SK Planet Disebutkan Keluar dari Elevenia, Jual Sahamnya ke Salim Group

Menurut informasi yang diperoleh dari media Korea Selatan Pulse, SK Planet saat ini dalam proses reposisi bisnis-bisnisnya di luar negeri yang diawali dengan penjualan seluruh sahamnya di Elevenia ke Salim Group. Salim Group sendiri, dalam usaha terpisah, sedang mengembangkan layanan marketplace bersama Lotte Group.

Elevenia adalah joint venture 50-50 SK Planet dan XL Axiata, dengan total suntikan dana hingga kini mencapai hampir 2 triliun Rupiah. Meskipun Elevenia dianggap sukses secara volume transaksi, karena diklaim berada di posisi tiga besar, tetapi hasil tersebut tidak bisa diterjemahkan sebagai pemasukan bagi perusahaan.

Indonesia disebut sebagai exit pertama SK Planet di Asia Tenggara. Setelah Elevenia, SK Planet disebutkan bakal menjual bisnisnya di Malaysia, Thailand, dan Turki.

Keluarnya SK Planet dari Elevenia adalah pukulan telak bagi XL Axiata yang juga telah memberikan “rambu kuning” untuk bisnis digitalnya. Disebutkan SK Planet sendiri di negara asalnya sedang dalam proses penjualan saham ke Lotte Group. Bisa saja nantinya iLotte, yang baru saja memasuki tahap beta, dan Elevenia menjadi entitas gabungan jika keduanya benar-benar dikuasai Salim Group dan Lotte Group.

Application Information Will Show Up Here

Elevenia Gaet Go-Send Hadirkan Layanan “Same Day Delivery”

Demi memenuhi peningkatan layanan konsumen akan ketersediaan barang dalam waktu cepat, Elevenia resmi umumkan kerja sama dengan salah satu layanan dari Go-Jek yakni Go-Send. Go-Send akan menjadi mitra kurir Elevenia untuk menyediakan layanan pengiriman dalam satu hari (same day delivery service).

Pada tahap awal peluncuran, untuk sementara layanan ini baru bisa dinikmati konsumen Elevenia yang berlokasi di Jabodetabek. Mengingat dari total konsumen Elevenia, sebanyak 53% di antaranya berlokasi di sana.

Untuk mendapatkan layanan tersebut, persyaratannya konsumen harus berada dalam titik lokasi penjual dengan maksimal jarak antar 40 km. Sedangkan jam operasional untuk pick up barang dari mitra pengemudi ke penjual antara jam 8.00-15.30 WIB. Apabila pembeli melakukan pembayaran di luar jam operasional, maka barang akan dikirimkan esok harinya.

Produk yang dapat di bawa maksimal memiliki berat 7 kg, dimensi panjang 40 cm, lebar 40 cm, dan tinggi 17 cm. Biaya pengirimannya adalah Rp15 ribu dan dibayarkan bersamaan dengan pembelian produk. Sehingga ketika paket datang, konsumen tidak perlu lagi melakukan pembayaran ke mitra pengemudi.

“Layanan ini diselenggarakan karena semakin banyak permintaan pembeli untuk bisa mendapatkan barang dalam waktu cepat. Seiring berkembangnya industri bisnis digital, kami melihat durasi pengiriman barang bisa dilakukan lebih cepat dibandingkan sebelumnya,” ucap GM Customer Service Elevenia Juan Almer dalam keterangan resmi yang diterima DailySocial, Jumat (7/7).

Sebelum kerja sama ini dilakukan, durasi pengiriman barang sampai ke tangan konsumen membutuhkan waktu rerata sekitar 2,96 hari. Jumlah rerata ini meningkat dibandingkan waktu pengiriman di tahun lalu sekitar 3,22 hari.

Perusahaan sendiri pernah melakukan survei kepuasan pelanggan pada akhir tahun lalu. Hasilnya disebut sebanyak 14% responden mengharapkan pengiriman cepat dan gratis ketika berbelanja di situs online. Mereka juga lebih senang ketika mendapat notifikasi status pemesanan dan pengiriman secara akurat lewat SMS maupun email.

“Untuk itu, kami terus berusaha meningkatkan kualitas pengiriman dan memenuhi ekspektasi pelanggan. Salah satunya dengan memberikan same day delivery service ini,” pungkas dia.

Sebelum Elevenia, sudah banyak layanan e-commerce lainnya yang menggunakan jasa kurir online seperti Go-Send untuk meringkas durasi pengiriman barang. Sebut saja di antaranya, Bukalapak, Tokopedia, Lazada, Mataharimall, dan lainnya.

Application Information Will Show Up Here

XL Axiata Pasang “Rambu Kuning” untuk Bisnis Digital

Bisnis digital yang kini sudah dijalani selama beberapa tahun oleh tiga perusahaan operator telekomunikasi terbesar di Indonesia, kini mulai menunjukkan pertanda nafas yang mulai terengah-engah.

Bila Indosat Ooredoo sudah terang-terangan berhenti di lampu merah, Telkomsel justru tunjukkan posisi ada di lampu hijau. Misalnya, berencana ingin menyuntikkan tambahan modal untuk Blanja sebesar Rp500 miliar. XL Axiata, di sisi lain, menunjukkan posisi di lampu kuning.

Saat ini, XL Axiata (XL) tengah melakukan peninjauan ulang untuk seluruh bisnis digital yang sudah digeluti perseroan sejak pertama kali terjun pada 2013 silam. Nantinya akan ada beberapa produk yang dipertahankan atau dihentikan.

Layanan digital XL mencakup tujuh segmen, yaitu digital entertainment (Yonder dan Tribe), business innovation, digital payment (XL Tunai), mobile advertising (m-Ads), komputasi awan (XCloud), internet of things (XL IoT), dan bisnis e-commerce (Elevenia).

“Waktu awal kami masuk [bisnis digital] di 2013, kami placing bets dengan banyak bermain di semua segmen digital. Sekarang kami lagi scanning mana yang mau ditransfer, mana yang matikan,” ujar Presiden Direktur dan CEO XL Axiata Dian Siswarini, Jumat pekan lalu.

Sejauh ini, Dian enggan membeberkan lebih detil sampai kapan perseroan menuntaskan proses peninjauan dilakukan dan segmen produk mana saja yang berpotensi akan dihentikan atau dilanjutkan.

Hanya saja ada kemungkinan XL akan mempertahankan Elevenia. Pasalnya, Dian mengklaim pertumbuhan bisnis Elevenia tiap tahunnya tercatat lebih dari 50%. Saat ini kondisi Elevenia masih merugi dan belum memberikan dampak yang signifikan bagi perseroan.

Untuk mendukung bisnis Elevenia agar lebih pesat, pihaknya sedang mencari investor baru untuk menyuntikkan dana segar. Ditargetkan pada Agustus 2017 mendatang proses tersebut selesai dilakukan. Informasi detil mengenai aksi korporasi tersebut masih belum dibeberkan Dian.

“Elevenia sekarang lagi proses fundraising, sudah berjalan sekitar tiga bulan lalu. Animonya [calon investor] bagus-bagus, sekarang lagi pilih-pilih. Apakah kami akan lepas? Jawabannya belum ditentukan, masih dalam analisa. Sebab Elevenia itu bagus dari sisi transaksi dan unique visitor-nya.”

Selain Elevenia, Dian bilang kemungkinan besar bisnis digital XL yang akan dipertahankan adalah internet of things (IoT).

Sementara untuk layanan uang elektronik XL Tunai, pihaknya masih menimbang-nimbang apakah bakal mengikuti jejak Dompetku atau tidak. Menurut Dian, penggunaan XL Tunai berdampak pada peningkatan loyalitas pengguna XL karena nomor ponselnya yang dapat dipakai untuk transaksi online.

“Sementara kalau spin off, lisensi e-money itu kan tidak bisa dipindahtangankan. Untuk pengembangan payment ke depannya, kami yakin payment di masa depan ada di smartphone. Tapi masalahnya, e-money itu adalah salah satu sumber dana uang, sedangkan payment sumber dananya bisa dari mana saja. Kami sedang pertimbangkan hal itu.”

Butuh sokongan dana besar

Senada dengan pernyataan CEO Indosat Alexander Rusli sebelumnya, Dian mengungkapkan, bisnis digital memiliki metrik yang berbeda dengan bisnis operator telekomunikasi. Pada tahun pertama beroperasi, bisa dipastikan belum menciptakan pendapatan. Penilaian ukuran kinerjanya pun berbeda, biasanya dilihat dari transaksi, jumlah visitor, pengguna aktif, dan lainnya.

“Sehingga untuk bisnis digital bila ingin menumbuhkan transaksi yang besar maka dibutuhkan suntikan modal yang makin besar pula.”

Sebagai gambaran dalam rangka mendukung bisnis Elevenia, XL sudah dua kali menyuntikkan modal ke Elevenia sejak pertama kali berdiri di 2013. Secara total, kucuran dana yang diberikan XL Axiata ke anak perusahaan e-commerce-nya ini mencapai $68,3 juta (lebih dari 900 miliar Rupiah).

elevenia dan JNE Hadirkan Fasilitas Layanan JNE Pick-Up untuk Mitra Penjual

Tingginya permintaan dari pembeli kepada mitra seller atau penjual di elevenia, menjadi salah satu alasan mengapa elevenia memberikan fasilitas layanan JNE Pick-Up kepada 50 ribu mitra seller-nya selama ramadhan.

Dengan mengedepankan layanan pengambilan langsung ke tempat mitra elevenia, penjual tidak perlu lagi melakukan kegiatan pengiriman sendiri, yang selama ini menjadi rutinitas dan pekerjaan yang cukup melelahkan dari proses yang ada. Elevenia mengklaim merupakan e-commerce pertama yang mengintegrasi layanan ini dengan sistem Seller Office-nya.

“Melalui fasilitas ini, kurir JNE akan langsung menjemput barang ke lokasi yang telah ditentukan. Mitra seller juga tidak perlu membayarkan ongkos kirim kepada kurir JNE karena ongkos kirim akan ditagihkan secara otomatis ke elevenia.” kata GM Customer Sevice elevenia Juan Almer.

Mermudah mitra penjual

Untuk menggunakan fitur layanan baru ini, mitra seller dapat menggunakan dan mengaktifkan layanan JNE Pick Up melalui sistem Seller Office elevenia dengan memilih JNE Regular untuk perusahaan pengiriman dan “Dibayarkan Langsung ke Kurir” untuk pilihan biaya pengiriman. Dengan adanya fasilitas ini tidak perlu repot untuk memasukkan nomor resi secara manual karena dengan sistem yang sudah terintegrasi, sangat memudahkannya melakukan input nomor resi.

Layanan JNE Pick Up saat ini dapat digunakan oleh mitra seller, dengan pilihan waktu pick-up maksimal 2 hari kerja setelah menerima pesanan. Mitra seller juga dapat memilih tipe kendaraan yang sesuai dengan volume, dimensi, dan kuantitas barang yang akan dijemput yaitu motor, van, atau truk, tanpa batas minimal pick-up.

Dengan dihadirkannya layanan JNE Pick-up, diharapkan bisa mempermudah mitra seller untuk melakukan pengiriman, seiring dengan meningkatnya jumlah permintaan dari pelanggan selama ramadhan.

“Sejak didirikan pada tahun 2014, elevenia terus berinovasi untuk memberikan fasilitas bagi para seller. Mulai pertengahan tahun ini, elevenia bekerja sama dengan JNE dengan menyediakan fasilitas JNE Pick-Up. Dengan demikian, fasilitas ini bisa digunakan oleh semua mitra seller elevenia,” kata Juan.

Application Information Will Show Up Here

Permudah Proses Edukasi, elevenia Perbarui “Seller Zone”

Marketplace patungan XL Axiata dan SK Planet, elevenia, melakukan pembaruan fasilitas Seller Zone guna mempermudah proses edukasi kepada para mitra seller. Pembaruan dilakukan mengingat semakin berkembangnya penjualan dan jumlah seller di elevenia. Pihak elevenia enggan merinci investasi yang dikucurkan untuk pembaruan ini.

Seller Zone adalah fasilitas edukasi yang bisa dimanfaatkan seller elevenia untuk belajar gratis segala sesuatu tentang dunia online, membuat konten, belajar fotografi, hingga pemasarannya.

Dalam pembaruan, elevenia memperluas area training room dan mengubah desainnya menjadi theatre style berkapasitas 40 kursi, menambah jumlah ruangan meeting agar mitra seller dapat terakomodasi saat melakukan meeting. Serta, menyediakan tiga ruang foto dengan perbedaan fungsi.

Sebenarnya, sejak elevenia didirikan pada 2014 telah menyediakan fasilitas Seller Zone yang berada di tiga titik lokasi, yakni Mangga Dua, Tanah Abang, dan kantor pusat elevenia. Seiring berjalannya waktu, perusahaan melakukan beberapa pertimbangan dengan menutup Seller Zone yang berada di Mangga Dua, sementara yang berada di Tanah Abang akan dilakukan relokasi.

“Seller Zone menjadi ruang untuk tim elevenia bisa bertatap langsung dengan mitra seller. Semua fasilitas ini bisa digunakan sesuai jam operasional kantor. Mitra seller cukup melakukan pemesanan jadwal melalui Seller Office,” terang GM Seller Development elevenia Syahrivan, Jumat (7/4).

Menurutnya, dengan adanya fasilitas ini tujuan perusahaan yang ingin mengedukasi pasar mengenai bisnis e-commerce bisa tercapai dan terus meningkat. Dikutip dari data BPS, jumlah pengguna e-commerce di Indonesia mencapai 26,2 juta pada medio 2016, sementara dari segi persentase pertumbuhannya mencapai 17% dalam kurun waktu 2006 hingga 2016.

Kendati demikian, model bisnis di industri ini masih memerlukan edukasi secara intensif ke market karena masih banyak pelaku usaha offline yang belum terjangkau oleh bisnis online. Pola edukasi dengan mendirikan Seller Zone atau mengadakan workshop dinilai lebih tepat sebagai cara perusahaan mendekatkan diri dengan mitra seller atau calon seller.

Selain mengadakan kelas offline, elevenia juga menyediakan online training untuk menjangkau seluruh mitra seller yang berlokasi jauh dari Seller Zone.

Saat ini elevenia telah memiliki 50 ribu mitra seller aktif, sekitar 10% di antaranya adalah mitra seller dari luar negeri. Adapun jumlah pengguna terdaftar lebih dari 5 juta orang, dengan tingkat pengguna aktif sekitar 90%.

Dari segi rata-rata kunjungan, elevenia mendapat 60 juta kunjungan dan membukukan sebanyak 45 ribu transaksi per hari. Sekitar 20-30% dari total transaksi, dikontribusikan oleh produk voucher.

Pada tahun ini, elevenia akan menggarap segmen cash on delivery (CoD) sebagai alternatif solusi pembayaran. Sebelumnya, elevenia hanya menyediakan escrow system.

Application Information Will Show Up Here

Tahunnya Layanan E-Commerce “Niche”

Dalam artikel Mencari “Pemenang” Layanan E-Commerce di Indonesia, ada catatan menarik tentang makin maraknya layanan e-commerce lokal yang menawarkan produk ‘niche’ di tanah air. Dengan potensi yang ada, diprediksi layanan e-commerce yang fokus di produk tertentu bakal semakin booming setelah general marketplace kini dikuasai pemain besar berkantung tebal.

Di Indonesia sendiri layanan e-commerce dengan produk ‘niche’ sudah cukup lama hadir. Layanan fashion commerce seperti Berrybenka, Zalora, Hijup dan Sale Stock sudah membuktikan kesuksesan mereka menjadi layanan fashion commerce yang termasuk dalam kategori ‘niche’ di tanah air.

Layanan e-commerce lain yang selanjutnya mulai menawarkan produk niche di antaranya yaitu Asmaraku, Fabelio, Kukuruyuk, Cipika, Ku ka, Limakilo, Qlapa, adalah beberapa layanan e-commerce yang berada dalam kategori sektor B2C dan kebanyakan didominasi pemain lokal.

Di tahun 2016 ini bisa dibilang adalah tahunnya layanan e-commerce niche di Indonesia. Sepanjang tahun banyak layanan e-commerce yang muncul secara khusus menghadirkan produk unik, beda dan menarik untuk masyarakat Indonesia. Sebut saja KinerjaMall, Kufed, Gogobli, Heritage.id, Loko, Oto.com, Gordi, Konsula.

Alasan startup tersebut didirikan cukup beragam, mulai dari ingin memberikan pilihan baru hingga kesulitan untuk menemukan produk khusus yang diinginkan di Indonesia.

Strategi pemasaran, akuisisi pelanggan, dan monetisasi

Selain ingin menghadirkan produk yang khusus, salah satu alasan utama kenapa akhirnya layanan e-commerce baru menghadirkan produk yang ‘niche’ adalah kesulitan untuk bersaing dengan layanan e-commerce besar yang sebelumnya telah lama hadir di Indonesia. Banyaknya kategori dan pilihan produk yang serupa di layanan e-commerce besar menjadi fokus utama layanan e-commerce ‘niche’ melancarkan produknya kepada masyarakat.

“Kita secara khusus memilih produk terbaik dan unik yang dibutuhkan oleh pembeli, jika produk tidak ada di situs kami, proses request khusus juga bisa kami hadirkan,” kata CEO Kufed Andrew Buntoro.

Memanfaatkan celah baru yang kemudian banyak dikembangkan oleh layanan e-commerce ‘niche’ dalam hal ini adalah memberikan penawaran lebih kepada pembeli yang secara khusus tertarik untuk membeli produk yang sulit didapatkan di tanah air dengan memberikan layanan pelanggan yang istimewa.

Di sisi lain kurasi produk yang ketat dan pilihan juga menjadi salah satu modal utama dari layanan e-commerce ‘niche’ untuk bersaing dengan layanan e-commerce yang lebih ‘mainstream‘ seperti yang dilakukan oleh KinerjaMall dan Heritage.id.

“Untuk memastikan tidak ada penjual yang menyediakan produk yang sama kami lakukan proses penyaringan secara ketat. Kita ingin pembeli dengan nyaman menemukan produk yang berbeda dari berbagai penjual bukan hanya satu saja,” kata CEO PT Kinerja Pay Indonesia Deny Rahardjo.

Kendala terbesar tentunya adalah meyakinkan pelaku UKM yang tinggal di luar pulau Jawa untuk berjualan secara online melalui beragam layanan e-commerce yang ada. Masih minimnya awareness di kalangan tersebut merupakan tantangan terbesar yang dihadapi layanan e-commerce ‘niche’ lokal.

“Kami banyak melihat pengrajin yang tinggal diluar pulau Jawa menghasilkan produk buatan Indonesia yang bagus dan berkualitas, namun dikalangan mereka masih enggan untuk menciptakan lebih banyak produk dan cukup ‘happy‘ menjadi penjual ‘average‘ saja tanpa motivasi untuk membuat produk yang lebih,” kata CMO Heritage.id Muhammad Taufiq.

Dengan berbagai kendala dan tantangan yang ada, masing-masing layanan e-commerce ‘niche’ tersebut mengklaim memiliki cukup banyak pengguna aktif dan angkanya pun terus meningkat. Produk yang ‘niche’ pun jika dikemas dengan menarik akan mendatangkan pembeli lokal hingga asing. Hal tersebut memungkinkan untuk melakukan monetisasi secara perlahan tapi pasti.

Kompetitor baru bagi layanan e-commerce populer

Dalam kesempatan khusus, COO Bukalapak Willix Halim sempat memberikan komentarnya terkait dengan makin maraknya layanan e-commerce yang ‘niche’ dan bagaimana kehadiran mereka bakal mengguncang layanan e-commerce yang sudah memiliki nama besar di tanah air.

“Dengan pertumbuhan teknologi dan dunia startup yang begitu pesat, pasti marketplace dan e-commerce ‘niche’ akan muncul baik itu offline maupun online. Menurut saya, dengan munculnya marketplace ‘niche’ yang meramaikan Indonesia adalah hal yang positif,” kata Willix.

Willix juga menambahkan saat ini ‘niche market’ telah berhasil menjadi perusahaan ‘billion dollar‘ di Amerika. Contohnya seperti yang terjadi pada Airbnb yang niche dengan penyewaan rumah dan apartemen.

Strategi yang paling ideal menghadapi kehadiran kompetitor baru ini, menurut Willix, sepenuhnya mengandalkan inovasi dan menjadi sebuah layanan yang “berbeda”.

Product-driven teams didukung dengan data-driven culture dan branding kita yang lebih mainstream yang tentunya sesuai dengan brand DNA kami. Selain itu, kami juga akan terus fokus kepada para UKM, baik itu pengguna maupun pembeli di Bukalapak. Karena growth atau pertumbuhan itu dapat dilihat dari berbagai segi, tidak hanya angka untuk mencapai dan menjadi yang pertama,” kata Willix.

Strategi lain yang telah dilakukan oleh layanan e-commerce besar seperti elevenia adalah dengan memperbanyak produk-produk unik berasal dari berbagai komunitas di Indonesia untuk memanfaatkan platform elevenia untuk berbagi dan berjualan. Saat ini elevenia sendiri telah memiliki kanal khusus yang dibuat untuk pembeli yang tertarik dengan produk seperti hobi, gadget, hingga olah raga yang terbilang ‘niche’ dan unik.

“Pada dasarnya kami terbuka menerima semua produk yang unik dari berbagai komunitas hingga layanan e-commerce baru yang ingin menjual di elevenia. Dengan demikian bakal lebih banyak pilihan untuk pembeli setia kami di elevenia,” kata Branding & Business Intelligent elevenia Bayu Setiaji Tjahjono.

Dengan cara tersebut, elevenia mengklaim bisa memperkaya jumlah produk yang ada, sekaligus menjalin hubungan baik dengan komunitas yang kebanyakan menjadi sumber terbaik untuk produk khusus dan tergolong ‘niche’.

Prospek layanan e-commerce niche di tahun 2017

Ketua Umum Asosiasi E-commerce Indonesia (iDEA) Aulia E Marinto mengatakan maraknya layanan niche e-commerce menunjukkan sisi positif bahwa inovasi bakal terus terjadi. Konsumen bakal semakin mudah mendapatkan barang-barang yang mereka inginkan. Sedangkan dari sisi tantangannya, menurutnya, tidak bakal jauh dengan bisnis e-commerce lainnya, misalnya soal digital marketing. Hanya saja, target pasar mereka lebih spesifik, tidak seperti target bisnis e-commerce pada umumnya.

Keberadaan niche e-commerce yang kian ramai, otomatis menjadi pesaing bagi e-commerce yang horizontal. Pasalnya, konsumen bukan lagi membeli barang karena melihat brand dari situs, melainkan ketersediaan barang yang mereka butuhkan.

“Inovasi model bisnis e-commerce yang vertikal bakal terus berkembang ke depannya. Malah dari bisnis sudah terbilang vertikal tersebut, bisa kembali di-vertikal-kan. Contohnya, dari yang sebelumnya hanya jual baju saja, bisa di-vertikal-kan menjadi hanya jual baju untuk pesta saja. Peluangnya masih besar, bahkan yang horizontal pun sekarang masih memulai,” terang Aulia kepada DailySocial.

Aulia, yang juga CEO Blanja, menambahkan kehadiran pemain niche e-commerce di satu sisi memang jadi kompetitor. Namun, pihaknya meyakini ke depannya bakal ada kolaborasi yang tercipta antara keduanya. Horizontal e-commerce memiliki sejumlah keuntungan dari segi traffic yang lebih tinggi. Hal ini bisa menjadi daya tarik untuk vertical e-commerce mencoba peluang berjualan di horizontal e-commerce.

One day bisa saja teman-teman di vertical e-commerce gabung ke Blanja karena ingin memanfaatkan traffic yang tinggi. Sebab, menurut saya, umumnya pemain vertical e-commerce itu biasanya bukan dari model marketplace, tapi dari ritel online. Di Blanja, kami tidak jual barang, tapi menyediakan ekosistem bagi orang yang ingin menjual barangnya.”


Marsya Nabila berkontribusi untuk pembuatan artikel ini

Gandeng Thisable Enterprise, Layanan E-Commerce elevenia Dukung Penyandang Disabilitas

Hari ini elevenia mengundang media untuk berkenalan lebih jauh dengan Thisable Enterprise, sebuah wadah yang menampung anak muda yang mengalami disabilitas tuna rungu, tuna wicara, tuna daksa dan tuna netra. Komunitas yang didirikan oleh Angkie Yudistia ini, telah aktif melakukan kegiatan positif sejak tahun 2011. Di tahun 2016 ini Thisable telah berhasil masuk sebagai salah satu seller atau penjual di elevenia.

“Sebenarnya selama ini kami dari Thisable telah mengirimkan invitation kepada tiga e-commerce terbesar di tanah air dan elevenia salah satunya, namun yang menerima penawaran kami barulah elevenia,” kata Founder dan CEO Thisable Angkie Yudistia kepada media.

Selama ini Thisable telah membantu anak-anak muda penyandang disabilitas untuk bisa mencari pekerjaan dengan memanfaatkan skill dan kreativitas untuk kemudian dijual secara online. Terdapat dua kategori yang bisa dipelajari oleh para penyandang disabilitas yang ingin bergabung dengan Thisable yaitu soft skill dan hard skill.

“Untuk soft skill kami mengajarkan bagaimana caranya mempelajari berjualan memanfaatkan media sosial, sementara untuk hard skill kami mengajak anggota kami untuk membuat berbagai produk yang disukai, mulai dari fashion hingga beauty care,” kata Angkie.

Selama tiga bulan terakhir Thisable telah menjual dua produk andalan mereka yaitu produk Ready to Wear dan Beauty Care. Semua diproduksi dan dipasarkan oleh anggota dari Thisable dan sudah tersedia di situs serta aplikasi elevenia.

“Dua produk andalan kami yaitu busana dan produk kecantikan merupakan produk yang saat ini kami jual di elevenia. Pilihan tersebut kami tetapkan setelah melalui proses mentoring dan konsultasi dengan pihak dari elevenia,” kata Angkie.

Program jangka panjang elevenia dan Thisable

Dipilihnya Thisable sebagai salah satu seller di elevenia diklaim sesuai dengan visi dan misi yang diusung oleh elevenia, yaitu platform layanan e-commerce untuk semua. Bukan hanya penjual dari kalangan umum saja namun penyandang disabilitas juga bisa berjualan memasarkan produknya di elevenia.

“Sejak awal kami tidak ingin memosisikan teman-teman dari Thisable sebagai penyandang disabilitas, karena proses kurasi kami lakukan berdasarkan produk yang dijual. Meskipun masih terbilang dini dan masih diperlukan perbaikan dan penyesuaian produk, namun kami melihat seller dari Thisable memiliki potensi yang cukup menjanjikan,” kata Senior Manager Brand & PR elevenia Rezki Yanuar.

Saat ini penjual dari Thisable masih mendapatkan mentoring, cara pemasaran yang tepat serta edukasi packaging yang ideal dan sesuai dengan standar dari elevenia melalui program seller zone dari elevenia. Untuk meningkatkan kualitas dan kondisi produk, tim elevenia juga senantiasa memandu dan mendampingi penjual dari Thisable.

“Di era ekonomi digital seperti sekarang ini para penyandang disabilitas pun semakin dimudahkan dalam memasarkan dan mengembangkan usaha mereka, karena mereka bisa melakukan bisnis kapan saja dan di mana saja,” kata Rezky.

Untuk ke depannya elevenia akan berusaha menghadirkan program-program menarik yang diharapkan bisa membantu Thisable untuk bisa menghasilkan produk yang berkualitas.

Gencar melakukan penggalang dana

Selama ini untuk pendanaan Thisable masih mengandalkan program CSR korporasi di Indonesia. Untuk menambah modal usaha, Thisable masih membutuhkan dana bantuan dari investor atau kalangan terkait yang diharapkan bisa membantu jalannya usaha.

“Saat ini Thisable telah mampu memproduksi produk beauty care dan fashion secara mandiri, namun untuk ke depannya kami tentunya masih membutuhkan modal tambahan untuk mengembangkan usaha anggota kami,” kata Angkie.

Ditambahkan oleh Angkie e-commerce secara tidak langsung telah membantu anggota dari Thisable untuk menjalankan bisnis dengan mudah dan cepat. Mengandalkan smartphone yang ada, para anggota saat ini semakin aktif menghadirkan produk yang berkualitas dibuat oleh anggota Thisable penyandang disabilitas.

“Kami bersyukur e-commerce sudah mampu memberikan pendapatan baru untuk anggota kami yang selama ini kesulitan untuk mendapatkan pendapatan. Diharapkan ke depannya dukungan pemerintah dan pihak terkait bisa mendorong lebih banyak lagi kreativitas dari para penyandang disabilitas di tanah air,” kata Angkie.

Masyarakat Indonesia Makin Gemar Berbelanja Online Melalui Aplikasi Mobile

Menjelang akhir tahun 2016 Google Indonesia merilis tren dan behaviour dari pengguna internet dan smartphone di Indonesia. Selain untuk menyampaikan data terbaru, survei ini diluncurkan juga sebagai bahan persiapan untuk semua layanan e-commerce di Indonesia menyambut akhir tahun, biasanya peningkatan pengunjung akan membludak bersamaan dengan beragam program belanja online yang digalakkan.

“Google Indonesia mencatat bukan hanya pada bulan ramadhan dan lebaran saja belanja online meningkat, namun akhir tahun juga biasanya banyak masyarakat Indonesia yang memanfaatkan promo 12.12 dan lainnya di seluruh layanan e-commerce Indonesia,” kata Industry Country Consultant Google Henky Prihatna kepada media hari ini di Jakarta.

Google Indonesia juga mencatat hingga kuartal ketiga tahun 2016 layanan e-commerce yang masih menjadi favorit di antaranya adalah Lazada, Tokopedia, Bukalapak, elevenia dan Blibli.

Persentase penggunaan aplikasi mobile untuk belanja online

Hal menarik lainnya yang disampaikan oleh Google Indonesia adalah tentang penggunaan aplikasi, browser dan desktop untuk melakukan belanja online, yang ternyata masih didominasi oleh penggunaan desktop dan aplikasi sebesar 59%. Sementara untuk membandingkan harga untuk produk yang akan dibeli di layanan e-commerce, sebanyak 24% menggunakan aplikasi dan hanya 12% saja yang memanfaatkan desktop.

“Dari hasil survei nampaknya sudah bisa dilihat bahwa sudah banyak masyarakat Indonesia yang memanfaatkan aplikasi untuk melakukan pencarian hingga perbandingan harga yang ingin dibeli melalui layanan e-commerce,” ujar Henky.

Secara keseluruhan sekitar 31% masyarakat Indonesia melakukan transaksi belanja online sepenuhnya dari aplikasi. Jumlah ini diklaim oleh Google Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari tahun 2015.

Besarnya penggunaan smartphone di kalangan masyarakat Indonesia untuk belanja online juga terlihat dari survei dalam hal pencarian produk hingga pembelian. Dari survei disebutkan sebanyak 92% orang akan membeli produk langsung dari aplikasi jika didukung dengan tampilan dan kemudahan yang ditawarkan oleh aplikasi layanan e-commerce tersebut, dalam hal ini termasuk proses pencarian hingga pembayaran (check-out).

Sementara itu sebanyaak 87% orang yang awalnya tertarik untuk membeli di layanan e-commerce pilihan pertama kemudian memutuskan untuk beralih kelayanan e-commerce lainnya dengan alasan pilihan produk lebih baik hingga promo yang ditawarkan.

Proses pencarian juga menjadi faktor penentu pada akhirnya orang memutuskan untuk membeli di layanan e-commerce yang disukai. Tercatat sebanyak 79% orang menemukan produk yang diinginkan melalui proses pencarian, dan 77% orang kebanyakan langsung mengunjungi situs atau toko online terkait usai proses pencarian dilakukan.

Strategi dan tantangan layanan e-commerce selama tahun 2016

Turut hadir dalam acara pemaparan survei Google Indonesia tersebut di antaranya adalah CEO Blibli Kusumo Martanto, CEO Tokopedia Wiliam Tanuwijaya dan General Manager Strategy, Branding & Business Intelligent at elevenia Bayu Setiaji Tjahjono. Dalam kesempatan tersebut para pelaku layanan e-commerce di Indonesia mengungkapkan beberapa informasi, perkembangan hingga tantangan yang dihadapi oleh masing-masing perusahaan selama tahun 2016.

Dalam hal ini ketiga layanan e-commerce terkemuka di Indonesia tersebut sepakat, penggunaan smartphone masih mendominasi untuk transaksi yang ada dan aplikasi mobile diklaim mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya.

“Dari Blibli kami mencatat sebanyak 70% transaksi berasal dari mobile, sementara produk yang banyak dibeli adalah baby goods terutama untuk pembeli dari kalangan ibu-ibu muda di Indonesia,” kata Kusumo.

Senada dengan Tokopedia, William mengatakan transaksi melalui mobile juga mengalami peningkatan. Di sisi lain Tokopedia juga menghadirkan pilihan baru yaitu pembayaran secara digital mulai dari BPJS, PLN, pulsa dan lainnya melalui Tokopedia.

“Pembayaran yang dilakukan secara rutin oleh masyarakat Indonesia sudah mulai banyak dimanfaatkan melalui Tokopedia, kami melihat pilihan tersebut merupakan peningkatan terbaru yang dialami oleh Tokopedia.

Untuk elevenia sendiri yang selama ini telah menjual e-voucher semakin melihat untuk ke depannya pembayaran untuk kebutuhan sehari-hari masyarakat Indonesia akan makin banyak dilakukan dengan memanfaatkan channel dari layanan e-commerce.

Hal menarik lainnya yang disampaikan oleh Kusumo Martanto, Wiliam Tanuwijaya dan Bayu Setiaji adalah makin bergesernya pembeli dari luar pulau Jawa. Dalam hal ini adalah mencakup wilayah Sumatera, Sulawesi hingga Papua. Baik Blibli, Tokopedia dan elevenia sepakat, bahwa kawasan di luar pulau Jawa saat ini sudah mulai mendominasi dan mengalami peningkatan yang cukup signifikan.

“Kami dari Tokopedia melihat kebanyakan pembeli yang berasal di luar pulau Jawa makin banyak melakukan pembelian. Pembeli dari Siantar misalnya, kemudian mencari toko terdekat di kawasan Medan untuk kemudian bisa melakukan transaksi hingga pengiriman yang pastinya tidak terlalu jauh dari tempat tinggal pembeli,” kata William.

Untuk elevenia sendiri saat ini sudah sekitar 45% transaksi berasal dari luar Jabodetabek, sementara 55% transaksi terbanyak masih didominasi oleh Jabodetabek.

Sementara untuk Blibli melihat pemberian ongkos kirim gratis saat ini makin banyak jumlahnya yang ternyata kebanyakan berasal dari wilayah di luar pulau Jawa yaitu sekitar 50%. Hal tersebut yang kemudian menginisiasi Blibli untuk melakukan lokalisasi terutama untuk wilayah di luar pulau Jawa.

“Saya melihat tren ke depannya adalah localize, artinya pembeli lebih memilih penjual yang berada di kawasan terdekat demi mendapatkan barang dengan mudah dan pastinya lebih cepat,” kata Kusumo.

Menjelang akhir tahun 2016 masing-masing layanan e-commerce juga telah menyiapkan produk, promo hingga proses logistik untuk semua masyarakat Indonesia yang menyukai belanja online.

[Tidbit] Kontribusi elevenia untuk Smart City Pekalongan, Bekraf dan LINE Hadirkan LINE Creativate, XL Axiata Perkuat Jaringan 4G di Malang

elevenia dukung pengembangan smart city Pekalongan

elevenia mendukung program Pemerintah Kota Pekalongan untuk mengembangkan Pekalongan menjadi kota pintar (smart city) melalui seminar elektronifikasi Smart & Creative Business melalui Smart & Creative City di sela-sela perhelatan Pekan Batik Nusantara ke-8 di Pekalongan. Elevenia sendiri mendapatkan kehormatan untuk bisa ambil bagian menjadi narasumber dalam seminar tersebut untuk memberikan edukasi mengenai peran e-commerce sebagai alternatif media yang menjanjikan untuk promosi dengan jangkauan yang luas dan biaya yang murah.

Pekan Batik Nusantara diharapkan menjadi daya ungkit ekonomi kreatif khususnya di bidang batik, kerajinan, seni rakyat, dan sebagainya, kata Achmad pada pembukaan Pekan Batik Nusantara yang juga dihadiri oleh Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Drs Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dan Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf yang berlangsung Selasa (4/10/2016) di kawasan GOR Jatayu, Pekalongan. Melalui e-commerce berbasis market place seperti elevenia, pelaku UMKM difasilitasi secara lengkap untuk memasarkan produknya secara online.

LINE Creativate 2016

Sebagai lanjutan kontribusi terhadap industri kreatif Indonesia, LINE kembali bekerja sama dengan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) dan menyelenggarakan LINE CREATIVATE 2016, acara kompetisi kreatif terbesar di Indonesia dan terbesar dari LINE se-Asia Tenggara yang akan dilaksanakan pada 18-20 November 2016.

Untuk mendorong semangat serta memotivasi talenta lokal untuk berkompetisi dan mengeksplorasi kreativitas yang dimiliki, LINE CREATIVATE 2016 akan menghadirkan kompetisi LINE WEBTOON (komik digital), LINE Sticker (ilustrasi stiker), serta untuk pertama kalinya di Indonesia, bekerja sama dengan Dicoding, LINE menghadirkan kompetisi Game Developer.

Dengan target 10.000 partisipan kompetisi kreatif, LINE CREATIVATE 2016 menampilkan jajaran juri terkenal. Bekraf juga akan melakukan rangkaian roadshow ke lima kota di Indonesia (Makassar, Yogyakarta, Surabaya, Bandung, Medan) yang akan dimulai pada 8 Oktober mendatang dan LINE akan turut berpartisipasi.

XL Axiata perkuat kualitas 4G/LTE di Malang

Malang adalah salah satu kota yang berkembang, kota wisata dan kota tujuan pendidikan terkemuka di Indonesia karena banyak universitas dan politeknik negeri maupun swasta yang terkenal berada di kota ini. XL menerapkan teknologi pendukung untuk semakin memaksimalkan kualitas, Meningkatkan kecepatan dan kestabilan jaringan, juga untuk konvergensi layanan 4G LTE dengan berbagai teknologi mobile sebagai sarana yang dapat dipakai oleh pelajar, mahasiswa dan masyarakat luas.

Untuk bisa menikmati layanan internet tercepat 4G LTE XL, selain berada di jaringan 4G pelanggan harus menggunakan handphone 4G dan kartu 4G. Jika pelanggan masih menggunakan kartu XL lama, XL memberikan fasilitas upgrade/penukaran kartu 4G gratis di XL Center Malang.

RPX Jadi Mitra Logistik Baru Elevenia

Elevenia, marketplace anak usaha milik XL Axiata, menambah kerja sama dengan perusahaan logistik RPX dalam memudahkan mitra seller dalam melakukan drop off dan pick up. Layanan ini sudah bisa dinikmati oleh mitra seller mulai bulan ini di seluruh gerai Indomaret yang kini berjumlah 13.200 gerai.

PT Indomarco Prismatama (Indomaret) dan RPX membentuk perusahaan patungan jasa pengiriman ritel dan e-commerce dengan nama PT Indo Repex Global. Tujuan utama pendirian perusahaan, pelanggan dapat mengirimkan paket, mengambil pesanan, dan melakukan pembayaran tunai untuk setiap transaksi Elevenia di Indomaret.

Menurut Anggita Vela Lydia, General Manager Partnership & Promotion Elevenia, hal ini bisa memudahkan seller dalam berbagai hal. Misalnya seller tidak perlu menuliskan nomor resi secara manual.

Mereka hanya perlu mendaftarkan template pengiriman pada Seller Office dengan menekan tombol “RPX Regular”. Apabila memilih Drop Off/I-Drop, seller dapat mengundung kode booking di halaman Print Out Invoice di menu seller office Elevenia.

“Dengan menempelkan kode booking dan menyebutkan layanan I-Drop, seller dapat memberikan nomor akun pada kasir Indomaret. Mereka akan memproses scan kode booking pada paket tersebut,” ujar Anggita dalam keterangan resmi yang diterima DailySocial.

Dia menambahkan untuk layanan pick up minimal mitra seller mengirimkan lima paket pesanan dengan tujuan yang berbeda. Kemudian, kurir RPX akan melakukan pick up ke lokasi seller dan proses scan kode booking paket pesanan. Layanan ini bisa dilakukan sepanjang hari kerja Senin-Jumat hingga pukul 3 sore dan Sabtu hingga pukul 11 siang.

Bertambahnya kemitraan logistik, sambungnya, menjadi bagian dari program loyalti Elevenia. Menurut Anggita, layanan terbaik tidak hanya diberikan kepada konsumen saja, tetapi juga untuk seller dengan memberikan kemudahan untuk pemasarannya.

Dengan bertambahnya RPX, mitra logistik Elevenia untuk regular costum kini semakin bervariatif, termasuk aCommerce, Etobee, Gojek, J&T, Ninja Express, Pandu Logistic, Pos Indonesia, SAP Express (Satria Antaran Prima) dan Si Cepat.

Application Information Will Show Up Here