Agenda Lyto Memeriahkan Ranah eSport Indonesia Lewat CrossFire Next Generation

CrossFire ialah satu dari sejumlah FPS taktis yang terlahir di tengah-tengah demam Counter-Strike. Digarap oleh tim SmileGate asal Korea Selatan, game free-to-play ini dirilis perdana pada tahun 2007, dihadirkan di wilayah Amerika serta Eropa, dan sempat menjadi permainan online dengan pemasukan terbesar di tahun 2014, meraup keuntungan sebesar US$ 1,3 miliar.

Satu dekade lebih setelah dilepas, CrossFire terus menjadi game online populer di Indonesia. Di tanah air, konten permainan ini terus dikembangkan oleh Lytogame. Dan sejak akhir bulan Maret silam, sang publisher diketahui ingin mempersiapkannya sebagai permainan eSport di platform PC. Versi barunya diberi judul CrossFire Next Generation, menyuguhkan gameplay familier yang dipadu beragam konten baru.

CF 1

Sebelum gerbang dibuka lebar, Lyto telah menggelar uji coba closed beta pada tanggal 9 sampai 12 April. Waktunya memang sangat singkat, tapi acara konferensi pers ‘CrossFire Next Generation eSports’ yang dilangsungkan kemarin juga menandai dimulainya sesi tes beta tertutup kedua, akan dilaksanakan hingga tanggal 23 April. Selanjutnya, para gamer nantinya dipersilakan menikmati permainan via open beta.

CF 2

Di acara ini, tim Lyto mempresentasikan fitur-fitur baru yang dihidangkan CrossFire Next Generation, mengadakan talk show dengan sejumlah gamer profesional tanah air, serta mempersilakan para tamu menjajal game-nya. Jika berkenan berpartisipasi dalam closed beta kedua, Anda akan mendapatkan hadiah berupa item in-game ‘Jin Gu Bang’, bisa dipakai selama 30 hari, diberikan saat open beta digelar.

CF 3

Sesi talk show bertema ‘Indonesia Pro-Gamer Life’ yang diisi oleh diskusi bersama Monica ‘Nixia’ Carolina dari NXA Ladies, Richard Permana dari NXL, M. Ikhsan ‘Lemon’ dari RRQ dan Yudi ‘KurN’ Kurniawan dari XCN Gaming memang tidak sepenuhnya membahas CrossFire. Di sana, para gamer pro menceritakan keseharian serta hal apa yang mendorong mereka tertarik buat menekuni bidang gaming.

CF 4

Tapi meski fokus pada permainan berbeda – misalnya Nixia yang disibukkan oleh PUBG dan Overwatch serta Richard yang tak bisa lepas dari CS:GO – para gamer pro menunjukkan antusiasme mereka untuk mencoba CrossFire Next Generation.

 

Hands-on

Permainan anyar ini menjanjikan interface yang lebih ramah buat pengguna serta menghidangkan lebih banyak mode, peta, senjata dan pilihan karakter. Di website, Lyto menyampaikan bahwa mereka telah menyesuaikan game agar dapat mudah dipelajari pemula namun juga mampu memuaskan para pemain veteran. Versi barunya tetap menyajikan mode-mode permainan familier, terbagi dalam kategori PvP, PvE dan mode spesial.

CF 8

Sejujurnya, saya kurang familier dengan CrossFire. Saya memang pernah menjajalnya satu dua kali bertahun-tahun silam, namun saya sudah tidak lagi ingat seperti apa kontennya. Bagi saya pribadi, pilihan-pilihan karakter berbeda yang Lyto tunjukkan di website CrossFire Next Generation mengingatkan sedikit pada tokoh-tokoh operator di Rainbow Six Siege.

CF 9

Dari pengalaman hands-on kemarin, para karakter sepertinya hanya disajikan sebagai opsi kosmetik dan tidak memengaruhi gameplay (saya perlu mencobanya lebih jauh lagi). Menurut saya, hal yang membuat perbedaan besar adalah setup/pilihan senjata sebelum match di mulai. Karena persiapan yang buruk, saya hampir selalu menjadi korban bulan-bulanan lawan bersenjata senapan penembak jitu.

Sejumlah mode di CrossFire Next Generation sangat mirip Counter-Strike, misalnya Elimination yang mengadu faksi Global Risk dengan Black List dalam pertandingan deathmatch; serta Search & Destroy di mana satu tim ditugaskan untuk menanam bom dan tim lain berusaha menggagalkannya. Saya sendiri hanya sempat mencoba mode kooperatif versus robot dan monster, serta free for all.

Sisi grafis CrossFire memang tidak secantik shooter sekelas Overwatch atau Fortnite, tapi sebagai kompensasinya, game menyajikan visual penuh warna. Buat pemain awam seperti saya, bagian menu CrossFire Next Generation sedikit membingungkan karena dipenuhi tombol dan sub-menu. Tanpa bantuan Nixia, mungkin saya akan menghabiskan waktu lama untuk bisa masuk ke pertandingan.

 

Rencana selanjutnya

Setelah CrossFire Next Generation memasuki sesi open beta di tanggal 25 April nanti, Lytogame punya rencana buat menggelar kompetisi di sepanjang tahun ini dengan hadiah senilai ‘ratusan juta rupiah’. Tim terbaik kabarnya akan diberi kesempatan untuk mewakilkan Indonesia di ajang eSport CrossFire Stars 2018.

CF 7

Namun sebelum momen itu tiba, Lyto akan melangsungkan program roadshow bertajuk Crossfire Next Generation City Warnet Esports 2018 di 16 kota (yang sudah dikonfirmasi meliputi Jakarta, Tangerang, Bekasi, Depok, Bandung, Semarang, Surabaya, dan Denpasar), tepatnya di tanggal 26 Mei sampai 3 Juni. Event ini dilakukan Lytogame secara kolaboratif bersama para pengelola iCafe tersertifikasi Nvidia serta game center TNC.

CF 5

Didukung Tiga Startup Unicorn, Evos Esports Siap Go International dan Ekspansi ke Bisnis Hiburan

Jujur saya tidak terlalu mengikuti perkembangan dunia esport. Kalau sedang tidak bekerja atau menemani anak, biasanya saya menghabiskan waktu di Mesir era sebelum masehi lewat game Assassin’s Creed: Origins. Kendati demikian, kebesaran nama tim esport lokal, seperti Evos misalnya, tetap tidak luput dari telinga saya, apalagi setelah mereka ditunjuk menjadi brand ambassador Lenovo tahun lalu.

Evos juga semestinya tidak mungkin luput dari pantauan DailySocial, mengingat sejak tahun lalu mereka telah disponsori oleh Go-Jek dan Traveloka. Namun duo unicorn rupanya belum cukup, baru-baru ini Evos mengumumkan bahwa untuk tahun ini, mereka sudah menggandeng sponsor baru yang tak kalah heboh; siapa lagi kalau bukan Tokopedia?

Di titik ini, Evos Esports sudah pantas disebut sebagai salah satu tim esport Indonesia tersukses. Namun tim yang didirikan oleh Hartman Harris belum dua tahun lalu ini juga bertekad melebarkan sayapnya ke level internasional. Vietnam sudah resmi mereka ‘jajah’, dan target selanjutnya adalah Thailand dan Filipina.

Mengapa harus kedua negara tersebut? Lewat siaran pers, Hartman bilang bahwa pertumbuhan tren esport di kedua negara itu tergolong cukup pesat untuk level Asia Tenggara, dan kebetulan populasi generasi milenialnya besar sekaligus aktif.

Dyland Pros menjadi salah satu YouTuber pertama yang 'diculik' EVSE / Evos Esports
Dyland Pros menjadi salah satu YouTuber pertama yang ‘diculik’ EVSE / Evos Esports

Dukungan tiga startup terbesar tanah air – plus Lenovo – juga memungkinkan Evos untuk berekspansi ke bisnis hiburan lewat bendera baru EVS Entertainment (EVSE). EVSE – jangan samakan dengan F4 meskipun pengucapannya mirip – sejatinya bakal berfokus pada produksi konten kreatif.

Langkah awal yang EVSE lakukan adalah menggandeng (baca: mengakuisisi) dua YouTuber yang cukup tenar di kalangan pemain Mobile Legends, yaitu Dyland Pros dan Warpath. Ke depannya, sudah ada rencana untuk mengakuisisi YouTuber kondang dari negara lain, utamanya pasti dari Vietnam, Thailand dan Filipina.

Di sisi lain, masuknya tiga startup sekelas Go-Jek, Traveloka dan Tokopedia di ranah esport paling tidak bisa memberikan gambaran bahwa industri esport tanah air sudah tidak boleh lagi dipandang sebelah mata. Pamornya mungkin belum sebesar olahraga lain, semisal sepak bola, tapi setidaknya sudah mulai mendekati – seperti yang kita tahu, sudah dua tahun ini Go-Jek menjadi sponsor utama Liga 1.

Logitech G Pro Gaming Headset Lengkapi Lini ‘Persenjataan’ Esport Logitech

Setidaknya dalam dua tahun terakhir, industri perangkat gaming mulai mencabang ke ranah yang lebih spesifik, yakni perangkat gaming tapi yang lebih ditujukan untuk kebutuhan esport, alias kompetisi gaming profesional. Logitech sejauh ini sudah punya mouse dan keyboard yang klaimnya diramu untuk atlet esport, dan yang kurang adalah headset.

Meski sedikit terlambat, headset-nya akhirnya datang juga. Sama seperti mouse dan keyboard-nya, headset ini juga mengusung label “G Pro” pada namanya, mengindikasikan target pasarnya yang ditujukan untuk esport. Logitech pun tidak lupa membubuhkan klaim bahwa headset ini mereka rancang bersama sejumlah atlet esport kelas dunia.

Logitech G Pro Gaming Headset

Fitur unggulan G Pro Gaming Headset tentu saja adalah sepasang driver yang tertanam di dalamnya, yang diyakini mampu mereproduksi suara secara presisi, spesifiknya suara langkah kaki, tembakan atau desingan peluru. Kemampuan mendengar suara-suara ini secara jelas sejatinya adalah hal yang paling dicari oleh atlet esport dari sebuah headset.

Dukungan suara surround turut tersedia, termasuk untuk gamegame yang mendukung Dolby Atmos. Surround sebenarnya juga cukup penting dalam gaming, terutama dalam game FPS seperti CS:GO, sebab pemain bisa memiliki kesadaran spasial yang lebih baik, sehingga pada akhirnya bisa memprediksi posisi lawan secara tepat.

Lengkap sudah lini Logitech G Pro sekarang / Logitech
Lengkap sudah lini Logitech G Pro sekarang / Logitech

Aspek kenyamanan pastinya juga menjadi prioritas ketika membahas sebuah headset. G Pro memanfaatkan kombinasi material yang solid namun ringan, seperti stainless steel, nilon dan serat kaca komposit. Masing-masing bantalannya dibalut oleh kulit sintetis yang tidak hanya terasa nyaman, tapi juga membantu meningkatkan isolasi suara di sekitar hingga 50% lebih efektif.

Kabar baiknya, Logitech G Pro Gaming Headset juga akan dipasarkan dengan harga yang terbilang kompetitif: $90. Kalau Anda butuh pertimbangan lain sebelum membeli, mungkin fakta bahwa headset ini ditunjuk sebagai headset resmi CS:GO Pro League versi ESL bisa membantu.

Sumber: Logitech.

Lewat Experience Tour, Zowie Coba Tekankan Seperti Apa Gaming Gear yang Ideal Untuk Gamer Pro

Meroketnya kepopularitasan gaming mendorong raksasa teknologi untuk berbondong-bondong mengambil bagian di sana. Selain nama-nama familier, sejumlah merek seperti Samsung atau LG sudah lama menyediakan monitor gaming. Namun acara yang dilangsungkan oleh BenQ minggu lalu kembali menyadarkan saya bahwa gaming gear juga terbagi dalam segmen berbeda.

Saat ini, eSport merupakan bagian tak terpisahkan dari gaming. Dan sebagai salah satu merek yang begitu dikenal oleh atlet olahraga elektronik, BenQ menggelar Zowie Experience Tour Jakarta sebagai cara bagi perusahaan periferal PC itu mempersilakan para gamer merasakan langsung apa yang membuat produk mereka istimewa. Di sana, perwakilan BenQ mengungkap banyak perbedaan antara perangkat gaming hardcore dengan gear khusus buat gamer pro.

Zowie 16

Sebelum membahasnya lebih jauh, saya akan menceritakan dulu sejarah singkat Zowie. Bertahun-tahun sebelum eSport seterkenal sekarang, Zowie telah lama memupuk reputasi di ranah itu – konon sejak era Counter-Strike 1.6. Melihat potensi dan pengalaman yang disimpan olehnya, BenQ mengakuisisi Zowie di tahun 2015. Untuk memahami signifikansi produk Zowie bagi gamer pro, kabarnya monitor mereka digunakan oleh 80 persen pemain CS:GO.

Zowie 5

Menariknya lagi, meskipun tidak menjadi sponsor di turnamen-turnamen eSport, para gamer meminta agar panitia menggunakan monitor Zowie di acara mereka. Akhirnya, produk-produk Zowie menjadi bagian esensial di event-event besar seperti Dreamhack, ESWC, Intel Extreme Masters, MLG, ESEA, EVO hingga ESL One Katowice.

 

Gaming gear standar vs. perangkat atlet eSport

Anda tidak akan kehabisan pilihan gaming gear dari berbagai merek, masing-masing menjanjikan fitur andalannya sendiri. Namun bagi Zowie, atlet eSport merupakan target utama mereka. Seluruh produknya dirancang sesuai kebutuhan gamer pro. Menjawab pertanyaan saya, Kang K.K. Lee dari BenQ membenarkan bahwa langkah ini memang membuat gaming gear Zowie lebih ‘terspesialisasi’. Tapi di sisi lain, hal ini jugalah yang memberikannya diferensiasi.

Zowie 3

Ambil contohnya dalam proses perancangan monitor. Sejumlah produsen mungkin telah mulai mengadopsi desain curved plus resolusi tinggi dengan maksud mendongkrak aspek sinematik serta meningkatkan field of view. Sedangkan Zowie sendiri hingga kini lebih memilih mengusung panel TN (twisted nematic) karena lebih superior untuk mengekspos detail di area-area gelap, walaupun harus mengorbankan jangkauan sudut penglihatan (IPS biasanya menghidangkan sudut 178 derajat).

Zowie 9

Bagi Kang yang sudah lama menekuni ranah eSport sebagai gamer Counter-Strike pro, kekurangan ini bukanlah masalah bagi para atlet karena umumnya mereka menggunakan monitor tepat di depan wajah – bukan dari samping. Zowie juga tidak tertarik ikut serta dalam ‘lomba resolusi’. Misalnya monitor XL2546. Produk ini hanya menyuguhkan resolusi 1080p, namun refresh rate-nya mencapai 240Hz (native) serta telah dilengkapi fitur Dynamic Accuracy.

Zowie 8

Banyak di antara fitur ini yang sulit diungkap oleh angka serta spesifikasi, dan hanya dapat dirasakan dengan mencobanya langsung. Anda mungkin sudah paham bahwa refresh rate yang tinggi efektif dalam meminimalkan latency serta membuat detail pada output tetap tampak tajam terlepas dari seberapa cepat objek di game bergerak (tentu saja harus didukung oleh GPU memadai), namun fitur DyAc betul-betul memberi perbedaan signifikan.

Zowie 4

Dalam uji coba via TestUFO, bukan saja saya bisa melihat mulusnya gerakan UFO berkat refresh rate di 240Hz, Dynamic Accuracy membuat saya bisa mudah menghitung jumlah mata alien meski gambar melesat cepat.

 

Perhatian tinggi pada detail

Aspek menarik lain dari cara Zowie meramu produk adalah mereka hanya fokus pada elemen-elemen penting penunjang professional gaming saja. Contohnya dua mouse anyar Zowie EC1-B dan EC2-B. Mereka tidak mempunyai LED RGB dan masih tersambung menggunakan kabel, tapi saat saya menggenggamnya, seluruh bagian mouse ini betul-betul terasa dalam kendali. Zowie tampak mencoba mengurangi jumlah input di permukaan mouse sehingga menciut juga probabilitas salah tekan. Salah satu metodenya ialah dengan memindahkan posisi switch DPI ke sisi bawah.

Zowie 11

Zowie 12

Menariknya lagi, BenQ mencoba menawarkan produknya secara merata dan berusaha untuk tidak membingungkan calon konsumen dengan terlalu banyaknya pilihan. Tiap mouse, misalnya EC1-B, punya opsi ukuran berbeda. Anda hanya tinggal menentukan desain mana yang paling pas di genggaman. Favorit saya pribadi adalah FK2 berukuran terkecil, karena saya lebih menyukai rancangan ambidextrous.

Zowie 7

Berkat pemanfaatan konektivitas kabel di mouse gaming Zowie, BenQ juga dapat memastikan polling rate-nya lebih cepat serta (yang terpenting) konsisten, dan dapat memangkas bobotnya. Dengan menggunakan koneksi wireless, maka mouse sudah pasti harus menyimpan baterai.

Zowie 6

Zowie 14

Saya juga memuji proses panjang yang BenQ lalui buat mengembangkan aksesori yang kita anggap remeh, seperti mousepad. Kang menceritakan bahwa prosedur perancangan mousepad Zowie memakan waktu tiga sampai empat tahun untuk mencapai desain ‘100% flat low friction‘.

Zowie 10

Pertama, produsen harus menggunakan bahan karet dan kain yang tepat demi menjaga permukaannya betul-betul rata meskipun user telah menggulung atau menariknya. Kedua, semua produk ini wajib lulus uji coba. Kabarnya, kurang dari 50 persen produk mousepad yang berhasil lolos tes QC, sisanya dibuang karena tidak memenuhi standar. Dan ketiga, BenQ harus memproduksi mousepad secara tertutup di kantornya di Taiwan demi menjaga kerahasiaan prosedurnya.

Zowie 13

 

Ketersediaan

Proses produksi super-kompleks dan fitur-fitur khusus eSport inilah yang membedakan Zowie dengan gaming gear brand lain. Kabar gembiranya, Anda yang tertarik bisa segera membeli perangkat-perangkat ini secara mudah. BenQ sudah memiliki official store di Lazada  dan seluruh produk yang Anda lihat di sana dapat langsung dibeli – termasuk keyboard switch optik Celeritas II, aksesori pengelolaan kabel Camade, hingga mousepad PSR.

Amazon GameOn Permudah Developer Sisipkan Elemen Kompetitif pada Game-nya

Berkat popularitas Mobile Legends dan Arena of Valor, dewasa ini kita sudah cukup terbiasa dengan elemen kompetitif dalam game. Syukur-syukur bisa sukses dan meniti karier di dunia esport profesional. Kalau tidak, memenangkan turnamen gaming amatir begitu saja sebenarnya sudah cukup memuaskan kok.

Kabar baiknya, kita para pemain tidak perlu menunggu suatu publisher besar mengadakan kompetisi untuk game keluarannya. Developer indie pun sebenarnya juga bisa mengadakan turnamen ala event esport untuk game buatannya dengan bantuan layanan terbaru dari Amazon yang bernama GameOn.

Amazon GameOn dirancang untuk memudahkan developer dalam menyisipkan elemen kompetitif ke dalam game. Tujuannya supaya developer bisa lebih berfokus pada pengembangan game ketimbang dipusingkan dengan ‘printilan‘ yang membentuk elemen kompetitifnya. Layanan ini bersifat lintas platform, bisa digunakan bersama game PC, console ataupun mobile.

Amazon GameOn

Yang namanya turnamen/kompetisi/lomba pasti ada hadiahnya, dan di sini Amazon juga ingin membantu. Developer bisa menyiapkan hadiah berupa item dalam game, atau bisa juga hadiah fisik yang disediakan langsung oleh Amazon, macam smart speaker Echo Dot misalnya – sayang untuk sekarang hadiah fisik ini baru bisa diterapkan di Amerika Serikat saja.

Satu hal yang pasti, hadiahnya tidak boleh berupa uang, sebab Amazon tidak mau ini semua menjurus ke arah perjudian. Meski baru diumumkan di ajang Game Developers Conference, sejauh ini sebenarnya sudah ada cukup banyak developer yang memanfaatkan GameOn, dan genre game-nya pun cukup bervariasi.

Sebagai pemain, kita hanya perlu menunggu developer menerapkannya pada game buatannya masing-masing. Jumlahnya bisa dipastikan banyak, mengingat Amazon menawarkan GameOn secara cuma-cuma sampai 1 Mei 2018. Lewat tanggal itu, developer akan ditarik biaya $0,003 per permainan (match/play) kalau sudah mencapai 35.000 permainan dalam sebulan.

Sumber: VentureBeat.

Hadiah Rp 600 Juta Lebih Menanti Para Jawara eSport Dalam Indonesia Games Championship 2018

eSport lahir tak lama setelah mode multiplayer di video game diperkenalkan. Itu berarti, usianya sudah sangat tua. Tapi baru beberapa tahun ini ranah olahraga elektronik dikenal secara lebih luas, terutama oleh khalayak umum, berkat prestasi dari para gamer di dalam dan luar negeri serta pengakuan pemerintah. Kini, turnamen-turname eSport dalam berbagai skala dilakukan secara konsisten.

Salah satu kejuaraan penting di tanah air dicetus tahun lalu oleh Telkomsel. Dan kali ini, sang penyelenggara sekaligus perusahaan operator jaringan mobile raksasa itu kembali menggelar Indonesia Games Championship. Ajang tahun 2018 ini disiapkan untuk menjadi ‘kompetisi eSport terbesar di Indonesia’. Mereka menargetkan angka partisipasi peserta yang tinggi, serta turut menyiapkan prize pool yang tidak sedikit.

IGC 4

Tepat di tanggal 6 Maret kemarin, Indonesia Games Championship 2018 resmi dimulai. Konten dan game yang dipertandingkan telah memperoleh ‘upgrade‘ serta modifikasi dibanding tahun lalu karena Telkomsel ingin menjamah para pemain dengan minat berbeda, di platform yang berbeda. Pemilihan judulnya diperbanyak, dan juga lebih disesuaikan dengan tren populer saat ini. Efek dari keputusan ini adalah, Clash Royale tak lagi dilombakan.

IGC 7

“Melalui IGC 2018, kami berupaya mewadahi komunitas gamer yang ada di Indonesia untuk saling berinteraksi dan berbagi informasi seputar video game,” ujar Direktur Marketing Telkomsel Alistain Johnston via rilis pers. “Ajang ini merupakan salah satu usaha kami buat membangun ekosistem digital entertainment lifestyle bagi masyarakat Indonesia.”

 

Lima game IGC 2018

Indonesia Games Championship 2018 mempertandingkan lima game, satu tersedia di Windows PC dan empat merupakan permainan mobile. Judul-judulnya meliputi: Dota 2, Vainglory, Mobile Legends: Bang Bang, Arena of Valor, dan Line Let’s Get Rich.

Mungkin Anda penasaran mengapa Let’s Get Rich muncul di sana. Menjawab pertanyaan seorang jurnalis terkait hal ini, Telkomsel menjelaskan bahwa game tersebut merupakan cara mereka ‘merangkul kalangan gamer casual‘, demi mempersilakan mereka mencicipi serunya eSport.

IGC 8

Tidak ada mekanisme khusus dalam menentukan kelima permainan tersebut. Seorang perwakilan Telkomsel mengatakan pada saya, tim penyelenggara memilih judul-judul itu karena mereka sangat populer sekarang. Namun seperti di ajang sebelumnya, tidak menutup kemungkinan panitia akan mengubah permainan dan mempertandingkan judul lain di IGC berikutnya.

IGC 6

Konferensi pers kemarin dihadiri oleh masing-masing representasi publisher permainan, kecuali perwakilan dari Valve.

IGC 2

 

Target pengunjung dan puncak acara

Demi memikat calon peserta untuk ikut serta di Indonesia Games Championship 2018, Telkomsel telah menyiapkan total hadiah senilai lebih dari Rp 600 juta. Di tahun kedua ini, panitia sangat optimis bisa menarik 15 ribu pengunjung lebih buat berpartisipasi di sana. Sebagai perbandingan, IGC 2017 sukses menggaet 13 ribu pengunjung, lalu turnamen-turnamennya disaksikan oleh kurang lebih 246 ribu pasang mata via streaming.

IGC 10

Babak grand final IGC 2018 rencananya akan diadakan pada tanggal 20 sampai 22 April 2018, berlokasi di Kartika Expo Balai Kartini, Jakarta.

 

Pendaftaran dan penyisihan

Gerbang registrasi online sudah dibuka sejak kemarin, dapat dilakukan melalui portal Dunia Games. Di sana Anda bisa melakukan pendaftaran tim atau me-redeem tiket, serta melihat jadwal acara. Agendanya dibuat fleksibel dan bisa berubah tanpa pemberitahuan, jadi Anda disarankan untuk mengeceknya secara berkala.

IGC 11

Babak kualifikasi juga digelar secara online, dilangsungkan pada bulan ini sampai April besok. Penyisihan disiapkan buat menyaring delapan tim terbaik di masing-masing permainan. Di sesi grand final, Telkomsel akan mengundang kembali para pemenang IGC 2017 dan MAXcited 2017 di delapan kota, serta mendatangkan tim-tim gamer profesional ‘berskala internasional’ – terdiri dari undangan khusus maupun finalis online qualifier wilayah Asia Tenggara.

 

Selain turnamen game

Di IGC 2018, pengunjung sudah pasti tidak cuma bisa menyaksikan pertandingan eSport saja. Anda dapat merasakan serunya bermain game-game virtual reality, permainan-permainan console serta arcade. Telkomsel juga mengadakan kompetisi cosplay (dapat diikuti secara single ataupun tim), serta kejuaraan fotografi (costume play maupun fun photo). Penilaiannya dilakukan oleh para juri mancanegara.

IGC 1

Selain itu, pengunjung juga akan dihibur oleh penampilan musik dari grup JKT48 serta sejumlah musisi lain. Konferensi pers kemarin sempat dimeriahkan oleh J-Rocks, namun belum diketahui apakah mereka akan kembali meramaikan acara puncaknya.

IGC 9

Headset Gaming Roccat Khan Aimo Siap Memanjakan Telinga Dengan Audio Hi-Res 7.1

Brand Roccat merepresentasikan dua aspek berbeda di gaming: rangkaian aksesori komputer berkualitas Jerman dan tim eSport. Kedua elemen ini tentu saja saling melengkapi. Gaming gear Roccat siap membantu para gamer profesional mendominasi pertandingan, lalu sebagai timbal balik, mereka turut membantu mengembangkan produk yang ideal untuk gamer.

Setahun setelah memperkenalkan headset berstandar audio Hi-Res Khan Pro, Roccat menyingkap penerusnya yang lebih canggih dan lebih elok: Khan Aimo. Melalui headphone ini, Roccat mengadopsi standar tinggi tersebut ke sistem audio surround 7.1. Dan selain menitikberatkan mutu suara, Khan Aimo juga dirancang agar tampil stylish dan nyaman ketika dikenakan dalam waktu lama.

Roccat Khan Aimo 3

Seperti Khan Pro, Khan Aimo mengusung arahan desain tradisional. Dua housing speaker tersambung ke sebuah headband, bisa bergerak leluasa dan mengikuti bentuk kepala berkat engsel. Di sebelah kiri, Anda akan menemukan lengan microphone yang mampu mengaktifkan mode mute begitu diangkat ke atas. Yang membuat Aimo terlihat kontras dari Khan Pro ialah kehadiran sistem pencahayaan RGB.

Roccat Khan Aimo 5

Untuk menyajikan suara berkualitas tinggi, Roccat membenamkan driver Neodymium berdiameter 50mm (mampu merespons frekuensi antara 10Hz sampai 40.000Hz) serta sound card DAC ‘high-fidelity‘ 24-bit 96KHz. Kombinasi keduanya menjanjikan output yang akurat, jernih, dan bebas interferensi. Lalu untuk tersambung ke perangkat gaming Anda, Khan Aimo memanfaatkan kabel USB 2.0.

Roccat Khan Aimo 4

Faktor kenyamanan headset juga dijamin oleh sang produsen. Slider stainless steel di sana memastikan Khan Aimo kompatibel dengan berbagai ukuran kepala. Dan Anda juga tak perlu khawatir headphone akan membuat leher jadi cepat lelah. Khan Aimo cuma berbobot 275-gram. Bagian bantalannya sendiri menggunakan bahan memory foam super-empuk, dan juga berfungsi sebagai sistem noise cancelling pasif.

Roccat Khan Aimo 1

Kustomisasi lebih jauh dapat Anda lakukan via software Swarm. Di sana, Anda bisa mengutak-atik equalizer sehingga output-nya pas dengan jenis konten yang sedang dinikmati, atau segera memilih preset yang telah disiapkan: ada MMO, MOBA, RPG, shooter, sampai setting optimal buat mendengarkan lagu rock. Tentu saja Anda juga dapat menyimpan hasil konfigurasi kustom sebagai profile berbeda.

Belum diketahui kapan Khan Aimo akan tersedia, namun saat ini Roccat sudah menyiapkan page khusus produk. Namun saat saya coba masuk ke sana, laman tersebut mengeluarkan notifikasi eror 404. Headphone ini dibanderol seharga US$ 120.

Bagi saya, premis audio surround 7.1 berkualitas high resolution di harga US$ 120 terdengar terlalu manis untuk jadi kenyataan. Saya harus mencobanya langsung buat membuktikan klaim tersebut.

Fasilitas Baru nan Mewah Team Liquid Adalah Bukti Pesatnya Pertumbuhan Industri Esport

Bagi yang mengikuti perkembangan esport, nama Team Liquid pasti sudah terdengar familier di telinga Anda, terutama sejak tim Dota 2-nya menjuarai turnamen paling bergengsi The International tahun lalu. Selain mendatangkan hadiah sebesar $10,8 juta, prestasi luar biasa tersebut tentu saja menjadi motivasi Team Liquid untuk terus mengasah talenta masing-masing atletnya.

Salah satu caranya adalah dengan membangun pusat latihan baru yang demikian mewah, jauh melebihi ekspektasi kita terhadap tempat berlatihnya suatu tim esport. Fasilitas baru tersebut bisa dianggap sebagai kado istimewa dari salah satu sponsor utama Team Liquid, yakni Alienware, yang sudah menemani tim asal Belanda tersebut selama enam tahun.

Maka dari itu, jangan kaget melihat nama Alienware Training Facility terpampang di gedung seluas ± 740 meter persegi itu. Lokasinya berada di kota Santa Monica, tidak jauh dari kantor pusat Riot Games, pengembang game League of Legends (LoL). Rencananya, fasilitas baru ini memang bakal dijadikan markas untuk kedua tim LoL (profesional dan amatir) serta satu tim Counter-Strike milik Team Liquid.

Salah satu sudut ruang berlatih di Alienware Training Facility milik Team Liquid / VentureBeat
Salah satu sudut ruang berlatih di Alienware Training Facility milik Team Liquid / VentureBeat

Namun jangan bayangkan fasilitas ini sebagai warnet luar biasa besar dengan komputer berspesifikasi kelas dewa, sebab Team Liquid juga memperhatikan aktivitas-aktivitas di luar sesi latihan. Para atlet akan didorong untuk berolahraga di gym setiap pagi, dan seorang ahli nutrisi dipercaya meracikkan menu dan pola makan yang sehat bagi masing-masing atlet.

Bicara soal spesifikasi komputer, Alienware benar-benar totalitas dalam memanjakan salah satu tim kebanggaannya tersebut. Sederet monitor 4K 25 inci telah disiapkan, demikian pula sejumlah gaming laptop dan PC, termasuk halnya komputer kelas sultan Area 51. Saya yakin sebagian dari Anda pasti bertanya dalam hati, “buat apa spesifikasi setinggi itu kalau hanya untuk bermain League of Legends dan CS:GO?”

Tidak, semua itu tidak akan disia-siakan begitu saja, sebab fasilitas ini juga bakal dihuni oleh tim manajemen, dan yang paling penting, oleh 1UP Studios, yang tidak lain merupakan tim produksi video mandiri milik Team Liquid sendiri. Semuanya diharapkan bisa bekerja dan berkolaborasi secara efisien dengan adanya fasilitas terpusat seperti ini.

Sampai sekarang fasilitas ini masih dalam tahap pembangunan, akan tetapi Team Liquid sudah punya rencana untuk membangun fasilitas serupa lain di kampung halamannya apabila semuanya berjalan dengan baik. Juga tidak menutup kemungkinan adalah inisiatif dari tim esport lainnya untuk membangun fasilitas serupa, apalagi jika melihat pertumbuhan industri esport yang begitu pesat, serta melibatkan perputaran uang dalam skala luar biasa besar.

Sumber: VentureBeat.

Game Card Battle Artifact Sudah ‘Bisa Dimainkan’, Valve Gandeng Tim eSport Buat Mengujinya

Sebagai salah satu perusahaan gaming terbesar dengan jumlah user terbanyak di dunia, apapun yang diumumkan oleh Valve sudah pasti akan mengundang perhatian. Tapi karena mayoritas orang mengharapkan kejelasan dari masa depan franchise blockbuster Half-Life, Left 4 Dead, dan Portal, game baru yang Valve singkap di bulan Agustus kemarin malah mendapatkan respons kurang hangat.

Saat perhatian gamer tertuju pada The International 2017, tim developer asal Washington itu secara tak terduga memperkenalkan Artifact, permain card battle collectible spin-off dari Dota 2. Pendekatannya mirip seperti Hearthstone buatan Blizzard yang mengusung karakter-karakter serta berbagai elemen dari jagat Warcraft. Kekecewaan gamer terhadap pengumuman Artifact bisa dilihat dari jumlah dislike di teaser trailer-nya di YouTube – saat artikel ini ditulis mencapai 71 ribu dislike versus 5 ribu like.

Apapun opini Anda mengenai Artifact, Valve tengah berusaha memastikannya menjadi game yang betul-betul memuaskan. Salah satu caranya adalah dengan menggandeng tim eSport ternama dunia demi memolesnya. Berdasarkan pengakuan general manager Virtus.pro Roman Dvoryankin pada situs berita eSport berbahasa Rusia CyberSport.ru, Artifact saat ini sudah dapat dimainkan, dan anggota Virtus.pro terpilih sebagai beberapa gamer pertama di dunia yang diizinkan mencobanya.

Buat sekarang, Artifact sedang berada di tahap uji coba alpha dan baru dapat dimainkan di markas besar Valve di Bellevue. Menariknya lagi, beberapa tim yang tergabung dalam World eSports Association (WESA) sudah lebih dulu mencicipi Artifact, dan kabarnya, mereka sangat menyukai permainan card battle tersebut. Sayangnya Dvoryankin tidak bisa memberikan info lebih rinci karena telah menyepakati perjanjian kerahasiaan.

“Hal yang bisa saya sampaikan ialah, Virtus.pro akan mengungkap formasi untuk divisi Artifact tahun depan,” tutur Dvoryankin via CyberSport.ru. “Kami telah menyiapkan strategi serta anggaran, dan kami berkomitmen untuk mencurahkan perhatian pada Artifact secara maksimal.”

Sejauh ini, Valve belum mengabarkan kapan tepatnya mereka akan meluncurkan Artifact. Developer hanya menyebutkan tahun 2018. Namun ada indikasi, informasi tanggal rilis serta detail gameplay akan diberikan awal tahun depan. Petunjuknya adalah janji CyberSport.ru untuk memublikasikan hasil wawancara bersama Virtus.pro pada bulan Januari besok.

Melihat kebiasaan Valve sejauh ini, saya berasumsi bahwa developer akan melangsungkan uji coba beta terlebih dulu sebelum melepas versi rampung dari Artifact.

Via PCGamesN. Tambahan: Reddit.

Di Tahun 2017 Ini, Nilai Pasar Game Mobile dan Online di Asia Tenggara Diestimasi Sentuh Angka $ 2,2 Miliar

Belakangan, Anda mungkin melihat banyak sekali peluncuran produk gaming hingga dilangsungkannya turnamen-turnamen eSport kelas regional tanah air. Meski ekosistem gaming terlihat sangat ramai, para produsen hardware dan publisher selalu bersikeras bilang bahwa Indonesia masih menyimpan potensi yang begitu besar – menanti untuk dioptimalkan.

Indonesia ialah salah satu negara dengan jumlah populasi gamer terbesar, menyumbang persentase signifikan di Asia Tenggara. Pertumbuhan kawasan ini juga disebut-sebut sebagai yang paling cepat di dunia (diperkuat oleh data Acer), melampaui Amerika Latin. Dan berdasarkan laporan terbaru dari tim Niko Partners, nilai pendapatan dari ranah permainan mobile dan online di Asia Tenggara berpeluang mencapai US$ 2,2 miliar di akhir 2017.

Angka menakjubkan tersebut tentu saja diiringi oleh kenaikan jumlah gamer di Asia Tenggara. Niko Partners mengestimasi, akan ada 300 juta penikmat permainan video online dan mobile di penghujung 2017. Mereka juga memperkirakan, angka itu terus bertambah hingga menyentuh 400 juta jiwa di tahun 2021 nanti. Angka tersebut lebih banyak dari penduduk Indonesia, Malaysia, ditambah Filipina.

Lalu bagaimana dengan gamer PC? Apakah jumlahnya akan berkurang karena game mobile dan online jadi kian populer? Tidak menurut Niko Partners. Mobile gaming hanya jadi faktor penambah, dan tidak akan menggerus ekosistem PC.

Dari hasil analisis Newzoo di bulan April silam, PC diestimasi menjadi  platform ketiga dengan pemasukan terbesar setelah mobile (US$ 46 miliar) dan console (merupakan jumlah dari sistem gaming berbeda, US$ 33,3 miliar), menghasilkan US$ 29,4 miliar di tahun 2017. Newzoo juga melampirkan proyeksi urutan wilayah yang paling besar menghasilkan keuntungan: Asia Pasifik (US$ 51,2 miliar), Amerika Utara (US$ 27 miliar), baru Eropa, Timur Tengah dan Afrika dengan nilai US$ 26,2 miliar.

Menurut pengamatan Niko Partners, metode distribusi game mobile di Asia Tenggara berbeda dari negara-negara Barat. Di Amerika atau Eropa, mayoritas pengguna biasanya memanfaatkan Apple app store atau Google Play buat mengakses konten. Namun di Asia Tenggara, banyak gamer mengunduh langsung permainan dari developer/publisher serta platform app Android third-party lokal. Satu nama paling besarnya adalah Garena.

Lisa Cosmas Hanson selaku managing partner Niko Partners menyampaikan bahwa faktor pendorong pertumbuhan game mobile dan online utama di Asia Tenggara tentu saja ialah eSport, khususnya berkat meledaknya kepopularitasan genre multiplayer online battle arena di sana.

Sumber: VentureBeat. Header: Vainglory.com.