Daftar Turnamen Esports Terpopuler Bulan Maret 2021

Tak terasa tahun 2021 ternyata sudah memasuki bulan ke-4. Bulan lalu Hybrid.co.id sudah merangkum daftar turnamen esports terpopuler. Lalu, kira-kira siapa yang masih bertahan di daftar bulan Maret 2021?

Singkatnya, bulan Maret 2021 menjadi bulannya esports Free Fire Amerika Latin. Tanpa berlama-lama lagi, berikut daftar turnamen esports terpopuler bulan Maret 2021 yang dirangkum dengan menggunakan fitur pro dari Esports Charts.

 

#5 – PUBG Mobile Pro League Indonesia 2021 – Season 3

Sumber Gambar - Esports Charts Pro Version.
Sumber Gambar – Esports Charts Pro Version.

PUBG Mobile Pro League Indonesia 2021 Season 3 baru saja dimulai tanggal 24 Maret 2021 kemarin. Masuknya PMPL ID ke dalam daftar sedikit banyak jadi bukti bagaimana liga esports PUBG Mobile paling bergengsi di Indonesia ini ditunggu-tunggu para penggemarnya. PMPL ID Season 3 berhasil mencatatkan 532 ribu lebih peak viewers dengan 13 juta lebih total watch hours.

Pertandingan dengan puncak keseruan tersebut adalah pertandingan pekan pertama hari kedua. Pertandingan hari itu memang berjalan cukup sengit.

Pertandingan tersebut merupakan fase Weekdays yang menjadi seleksi untuk pertandingan sesungguhnya di fase Super Weekend, persaingan tim terasa ketat hari itu. Salah satu bukti persaingan ketat yang terjadi adalah dari WWCD yang didapatkan oleh tim berbeda-beda setiap rondenya. Ditambah lagi hari itu juga jadi momen WWCD perdana bagi Bigetron RA, tim PUBG Mobile Indonesia yang sejauh ini masih jadi favorit banyak orang.

Dengan catatan tersebut, PMPL Indonesia 2021 Season 3 menempati peringkat 5 dari daftar turnamen esports terpopuler bulan Maret 2021.

 

#4 – LEC Spring 2021 (League of Legends)

Sumber Gambar - Esports Charts Pro Version.
Sumber Gambar – Esports Charts Pro Version.

Pada peringkat 4 ada liga League of Legends Eropa, yaitu LEC. Sejauh ini LEC memang selalu berhasil menyajikan pertandingan berkualitas dan penuh aksi yang dianggap jadi gaya main khas esports LoL Eropa.

Pada bulan Maret 2021 kemarin, pertandingan LEC Spring 2021 telah memasuki babak Playoff. Keseruan babak Playoff pun berhasil mencatatkan 640 ribu lebih peak viewers. Selain itu, turnamen tersebut juga telah mencatatkan 38 juta total watch hours yang dicatat sejak dari babak Regular Season.

Pertandingan yang membuat LEC Spring 2021 masuk ke dalam daftar ini adalah pertandingan antara G2 Esports melawan Schalke 04. Pertandingan yang terlaksana di hari kedua babak Playoff tersebut memang berlangsung dengan sangat seru dan sengit.

Kedua tim saling berbalas kemenangan, ditambah aksi-aksi unik G2 Esports di pertandingan tersebut yang salah satunya adalah menggunakan Seraphine (Champion Mage) sebagai Attack Damage Carry atau ADC. Secara keseluruhan, pertandingan tersebut masuk di peringkat 2 dari 5 pertandingan LEC terpopuler.

Pertandingan dengan catatan peak viewers terbesar adalah antara G2 Esports vs MAD Lions. Namun demikian pertandingan tersebut terlaksana di tanggal 3 April 2021 kemarin. Secara keseluruhan, tayangan pertandingan berbahasa Inggris menjadi tayangan LEC terpopuler dengan catatan 440 ribu viewers lebih .

 

#3 – Liga Brasileira de Free Fire 2021 Series A Stage 1

Sumber Gambar - Esports Charts Pro Version.
Sumber Gambar – Esports Charts Pro Version.

Tingkat popularitas Free Fire di Brazil mungkin bisa dibilang mirip seperti MLBB di Indonesia. Maksudnya mirip, tayangan bahasa lokal punya jumlah penonton yang bersaing dengan liga-liga internasional yang ditayangkan dengan bahasa Inggris.

Hal tersebut kembali terbukti dengan masuknya Liga Brasileira de Free Fire 2021 Series A Stage 1 ke peringkat 3 dari 5 daftar turnamen esports terpopuler bulan Maret 2021.

LBFF 2021 berhasil mencatatkan 827 ribu lebih peak viewers dan mencatatkan 14 juta lebih total watch hours. Pertandingan yang jadi daya tarik penggemar esports Free Fire di Brazil tersebut adalah pertandingan ronde 9 dari babak final LBFF 2021 yang terselenggara tanggal 20 Maret 2021 kemarin.

Pertandingan ronde terakhir memang berjalan cukup sengit. FX, LOUD, dan Cruizero, tiga besar klasemen sementara saling bersaing ketat mendapatkan Booyah di ronde 9. Persaingan berlangsung sampai titik darah penghabisan, sehingga FX finish di peringkat 4, LOUD di peringkat 3, dan Cruizero yang mendapat Booyah.

Dari sisi jumlah penonton berdasarkan bahasa, hampir seluruh penonton LBFF datang dari tayangan berbahasa Portugis yang merupakan bahasa lokal Brazil. Karenanya seperti apa yang saya katakan di awal, LBFF bisa dibilang sebagai liga berbahasa lokal dengan jumlah fanbase yang kuat.

 

#2 – MPL Indonesia Season 7 (Mobile Legends: Bang-Bang)

Sumber Gambar - Esports Charts Pro Version.
Sumber Gambar – Esports Charts Pro Version.

MPL Indonesia masih bertengger kuat di dalam daftar turnamen esports terpopuler bulanan walau peringkatnya turun dari peringkat 1 di daftar bulan Februari 2021 lalu, menjadi peringkat 2 di daftar bulan Maret 2021.

Peringkatnya memang menurun, tetapi jumlah penonton MPL ID Season 7 meningkat apabila dibandingkan dengan bulan lalu. Dari segi jumlah penonton berdasarkan bahasa, masuknya MPL Indonesia Season 7 ke dalam daftar bulan ini juga masih disebabkan oleh fanbase lokal Indonesia.

MPL Indonesia Season 7 berhasil mencatatkan 1,1 juta lebih peak viewers. Secara keseluruhan, liga esports game Mobile Legends: Bang-Bang yang berjalan sejak bulan Februari ini telah mencatatkan 27 juta total watch hours.

Bulan lalu kita melihat pertandingan antara RRQ Hoshi vs Alter Ego yang membuat MPL Indonesia jadi masuk ke dalam daftar. Bulan ini pertandingan El Clasico antara RRQ Hoshi vs EVOS Legends yang membuat liga MPL Indonesia kembali berjaya.

Menariknya pertandingan tersebut sebenarnya tidak sengit seperti pertandingan antara RRQ Hoshi vs Alter Ego yang melejit di bulan Februari 2021 kemarin. Pertandingan antara RRQ Hoshi vs EVOS Legends di week 3 day 2 MPL Indonesia tersebut didominasi kuat oleh EVOS Legends.

Dalam pertandingan tersebut, EVOS Legends berhasil memenangkan pertandingan dengan skor 2-0 dalam durasi 10 menit lebih di game 1 dan 14 menit lebih di game 2. Sementara itu dari segi jumlah penonton berdasarkan bahasa, mengutip dari data fitur pro milik Esports Charts , jumlah penonton tayangan berbahasa Indonesia jumlahnya masih mendominasi secara mutlak (sekitar 90% lebih dari keseluruhan peak veiewers).

 

#1 – Free Fire League Latinoamerica 2021 Opening

Sumber Gambar - Esports Charts Pro Version.
Sumber Gambar – Esports Charts Pro Version.

Bulan Maret 2021 ini sepertinya menjadi bulannya bagi turnamen Free Fire. Lagi-lagi pertandingan esports Free Fire lokal Amerika Latin masuk ke dalam daftar, kali ini bahkan sebagai pemuncak daftar turnamen esports terpopuler.

Turnamen tersebut adalah Free Fire League Latinoamerica 2021 Opening. Berbeda dengan LBFF yang hanya mempertandingkan tim asal Brazil, FFLA mempertandingkan tim-tim seantero Amerika Latin, termasuk dari negara Mexico, Ekuador, Kolombia, dan sekitarnya.

FFLA berhasil mencatatkan 1,4 juta lebih peak viewers pada tanggal 21 Maret 2021 kemarin, pada saat laga Grand Final berjalan. Turnamen yang terselenggara selama 9 pekan sejak dari 16 Januari 2021 kemarin tersebut telah mencatatkan sebanyak 6,3 juta lebih total watch hours secara keseluruhan. Secara keseluruhan, laga final FFLA berhasil secara konsisten menarik minat menonton para penggemarnya.

Hal tersebut terlihat dari daftar 5 tayangan FFLA terpopuler yang seluruhnya diisi oleh pertandingan-pertandingan babak Grand Finals yang terselenggara pada 21 Maret 2021. Lima tayangan tersebut juga selalu mencatatkan angka peak viewers diatas 1 juta.

Mengutip Liquidpedia, FFLA hanya menyajikan tayangan bahasa Spanyol saja. Karenanya penonton tentu saja terpusat kepada tayangan berbahasa Spanyol saja tanpa ada pembanding lainnya.

*Disclosure: Esports Charts adalah Partner dari Hybrid.co.id.

EVOS Esports Juara Free Fire Indonesia Masters 2021 Spring, EA Bakal Adakan FIFA Face-Off

Pada Minggu, 21 Maret 2021, EVOS berhasil menjadi juara dari Free Fire Indonesia Masters 2021 Spring. Dengan ini, mereka akan maju ke Free Fire World Series 2021. Sementara itu, pada minggu lalu, EA mengumumkan bahwa mereka akan menggelar turnamen FIFA di kalangan selebritas, influencers, dan pemain profesional.

EVOS Menang Free Fire Indonesia Masters 2021 Spring

EVOS Esport keluar sebagai juara Free Fire Indonesia Masters (FFIM) 2021 Spring. Sejak awal, EVOS memang sudah diduga akan dapat mempertahankan gelar mereka dan kembali memenangkan FFIM. Namun, mereka sempat kesulitan menghadapi tim-tim baru yang tangguh di Free Fire Master League (FFML) Season 3. Dengan menjadi juara FFIM 2021 Springs, EVOS Esports akan menjadi perwakilan Indonesia di Free Fire World Series 2021. Selain EVOS, First Raiders juga akan bertanding di turnamen yang diadakan di Singapura itu.

EVOS juara FFIM
EVOS juara Free Fire Indonesia Masters (FFIM). | Sumber: Garena

Sementara itu, gelar Predator — pemain yang dapat mengumpulkan kill points terbanyak selama Grand Finals FFIM 2021 Spring — jatuh pada SRN DVITOOO dari Siren Esports, yang berhasil meraih posisi 2nd Runner Up. Sebelum berlaga di FFIM 2021 Spring, SRN DVITOOO merupakan pemain dari tim di Divisi 2.

ESL Pro League Buat Dewan Pemain

ESL Pro League mengumumkan pembentukan EPL Player Council. Sesuai namanya, dewan ini berisi para pemain esports dari 12 tim yang menjadi rekan ESL. Pertemuan pertama dari anggota Player Council telah diadakan dan dihadiri oleh semua peserta. Sepanjang 2021, akan ada empat pertemuan lain yang bakal diselenggarakan, lapor Esports Insider. Masa berlaku anggota Player Council adalah dua tahun. Selama menjadi anggota Player Council, diharapkan para pemain akan bisa mengerti akan standar dan ekspektasi yang harus merkea penuhi. Player Council dibuat dengan tujuan untuk membuat para pemain lebih paham akan sisi bisnis dari industri esports.

Organisasi Esports Brasil Dominasi Obrolan di Twitter

Lima dari 10 organisasi esports yang paling banyak dibicarakan di Twitter merupakan organisasi esports asal Brasil, menurut Head of Gaming Content Partnerships, Rishi Chadha. Posisi pertama diduduki oleh LOUD. Salah satu alasan mengapa tim itu menjadi bahan pembicaraan adalah karena mereka merekrut tim baru untuk berlaga di Liga Brasil League of Legends (CBOL). Sebelum ini, LOUD hanya punya tim Free Fire dan Fortnite. Sementara posisi kedua diisi oleh G2 Esports dari Eropa, diikuti oleh paiN Gaming dari Brasil dan FaZe Clan dari Amerika Serikat.

10 tim esports yang paling sering dibicarakan di Twitter.
10 tim esports yang paling sering dibicarakan di Twitter.

Memang, dari 10 organisasi esports di atas, FaZe Clan dan Team Liquid bukan organisasi yang berasal dari Brasil. Namun, keduanya punya tim di negara tersebut. Faktanya, Tim Free Fire dari Team Liquid di Brasil bahkan berhasil memenangkan Continental Series pada 2020, seperti yang disebutkan oleh The Esports Observer.

Diesel, Merek Parful dari L’Oréal, Lanjutkan Kerja Sama dengan Vodafone Giants

Diesel, merek parfum milik L’Oréal, mengumumkan bahwa mereka akan meneruskan kerja sama mereka dengan organisasi esports asal Spanyol, Vodafone Giants. Diesel dan Vodafone Giants telah bekerja sama sejak 2016. Hanya saja, nilai kerja sama antara keduanya tidak diumumkan, lapor The Esporst Observer. Melalui kerja sama ini, parfum Only The Brave dari Diesel akan dipromosikan oleh Vodafone Giants melalui jaringan media sosial mereka.

EA Sports Bakal Adakan FIFA Face-Off, Adu Selebritas dengan Pemain Pro FIFA

Electronic Arts mengumumkan, mereka akan mengadakan FIFA Face-Off, game show yang akan mengadu para influencers dan selebritas dengan pemain FIFA profesional. Game show yang terdiri dari dua episode ini akan disiarkan secara langsung pada 19 dan 26 Maret 2021. Beberapa selebritas yang ikut dalam acara ini antara lain Jason Sudeikis, Brendan Hunt, Trevor Noah, Becky G, dan Nicky Jam. Sementara itu, Edwin “Castro 1021” Castro akan menjadi host dari acara tersebut, menurut laporan Esports Insider.

EA bakal adakan FIFA Face-Off.
EA bakal adakan FIFA Face-Off.

GameSquare Esports Akuisisi Reciprocity

GameSquare Esports, perusahaan induk dari Code Red Esports, mengungkap bahwa mereka telah menyelesaikan proses akuisisi dari organisasi esports asal Kanada, Reciprocity. Untuk membeli keseluruhan saham yang dikeluarkan oleh Reciprocity, GameSquare mengeluarkan CA$14,44 juta (sekitar Rp166,6 miliar). Dengan akuisisi ini, Reciprocity akan menjadi bagian dari GameSquare. Reciprocity punya Gaming Community Network (GCN), media agency yang menjembatani para perusahaan sponsor dengan pelaku dunia esports.

PUBG Mobile vs Free Fire: Data & Fakta, Ekosistem Esports, Serta Masa Depan

PUBG Mobile dan Free Fire adalah dua game yang kerap diperdebatkan soal siapa yang lebih baik atau keren. Namun konotasi “baik” atau “keren” sebenarnya relatif dan subjektif. Maka dari itu mari kita mencoba lebih objektif dalam membandingkan dua game tersebut. Dalam artikel ini kita akan bicara data dan fakta, serta membahas bagaimana perkembangan ekosistem esports-nya, sampai memprediksi nasib masa depan yang mungkin terjadi bagi kedua game tersebut.

Tanpa berlama-lama lagi, mari kita mulai membahas dua game Battle Royale terpanas di mobile tersebut, dimulai dari kulit terluarnya.

 

Mengupas Kulit Luar PUBG Mobile dan Free Fire

Sebelum membahas ke aspek yang lebih “dewasa”, mari kita bahas kulit terluar dari dua game tersebut terlebih dahulu yaitu gameplay. Dua game tersebut sama-sama Battle Royale. Apa itu Battle Royale? Bagaimana cara bermainnya?

Battle Royale adalah genre yang cukup unik, bahkan bagi para gamers sekalipun. Ketika konsep permainan tersebut pertama kali diperkenalkan 2017 lalu, konsep ini segera menjadi tren baru yang diadaptasi ke dalam berbagai bentuk oleh berbagai developer. Dalam ranah mobile, dua yang paling besar dan gencar persaingannya adalah PUBG Mobile dan Free Fire.

Apa bedanya Battle Royale dengan genre game lain? Game kompetitif pada umumnya menggunakan konsep permainan tim vs tim beranggotakan 5 orang. Pertandingan bisa dilakukan dalam permainan MOBA (Mobile Legends contohnya) atau First-Person Shooter (Point Blank atau Counter-Strike). Battle Royale sedikit berbeda.

Mode kompetitif Battle Royale mempertandingkan 14 tim sekaligus. Masing-masing tim berisikan 4 pemain. Tujuan yang harus dicapai masing-masing tim adalah menjadi tim yang bertahan hidup paling terakhir. Cara bertahan hidup bisa bervariasi, bisa dengan bersembunyi, ataupun secara agresif mengalahkan tim lain. Dalam PUBG Mobile dan Free Fire, cara mengalahkan tim lain adalah menembaki musuh-musuhnya dengan menggunakan senjata.

Lalu apa yang jadi perbedaan utama antara PUBG Mobile dengan Free Fire? Perbedaan tersebut datang dari sisi cara memainkan game-nya (disebut juga mekanik permainan). Sebagai game tembak-tembakkan, kemampuan pemain untuk mengarahkan lalu menembakkan senapan ke arah musuh sangatlah diutamakan.

Dalam Free Fire, proses mengarahkan dan menembak musuh banyak dibantu oleh sistem game-nya sendiri. Beberapa contoh bantuannya sendiri adalah: bidikan (crosshair) senjata yang akan berubah warna saat mengarah tepat ke musuh dan bantuan untuk mengarahkan kembali bidikan ke arah musuh apabila melenceng terlalu jauh (disebut juga aim-assist). Hentakan senjata (disebut juga weapon recoil) juga sengaja dibuat lebih bisa diprediksi agar pemain bisa menembaki musuhnya dengan lebih mudah.

Lalu bagaimana dengan PUBG Mobile? Mekanisme menembak di PUBG Mobile cenderung lebih sulit. Mekanismenya jadi lebih sulit karena minimnya bantuan dari sistem game. Bantuan yang seperti apa? Warna bidikan di PUBG Mobile akan tetap sama ke manapun arahnya, walau tetap memberi timbal balik visual apabila tembakan Anda mengenai orang lain atau objek-objek yang bisa dihancurkan (kendaraan misalnya). PUBG Mobile sebenarnya juga punya aim-assist, tetapi bantuan dari sistem game untuk mengarahkan kembali bidikan yang melenceng tergolong minim. Selain itu, fitur aim-assist di dalam PUBG Mobile juga bisa dimatikan, tidak seperti di Free Fire yang bersifat permanen. Hentakan senjata di PUBG Mobile juga dibuat layaknya senjata di dunia nyata sehingga pemain cenderung lebih sulit untuk menembaki musuh.

Karena perbedaan mekanisme perrmainan tersebut, PUBG Mobile dan Free Fire cenderung menciptakan segmentasi yang berbeda. PUBG Mobile cenderung lebih digandrungi oleh pemain yang kompetitif, suka tantangan, dan cenderung lebih dewasa. Pada sisi lain, Free Fire lebih digandrungi oleh pemain tipe casual yang cenderung lebih muda, walau tetap bisa dinikmati secara kompetitif juga.

Di luar dari gameplay, PUBG Mobile dan Free Fire juga punya beberapa perbedaan aspek visual. Tema visual dan perlengkapan persenjataan di dalam PUBG Mobile cenderung lebih realistis dan militaristik. PUBG Mobile tetap menyajikan skin warna-warni, tapi persenjataan di PUBG Mobile tetaplah persenjataan yang lazim digunakan di dunia milier (seperti granat, flashbang, dan berbagai jenis senjata api yang memang ada di dunia nyata).

Free Fire punya tema visual yang lebih berwarna-warni dan dilengkapi dengan beberapa perlengkapan yang bersifat futuristik dan fantasi. Free Fire sebenarnya tetap memiliki senjata yang berasal di dunia nyata, tetapi beberapa persenjataan lain adalah sesuatu yang bersifat fantasi. Beberapa contohnya seperti: Gloo Wall yang memungkinkan pemain memunculkan tembok es untuk bertahan, karakter yang punya berbagai macam kemampuan, ataupun kendaraan-kendaraan yang terlihat futuristik.

Setelah membahas kulit luarnya, mari kita menyelam ke dalam pembahasan “dewasa” yang tadi saya janjikan, yaitu aspek ekosistem esports, perkembangan jumlah pemain, dan pemasukan dari kedua game tersebut.

 

Ekosistem Esports PUBG Mobile vs Free Fire

Skema ekosisstem esports PUBG Mobile sudah sempat kita bahas pada kesempatan sebelumnya. Lalu bagaimana dengan ekosistem esports Free Fire? Ada turnamen apa saja? Bagaimana skema dari sisi kompetitifnya? Free Fire punya empat kompetisi di Indonesia. Ada Free Fire Masters League dan Free Fire Indonesia Masters sebagai dua kompetisi kasta utama yang dibuat oleh pihak pertama yaitu Garena Indonesia selaku publisher game. Free Fire Masters League bisa dikatakan sebagai babak Regular Season dari satu musim kompetisi, sementara Free Fire Indonesia Masters adalah babak Playoff-nya.

Selain dua kompetisi utama tersebut, Garena Indonesia juga punya dua jenis kompetisi lain. Ada Free Fire The One yang menjadi wadah kompetisi bagi solo player dan Free Fire Royale Combat sebagai wadah kompetisi tim-tim amatir. Sistem kompetisi esports yang diadopsi oleh skena Free Fire sendiri sebenarnya bisa dibilang sebagai sistem campuran.

Garena Indonesia menerapkan sistem tertutup untuk Free Fire Masters League. Liga FFML tergolong sebagai sistem tertutup karena seleksi dilakukan secara terbatas. Selain itu, tim yang ingin ikut serta juga tidak bisa cuma modal jago saja. Christian Wihananto selaku Produser Free Fire dari Garena Indonesia sempat menjelaskan proses masuk ke dalam FFML pada konfrensi pers peluncuran FFML Season 1 yang dilakukan pada awal Januari 2020 lalu. Chris menjelaskan adanya seleksi administratif dan keharusan buy-in slot seharga Rp50 juta bagi tim yang ingin masuk ke dalam liga FFML.

Skema Esports Free Fire Masters League.
Skema Esports Free Fire Masters League.

Tetapi ada sedikit perbedaan antara sistem tertutup yang diterapkan di Free Fire Masters League dengan Franchise League yang diterapkan Mobile Legends: Bang-Bang pada liga MPL. Model franchise dalam liga MPL menetapkan 8 tim yang bertanding di dalamnya sebagai peserta tetap, tanpa adanya sistem promosi ataupun relegasi.

Sementara investasi ke dalam Free Fire Masters League hanya berlaku untuk satu musim saja. Seiring perkembangannya, Free Fire Masters League di musim ke-3 bahkan memperkenalkan FFML Divisi 2 dan menyertakan sistem promosi-relegasi. Karenanya peserta FFML Divisi 2 yang memiliki performa baik akan punya kesempatan untuk naik ke divisi 1 dan sebaliknya (Tim divisi 1 yang berperforma buruk akan turun ke divisi 2 pada musim berikutnya). Maka dari itu liga FFML sendiri memang tidak bisa dibilang sebagai franchise league murni.

Dalam wawancara yang saya lakukan, Christian Wihananto mengatakan bahwa dirinya lebih suka menyebut liga FFML sebagai buy-in model. Selain itu, skena esports Free Fire juga menyertakan sistem terbuka lewat kompetisi Free Fire Indonesia Masters (FFIM). Kompetisi FFIM mempertandingkan 12 tim terbaik se-Indonesia. 12 tim yang bertanding terdiri dari 6 tim yang datang dari Free Fire Masters League dan 6 tim sisanya dari babak Play-Ins.

 

Skema Esports Free Fire Indonesia Masters bagi peserta umum.
Skema Esports Free Fire Indonesia Masters bagi peserta umum.

Bagaimana dengan ekosistem bisnis esports Free Fire? Model bisnis ekosistem esports Free Fire sebenarnya bisa dikatakan masih mirip dengan PUBG Mobile ataupun Mobile Legends: Bang-Bang. Kemiripannya terlihat dari besarnya peran publisher (yaitu Garena Indonesia) di dalam bisnis esports Free Fire. FFML, FFIM, sampai turnamen-turnamen tingkat grassroot seperti FFRC dan FF The One, semuanya diselenggarakan oleh Garena Indonesia sendiri.

Namun demikian, salah satu perbedaan cukup terlihat ketika kita membicarakan turnamen tingkat pelajar/mahasiswa di dalam skena PUBG Mobile dan Free Fire. Dalam ekosistem PUBG Mobile, kompetisi tingkat pelajar/mahasiswa juga diselenggarakan oleh Tencent Games selaku publisher game tersebut di Indonesia. Turnamen tersebut adalah PUBG Mobile Campus Championship atau PMCC.

Sementara pada sisi lain, kebanyakan turnamen pelajar di ekosistem Free Fire diselenggarakan oleh pihak ketiga, bahkan beberapa di antaranya melibatkan badan pemerintah. Beberapa contohnya adalah seperti Dunia Games Campus League (2019) dan IEL University Series (2020).

Selain itu, segmentasi dua game tersebut sebenarnya juga cukup terlihat dari penyelenggaraan kompetisi tingkat pelajar/mahasiswa. Seperti yang sebelumnya saya sebut, PUBG Mobile cenderung menyasar anak kuliahan lewat penyelenggaraan turnamen seperti PMCC.

Sementara itu kompetisi Free Fire cenderung menyasar anak sekolah. Selain dua contoh yang saya sebut di atas, Free Fire juga punya turnamen-turnamen yang diikuti oleh anak sekolah. Beberapa contohnya seperti Piala Pelajar (khusus pelajar setingkat SMA) atau Piala Menpora Esports (terbuka untuk pelajar setingkat SMA dan mahasiswa). Sama seperti sebelumnya, dua turnamen tersebut juga diselenggarakan oleh pihak ketiga.

Sumber Gambar - Piala Menpora Esports Official Website.
Sumber Gambar – Piala Menpora Esports Official Website.

Kelanjutan soal segmentasi akan saya bahas pada sub-pembahasan berikutnya. Sekarang mari kita melihat presensi global kedua game tersebut dari segi esports.

Tahun 2020 lalu dua game tersebut sama-sama menyelenggarakan turnamen internasional secara online. PUBG Mobile menyelenggarakan PUBG Mobile World League pada bulan Juli hingga Agustus 2020 lalu, sementara Free Fire mengadakan FF Continental Series di bulan November.

Dua turnamen tersebut sama-sama membagi pesertanya berdasarkan regional agar memudahkan teknis penyelenggaraan turnamen internasional secara online. PMWL membagi turnamennya menjadi dua bagian: East Region (negara-negara Asia dan sekitarnya) dan West Region (negara-negara barat dan sekitarnya). FFCS membagi turnamennya menjadi tiga bagian: EMEA (Timur tengah dan sekitarnya), Americas (Amerika Latin dan sekitarnya), dan Asia (SEA dan sekitarnya).

Walaupun Free Fire punya lebih banyak region pertandingan, tetapi PUBG Mobile ternyata punya lebih banyak perwakilan negara. Mengutip dari data Liquidpedia, tercatat ada 31 negara yang terwakilkan melalui pemain-pemain yang tergabung dalam PWML: West Region dan 13 negara untuk PMWL East Region. Maka dari itu, total ada 44 negara negara terwakili di dalam gelaran PMWL.

Masih mengutip dari Liquidpedia jumlah negara yang terwakilkan di FFCS lebih sedikit. Tercatat ada 12 negara terwakilkan melalui pemain-pemain yang jadi peserta di FFCS: Americas, 13 negara di FFCS: EMEA, dan 7 negara di FFCS Asia. Maka dari itu total ada 32 negara terwakilkan di dalam gelaran FFCS.

Presensi global esports kedua game tersebut juga bisa kita lihat salah satunya melalui jumlah tayangan bahasa lokal yang disajikan kedua turnamen tersebut. Mengambil data menggunakan fitur pro dari Esports Charts, PMWL memiliki total 16 tayangan bahasa lokal (tidak termasuk bahasa Inggris) dengan 9 bahasa untuk PMWL East dan 7 bahasa untuk PMWL West.

Beralih ke Free Fire, FFCS memiliki total 10 tayangan bahasa lokal (tidak menyertakan bahasa Inggris) dari 3 region yang dipertandingkan tersebut. Dari total 10 tayangan bahasa lokal tersebut, pembagiannya adalah 2 bahasa untuk FFCS: EMEA, 6 bahasa untuk FFCS: Asia, dan 2 bahasa untuk FFCS: Americas.

Sumber: Esports Charts
Data viewership FFCS: Asia. Sumber: Esports Charts
Sumber: Esports Charts
Data viewership PMWL: East Region. Sumber: Esports Charts

Lalu bagaimana jika bicara dari viewership secara internasional? Untuk bagian ini saya kembali menggunakan data dari Esports Charts. Secara angka, Free Fire memang punya jumlah viewers yang lebih banyak ketimbang PUBG Mobile. Namun keduanya memiliki kesamaan yaitu sama-sama memiliki basis penggemar terbesar di Asia. Menurut catatan Esports Charts, PMWL: East berhasil mebukukan 1,1 juta lebih peak viewers sementara FFCS: Asia membukukan 2,5 juta lebih peak viewers. Data lebih lengkapnya bisa Anda lihat pada gambar yang saya sajikan di atas.

 

Data Jumlah Pemain dan Pemasukan PUBG Mobile vs Free Fire

Dua game tersebut sedari awal memang sudah membedakan segmentasinya. Hal itu dapat kita lihat buktinya melalui laman Google Play. Dari laman Google Play, kita bisa melihat PUBG Mobile memiliki rating 16+ sementara Free Fire memiliki rating 12+. Karenanya jadi tidak heran juga kenapa Free Fire menyajikan gameplay yang lebih sederhana yang dilengkapi dengan aspek visual yang warna-warni, futuristik, juga bersifat fantasi.

Walaupun punya dua segmentasi yang berbeda, kedua game tersebut menjalani persaingan yang ketat dari segi angka. Mari kita lihat dulu dari segi jumlah pemain. Mengutip dari Invenglobal yang merujuk ke Business of Apps, jumlah pengguna harian PUBG Mobile sempat mencapai angka 65 juta pemain (peak Daily Active Users) pada tahun 2020 lalu.

Sumber: Google Play
Free Fire dipatok dengan rating 12+. Sumber: Google Play
Sumber: Google Play
PUBG Mobile dipatok dengan rating 16+. Sumber: Google Play

Untuk Free Fire, SEA (perusahaan induk Garena) sempat mempublikasikan laporan keuangan perusahaan mereka pada bulan Agustus 2020 lalu. Dalam laporan tersebut dituliskan bahwa Free Fire sempat mencapai 100 juta pengguna harian (peak Daily Active Users). Masih mengutip dari laporan keuangan tersebut, dikatakan juga bahwa Free Fire berhasil masuk daftar Top Grossing di Amerika Latin dan Asia Tenggara. Free Fire juga masuk peringkat 3 most downloaded dalam kategori mobile games secara global.

Setelah membahas jumlah pemainnya, sekarang mari melanjutkan pembahasan dari segi pendapatan dari kedua game. Walaupun PUBG Mobile kalah jumlah pemain, tapi game yang dikembangkan oleh Lightspeed & Quantum tersebut ternyata lebih menguntungkan ketimbang Free Fire, mengutip dari data pemasukan terakhir kedua game tersebut.

Sumber Data - Sensor Tower.
Sumber Data – Sensor Tower.

Sensor Tower melaporkan pada bulan Desember 2020 lalu bahwa PUBG Mobile berhasil mencetak US$2,6 miliar. Catatan pendapatan tersebut merupakan gabungan dari game PUBG Mobile yang dirilis secara global dan pendapatan dari Peacekeeper Elite yang merupakan versi lokal Tiongkok atas game tersebut. Dengan total pendapatan tersebut, PUBG Mobile pun menjadi game dengan pendapatan tertinggi di atas Honor of Kings (AOV versi Tiongkok), Pokemon GO, dan 3 game casual lainnya (Coin Master, Roblox, dan Monster Strike).

Sementara itu, Free Fire sempat berhasil membukukan pendapatan sebesar US$2,13 miliar berdasarkan dari data yang dikeluarkan oleh SuperData. Karenanya Free Fire digolongkan sebagai game free-to-play paling menguntungkan di tahun 2020 bersama dengan Pokemon GO, Roblox, League of Legends, dan lain sebagainya.

Dari kedua data tersebut, kita bisa melihat bahwa Free Fire dan PUBG Mobile tergolong punya kesuksesannya masing-masing di ranah genre Battle Royale untuk mobile. Free Fire berhasil menggaet banyak pemain berkat gameplay yang lebih casual dan beragam skin serta kolaborasi yang dilakukan. Pada sisi lain, walaupun punya jumlah pemain yang lebih sedikit, pemain PUBG Mobile cenderung lebih mudah untuk dikonversi menjadi paid-user yang mungkin terjadi berkat segmentasi pemainnya yang lebih dewasa.

Dengan berbagai kesuksesan yang mereka dapatkan di tahun 2020 lalu, bagaimana iklim perkembangannya di masa depan? Mari kita berlanjut ke sub-topik berikutnya untuk mendiskusikan masa depan kedua game tersebut dari sisi esports ataupun daya tarik masyarakat.

 

Menatap Masa Depan Battle Royale dan Iklim Perkembangan PUBG Mobile vs Free Fire.

Dari sisi iklim perkembangannya, game PUBG Mobile sebenarnya bisa dikatakan kurang beruntung. Game PUBG Mobile sempat mengalami banyak kontroversi secara internasional ataupun lokal.

Secara internasional, PUBG Mobile kerap kali dianggap sebagai game yang memberikan “dampak negatif.” PUBG Mobile sempat diblokir di Pakistan gara-gara hal tersebut. Selain itu, PUBG Mobile juga diblokir di India walau karena perkara yang berbeda. Lalu dari tingkat lokal, PUBG Mobile juga dicap haram oleh Majelis Permusyawaratan Ulama Aceh sejak bulan Juni 2019 lalu.

Dalam kasus lokal, mengutip dari Kompas.com, PUBG Mobile diblokir karena dianggap menyebabkan kecanduan. Dalam kasus internasional, masalahnya juga sama. Mengutip India.com, dikatakan bahwa salah satu alasan Pakistan memblokir PUBG Mobile adalah karena masyarakat menganggap game tersebut bersifat adikfif dan berpotensi memberi dampak buruk terhadap kesehatan fisik dan psikis anak.

Pandangan negatif tersebut memang sering tercetus di masyarakat, terutama apabila membahas soal game online. Walaupun sering dicetuskan, namun pandangan negatif itu sebenarnya lemah argumentasinya. Pembahasan lebih panjangnya bisa Anda lihat pada artikel Hybrid.co.id yang satu ini.

Di luar dari itu, menurut opini saya pribadi, konten game yang cenderung realistis dan bersifat militaristik mungkin jadi alasan munculnya rasa paranoid atas PUBG Mobile. Apabila Anda memainkan PUBG Mobile tanpa skin, kosmetik, atau konten tambahan yang disajikan Lightspeed & Quantum, Anda bisa lihat sendiri bagaimana PUBG Mobile menyajikan dunia yang kelam, berisi peperangan, dan penuh kekerasan.

Gara-gara konten perang dan kekerasan tersebut, PUBG Mobile sendiri sebenarnya sempat diblokir di negara asal pengembangnya yaitu Tiongkok. Karena hal tersebut, PUBG Mobile pun kini berganti nama menjadi Peacekeeper Elite di Tiongkok dan meminimalisir konten kekerasan di dalamnya.

Tencent selaku publisher dan Lightspeed & Quantum selaku developer mungkin sadar bahwa salah satu alasan banyaknya kontroversi terhadap PUBG Mobile adalah karena konten peperangan yang disajikan. Maka dari itu, seiring perkembangannya, PUBG Mobile pun berusaha untuk memberi lebih banyak warna ke dalam game PUBG Mobile. Salah satu usaha untuk memberli lebih banyak warna ke dalam game adalah dengan menghiasi PUBG Mobile menggunakan berbagai skin bertema futuristik. Salah satu contohnya mungkin bisa Anda lihat dari konten Royale Pass Season 18 yang baru saja dirilis.

pubgm royale pass 18

Bagaimana dengan Free Fire? Walaupun sama-sama Battle Royale, Free Fire cenderung lebih minim kontroversi. Dari sisi konten, game Free Fire memang terlihat realistis pada awalnya. Namun seiring waktu, Free Fire juga terus berusaha mengembangkan kontennya ke arah game fantasi yang bersifat futuristik. Selain itu, Garena selaku publisher juga giat melakukan kolaborasi konten untuk semakin mengedepankan unsur fantasi ke dalam game tersebut.

Free Fire sempat berkolaborasi dengan serial Money Heist dari Netflix, pesepak bola Christiano Ronaldo untuk menghadirkan karakter Chronos, sampai anime Attack on Titan untuk menampilkan karakter Eren Jaeger ke dalam game. Free Fire sebenarnya juga sempat diblokir pemerintah India, namun pemblokiran tersebut lebih ke arah bentuk pemboikotan India terhadap produk-produk besutan Tiongkok yang terjadi karena masalah konflik perbatasan India-Tiongkok.

Sebagai pembahasan terakhir, hal yang menjadi pertanyaan mungkin adalah bagiamana nasib genre Battle Royale dan esports atas game tersebut ke depannya? Dari sisi esports, walaupun genre Battle Royale memang sempat mendapat kritik ketika saat dikompetisikan, namun perkembangan pesat Free Fire dan PUBG Mobile sebagai esports sebenarnya sudah jadi bentuk bukti minat pasar ke esports Battle Royale.

Namun demikian, seiring perkembangannya, baik PUBG Mobile ataupun Free Fire kerap kali melakukan perubahan format. Tetapi perubahan dan evolusi tersebut sebenarnya bisa dianggap positif mengingat posisi genre Battle Royale sebagai esports yang masih belia sehingga terus butuh perubahan untuk menemukan format terbaiknya.

Dalam kasus PUBG Mobile misalnya, saya sempat membuka diskusi membahas kemungkinan penggunaan mode First-Person Perspective untuk pertandingan esports-nya. Dari pembahasan tersebut, kita bisa melihat bahwa memang masih ada ruang untuk membuat esports genre Battle Royale jadi lebih baik lagi. Pembahasan tersebut masih baru satu aspek saja. Masih ada aspek lain yang sebenarnya juga bisa dipertanyakan seperti format turnamen yang tepat ataupun format pemberian poin yang adil baik untuk Free Fire ataupun PUBG Mobile.

Lalu bagaimana dengan genre Battle Royale sendiri? Apakah game dengan genre tersebut akan pudar popularitasnya di masa depan? Sebenarnya agak sulit untuk memprediksi hal tersebut.

Untuk menjawab perkara ini, sepertinya saya akan kembali mengutip pembahasan saya soal kausalitas antara game gratis dengan esportsDari pembahasan tersebut kita bisa menyadari bahwa memang kehadiran ekosistem esports bisa membuat sebuah game (atau genre game) jadi lebih panjang hajat hidupnya. Selama esports game Battle Royale masih ada, maka pemain baru untuk genre tersebut mungkin akan terus muncul, entah karena ingin menjadi pemain esports atau sekadar ingin menjajal gara-gara menonton pertandingannya.

Mengingat gameplay genre Battle Royale yang penuh aksi dan punya durasi yang pas, sepertinya dua game tersebut punya potensi untuk terus bertahan di dalam ekosistem esports sampai bertahun-tahun ke depan.

Berapakah Pendapatan Bersih Garena di 2020?

Sea Limited, induk perusahaan Garena yang juga terdaftar di New York Stock Exchange (NYSE), memberikan laporan keuangannya untuk kuartal terakhir dan sepanjang tahun 2020. Dalam laporan tersebut disebutkan bahwa Garena berhasil meraup pendapatan bersih sebesar Rp226 triliun (US$1,57 miliar) di kuartal terakhir 2020. Sedangkan selama 2020, Garena berhasil mendapatkan net revenue sebesar US$4,38 miliar.

Dalam kuartal terakhir, divisi entertainment dari Sea Limited membukukan pendapatan bersih sebesar US$693,4 juta, naik 71.6% di banding tahun sebelumnya. Peningkatan pendapatan tersebut diakibatkan karena bertambahnya QUA (Quarterly Active Users) dari Garena sebesar 72.1% jadi 610 juta dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Di sisi lainnya, jumlah pemain berbayar Garena juga bertumbuh sebesar 119.5% (year-over-year) menjadi 73,1 juta alias 12% dari total penggunanya.

Menurut Garena, Free Fire adalah game mobile yang paling banyak diunduh di 2020. Selain itu, Free Fire juga berhasil mempertahankan posisinya selama 6 kuartal berturut-turut sebagai Highest Grossing Mobile Games di Q4 dan juga sepanjang tahun 2020 untuk kawasan Amerika Selatan dan Asia Tenggara. Hal ini tidak mengherankan lagi mengingat strategi Garena untuk Free Fire memang cukup ampuh.

Meski pendapatan dari grup Sea meningkat 2 kali lipat, baik untuk Q4 dan 2020, perusahaan tersebut masih melaporkan kerugian bersih di dua periode tadi. Kerugian bersih mereka di Q4 mencapai US$524,6 juta dan US$1,6 miliar di sepanjang tahun 2020.

Dota 2 Singapore Major Diumumkan, Riot Games Hadirkan Wild Rift Icon Series

Pertandingan esports dari berbagai skena sudah dimulai pada pekan pertama bulan Februari 2021 ini. Selain rekap pertandingan dari berbagai skena esports, ada juga kabar perpindahan pemain di skena PUBG Mobile, serta beberapa pengumuman pertandingan besar. Berikut rekap berita esports di pekan kedua Februari 2021.

Valve Umumkan Dota 2 Singapore Major

https://twitter.com/pglesports/status/1357584770537050113

Setelah cukup lama dinanti, skena esports Dota 2 akhirnya mengumumkan pertandingan besar untuk bulan Maret 2021 nanti. Pertandingan tersebut adalah Dota 2 Singapore Major yang merupakan bagian dari Dota 2 Pro Circuit 2021. Pertandingan Singapore Major nantinya akan diselenggarakan oleh ONE Esports yang bekerja sama dengan PGL dan Singapore Tourism Board. Pertandingan dijadwalkan berjalan tanggal 27 Maret hingga 4 April 2021 mendatang dan mempertandingkan 18 tim terbaik dari masing-masing DPC Regional League yang sedang berjalan saat ini.

Riot Games Umumkan Wild Rift Icon Series

Lama ditunggu, Riot Games akhirnya memberi secercah cahaya terhadap kepastian esports Wild Rift di Asia Tenggara. Melalui rilis, Riot Games mengumumkan turnamen bertajuk Wild Rift Icon Series sebagai inisiatif esports perdana atas versi mobile dari game League of Legends tersebut. Wild Rift Icon Series merupakan sebuah rentetan pertandingan yang diadakan di setiap akhir pekan mulai dari Februari hingga Maret 2020 mendatang. Setiap pekan pertandingan menampilkan pertandingan lokal dari 7 negara Asia Pasifik yaitu Vietnam (26-28 Februari), Malaysia (6-7 Maret), Taiwan (11-14 Maret) dan Thailand (13-14 Maret), Indonesia ( 19-21 Maret) dan Filipina ( 20-21 Maret), serta Singapura (26-28 Maret) sebagai penutup. Mengutip blog resmi, tim bertanding adalah tim yang diundang langsung oleh Riot Games. Untuk sementara waktu, Alter Ego dan ONIC Esports adalah dua tim undangan pertama untuk Icon Series Indonesia.

BOOM Esports Resmi Gabung Liga LoL PCS

BOOM Esports sepertinya terlihat sangat serius ingin terjun ke dalam ekosistem esports Riot Games. Beberapa saat setelah mengumumkan divisi Wild Rift, muncul sebuah berita bahwa BOOM Esports resmi tergabung ke dalam liga League of Legend (PC) tingkat asia pasifik yaitu PCS. Akun resmi Pacific Championship Series mengatakan bahwa organisasi BOOM Esports akan mewakili Thailand pada PCS Spring Split 2021 nanti. Gary Ongko Putera selaku Founder dan CEO BOOM Esports juga kembali menegaskan lewat media sosial bahwa sang #HungryBeast tidak memainkan pemain Indonesia di liga PCS tersebut.

Omega Esports asal Filipina Jadi Juara Wild Rift Asia Brawl

Turnamen Wild Rift antar tim esports perdana Asia akhirnya rampung tanggal 7 Februari 2021 kemarin. Omega Esports yang berisikan pemain Filipina berhasil keluar sebagai juara setelah berhasil menang pertandingan dengan skor 4-2 dari seri pertandingan best-of-7. Mereka berhadapan dengan Nexplay Esports dan bertanding sengit pada babak Grand Finals. Bigetron Infinity sebagai satu-satunya wakil Indonesia yang lolos ke babak Playoff harus tumbang di lower bracket ronde ke-2 setelah terlibas 0-2 oleh Nexplay Esports. Victim Esports adalah wakil Indonesia lainnya dalam pertandingan tersebut. Sayangnya Victim Esports sudah pulang terlebih dahulu setelah gagal lolos dari babak grup.

Rekap DPC Regional League SEA Week 3

Pertandingan SEA Regional League dari Dota Pro Circuit 2021 telah memasuki pekan ketiga. Pekan ini BOOM Esports harus menjalankan dua pertandingan di Upper Division SEA Regional League. BOOM Esports berhasil menang 2-1 saat melawan Fnatic, walau sayangnya harus kalah 1-2 saat melawan T1. Sementara di Lower Division, HOYO (Jhocam dkk) dan Army Geniuses (MamangDaya dkk) sayangnya mendapat hasil yang kurang memuaskan. Sementara pada sisi lain ZeroTwo (InYourDream, Dreamocel dkk) yang juga bertanding di Lower Division berhasil mendapat hasil manis berupa kemenangan 2-0 melawan Yangon Galacticos dari Myanmar.

Rekap Match Day 7 & 8 Free Fire Master League Division 1

Pertandingan Free Fire Master League divisi 1 sudah memasuki match day ke-8 pada hari minggu 7 Januari 2021 kemarin. Pertandingan cukup didominasi oleh BOSS Nightmare berkat 3 kali Booyah yang mereka dapatkan dari total 6 ronde pertandingan pada match day ke-8. Mengikuti di belakangnya ada DG Esrorts yang mendapatkan 2 kali Booyah.  Sebelum pertandingan hari ke-8 ada pertandingan hari ke-7 yang mempertandingkan grup lainnya. Persaingan di match day ke-7 terbilang lebih sengit karena Booyah didapatkan oleh tim yang berbeda-beda kecuali First Raiders yang berhasil mendapat dua Booyah di ronde 1 dan ronde 5.

VALORANT Champions Tour Indonesia – Stage 01 Dimenangkan oleh BOOM Esports

VALORANT Champions Tour Indonesia – Stage 01 telah selesai digelar pada akhir pekan kemarin. BOOM Esports berhasil merebut tahtanya kembali setelah berhasil mengalahkan Alter Ego di babak Grand Final. Kemenangan yang didapat oleh BOOM Esports bukanlah kemenangan yang mudah karena Alter Ego memberi perlawanan yang keras di pertandingan tersebut. Setelah menang game pertama di map Bind, Alter Ego berhasil menang dua kali berturut-turut di map Split dan Haven. Untungnya BOOM Esports segera memberi balasan keras dengan berhasil menang dua kali berturut-turut di map Split pada game ke-4 dan 5 sehingga skor berujung menjadi 3-2 dari seri best of 5.

Kabar Bursa Transfer PUBG Mobile Pasca PMGC


Pasca PMGC 2020 selesa, skena esports PUBG Mobile pun kini memasuki masa off-season. Berbarengan dengan itu, transfer window pun dibuka sehingga kita dapat melihat perpindahan pemain dari tim satu ke tim lainnya. Pekan ini ada beberapa perpindahan menarik yang dapat kita lihat. Salah satu yang cukup besar adalah skuad Dranix Esports yang diboyong oleh tim Kong Esports. Tim yang berisikan Botz, Ucup, Noox, dan Licin, memang belum berhasil menjadi juara di turnamen besar, namun menunjukkan potensi yang cukup menjanjikan. Selain itu ada juga Jughead yang pindah ke 21esports, Bobbs yang pindah dari BOOM Esports ke Victom Esports, Henz yang pindah dari Louvre ke Dewa United, dan Uni yang kini bergabung ke Dewa United.

Sentinels Juarai VALORANT Champions Tour Amerika Utara

https://twitter.com/valesports_na/status/1358548814911578114

Berbarengan dengan VCT Indonesia, seri VALORANT Champions Tour juga berjalan di Amerika Utara pada akhir pekan lalu. Babak final VCT Amerika Utara mempertemukan Immortals dengan tim Sentinels. Walau harus merangkak dari Lower Bracket, Sinatra dan kawan-kawan ternyata berhasil keluar sebagai juara setelah memenangkan seri best of 5 dengan skor 3-1. Kemenangan dari Sentinels terbilang cukup mendominasi. Bahkan Sentinels sempat mendapat kemenangan 13-3 pada game pertanma dengan salah satu pemainnya membukukan 19 kill dengan 3 kali death saja. Kemenangan Sentinels mungkin menjadi kemenangan yang cukup mengagetkan, mengingat Immortals sebelumnya mendominasi kompetisi dengan 10 kali kemenangan beruntun sebelum menghadapi Sentinels di final.

PUBG Global Invitational.S 2021 Dimulai

https://twitter.com/PUBGEsports/status/1358737591730774016

Walaupun sempat mengalami beberapa polemik, namun esports PUBG (PC) masih tetap terselenggara hingga tahun 2021 ini. Tahun ini PUBG Corp. mencoba strategi baru dengan menghadirkan pertandingan internasional dalam format liga yang bertajuk PUBG Global Invitational.S 2021. Turnamen internasional tersebut diikuti oleh 32 tim yang berasal dari Eropa, Tiongkok, Asia Tenggara, Amerika Utara, Korea Selatan, Amerika Selatan, Jepang, dan Taiwan. Pekan lalu menjadi pekan pertandingan perdana untuk menentukan grup dari masing-masing tim. Nantinya pertandingan akan dilakukan secara rutin setiap pekan hingga 28 Maret 2021 mendatang.

Kompetisi Battle of Gods Tunjukkan Antusiasme Kawan-Kawan Difabel Terhadap Esports

Sumber Gambar - Dewa United Official
Sumber Gambar – Dewa United Official

Turnamen Battle of Gods sudah akan segera dimulai. Walaupun baru akan dimulai, namun sudah ada informasi menarik dari turnamen yang  diselenggarakan oleh Dewa United tersebut. Informasi tersebut adalah antusiasme dari teman-teman disabilitas yang sangat tinggi terhadap turanmen tersebut. David selaku CEO Dewa United bahkan mengakui bahwa teman-teman disabilitas sudah memenuhi 100 slot peserta turnamen PUBG Mobile yang dibuka. Puncak pertandingan Battle of Gods akan diselenggarakan tanggal 18 Februari 2021 mendatang. Turnamen tidak hanya terbuka untuk umum, tapi juga untuk teman-teman disabilitas.

Sumber Gambar Utama – Twitter @pglesports.

Info Turnamen dan Event Minggu Ini

OMEN Boot Camp Valorant Quest telah membuka pendaftaran untuk Anda yang ingin mengikuti rangkaian acara terkait game Valorant. Ada coaching clinic, battlequest atau individual challange. Acara ini juga berhadiah total cukup menarik yaitu 50 juta rupiah.

Info lengkap untuk acara ini bisa dilihat di tautan ini: https://www.menanggaming.com/event

Turnamen PES. Tertarik mengasah keahlian bermain PES atau Pro Evolution Soccer? Anda bisa mencari turnamen terdekat sesuai domisili lewat situs Turnamenpes.com.

HybridIDN Subscription. Berlangganan Hybrid hanya dengan 25k rupiah dan dapatkan artikel ekslusif dan berbobot khas Hybrid.co.id. Cek link ini. https://hybrid.co.id/subscription

10 Kesepakatan Bisnis Terbesar di Industri Esports Tanah Air Pada 2020

Esports adalah salah satu industri yang mendapatkan dampak positif selama pandemi. Viewership kompetisi esports naik karena banyak orang yang mengurung diri di rumah. Namun, pandemi juga membawa dampak negatif untuk esports. Faktanya, sejumlah pelaku esports terpaksa gulung tikar. Meskipun begitu, sepanjang 2020, tetap ada perjanjian bisnis menarik yang terjadi, mulai dari sponsorship sampai ekspansi tim esports.

Berikut 10 deal terbesar di industri esports lokal sepanjang 2020:

1. EVOS Kerja Sama dengan VISA

EVOS Esports mengumumkan kerja samanya dengan VISA pada Juli 2020. Chief of Business Operation EVOS, Hartman Harris mengungkap, kerja sama dengan VISA ini tidak berbeda dengan kerja sama mereka dengan perusahaan lain. Namun, dia mengaku bangga karena EVOS dipercaya oleh VISA. Memang, VISA sudah pernah menjalin kerja sama dengan pelaku esports lain sebelum ini, seperti FACEIT. Meskipun begitu, EVOS adalah organisasi esports pertama yang VISA ajak kerja sama di kawasan Asia Tenggara.

Kerja sama antara EVOS dan VISA berlangsung selama satu tahun. Selain menjadi sponsor, VISA juga akan membantu EVOS untuk mengembangkan program EVOS Membership mereka. Nantinya, fans EVOS yang menggunakan VISA akan mendapatkan promosi khusus.

2. EVOS Dapat Kucuran Dana US$12 Juta

Kerja sama dengan VISA bukan satu-satunya pencapaian EVOS Esports pada tahun ini di segi bisnis. Pada Oktober 2020, perusahaan induk EVOS, Attention Holdings Pte. Ltd. mengumumkan bahwa mereka berhasil mendapatkan pendanaan Seri B sebesar US$12 juta. Ronde pendanaan ini dipimpin oleh Korea Investment Partners. Seri pendanaan kali ini juga diikuti oleh IndoGen Capital dari Indonesia dan Insginia Ventures Partners, yang memimpin pendanaan Seri A untuk EVOS pada tahun lalu.

EVOS Esports saat memenangkan Free Fire Indonesia Masters 2020. | Sumber: ONE Esports
EVOS Esports saat memenangkan Free Fire Indonesia Masters 2020. | Sumber: ONE Esports

Selain memberi suntikan modal, Insignia menyebutkan bahwa mereka juga akan membantu Attention untuk mendapatkan rekan strategis agar mereka bisa mengembangkan bisnis mereka. Tak hanya itu, Insignia juga akan menggunakan pengetahuan mereka di bidang teknologi untuk membantu Attention mengembangkan produk mereka. Sementara itu, IndoGen mengungkap, mereka akan membantu EVOS melakukan ekspansi, khususnya di Jepang.

3. Xiaomi Bekerja Sama dengan Bigetron

Xiaomi mengumumkan kerja samanya dengan Bigetron pada Juni 2020 melalui media sosial. Kerja sama ini berlaku untuk semua tim Bigetron. Melalui kerja sama ini, tim PUBG Mobile Bigetron RA mempromosikan Redmi Note 9 Pro, yang diklaim sebagai smartphone untuk gamer. Sebelum ini, Bigetron juga pernah menjalin kerja sama dengan perusahaan teknologi ternama lain, seperti Razer. Sebagai organisasi esports, Bigetron paling dikenal berkat tim PUBG Mobile mereka, yang berhasil memenangkan kejuaraan tingkat Asia Tenggara dan bahkan dunia.

4. RevivalTV Adakan Kampanye Pejuang Esports

Kampanye Pejuang Esports adalah acara yang RevivalTV adakan setiap tahun sebagai bentuk apresiasi pada semua pihak yang ikut mengembangkan ekosistem esports di Tanah Air. Mengusung tema #INDOPRIDE, RevivalTV memberikan apresiasi pada 45 tokoh di dunia esports pada tahun ini. Selain itu, mereka juga memperkenalkan lini fashion dan aksesori hasil kolaborasi antara Nevertoolavish, Brodo, Gold Inc., dan Revival Goods.

5. Riot Percayakan Turnamen VALORANT Indonesia ke ONE Up

Riot Games merilis VALORANT pada Juni 2020. Empat bulan kemudian, pada Oktober 2020, Riot mengumumkan rencana mereka tentang pengembangan ekosistem esports VALORANT di Asia Tenggara. Ketika itu, mereka menunjuk tujuh perusahaan sebagai rekan. Salah satunya adalah One Up, yang akan bertanggung jawab untuk mengadakan turnamen serta kompetisi tingkat universitas dari VALORANT di Indonesia.

Turnamen First Strike. | Sumber: SPIN
Turnamen First Strike. | Sumber: SPIN

First Strike menjadi turnamen VALORANT resmi pertama yang diadakan di Indonesia. Digelar pada 2-6 Desember 2020, turnamen ini diikuti oleh 16 tim profesional. Empat tim ikut serta dalam turnamen ini melalui jalur undangan, seperti BOOM Esports, Alter Ego, Somnium Esports, dan Morph Team. Sementara 12 tim lainnya berhasil masuk ke babak playoff First Strike setelah memenangkan babak kualifikasi. Babak grand final mempertemukan NXL Ligagame dengan Alter Ego. Pada akhirnya, NXL Ligagame berhasil menaklukkan Alter Ego dan membawa pulang hadiah sebesar Rp60 juta.

6. Joe Taslim Jadi Karakter di Free Fire

16 Maret 2020, Garena merilis karakter Jota yang diangkat dari Joe Taslim — aktor laga asal Indonesia. “Melalui karakter Jota, kita berharap tidak hanya dapat menjadi lebih dekat dengan pemain Indonesia, tetapi juga dapat memperkenalkan Indonesia kepada pemain Free Fire di seluruh dunia,” ujar Christian Wihananto, Produser Garena Free Fire — dikutip dari Kompas.com.

Jota memang bukan tokoh pertama dari Indonesia yang muncul di game namun tokoh-tokoh sebelumnya merupakan karakter fiksi, seperti Gatot Kaca dan Kadita (Nyi Roro Kidul) di MLBB ataupun Wiro Sableng di AoV.

 

7. Raffi Ahmad Buat Tim Esports

Esports digadang-gadang sebagai industri yang tengah berkembang pesat. Di tengah pandemi, esports juga masih bisa bertahan, walau ada sebagian pemain yang tumbang. Jadi, tidak heran jika ada banyak pihak yang tertarik untuk masuk ke dunia esports, mulai dari atlet olahraga tradisional sampai selebritas. Di Indonesia, salah satu artis yang tertarik untuk terjun ke dunia esports adalah Raffi Ahmad.

Raffi membentuk organisasi esports yang dinamai Rans Esports. Divisi yang pertama kali diperkenalkan adalah Rans Glory, yang berlaga di PUBG Mobile. Mereka juga sudah menyiapkan nama untuk divisi lain, yaitu Rans Victory dan Rans Ultimate. Namun, pada Juli 2020 — ketika keberadaan Rans diumumkan — masih belum diketahui game apa yang akan dimainkan oleh kedua tim tersebut.

8. KONI dan PBESI Nyatakan Esports Sebagai Cabang Olahraga Berprestasi

Besarnya potensi industri esports juga menarik perhatian pemerintah. Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) dan Kementerian Pemuda dan Olahraga (KEMENPORA) menyatakan esports sebagai cabang olahraga berprestasi pada akhir Agustus 2020 lalu. Dengan ini, pemerintah, melalui Pengurus Besar Esports Indonesia (PBESI) akan mencari bibit unggul baik di tingkat provinsi maupun kota. Para pemain berbakat ini kemudian akan diadu di tingkat nasional.

Pelantikan PBESI. | Sumber: Esports ID
Pelantikan PBESI. | Sumber: Esports ID

Para atlet yang terpilih tersebut juga akan mendapatkan pembinaan dan pelatihan dari PBESI. Selain itu, PBESI juga akan mengadakan turnamen esports secara rutin. Mereka mengungkap, game yang akan diadu dalam turnamen bakal ditentukan berdasarkan keadaan. Tentunya, game yang akan diadu adalah game yang populer.

9. KONI Umumkan Lokapala Bakal Masuk PON XX Papua 2021

Peran pemerintah di dunia esports tak terbatas pada dinyatakannya esports sebagai olahraga berprestasi. Pada Desember 2020, Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) mengungkap, esports akan menjadi salah satu cabang olahraga eksibisi di PON XX Papua 2021. Salah satu game yang akan diadu dalam ajang olahraga itu adalah Lokapala, mobile game MOBA buatan Anantarupa Studios.

KONI memasukkan game lokal ke PON merupakan salah satu usaha pemerintah untuk mengembangkan ekosistem esports di Indonesia. Tak hanya itu, mereka juga ingin mendukung developer lokal agar tidak kalah bersaing dari developer asing.

10. Team Secret Masuk ke Indonesia

Last but not least, Team Secret mengumumkan keputusannya untuk masuk ke Indonesia. Mereka mengungkapkan rencana mereka ini melalui media sosial. Team Secret adalah organisasi esports asal Eropa yang dikenal berkat tim Dota 2 mereka. Pada awal 2019, mereka menjajaki pasar esports Asia Tenggara dengan membentuk tim PUBG Mobile di Malaysia. Pada Oktober 2020, mereka masuk ke Filipina. Beberapa bulan kemudian, mereka menyatakan rencana mereka membuat tim di Indonesia. Sayangnya, belum diketahui game yang akan dimainkan oleh Team Secret di Indonesia.

Daftar Turnamen Esports dengan Hadiah Terbesar Pada 2020

Di tengah pandemi virus corona sekalipun, turnamen esports masih bisa diselenggarakan, walau formatnya harus diubah menjadi online. Memang, hal itu berarti, para fans esports tidak bisa hadir langsung di arena pertandingan untuk menonton para jagoannya bertanding. Meskipun begitu, total hadiah dari kompetisi esports yang diadakan pada tahun ini tetap fantastis.

Berikut 10 kompetisi esports dengan total hadiah terbesar pada 2020.

1. Mobile Legends Professional League Season 6 – US$300 ribu (sekitar Rp4,2 miliar)

Gelar turnamen esports dengan hadiah terbesar pada 2020 seharusnya jatuh ke Free Fire Champions Cup, yang menawarkan total hadiah sebesar Rp8,18 miliar. Rencananya, FFCC akan digelar di Jakarta, meski kompetisi itu juga mengadu tim-tim dari luar Indonesia. Sayangnya, karena pandemi virus corona, turnamen esports itu akhirnya dibatalkan. Karena itu, kami memutuskan untuk tidak menyertakan turnamen tersebut dalam daftar ini.

Mobile Legends Professional League masih menjadi turnamen esports di Indonesia dengan hadiah terbesar pada 2020. MPL Season 6 menawarkan total hadiah sebesar US$300 ribu atau sekitar Rp4,2 miliar. Sama seperti musim-musim sebelumnya, Season 6 dimulai dengan group stage, yang diselenggarakan pada 14 Agustus sampai 4 Oktober 2020 dan diikuti oleh 8 tim yang membayar Rp1,5 miliar untuk bisa ikut dalam liga ini. Enam tim terbaik akan lolos ke babak playoff, yang diadakan pada 16-18 Oktober 2020.

RRQ berhasil memenangkan MPL 2 kali berturut-turut. | Sumber: Facebook
RRQ berhasil memenangkan MPL 2 kali berturut-turut. | Sumber: Facebook

Dalam MPL Season 6,  RRQ Hoshi keluar sebagai juara. Dengan ini, RRQ Hoshi berhasil menjadi tim pertama yang memenangkan MPL dua musim berturut-turut. Tak hanya itu, RRQ Hoshi juga menjadi tim dengan trofi MPL terbanyak. Mereka memenangkan MPL pada Season 2, Season 5, dan Season 6.

2. Mobile Legends Professional League Season 5 – Rp4 miliar

MPL Season 5 dimulai pada 7 Februari 2020. Jadi, pertandingan group stage dari kompetisi ini masih diadakan secara offline. Namun, babak playoff sudah diselenggarakan secara online karena pemerintah telah menetapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Sepanjang musim, Bigetron Alpha tampil mendominasi. Hanya saja, di babak playoff mereka terlempar ke lower bracket setelah kalah melawan EVOS Esports. Di lower bracket, Bigetron harus menghadapi ONIC Esports. Sayangnya, mereka harus bertekuk lutut di hadapan tim dengan ikon landak tersebut. Sementara itu, RRQ melanggeng ke babak grand final setelah mengalahkan EVOS di babak final upper bracket.

Di babak final lower bracket, EVOS harus bertanding melawan ONIC Esports. EVOS menang dari ONIC dan melaju babak grand final untuk kembali menghadapi RRQ. Pada akhirnya, RRQ berhasil mengalahkan EVOS dan membawa pulang trofi MPL Season 5.

3. PUBG Mobile Professional League Indonesia Season 1 – US$150 ribu (sekitar Rp2,1 miliar)

PUBG Mobile Professional League merupakan bagian dari restrukturisasi skena kompetitif PUBG Mobile oleh Tencent. Tujuannya adalah untuk mengembangkan ekosistem esports PUBG Mobile di kancah internasional.

PMPL Season 1. | Sumber: Skyegrid Media
PMPL Season 1. | Sumber: Skyegrid Media

PMPL diikuti oleh 24 tim yang terbagi ke dalam 3 grup. Masing-masing grup akan berisi 4 tim undangan dan 4 tim yang lolos babak kualifikasi. Fase liga dari PMPL diadakan pada 6-29 Maret 2020. Dari sini, akan terpilih 16 tim terbaik untuk bertanding di babak playoff, yang diselenggarakan pada 4-5 April 2020.

4. PUBG Mobile Professional League Indonesia Season 2 – US$150 ribu (sekitar Rp2,1 miliar)

Sama seperti MPL, PMPL juga diadakan dua kali dalam setahun. PMPL Season 2 dimulai pada Agustus 2020. Salah satu hal yang membedakan PMPL Season 2 dengan turnamen Season 1 adalah keberadaan turnamen khusus perempuan. Kompetisi itu menggunakan menggunakan sistem babak kualifikasi terbuka, walau jumlah tim yang mendaftar dibatasi menjadi 128 tim.

Pada hari pertama dari babak final PMPL Season 2, BOOM Esports tampil dengan baik dan berhasil mengamankan dua Chicken Dinner. Semangat ini mereka bawa sampai hari kedua. Namun, performa BOOM dapat disaingi oleh Aerowolf Limax, yang akhirnya keluar sebagai juara dari PMPL Season 2.

5. Dunia Games League – Rp1,6 miliar

Melihat besarnya potensi industri game dan esports, tidak heran jika Telkomsel membuat Dunia Games untuk menggarap dua sektor tersebut. Tahun lalu, mereka mengadakan Dunia Games League. Dianggap sukses, mereka kembali mengadakan DG League 2020, yang mempertandingkan PUBG Mobile.

DG League 2020 terbuka untuk semua orang, baik pemain amatir maupun profesional. Turnamen ini memiliki empat babak kualifikasi, yaitu kualifikasi amatir, kualifikasi kampus, kualifikasi pro, dan kualifikasi online. Dari babak kualifikasi pro, akan terpilih delapan tim. Sementara dari babak kualifikasi amatir, kampus dan online, akan terpilih empat tim dari masing-masing babak kualifikasi.

6. Indonesia Games Championship – Rp1,6 miliar

DG League 2020 bukan satu-satunya turnamen esports yang Telkomsel adakan. Selain DG League, perusahaan telekomunikasi itu juga ikut turut serta dalam penyelenggaraan Indonesia Games Championship. Untuk mengadakan IDC, Telkomsel melalui Dunia Games bekerja sama dengan Garena. Berbeda dengan MPL atau PMPL yang hanya mengadu satu game, IGC mempertandingkan empat game sekaligus, yaitu  League of Legends, Arena of Valor, Call of Duty: Mobile, dan Free Fire.

IGC mengadu empat game sekaligus. | Sumber: situs resmi
IGC mengadu empat game sekaligus. | Sumber: Dunia Games

7. Piala Presiden Esports – Rp1,5 miliar

Piala Presiden Esports merupakan hasil kolaborasi antara Kantor Staff Presiden (KSP), Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), Badan Ekonomi Kreatif (Bekraft), dan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo). Turnamen tersebut diadakan dengan tujuan untuk menunjukkan keseriusan pemerintah dalam mengembangkan ekosistem esports di Indonesia. Ada tiga game yang diadu dalam Piala Presiden Esports, yaitu Free Fire, Pro Evolution Soccer, dan Ultra Space Battle Brawl, yang merupakan game buatan developer lokal.

8. Free Fire Master League Season 2 – Rp1,2 miliar

Free Fire Masters League Season 2 diadakan pada 8 Agustus sampai 13 September 2020. Liga ini diikuti oleh 18 tim, yang terbagi ke dalam 3 grup. Pada akhir musim reguler, dua tim yang duduk di peringkat pertama dan kedua dari masing-masing grup langsung mendapatkan tiket ke babak grand final Free Fire Indonesia Masters Fall 2020. Sementara itu, 12 tim lainnya masih harus bertanding di babal playoff dari FFIM Fall 2020.

9. Free Fire Master League Season 1 – Rp1,2 miliar

Free Fire Master League Season 1 diselenggarakan pada 14 Januari-14 Februari 2020. Kompetisi esports itu diikuti oleh 24 tim. Dari 24 tim, 6 tim dengan peringkat teratas akan terpilih untuk masuk ke babak grand final dari Free Fire Indonesia Masters 2020 Spring. Garena menyebutkan, tujuan mereka mengadakan FFML S1 adalah untuk mencari pemain Free Fire berbakat yang bisa mewakili Indonesia di turnamen tingkat internasional.

10. Free Fire Indonesia Masters 2020 Fall – Rp800 juta 

Free Fire Indonesia Masters 2020 diadakan pada Oktober 2020. Diikuti oleh 12 tim esports, turnamen ini memperebutkan hadiah sebesar Rp800 juta. Dengan performa yang stabil, EVOS Esports berhasil keluar sebagai juara dan membawa pulang Rp350 juta. Tak hanya itu, mereka juga bisa langsung melaju ke babak final dari  Free Fire Continental Series 2020: Asia. Sementara itu, juara dua diduduki oleh RRQ Hades, yang mendapatkan hadiah Rp175 juta dan juara tiga dipegang oleh ONIC Olympus, yang membawa pulang Rp80 juta. Kedua tim esports ini juga bisa masuk ke babak Play-ins dari FFCS.

Jika dibandingkan dengan turnamen-turnamen esports dengan hadiah terbesar pada 2019, jumlah turnamen esports yang menawarkan hadiah lebih dari Rp1 miliar sepanjang tahun 2020 masih lebih banyak. Hal ini menjadi salah satu bukti bahwa industri esports bisa bertahan bahkan di tengah pandemi.

Sama seperti tahun lalu, semua turnamen dalam daftar ini mengadu mobile game, seperti Mobile Legends, PUBG Mobile, dan Free Fire. Mengingat Indonesia adalah negara mobile-first, hal ini tidak aneh. Tren lain yang menarik adalah sebagian besar turnamen esports dengan hadiah terbesar pada tahun ini diadakan oleh publisher game, baik Moonton, Tencent, maupun Garena. Jadi, tidak heran jika banyak kompetisi esports tahun ini yang hanya mengadu satu game.

Sumber header: One Esports

10 Turnamen Esports Terpopuler Sepanjang Tahun 2020

Tanpa terasa kita sudah mencapai bulan Desember saja di tahun 2020 ini. Tahun ini menjadi tahun yang “istimewa” bagi kita semua, tak terkecuali ekosistem esports. Pandemi yang menyerang secara global membuat berbagai aktivitas ekonomi melambat termasuk juga esports. Pandemi membuat banyak gelaran esports yang seharusnya digelar tatap muka jadi dibatalkan, ditunda, atau berubah format menjadi online.

Di penghujung tahun 2020 ini, mari kita sedikit melakukan kilas balik terhadap apa apa saja yang sudah terjadi di ekosistem esports sepanjang tahun ini. Kali ini, kita akan melakukan sedikit kilas balik terhadap turnamen dengan jumlah viewers terbanyak di sepanjang tahun 2020. Mengutip data dari Esports Charts, berikut daftarnya:

 

1. Copa America 2020 (Free Fire)

Sumber: Esports Charts
Sumber: Esports Charts

Daftar turnamen terpopuler ini kami buat berdasarkan berdasarkan dari bulan penyelenggaraan masing-masing event esports tersebut. Untuk bulan Januari 2020, ada Free Fire Copa America 2020. Merupakan puncak dari skena esports di Amerika dan Amerika Latin, Free Fire Copa America 2020 berhasil menjadi turnamen esports terpopuler di bulan Januari 2020 dengan catatan 896.905 peak viewers. Dengan total waktu siaran sebanyak 5 jam dari satu hari pertandingan pada 11 Januari 2020, turnamen ini berhasil mencatatkan 2.838.449 total watch hours.

 

2. LCK Spring 2020 (League of Legends)

Sumber: Esports Charts
Sumber: Esports Charts

LCK Spring 2020 terbilang jadi turnamen terpopuler dari bulan Februari hingga April 2020. Liga LoL Korea Selatan ini berhasil mencatatkan 1.074.931 peak viewers dengan 65.911.735 total watch hours dari total 282 jam durasi siaran liga. Secara angka, LCK Spring 2020 sebenarnya bersaing dengan MPL ID Season 5 2020. Namun demikian, saya memutuskan meletakkan LCK Spring 2020 sebagai turnamen terpopuler di bulan Februari hingga April karena MPD ID Season 6 yang terbilang lebih populer dibanding Season 5.

Pesona Faker dan tim T1 masih menjadi alasan utama orang-orang menonton liga tersebut. T1 sendiri memang masih menjadi tim kuat pada LCK Spring 2020 kemarin, walau akhirnya mereka harus puas mendapat gelar Runner-Up setelah kalah 3-0 oleh Gen.G di babak Grand Final.

 

3. Mid-Season Cup 2020 (League of Legends)

Sumber: Esports Charts
Sumber: Esports Charts

Liga yang rutin serta musim kompetisi yang terus bersambung terbilang jadi salah satu nilai jual dari skena kompetisi League of Legends. Setelah LCK Spring di bulan Februari hingga April, Mid Season Cup 2020 pun melanjutkan kesukesan esports League of Legends di bulan Mei 2020. Mid Season Cup mencatatkan 591.496 peak viewers dengan 7.960.159 total watch hours dari 27 jam durasi siaran pertandingan. Lagi-lagi pertandingan tim T1 menjadi daya tarik utama di dalam pertandingan ini.

Mid-Season Cup mempertandingkan dua kawasan liga Asia Timur yang saling berdekatan yaitu LPL Tiongkok dan LCK Korea Selatan. Dua kawasan liga tersebut terkenal memiliki rivalitas yang tinggi. Alhasil pertandingan antara T1 dari Korsel melawan Top Esports dari Tiongkok pun berhasil menjadi pertandingan paling populer kala itu.

 

4. MPL Invitational 4 Nation Cup (Mobile Legends: Bang-Bang)

Sumber: Esports Charts
Sumber: Esports Charts

Turnamen Mobile Legends: Bang-Bang mencuat di bulan Juni 2020. Pertandingan MPL Invitational 4 Nation Cup yang berhasil menjadi turnamen terpopuler pada bulan itu. MPL Invitational 4 Nation Cup lebih sukses dibanding dengan MPL Invitational kedua yang diselenggarakan oleh ONE Esports pada bulan November 2020 kemarin. MPL Invitational 4 Nation Cup berhasil mencatatkan 1.032.379 peak viewers dengan 16.520.312 total watch hours dari 57 jam total durasi siaran. Pertandingan “El Clasico” antara RRQ vs EVOS Legends terbilang masih menjadi daya tarik tertinggi dari skena MLBB di Asia Tenggara. Alhasil pertandingan tersebut mencuat menjadi pertandingan terpopuler dari keseluruhan turnamen, walaupun pertandingan tersebut bukanlah merupakan pertandingan puncak.

 

5. PUBG Mobile World League 2020 East

Sumber: Esports Charts
Sumber: Esports Charts

Berlanjut ke bulan Juli 2020, ada pertandingan PUBG Mobile World League 2020 East yang mencuat sebagai turnamen esports terpopuler. PMWL 2020 – East mencatatkan 1.153.865 peak viewers dengan 37.333.869 total watch hours dari 90 jam total durasi siaran yang disajikan. Turnamen ini menjadi momen dramatis tim Bigetron RA mendapatkan titel sebagai tim PUBG Mobile terbaik di tingkat Asia. Berkat hal tersebut juga, Indonesia berhasil menjadi salah satu negara dengan total konsumsi terbanyak pada bulan itu.

 

6. MPL ID Season 6 (Mobile Legends Bang-Bang)

Sumber: Esports Charts
Sumber: Esports Charts

Mobile Legends Professional League berjalan dua kali di setiap tahunnya. Untuk tahun ini, MPL ID Season 6 yang merupakan MPL ID kedua di tahun 2020 berhasil menjadi turnamen terpopuler terutama di bulan Agustus sampai September 2020. MPL ID Season 6 lebih sukses dibandingkan dengan musim ke-5nya. MPL ID Season 6 berhasil mencatatkan 1.384.047 peak viewers dengan 29.025.160 total watch hours dari total 178 durasi siaran. Liga MLBB Indonesia tersebut mungkin bisa dibilang menjadi salah satu yang paling sukses karena angka views yang dihasilkan sempat hampir menyaingi babak grup League of Legends Worlds 2020.

 

7. 2020 League of Legends World Championship

Sumber: Esports Charts
Sumber: Esports Charts

Pertandingan MPL ID Season 6 sendiri sebenarnya berjalan hingga bulan Oktober 2020. Namun demikian, di bulan Oktober ada League of Legends World Championship 2020 yang catatan jumlah penontonnya hampir tak terkalahkan. Worlds 2020 berhasil mencatatkan 3.882.252 peak viewers dengan 139.862.355 total watch hours dari total 126 jam durasi tayangan. Babak Grand Final yang mempertemukan Suning Gaming dengan Damwon Gaming menjadi pertandingan terpopuler berkat rivalitas LPL vs LCK dan pertandingan yang sangat sengit antar keduanya. Damwon Gaming akhirnya kembali menjadi juara dan mengambil alih gelarnya sebagai kawasan liga paling kuat di skena kompetitif LoL.

 

8. Free Fire Continental Series 2020 – Asia

Sumber: Esports Charts
Sumber: Esports Charts

Bulan November 2020 menjadi satu yang mengejutkan karena kemunculan FFCS 2020 Asia sebagai turnamen paling populer. Penonton tayangan esports Free Fire terbilang didominasi oleh penonton dari Amerika Latin sehingga kemunculan FFCS Asia sebagai turnamen terpopuler terbilang menjadi anomali kecil dari tren yang telah tercipta. Pemblokiran PUBG Mobile di India terbilang jadi salah satu penyebabnya. FFCS 2020 Asia berhasil mencatatkan 1.581.517 peak viewers dengan 4.914.206 total watch hours dari 8 jam durasi siaran turnamen.

 

9. BLAST Premier 2020 Fall Series – (CS:GO)

Sumber: Esports Charts
Sumber: Esports Charts

Bulan Desember 2020 masih belum berakhir. Namun setelah kurang lebih 3 pekan berjalan, BLAST Premier 2020 Fall Series pun terbilang jadi kompetisi esports terpopuler di bulan ini. ONE Esports MPL Invitational sebenarnya lebih populer jika dibandingkan dengan turnamen ini. Namun demikian, saya merasa turnamen ini patut masuk ke dalam daftar mengingat posisi CS:GO sebagai salah satu game esports tertua dan MPL Invitational pertama yang telah masuk daftar di bulan sebelumnya. Turnamen yang baru usai tanggal 13 Desmeber 2020 kemarin ini berhasil mencatatkan 416.957 peak viewers dengan 9.722.261 total watch hours dari 53 jam durasi siaran. Pertandingan Grand Final antara Astralis melawan Vitality justru kalah populer jika dibandingkan pertandingan antara Navi melawan Vitality yang terjadi pada hari ke-3. Hal tersebut terbilang cukup janggal, karena pertandingan babak final yang sebenarnya lebih sengit dibanding dengan pertandingan tersebut.

 

10. Honorable Mention – Twitch Rivals VALORANT

Sumber: Esports Charts
Sumber: Esports Charts

Secara angka jumlah penonton, Twitch Rivals VALORANT sebenarnya masih kalah jika dibandingkan dengan turnamen-turnamen lain yang ada di daftar ini. Namun demikian, saya merasa pertandingan Twitch Rivals VALORANT menjadi salah satu yang patut masuk dalam daftar. Salah satu alasannya adalah karena game VALORANT dan skena esport-nya sendiri yang terbilang masih amat sangat baru, namun sudah berhasil mencatatkan jumlah penonton yang cukup bersaing dengan turnamen-turnamen dari game lain yang usianya lebih tua.

Apalagi juga mengingat turnamen tersebut adalah salah satu sajian tayangan kompetisi besar pertama dari VALORANT yang terjadi bahkan sebelum gamenya rilis secara umum di bulan Juni 2020 lalu. Turnamen yang diselenggarakan bulan April 2020 ini berhasil mencatatkan 692.277 peak viewers dengan 6.232.616 total watch hours dari 16 jam total durasi siaran pertandingan.

*Disclosure: Esports Charts adalah partner dari Hybrid.co.id

Daftar Tayangan Esports Terpopuler Bulan November 2020

Tak terasa kita sudah berada di penghujung tahun 2020. Situasi pandemi yang terjadi sedikit banyak memberi pengaruh kepada ekosistem esports walau memang situasi pandemi tidak sepenuhnya menyurutkan geliatnya. Salah satu keuntungannya adalah karena esports yang berdiri di atas ekosistem digital. Ketika pandemi menyerang, turnamen online menjadi alternatif walau tentu dengan berbagai tantangan dalam penyelenggaraanya.

Lalu apa kabar performa tayangan turnamen esports ketika semua format pertandingan diubah menjadi online? Esports Charts baru saja merilis laporan tayangan esports terpopuler bulan November 2020. Satu sorotan paling menarik dari laporan tersebut adalah dominasi mobile games di dalam daftar. Dominasi tersebut terjadi karena 5 game dengan jumlah peak viewers paling tinggi di bulan November berasal dari tayangan esports game mobile.

Daftar tayangan esports terpopuler bulan November 2020 - Sumber: Esports Charts
Daftar tayangan esports terpopuler bulan November 2020 – Sumber: Esports Charts

Tiga mobile games yang jadi primadona adalah Free Fire, PUBG Mobile dan Mobile Legends: Bang Bang. Game Free Fire mengisi tiga besar tayangan esports terpopuler. Free Fire Continental Series 2020 Asia (FFCS Asia) memuncaki daftar dengan catatan 1.581.517 peak viewers. Setelah itu diikuti oleh FFCS Americas dengan 1.297.650 peak viewers di peringkat kedua dan FF League 2020 Clausura dengan 1.257.078 peak viewers di peringkat ketiga.

PUBG Mobile dan Mobile Legends mengisi peringkat ke-4 dan 5. Untuk PUBG Mobile ada tayangan PMGC Season 0 dengan 564.213 peak viewers. Untuk MLBB ada tayangan pertandingan EVOS Legends vs Alter Ego pada turnamen ONE Esports MPL Invitational dengan 514.439 peak viewers.

Jika kita runut ke belakang, bisa dibilang bahwa momen ini adalah kali pertama turnamen Free Fire di Asia bisa memuncaki daftar. Sebelum-sebelumnya Free Fire selalu jadi primadona di Amerika Latin sehingga jumlah penontonnya jarang bisa dikalahkan oleh tayangan esports Free Fire tingkat Asia ataupun lokal Indonesia sendiri. Salah satu penyebab kejadian ini mungkin bisa dikatakan karena pemblokiran PUBG Mobile di India pada bulan September 2020.

Penjabaran jumlah penoton FFCS Asia berdasarkan bahasa. Sumber: Esports Charts
Penjabaran jumlah penoton FFCS Asia berdasarkan bahasa – Sumber: Esports Charts

Memang tayangan berbahasa India FFCS Asia 2020 adalah yang paling banyak ditonton. Tayangan berbahasa India mencatatkan total 642.759 peak viewers. Sementara itu tayangan berhasa Indonesia mencatatkan 422.822 peak viewers ada di peringkat 2 dan tayangan bahasa Thailand dengan total 302.333 peak viewers ada di peringkat 3. Melihat dari data tersebut dan mengingat banyaknya pemain genre Battle Royale di India, bisa jadi pemblokiran PUBG Mobile menyebabkan banyak pemain jadi main dan menonton esports Free Fire karena game tersebut tidak kena blokir.

Dampak pemblokiran tersebut juga bisa kita lihat sendiri dari catatan peak viewers tayangan PMGC 2020: Season Zero. Tanpa kehadiran tim asal India, jumlah penonton tayangan esports PUBG Mobile mengalami penurunan sekitar 50% dibandingkan dengan tayangan PMWL: East Region pada bulan Agustus 2020 lalu. Pertandingan pembukaan PMGC 2020 hanya berhasil mencatatkan 500 ribuan peak viewers sementara pertandingan penutup PMWL 2020 berhasil mencatatkan 1 juta lebih peak viewers.

Bukti atas hal tersebut bisa kita lihat sendiri dari pembagian jumlah penonton berdasarkan bahasa tayangan. Pada pembagian peak viewers berdasarkan bahasa, kita bisa melihat bagaimana Indonesia mendominasi angkanya dengan jumlah 308.416 peak viewers. Tayangan bahasa Malaysia dengan 100.140 peak viewers berada di peringkat 2 sementara tayangan bahasa Inggris dengan 81.253 berada di peringkat 3.

Penjabaran jumlah penoton PMGC 2020 berdasarkan bahasa. Sumber: Esports Charts
Penjabaran jumlah penoton PMGC 2020 berdasarkan bahasa – Sumber: Esports Charts

Tanpa kehadiran tim asal India, tayangan berbahasa India mengalami penurunan yang amat drastis. Sebelumnya jumlah peak viewers tayangan esports PUBG Mobile bahasa India bersaing dengan tayangan bahasa Indonesia. Kini, tayangan bahasa India hanya mencatatkan 58.254 peak viewers di peringkat 5.

Hal lain yang juga perlu disoroti adalah tayangan esports MLBB yang mengalami penurunan jumlah penonton cukup drastis. Berkaca pada daftar bulan Oktober 2020 lalu kita melihat pertandingan MPL ID Season 6 berhasil mencatatkan 2.849.970 peak viewers. Sementara itu pada sisi lain pertandingan MPL Invitational kemarin hanya mencatatkan lima ratus ribu lebih peak viewers saja.

Jika melihat data tersebut, maka popularitas tayangan esports MLBB yang terpusat pada penonton Indonesia jadi tak tertampikkan lagi. Padahal skala pertandingan MPL Invitational jauh lebih luas dibandingkan dengan MPL Indonesia. MPL Invitational mempertandingkan 20 tim asal 5 negara empat regional liga MPL: Indonesia, Malaysia/Singapura, Myanmar, dan Filipina. Selain itu pertandingan MPL Invitational juga menyajikan sedikit perbedaan format dengan memisah empat regional MPL di bracket yang berbeda.

Penjabaran jumlah penoton MPL Invitational berdasarkan bahasa. Sumber: Esports Charts
Penjabaran jumlah penoton MPL Invitational berdasarkan bahasa – Sumber: Esports Charts

Dari apa yang saya amati, perubahan format tersebut dilakukan untuk mencapai dua hal. Pertama, memberikan semua regional MPL kesempatan berkompetisi yang sama. Kedua, sebagai usaha memecah penonton tayangan esports MLBB agar tidak terlalu fokus di Indonesia.

Pada akhirnya, perubahan format tersebut ternyata tidak berhasil mencapai apapun. Penonton tayangan esports MPL Invitational tetap terpusat pada tayangan berbahasa Indonesia dan pertandingan tim Indonesia. Kekalahan Bren Esports asal Filipina terhadap Alter Ego dengan skor 3-0 sedikit banyak juga membuktikan bahwa tim MPL luar Indonesia masih kalah kelas.

Dari daftar ini, kita juga dapat melihat bagaimana Free Fire berhasil mencuat naik di tengah kemelut yang terjadi pada skena esports game mobile lain yaitu MLBB dan PUBG Mobile. Pada sisi lain, dominasi game mobile sendiri terjadi karena memang banyak esports game PC yang sedang dalam fase rehat di akhir tahun ini.

Seperti kita lihat sendiri, skena League of Legends baru saja rampung pasca kemenangan Damwon Gaming di gelaran Worlds 2020 bulan Oktober 2020 lalu. Esports CS:GO memang masih berjalan, namun format ekosistem terbuka yang diterapkan membuat para penikmatnya kadang jadi terpecah-pecah ke beberapa turnamen sekaligus. Skena Dota 2 juga sedang mengalami beberapa masalah dan terbilang kesulitan mengumpulkan para penggemarnya tanpa helatan terakbar, The International.

Melihat keadaan ini, game mobile sepertinya akan semakin mendominasi ekosistem esports lagi di tahun 2021 mendatang. Apalagi ditambah juga dengan kehadiran game seperti Wild Rift. Bukan tidak mungkin popularitas esports Wild Rift akan menyalip League of Legends apabila Riot Games memulai memupuk skena kompetitifnya di tahun 2021 mendatang.

Disclosure: Esports Charts adalah partner dari Hybrid.co.id

Cristiano Ronaldo Jadi Karakter di Free Fire, Microsoft Akuisisi Smash.gg

Dalam satu minggu terakhir, ada beberapa kabar menarik di dunia game dan esports. Misalnya, Microsoft yang memutuskan untuk membeli platform turnamen esports, Smash.gg atau keputusan Cristiano Ronaldo untuk bekerja sama dengan Garena sebagai Global Brand Ambassador dari Free Fire.

CR7 Jadi Global Brand Ambassador Free Fire

Cristiano Ronaldo menjadi Global Brand Ambassador dari Free Fire, game buatan Garena. Sebagai bagian dari kerja sama ini, Garena akan membuat karakter baru yang didasarkan pada Ronaldo, bernama Chrono. Karakter itu berasal dari universe baru dengan tema metropolis futuristik. Walau dunia itu penuh dengan teknologi canggih, tatanan masyarakat di sana kacau balau. Chrono hadir sebagai seorang pahlawan dan juga inspirasi bagi masyarakat untuk tetap hidup.

Microsoft Akuisisi Smash.gg

Microsoft mengakuisisi platform turnamen esports, Smash.gg minggu lalu. Sayangnya, tidak diketahui berapa nilai akuisisi tersebut. Smash.gg didirikan pada lima tahun lalu. Pada awalnya, platform tersebut fokus pada turnamen esports dari Smash Bros. Namun, sekarang, mereka juga bisa digunakan untuk mengadakan turnamen esports dari game-game lain.

Melalui Twitter, Smash.gg menjelaskan, saat ini, mereka akan beroperasi seperti biasa. Ke depan, mereka berharap akan bisa menggunakan sumber daya dari tim Microsoft Content Services untuk mengembangkan platform turnamen esports mereka, lapor Reuters.

Dalam 2 Bulan, Pemasukan Genshin Impact dari Pemain Mobile Hampir Capai US$400 Juta

Berdasarkan data dari perusahaan analitik mobile, Sensor Tower, dalam waktu dua bulan sejak peluncuran, Genshin Impact telah mendapatkan pemasukan sekitar US$393 juta dari para pemain mobile. Hal itu berarti, sejak diluncurkan pada 28 September 2020, game buatan MiHoYo ini menghasilkan US$6 juta per hari, menurut laporan GamesIndustry.

Pemasukan Genshin Impact dari mobile hampir mencapai US$400 juta dalam 2 bulan. | Sumber One Esports
Pemasukan Genshin Impact dari mobile hampir mencapai US$400 juta dalam 2 bulan. | Sumber One Esports

Berdasarkan data Sensor Tower, satu-satunya game yang memiliki pemasukan lebih besar dari Genshin Impact pada awal peluncurannya adalah Honor of Kings dari Tencent, yang mendapatkan US$467 juta. Namun, Sensor Data juga menyebutkan, pemasukan Genshin Impact pada bulan kedua lebih kecil daripada pemasukan mereka pada bulan pertama, yang mencapai US$245 juta.

Sepanjang 2020, Pemasukan Franchise Call of Duty Tembus US$3 Miliar

Setelah peluncuran Call of Duty: Black Ops Cold War, Activision mengungkap bahwa total net bookings dari franchise Call of Duty telah menembus US$3 miliar dalam 12 bulan belakangan. Menurut Activision, net bookings merupakan total penjualan secara fisik dan digital, termasuk biaya lisensi, merchandise, dan insenstif untuk publisher game dalam periode tertentu.

Pada 2020, nilai net bookings dari franchise Call of Duty naik 80% dari tahun lalu. Sementara jumlah unit game yang terjual naik 40%. Activision menyebutkan, ada 200 juta orang yang memainkan game Call of Duty pada tahun ini, menurut laporan IGN.

Dua Eksekutif BioWare Keluar, Pengembangan Mass Effect dan Dragon Age Tetap Berjalan

Dua eksekutif BioWare, Casey Hudson dan Mark Darrah memutuskan untuk keluar dari studio game tersebut. Di BioWare, Hudson menjabat sebagai General Manager, sementara Darrah adalah Executive Producer untuk Dragon Age.

BioWare akan tetap mengembangkan Dragon Age 4.
BioWare akan tetap mengembangkan Dragon Age 4.

Namun, BioWare dan publisher Electronic Arts meyakinkan para fans bahwa keputusan Hudson dan Darrah untuk mengundurkan diri tidak akan mengganggu proses pengembangan game-game baru BioWare, seperti Mass Effect: Legendary Edition, Dragon Age 4, dan Anthem Next, menurut laporan VentureBeat.