Developer Game Indonesia Dominasi SEA Games Awards 2021, Rebut 5 dari 10 Kategori Penghargaan

Ajang SEA Games Awards 2021 telah usai digelar pekan lalu, dan Indonesia boleh berbangga melihat sekumpulan developer-nya mendominasi perhelatan tersebut. Dari 10 kategori penghargaan yang diperebutkan, 5 di antaranya berhasil dimenangkan oleh developer game asal tanah air.

Di kategori Best Game Design misalnya, ada rogue-lite platformer Rising Hell yang keluar sebagai pemenang, mengalahkan judul-judul lain seperti Tank Brawl 2: Armor Fury, The Signal State, Malice, dan Eldritch. Rising Hell dikembangkan oleh Tahoe Games, studio game indie yang bermarkas di kota Kediri.

Rising Hell tak hanya menerima pujian dari sisi gameplay. Musik heavy metal dalam game ini rupanya juga cukup memukau sampai-sampai ia berhasil memenangkan kategori lain, yakni Best Audio. Padahal, saingannya di kategori ini bisa dibilang berat-berat, termasuk Coffee Talk yang soundtrack resminya kini dikemas sebagai vinyl.

Selanjutnya, ada kategori Best Technology yang dimenangkan oleh Biwar Legend of Dragon Slayer karya Devata Game Production asal Bali. Biwar merupakan sebuah action adventure dengan banyak elemen puzzle. Grafiknya tampak memukau berkat penggunaan Unreal Engine 4, akan tetapi bagian yang lebih istimewa adalah, keseluruhan game-nya menggunakan dialek tradisional Bali.

Beralih ke kategori Best Visual Art, giliran When the Past Was Around yang terpilih sebagai pemenang. Game petualangan ini digarap oleh Mojiken Studio, developer asal Surabaya yang portofolionya memang dipenuhi oleh game-game yang masing-masing memiliki art style uniknya sendiri-sendiri.

Kategori kelima sekaligus yang paling prestisius adalah Grand Jury Award yang berhasil dimenangkan oleh Coffee Talk. Mahakarya Toge Productions ini sejatinya sudah tidak perlu perkenalan lagi, dan game-nyapun juga telah beberapa kali mendapat sorotan internasional sejak diluncurkan pertama kali di awal 2020. Sekuelnya sudah dijadwalkan meluncur tahun depan.

Lanjut ke kategori Best Innovation, ada Airship Academy karya Revolution Industry. Dengan lebih dari 150 komponen yang bisa dipasangkan ke lebih dari 30 jenis rangka pesawat yang berbeda, kompleksitas yang ditawarkan game ini betul-betul tidak perlu diragukan. Di saat yang sama, pengembangnya masih bisa menyajikan narasi yang tidak kalah mendalam.

Bicara soal narasi, kategori Best Storytelling dimenangkan oleh DeLight: The Journey Home karya developer Malaysia, DreamTree Studio. Game ini menceritakan kisah seorang perempuan tuna netra dalam perjalanannya bertemu kembali dengan orang tuanya. Selama bermain, pemain bakal dihadapkan dengan pilihan-pilihan sulit, dan semua ini akan berdampak langsung pada alur cerita game.

Untuk kategori Audience Choice Award, pemenangnya adalah Fallen Tear: The Ascencion, sebuah metroidvania dengan bumbu open-world dan grafik 2D yang memukau. Dibuat oleh studio asal Filipina, CMD Studios, Fallen Tree terlihat menjanjikan meski sejauh ini masih dalam tahap pengembangan.

Kategori berikutnya, yakni Best Student Game, berhasil direbut oleh Water Child. Game dengan atmosfer yang kuat dan musik yang emotif ini digarap oleh sekelompok mahasiswa UOW Malaysia KDU University College yang menamai dirinya SkyJus Works.

Terakhir, ada kategori Rising Star Award yang dimenangkan oleh Exist.EXE karya Skyfeather Games Studio. Game ini banyak terinspirasi oleh JRPG klasik, dengan sistem combat turn-based yang unik dan agak berbeda dari biasanya.

Buat yang tertarik menyaksikan perhelatan SEA Games Awards 2021 secara lengkap, Anda bisa menonton siaran ulangnya di laman Facebook resmi eGG Network.

Via: IGN.

Review Kitaria Fables: Petualangan Sederhana di Dunia yang Imut

Ada banyak kabar baik dari industri game lokal di Indonesia tahun ini, mulai dari program pendanaan developer lokal dan regional dari Agate dan Toge Productions sampai kehadiran puluhan game Indonesia di Gamescom. Di tahun ini, juga ada sejumlah game lokal yang diluncurkan. Salah satunya adalah Kitaria Fables.

Kitaria Fables dibuat oleh developer asal Yogyakarta, Twin Hearts. Melalui Kitaria Fables, Twin Hearts berusaha untuk menggabungkan elemen RPG Adventure dengan farming simulation. Salah satu hal yang membedakan Kitaria Fables dengan game farming simulation lainnya — seperti Stardew Valley atau Story of Seasons — adalah semua karakter yang hadir dalam game tersebut merupakan binatang antropomorfik. Faktanya, Anda akan bermain sebagai kucing.

Oke, sebelum saya membahas tentang pengalaman saya memainkan Kitaria Fables, saya harus membuat sebuah pengakuan. Saya adalah pecinta kucing. Saya berusaha untuk membuat review yang cenderung objektif, tapi saya tidak mungkin menutupi bias saya sepenuhnya.

Now, without further ado… 

Grafik dan Cerita

Kesan pertama yang saya dapat ketika saya memainkan Kitaria Fables adalah imut. Dan kesan ini bertahan bahkan setelah saya memainkan game ini selama belasan jam. Grafik 3D dari Kitaria Fables terlihat unyu, begitu juga dengan custcene 2D yang hadir di game tersebut.

Di Kitaria Fables, Anda bisa mengubah skin dari Nyanza Von Whiskers — sang tokoh utama. Dan jika Anda puas dengan skin yang tersedia, Anda bisa membeli DLC untuk mendapatkan skin ekstra. Walau Anda bisa memilih skin Nyanza, Anda tidak bisa memilih binatang lain sebagai karakter utama. Sebagai pecinta kucing, saya tidak menganggap hal ini sebagai masalah. Toh, saya tetap bisa mendandani Nyanza dengan armor, headgear, dan aksesori.

Anda bisa mengubah penamilan Nyanza.

Dari segi cerita, Kitaria Fables menawarkan plot yang sederhana dan straightforward. Nyanza adalah seorang tentara yang dikirim dari ibukota ke  desa bernama Paw Village. Alasan Nyanza dikirim ke desa itu adalah karena monsters di sekitar Paw Village menjadi semakin agresif, yang membahayakan keselamatan para warga desa. Tugas utama Anda adalah melawan para monsters dan menjaga keamanan Paw Village. Tidak lama setelah kedatangan Anda di Paw Village, Anda juga akan diberitahu bahwa para monsters menjadi lebih agresif karena relic misterius. Dan Anda diminta untuk menyelidiki tentang relic tersebut.

Walau tugas utama Anda adalah untuk melindungi desa dan mencari tahu tentang relic misterius, Anda juga akan mendapatkan side quests untuk membantu para warga desa yang membutuhkan. Satu kali, Anda akan diminta oleh kepala desa untuk mengawasi cucu angkatnya yang pergi ke hutan sendirian. Di kali lain, Anda akan diminta oleh sang cucu untuk mencari blueberry karena ulang tahun sang kakek sudah dekat dan dia ingin membuat kue untuknya.

Satu hal yang saya sayangkan, progress dari misi utama di Kitaria Fables terkadang terasa sangat lambat. Ada kalanya saya hanya ingin fokus pada quest utama dan mencari tahu tentang apa yang menyebabkan monsters menjadi lebih agresif. Namun, saya tetap harus menyelesaikan quest sampingan, seperti membantu warga desa tetangga untuk menemukan resep makanan yang cocok untuk musim dingin.

Gameplay: Combat

Kitaria Fables menggabungkan elemen RPG adventure dan farming simulation. Namun, elemen RPG adventure terasa lebih kental di game ini. Sebagai perbandingan, di Stardew Valley, Anda hanya akan menemukan monsters di tempat-tempat tertentu, seperti tambang. Namun, jika Anda mau, Anda bisa fokus mengurus lahan pertanian Anda dan meminimalisir waktu yang Anda habiskan di tambang sehingga Anda tidak perlu menghadapi monster.

Namun, Anda tidak bisa menghindari monsters di Kitaria Fables. Pasalnya, begitu Anda keluar dari Paw Village atau kota lain, Anda akan langsung disambut dengan monsters. Memang, sebagian monsters tidak akan menyerang Anda jika Anda tidak menyerang terlebih dulu. Namun, sebagian yang lain agresif dan akan menyrang Anda, tidak peduli apakah Anda menyerangnya terlebih dulu atau tidak.

Anda bisa menggunakan busur jika memang lebih suka bertarung dari jarak jauh.

Kabar baiknya, Kitaria Fables menawarkan combat real-time, yang membuat pertarungan dengan monster terasa cukup menyenangkan, walau mekanisme combat di game ini cukup sederhana. Di awal game, Anda akan dipersenjatai dengan sebuah pedang. Namun, nantinya, Anda akan mendapatkan busur dan bisa menggunakan sihir. Jadi, Anda bisa menyesuaikan skills dan spells yang Anda pilih berdasarkan gaya bertarung yang Anda sukai.

Jika Anda senang dengan gaya bertarung melee, Anda bisa menggunakan pedang, yang memang memberikan damage lebih besar. Namun, jika Anda lebih suka menjaga jarak — seperti saya — Anda bisa menggunakan busur. Keunggulan lain busur adalah karena ia menawarkan crit rate yang lebih tinggi. Tentu saja, Anda juga bisa menggunakan busur dan pedang secara bergantian. Hanya saja, proses mengganti senjata terkadang terasa clunky. Jadi, biasanya, saya memilih untuk fokus menggunakan satu senjata saja. Selain itu, slots untuk skill/spell yang bisa Anda pilih terbatas. Anda hanya memiliki empat slots. Karena itu, Anda memang harus memilih skills atau spells yang sesuai dengan gaya bertarung Anda.

Ketika Anda menggunakan busur, begitu Anda cukup dekat dengan monsters, anak panah akan secara otomatis mengarah ke monsters terdekat. Masalahnya, ketika Anda menghadapi lebih dari satu monster, maka bidikan Anda akan terus berubah. Untungnya, Anda bisa menentukan target secara manual. Hanya saja, jika Anda “mengunci” satu monster sebagai target, tembakan Anda akan terus mengarah ke monster itu, bahkan ketika ada monster lain yang mendekat.

Spell es bisa membekukan musuh.

Untuk menghadapi mob, Anda bisa menggunakan skills atau spells yang memberikan Area Damage. Spell tertentu bahkan bisa memberikan efek tertentu pada musuh. Misalnya, Howling Wind bisa membuat musuh terkena stun, sementara Frost Nova atau Blizzard bisa membuat musuh menjadi beku. Fireball juga bisa mendorong musuh mundur, yang sering saya gunakan ketika musuh sudah menjadi terlalu dekat.

Tidak ada sistem level di Kitaria Fables. Jadi, jika Anda ingin meningkatkan damage atau HP dari Nyanza, satu-satunya cara yang bisa Anda lakukan adalah meng-upgrade senjata, armor, dan peralatan Anda. Anda bisa melakukan upgrade di blacksmith kota. Untuk itu, Anda harus mengumpulkan sejumlah material. Sebagian orang mengeluhkan tentang mekanisme ini.

Namun, bagi saya, mengumpulkan material yang dibutuhkan untuk meng-upgrade senjata atau armor atau membuat aksesori baru bukan hal yang sulit. Pasalnya, monsters akan kembali muncul ketika Anda kembali ke satu area setelah pergi dari area tersebut. Berdasarkan pengalaman saya, hal ini memungkinkan saya untuk mengumpulkan material yang dibutuhkan dalam waktu singkat. Satu kali, saya mengumpulkan 40 Obsidians dalam satu hari dalam game. Walau tak bisa dipungkiri, melawan monster yang sama terus-menerus memang bisa membuat jenuh.

Karena tidak ada sistem level, jika ingin mendapatkan spells baru, Anda harus “membuatnya”. Cara untuk membuat spells sederhana. Anda hanya harus mengumpulkan Vengeful Souls — yang bisa didapatkan dari monster apa saja — dan menukarnya dengan elemental spheres.

Anda bisa membuat spell sendiri.

Di Kitaria, sihir terbagi ke dalam empat elemen: api, es, angin, dan tanah. Masing-masing spell akan membutuhkan elemental sphere yang berbeda-beda. Misalnya, untuk mendapatkan Fire Wall, Anda memerlukan dua fire spheres. Sementara untuk mendapatkan Blizzard — spell es paling kuat — Anda membutuhkan 5 water spheres, 2 earth spheres, dan satu moonstone, yang bisa Anda dapatkan setelah mengalahkan boss. Selain itu, Anda juga harus sudah memiliki Frost Nova untuk bisa mendapatkan Blizzard.

Untuk menggunakan spells dan skills, Anda memerlukan mana, yang digambarkan dengan 10 kotak di bagian bawah bar HP. Setiap Anda menggunakan skill atau spell, mana Anda akan berkurang sesuai dengan mana yang dibutuhkan. Tapi, mana Anda akan secara otomatis bertambah ketika Anda menyerang musuh dengan pedang atau busur. Artinya, Anda tidak perlu repot membawa item untuk memulihkan mana karena mana Anda akan secara otomatis teregenerasi. Sistem ini juga tidak memungkinkan Anda untuk melakukan spam dari skill/spell favorit Anda.

Kitaria Fables menawaran musuh yang cukup beragam. Biasanya, musuh itu akan memiliki tema yang sesuai dengan tempatnya berada. Sebagai contoh, ketika Anda berada di gua, Anda akan menemukan kelelawar dan jamur. Atau pada malam hari, Anda akan menemukan monster yang menyerupai hantu. Meskipun begitu, sesuai dengan vibe Kitaria Fables, para monster memiliki desain yang imut.

Terkadang, boss di Kitaria seolah-olah tidak menyadari keberadaan Anda.

Setiap monsters punya gaya bertarung yang berbeda-beda. Namun, menghindari serangan musuh di Kitaria cukup mudah. Karena, ketika area serangan musuh ditandai dengan warna merah. Anda cukup melakukan roll sesaat musuh menyerang. Walau, jika tidak hati-hati, Anda tetap bisa mati. Apalagi jika Anda terkena poison. Untungnya, walau Anda kalah melawan monsters sekali pun, Anda tidak akan kehilangan apapun. Anda hanya akan terbangun di rumah Anda pada keesokan harinya.

Salah satu hal yang saya keluhkan adalah saya tidak bisa mengganti suduh pandang kamera. Hal ini membuat proses eksplorasi menjadi lebih sulit. Alasannya, terkadang, saya tidak menyadari keberadaan chest atau musuh. Masalah lain yang saya temukan adalah terkadang, para monsters — khususnya boss — seolah-olah tidak menyadari keberadaan saya. Jadi, walau saya menyerang dengan sihir dan menembakkan panah dari jarak jauh, musuh yang saya hadapi tetap diam selama beberapa saat. Memang, hal ini memudahkan Anda untuk membunuh para boss, tapi apa serunya menyerang musuh yang tidak melawan?

Bercocok Tanam

Oke, setelah membahas bagian combat dengan panjang lebar, mari beralih ke bagian farming simulation dari Kitaria Fables. Mengingat developer Twin Heart lebih menitikberatkan elemen RPG Adventure, sistem bercocok tanam di Kitaria memang tidak sekompleks game farming simulation lainnya. Di Kitaria, Anda tidak perlu menyesuaikan tanaman yang Anda tanam dengan musim. Pasalnya, di game ini, tidak ada sistem empat musim. Jadi, sepanjang permainan, daftar tanaman yang bisa Anda tanam tidak berubah.

Fungsi utama lahan pertanian adalah sebagai sumber pendapatan.

Tujuan utama dari bercocok tanam di Kitaria Fables adalah untuk mendapatkan uang. Untuk melakukan upgrade senjata dan armor, Anda akan memerlukan uang yang tidak sedikit. Memang, Anda bisa menghajar monsters yang menjual hasil looting yang Anda dapatkan. Namun, menjual hasti tani bisa memberikan keuntungan yang lumayan. Selain itu, mengurus ladang juga bisa menjadi kegiatan selingan ketika Anda bosan membunuhi monsters.

Ada beragam tanaman yang bisa Anda tanam di Kitaria Fables, mulai dari gandum, wortel, kol, sampai stroberi dan anggur. Pada awalnya, hanya beberapa bibit tanaman saja yang bisa Anda beli. Namun, seiring dengan waktu, Anda akan mendapatkan jenis bibit yang beragam — setelah Anda mau melakukan quest yang diperlukan. Setelah tanaman siap dipanen, Anda bisa langsung menjualnya dengan meletakkannya di kotak di samping rumah. Selain itu, Anda juga bisa menggunakan hasil panen Anda untuk membuat makanan, yang bisa Anda jual atau Anda gunakan untuk memulihkan HP.

Bijih mineral yang ditemukan di salah satu map.

Sama seperti kebanyakan game farming sim lainnya, di Kitaria Fables, Anda bisa meng-upgrade peralatan berkebun Anda. Untuk itu, Anda perlu mendapatkan bijih mineral yang Anda perlukan: tembaga, perak, atau emas. Masalahnya, bijih mineral cukup sulit untuk ditemukan, setidaknya pada awal permainan. Bijih mineral hanya muncul di tempat-tempat tertentu secara random. Kabar baiknya, setelah Anda membuka area tertentu pada pertengahan game, menambang bijih yang Anda perlukan jadi jauh lebih mudah.

Kesimpulan

Setiap orang punya alasan yang berbeda-beda untuk bermain game. Sebagian orang ingin game yang menantang. Sebagian yang lain justru ingin game yang santai. Kitaria Fables adalah game yang cocok untuk gamers tipe ke-2. Game ini cocok untuk dimainkan jika Anda ingin bersantai tanpa harus terlalu memikirkan cara membangun karakter atau cara mendapatkan good ending. Memang, Kitaria Fables tidak sempurna. Ada beberapa bagian yang terasa membosankan atau mekanisme yang clunky, tapi secara keseluruhan, saya menikmati game ini.


Hybrid.co.id hadir juga di berbagai media sosial. Temukan konten yang menarik di Instagram atau follow akun Twitter kami. Jangan lupa juga untuk Likes Fanpage Facebook Hybrid.

30 Game Asal Indonesia yang Mencuri Perhatian di Gamescom 2021

Gelaran Gamescom memang menjadi pameran video game terbesar yang setiap tahunnya diadakan di Jerman. Sayangnya pandemi mengharuskan event akbar ini diadakan secara digital.

Untungnya, kondisi tersebut tidak mengurangi keseruan dari pengumuman-pengumuman game yang hadir pada Gamescom 2021. Game-game besar seperti Forza Horizon 5, Saints Row Reboot, dan Marvel’s Midnight Suns mungkin memang mencuri perhatian pada Opening Night Live.

Namun di eksibisi Devcom Developer Conference (DDC) 2021, game-game Indonesia ternyata cukup menarik perhatian dari banyak negara karena dominasinya di dalam ajang ini. Asosiasi Game Indonesia (AGI) memang membuat program untuk mengirimkan 30 developer game lokal untuk tampil di dalam Gamescom 2021.

Dan bila Anda penasaran game apa saja yang ikut, berikut adalah daftar 30 game terbaik asal Indonesia yang tampil pada gelaran Gamescom 2021.

Nusantara Fighter

Developer: Miracle Gates Entertainment

Salah satu pendatang baru yang langsung mencuri perhatian banyak gamer dan media pada Gamescom kemarin adalah Nusantara Fighter. Game fighting ala Mortal Kombat atau Street Fighter ini memang tampil menarik dengan desain karakter yang terinspirasi dari sejarah dan kisah rakyat lokal. Game ini tengah dalam tahap pendanaan dan juga pencarian publisher.

Fallen Elysium, Dusk at War, and Fading Star

Developer: Miracle Gates Entertainment

Selain Nusantara Fighter, pengembang Miracle Gates Entertainment ternyata juga memiliki beberapa proyek menarik lain yang ikut ditampilkan. Ada tiga game lain bergenre visual novel yang diperkenalkan, yaitu Fallen Elysium yang bertema masa depan, Dusk at War yang bertema peperangan, dan yang terakhir adalah Fading Star yang bertema romantis. Ketiganya mengambil tema cerita yang cukup berbeda-beda.

Escape from Naraka

Developer: Xelo Games

Game ini memang bukan game yang baru, namun para penonton Gamescom tetap dibuat terpukau lewat trailer eksklusif barunya. Game bergenre action-platformer ini terus mencuri banyak perhatian gamer di seluruh dunia karena aksi yang ditampilkan dikombinasikan dengan tema Balinya yang cukup unik.

A Space For The Unbound

Developer: Mojiken Studio

Game petualangan kehidupan berlatar Indonesia di tahun 90-an ini memang menjadi salah satu game yang paling diantisipasi oleh banyak gamer di Indonesia dan bahkan Asia Tenggara. Game ini memang ikut tampil di booth milik Toge’s Indie Arena Booth. Namun sayangnya game ini tidak menunjukkan hal baru pada gelaran kemarin.

Stella Gale: The Trials of Faith

Developer: Extra Life Entertainment

Visual style memang menjadi salah satu daya tarik unik bagi sebuah video game. Dan Stella Game: The Trials of Faith dengan indah membuat game-nya seakan kartun atau anime klasik yang digambar manual. Para pemain akan menjadi Stella yang mengikuti kompetisi gladiator dengan hadiah satu permintaan apapun yang akan dikabulkan oleh sang pangeran.

Misguided: Never Back Home

Developer: JEVO Games

Mengambil tema game horor dengan karakter utama seorang cewek SMA, plus gameplay dari pandangan orang ketiga tentu membuat Misguided: Never Back Home langsung dibanding-bandingkan dengan Dreadout. Namun game ini merupakan game mobile yang akan mengikuti Silvia yang mencari teman-temannya di tempat yang tidak diketahui dan dihantui oleh mahluk-mahluk mistis.

Who Is He: Let Me Out

Developer: 4Happy Studio

Game horor dengan karakter utama anak-anak memang terkadang membuat suasananya semakin mencekam, sekaligus membuat sedikit menenangkan saat dimainkan. Dalam game ini pemain akan menjadi Alvin yang terperangkap di kampung halamannya. Dengan bantuan saudarinya yang telah meninggal dan juga laba-laba peliharannya, ia harus mengungkap rahasia kelam di desanya dan kabur dari sana.

Kirana: Raga Sukma

Developer: Kawarna Studio

Aspek mitologi dan cerita rakyat Indonesia memang menjadi salah satu tema yang luas untuk digali. Seperti judulnya, game yang satu ini mengangkat tema raga sukma atau ngrogo sukmo. Dalam game petualangan dengan pandangan orang ketiga ini, pemain akan menjadi Kirana yang punya misi untuk menyelamatkan saudaranya, sekaligus menyelesaikan masalah mental yang ia hadapi.

Ngopi, Yuk!

Developer: Uniqx Games Studio

Game adaptasi komik atau anime memang bukan yang baru. Sama seperti game ini yang diadaptasi dari webtoon lokal dengan judul yang sama. Sesuai namanya, pemain akan menjadi barista yang sibuk mengurusi mulai dari kostumer, menu, dan bahkan mengembangkan toko lewat sistem gacha.

Here Comes The Hero

Developer: GameChanger Studio

Menggabungkan dua genre video game yang berbeda memang berpotensi untuk membuat sebuah genre hybrid yang memberikan pengalaman baru bagi gamer. Seperti yang ditawarkan lewat Here Comes The Hero, game ini menggabungkan genre petulangan roguelike yang tengah naik daun dengan game fighting 1-vs-1. Game ini direncanakan untuk dirilis pada 2023 mendatang untuk PC dan konsol.

Rendezvous

Developer: Pendopo Studios

Kombinasi konsep cyberpunk, style pixel art, dan juga aksi 2 dimensi mungkin menjadi komposisi andalan dari para pengembang game indie. Namun hal tersebut tidak selalu negatif, apalagi bila konsep tersebut ditambahkan elemen lokal seperti pada game Rendezvous ini yang menampilkan kota Neo-Surabaya.

Grammarian Ltd

Developer: Algorocks

Memberikan narasi imajinatif untuk konsep dasar sebuah game terkadang bisa membuat game edukasi menjadi menarik. Seperti yang dilakukan pada game ini lewat cerita di masa depan ketika sang presiden mewajibkan semua tata bahasa dan juga tulisan harus benar dan sempurna. Dan pemain mendapat tugas besar untuk memastikan bahwa semua teks yang lewat tanpa cacat bahasa.

Project Unseek

Developer: Arsanesia

Apa jadinya bila kalian bermain petak umpet di malam hari, mungkin itulah yang ingin disuguhkan oleh Project Unseek ini. Pemain akan bermain secara multiplayer dengan 6-10 pemain lainnya, dengan satu orang akan bertugas menjadi penjaga yang harus menangkap pemain lainnya. Dengan pandangan yang terbatas, para pemain yang dikejar harus menggunakan kemampuan uniknya untuk selamat.

Night of Sorrow

Developer: Satriver Studio

Bila ada yang mengatakan sebuah game shooter bertema Malam Satu Suro, mungkin akan banyak yang menyebut bahwa hal itu terlalu mengada-ada. Namun itulah yang tengah direalisasikan oleh developer asal Malang ini. Memang tidak banyak yang ditunjukkan selain dari desain karakter yang menyerupai hantu kuntilanak yang membawa senjata.

Project KISS: Road to Debut

Developer: Wisageni Studio

Dengan semakin populernya Kpop dan para idol-nya. Maka cukup menarik untuk melihat bagaimana jadinya bila pemain menjadi manajer dari para idol ini. Game ini nantinya akan berfokus pada narasi dengan gameplay yang kasual. Para pemain nantinya akan mengatur jadwal dari idol ini untuk mendapatkan ending yang memiliki 15-20 varian.

Hello Goodboy

Developer: Rolling Glory Jam

Game tentang cerita kehidupan atau slice-of-life mungkin memberikan kesan tersendiri kepada para pemainnya. Hello Goodboy kemungkinan akan menjadi salah satunya. Game ini bercerita tentang seorang anak dengan anjing kesayangannya yang bernama Coco. Hello Goodboy akan menjadi game side-scrolling 2D dengan puzzle dan beragam aktivitas yang akan berdampak pada kelanjutan narasinya.

Matchmaker: Love & Roguelike

Developer: MelonCat studio

Bila sebelumnya Here Comes The Hero mencoba menggabungkan genre roguelike dengan fighting 1-vs-1, game yang satu ini mencoba lebih radikal dengan menggabungkan genre roguelike dengan matchmaking sim. Namun itulah inti dari game ini. Pemain diminta untuk menjadi Mak Comblang, sekaligus berpacu dengan waktu untuk memasangkan sebanyak mungkin orang.

Anuchard

Developer: stellarNull

Game action RPG berlatar fantasi ini menjadi salah satu game yang ditampilkan secara langsung kepada para pengunjung Gamescom. Game ini menawarkan nostalgia dari game-game action RPG klasik yang akan membawa para pemain ke dalam petualangan di dungeon, memecahkan puzzle, dan juga pertarungan secara real-time. Game ini tengah dipersiapkan untuk dirilis di PC via Steam dan Xbox awal tahun depan.

Amazing Swing

Developer: Megaxus

Bila game-game sebelumnya menitik beratkan aspek naratif ataupun gameplay-nya. Maka Swing Saga merupakan game kasual yang menantang para pemain untuk berayun dari satu platform ke platform yang lain. Para pemain juga akan mendapatkan poin bila mereka dapat mendarat pada titik yang tepat. Game ini akan dirilis untuk PlayStation 4 dan 5, serta Nintendo Switch akhir tahun nanti.

Monster Breakout! Brickbreaker Pixel RPG

Developer:  Seraph Games

Game yang satu ini sebenarnya adalah remake dari Brick Pixel yang keluar untuk platform mobile awal tahun ini. Namun Seraph Games bersama dengan publisher Niji Games Studio dan art designer Frosty Rabbid memberikan improvisasi visual dan animasi yang lebih baik, ditambah dengan narasi yang lebih kuat serta sistem progres ala RPG yang lebih detail.

Cooking Chef Story: Food Park

Developer: Dreams Studio

Masih di bawah publisher Niji Games, ada Dreams Studio yang membawa game memasak dan menantang para pemain untuk menyiapkan dan juga menyajikan berbagai makanan ataupun kudapan dari Indonesia maupun negara lainnya. Game yang dirilis untuk mobile ini tengah berstatus alpha dan direncanakan untuk dirilis pada 2022

Calico Cafe

Publisher: Niji Games Studio

Game terakhir yang dibawa Niji Games lagi-lagi bertemakan makanan-minuman. Dalam game ini, para pemain akan menjadi kucing tiga warna alias calico yang membuka kafe pertamanya. Berbeda dengan game sebelumnya yang akan menuntut ketangkasan, game ini akan lebih menenangkan.

Knight Vs Giant

Developer: Gambir Studio

Siapa yang menyangka bahwa game flash yang berasal dari tahun 2013 kini dapat hidup kembali. Itulah yang dialami oleh Knight vs Giant. Game Flash bergenre hack and slash ini dikembangkan ulang sebagai game yang lebih sempurna dengan grafis, mekanisme pertarungan, dan juga sistem progresi yang lebih baik.

The Sun Shines Over Us (Menggapai Matahari)

Developer: Eternal Dream Studio

Isu perundungan atau bullying memang masih menjadi topik yang masih terus menghantui. Game Menggapai Matahari ini mencoba mengangkat isu-isu sensitif dari kehidupan para remaja seperti persahabatan dan juga kesehatan mental. Game visual novel ini masih tengah dalam tahap pengembangan.

Fractured Core

Developer: Engram Interactive

Sistem pertarungan turn-based mungkin kini sudah banyak ditinggalkan game-game besar untuk mendorong aksi yang lebih cepat dan interaktif. Namun sistem ini ternyata diaplikasikan dalam game futuristis cyberpunk yang berlatar di Jerman ini. Fractured Core menawarkan cerita naratif yang dalam dan juga kostumisasi karakter yang membuat game-nya lebih menarik.

Tanasurga

Developer: Rainman Studios

Satu lagi game yang mengimplementasikan sistem pertarungan turn-based dan juga naratif. Namun bedanya, Tanasurga mengambil latar mundur ke era Perang Dunia 2 dengan ‘twist‘ bahwa para pejuang kini menggunakan robot untuk bertarung dan berjuang untuk memerdekakan negaranya. Game ini memiliki tiga orang pilot yang punya cerita berbeda-beda dengan multiple ending yang membuatnya semakin membuat penasaran.

Project Angels

Developer: Project Angels Dev

Bila Anda mencari sebuah game visual novel bertema militer dengan karakter bergaya anime, maka game yang satu ini merupakan jawaban yang pas. Dalam Project Angels pemain akan menjadi komandan dari pasukan elit superhuman yang harus memastikan bahwa setiap misinya berhasil sekaligus membangun hubungan dengan para tentaranya.

Billy Makin Kid

Developer: SLAB Games

Game terakhir yang masuk ke dalam Gamescom ini sebenarnya bukan game baru. Namun developer SLAB Games memang tengah membawa game flash satu ini untuk masuk ke dalam PC, mobile, dan juga HTML5. Game tower defense ini memang cukup populer saat era game flash. Selain itu SLAB Games juga memiliki beberapa proyek yang masih belum diumumkan.

Penutup

Dan itulah tadi ke-30 game asal Indonesia yang berhasil tampil pada gelaran Gamescom dan mencuri perhatian pada Devcom Developer’s Conference karena serbuan dari game-game asal Indonesia yang mendominasi hingga menjadi game terbaik pada Indie Arena Booth.

Semoga saja, serbuan semacam ini dapat dipertahankan pada event-event internasional berikutnya agar para gamer dari seluruh dunia mengetahui bahwa para developer asal Indonesia juga memiliki game-game berkualitas yang mampu bersaing secara internasional.

 

10 Game Indonesia Terbaik yang Wajib Dimainkan di 2021

Industri video game Indonesia memang menunjukkan perkembangan yang pesat beberapa tahun ke belakang. Dengan semakin banyak lahirnya pengembang-pengembang lokal dengan beragam potensi dan talentanya, semakin banyak juga game-game lokal dengan beragam tema dan keunikannya masing-masing.

Tidak hanya jumlahnya saja yang bertambah namun para pengembang ini juga terus meningkatkan kualitas dari game-game yang mereka buat sehingga mampu menarik perhatian pasar global.

Dan bertepatan dengan bulan kemerdekaan ini, kami telah merangkum 10 game buatan Indonesia terbaik di tahun 2021 ini yang bisa Anda jadikan pilihan untuk dimainkan.

Dreadout Series

Platform: PC

Siapa yang tidak mengenal game horor yang satu ini, game buatan pengembang asal Bandung Digital Happiness ini memang telah menorehkan banyak pencapaian dan juga mendapat pengakuan dari banyak gamer pecinta horor dari seluruh dunia.

Game ini juga telah memiliki sekuel dan juga spin-off. Kisah utama dari Dreadout ini mengikuti petualangan dari Linda yang diikuti oleh kejadian-kejadian mistis di lingkungan sekitarnya.

Escape From Naraka

Platform: PC, Nintendo Switch

Selanjutnya ada game yang baru dirilis tahun ini, yaitu Escape from Naraka. Game buatan pengembang asal Yogyakarta, Xelo Games ini sempat mencuri perhatian banyak gamer karena menjadi salah satu game lokal yang menyematkan fitur ray-tracing dalam game-nya.

Untuk gameplay, sesuai namanya pemain harus kabur dari neraka lewat mekanisme action-platformer yang cukup menantang. Kerennya Xelo Games memasukkan banyak unsur budaya Bali ke dalam game ini.

Ultra Space Battle Brawl

Platform: PC, Nintendo Switch

Siapa bilang pengembang game lokal tidak bisa membuat game yang kompetitif namun juga tetap menyenangkan. Buktinya pengembang asal Surabaya, Mojiken Studio berhasil menggabungkan banyak hal ke dalam Ultra Space Battle Brawl ini.

Mulai dari desain karakter, serangan, hingga ke background music yang dimainkan sangat bernuansa lokal. Game ini tentunya cocok untuk para pecinta game kompetitif.

Babol the Walking Box

Platform: PC, PlayStation 4, Nintendo Switch, Xbox Series X and Series S, PlayStation 5, Xbox One

Selain Escape From Naraka, ada game Indonesia lain yang juga baru saja dirilis tahun ini. Babol the Walking Box dibuat oleh pengembang asal Jakarta yaitu Gamecom Team.

Game ini akan cocok bagi mereka yang ingin merasakan nostalgia dari game-game action platformer ala Crash Bandicoot. Para pemain akan dihadapkan dengan berbagai level yang menuntut ketangkasan dan juga kelihaian untuk mengalahkan musuh tapi jangan sampai mati terkena ledakan bom.

Lokapala: Saga of the Six Realms

Platform: Android

Berbicara soal game mobile tentunya kita harus bicara genre Multiplayer Online Battle Arena alias MOBA dan salah satu pengembang lokal asal Jakarta yaitu Anantarupa Studios.

Game ini memang sempat ramai di awal kemunculannya karena mereka mengangkat tema lokal yang kuat mulai sejarah, budaya, hingga mitologi Indonesia. Lokapala juga terus mendapatkan update dan pengembangan supaya dapat terus bersaing dengan game MOBA lainnya.

Ghost Parade

Platform: PC, PlayStation 4, Nintendo Switch

Game bertema hantu tidaklah harus selalu menakutkan, mungkin itulah yang coba diraih oleh Lentera Studio asal Bandung ini.

Berseberangan dengan Dreadout yang menjadikan hantu-hantu lokal sebagai musuh yang menakutkan, para hantu di Ghost Parade tampil imut nan lucu dan bahkan akan membantu karakter utama dalam petualangannya menyelamatkan hutan. Gameplay-nya menggunakan mekanik platformer side-scrolling yang cukup simpel namun menantang.

Tahu Bulat 1-2

Platform: Android

Video game memang menjadi salah satu tempat untuk memasukkan kultur atau bahkan sekadar tren yang terjadi di lingkungan masyarakat. Seperti tren penjual tahu bulat yang booming beberapa tahun lalu yang kemudian diangkat jadi sebuah game tycoon/simulator yang menyenangkan oleh Own Games.

Saking larisnya game ini, ia memiliki sekuel yang memperluas aspek permainannya dengan beragam fitur dan konten tambahan namun masih tetap berpusat pada usaha berjualan tahu bulat.

Pamali: Indonesian Folklore Horror

Platform: PC

Sepertinya game horor memang jadi salah satu tema andalan sekaligus yang paling sukses dieksekusi oleh para pengembang game di Indonesia. Hebatnya mereka mampu memberikan pengalaman yang berbeda-beda.

Seperti game Pamali milik StoryTale Studios yang sesuai namanya berfokus pada pantangan atau larangan yang ada di kehidupan masyarakat Indonesia. Kerennya game ini memiliki 35 ending yang membuat game ini bisa dimainkan berulang kali untuk mendapatkan semua ending-nya.

Code Atma

Platform: Android

Bagi para pecinta game Idle RPG sekaligus visual novel, Agate Games dari Bandung memiliki game yang cocok untuk Anda, yaitu Code Atma. Game ini juga tidak lupa memasukkan supranatural lokal lewat karakter-karakter yang ada di dalamnya.

Namun tidak perlu khawatir karena game-nya sendiri bukanlah game horor, melainkan lebih condong ke RPG turn-based. Para pemain nantinya juga akan dihadapkan narasi dengan pilihan-pilihan layaknya visual novel yang membuat game ini tetap seru untuk terus dimainkan.

Rising Hell

Platform: PC, PlayStation 4, Xbox One, Nintendo Switch

Apabila Anda mengikuti gelaran Baparekraf Game Prime 2021 pada awal Agustus lalu tentu mengetahui keberadaan game yang satu ini. Game yang dikembangkan oleh pengembang asal Kediri, Tahoe Games Studio.

Game ini menceritakan sosok Arok yang terinspirasi dari Ken Arok, dalam petualangannya kabur dari neraka. Lewat permainan bergaya vertical platformer rogue-lite, para pemain akan disuguhi dengan beragam aksi cepat yang membutuhkan ketepatan untuk dapat berhasil menuju tingkat teratas neraka.

Kominfo: Kebanyakan Developer Game Lokal Pakai Dana Sendiri

Ada banyak industri yang terkena dampak buruk dari pandemi virus corona. Industri game menjadi salah satu industri yang tidak hanya bertahan, tapi justru bisa tumbuh. Jadi, tidak heran jika pemerintah semakin peduli akan industri game di Tanah Air. Untuk mengetahui keadaan industri game lokal, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bekerja sama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Asosiasi Game Indonesia (AGI) untuk melakukan survei terkait ekosistem game di Indonesia. Survei ini dilakukan pada 2020. Data dari survei itu mencakup banyak hal, mulai dari biaya produksi developer, target pasar para pelaku industri game, sampai tantangan yang mereka hadapi dan harapan mereka pada pemerintah.

Berikut ulasan lengkapnya.

Pasar Game di Indonesia

Nilai industri game di Indonesia pada 2017 mencapai Rp7,1 miliar. Angka ini naik 33,67%, menjadi Rp10,6 miliar pada 2019. Namun, jika dibandingkan dengan pasar game internasional, industri game di Indonesia masih kecil. Sebagai perbandingan, nilai industri game global pada 2017 adalah Rp20,8 miliar, hampir tiga kali lipat dari besar market game di Indonesia pada tahun yang sama. Dalam dua tahun, pasar game di global naik 57,68%, menjadi Rp30,9 miliar.

Di Indonesia, developer game punya ukuran bisnis yang beragam. Dalam laporannya, Kominfo membagi developer lokal ke dalam tiga kategori: Usaha Menengah, Usaha Kecil, dan Usaha Mikro. Pada 2019, sebanyak 8,7% developer Indonesia masuk dalam kategori usaha menengah. Angka ini naik hampir 3% dari 5,8% pada 2017. Sementara itu, pada 2019, sebanyak 18,84% developer masuk dalam kategori usaha kecil dan 72,46% usaha mikro. Besar perusahaan juga punya pengaruh pada serapan tenaga kerja. Jumlah rata-rata pegawai dari perusahaan game kelas menengah adalah 136 orang. Sementara perusahaan di kategori usaha kecil rata-rata punya pegawai 16 orang, dan usaha mikro 6 orang.

Ukuran perusahaan game juga bisa dilihat dari biaya produksi per tahun yang mereka keluarkan. Kebanyakan developer game Indonesia — sekitar 29,23% — punya biaya produksi kurang dari Rp10 juta. Namun, hal itu bukan berarti tidak ada developer dengan biaya produksi besar. Buktinya, walau sedikit — hanya 3,08% — ada developer yang punya biaya produksi mencapai Rp2-5 miliar. Untuk lebih jelasnya, Anda bisa melihat grafik di bawah.

Pembagian developer Indonesia berdasarkan biaya produksi. | Sumber: Kominfo

Besar skala usaha sebuah developer juga memengaruhi cara promosi yang mereka gunakan. Misalnya, para developer yang masuk dalam kategori usaha menengah, semuanya melakukan promosi offline. Kebanyakan dari mereka — 98,55% — juga melakukan promosi online. Sementara untuk developer yang merupakan usaha kecil, sebanyak 97,1% melakukan promosi offline dan 91,3% membuat promosi online. Di kalangan developer mikro, hanya 82,61% dari mereka yang melakukan promosi offline. Jumlah developer mikro yang melakukan promosi online bahkan lebih sedikit, hanya mencapai 53,62%.

Dana Developer Lokal

Biaya produksi yang dibutuhkan oleh developer berbeda-beda. Pertanyaannya, dari mana mereka mendapatkan dana tersebut? Berdasarkan survei Kominfo, sebanyak 67,8% responden mengaku, mereka menggunakan dana pribadi. Hanya 10% responden yang mendapatkan dana dari angel investors. Dan jumlah responden yang mendapatkan investasi dari venture capital dan incubator/accelerator juga jauh lebih sedikit, hanya 4,8% untuk VC dan 3,6% untuk incubator/accelerator. Sumber pendaan yang paling jarang dimanfaatkan oleh developer adalah crowdfunding. Hanya 1,2% responden yang menggunakan metode crowdfunding untuk mengumpulkan dana. Salah satu developer yang sukses mengumpulkan dana via crowdfunding adalah Stairway Games dengan Coral Island. Developer asal Yogyakarta itu berhasil mendapatkan US$1,6 juta dari 36 ribu pendukung.

Fakta bahwa kebanyakan dari developer Indonesia menggunakan dana pribadi untuk membuat game menunjukkan bahwa pendanaan menjadi salah satu masalah terbesar di industri game Tanah Air. Sebanyak 35,29% responden dari survei Kominfo merasa bahwa modal adalah masalah besar. Dua masalah besar lain yang dihadapi oleh developer kurangnya SDM dan kegagalan teknis. Meskipun begitu, di industri game, sebagian besar pekerjanya memiliki gelar S1. Baik orang-orang yang bekerja di bidang produksi/pemrograman/pengujian dan kualitas, art/audio/desain, ataupun administrasi dan support, sebagian besar pekerja merupakan lulusan sarjana.

Tingkat pendidikan pekerja di industri game Indonesia. | Sumber: Kominfo

Lalu, bagaimana cara mengatasi masalah-masalah yang dihadapi oleh developer game Indonesia? Hampir semua responden di survei Kominfo merasa, pemerintah harus turun tangan dalam mengembangkan industri game di Indonesia. Hanya 2,9% responden saja yang merasa, pemerintah tidak perlu turun tangan. Salah satu bentuk bantuan yang diharapkan oleh developer dari pemerintah adalah kucuran dana. Bantuan lain yang bisa pemerintah berikan adalah melakukan sosialisasi dan marketing terkait game lokal. Tak hanya itu, pemerintah juga bisa membantu dalam pengembangan SDM dan pembangunan infrastruktur.

Sementara itu, dalam laporannya, Kominfo menyebutkan, mereka telah memberikan bantuan pada pelaku industri game dalam beberapa tahun belakangan. Salah satunya adalah dengan mengadakan showcase di event internasional. Selain itu, mereka juga mengadakan business matchmaking dan menyediakan co-working space. Mereka juga menyiapkan regulasi terkait dunia game.

Target Pasar Developer Indonesia

Lebih dari 30% target pasar developer lokal adalah gamer Indonesia, menurut studi dari Kominfo. Negara yang menjadi target pasar terbesar kedua dari developer Indonesia adalah Amerika Serikat. Dua puluh lima persen target pasar developer lokal adalah gamers AS. Beberapa negara lain yang menjadi incaran developer Indonesia adalah Tiongkok, India, dan Inggris. Dari segi gender, kebanyakan game buatan developer Indonesia menyasar gamer laki-laki. Ada 69,77% game yang menargetkan gamer laki-laki dan hanya 25,58% game yang menargetkan gamer perempuan. Sementara persentase game yang menargetkan keduanya hanya mencapai 4,65%. Padahal, menurut InMobi, 59% gamer di Indonesia merupakan perempuan.

Soal platform, sebagian besar developer lokal membuat game untuk Android. Segmen terbesar kedua adalah PC, diikuti oleh iOS. Memang, ada developer Indonesia yang membuat game untuk konsol PlayStation, Nintendo, dan Xbox. Namun, seperti yang bisa Anda lihat pada gambar di bawah, persentase game untuk PlayStation dan Xbox serta Nintendo tidak lebih dari 10%.

Platform-platform yang jadi sasaran developer Indonesia. | Sumber: Kominfo

Dari segi genre, action menjadi genre paling populer. Sebanyak 11,6% game buatan developer Indonesia ada di genre tersebut. Simulation dan game educational jadi dua genre terbesar kedua. Masing-masing punya market share sebesar 11,1%. Dan genre yang paling populer ketiga dan keempat adalah adventure game (10,1%) dan roleplaying game (7,2%).

Bagi para gamer yang menggunakan platform selain mobile, Steam menjadi toko digital favorit untuk membeli game PC. Lebih dari 552 ribu game dibeli melalui Steam. Sementara itu, jumlah penjualan game untuk Nintendo mencapai lebih dari 62,8 ribu game dan toko retail untuk game PC menjual 54 ribu game.

Samudra Menangkan Unity for Humanity Grant, Ubitus Dapat Investasi dari Tencent dan Sony

Minggu lalu, ada kabar baik di industri game Indonesia. Samudra berhasil memenangkan program Unity for Humanity. Sementara itu, di tingkat global, perusahaan cloud gaming Ubitus mengumumkan bahwa mereka baru mendapatkan investasi dari Tencent, Sony, dan Square Enix.

Samudra Jadi Salah Satu Pemenang Unity For Humanity Grant

Samudra, game puzzle buatan developer Indonesia, Khayalan Arts, berhasil menjadi salah satu pemenang dari Unity for Humanity Grant. Program tersebut merupakan bagian dari Unity Social Impact. Tujuannya adalah mendukung para developer gameyang menggunakan teknologi real-time 3D untuk mendorong perubahan di dunia nyata.

Ada empat game lain yang juga memenangkan Unity for Humanity. Keempat game itu adalah Ahi Kā Rangers, game yang terinspirasi dari budaya Maori, Future Aleppo, yang bercerita tentang seorang anak yang bercita-cita untuk membangun rumahnya kembali di Suriah, serta Dot’s Home dan Our America, yang memberikan komentar sosial tentang keadaan di Amerika Serikat. Dengan memenangkan Unity for Humanity, para developer dari kelima game ini akan mendapatkan dana, mentorship, serta dukungan teknis untuk menyempurnakan game mereka, lapor IGN.

2K Sports Akuisisi HB Studios, Tanda Tangan Kontrak dengan Tiger Wood

Minggu lalu, Take-Two Interactive, perusahaan induk dari 2K Sports, mengumumkan bahwa mereka baru saja mengakuisisi developer dari PGA Tour 2K, HB Studios. Tak hanya itu, mereka juga mengungkap bahwa mereka telah menandatangani kontrak dengan Tiger Woods, salah satu pemain golf terbaik di dunia. Sayangnya, 2K Sports tidak mengungkap nilai dari kontrak mereka dengan Woods. Satu hal yang pasti, PGA Tour 2K21 telah terjual sebanyak 2 juta unit sejak ia diluncurkan pada Agustus 2020. Salah satu alasannya, menurut VentureBeat, adalah karena HB Stidios berhasil membuat gameplay yang mudah dimengerti.

Secretlab Gandeng Designer Mainan dari Filipina, Quiccs

Secretlab, perusahaan pembuat kursi gaming, menggandeng graphic designer asal Filipina, Quiccs. Melalui kerja sama ini, keduanya akan membuat kursi gaming edisi terbatas, Quiccs Edition Secretlab. Kursi itu akan tersedia sebanyak 200 unit. Quiccs merupakan designer mainan dan graffiti artist dari Filipina, lapor IGN. Dia tumbuh besar menonton seri TV Jepang, seperti Bioman, Voltes V, dan Daimos. Hal ini memengaruhi gayanya dalam berkarya.

Quiccs merupakan graphic designer dari Filipina. | Sumbe: IGN
Quiccs merupakan graphic designer dari Filipina. | Sumbe: IGN

Quiccs bercerita, kerja sama ini diprakarsai oleh Secretlab. Dia menyebutkan, Secretlab tampaknya sudah melakukan riset tentangnya dan karyanya sebelum mengajaknya bekerja sama. Karena itu, kolaborasi antara keduanya berjalan dengan mulus. Quiccs juga menjelaskan, salah satu alasan mengapa kursi hasil kolaborasinya dengan Secretlab hanya tersedia dalam jumlah terbatas adalah karena mereka ingin membuat kursi itu menjadi istimewa.

Tencent, Square Enix, dan Sony Investasi di Perusahaan Cloud Gaming Ubitus

Perusahaan cloud gaming Ubitus baru saja mendapatkan kucuran dana segar. Ronde investasi kali ini dipimpin oleh Tencent dan diikuti oleh Sony Innovation Fund by IGV, Square Enix, serta Actoz, menurut laporan GamesIndustry. Sayangnya, Ubitus tidak mengungkap berapa nilai investasi yang mereka terima. Namun, menurut narasumber Bloomberg, Ubitus mendapatkan investasi sekitar US$45 juta. Ubitus didirikan di Taiwan pada 2007. Sekarang, mereka bermarkas di Jepang. Pada 2013, Samsung memimpin ronde investasi senilai US$15 juta untuk Ubitus.

Melirik Potensi Besar Industri “Gaming” di Indonesia

“Gamal! Kapan belajarnya?! Jangan main terus!,” ujar Mary, orang tua Gamal, pelajar kelas 12 SMA di Bekasi.

Bu Mary sudah berkali-kali mengungkapkan kekesalannya ke anaknya itu. Gamal terlalu sering lalai mengerjakan tugasnya dari sekolah dan cuma asyik bermain game di smartphone-nya semalaman. Kebiasaan buruk itu bukan sekali dua kali, tapi hampir setiap hari dilakukan Gamal, yang termasuk kids jaman now.

Maksud Mary, Gamal boleh saja rileks sejenak, namun jangan sampai kebablasan. Namun kenyataannya, lebih sering bablas bergadget ria, daripada belajar. Alhasil perolehan nilai sekolah Gamal ikut terjun bebas, padahal dia sekarang sudah ada di tingkat akhir.

Mary tidak tahu game apa yang membuat Gamal bisa keranjingan sampai sedemikian parahnya. Awalnya Gamal bukan anak yang gemar main game. Tapi, karena pengaruh teman-teman di sekolah, atau mungkin dari teman-temannya di dunia maya, akhirnya membuat dia jadi gamer gelap mata.

Tren MOBA

Gamal, seperti kebanyakan anak-anak generasi zaman sekarang, rupanya keranjingan main game Mobile Legends: Bang Bang. Mobile game ini sangat populer dan terus menempati posisi teratas dalam Top Charts di Play Store dan App Store. Di Play Store saja, terhitung sudah diunduh oleh lebih dari 50 juta kali di seluruh dunia.

Mobile Legends adalah multiplayer online battle games (MOBA), lima lawan lima dengan cara bermain yang simpel. Ada tutorial disediakan bagi gamer yang baru pertama kali mencoba. Pemain dapat bertanding dengan pemain yang dikenal atau orang yang tidak dikenal dari seluruh dunia. Mereka dapat bekerja sama memenangkan pertandingan, bahkan disediakan fitur in-game chat agar tetap bisa berkomunikasi selama game berlangsung.

Desain grafis dan visual ditata dengan cukup apik. Baik karakter, map, item, efek skill, dan lainnya cukup nyaman dipandang mata, hampir sempurna untuk dikategorikan sebagai sebuah mobile game.

Aktor yang ‘bermain’ pada game sengaja dibuat dari berbagai negara. Ada Bruno dari Brazil, Yin Shun Shin dari Korea, Kagura dari Jepang, Chou dari Tiongkok, bahkan ada karakter dari Indonesia, Gatot Kaca. Seluruh karakter tersebut memiliki berbagai skill yang berbeda-beda untuk dimainkan.

Game Mobile Legends Bang Bang

Pamor game ini cukup tinggi di Indonesia. Buktinya, kompetisi Mobile Legends South East Asia Cup (MSC) 2017 digelar di Indonesia pada pertengahan tahun ini. Menurut Mobile Legends, Indonesia dipilih lantaran memiliki 3,5 juta pemain aktif harian. Ini angka tertinggi dibandingkan negara lain seperti Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Perusahaan game dibalik Mobile Legends adalah Shanghai Moonton Technology dari Tiongkok.

Pesaing (game) Mobile Legends di Indonesia adalah Arena of Valor yang masuk ke Indonesia lewat perusahaan publisher Singapura, Garena, pada Juli 2017. Perusahaan ini termasuk ke dalam salah satu anak usaha Tencent Games.

Tencent adalah salah satu perusahaan teknologi terbesar, bersaing dengan Alibaba dan Baidu. Lewat anak usahanya, Tencent Games dikenal lewat produk mobile game yang mereka keluarkan, seperti Mobile Area, Strike of Kings, dan King of Glory.

Tips Bermain Ranked Match di Arena of Valor

Meski keduanya saat ini sedang bersiteru di pengadilan Amerika Serikat terkait isu pelanggaran properti intelektual dan hak cipta yang diduga dilakukan Mobile Legends, ternyata pamornya di Indonesia cukup kuat. Mereka berlomba-lomba menarik anak-anak remaja seusia Gamal hingga kalangan pekerja untuk
keranjingan bermain game tersebut. Pengguna rela mengucurkan biaya tambahan untuk membeli item yang dijual dalam game. Demi meningkatkan peluang untuk memenangkan pertandingan dan prestise. Harganya pun bervariasi mulai dari Rp3 ribu sampai Rp1,5 juta.

Potensi bisnis di industri gaming Indonesia

Penjualan item menjadi salah satu kantong pendapatan Mobile Legends. Mengutip data statistik yang diungkap Prioridata.com, hingga Maret 2017 Mobile Legends telah diunduh oleh 31,6 juta kali di seluruh dunia. Total pendapatannya mencapai U$5,3 juta sejak pertama kali diluncurkan pada November 2016.

Populasi penduduk Indonesia yang hampir mencapai 260 juta, menjadi nilai surplus bagi siapapun yang berbisnis di sini. Menurut hasil riset lembaga firma game Newzoo, di tahun 2016 secara demografis jumlah pemain mobile game didominasi kalangan laki-laki berusia 21-35 tahun dengan persentase 27%. Posisi kedua ditempati oleh kalangan usia 10-20 tahun sebesar 24%, dan sisanya usia 36-50 tahun.

Untuk perempuan, porsi terbesar juga dipegang oleh kalangan berusia 21-35 dengan persentase 18%. Usia 10-20 tahun sebesar 14% dan 36-50 tahun sebesar 7%. Sehingga bisa disimpulkan, kalangan usia 21-35 tahun merupakan lahan utama bagi perusahaan game karena mereka merupakan orang-orang pekerja yang rela mengeluarkan uang ekstra demi game favoritnya.

EMARKETER (DATA DARI NEWZOO)

Secara industri, potensi bisnis game di Indonesia lebih ‘hijau’ dibandingkan negara lain di kawasan Asia Tenggara karena pertumbuhannya yang cepat. Masih mengacu dari sumber yang sama, total pendapatan industri game di Indonesia diprediksi mencapai US$879,7 juta di 2017. Angka ini lebih besar dari Malaysia US$586,6 juta dan Singapura US$317,6 juta.

Besarnya kue industri game menjadikan Indonesia sebagai negara ke-16 dengan potensi bisnis terbesar dari 100 negara yang diriset Newzoo. Negara terbesar yang menduduki posisi nomor 1 dan 2 adalah Tiongkok dan Amerika Serikat, dengan potensi pendapatan masing-masing sebesar US$27,55 miliar dan US$25 miliar.

Angka yang cukup menakjubkan tersebut, ternyata menurut Ketua Asosiasi Game Indonesia (AGI) Narenda Wicaksono porsi yang dinikmati lokal kurang dari 10%.

“Hmm.. kalau dirunut masalahnya jadi panjang dan enggak kelar-kelar [bahasnya],” terang Narenda sambil menghela napas dan tertawa kecil, (9/10).

Narenda menguraikan satu per satu masalah yang masih menghantui pemain game lokal.

Pertama adalah kanal distribusi yang sudah terlalu didominasi oleh Google Play Store dan App Store. Sedangkan untuk game berjenis PC dikuasai oleh platform Steam, distributor game digital yang dapat beli langsung di sana. Untuk konsol, pasti menggunakan prinsipal masing-masing yang beredar saat ini, di antaranya PlayStation, Nintendo, dan Xbox.

Dari seluruh kanal distribusi di atas, yang paling cocok untuk pasar Indonesia adalah mobile game. Kebanyakan orang Indonesia merupakan pemakai baru memakai smartphone (mobile-first). Meskipun demikian, karena didominasi oleh dua pemain besar (Google dan Apple), panggung untuk pemain kecil jadi kian tipis akibat dari tingkat persaingan yang ketat dengan aplikasi lainnya.

“Akhirnya untuk mendapatkan exposure harus pasang iklan. Lagi-lagi iklan itu tidak murah. Kalau mau pasang [iklan] di TV, sudah tahu kan biayanya seberapa banyak. Masih banyak perusahaan game yang revenue-nya masih di bawah Rp200 juta-an.”

Kedua, masalah belum meratanya kualitas pengembang game. Ada yang sangat bagus, ada yang kurang. Akibatnya kualitas game yang diciptakan secara rerata masih kalah dengan Vietnam.

Ketiga, tingkat kesudian orang Indonesia untuk membeli game premium beserta item-itemnya masih sangat minim. Padahal langkah ini adalah salah satu pundi-pundi perusahaan game melakukan monetisasi.

Terakhir, membuat game yang berkualitas rupanya bisa menjadi sumber pendapatan jangka panjang bagi perusahaan. Sayangnya, membuat game yang berkualitas tidak ada formula pastinya. Pengembang game harus terus memroduksi produk baru dan terus pelajari bagaimana hasilnya.

“Untuk mengasah kemampuan coding itu bisa belajar di manapun. Tapi untuk mengasah gimana membuat game yang bagus, perlu membuat produk terus menerus dan pelajari hasilnya sampai nanti sampai ke titik game-nya jadi jackpot. Ini akan jadi masalah kalau enggak ada pemodal. Karena ini yang akan membuat runaway jadi pendek, akhirnya beralih buat advergame.”

Dukungan berbagai pihak

Seluruh permasalahan di atas, menurut Narenda, membuat mentalitas kewirausahaan pengembang game jadi kurang tahan banting. Terutama bagi anak muda yang baru lulus kuliah dan memiliki minat jadi pengembang game. Mereka akhirnya memutuskan untuk berhenti di tengah jalan, beralih ke profesi lain karena tidak mampu bertahan dengan proses awalnya.

Siklus reproduksi talenta dalam industri ini jadi kurang variatif karena ujung-ujungnya diisi oleh pemain veteran dan idealis yang mampu bertahan.

“Jadi kayak ayam dan telur. Karena enggak ada yang mau danai, nafasnya jadi tidak bisa panjang. Banyaklah cerita yang kami dapat akhirnya beralih profesi. Bukan hal yang salah juga karena enggak ada yang berani kasih funding sampai produk mereka jadi hit.”

Berdasarkan hasil riset yang dilakukan Dicoding, perusahaan tempat Narenda bernaung, untuk membuat mobile game yang layak setidaknya membutuhkan waktu antara 6 bulan maksimal setahun. Definisi layak itu setidaknya memenuhi semua kriteria minimum, termasuk gameplay, storyline, karakter, dan lainnya.

Berbeda dengan industri lainnya, di dalam game berlaku faktor X yang bisa menjadi titik loncatan terbesar bagi suatu produk game.

SUMBER: NEWZOO

Salah satu contoh game yang menjadi hit karena faktor X adalah Angry Birds oleh Rovio. Game tersebut muncul, salah satunya karena momentum epidemi flu babi yang merebak secara global di 2009. Wabah tersebut melahirkan ide untuk menjadikan babi sebagai karakter dan musuh bagi burung, karena virus tersebut menyebar lewat perantara babi.

Angry Birds sendiri bukan game pertama yang dibuat Rovio, melainkan game ke 52 yang diproduksi Rovio sejak berdiri di 2003. Faktor X tersebut membawa kejayaan Rovio hingga kini. Awalnya Angry Birds dibuat eksklusif untuk platform iOS sebagai game premium, biaya pembuatannya sekitar US$136 ribu dengan lama pengerjaan 8 bulan.

“Karena faktor X ini yang membuat game di mata para pemodal kurang menarik. Secara fluktuasi sangat tinggi dan kurang sustainable. Padahal industri ini rumusnya jelas: game bagus, promosi maksimal, uang pasti ada.”

Untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan di industri game, AGI rajin mengadakan program pelatihan bekerja sama dengan kampus-kampus demi menghasilkan bibit-bibit muda. Maksud dari kegiatan ini adalah AGI ingin memberi mereka pengalaman merintis sebuah game dari awal jauh hari sebelum mereka lulus kuliah.

Semangatnya adalah ketika mereka sudah lulus sudah ada kemampuan untuk membuat game dan mendirikan usaha sendiri. Dengan demikian, bisa memperbaiki siklus reproduksi pelaku game tidak lagi diisi oleh veteran saja.

SUMBER: BEKRAF

Head of Corporate Communications Google Indonesia Jason Tedjasukmana menuturkan pihaknya telah menyaksikan pertumbuhan industri game lokal yang berkualitas tinggi dan dapat diterima masyarakat. Contohnya adalah Tahu Bulat, Tebak Gambar, dan Warung Chain.

“Mereka tumbuh luar biasa dengan angka pertumbuhan yang kuat dalam hal pendapatan dan unduhan,” kata Jason tanpa menyebutkan detil angkanya.

Untuk terus mendukung ekosistem game lokal, Google Indonesia secara aktif terus melakukan inisiasi lokal dengan membuat kegiatan seperti Indonesia Games Contest, Made in Indonesia Collection, Ramadan Collection, Independence Day Collection, dan koleksi lainnya bermuatan lokal.

Melihat potensi yang cukup besar dari industri kreatif ini, aplikasi dan developer game (AGD) menjadi satu dari tiga subsektor prioritas yang diangkat oleh Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf). Setelah itu ada sektor film, dan musik.

“Tiga subsektor prioritas ini yang paling menderita karena ekosistemnya belum terbentuk,” ucap Kepala Bekraf Triawan Munaf dalam kata sambutan acara yang digelar Samsung, (9/10).

Bekraf mengangkat tiga subsektor ini karena memiliki kesamaan yakni tidak ada formula standar yang membuat setiap produk yang dirilis selalu laris di pasar. Ini yang membuat fluktuasinya tinggi dan kurang terlihat nyata keberlangsungan bisnisnya di mata pemodal.

Ditambah pula, kontribusinya terhadap total produk domestik bruto (PDB) untuk ekonomi kreatif di bawah 1% pada tahun lalu. Padahal, pertumbuhan PDB dalam masing-masing sektor tumbuh sekitar 7% tiap tahunnya.

Sebagai gambaran, kontribusi aplikasi dan developer game sebesar 1,77%, musik 0,47%, dan film 0,16%.

Alasan lainnya, Bekraf mengangkat aplikasi dan developer game karena industri ini dianggap jadi motor untuk mengangkat subsektor ekonomi kreatif lainnya. Misalnya game bisa diperuntukkan dalam dunia hiburan, media iklan, edukasi, dan lain sebagainya.

Dari segi pertumbuhan pendapatan pun, industri game terus menunjukkan peningkatan yang cukup drastis [lihat grafik Newzoo]. Namun porsi yang dinikmati lokal sangat minim.

“Karena alasan alasan tersebut, Bekraf memutuskan untuk mengangkat aplikasi dan game developer, serta musik, dan film masuk ke dalam subsektor prioritas sejak tahun lalu. Kami gerak aktif berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang melibatkan ketiga subsektor tersebut,” ucap Deputi Infrastruktur Bekraf Hari Sungkari, (17/10).

Beberapa program yang diinisiasi Bekraf untuk memajukan industri game, mulai dari mencetak sumber daya alam, membangun infrastruktur, hingga bantuan pendanaan. Untuk mencetak talenta berkualitas, Bekraf mengadakan Bekraf Developer Day (BDD) bekerja sama dengan perusahaan skala global. Tujuannya tak lain ingin mempertemukan pelaku usaha dengan perusahaan agar terjadi kolaborasi bisnis.

Dalam kurun waktu dua tahun, BDD telah hadir di 14 kota, dihadiri lebih dari 10 ribu pengembang dan menghasilkan lebih dari 1.300 aplikasi. Dari total tersebut, sekitar 338 aplikasi adalah game. Program lainnya Bekraf turut berpartisipasi lewat kegiatan Samsung Developer Academy Indonesia. Di sana telah mendidik 5 ribu orang dan menghasilkan 900 aplikasi lokal.

Dalam rangka mendukung pembangunan ekosistem ekonomi kreatif, Bekraf mendorong seluruh kota di Indonesia mengikuti program Penilaian Mandiri Kabupaten/Kota Kreatif Indonesia (PMK3I). Program ini ditujukan untuk mendorong peningkatan kontribusi PDB ekonomi kreatif yang dilakukan langsung oleh pemerintah daerah.

Setiap kota diwajibkan untuk memilih satu dari 16 subsektor yang diandalkan. Nanti Bekraf akan lakukan penilaian dan verifikasi tersendiri dan memberikan sejumlah insentif untuk menunjang kegiatan subsektor tersebut. Misalnya bantuan pengadaan kantor dan pusat kegiatan.

Kota yang sudah memutuskan diri untuk fokus ke subsektor AGD adalah Malang. Penilaian Bekraf untuk memilih AGD untuk Malang karena subsektor ini telah tumbuh dan terus berkembang sejak 2011.

Di sana, jumlah pelaku AGD mencapai lebih dari 2.200 pelaku, 6 komunitas, 96 pengusaha, 4.800 lulusan akademik, dengan kegiatan tahunan skala nasional dan operasi bisnis skala internasional. Diperkirakan jumlah tenaga yang terserap saat ini sekitar 2.200 orang dengan pertumbuhan sebesar 20% per tahun.

Secara ekonomi, sektor AGD memiliki indikasi forward linkage pada kegiatan bisnis di subsektor unggulan lainnya, yaitu kuliner dan animasi, film & video. Serta, backward linkage pada penyerapan tenaga kerja terampil dan terdidik dari universitas maupun sekolah kejuruan.

“Kami juga tantang mereka, setelah fokus ke subsektor AGD berapa kontribusi PDB yang bisa mereka berikan ke Malang, berapa tenaga kerja yang bisa diciptakan. Sebagai gantinya, kami beri insentif berupa bantuan dana untuk pembangunan infrastruktur untuk dukung sektor AGD.”

Kota lainnya yang sudah menetapkan fokus ekonomi kreatif adalah Semarang, yang memilih fesyen, Banda Aceh dan Pekalongan memilih kriya. Sleman, menurut Hari, meski belum memutuskan, kemungkinan besar akan jadi kota kedua setelah Malang yang fokus ke AGD.

Dengan adanya berbagai upaya positif dari Bekraf, AGI, maupun Google untuk memajukan pemain game lokal, artinya masih ada secercah harapan untuk Tahu Bulat dan kawan-kawannya untuk terus eksis di Tanah Air, menghadapi terjangan dari Mobile Legends dan sebangsanya.

Ghost Garden Match 3 Menyulap Hantu Khas Indonesia Menjadi Karakter Yang Lucu

Mengambil tema Halloween, studio game asal Bandung yang bernama Game Lokal Indonesia (GLI) menghadirkan game bertema hantu khas Indonesia.

GLI sendiri memang merupakan studio game yang fokus menghadirkan konten-konten lokal Indonesia ke dalam game untuk diperkenalkan secara luas kepada masyarakat di seluruh dunia.

Game berjudul Ghost Garden Match 3 ini mencoba memperkenalkan berbagai hantu asal Indonesia seperti Pocong, Kuntilanak, Genderuwo, dan Buto Ijo. Wajah hantu yang biasanya terkesan seram dan mencekam ini oleh GLI disulap menjadi sosok hantu yang imut dan lucu. Hantu-hantu tersebut divisualisasikan menjadi sebuah permen dengan warna yang cerah dan karakter yang lucu.

Screenshot_2016-09-07-11-20-15-673_com.aaa_.jellygarden-576x1024

Ghost Garden Match 3 merupakan game bertipe casual yang mengambil genre match 3 puzzle game. Tipe permainan ini sempat dipopulerkan oleh game Candy Crush Saga yang nampaknya masih memiliki banyak penggemar. Dengan cara bermain yang sederhana ini, Ghost Garden Match 3 akan sangat cocok untuk dimainkan oleh berbagai kalangan pemain.

Objektif di dalam game ini adalah untuk menyelesaikan ratusan level yang memiliki tantangan berbeda-beda. Dengan menggeser permen-permen hantu, Anda diminta untuk membentuk susunan tiga hantu yang sama secara satu garis lurus.

Jika Anda bisa membuat susunan lebih dari tiga hantu, maka akan ada special item khusus yang bisa digunakan. Di dalam permainan juga terdapat booster item yang akan membantu Anda menyelesaikan level yang dilewati.

Screenshot_2016-09-15-16-53-10-327_com.aaa_.jellygarden-576x1024

Dengan grafis bernuansa friendly dan ceria serta mengangkat konten lokal khas Indonesia, Ghost Garden Match 3 berpotensi untuk menjadi game yang populer di Indonesia.

Gameplay yang sederhana dan mudah dimainkan ini pun juga membuat game ini bisa dimainkan oleh berbagai kalangan. Jika Anda ingin mencobanya, game ini sudah bisa diunduh di Google Play secara gratis.

Application Information Will Show Up Here

Games iOS Pilihan Minggu Ini (PacMan 256, Goblin Sword, Prune, Burger dan Circlestances)

Agar lebih semangat mengawali minggu, kali ini saya akan mengulas sedikit tentang 5 game iOS pilihan yang wajib untuk Anda mainkan. 5 game yang akan saya bagikan pastilah seru tapi ingat sebaiknya Anda tak lupa waktu ketika sudah memainkannya. Tanpa berlama-lama, inilah 5 game iOS pilihan minggu ini.
Continue reading Games iOS Pilihan Minggu Ini (PacMan 256, Goblin Sword, Prune, Burger dan Circlestances)

Serunya Menjadi Pilot Pesawat Tempur di Game Pesawat 2020

USlash Game Studio meluncurkan game berjudul Pesawat 2020. Game ini diluncurkan di Google Play pada tanggal 17 Desember 2014 kemarin. Game Pesawat 2020 ini merupakan permainan dengan genre shoot them up yang bertemakan peperangan di udara menggunakan pesawat tempur.

Continue reading Serunya Menjadi Pilot Pesawat Tempur di Game Pesawat 2020