Teknologi Digital EdConnect Mengubah Kegiatan Sekolah Lebih Efektif

Dunia pendidikan di Indonesia dapat dimaksimalkan oleh teknologi, salah satunya coba dihadirkan oleh Edconnect. Banyak manfaat yang bisa didapat dengan teknologi digital yang dihadirkannya, sekaligus meninggalkan cara lama sekolah yang mengandalkan kertas sebagai medium utama kegiatan. Sehingga, tidak banyak pengeluaran biaya yang ditanggung oleh sekolah, seperti biaya pengadaan dan distribusi naskah ujian nasional tahun 2017.

Sebelumnya juga ada kendala yang pada sistem administrasi belajar mengajar menggunakan teknologi dengan biaya yang tidak efisien. Namun, kemunculan EdConnect dengan berbagai fitur pintar dan memudahkan seperti presensi, dan informasi murid untuk dunia pendidikan lebih terjamin. Dengan fitur dari EdConnect, semua pengguna yang terlibat di dalamnya, seperti guru, murid, orang tua sampai kepala sekolah tidak perlu memikirkan biaya yang besar.

CEO & Co Founder EdConnect, Aswin Tanzil mengatakan bahwa kemajuan teknologi yang begitu pesat, kita langsung melihat penggunaan teknologi dalam pendidikan yang masih sangat minim sekali. Malah guru dan institusi pendidikan masih jarang sekali mengoptimalkan teknologi untuk kemajuan sekolah mereka.

Supaya institusi pendidikan terakomodasi dengan cerdas dan digital, EdConnect sudah dapat digunakan untuk di tiga jenjang pendidikan SD, SMP dan SMA dalam mengelola sistem pendidikan dengan mudah, efisien dan tanpa kertas.

Sistem dashboard pintar yang memantau perkembangan siswa

Hadirnya aplikasi EdConnect Lite, sebelumnya melihat kondisi pendidikan di Indonesia yang dapat lebih efisien dan mengurangi penggunaan kertas melalui digital. Lewat aplikasi ini guru dapat mengabsen, memberi tugas, memberi nilai sampai merekapitulasi nilai secara keseluruhan hanya dengan dashboard pintar.

Adapun kemudahan ini, sangat efisien menghubungkan semua faktor penting di sekolah dengan satu aplikasi. Di mana data absensi sampai nilai dapat dirangkum secara otomatis untuk menghemat waktu laporan siswa, baik harian, mingguan, dan bulanan. Sedangkan untuk nilai, guru dapat dengan mudah mengelola penilaian setiap ujian yang diberikan kepada siswa.

Guru pun, tidak hanya mengontrol secara keseluruhan data murid di sekolah. Kini, orang tua juga dapat berkomunikasi langsung dengan guru melalui chat di dalam fitur aplikasi seluler. Sehingga, orang tua juga bisa langsung mengetahui nilai yang diberikan oleh guru.

Aplikasi PiBo Jajakan Koleksi Buku Anak dalam Bentuk Digital

Banyak cara yang bisa dilakukan untuk memanfaatkan teknologi ke arah positif, khususnya untuk membantu pertumbuhan dan pendidikan anak. Salah satu cara yang ingin disuguhkan ialah melalui PiBo, dengan sistem berbasis aplikasi toko buku online khusus anak usia di bawah 12 tahun. Platform ini dikembangkan oleh Mayumi Haryoto dan Aisha Habir dengan harapan memfasilitasi anak Indonesia yang terlahir sebagai digital native ––ketika lahir mereka telah disuguhkan dengan berbagai kecanggihan teknologi.

Bertempat di Kopi Kalyan, daerah Kebayoran Baru, toko buku anak-anak online tersebut dikembangkan, untuk memberikan pilihan literasi yang lebih terjangkau untuk anak-anak. Co-Founder PiBo Mayumi Haryoto juga dikenal sebagai seorang ilustrator dan pendiri Kreavi.

“Dalam buku berformat digital, PiBo juga menyediakan aplikasi reader, Baca PiBo, yang baru dapat diunduh gratis di Google PlayStore. Dalam waktu dekat kami juga akan segera meluncurkan versi iOS dan desktop,” kata Mayumi.

Nama PiBo sendiri diambil dari singkatan picture books atau biasa disebut sebagai buku cerita yang dihiasi ilustrasi dan gambar dalam sajiannya. Dalam aplikasi PiBo, terdapat kisaran harga buku yang dijual mulai dari 20 ribu sampai 50 ribu, sangat cocok dan terjangkau bagi ibu rumah tangga –sebagai target sasaran pasar—yang ingin anaknya dapat membaca langsung melalui gawai yang dimiliki.

Dengan dibantu teknologi komunikasi yang serba cepat dan mudah diakses, kekayaan informasi seputar bacaan anak dinilai akan meningkatkan kembali produktivitas belajar anak. Untuk memastikan capaian tersebut, PiBo berkomitmen dengan kualitas materi yang disajikan dalam layanannya.

Saat diluncurkan, aplikasi PiBo sudah mengoleksi 100 lebih judul buku. Dibagi ke dalam 20 kategori pilihan tema yang dapat disesuaikan umur anak-anak. Tema yang tersedia cukup variatif. Mulai dari tema alam, binatang, dongeng, dunia, fantasi, legenda, petualang, humor, emosi, pantun, profesi, tokoh, hingga sosial.

Banyak pula buku yang hadir dalam katalog PiBo ini berkat kerja sama dengan mitra-mitra penerbit, juga penulis maupun ilustrator buku yang menerbitkan karyanya secara mandiri di PiBo. Selain mendukung teknologi komunikasi yang positif, PiBo juga berharap menjadi smart alternative untuk memberikan dukungan bahan belajar anak Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

Lebih Jauh tentang PrivatQ, Layanan yang Memudahkan Pencarian Guru Privat

Dunia pendidikan Indonesia selalu mendapatkan tempat di hati banyak orang. Semangatnya jelas, memajukan mutu pendidikan di Indonesia untuk lebih baik lagi. Hal tersebut juga yang tertanam di dua pendiri PrivatQ Ikhwan Catur Rahmawan dan Asep Suryana. Keduanya bahu membahu menyediakan solusi PrivatQ yang digadang-gadang bisa memudahkan penggunanya mengakses pendidikan dan secara umum bisa meningkatkan mutu pendidikan.

PrivatQ sendiri disiapkan untuk memudahkan pengguna mendapatkan guru yang bersedia mengajari secara privat. Pengguna atau juga disebut sebagai siswa nantinya tinggal mendaftar ke platform PrivatQ dan melengkapi beberapa informasi yang diperlukan. Selanjutnya pengguna tinggal memilih guru atau tentor dari daftar yang tersedia.

Kepada DailySocial, Ikhwan menceritakan ide awal terbentuknya PrivatQ muncul sejak 3 tahun silam kala dirinya masih duduk di bangku kuliah. Saat itu ia merasa startup mampu mengubah tatanan model usaha yang selama ini gunakan. Kebetulan Ikhwan juga berprofesi sebagai pengajar privat dan melihat peluang di sektor layanan pencarian guru privat.

“Saya yang pada saat itu berprofesi sebagai pengajar privat melihat kalau transformasi digital seperti ini sebenarnya bisa diterapkan dan berguna dalam banyak bidang, termasuk pendidikan. Saya ingin membuat inovasi teknologi yang menyederhanakan proses pemesanan layanan pendidikan privat dengan hasil yang maksimal. Saya sempat terdorong juga karena pengalaman sebagai pengajar privat yang banyak menemui hambatan–salah satunya dalam pencarian tentor pengganti saat saya mendadak tidak bisa mengajar,“ papar Ikhwan.

Mengenai kualitas layanan

Sebagai layanan online, mulai dari pemesanan hingga pembayarannya, PrivatQ dihadapkan tugas serius menjaga kualitasnya. Salah satu yang berpengaruh adalah kualitas siswa sebagai pemesan dan tentor yang nantinya memberikan pengajaran privat. Menyikapi hal tersebut Ikhwan menjelaskan ada empat tahap seleksi yang harus ditempuh untuk mendaftar sebagai tentor.

Yang pertama adalah seleksi CV yang bisa dilakukan melalui pengiriman email, yang kedua interview dan simulasi pengajaran microteaching. Dua tahap selanjutnya adalah pengumpulan berkas pendukung seperti SKCK dan pelatihan yang dilakukan secara berkala untuk terus menjamin kualitas tentor. Setelah melewati tahapan tersebut barulah tentor dinyatakan aktif dan berhak dipilih oleh siswa.

Sementara itu, mengenai fitur, PivatQ mengedepankan sistem online dan real time sesuai dengan kesepakatan antara siswa dengan tentor. Sebagai layanan baru, PrivatQ akan dihadapkan dengan persaingan dengan layanan sejenis untuk merebut hati masyarakat.

Menanggapi hal tersebut Asep Suryana menyatakan:

“Sebagai sebuah inovasi teknologi di bidang pendidikan, kami dari PrivatQ melihat persaingan dengan semangat keterbukaan. Persaingan akan selalu ada, tetapi itu justru yang akan memunculkan inovasi-inovasi terbaru sesuai kebutuhan masyarakat–seperti dalam proses perencanaan PrivatQ.”

Ikhwan menambahkan pihaknya tengah berencana untuk bekerja sama dengan sekolah-sekolah dan pemerintah daerah untuk menggembangkan PrivatQ di masyarakat daerah. Harapannya dengan menyebarluaskan keberadaan PrivatQ masyarakat bisa terbantu dan dimudahkan dalam proses belajar mengajar di uar kelas.

“Harapan kami pemasyarakatan PrivatQ dapat mempermudah proses belajar-mengajar di luar kelas bagi siswa-siswa di daerah Indonesia. Untuk tahun ini, kami berencana mengembangkan layanan di Pulau Jawa. Kami menargetkan pengembangan layanan di enam kota hingga akhir 2017 – Jakarta, Jogja, Solo, Surabaya, Semarang, dan Malang,” tutup Ikhwan.

Application Information Will Show Up Here

Platform Circledoo Sajikan Tempat Belajar Ketrampilan

Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan di era digital semakin mudah. Banyak bisnis dan layanan yang menghadirkan solusi tersebut. Circledoo adalah salah satunya. Circledoo mencoba menghadirkan sebuah platform yang secara sederhana mempertemukan orang-orang yang memiliki keterampilan. Selanjutnya dengan bergabung dengan “circle” tersebut diharapkan mereka bisa saling belajar dan mengasah kemampuannya.

Circledoo hadir dengan mengusung konsep memudahkan generasi muda untuk belajar dan mendapatkan keahlian dan keterampilan dengan mudah, cepat, transparan, dan murah. Sebagai sebuah platform, Circledoo memungkinkan setiap orang membagi dan belajar keterampilan. Proses pertukaran atau belajar ini yang diharapkan berperan untuk meningkatkan keterampilan di masyarakat.

Circledoo bekerja seperti layaknya platform pembelajaran. Setiap pengguna bisa memilih untuk membuka kelas atau mengikuti kelas orang lain. Ketika memilih kelas, pengguna bisa memilih lokasi, waktu hingga harga (bisa juga gratis) untuk kelas yang dibukanya. Jika pengguna lain mengikuti kelas tersebut kemudian bisa dilanjutkan sesuai jadwal dan waktu yang dilakukan.

Layanan yang pertama kali diperkenalkan pada Januari lalu ini sudah berhasil mendapatkan setidaknya 500 pengguna terdaftar dengan keterampilan dan ketertarikan yang beragam. Kepada DailySocial CEO Circledoo Tasa Nugraza Barley memaparkan pihaknya memang memfokuskan pada kalangan millennials. Tepatnya mereka yang berusia 17 hingga 35 tahun.

Sementara itu dari segi fitur, selain sistem pembayaran online, Circledoo juga dilengkapi beberapa fungsionalitas seperti fitur pesan, social networking, dan pencarian event untuk memudahkan pengguna di dalamnya berinteraksi.

Taza lebih jauh juga menceritakan pihaknya telah berhasil mendapatkan pendanaan dari beberapa investor. Bahkan diberitakan media pendanaan yang didapat mencapai US$ 200.000. Dengan dana tersebut Circledoo diprediksi akan memperkuat komposisi tim dan untuk keperluan marketing.

Tahun ini kabarnya Circledoo juga tengah mengembangkan produk dan beberapa inovasi lain untuk terus meningkatkan kualitas platform. Sejauh ini yang berbeda dari Circledoo dibanding dengan bisnis lainnya adalah konsentrasinya yang tidak hanya pada daring, tetapi juga memberikan kesempatan tatap muka atau bertemu langsung namun rencana dan tata kelolanya tetap disiapkan secara online.

“Fokus kami saat ini adalah mengembangkan produk dan tim serta kegiatan-kegiatan untuk edukasi pasar. Secara bersamaan kami terus membangun komunikasi yang kuat kepada para pengguna dan calon pengguna, sehingga kami bisa terus melakukan pengembangan produk yang benar-benar sesuai seperti apa yang dibutuhkan,” tutup Tasa.

Platform SaaS Pendidikan EdConnect yang Tak Sekedar Menyediakan Bahan Belajar Online

Inovasi selalu menyentuh berbagai bidang. Dengan teknologi inovasi dinilai menjadi lebih mudah. Setidaknya memberikan manfaat efisiensi efektivitas waktu. EdConnect mengklaim merancang sebuah solusi untuk membantu menginovasikan sektor pendidikan, mulai dari pengelolaan kelas hingga ke skala lebih besar seperti manajemen sekolah.

Pihak EdConnect, yang asli Indonesia dan tidak terhubung dengan layanan lain di luar negeri dengan nama sama, menyebut solusi yang ditawarkan sebagai solusi yang lengkap dan terpadu untuk membantu lembaga pendidikan. Dengan sistem digitalisasi, salah satu aspek yang diminimalkan adalah human error, terutama untuk bagian administrasi.

Selain manajemen, EdConnect juga menjanjikan kemudahan untuk aksesibilitas informasi, menyediakan fasilitas komunikasi intensif dan juga menyediakan visibilitas data untuk seluruh aspek lembaga pendidikan seperti, murid, kinerja guru dan pengelolaan. EdConnect disiapkan untuk melayani berbagai jenjang, mulai TK hingga perguruan tinggi.

“Sehari-hari kita melihat begitu pesatnya kemajuan teknologi dalam berbagai aspek kehidupan, akan tetapi kemajuan tersebut seakan melupakan pendidikan. Berangkat dari kesadaran atas masalah tersebut, kami memutuskan bahwa sudah saatnya sekolah pun mulai memasuki era ‘Smart School’,” ungkap CEO EdConnect Aswin Tanzil.

Aswin lebih jauh menjelaskan solusi yang ditawarkan fokus pada lima hal. Pertama adalah otomatasi proses administrasi, kontrol, analisis laporan, komunikasi dan memudahkan kinerja guru. Salah satu contoh fitur yang ada adalah fitur Automatic​ ​Scheduling yang memungkinkan generate jadwal harian guru dan murid. Data tersebut nantinya juga digunakan sebagai indikator kehadiran guru dan murid yang bisa dijadikan bagian analisis prestasi.

Fitur absensi ini juga bisa dipantau langsung orangtua atau wali murid. Selain soal kehadiran, EdConnect juga memberikan hal yang kompleks untuk perkembangan hasil belajar dan prestasi murid di sekolah.

“Contoh lain, fitur Computer​ ​Based​ ​Testing​ ​(CBT)​. Berguna bagi guru dalam hal pemberian tugas dan ujian dengan sistem penilaian yang otomatis (otomasi dan teacher assistance tools), cepat, dan akurat. Di sisi sekolah, hasil ini dianalisis untuk mengetahui kemampuan siswa di setiap pelajaran dan kemampuan guru dalam mengajar. Dengan diintegrasikan ke Lesson Plan, kekurangan setiap anak bisa dipetakan sehingga guru bisa lebih fokus dalam mengulang materi pembelajaran tertentu,” terang Aswin.

Menyikapi persaingan

Menyediakan solusi untuk pendidikan, EdConnect secara langsung terjun ke persaingan yang sudah ada, baik dengan pengembang sistem manajemen sekolah maupun perusahaan dengan menyediakan layanan sejenis. Menyikapi hal tersebut EdConnect berusaha memberikan pembeda dari segi pelayanan.

Azwin kepada DailySocial bercerita bahwa timnya berusaha memberikan yang terbaik kepada klien dengan mencoba memahami dan memenuhi kebutuhan yang diperlukan. Pihaknya tak jarang melakukan kunjungan berkali-kali ke sekolah untuk melatih dan memastikan sistem yang digunakan berjalan dengan baik.

Untuk lebih menjangkau dan mengenalkan layanan EdConnect ke masyarakat umum, EdConnect berencana meluncurkan EdConnect Lite yang merupakan versi sederhana EdConnect di penghujung bulan September ini.

EdConnect Lite, di lain sisi, bisa dibilang sistem​ ​manajemen​ ​kelas​ ​dan​ ​komunikasi​ ​dengan orang​tua​. [..] Kami menyebut Edconnect Lite sebagai Teacher Assistance System. EdConnect Lite kami berikan secara gratis kepada semua guru di Indonesia untuk membantu meringankan pekerjaan administrasi sehari-hari, agar para guru dapat berkonsentrasi menjalankan tugas-tugasnya sebagai pendidik,” ungkap Azwin lebih lanjut.

Visi untuk memajukan pendidikan Indonesia

Sebagai salah satu layanan yang berfokus pada dunia pendidikan EdConnect menyimpan mimpi untuk bisa berkontribusi dan memajukan standar pendidikan di Indonesia dengan memanfaatkan teknologi. Untuk mewujudkan mimpi tersebut saat ini EdConnect tengah fokus pada bagaimana sistem mereka bisa diimplementasikan di seluruh institusi pendidikan di Indonesia.

“Intinya, kami ingin ambil bagian dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia,” tutup Azwin.

Penuhi Akomodasi Calon Mahasiswa, Platform Edtech Quipper Luncurkan Quipper Campus

Platform edutech Quipper resmikan peluncuran layanan terbarunya Quipper Campus, sebuah portal informasi satu atap yang menghubungkan calon mahasiswa dengan perguruan tinggi negeri (PTN) maupun PTS di Indonesia.

Quipper melihat saat ini kondisi para pelajar SMA setelah lulus dari sekolah banyak yang mengimpikan dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi. Namun sulit dilakukan karena banyak hal yang perlu mereka pertimbangkan, mulai dari lokasi, biaya, jurusan, hingga kualitas. Seringkali informasi yang dibutuhkan tidak selalu tersedia, bahkan menimbulkan tantangan tersendiri bagi mahasiswa, PTN, dan PTS itu sendiri.

[Baca juga: Tiga Tahun Beroperasi di Indonesia, Platform Edtech Quipper Telah Digunakan 2,5 Juta Pelajar]

“Kami percaya setiap siswa memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan berkualitas. Dengan Quipper Campus, kami memperluas upaya untuk memberdayakan ekosisitem pendidikan dengan pemanfaatan teknologi. Ini jadi bagian dari komitmen kami dalam mendukung program pemerintah untuk memastikan pelajar Indonesia dapat bersaing di tingkat global,” ucap Country Manager Quipper Indonesia Takuya Homma dalam keterangan resmi yang diterima DailySocial.

Sejak Februari hingga Agustus 2017, Quipper Campus telah menghimpun informasi tentang 78 PTN dan lebih dari 150 PTS dan akademi pendidikan tinggi terpilih di Indonesia. Berdasarkan total kunjungannya, portal telah dilihat lebih dari 175 ribu kali. Untuk memperkaya data, Quipper berkomitmen untuk terus menyempurnakan informasi perguruan tinggi agar dapat memberikan lebih banyak manfaat kepada penggunanya.

Menurut Koordinator Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis), angka partisipasi kasar (APK) untuk kategori usia 19-24 (tingkat perguruan tinggi) masih sangat rendah yakni di bawah 30%. Informasi terbatas yang diperoleh calon lulusan SMA dan sederajat diduga menjadi salah satu hal yang memengaruhi rendahnya APK dalam kategori usia tersebut.

Selain itu, masih banyak masyarakat yang beranggapan bahwa PTS kurang berkualitas dan mahal. Padahal kenyataannya ada beberapa PTS yang justru lebih berkualitas daripada PTN dengan biaya yang terjangkau. Untuk menangani masalah ini, pemrintah mulai meningkatkan kualitas PTS.

Lewat Quipper Campus, para calon mahasiswa bisa memperoleh informasi lengkap tentang pendidikan tinggi, termasuk lokasi, jurusan, mata kuliah, informasi administrasi, biaya, dan sebagainya. Quipper Campus dirancang dengan tampilan yang mudah dipahami dan dapat diakses di mana saja.

“Selain memberikan informasi yang lebih luas kepada mahasiswa, perguruan tinggi di Indonesia juga dapat memanfaatkan Quipper Campus untuk menarik lebih banyak siswa untuk belajar di PTS yang bermutu baik,” terang PR & Marketing Manager Quipper Indonesia Tri Nuraini.

Tiga Tahun Beroperasi di Indonesia, Platform Edtech Quipper Telah Digunakan 2,5 Juta Pelajar

Platform edtech Quipper, yang hadir di Indonesia sejak tahun 2014, mengungkapkan saat ini teknologinya telah digunakan lebih dari 2,5 juta pelajar dan 250 ribu guru di seluruh negeri. Dari pencapaian tersebut, salah satu layanan Quipper, yakni Quipper Video, diklaim telah berhasil meluluskan 100% pengguna untuk tingkat UN dan 72,7% di antaranya mendapatkan nilai di atas rata-rata.

Sebanyak 39% pengguna Quipper untuk jalur SNMPTN berhasil diterima PTN cluster A seperti UI, UGM, ITB, UNPAD, dan lain-lain. Sedangkan, untuk jalur SBMPTN berhasil meloloskan 41% penggunanya di PTN, baik cluster A, B, dan C.

Hasil ini didapat dari survei yang dilakukan Quipper pada tahun ini sejak Mei hingga Juni 2017 kepada 4.200 pengguna. Sebanyak 87% responden berasalan materi yang disajikan Quipper Video itu lengkap, menarik, dan komprehensif sehingga berpengaruh dalam pencapaian mereka berhasil mengantarkan penggunanya sukses melewati berbagai ujian.

“Data tersebut membuktikan bahwa penggunaan layanan edukasi teknologi yang tepat guna, dapat menunjang kegiatan belajar siswa, mempersiapkan menghadapi ujian dan meningkatkan prestasi. Sehingga pelajar Indonesia dapat mengembangkan potensi mereka dan memiliki kepercayaan diri untuk bersaing bukan hanya di tingkat nasional, juga di tingkat global,” ucap Country Manager Quipper Indonesia Takuya Homma.

Sejauh ini Quipper telah berkolaborasi dengan lebih dari 6 ribu sekolah di Indonesia, menerima dukungan dari 43 Dinas Pendidikan Provinsi dan Kabupaten dan organisasi seperti Ikatan Guru Indonesia (IGI).

Takuya melanjutkan pihaknya juga baru-baru ini berkolaborasi dengan Dinas Pendidikan Minahasa Selatan untuk menyediakan materi pembelajaran yang komprehensif dan menarik bagi pelajar SMP. Sebelumnya, Quipper bekerja sama dengan pemerintah kabupaten Bantaeng untuk program Bantaeng Smart Learning.

“Kami ingin terus bekerja sama dengan berbagai pihak, mulai dari pemerintah hingga yayasan pendidikan. Kami ingin memberikan kontribusi terbaik untuk meningkatkan kualitas pendidikan dalam berbagai aspek. Selain itu, kami berharap siswa di Indonesia bukan hanya dapat sukses di tingkat nasional tapi juga di internasional.”

Demi mewujudkan visinya sebagai perusahaan edu-tek yang dapat memberikan kontribusi pendidikan di Indonesia, Takuya berkomitmen untuk bekerja sama dengan berbagai stakeholder. Untuk selalu meninjau dan mengembangkan materi belajar, memastikan materi yang disajikan berkualitas, sesuai dengan kurikulum yang berlaku dan dapat dipahami pelajar.

Hal ini akan terus didukung dengan jaringan global yang dimiliki Quipper. Perusahaan dapat memanfaatkan data dan pengetahuan dari berbagai negara untuk mendapatkan informasi mengenai kebiasaan belajar siswa guna memberikan solusi terbaik. Mengembangkan materi belajar yang berkualitas tinggi, sebelumnya disesuaikan dengan karakteristik di tiap negara.

Quipper didirikan sejak 2010 dan saat ini sudah beroperasi di enam negara, di antaranya Inggris, Jepang, Filipina, Meksiko, Vietnam, dan Indonesia. Platform ini telah digunakan lebih dari empat juta siswa dan guru di seluruh dunia.

Dua layanan utama Quipper, yakni Quipper School sudah digunakan oleh lebih dari empat juta murid dan guru di seluruh dunia. Sementara Quipper Video telah digunakan oleh lebih dari 500 juta siswa.

Quipper Video diklaim sudah menghimpun lebih dari 4 ribu video pembelajaran dari guru berkualitas, lebih dari 24 ribu soal ujicoba UN & SBMPTN, fitur unduh catatan pelajaran, fitur poin dan level seperti game, serta fitur pemantauan yang dapat dilakukan orang tua.

Layanan Belajar Online Masih Belum Signifikan Diminati Masyarakat Indonesia

Massively Online Open Courses (MOOC) merupakan salah satu dari transformasi teknologi dalam pendidikan. Namun tampaknya model belajar melalui medium internet tersebut belum banyak diminati oleh masyarakat di Indonesia. Untuk memahaminya lebih dalam, secara khusus DailySocial bekerja sama dengan JakPat mengadakan survei kepada 1023 pengguna smartphone mengenai pendapatnya tentang penggunaan layanan MOOC.

Dari total responden, 51,11 persen di antaranya sudah mengetahui tentang MOOC, sisanya tidak mengetahui sama sekali. Dari total yang mengetahui pun, mayoritas (79,77 persen) belum pernah mencoba menggunakan layanan tersebut untuk alternatif belajar. Dari seluruh layanan MOOC yang ada, yang paling populer menurut responden Duolingo, OpenCourseware, Coursera, dan Khan Academy.

Untuk pengguna MOOC, responden di Indonesia paling banyak menggunakan untuk belajar materi bahasa asing dan teknologi informasi. Kendati beberapa bahasan lain seperti bisnis, sains hingga pelajaran sekolah juga ada yang menggunakan. Di Indonesia sendiri, beberapa penyedia MOOC yang banyak digunakan di antaranya BangsaCerdas, IndonesiaX dan portal belajar Kelase.

Gambar 1 Survei MOOC DailySocial

Alasan yang cukup signifikan mengapa masyarakat Indonesia tidak hobi menggunakan internet untuk mengakses MOOC pertama ialah karena tidak ada waktu (45,94 persen), kemudian kendala koneksi internet (32,94 persen) dan harga layanan yang dinilai mahal (27,66 persen). Kendati demikian sebenarnya layanan MOOC disediakan untuk mengakomodasi pengguna dengan mobilitas tinggi, sehingga lebih fleksibel untuk mengakses bahan belajar yang interaktif dengan berbagai perangkat yang dimiliki. Tak sedikit juga yang menawarkan materi belajar gratis di portalnya.

Disajikan dalam mode digital, MOOC memang menawarkan ragam varian bentuk materi belajar yang disampaikan. Mulai dari berbentuk modul, kuis, materi interaktif hingga video. Namun responden menilai bahwa video lebih mudah dimengerti. Mayoritas (53,37 persen) responden setuju bahwa salah satu keuntungan dari MOOC karena konten video tersebut, sehingga dinilai penting oleh responden bagi penyedia MOOC menghadirkan konten berjenis multimedia tersebut.

MOOC juga kerap dikaitkan dengan salah satu evolusi dari e-learning sehingga tak sedikit yang menggunakan sebagai alternatif belajar untuk materi sekolah. Terkait dengan implementasinya untuk mendukung pembelajaran formal, bisa dikatakan bahwa pemanfaatannya belum optimal. Karena ada yang menganggap bahwa hasilnya sangat efisien, namun ada pula yang menganggap tidak efisien.

Gambar 2 Survei MOOC DailySocial

Beberapa sekolah dan universitas di luar negeri secara serius memanfaatkan model MOOC untuk pembelajaran, beberapa di antaranya bahkan secara penuh menggunakan layanan terkait untuk pembelajaran. Tren e-learning di Indonesia sendiri sebenarnya bisa dikatakan masih berada dalam masa transisi, saat ini justru kalangan bisnis yang terpantau tertarik untuk mengeksplorasi manfaatnya untuk pengembangan SDM di lingkungannya. Sedangkan untuk kalangan konsumer memang belum terlihat signifikan. Mungkin masih banyak faktor yang perlu dibenahi dan disesuaikan, terutama terkait infrastruktur dan kultur.

Lebih lengkap tentang temuan survei seputar MOOC, termasuk daftar penyedia MOOC lokal dan internasional mana yang lebih disukai, dapat diunduh gratis melalui laporan survei berjudul: “MOOC in Indonesia Survey 2017”. Simak juga pemberitaan tentang perkembangan startup di bidang pendidikan yang dirangkum dalam kolom edtech DailySocial.

Melihat Tren E-Learning sebagai Komoditas Bisnis

E-learning bukan sebuah hal yang baru. Saat ini varian platform belajar itu sudah begitu banyak, pun demikian dengan startup atau perusahaan yang mencoba membisniskanya. Penetrasinya yang tidak se-booming teknologi lainnya –misalnya e-commerce ataupun layanan online lainnya—membuat banyak yang mengira bahwa platform ini kurang “sexy” untuk dijadikan sebagai sebuah revenue stream.

Menurut hasil penelitian dari elearningindusry.com, negara dengan tingkat pertumbuhan adopsi e-learning adalah India (55%), disusuk Tiongkok (52%), Malaysia (41%), dan Romania (28%). Indonesia sendiri berada di urutan ke 8 dengan pertumbuhan sebesar 25% setiap tahunnya. Angka ini lebih besar dari rata-rata Asia Tenggara sebesar 17,3%.

2

Terdapat sebuah pergeseran unik dari bisnis di sektor pendidikan ini, e-learning mulai mengarah ke kalangan B2B (Business-to-Business). Sebagai contoh, instansi publik di Amerika Serikat 77% memanfaatkan e-learning untuk program pelatihan korporasi demi meningkatkan keterampilan pekerjanya. Di sisi industri, pangsa pasar online corporate training meningkat 13% per tahun.

[Baca juga: Riset DailySocial tentang Pengguna Kursus Online di Indonesia]

Perusahaan dari skala kecil, menengah, hingga besar mulai memandang pentingnya dan keuntungan dari adanya e-learning. Menurut data dan statistik dari The 2014 Training Industry Report, sebesar 29% perusahaan secara global  baik kecil, menengah, dan besar berminat membeli perangkat lunak dan jasa e-learning. Selain itu, sebesar 41% perusahaan berminat untuk membeli jasa Learning Management System (LMS).

Di Indonesia sendiri bisnis e-learning mulai berkembang. Berbagai bentuk layanan disuguhkan. Salah satunya yang menyediakan berupa SaaS adalah Squline. Pihaknya menyediakan jasa pendidikan bahasa asing secara online berbasis Learning Management System (LMS) dengan memanfaatkan teknologi seperti video call, materi dan tugas-tugas online, penjadwalan belajar, evaluasi dari pengajar serta laporan belajar untuk murid.

Menanggapi dengan tren e-learning yang sekilas tampak “loyo”, CEO Squline Tomy Yunus mengungkapkan:

“Kami melihat dan menganalisis data serta statistik yang ada terkait bisnis e-learning di Indonesia secara seksama dalam beberapa tahun terakhir. Berdasarkan laporan, survei, dan penelitian telah menunjukkan bahwa industri e-learning tidak melambat. Faktanya semakin banyak individu, perusahaan dan institusi beralih ke e-learning karena mereka menyadari keefektifan dan kenyamanannya.”

[Baca juga: Startup Pendidikan Squline Fokus Tambah Pengguna Korporasi]

Terkait dengan model B2B yang kini berkembang di sektor ini, Tommy turut menceritakan, “Untuk bisnis, kami telah bekerja sama dengan beberapa perusahaan besar di Indonesia seperti asuransi, migas, retail, institusi pendidikan dan pelatihan, hingga BUMN. Oleh karena itu, kami menargetkan perluasan pasar business to business (B2B) sebesar 13% per tahun sesuai dengan tren pasar e-learning untuk perusahaan secara global.”

5

Dari testimoni pengguna Squline sendiri, sistem belajar secara online dianggap sebagai cara efektif bagi murid-murid. Hal ini juga didukung berdasarkan data bahwa belajar melalui e-learning membutuhkan waktu 40-60% lebih sedikit dibandingkan sistem belajar offline. Selain itu, dengan metode e-learning peserta menjadi lebih efektif belajar dengan menguasai hampir 5x lebih banyak materi dibandingkan dengan kelas offline dengan durasi waktu belajar yang sama.

LESGO! Sajikan Platform Pencarian Guru Les Privat

LESGO! merupakan sebuah startup edtech yang menyediakan layanan pencarian guru atau pengajar les privat. Saat ini LESGO! dapat diakses melalui platform web dan mobile apps. Hadirnya startup ini berharap dapat menyelesaikan permasalahan yang sering dihadapi oleh calon konsumen les privat, yakni terkait dengan referensi, fleksibilitas, harga dan sistem pemesanan. LESGO! menilai bahwa saat ini belum ada platform di Indonesia yang mampu mengakomodasi seluruh permasalahan tersebut.

Sekilas, apa yang ditawarkan oleh LESGO! sangat mirip dengan pemain edtech sebelumnya, seperti Ruangguru. Menanggapi anggapan tersebut, tim LESGO! menjelaskan hal fundamental yang menjadi perbedaan signifikan dengan Ruangguru.

“Tidak benar (jika disamakan dengan Ruangguru), karena hanya di LESGO! pengguna dapat menyelesaikan order tanpa harus menunggu konfirmasi apabila guru bersedia mengajar atau tidak. Pengguna dapat menyelesaikan order guru les privat semudah melakukan belanja online,” ujar CEO LESGO! Sang Made Kresna.

Berjalan menggunakan pendanaan sendiri (bootstrapping), LESGO! didirikan oleh empat orang co-founder dengan latar belakang berbeda, yakni Ari Triansa, Dicky Irawan, Gayatri Handari dan Sang Made Kresna Andika. Kresna saat ini memegang kendali sebagai CEO LESGO!, sedangkan ketiga co-founder lainnya duduk sebagai komisioner bisnis.

Aplikasi LESGO! sendiri terbagi menjadi dua jenis berdasarkan penggunaannya, yakni aplikasi untuk murid dan untuk mitra LESGO!. Konsumen yang ingin mencari guru les privat atau pengajar dapat menggunakan platform LESGO! untuk mencari guru-guru terdekat dengan alamat belajar dalam radius 7 km. Konsumen dapat memilih guru yang dibutuhkan sesuai dengan profil guru, harga, jadwal belajar dan/atau paket belajar yang diinginkan.

“Didirikan sejak 22 Januari 2016, sampai saat ini kurang lebih 50% dari total user melakukan order atau transaksi. Jumlah total sesi yang telah diselesaikan kurang lebih 1,500 sesi belajar. Jumlah guru 746 guru (Jabodetabek) dengan 3,168 variasi produk les,” lanjut Kresna.

LESGO! sendiri saat ini berkantor pusat di kawasan Boston Square, Bogor. Brand LESGO! sendiri bernaung di bawah PT Lesgo Indonesia Pintar. Sedikit cerita tentang arti nama “LESGO!”, terdiri dari dua kata utama “Les” dan “Go”, jika digabung diartikan sebagai ajakan untuk mempelajari hal yang ingin dikuasai.

Terkait dengan tanggapan tentang ekosistem edtech saat ini, tim LESGO! bercerita. Sebelum memutuskan untuk mengembangkan startupnya, para founder LESGO! telah mengidentifikasi bahwa sudah banyak startup atau perusahaan yang bergerak di seluruh kategori edtech di Indonesia, namun para founder yakin bahwa potensi dari industri edtech di Indonesia sangat besar mengingat demografi Indonesia dengan 263 juta penduduknya dan kualitas pendidikan yang masih tergolong rendah.

Tantangan terbesarnya adalah bagaimana menumbuhkan kesadaran pentingnya kualitas pendidikan dan pengembangan diri di masyarakat Indonesia. Tantangan lainnya adalah bagaimana membuat produk yang mudah untuk digunakan, dapat diterima dan dipercaya oleh masyarakat Indonesia.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here