Bank Jabar Syariah, Bank Jatim Syariah, dan NTB Syariah.

“Kami fokus ke sistem pembayaran digital hingga e-money untuk anak di bawah 17 tahun yang belum bisa melakukan Know Your Customer (KYC). Mimpi kami bisa menghadirkan solusi e-money for kids seperti platform Greenlight di US dan GoHenry di UK,” kata Arif.

Strategi monetisasi yang dilancarkan adalah dengan menerapkan biaya, yakni biaya pendaftaran sebesar Rp10.000 per siswa baru dan biaya pembelian kartu Rp20.000 per kartu RFID/NFC yang sudah dicetak sebagai kartu pelajar juga. TKI juga mendapatkan fee dari biaya top up VA

“Selama ini uang titipan tersebut dicatat secara manual dan sangat merepotkan, terlebih untuk pesantren dengan santri yang banyak. Solusi kami termasuk closed loop yang bisa berjalan tanpa izin dari BI, sesuai dengan aturan PBI, e-money closed loop dengan floating fund di bawah Rp 1 miliar bisa berjalan tanpa izin terlebih dulu,” kata Arif.

Strategi Coursera Gali Peluang Edtech di Indonesia

Platform edtech asal Amerika Serikat, Coursera, menyeriusi peluang pembelajaran online di Indonesia, ditandai dengan peluncuran konten yang sudah diterjemahkan dan fitur berbasis kecerdasan buatan (AI) berbahasa Indonesia untuk membuat pembelajaran jadi lebih personal dan interaktif. Pertumbuhan pengguna yang tinggi dan prospek pekerja digital yang menjanjikan menjadikan pertimbangan mereka untuk berinvestasi lebih di negara ini.

Dalam konferensi pers yang digelar di Jakarta pada hari ini (16/8), CEO Coursera Jeff Maggioncalda menyampaikan, misi perusahaan adalah menyediakan akses pembelajaran kelas dunia yang setara untuk semua level pendidikan. Ambisi tersebut dapat dicapai dengan memanfaatkan kekuatan AI untuk menjembatani kesenjangan bahasa.

“Dengan lebih dari 2.000 kursus yang diterjemahkan oleh AI yang kini tersedia dalam Bahasa Indonesia, para pembelajar di Indonesia memiliki kesempatan yang belum pernah ada sebelumnya untuk mengakses para pengajar terbaik di dunia untuk mengembangkan keterampilan dalam menyongsong masa depan digital,” terangnya.

Menurutnya dari berbagai hasil laporan yang dia kutip, keterampilan digital punya korelasi yang penting dengan hasil ekonomi suatu negara. Diestimasi pekerja digital akan menyumbangkan $303,4 miliar terhadap PDB Indonesia pada 2030 mendatang. Disebutkan pula, pekerja Indonesia dengan keterampilan digital tingkat apapun mampu mendapatkan gaji hampir dua kali lipat (193%) dari pekerja yang tidak menggunakan keterampilan di tempat kerja.

“Karena kehadiran AI generatif mengubah semua jenis pekerjaan dapat tergeser. Padahal sebelumnya, pekerjaan dengan tingkat pendidikan formal rendah saja yang terpapar risiko dari digitalisasi.”

Berikut adalah sejumlah inisiatif dan fitur-fitur baru yang diluncurkan di Indonesia:

  1. Lebih dari 2.000 kursus tersedia dalam Bahasa Indonesia, termasuk beberapa kursus paling populer di Indonesia. Pengguna dapat mengakses bacaan kursus, subtitle video perkuliahan, kuis, penilaian, instruksi peer review, dan petunjuk diskusi, yang semuanya berbahasa Indonesia. Pada tahap awal, seluruh konten di atas baru bisa diakses oleh pelanggan bisnis dan pemerintah. Untuk pengguna individu baru akan dibuka sebelum tutup akhir tahun ini.
  2. Cousera Coach (beta) untuk pelanggan Coursera Plus. Ini adalah asisten pembelajaran virtual berbasis AI generatif yang memberikan umpan balik yang dipersonalisasi, menjawab pertanyaan, dan merangkum video kuliah dan sumber daya. Coursera Coach akan mendukung pembelajaran dengan interaksi dalam bahasa lokal.
  3. Coursera ChatGPT Plugin, menyediakan penemuan yang dipersonalisasi secara lebih baik di seluruh katalog Coursera. Tools ini memungkinkan pembelajar yang menggunakan GPT-4 secara lebih cepat merekomendasikan konten dan kredensial untuk membantu mereka mengembangkan keterampilan dalam mata pelajaran atau bidang karier tertentu.
  4. AI-Assisted Course Building. Mengacu pada arahan dari penulis manusia, perangkat pembuat kursus yang didukung AI ini akan menghasilkan konten secara otomatis, termasuk struktur kursus, deskripsi, bacaan, tugas, dan glosarium. Perusahaan dan kampus dapat menggunakannya untuk penulisan pribadi, menggunakan pakar internal mereka untuk membuat kursus khusus dan memadukannya dengan konten yang direkomendasikan dari mitra yang berpartisipasi di Coursera. Untuk sementara fitur tersebut masih dalam tahap uji coba dengan beberapa pelanggan terpilih.
  5. Aplikasi Coursera dapat dioptimalkan untuk konsumsi data yang rendah. Pasalnya, sebanyak 49% pembalajar menggunakan perangkat seluler untuk mengakses Coursera. Pelajar dapat mengunduh kursus, sinkronisasi kemajuan dan kuis, membuat catatan dengan meng-highlight pada bagian yang penting, dan sinkronisasi kalender.

Perkembangan Coursera di Indonesia

Maggioncalda menyampaikan, dalam proses menerjemahkan konten ke berbagai bahasa, perusahaan memanfaatkan kemitraan dengan perusahaan-perusahaan global ahli dibidang AI, seperti Google, AWS, DeepAI. Langkah ini sekaligus dalam rangka mengurangi ongkos perusahaan dalam melokalisasi konten-kontennya.

Dia pun membandingkan, per satu kursus bila diterjemahkan ke dalam satu bahasa saja bisa memakan biaya hingga $13 ribu. Kini ongkos yang dikeluarkan berkisar $20-$25 saja. Selain Bahasa Indonesia, perusahaan telah menerjemahkan ke enam bahasa lainnya, yakni Spanyol, Arab, Portugis, Perancis, Jerman, dan Thailand.

“Tidak ada jalan menuju kesempatan yang lebih baik daripada pendidikan. Tetapi jutaan orang di seluruh dunia menghadapi kendala bahasa, yang mencegah mereka mengakses pengetahuan. Bagi mereka yang tidak berbicara bahasa Inggris, masih banyak informasi dunia belum terakses. Teknologi dan AI akan memainkan peran penting dalam dunia pengetahuan karena membuat [pendidikan] bisa diakses secara merata.”

Walau perusahaan menyeriusi bisnisnya di Indonesia, namun tim yang didedikasikan untuk mengembangkannya berlokasi di seluruh dunia. Kendati demikian, perusahaan juga punya beberapa orang lokal yang direkrut di sini. “Kami menerapkan WFA, jadi 250 tim kami di seluruh dunia bekerja sama untuk mengembangkan seluruh bisnis Coursera.”

Disebutkan, pengguna Coursera di Indonesia mencapai lebih dari 1,4 juta pengguna (tumbuh 34% YoY) dan 2,2 juta pengguna terdaftar (tumbuh 21% YoY) per Juni 2023. Angka tersebut menjadikan Indonesia sebagai pasar terbesar kelima untuk Coursera di Asia Pasifik dan terbesar kedua di Asia Tenggara.

Secara total di pasar global, Coursera digunakan oleh lebih dari 129 juta pengguna dan 255 juta pengguna terdaftar per Juni 2023. Pasar terbesar perusahaan secara berturut-turut adalah Amerika Serikat, India, Meksiko, Brazil, dan Tiongkok.

Terkait demografi pengguna Coursera di Indonesia, hampir berimbang namun sedikit didominasi oleh kaum laki-laki (51%) dibandingkan perempuan (49%). Rata-rata usia penggunanya adalah 29 tahun, sementara di pasar global rata-rata pengguna berusia 32 tahun.

Adapun untuk tren konten yang paling banyak dipelajari sebenarnya selaras dengan preferensi belajar global. Namun, selain mempelajari keterampilan terkini, para pengguna juga menaruh fokus yang tinggi pada keterampilan bahasa dan pengembangan diri.

Konten kursus tersebut di antaranya:

  • First Step Korean dari Universitas Yonsei
  • English for Career Development dari University of Pennsylvania
  • Virtual Agent Development in Dialogflow CX for Software Devs dari Google Cloud
  • Foundations: Data, Data, Everywhere dari Google Cloud
  • Fondasi: Data, Data, Di Mana Saja dari Google
  • Dasar-Dasar Dukungan Teknis dari Google
  • Ask Questions to Make Data-Driven Decisions dari Google
  • Prepare Data for Exploration dari Google
  • Seluk Beluk Jaringan Komputer dari Google
  • Learning How To Learn dari Deep Teaching Solution

Tidak hanya pengguna individual, solusi Coursera juga diarahkan untuk pengguna dari kalangan bisnis, universitas, dan pemerintahan. Dipaparkan, pengguna Coursera for Business kini mencapai 29 perusahaan, beberapa nama besarnya adalah Bank Mandiri, BRI, Telkom Indonesia, Pelindo, Bank BTPN, dan lainnya.

Selanjutnya, Coursera untuk Kampus kini digunakan oleh 35 universitas, yakni Universitas Katolik Atma Jaya, Universitas Indonesia, President University, dan Universitas Telkom.

Application Information Will Show Up Here