Cara Mudah Unfriend Teman di Facebook Secara Massal

Di antara sekian banyak teman yang terhubung di Facebook, tentu ada beberapa atau sebagian kecil dari mereka yang tidak lagi aktif atau akun kloning. Sementara ada banyak teman baru yang memang dikenal kesulitan meminta pertemanan karena kuota yang penuh.

Continue reading Cara Mudah Unfriend Teman di Facebook Secara Massal

Esensi Solusi Buana Tawarkan Aplikasi ERP Menyeluruh untuk Bisnis F&B

Sudah jadi cerita lama kalau restoran kesulitan dalam menyelesaikan berbagai masalah demi mencapai efisiensi operasional dan meningkatkan profit, apalagi ketika bisnis mereka terus tumbuh. Gunawan Woen yang memiliki ketertarikan kepada dunia F&B menyadari masalah tersebut untuk terjun sebagai wirausaha sebagai konsultan di firma konsultasi keuangan dan perpajakan dari pekerjaan sebelumnya sebagai auditor di PwC.

Ketertarikan Gunawan di bidang ini bermuara hingga Esensi Solusi Buana (ESB) dirintis, setelah ia bertemu dengan Eka Prasetya, yang kini menjadi salah satu co-founder ESB.

“Kemudian saya diperkenalkan dengan partner-nya Prawiryo dan Dwi Prawira. Mereka bertiga programmer andal banyak handle programming untuk big companies, banks, insurance, tapi kebanyakan jadi subcon (subkontraktor) dari main programmer. So I askem them to build ESB in 2015,” ujar Gunawan sebagai Co-Founder dan CEO ESB kepada DailySocial.

Para co-founder ESB / ESB
Para co-founder ESB / ESB

ESB pertama kali memulai kiprahnya dengan membuat solusi ERP (Enterprise Resource Planning) yang terkustomisasi sesuai kebutuhan brand restoran. Gunawan bahkan mengklaim, solusi yang mereka buat berhasil menggeser brand ERP besar pada waktu itu. Namun, pada pertengahan 2018 memutuskan untuk membuat produk sendiri yang sesuai dengan passion dan keahlian masing-masing.

“Lalu terpikirlah teknologi restoran karena waktu itu bahkan sampai saat ini, belum ada integrated solution yang betul-betul bisa kasih jawaban ke masalah yang dihadapi restoran. Berbekal pengalaman sebagai problem solver untuk banyak klien F&B, kita develop teknologi restoran ESB di tengah 2018, kita start komersial November 2018.”

Dari pengalamannya, restoran akan kehilangan pendapatan mulai dari 10% (bahkan lebih) akibat dari inefisiensi. Oleh karenanya, ada tiga aspek yang perlu ditingkatkan, yakni manajemen order & outlet, manajemen HQ & operasional, dan manajemen purchase & vendor. Solusi tersebut dapat terselesaikan apabila memanfaatkan teknologi.

Model bisnis ESB

Sebagai startup yang bergerak di SaaS, ESB menyediakan beragam solusi menyeluruh untuk restoran, mulai dari bagian ordering, POS (Point of Sales), KDS (Kitchen Display System), CDS (Customer Display System), kios, loyalitas, dan ERP. Gunawan mengklaim dari seluruh solusi tersebut, yang membedakan ESB dengan pemain sejenisnya adalah integrasi dan fokus.

Menurutnya, terkait integrasi, pemain restoran yang mampu beli software fully integrated seperti ini tidak banyak karena harganya sangat mahal. Namun, dengan model bisnis ESB, software tersebut bisa disediakan kepada restoran melalui berlangganan.

“Karena ESB fokus hanya ke industri F&B, membawa kita ke satu konsep yang dinamakan community-based software artinya ESB solve masalah satu brand, kemudian solusi tersebut ditanamkan dalam bentuk enhancement, mengakibatkan brand lain ikut menikmati pengembangannya.”

Hal tersebut menjadi lingkaran pengembangan yang membuat detail dari software ESB, menjadi sangat tajam mengatasi permasalahan dunia F&B. “Tidak mungkin satu perusahaan bisa mengatasi semua permasalahan di suatu industri, tapi kalau dibantu secara urunan oleh banyak brand, hal itu jadi memungkinkan. Solusi yang dipergunakan oleh merchant ESB besok, adalah solusi yang dipergunakan oleh brand-brand besar. Kita membawa best practice dari sisi teknologi ke industri ini.”

Pengembangan solusi ESB kini sudah menyentuh ke aspek integrasi dengan marketplace B2B untuk menghubungkan penyuplai dengan restoran, Business Intelligence (BI), dan Artificial Intelligence (AI). Menurut Gunawan, sebagian besar prosesnya sudah rampung dan akan dirilis resmi pada kuartal pertama tahun ini.

Masuk ke ranah marketplace B2B, ESB ingin permudah proses pengadaan bahan bagi restoran, termasuk membuka kesempatan bagi penyuplai untuk menjual lebih mudah dan aman tanpa harus berinvestasi lebih di armada logistik atau investasi gudang.

“Untuk B2B marketplace, model bisnisnya agak beda. Di sini kita sediakan berbagai kemudahan untuk supplier bisa melakukan proses penjualan ke restoran, membantu restoran memitigasi fraud dan kesalahan-kesalahan dalam proses procurement. Jadi supplier akan membayar untuk kemudahan-kemudahan ini per transaksi dengan harga yang pastinya sama sekali tidak memberatkan.”

Sementara, untuk BI nantinya menggunakan model bisnis berlangganan bulanan dan AI akan dikenakan biayanya berdasarkan kemampuan ESB membawa up sell untuk restoran. Pengembangan fungsi AI diharapkan mampu merekomendasikan menu yang tepat untuk konsumen, menyenangkan untuk mereka, dan membawa keuntungan lebih untuk restoran.

Perusahaan bekerja sama dengan industri jasa keuangan, untuk menyediakan kredit usaha apabila pengguna ESB ingin mengembangkan bisnis ke level berikutnya. “Karena transaksi B2C dan B2B seluruhnya menggunakan platform ESB, maka di sini dapat dipasangkan dengan jasa keuangan. ESB mendapatkan revenue sharing dari bunga tersebut.”

Telah kantongi pendanaan tahap awal

Platform ESB memungkinkan dipakai oleh restoran yang masih skala kecil. Kendati, mayoritas pengguna ESB datang dari brand besar, seperti Boga Group, Ismaya Group, MAP Group, dan Sour Sally Group, dan masih banyak lagi. Gunawan mengklaim software ESB sudah dioptimasi sedemikian rupa, sampai mampu bekerja di hardware spesifikasi rendah.

“Pasalnya, dua cost paling tinggi di restoran itu adalah biaya produksi makanan dan karyawan. ESB fokus bantu penghematan di dua tipe beban ini. Less cost = increased profit.”

Malah, dia mengungkapkan ESB telah memiliki pengguna di Malaysia dan Swiss. Serta, beberapa pengguna di sejumlah negara di Eropa sempat menghubungi ESB karena tertarik dengan solusi yang ditawarkan. “Mereka mengaku tidak menemukan perbandingan yang apple to apple dengan ESB. Which is a good news to me, sayangnya kami belum siap ekspansi ke luar Indonesia. Jadi saya masih batasi pengguna-pengguna di luar Indonesia.”

Terkait pendanaan baru, Gunawan masih menutup rapat-rapat. Akan tetapi ia menginformasikan akan ada pengumuman pada bulan ini. Sebelumnya, ESB dikabarkan telah mengantongi pendanaan tahap awal dari AC Ventures dengan nominal dirahasiakan pada Mei 2020.

Gunawan menuturkan pendanaan yang sudah diterima perusahaan sejauh ini hampir $5 juta (sekitar Rp69,5 miliar). “Pendanaan kami pergunakan untuk perkuat fungsi-fungsi produk, sembari meningkatkan penjualan,” tutupnya.

Alpha JWC to Invest 29 Billion Rupiah into Culinary Startup “Mangkokku”

 

Culinary startup Mangkokku announced its seed funding worth of $2 million (nearly 29 billion Rupiah) from Alpha JWC Ventures. The fresh funds will be used for outlet expansion until next year.

For the record, Alpha JWC also invested in another culinary startup by Gibran, Goola, last year. In addition, other culinary startups that have listed in Alpha JWC’s portfolio are Kopi Kenangan, Hangry, and Lemonilo.

Mangkokku was founded last year by celebrity chef Arnold Poernomo, culinary entrepreneur Randy Kartadinata, and two children of the President of the Republic of Indonesia, Gibran Rakabuming and Kaesang Pangarep. Gibran and Kaesang serve as advisors for the day-to-day operations of the company.

Meanwhile, Arnold heads up culinary production and innovation, and Randy acts as CEO responsible for Mangkokku’s daily business and expansion. Before pioneering Mangkokku, the four founders had established at least 12 culinary companies in Indonesia and Australia, including Gioi, KOI Dessert Bart Sydney, and Markobar martabak outlets.

Mangkokku offers dishes in the form of a rice bowl or rice with side dishes served in a bowl with the taste of typical Indonesian food. There are 12 menus that are sold with prices ranging from Rp19 thousand to Rp54 thousand per portion.

Para founder Mangkokku / Mangkokku
Mangkokku Founders / Mangkokku

In an official statement, Arnold Poernomo said that his team adopted a global business perspective. He believes that to grow rapidly and sustainably, you must provide superior products at affordable prices and maintain the standard of every bowl served.

“Therefore, we operate all branches ourselves and use high-tech equipment in the main kitchen to maintain product quality and consistency,” he explained, Monday (23/11).

Randy Kartadinata added that during the pandemic, the company managed to adapt quickly to respond to changes in consumer demand, which are now moving higher. It is claimed, each Mangkokku branch can sell 400 to 600 bowls every day.

“Our big dream is to become the largest mass-market culinary group in Indonesia and build its own ecosystem consisting of various culinary brands and institutions. Not only that, we also want to be the best culinary company in terms of local and regional expansion and technical operations. That’s why we took this startup route and collaborated with Alpha JWC Ventures,” Randy continued.

Currently, Mangkokku has 22 branches in Jabodetabek and will expand to Surabaya in the near future. The company will add up to 30 store locations by the end of this year and 75 branches next year.

Also, next year they will start developing food menus outside the rice bowl concept, starting from drinks, desserts, and packaged chili sauce series. Thus, Mangkokku’s ambition as a complete culinary solution can be realized.

Alpha JWC Ventures partner Eko Kurniadi said that his team sees the culinary business as a sector that can benefit from venture funding and the use of technology. Mangkokku has performed brilliantly even during the pandemic.

“This proves that their products have been well received by the community. Our financial and business support as well as our previous experience will help Mangkokku develop into a large company faster,” he said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Alpha JWC Berinvestasi 29 Miliar Rupiah untuk Startup Kuliner “Mangkokku”

Startup kuliner Mangkokku mengumumkan pendanaan tahap awal perdananya (seed funding) sejumlah $2 juta (hampir 29 miliar Rupiah) dari Alpha JWC Ventures. Dana segar ini akan digunakan untuk menambah ekspansi gerai sampai tahun depan.

Sebagai catatan, Alpha JWC juga berinvestasi ke startup kuliner milik Gibran lainnya yakni Goola pada tahun lalu. Selain itu, startup kuliner lainnya yang masuk ke portofolio Alpha JWC, yakni Kopi Kenangan, Hangry, dan Lemonilo.

Mangkokku didirikan pada tahun lalu oleh chef selebritas Arnold Poernomo, pengusaha kuliner Randy Kartadinata, dan dua anak Presiden RI yakni Gibran Rakabuming dan Kaesang Pangarep. Gibran dan Kaesang menduduki posisi sebagai penasihat untuk operasional sehari-hari perusahaan.

Sementara, Arnold mengepalai produksi dan inovasi kuliner, dan Randy bertindak sebagai CEO yang bertanggung jawab atas ekspansi dan bisnis harian Mangkokku. Sebelum merintis Mangkokku, keempat pendiri ini sudah mendirikan setidaknya 12 perusahaan kuliner di Indonesia dan Australia, termasuk Gioi, KOI Dessert Bart Sydney, dan gerai martabak Markobar.

Mangkokku menawarkan hidangan dalam bentuk rice bowl atau nasi dengan lauk yang disajikan di dalam mangkuk dengan cita rasa makanan khas Indonesia. Ada 12 menu yang dijual dengan harga mulai dari Rp19 ribu hingga Rp54 ribu per porsi.

Para founder Mangkokku / Mangkokku
Para founder Mangkokku / Mangkokku

Dalam keterangan resmi, Arnold Poernomo menuturkan pihaknya mengadopsi cara pandang bisnis global. Ia percaya untuk berkembang dengan pesat dan berkelanjutan, harus menyediakan produk superior dengan harga terjangkau dan menjaga standar setiap mangkuk yang tersaji.

“Karena itu, kami mengoperasikan sendiri semua cabang dan menggunakan peralatan berteknologi tinggi di dapur utama untuk menjaga kualitas dan konsistensi produk,” terangnya, Senin (23/11).

Randy Kartadinata menambahkan, selama pandemi perusahaan berhasil beradaptasi dengan cepat untuk menjawab perubahan permintaan konsumen yang kini pergerakannya lebih teratas. Diklaim, setiap harinya tiap cabang Mangkokku mampu menjual 400 hingga 600 mangkuk.

“Mimpi besar kami adalah menjadi grup kuliner mass-market terbesar di Indonesia dan membangun ekosistem sendiri yang terdiri dari berbagai merek dan institusi kuliner. Tak hanya itu, kami juga ingin menjadi perusahaan kuliner terbaik dalam hal ekspansi lokal dan regional serta operasional teknis. Karena itulah kami mengambil rute startup ini dan bekerja sama dengan Alpha JWC Ventures,” sambung Randy.

Saat ini Mangkokku memiliki 22 cabang di Jabodetabek dan akan merambah ke Surabaya dalam waktu dekat. Perusahaan akan menambah lokasi gerai hingga 30 pada akhir tahun ini dan 75 cabang pada tahun mendatang.

Tak hanya itu, tahun depan mulai mengembangkan menu makanan di luar konsep rice bowl, dimulai dari minuman, makanan penutup, dan seri sambal kemasan. Dengan demikian, ambisi Mangkokku sebagai solusi kuliner komplet dapat terwujud.

Partner Alpha JWC Ventures Eko Kurniadi menuturkan pihaknya melihat bisnis kuliner sebagai sektor yang dapat diuntungkan dari pendanaan ventura dan penggunaan teknologi. Mangkokku telah menunjukkan kinerja cemerlang bahkan saat pandemi.

“Hal ini membuktikan bahwa produk mereka telah diterima masyarakat dengan baik. Dukungan finansial dan bisnis serta pengalaman kami sebelumnya akan membantu Mangkokku berkembang lebih cepat menjadi perusahaan besar,” katanya.

Cara Setting Fitur Terjemahan di Facebook

Fitur terjemahan sudah tertanam di Facebook sejak lama, tetapi fitur ini di kondisi tertentu fitur ini terkadang berjalan tapi terkadang tidak. Hal ini disebabkan oleh pengaturan default yang secara otomatis mengikuti preferensi masing-masing pengguna.

Continue reading Cara Setting Fitur Terjemahan di Facebook

Cara Jualan di Facebook Marketplace Menggunakan Smartphone dan PC

Jualan di Facebook, sekarang tidak hanya bisa dilakukan di grup, fan page ataupun profil. Sekaran ini Facebook sudah menyediakan ruang khusus yang disebut dengan Marketplace, di mana Anda dapat menjual barang dan jasa secara gratis, lebih rapi dan juga memang fiturnya dirancang untuk pelaku usaha.

Continue reading Cara Jualan di Facebook Marketplace Menggunakan Smartphone dan PC

Facebook Hadirkan Aplikasi Messenger Versi Web

Facebook baru saja meluncurkan satu lagi layanan berbasis web yang beralamatkan di messenger.com. Layanan ini pada dasarnya adalah fitur chat atau lebih dikenal dengan Messenger namun dibuat terpisah dari situs utama Facebook.

Continue reading Facebook Hadirkan Aplikasi Messenger Versi Web

Pangkas Berita Ngawur, Facebook Tambahkan Fitur Pelaporan Konten Hoax

Facebook baru saja mengumumkan bahwa mereka telah menambahkan opsi baru di menu postingan News Feed dengan label “its a false news story“. Fitur ini sengaja ditambahkan sebagai langkah antisipasi penyebaran berita hoax atau berita palsu yang berpotensi menyesatkan pembaca.

Continue reading Pangkas Berita Ngawur, Facebook Tambahkan Fitur Pelaporan Konten Hoax

Facebook Pastikan Tak Lagi Pakai Jasa Bing di Fitur Pencarian Mereka

Sebagai situs jejaring sosial terbesar di dunia tak heran bila Facebook mampu untuk berkembang secara mandiri tanpa banyak tergantung pada layanan lain. Seperti yang baru saja dikonfirmasi oleh juru bicara Facebook, bahwa mereka memutuskan untuk tidak lagi menggunakan layanan Bing sebagai pelapis fitur mesin pencari Graph Search.

Continue reading Facebook Pastikan Tak Lagi Pakai Jasa Bing di Fitur Pencarian Mereka