iPrice Group Receives Investment from LINE’s Parent Company

iPrice Group, a product price comparison platform, receives fresh funding from Naver Corp, LINE messenger’s parent company with undisclosed value. The investment is said to come three months after LINE’s investment arm, LINE Ventures , led the Series B Funding for iPrice.

David Chmelar, iPrice Group‘s CEO and Co-Founder, said that Naver has strategic value for the company. It’s not only operating South Korea’s most popular search engine but also capable of developing an impressive shopping and price comparison engine in the domestic market.

“Given the rich experiment and strategic value of Naver, we can’t miss the opportunity to welcome them as our investor. We’re honored to gain trust from a company as iconic as Naver on iPrice’s journey in becoming a major portal for online shopping in Southeast Asia,” Chmelar said.

Peter Na, Naver Corp representative, added, “The extraordinary achievement of iPrice during the last round [funding] is a proof of their solid team impressive performance and explosive growth in SEA e-commerce market.”

iPrice commitment to Indonesia

Matteo Sutto, iPrice’s CMO, told DailySocial separately that the latest funding to be used for Indonesian market development. It’s the same as it was three months ago.

“On the same occasion, we continue with technology development to improve user experience, especially in our two main verticals, fashion and electronics,” he said.

Regarding opportunity for collaboration between iPrice and Naver in the future, Sutto has no further comment.

Indonesia, he continued, has become iPrice’s biggest market in Southeast Asia. Of the total traffic in seven countries, 25% traffic comes from Indonesia. In an effort to increase business penetration, the company will completely focus on providing the best product experience for users.

It’s either from the more complete and comprehensive product catalog, more accurate price comparison information, a fast and convenient user interface, and others. Certainly, by providing high-quality traffic performance for many e-commerce partnered with iPrice.

“This strategy is the key to your success and monetization skill for the recent years compared to our competitors,” he concluded.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

KoinWorks Nabbed 230 Billion Rupiah Series A Funding

P2p lending startup KoinWorks receives the Series A funding of IDR 230 billion led by Mandiri Capital Indonesia (MCI). It was also supported by Gunung Sewu and Convergence Venture.

Aside from the equity distribution and additional bonds, this also started the strategic partnership between KoinWorks and Mandiri Group. It’s focused on developing safe and relevant financial facilities for Indonesia’s digital SME market.

Mandiri Group will participate in supervising the development of safe and affordable financial products in KoinWorks. KoinWorks is hoping to strengthen its position as the market leader in p2p lending for SME.

Since officially registered in OJK by 2016, KoinWorks has been supporting digital SMEs development in five main verticals: fashion, electronics, cosmetics, gadget, and food & beverage industries. According to the data, most of the SMEs registered in KoinWorks are under five years operation.

“Most of the SMEs in Indonesia have gone digital, retails are getting decreased. The market potential becomes KoinWorks’ focus. This business goes along with our spirit in improving Indonesia’s financial inclusion,” Benedicto Haryono, KoinWorks’ Co-Founder and CEO, added.

In addition, he also revealed that this funding will be focused on developing technological innovations in each of KoinWorks financial product.

“With the presence of data showing positive prospect from digital SME market, it’s important for them to gain access to an easy and safe financial service. P2p lending concept is very suitable as a leading financial service for their business development,” Eddi Danusaputro, Mandiri Capital Indonesia’s CEO, said.

In terms of funding, Koinworks claims to have controlled most of the p2p retail investor market in Indonesia. Lenders in KoinWorks have access to the filtered investment products, complete with a transparent risk level, loan tenor, and investment interest. All features are there and lenders in Koinworks are expected to be able to make an investment based on data analysis.

“We believe that technology is the key differentiator. Our focus is on technology development and user satisfaction. Along with the increasing number of smartphone users and a combination of affordable investment, it’ll change the behavior. KoinWorks will change the way people invest digitally,” Willy Arifin, KoinWorks’ Co-Founder and Chairman, said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

KoinWorks Dapatkan Pendanaan Seri A Senilai 230 Miliar Rupiah

Startup p2p lending KoinWorks hari ini (22/8) mengumumkan perolehan pendanaan seri A senilai Rp230 miliar yang dipimpin oleh Mandiri Capital Indonesia (MCI). Pendanaan tersebut turut didukung oleh Gunung Sewu dan Convergence Venture.

Selain dalam bentuk pembagian ekuitas dan penambahan obligasi, prosesi ini turut memulai kerja sama strategis antara KoinWorks dengan Mandiri Group. Kerja sama difokuskan untuk mengembangkan sarana keuangan yang aman dan relevan bagi pasar UKM digital di Indonesia.

Nantinya Mandiri Group akan turut memberikan supervisi dalam pengembangan produk finansial yang terjangkau dan aman di KoinWorks. Sehingga diharapkan KoinWorks mampu menguatkan statusnya sebagai market leader dalam p2p lending di pasar UKM.

Semenjak resmi terdaftar di OJK pada tahun 2016, KoinWorks telah mendukung perkembangan UKM digital yang beroperasi di lima vertikal utama yaitu: industri fashion, elektronik, kosmetik, gadget dan food & beverage. Dari data yang ada terungkap, sebagian besar UKM digital yang terdaftar sebagai peminjam di KoinWorks berusia di bawah 5 tahun operasional.

“Sebagian besar UKM di Indonesia sudah go-digital, kehadiran toko fisik dari brand lokal pun mulai berkurang. Potensi pasar inilah yang menjadi fokus dari KoinWorks. Geliat bisnis ini selaras dengan semangat kami untuk meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia,” sambut Co-Founder & CEO KoinWorks, Benedicto Haryono.

Selain itu Benedicto juga mengungkapkan, pendanaan seri A ini akan difokuskan untuk mengembangkan inovasi teknologi di setiap produk finansial Koinworks.

“Dengan hadirnya data yang menunjukkan prospek positif dari pasar UKM digital, penting bagi mereka untuk mampu meraih akses terhadap jasa finansial yang aman dan mudah. Konsep p2p lending sangat cocok untuk menjadi jasa finansial unggulan bagi pengembangan bisnis mereka,” ujar CEO Mandiri Capital Indonesia, Eddi Danusaputro.

Dari segi pendana, hingga saat ini, KoinWorks mengklaim telah menguasai sebagian besar pasar investor ritel p2p di Indonesia. Pendana di KoinWorks memiliki akses terhadap produk investasi yang telah tersaring, lengkap dengan tingkat risiko yang transparan, tenor pinjaman dan bunga investasi. Seluruh fitur ini hadir dan diharapkan agar pendana di KoinWorks mampu melakukan investasi yang berlandaskan analisis data.

“Kami percaya bahwa teknologi merupakan the key differentiator. Fokus kami terletak di pengembangan teknologi serta kepuasan pengguna. Seiring dengan semakin banyaknya pengguna smartphone serta kombinasi investasi yang terjangkau, akan mengubah behaviour. KoinWorks akan mengubah cara orang berinvestasi secara digital,” ujar Co-Founder & Chairman KoinWorks, Willy Arifin.

iPrice Group Terima Investasi dari Induk Usaha LINE

iPrice Group, platform perbandingan harga produk, menerima pendanaan segar dari Naver Corp, induk usaha dari aplikasi messanging LINE dengan nilai yang tidak disebutkan. Disebutkan investasi ini datang berselang tiga bulan setelah cabang VC LINE, LINE Ventures, memimpin putaran pendanaan seri B iPrice.

CEO dan Co-Founder iPrice Group David Chmelar mengatakan, Naver memiliki nilai strategis bagi perusahaan, lantaran tidak hanya mengoperasikan mesin pencari terkemuka di Korea Selatan, tapi juga mampu membangun mesin belanja dan perbandingan harga yang mengagumkan di pasar domestiknya.

“Mengingat kekayaan pengalaman dengan nilai strategis yang dimiliki Naver, kami tidak mungkin melewatkan kesempatan ini untuk menyambut mereka sebagai investor kami. Kami merasa terhormat untuk menerima kepercayaan dari perusahaan seikonik Naver dalam perjalanan iPrice menjadi portal utama ke belanja daring di Asia Tenggara,” ucap Chmelar dalam keterangan resmi.

Perwakilan dari Naver Corp turut memberikan tanggapannya, diwakili oleh Peter Na. Na menuturkan, “Pencapaian luar biasa yang terus ditampilkan iPrice di sepanjang putaran pendanaan terakhir mereka [iPrice] adalah bukti kinerja mengesankan dari tim yang kuat dan pertumbuhan eksplosif di pasar e-commerce Asia Tenggara.”

Komitmen iPrice untuk Indonesia

Dihubungi secara terpisah oleh DailySocial, CMO iPrice Group Matteo Sutto menambahkan bahwa pendanaan terbarunya ini juga akan dipakai perusahaan untuk pengembangan pasar Indonesia. Sama halnya saat tiga bulan lalu.

“Di kesempatan yang sama, kami juga terus mengembangkan teknologi untuk meningkatkan pengalaman pengguna, terutama di dua vertikal utama kami, fesyen dan elektronik,” ucap Sutto.

Terkait potensi kolaborasi antara iPrice dengan Naver ke depannya, Matteo masih enggan berkomentar lebih lanjut.

Indonesia, sambungnya, menjadi pasar terbesar iPrice di Asia Tenggara. Dari total trafik di tujuh negara, 25% trafik berasal dari Indonesia. Untuk meningkatkan penetrasi bisnisnya tersebut, menurutnya perusahaan akan selalu fokus menyediakan pengalaman produk terbaik untuk para pengguna.

Baik itu dari katalog produk yang lebih lengkap dan komprehensif, informasi perbandingan harga yang lebih akurat, interface yang cepat dan nyaman bagi pengguna, dan sebagainya. Tentunya, menyediakan performa trafik yang berkualitas untuk e-commerce-e-commerce yang bermitra dengan iPrice.

“Strategi inilah yang menjadi kunci kesuksesan dan kemampuan monetisasi kamu beberapa tahun terakhir dibandingkan dengan kompetitor kami,” pungkas Sutto.

Kantongi Pendanaan Baru, Lemonilo Kembangkan Teknologi dan Tambah Varian Produk

Lemonilo, platform e-commerce yang fokus kepada makanan organik (alami) dan makanan-makanan sehat lainnya untuk mendukung pola hidup sehat, mengumumkan perolehan pendanaan baru dari Alpha JWC Ventures dan Unifam Capital.

Tidak disebutkan berapa nilai investasi yang diberikan, namun CEO dan Co-Founder Lemonilo Shinta Nurfauzia kepada DailySocial menyebutkan, dana segar tersebut akan digunakan untuk meningkatkan pengalaman pelanggan di platform dan menambah produk baru.

“Pendanaan ini sudah kami finalisasi sejak bulan Juli lalu. Selain mengembangkan teknologi platform di situs dan aplikasi nantinya, kami juga berniat untuk menambah produk CPG (Clinical Practice Guidelines),” kata Shinta.

Produk sehat terkurasi

Saat ini Lemonilo telah memiliki 10 produk CPG, di antaranya adalah mie goreng alami dan kaldu pelezat alami. Secara khusus Lemonilo menghadirkan produk terkurasi dari bahan-bahan yang sehat untuk pelanggan. Mengklaim sebagai layanan yang mempertemukan teknologi dengan perusahaan FMCG dan mengedepankan model bisnis M2C (manufacturer-to-consumers).

“Operasi kami terdiri dari melakukan kurasi, membuat dan mendistribusikan. Setelah di kurasi dan memastikan produk yang kami pilih bebas dari bahan yang dikategorikan tidak baik untuk kesehatan, kami kemudian menjualnya dalam marketplace yang terkurasi,” kata Shinta.

Lemonilo juga melakukan riset pasar dan data, proses tersebut dilakukan agar bisa lebih scalable terkait dengan produk yang bisa meningkatkan volume lebih tinggi lagi. Untuk memastikan produk memiliki kualitas yang terbaik, Lemonilo juga melakukan inkubasi kepada mitra untuk kemudian bisa menjadi bagian dari brand Lemonilo.

“Proses tersebut kita lakukan setelah melakukan penyaringan kepada mitra eksklusif yang memiliki potensi untuk menjalin kemitraan dengan Lemonilo dari ratusan produsen yang terdaftar,” kata Shinta.

Lemonilo diprakarsai tiga orang, yakni Shinta Nurfauzia, Johannes Ardiant, dan Ronald Wijaya. Mereka bertiga juga berperan dalam pengembangan layanan Konsula, salah satu layanan yang fokus pada sektor kesehatan.

Katadata Receives New Funding Led by East Ventures

Online media platform focusing on economic and business research, Katadata, announced the acquisition of fresh funding led by East Ventures. The previous investors, Emerging Media Opportunity Fund (EMOF) and Lin Che Wei were also involved in this round. The value is still undisclosed.

The fund will be used for product development and machine learning-based data management system. Metta Dharmasaputra, Katadata’s Co-founder & CEO, said the funding is part of their further step to develop business as a data-based media.

“With the support of the to-be-developed data system, it’s expected to result in an in-depth data-based news and analysis which capable to help business players, government, and other stakeholders. As planned, the new data-based product will be launched by the end of the year,” he said.

Founded in 2012, Katadata is known as a news portal that mostly provides infographic and video content. All packed in two brand sites, katadata.co.id and databoks.co.id.

“By combining traditional journalistic principles with technology-based distribution methods, we can achieve a better future. East ventures has high hopes that Katadata can be a role model for the long-form news media in Indonesia,” Willson Cuaca, East Ventures’ Managing Partner, said.

Moreover, Lin Che Wei, Katadata’s angel investor said that this third round is believed to accelerate the digitization process, artificial intelligence technology development, and big data.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Katadata Dapatkan Pendanaan Baru yang Dipimpin East Ventures

Katadata sebagai media siber yang berfokus di riset bidang ekonomi dan bisnis, hari ini (16/8) mengumumkan pendanaan yang dipimpin East Ventures. Investor sebelumnya, Emerging Media Opportunity Fund (EMOF) dan Lin Che Wei, turut terlibat kembali dalam pendanaan ini. Tidak disebutkan besaran pendanaan yang didapat.

Dana segar akan dimanfaatkan untuk pengembangan produk dan sistem pengelolaan data dengan teknologi machine learning. Menurut Co-founder & CEO Katadata Metta Dharmasaputra, pendanaan ini merupakan bagian dari langkah lanjutan pengembangan Katadata sebagai media berbasis data.

“Dengan dukungan sistem data yang akan dikembangkan tersebut, diharapkan akan dihasilkan berita dan analisis mendalam berbasis data yang mampu membantu para pelaku bisnis, pemerintah, dan pemangku kepentingan lainnya. Rencananya, produk baru berbasis data tersebut akan diluncurkan pada akhir tahun ini,” ujar Metta.

Sejak berdiri tahun 2012, Katadata dikenal sebagai portal berita yang acap kali menyajikan konten berupa infografik dan video. Dikemas dalam dua brand situsnya katadata.co.id dan databoks.co.id.

“Dengan menggabungkan prinsip-prinsip jurnalistik tradisional dengan metode distribusi berbasis teknologi, kita dapat mencapai masa depan yang lebih baik. East Ventures memiliki harapan besar agar Katadata menjadi teladan bagi media berita longform di Indonesia,” sambut Managing Partner East Ventures, Willson Cuaca.

Sementara itu Lin Che Wei, angel investor tahap awal Katadata, menyampaikan bahwa pendanaan ronde ketiga ini dipercaya akan mempercepat proses digitalisasi, pengembangan teknologi artificial intelligence, dan big data.

East Ventures and Vertex Ventures Lead Series A Funding for Cicil

Cicil, a fintech platform focused on student loan segment receives a Series A funding from a number of investors. They are East Ventures, Vertex Ventures, K3 Ventures, Ethos Partners and Accord Ventures. In total, Cicil has received more than $5 million (more than IDR 70 billion) in external funding.

East Ventures, which was involved in the previous series of funding, saw Cicil not only as a loan company but also a service capable of solving the most critical problem in Indonesia, said the development of human capacity by bridging the gap of education financial.

Cicil is not just another loan company. [Cicil’s Co-Founder] Leslie and Edward solved the most critical problem in Indonesia regarding human capacity development. Access to the real education can improve public’s living standard, but Indonesia’s education system is still high maintenance. Cicil fills the gap by providing funds for students to finance their study and buy their learning equipment, such as laptop and PC. It certainly can help students in developing along with the national movement to become the Energy of Asia,” Willson Cuaca, East Ventures’ Managing Partner, said.

It’s corroborated by Vertex Ventures’ Managing Partner Joo Hock Chua. He said that he’s excited to lead the funding for Cicil and could help them make expansion in Indonesia’s student market segment.

“Cicil has accomplished all important and ongoing mission in the education journey of students by helping them finance their needs, including laptop, travel cost, housing, and school fees. They have the right tools and opportunities to focus on producing a better learning experience. We also see great opportunities in Indonesia, it’s to help SEA students as well,” he explained.

Cicil has been focused on solutions for financial issues in Indonesia. It’s either for tuition or online purchases with monthly installment without a credit card.

Since founded in 2016, Cicil has grown and managed to reach 10 provinces and 29 cities in Indonesia, also served students over 100 universities. Using this fresh funding, Cicil plans to help more students.

“We see the financial access is a real problem for Indonesian students and we hope Cicil can help to solve the problem. We also expect to overcome similar problems not only in Indonesia but also throughout Southeast Asia. The fresh fund will enable us to accelerate expansion and serve more students,” Leslie Lim, Cicil‘s Co-Founder, said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

SweetEscape’s Plans After Receiving Seed Funding

SweetEscape, an on-demand photography service, is ready to execute some plans after receiving seed funding of US$1 million (approx. IDR 14 billion) led by East Ventures. Some other investors are Beenext, SkyStar Capital, and GDP Venture.

The money will be used for Asia’s market expansion. After the Philippines, SweetEscape might expand to Thailand and South Korea in the near future. The company is ready to hire a local team and work together with local brands to expand SweetEscape.

Local teams in each country are responsible to provide relevant recommendation and suggestion for its clients. They’re also expected to educate SweetEscape’s new markets about its features.

The funding was finalized last year, but being recently announced by SweetEscape. In fact, the announcement came after SweetEscape’s expansion to enter Philippines market.

David Soong, SweetEscape’s CEO, about this issue, said, “This announcement is a decision of SweetEscape’s internal team and other related investors. Moreover, we saw the Philippines and Asian market are growing and intriguing for more development.”

“Our goal is to become a global company. When it started, SweetEscape only had clients from Indonesia. As of now, 45% of our clients are overseas, mostly coming from Asia and the US. Basically, professional photographers are the global market’s need.”

Soong continued, other than expansion, SweetEscape will use the fund to develop new technology for its clients. The company is preparing for a system that can edit photos automatically in high resolution within less than 24 hours.

“As our goal to provide the best for clients, we’ll certainly keep developing in terms of technology.”

Emile Etienne, SweetEscapes’ Founder and COO, added, to maintain the good quality photo shooting and editing quickly is a challenge for the company. Therefore, the right technology is going to be a solution, not only for clients but also for photographers.

“Our team has built the easiest booking app for photography and will continue to invest in IT for the seamless experience to our clients and photographers,” he said.

Founded two years ago, SweetEscape claims to have 2000 photographers distributed in 100 countries. SweetEscape’s clients is said to reach over thousands of people worldwide.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

East Ventures dan Vertex Ventures Pimpin Pendanaan Seri A untuk Cicil

Platform fintech yang fokus ke pinjaman segmen mahasiswa Cicil meraih pendanaan Seri A dari sejumlah investor. Beberapa investor yang terlibat antara lain East Ventures, Vertex Ventures, K3 Ventures, Ethos Partners dan Accord Ventures. Dengan pendanaan kali ini secara total Cicil sudah mendapatkan lebih dari $5 juta (lebih dari 70 miliar Rupiah).

Pihak East Ventures yang juga terlibat dalam pendanaan seri sebelumnya melihat Cicil tidak hanya sebagai perusahaan pinjaman, tapi juga layanan yang berhasil memecahkan masalah paling critical di Indonesia yaitu pengembangan kapasitas manusia dengan menjembatani kesenjangan pembiayaan pendidikan.

“Cicil bukan hanya sekadar perusahaan pinjaman lainnya. [Co-Founder Cicil] Leslie dan Edward  memecahkan masalah paling kritikal di Indonesia, yakni pengembangan kapasitas manusia. Akses ke pendidikan sesungguhnya mampu meningkatkan standar hidup masyarakat, namun sistem pendidikan di Indonesia masih sangat mahal. Cicil mengisi kesenjangan ini dengan memberikan pembiayaan bagi para mahasiswa untuk membiayai pendidikan serta membeli kebutuhan belajar seperti laptop dan komputer. Hal ini tentunya dapat membantu mahasiswa untuk dapat maju berkembang dan selaras degan gerakan nasional untuk menjadi Energi Asia,” terang Managing Partner East Ventures Willson Cuaca.

Hal senada disampaikan Managing Partner Vertex Ventures Joo Hock Chua. Ia menyampaikan bahwa pihaknya cukup senang bisa bersama-sama memimpin pendanaan untuk Cicil dan bisa membantu mereka untuk melakukan ekspansi pada segmen pasar mahasiswa di Indonesia.

“Cicil telah memenuhi misi yang penting dan berkelanjutan dalam perjalanan pendidikan para mahasiswa dengan membantu pembiayaan kebutuhan mereka, dari laptop, perjalanan, tempat tinggal hingga uang sekolah. Mereka memiliki alat dan peluang yang tepat untuk fokus menghasilkan pengalaman belajar yang lebih baik. Kami juga melihat peluang besar di Indonesia, yaitu membantu para pelajar di kawasan ASEAN juga,” jelas Joo.

Cicil sejauh ini memang fokus pada solusi untuk permasalahan keuangan mahasiswa di Indonesia. Baik untuk membayar uang sekolah maupun pembelian secara online dengan cicilan bulanan tanpa kartu kredit.

Sejak didirikan akhir tahun 2016, Cicil telah berkembang dan berhasil menjangkau 10 provinsi dan 29 kota di Indonesia dan berhasil melayani mahasiswa di lebih dari 100 universitas. Dengan dana baru ini, Cicil sudah merencanakan untuk bisa membantu lebih banyak lagi mahasiswa.

“Kami melihat bahwa akses keuangan merupakan masalah yang nyata bagi mahasiswa Indonesia dan kami berharap Cicil dapat membantu menyelesaikan masalah tersebut. Kami juga berharap dapat mengatasi masalah serupa bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di seluruh Asia Tenggara. Dana baru ini akan memungkinkan kami untuk mempercepat ekspansi dan melayani lebih banyak lagi mahasiswa,” ungkap Co-Founder Cicil Leslie Lim.