Startup Edukasi lingkaran Lakukan “Rebranding”, Tekankan Pendidikan Kewirausahaan

lingkaran.co (lingkaran) resmi melakukan rebranding dengan penekanan pada nilai-nilai yang lebih membumi, relevan dan progresif. Dengan wajah yang lebih segar, lingkaran berusaha untuk menjadi tempat bagi masyarakat yang ingin mengasah ketrampilan dan kreativitas, khususnya di bidang kewirausahaan.

lingkaran adalah sebuah platform edukasi kreatif, didirikan sejak tahun 2014 dengan mengusung visi menjembatani jarak antara hasil dari pendidikan formal dengan kebutuhan di dunia profesional. lingkaran menyediakan program-program pelatihan untuk berbagai jenis keterampilan profesional.

Dalam memproduksi program dan konten, lingkaran menjalin kerja sama dengan berbagai macam pihak, dari kalangan komunitas seperti CreativeMornings Jakarta dan Book for Good; kalangan UKM seperti Generasi90an dan Semesta; hingga perusahaan multinasional seperti Telkomsel dan HSBC. Sejauh ini lingkaran sudah menyediakan 500 program, mendapatkan 5000 peserta, dan menciptakan kolaborasi di berbagai tempat.

2018 menjadi tahun penting bagi lingkaran

Selain rebranding, tahun ini lingkaran sudah menyiapkan beberapa rencana, diupayakan sebagai strategi untuk menghadapi isu ketenagakerjaan dalam industri 4.0. Salah satunya dengan mengoptimalkan program Digital Mastership. Program ini sudah diinisiasi sejak awal tahun lalu, dengan tujuan untuk mempersiapkan calon tenaga kerja yang sesuai dengan perusahaan digital.

“Dibimbing oleh para ahli dan profesional, peserta akan menambah pengetahuan, memperoleh kompetensi, dan mendapatkan network yang akan membangun karier di industri. Digital Mastership telah berhasil diadakan di dua kota, yaitu Jakarta dan Bandung,” tulis tim lingkaran dengan keterangan resminya.

Kewirausahaan juga menjadi isu utama yang coba diangkat. Dengan mengutip prediksi peningkatan ekonomi di Indonesia dan prakiraan pertumbuhan investasi yang cepat, lingkaran menganggap saat ini adalah momen yang tepat untuk mengajak dan mengajarkan berwirausaha.

Pihak lingkaran juga memiliki misi untuk bisa menjadi rumah bagi orang-orang dari berbagai latar belakang yang ingin belajar dan menggali potensi baru setiap harinya. lingkaran akan mengambil peran sebagai jembatan antara apa yang dimiliki dan apa yang dibutuhkan.

Kelas.com Hadirkan Konten Belajar Eksklusif untuk Masyarakat Umum

Bertujuan untuk menghadirkan konten edukasi eksklusif secara online, Kelas.com resmi hadir di Indonesia. Startup edutech yang didirikan oleh CEO William Sutrisna ini menargetkan masyarakat umum yang ingin mendapatkan wawasan dan edukasi lebih secara online.

Di tahap awalnya, Kelas.com telah menggandeng tiga profesional untuk menjadi mentor, di antara Chef Juna (memasak), Ryan Ogilvy (make-up), dan Riomotret (fotografi). Selanjutnya Kelas.com akan menambah kategori kelas seperti, desain fesyen, jurnalisme, musik hingga kesenian asli Indonesia seperti gamelan, membatik, dan wayang.

“Pada dasarnya kami ingin menghadirkan mentor yang saat ini popular di kalangan masyarakat dan terbaik di bidangnya. Dengan alasan itulah Kelas.com didirikan,” kata William.

Disinggung apa yang membedakan video yang dibuat oleh Kelas.com dengan platform lainnya seperti Skillshare dan YouTube, William menegaskan, semua konten yang dihadirkan sudah terkurasi dan dipastikan belum pernah diunggah di platform lainnya. Dengan demikian pelanggan Kelas.com akan mendapatkan video eksklusif yang hanya tersedia di platform.

“Dengan menerapkan subscription fee, pelanggan bisa mendapatkan video edukasi selama satu tahun dari mentor. Ke depannya kami juga akan menciptakan konten baru dari mentor yang sama untuk pembahasan lebih mendalam,” kata William.

Kelas.com menargetkan per tahun bisa merekrut satu mentor dan menambah kelas pelatihan lebih banyak lagi dari berbagai kategori. Mengklaim telah mendapatkan pre registered sebanyak 10 ribu pengguna, targetnya Kelas.com bisa menambah 100 ribu pengguna lagi.

Telah mendapatkan pendanaan dari angel investor

Untuk memudahkan pelanggan dalam melakukan pembayaran, Kelas.com menyediakan pilihan melalui bank transfer dan kartu kredit. Biaya berlangganan yang dikenakan untuk pengguna ialah Rp490 ribu per tahun. Kelas.com juga berencana untuk menambah pilihan pembayaran melalui gerai Alfamart, OVO, dan Tcash.

Materi yang diajarkan oleh para mentor dapat diakses dalam bentuk video dengan durasi 2-5 jam setiap kelasnya. Selain itu ada pula workbook yang bisa diunduh sebagai latihan, agar bisa memahami teknik-teknik yang disampaikan lebih mendalam.

“Saat ini Kelas.com baru bisa di akses melalui situs saja, namun untuk memudahkan pengguna mengakses, kita juga memiliki rencana untuk meluncurkan aplikasi,” kata William.

Startup juga telah mendapatkan pendanaan dari angel investor lokal. Saat ini Kelas.com yang baru memiliki empat orang anggota tim, berharap bisa menjadi platform alternatif untuk masyarakat umum yang ingin mendapatkan edukasi secara informal.

Quipper Luncurkan Super Teacher, Masih Fokus Penggunaan Format Video

Melihat tren video dan penggunaannya yang makin marak dikalangan siswa, platform edutech Quipper menghadirkan rangkaian fitur yang mengedepankan video. Kepada DailySocial di sela-sela peluncuran program Super Teacher, Country Manager Quipper Indonesia Takuya Homma mengklaim, dengan video siswa tidak hanya menikmati proses belajar menjadi lebih menarik, namun terbukti mampu meningkatkan minat dan konsentrasi siswa.

Layanan terbaru yang dihadirkan Quipper sendiri adalah Super Teacher. Menggandeng selebritas dan tutor yang sebelumnya sudah bergabung dengan Quipper, Super Teacher bisa membantu siswa belajar lebih mendalam suatu materi, mengedepankan focus group discussion. Tidak hanya mempelajari rumus atau pelajaran secara tulisan, melalui Super Teacher siswa diajak berpikir lebih kritis, membahas sebuah soal dengan pendekatan analisis dan uji coba.

Quipper Video masih favorit

Saat ini layanan Quipper Video yang bisa dinikmati siswa adalah Master Class, berupa pilihan untuk belajar lebih mendalam langsung dari tutor. Ada juga bimbingan online yang bisa dimanfaatkan oleh siswa yang ingin mengetahui lebih lanjut, jurusan universitas apa yang sesuai dengan siswa, budget yang harus disiapkan, dan dukungan lainnya yang diberikan coach dari Quipper.

“Kita telah melakukan banyak percobaan dan ternyata video merupakan salah satu fitur favorit Quipper saat ini. Siswa lebih menyukai menyaksikan video secara langsung, kita juga menyediakan wadah untuk menampung pertanyaan siswa (questions bank), dan kami telah melakukan percobaan video seperti apa yang menjadi favorit dari siswa.”

Semua layanan tersebut bisa dinikmati siswa dengan cara berlangganan per tahun, mulai dari Rp 790 ribu sampai Rp1.190.000. Saat ini Quipper telah memiliki sekitar 200 ribu siswa yang terdaftar sebagai pelanggan.

“Meskipun sangat terjangkau, [..] kami juga memiliki rencana untuk mengurangi biaya berlangganan tersebut untuk merangkul lebih banyak pelanggan. Saat ini kami mencatat siswa yang berlangganan menjadi lebih rajin belajarnya dibandingkan dengan cara belajar secara gratis,” kata Takuya.

Pelokalan format video

Selanjutnya Quipper akan mulai membuat konten original yang menggabungkan animasi dan cara belajar-mengajar konvensional dalam bentuk video. Menurut Takuya, proses ini bisa membantu siswa yang menyukai format video, dengan menambahkan animasi yang relevan sesuai dengan pelajaran tersebut. Video juga menjadi salah satu fokus dari Quipper ke depannya untuk merangkul lebih banyak siswa yang berlangganan platformnya.

“Pada dasarnya siswa menonton video dan mempelajari basic concept, kemudian mereka perlu melakukan latihan dan bukan hanya menyaksikan video. Semua program, video dan format dibuat di Indonesia, bukan dari Jepang. Hal tersebut sengaja kita lakukan untuk menyesuaikan kebiasaan dari masing-masing negara. Saat ini Quipper sudah beroperasi di Filipina, Jepang, juga Meksiko,” kata Takuya.

Application Information Will Show Up Here

Usaha SekolahPintar Modernisasi Sistem Pengelolaan Sekolah

SekolahPintar dikembangkan oleh PT Teknologi Kartu Indonesia (TKI). Menyasar sekolah atau pesantren, TKI menghadirkan SekolahPintar yang tidak hanya akan menjadi penghubung antara wali murid dan sekolah tetapi juga menyediakan fasilitas monitoring uang saku dengan sistem kartu. Pihak SekolahPintar juga membuka kesempatan penyesuaian fitur (custom tailored) sesuai dengan kebutuhan pihak sekolah atau lembaga pendidikan.

Bermarkas di Salatiga, Jawa Tengah, SekolahPintar merupakan hasil pivot atau perubahan model bisnis solusi TKI sebelumnya. Saat ini SekolahPintar tengah dalam tahap implementasi untuk tiga sekolah di Solo, Jawa Tengah.

Ada tiga fitur utama yang disediakan di Platform SekolahPintar (PSP). Fitur pertama adalah Kartu Jajan. Layanan yang sebelumnya jadi bisnis utama TKI akhirnya menjadi salah satu fitur andalah dari SekolahPintar. Fitur ini memungkinkan siswa “jajan” menggunakan kartu yang terhubung langsung dengan aplikasi ponsel wali murid atau orang tua, sehingga menciptakan kontrol terhadap penggunaan uang dan tentunya akses ke penjual makanan.

Fitur selanjutnya adalah Student Payment Platform (SPP). Fitur ini memungkinkan pembayaran iuran sekoah dilakukan melalui Bank Nasional dan dilengkapi dengan sistem invoice digital sebagai notifikasi. SPP disiapkan untuk berperan sebagai gateway manajemen pembayaran sekolah melalui virtual accoung bank.

Fitur selanjutnya adalaha Portal Informasi Sekolah (PIS). Fitur ini didesain untuk mampu mentransformasikan sistem konvensional manajemen sekolah ke dalam bentuk digital. Beberapa menu yang terdapat di dalamnya antara lain, menu jadwal pelajaran, informasi absensi, informasi dan berita, galeri foto dan video, kalender pendidikan dan menu-menu lainnya. Fitur PIS ini menjadi corong utama bagi wali murid untuk terus terhubung dengan sekolah melalui media digital.

Platform SekolahPintar sendiri berangkat dari permasalahan yang kerap di temui sekolah atau pondok pesantren. Dengan platform yang di dalamnya terdapat fitur KartuJajan, diharapkan wali murid bisa dengan leluasa melakukan kontrol terhadap uang saku dan apa yang dibeli oleh anaknya.

“[Platform ini cocok untuk sekolah karena] berangkat dari permasalahan utama di sekolah atau pondok pesantren. Uang saku yang ter-manage, [mampu] menghindari potensi masalah karena uang saku,” terang Chief Marketing Officer SekolahPintar Arif Arinto.

Arif menjelaskan saat ini mereka menerapkan sistem berlangganan. Jadi biaya akan dibebankan tergantung jumlah siswa ditambah biaya administrasi per bulan. Dan dalam upayanya bisa dikenal masyarakat luas pihak SekolahPintar berusaha masuk ke sekolah-sekolah mengenalkan platform mereka.

Disinggung mengenai target, SekolahPintar Arif optimis bisa mengajak 50 sekolah atau lembaga pendidikan untuk menggunakan SekolahPintar di akhir tahun ini.

“Target [kami] sampai akhir tahun 50 lembaga pendidikan [yang menjadi pengguna],” imbuh Arif.

DANAdidik Bermitra dengan The Vanderes Foundation

Tha Vanderes Foundation (Vanderes) resmi menjalin kerja sama dengan platform pembiayaan pendidikan asal Indonesia DANAdidik. Vanderes akan beperan sebagai salah salah satu lender utama DANAdidik dan membantu DANAdidik dalam memberikan mentorship dan membantu dalam pengembangan binsis.

Tingkat partisipasi pendidikan tinggi di Indonesia yang dinilai masih rendah, jika dibandingkan dengan negara tetangga, menjadi salah satu alasan Vanderes menggandeng DANAdidik. Venderes percaya bahwa mereka berada dalam satu misi dengan DANAdidik. Percaya bahwa pendidikan adalah jalan utama untuk meloloskan diri dari kemiskinan secara permanen.

CEO DANAdidik Dipo Satria melihat kerja sama ini menunjukkan bahwa industri student loan di Indonesia akan berkembang, mengingat industri student loan merupakan hal yang sangat baru. Selain itu kerja sama ini juga menunjukkan bahwa investor luar negeri sudah mulai percaya pada student loan di Indonesia.

“Partnership ini menunjukkan bahwa industri student loan akan berkembang di Indonesia. Mengingat student loan adalah hal yang sangat baru di Indonesia. Partnership ini menunjukkan bahwa investor luar pun sudah mulai percaya dengan industri student loan Indonesia.  Note pada awal tahun ini Presiden Jokowi mem-push perbankan untuk mengeluarkan produk student loan. Sepertinya fintech startup seperti DANAdidik yang akan me-lead pertumbuhan industri student loan tersebut,” terang Dipo.

Dipo juga menerangkan bahwa keduanya akan mulai fokus pada pengembangan bisnis lokal student loan di Indonesia. Vanderes juga menyatakan ketertarikan utnuk lebih aktif dalam membangun kualitas pendidikan tinggi di Indonesia.

“Kami sudah mulai berbicara semenjak awal tahun, namun baru terealisasi sekarang ini. Seperti partnership pada umumnya, banyak pengenalan terhadap masing-masing pihak dan diskusi strategi apa yang paling untuk merelisasikan sinergi antara kedua pihak,” ungkap Dipo.

Layanan Edukasi “On Demand” Studilmu Target Pasar Karyawan

Kursus online atau belajar melalui media video on demand  bukan barang baru sekarang. Di Indonesia sudah ada beberapa penyedia layanan yang menyediakan sumber belajar dengan bentuk video on demand, Studilmu merupakan salah satu di antaranya. Membawa misi “Enlightening Indonesia Through Educational Technology”, Studilmu menyediakan akses ke sumber belajar secara online lengkap dengan sertifikat di bidangnya.

Salah satu segmen masyarakat yang menjadi target Studilmu adalah karyawan. Dengan beragam kategori, seperti Business English, Leadership, Customer Service, Communication, Coaching, Sales & Marketing, hingga Motivational & Inspirational, diharapkan karyawan bisa memperdalam kemampuan yang mereka miliki atau belajar kompetensi baru yang menunjang karier mereka.

“Kami memiliki misi memajukan Indonesia melalui kursus online, di mana semua karyawan di Indonesia bisa meningkatkan skill mereka melalui kursus online,” terang CEO & Founder Studilmu Berny Gomulya.

Ada tiga jenis berlangganan di sistem Studilmu, mulai dari gratis, basic membership, hingga premium membership. Ada fitur dan kursus yang bisa dinikmati secara gratis ada juga yang harus membutuhkan berlangganan. Biaya berlangganan dimulai dari Rp199.000 per bulan.

Untuk strategi mendapatkan pengguna, pihak Studilmu menjalin kerja sama dengan perusahaan dan lembaga pelatihan untuk mendaftarkan karyawan atau siswa di lembaga-lembaga pelatihan untuk bergabung.

“Kami membuat produk sesuai dengan masukan dari pengguna kami. Fitur-fitur yang dimiliki Studilmu sesuai dengan masukan-masukan tersebut, antara lain bisa nonton offline, sertifikat, forum diskusi, assignment, quiz, test, bookmark, dan lainnya,” terang Berny.

Saat ini sudah cukup banyak video yang diberikan Studilmu, baik yang gratis maupun yang hanya bisa dibuka member berbayar. Video pembelajaran juga diberikan instruktur berpengalaman di bidangnya dan juga memegang posisi penting di perusahaan-perusahaan ternama. Berny ikut terlibat langsung sebagai instruktur di beberapa video Studilmu.

Berny menjelaskan bahwa pihaknya akan melengkapi layanan mereka dengan fitur atau produk Career Advice dan membuka diri untuk bekerja sama dengan pihak-pihak yang memiliki visi dan misi yang sama.

“Target kami adalah terus mengembangkan produk yang dicintai user kami. Selain produk Studilmu Course, kami juga akan meluncurkan Studilmu Career Advice, dan Studilmu for Business dalam waktu dekat. Kami juga memiliki target untuk bisa bekerja sama dari berbagai pihak yang memiliki misi yang sama bagi Indonesia, yang ingin membagikan ilmunya ke banyak orang,” tutup Berny.

Application Information Will Show Up Here

Misi Playable Kids Mengedukasi Anak dengan Konten Berkualitas

Penggunaan internet yang berlebihan di satu sisi jadi suatu kekhawatiran bagi para orang tua ketika anaknya terlalu sering memegang smartphone karena mudahnya mendapatkan konten. Playable Kids berusaha mengatasi kekhawatiran tersebut dengan menyediakan konten edutainment berisi video dan konten yang didesain khusus untuk anak.

Dari riset yang dilakukan Playable Kids, ditemukan bahwa perilaku anak-anak dalam berinternet sangat tidak kondusif. Penelitian yang dilakukan Netmums terhadap kurang lebih 800 anak berumur 7-16 tahun dan 1.000 orang tua menunjukkan bahwa sebanyak 16,7% orang tua mengizinkan anak berumur 3 tahun atau bahkan lebih kecil untuk online di smartphone.

Sebanyak 42,1% anak mengakui telah melihat konten pornografi secara online, 25% anak berpura-pura telah dewasa agar bisa memiliki akun media sosial, 29% orang tua membiarkan anaknya online tanpa pengawasan, lebih dari 700 konten pornografi yang beredar melibatkan anak.

Berangkat dari hasil di atas, Playable Kids memutuskan untuk tidak hanya fokus edukasi dan game interaktif, tapi juga fokus ke konten edutainment. Seluruh konten tersebut bisa diakses melalui smartphone.

“Industri ini masih cukup luas dan belum terlalu banyak pemain, masih di ranah blue ocean,” terang Co-Founder dan CMO Playable Kids Marissa Noriti kepada DailySocial.

Marissa mengatakan konten Playable Kids dibuat tim yang telah berpengalaman di dunia anak. Biasanya tim mendapatkan inspirasi dari pengamatan sehari-hari. Dari situ diharapkan pihaknya dapat menghasilkan konten-konten yang berkualitas dan disukai anak.

Ditargetkan sampai akhir tahun ini akan tersedia lebih dari 50 konten edutainment yang siap dirilis pada September mendatang. Konten akan terus diperbanyak. Rencananya pada 2019 mendatang Playable Kids sudah memiliki 300 konten ramah anak.

“Kami masih menyempurnakan produk Playable Kids. Versi beta sudah launching di Play Store. Untuk versi full-nya akan launching di September 2018 ini, disertai kurang lebih 50 konten edutainment.”

Untuk monetisasinya, Playable Kids menetapkan sistem berlangganan. Harganya berkisar Rp15 ribu sampai Rp30 ribu per bulannya. Selain memproduksi konten, Playable Kids juga menyediakan fitur school management system dan parental control untuk membantu orang tua memonitor perkembangan anaknya di sekolah.

Saat ini Playble Kids tergabung sebagai salah satu peserta dari tujuh startup yang mengikuti program GnB Accelerator batch ke-4. Setiap peserta berhak mendapatkan pelatihan, mentoring, hingga mendapat pendanaan sebesar US$50 ribu (sekitar Rp710 juta) sebagai investasi awal.

Platform Ikigai Siap Bantu Calon Mahasiswa Temukan Universitas Sesuai Karakter

Pasangan suami istri Frisky Nurmuhammad dan Hana Nurmuhammad melihat potensi dan peluang penggunaan teknologi untuk menghubungkan perguruan tinggi dalam negeri maupun luar negeri dengan para calon mahasiswa. Akhirnya lahirlah Ikigai. sebuah platform yang menyediakan fasilitas untuk mengetahui kepribadian atau karakter dan kemudian memberikan rekomendasi perguruan tinggi mana yang akan dipilih.

Pengguna Ikigai dimungkinkan menjelajahi lebih dari 150 pilihan program studi, pilihan perguruan tinggi hingga nantinya bisa langsung mendaftar ke perguruan tinggi yang menjadi partner Ikigai.

“Nama Ikigai berasal dari filsafat Jepang yang berarti ‘alasan untuk hidup’. Masyarakat Jepang percaya bahwa setiap orang memiliki ikigai, yakni sesuatu yang menjadi semangat mereka ketika bangun pagi, sesuatu yang membuat orang  menjalani kegiatannya dengan bahagia. Ikigai bisa berupa pekerjaan, hobi, hubungan, atau apapun yang membuat hidup orang tersebut bermakna. Kami percaya mengenalkan anak pada jati dirinya, kemudian membimbingnya untuk memilih masa depan yang sesuai karakternya adalah salah satu jalan untuk menemukan ikigai mereka,” terang Hana menjelaskan filosofi bisnisnya.

Ikigai mulai soft launching pada awal tahun ini dengan mengadakan roadshow ke beberapa sekolah di Jabodetabek. Dalam roadshow tersebut mereka memberikan workshop mengenai pentingnya memilih pendidikan yang cocok sesuai dengan karakter siswa. Ikigai sendiri diharapkan bisa digunakan oleh seluruh siswa di Indonesia, termasuk juga di ASEAN mengingat tujuan awal mereka menghubungkan perguruan tinggi dalam maupun luar negeri.

“Masalah yang ingin kami selesaikan adalah ketidakmerataan akses informasi mengenai perguruan tinggi. Saat ini masih banyak misinformasi mengenai jumlah jurusan, prospek kerja dan perguruan tinggi itu sendiri, sehingga siswa bisa jadi memilih jurusan yang tidak sesuai dengan dirinya dan kalah dalam kompetisi pencarian kerja. Akses terhadap informasi tentang pilihan perguruan tinggi yang ada di Indonesia juga masih tidak merata dan masih diwarnai miskonsepsi bahwa perguruan tinggi swasta tidak bagus atau perguruan tinggi swasta sangat mahal,” lanjut Hana.

Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut Ikigai didesain dengan berbagai fitur, mulai dari fitur tes psikologi, profil universitas, lebih dari 150 database jurusan kuliah dan yang sedan disiapkan sistem aplikasi pendaftaran universitas dan Student tracking system yang rencananya bisa diluncurkan tahun ini.

Ruangguru Dapatkan Pendanaan Hibah dari Program MIT SOLVE

Ruangguru kembali mengumumkan perolehan dana hibah. Kali ini didapat dari program SOLVE. Program tersebut adalah inisiatif global dari kampus MIT untuk mendorong inovasi. Pemberian hibah diseleksi melalui ajang seleksi “SOLVE Challenge”. Hibah tersebut berasal dari Australian Department of Foreign Affairs and Trade dan Atlassian Foundation International.

Pendanaan ini merupakan lanjutan dari putaran pertama yang diberikan tahun lalu di New York. Ruangguru mendapatkan penghargaan lewat program “Ruangguru Digital Bootcamp”, ditujukan untuk membantu anak-anak putus sekolah agar dapat mengenyam pendidikan tambahan dan membantu mendapatkan pekerjaan layak. Saat pengumuman, Head of Atlassian Foundation, Mark Reading menyebutkan bahwa putaran kedua ini diberikan kepada tim yang mereka rasa bisa mengeksekusi rencana mereka dan menunjukkan peluang skalabilitas yang tinggi.

Sebelumnya di bulan yang sama tahun lalu, Ruangguru juga mengumumkan perolehan pendanaan hibah dari Ecosystem Accelerator Innovation Fund. Kala itu Ruangguru menjadi salah satu dari beberapa startup terpilih di wilayah Afrika dan Asia untuk penerimaan sejumlah dana hibah, bantuan teknis, dan kesempatan untuk bermitra dengan operator seluler rekanan Groupe Speciale Mobile Association.

“Kami sangat senang bisa dipercaya kembali oleh MIT SOLVE dan Atlassian Foundation untuk menerima dana hibah dan dukungan mentorship selama satu tahun ke depan. Hibah putaran pertama telah kami gunakan untuk melakukan pilot kepada hampir 600 pelajar. Kini kami sedang mengevaluasi hasil dari pilot tersebut,” sambut Co-Founder Ruangguru Iman Usman.

Iman memaparkan, hibah putaran kedua ini akan digunakan untuk mengembangkan konten terkait dengan basic employability skills dan kesiapan kerja. Harapannya agar dapat digunakan oleh para pelajar pengguna Ruangguru dan masyarakat luas untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam mengejar pekerjaan yang layak.

Ruangguru saat ini menginformasikan telah merangkul lebih dari 8 juta pengguna. Layanan Ruangguru mulai berkembang, tidak hanya menyediakan marketplace guru privat, tetapi juga mulai menyediakan produk berupa konten pembelajaran.

Di Ruangguru, dana hibah difokuskan untuk melancarkan kegiatan sosial terkait transformasi digital di bidang pendidikan. Untuk dukungan bisnis sendiri, pertengahan tahun 2017 Ruangguru membukukan pendanaan seri B dari UOB Venture Management.

Application Information Will Show Up Here

Squline Enters Australian Market

Squline is officially available as education startup in Australia. As a developed country in Asia Pacific region, Australia’s population have learned Bahasa Indonesia in general since high school. This interest has created an opportunity to introduce Bahasa Indonesia class through an online medium.

In Australia, Bahasa Indonesia has been one of the preferred languages. It’s one of the most popular foreign languages in school, besides Japan and Mandarin.

Squline focuses on preparing Bahasa Indonesia online course for those who want to learn Bahasa Indonesia in fastest way with flexible scheduling, not restricted by time or space, by the experts. It fits the target market characteristics, the busy population.

In this platform, foreign language enthusiasts will be able to follow the placement test to know the ability of language interest.

In providing foreign language curriculum and graduation certificate for students who have completing the lessons, Squline has partnered up with language institutions.

Currently, Squline has more than 3,500 students all over Indonesia.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here