Mobile Premier League Menyambut Pertumbuhan dan Potensi Industri Game di Indonesia

Mobile Premier League (MPL), platform esports asal Bangalore, India pada Februari 2021 lalu baru saja mengumumkan putaran pendanaan terbarunya membukukan dana hingga $95 juta. Perolehan ini tidak berselang jauh setelah di September 2020 lalu mereka mendapatkan pendanaan seri C senilai $90 juta — MDI Ventures turut memimpin investasi. Sementara investor lokal lainnya, Go-Ventures juga berpartisipasi.

Dari kabar yang tersiar, kini valuasi perusahaan telah mencapai $945 juta. Modal tambahan masih akan difokuskan untuk memperkuat kehadiran dan ekspansi layanan; juga meningkatkan proposisi nilai dari platform esports yang dimiliki. Sejauh ini bisnis MPL ditopang di dua pasar utama, yakni India (dengan 60 juta pengguna) dan Indonesia (4 juta pengguna), menyuguhkan sekitar 70 permainan online multi-genre.

Untuk mengetahui perkembangan layanan MPL di Indonesia, kami berkesempatan melakukan wawancara eksklusif dengan Vice President & Country Head Indonesia Mobile Premier League Ridzki Syahputera.

Layanan MPL di Indonesia

Saat ini, melalui situs dan aplikasi MPL, pengguna di Indonesia dapat menikmati dua kategori permainan, yakni casual game dan fantasy sport game. Untuk casual game, jumlahnya sudah ada sekitar 30 jenis – tiap hari dikurasi dan dirotasi untuk memudahkan pengguna. Permainan ini sesinya lebih pendek. Sedangkan di kategori fantasy sports, pengguna diajak melakukan analisis di bidang olahraga tertentu, menargetkan kalangan pecinta olahraga seperti sepak bola, basket, tenis, dll.

“Setiap game yang ada lebih mengedepankan kemampuan pemain ketimbang keberuntungan, sehingga di MPL pengguna benar-benar harus berlatih dan mengasah kemampuannya,” ujar Ridzki.

Sementara terkait kontes, ada beberapa tipe yang dapat diikuti. Mulai dari turnamen, head-to-head battle (satu lawan satu dengan tingkat keahlian yang sama), battle arena (mirip satu lawan satu tapi dengan jangka waktu tertentu, pemenang dihitung dari berapa kali mereka mendapatkan juara dari sesi yang diikuti), dan mega contest (turnamen dengan waktu dan hadiah yang lebih besar).

“Rata-rata MPL menyediakan 1600 kontes per hari. Teknologi kami pada dasarnya bisa untuk memfasilitasi turnamen esports dengan skala besar dengan dukungan 24 jam,” imbuhnya.

Pada dasarnya setiap pemain yang berminat untuk gabung di suatu sesi akan dikenakan biaya. Di dalam sesi tersebut ada hadiah tertentu dari nominal yang dikumpulkan – di beberapa acara juga disediakan hadiah dari sponsor. Pengguna juga dapat menukarkan poin (berlian) yang didapat melalui fitur MPL Mall untuk ditukarkan dengan berbagai voucher yang disediakan.

Model bisnis

Picture223232 (1)

Di samping untuk memastikan siapa saja bisa ikut bermain dan berkompetisi, Ridzki menyampaikan, teknologi MPL juga didesain untuk menjaga agar semua kompetisi berjalan secara adil. Di dalamnya termasuk pencegahan fraud dan potensi kecurangan dari cheater. Mereka melakukan monetisasi dengan dua cara, yakni mengenakan fee ke pengguna untuk platform dan biaya masuk. Kemudian juga bekerja sama dengan mitra bisnis untuk melakukan brand activation.

Saat ini pertumbuhan pengguna MPL secara keseluruhan telah mencapai 85%, pandemi juga mendorong peningkatan basis pengguna. Sejak Maret tahun lalu, ada peningkatan 55% dalam game play dan 7x lipat jumlah pengguna. Tapi pandemi juga menghadirkan banyak tantangan bagi perusahaan.

“Ada dampak positif di beberapa metrik, tapi ada yang terganggu juga di metrik lain. Misalnya akibat purchasing power yang menurun. Banyak pengguna yang tetap bermain untuk alternatif hiburan di masa pandemi, tapi daya beli mereka turun. Maret s/d April 2020 menjadi puncaknya kami merasakan dampak yang cukup signifikan terhadap deposit rate di platform,” jelas Ridzki.

Kemitraan strategis

Go-Ventures mulai berinvestasi ke MPL sejak di putaran awal. Kemitraan strategis tersebut juga membawa Gopay menjadi platform pembayaran pertama yang terintegrasi dengan situs MPL di Indonesia. Selanjutnya, masuknya MDI Ventures juga membawa LinkAja masuk ke jajaran opsi pembayaran melalui e-wallet.

“Selain integrasi, ada aspek penting yang kami rasa sangat bermanfaat dalam kemitraan ini, yakni meningkatkan kredibilitas platform MPL Indonesia,” kata Ridzki.

Selain itu, MPL juga gencar menjalin kerja sama dengan game publisher. Dari Indonesia sudah ada Agate Studio yang meletakkan beberapa permainan besutannya ke platform. Ridzki memandang bahwa hadirnya MPL sebagai “wadah” bisa dimanfaatkan para pengembang untuk membantu memonetisasi karya mereka – setidaknya menjadi additional way di luar penerbitan aplikasi melalui marketstore.

Keberhasilan MPL mendukung Piala Presiden Esports 2020 juga dinilai menjadi benchmark yang baik bagi perusahaan untuk menjalin kerja sama dengan mitra-mitra strategis lainnya – termasuk brand dan organisasi – guna menyelenggarakan aktivitas dengan skala kota sampai nasional.

Tantangan edukasi pengguna

MPL mengklaim, sebagai rewardable gaming platform pertama di Indonesia, mereka merasa punya tanggung jawab untuk mengedukasi pengguna – membuat mereka tahu tentang adanya platform tersebut, proses bisnis, dan tanggung jawab dalam bermain. Untuk kalangan milenial Ridzki menilai tidak banyak isu dalam upaya edukasi, yang lebih menantang adalah meyakinkan para pengguna yang lebih tua (termasuk orang tua) bahwa game tidak hanya identik dengan sesuatu nonproduktif.

“Dari kondisi tersebut, tahun ini kami masih akan banyak fokus melakukan brand awarenss, industry awarenss sehingga menciptakan ekosistem yang lebih siap. Selain itu dengan investasi yang didapat, kami juga akan mengoptimalkan potensi fantasy sport di Indonesia,” tambah Ridzki.

Mengutip laporan Newzoo tahun 2020, India memiliki mobile gaming revenue sebesar $1,8 miliar dengan populasi penduduk kurang lebih 1,38 miliar jiwa. Sedangkan, Indonesia dengan populasi penduduk sekitar 273 juta jiwa memiliki mobile gaming revenue sebesar 1,2 miliar. Sehingga bisa disimpulkan adanya minat dan antusiasme yang tinggi di industri gaming Indonesia, potensinya masih bisa terus digali.

“Untuk pendapatan industri gaming, sekarang Indonesia nomor satu di Asia Tenggara dan nomor 8 di dunia. Kurang lebih 64% dari total populasi aktif dalam online gaming,” jelas Ridzki.

Ia pun cukup optimis dengan ekosistem di Indonesia. Dibuktikan dengan makin banyaknya stakeholder yang bermain mulai dari publisher, tim esport, manajemen talenta esports, pengelola turnamen, sampai influencer – masing-masing berpartisipasi dalam unit economy di industri tersebut.

“Dan yang tak kalah penting adalah elemen kompetitif itu sendiri. Game sama seperti sepak bola, karena ada kompetisinya jadi lebih populer. Orang jadi punya idola terhadap pemain tertentu, berambisi bisa seperti idolanya, dan bahkan mau berinvestasi ke sana – baik berpartisipasi dalam kompetisi sampai menonton konten esports. Di sisi lain pemerintah seperti Kantor Staf Presiden, Kemenpora, PBSI Esports Indonesia sangat suportif terhadap industri ini,” pungkasnya.

Zynga Akuisisi Echtra Games, Virtuix Dapat Investasi untuk VR Treadmill

Dampak dari pandemi di industri game masih terasa. Buktinya, publisheer asal Rusia, My.Games mengumumkan bahwa pemasukan mereka sepanjang 2020 naik 30% karena pandemi virus corona. Sementara Virtuix berhasil mengumpulkan dana US$11 juta dari platform crowdfunding.

Pemasukan My.Games Naik 30% Jadi US$562 Juta di 2020

Publisher Rusia, My.Games mengatakan bahwa pemasukan mereka pada 2020 naik 30%, menjadi US$562 juta. Sementara itu, total gamer My.Games di dunia naik dari 165 juta orang menjadi 770 juta orang. Sekitar 75% dari pemasukan My.Games berasal dari pemain global. Tiga pasar terbesar mereka adalah Amerika Serikat, Jerman, dan Jepang, lapor VentureBeat.

My.Games merupakan bagian dari Mail.ru Group. Pada 2020, My.Games memberikan kontribusi sebesar 38% dari total pemasukan Mail.ru Group. Untuk 2021, My.Games memperkirakan, pemasukan mereka masih akan tumbuh hingga lebih dari 10%.

Zynga Akuisisi Echtra Games untuk Ekspansi ke Konsol dan PC

Zynga baru saja mengakuisisi Echtra Games, studio yang didirikan oleh Max Schaefer, salah satu kreator dari Diablo dan Torchlight. Akuisisi Echtra Games oleh Zynga merupakan bagian dari rencana mereka untuk melakukan ekspansi ke ranah game konsol dan PC. Nilai dari akuisisi ini tidak disebutkan karena lebih kecil dari akuisisi-akuisisi Zynga sebelumnya. Schaefer mendirikan Echtra pada 2016. Ketika itu, dia juga mengajak tim yang punya peran penting dalam membuat Diablo, Diablo II, dan franchise Torchlight. Sebelum ini, Echtra telah membuat Torchlight III, game action RPG yang dirilis pada 2020, menurut laporan VentureBeat.

Echtar telah membuat Torchlight 3. | Sumber: PC Gamer
Torchlight 3 adalah salah satu game buatan Echtra Studio. | Sumber: PC Gamer

Comcast: Trafik Internet Naik 32% di AS Karena Pandemi

Comcast mengungkap, trafik internet di Amerika Serikat pada 2020 naik 32% jika dibandingkan dengan trafik sebelum pandemi. Sementara di beberapa negara lain, kenaikan trafik internet bahkan mencapai 50% pada Maret 2020. Streaming video menjadi kontributor terbesar dari trafik downstream, dengan kontribusi sebesar 71%. Jika dibandingkan dengan pada 2019, jumlah trafik video pada 2020 naik 70%. Comcast berkata, pertumbuhan trafik terbesar terjadi pada Maret dan April 2020. Memang, ketika itu, banyak pemerintah yang menetapkan lockdown, mengharuskan masyarakat untuk bekerja dan belajar secara online, lapor VentureBeat.

Virtuix Dapatkan US$11 Juta untuk Kembangkan Omni One VR Treadmill

Virtuix mengatakan, mereka berhasil mengumpulkan US$11 juta melalui SeedInvest, platform crowdfunding untuk mengumpulkan modal. Kampanye ini berakhir pada 2 April 2021. Virtuix berharap, dana yang mereka dapatkan akan mencapai US$15 juta.

Sejauh ini, ada empat ribu orang yang menjadi investor dari Virtuix. Dana ini akan Virtuix gunakan untuk meluncurkan berbagai perangkat virtual reality baru, termasuk Omni One VR treadmill. Seperti yang disebutkan oleh VentureBeat, kesuksesan Virtuix untuk mengumpulkan dana dari crowdfunding menunjukkan betapa populernya VR selama pandemi.

Theorycraft Games Mendapatkan US$37,5 Juta dari Ronde Pendanaan Seri A

Theorycraft Games mengumumkan bahwa mereka berhasil mengumpulkan US$37,5 juta dalam pendanaan Seri A. Ronde investasi itu dipimpin oleh NetEase. Beberapa investor lain yang ikut serta antara lain NEA, BITKRAFT Ventures, Griffin Gaming Partners, SISU Game Ventures, dan beberapa angel investors.

Theoycraft Games merupakan developer game yang didirikan oleh para pekerja veteran dari Riot Games, Bungie, Blizzard, dan Valve Software, lapor The Esports Observer. Dana yang didapatkan oleh Theorycraft akan digunakan untuk merekrut karyawan baru. Tim baru ini lalu akan ditugaskan untuk membuat game PvP multiplatform yang fokus pada komunitas.

EVOS Esports Gandeng Hepmil Creators’ Network, Nintendo Dikabarkan Bakal RIlis Switch Baru

Dalam sepekan terakhir, ada sejumlah berita menarik di dunia gaming dan esports. Menurut laporan Bloomberg, Nintendo akan merilis versi terbaru dari Switch. Konsol itu akan punya layar OLED 7 inci dan akan dapat menampilkan grafik hingga 4K saat terpasang di dock. Sementara itu, EVOS baru saja mengumumkan kerja samannya dengan Hepmil Creators’ Network (HCN).

Respawn Tambahkan Mode Solo di Apex Legends

Respawn akan meluncurkan Apex Legends untuk Nintendo Switch pada 9 Maret 2021. Bersamaan dengan itu, mereka juga akan merilis collection event berjudul Chaos Theory. Salah satu fitur baru yang tersedia di game battle royale itu adalah No-Fill toggle. Jika Anda mengaktifkan toggle ini, Anda akan bertanding sendiri. Hanya saja, Anda harus siap menghadapi tim yang berisi dua atau tiga orang.

“Kami tetap percaya, teamplay merupakan bagian paling penting dari Apex Legends,” kata Respawn, seperti dikutip dari VentureBeat. “Namun, kami meluncurkan fitur No-Fill matchmaking untuk memberikan opsi lain pada para pemain solo. Fitur ini akan memberikan kebebasan pada Anda dalam memainkan Apex Legends.”

Nintendo Bakal Rilis Switch 4K OLED?

Nintendo dikabarkan akan merilis Switch baru yang sudah mendapatkan upgrade. Bloomberg mengobrol dengan orang-orang yang tahu tentang rencana Nintendo dan membahas tentang spesifikasi dari konsol Switch baru ini. Disebutkan, Switch terbaru akan punya layar OLED selebar tujuh inci. Sebagai perbandingan, Switch versi standar punya layar 6,2 inci sementara Switch Lite 5,5 inci. Penggunaan layar OLED diharapkan akan membuat baterai Switch terbaru menjadi lebih awet dan memberikan kontras yang lebih baik. Selain itu, Switch terbaru ini juga sudah dapat menampilkan grafik 4K UHD ketika ia terpasang di dock, lapor GamesIndustry.

EVOS Esports Kerja Sama dengan Hepmil Creators’ Network

Minggu lalu, EVOS Esports mengumumkan bahwa mereka telah menjalin kerja sama eksklusif dengan Hepmil Creators’ Network (HCN). Kerja sama ini berlaku untuk pasar Indonesia. HCN adalah perusahaan yang menghubungkan para kreator konten di Asia Tenggara dengan para advertisers. Sebagai bagian dari kerja sama ini, EVOS dan HCN akan menawarkan iklan premium di channel YouTube yang mereka naungi pada para advertisers di Indonesia.

Selain itu, kerja sama ini juga membuka kesempatan pada talenta esports dan gaming untuk menjadi bagian dari program Reserved Media, menurut laporan Esports Insider. Ketika advertiser membeli iklan via Google Ads, besar uang yang harus mereka bayarkan tergantung pada impressions iklan. Sementara model reserved media memungkinkan pengiklan untuk membayar dengan harga tetap.

ESL Gaming Australia Gandeng EPOS Jadi Rekan Audio Resmi

ESL Gaming Asutralia baru saja menandatangani kontrak kerja sama selama dua tahun dengan perusahaan audio, EPOS. Melalui kerja sama ini, EPOS akan menjadi rekan audio resmi dari ESL ANZ Champs, khususnya kompetisi Counter-Strike: Global Offensive dan StarCraft II. Sepanjang siaran kompetisi itu, beberapa produk EPOS akan digunakan oleh para talent. Selain itu, ESL juga akan membuat dua segmen baru, menurut laporan Esports Insider.

ESL Gaming Australia bekerja sama dengan EPOS. | Sumber: Esports Insider
ESL Gaming Australia bekerja sama dengan EPOS. | Sumber: Esports Insider

LEGO Technic Sponsori Tim Sim Racer

Coanda Simsport mengumumkan kerja sama mereka dengan LEGO Technic pada Januari 2021. Dengan ini, salah satu sim racer dari Coanda Simsport akan bertanding di Porsche TAG Heuer Esports Supercup (PESC) di bawah nama LEGO Technic. Sim racer yang terpilih untuk mewakili LEGO Technic adalah Mack Bakkum, sim racer asal Belanda, lapor Overtake. Keputusan LEGO Technic untuk mensponsori Coanda Simsport menandai kali pertama mereka memasuki dunia esports.

Serba-Serbi Pokemon: Sejarah, Game, dan Kepemilikannya

Minggu lalu, franchise Pokemon merayakan ulang tahunnya yang ke-25. Bersamaan dengan itu, The Pokemon Company mengumumkan game Pokemon baru, yaitu Pokemon Legends: Arceus. Diperkirakan, game itu akan diluncurkan pada awal 2022. Sama seperti game-game Pokemon lainnya, Arceus mengharuskan para pemainnya untuk menangkap para Pokemon.

Lalu, bagaimana Pokemon bisa jadi sangat populer seperti sekarang?

 

Sejarah Pokemon

Pokemon, yang merupakan singkatan dari Pocket Monsters, diciptakan oleh Satoshi Tajiri. Pada awalnya, Tajiri merupakan penulis di Game Freak, majalah gaming yang membahas tentang strategi bermain game arcade. Seiring dengan berjalannya waktu, dia merasa bahwa game arcade tak lagi seru. Karena itu, dia memutuskan untuk membuat game sendiri. Dalam membuat game, dia juga menggandeng Ken Sugimori — yang sempat menjadi ilustrator di Game Freak. Pada 1989, Tajiri menjadikan Game Freak sebagai perusahaan game developer.

Tajiri mendapatkan ide untuk membuat game Pokemon pada 1990. Ide itu muncul ketika dia melihat bahwa Game Boys bisa terhubung dengan satu sama lain via kabel. Dia merasa, game Pokemon paling cocok untuk diluncurkan di konsol handheld, seperti Game Boys. Dia lalu mengajukan ide untuk membuat game Pokemon pada Nintendo. Walau tidak sepenuhnya paham dengan konsep yang Tajiri ajukan, Nintendo tertarik untuk merilis game buatan Game Freak berkat reputasi mereka sebagai game developer.

Pokemon Red dan Blue jadi game Pokemon pertama yang dirilis di AS.
Pokemon Red dan Blue jadi game Pokemon pertama yang dirilis di AS. | Sumber: Red Bull

Menurut laporan Mint, Nintendo merilis game Pokemon pertama pada Februari 1996, yaitu Pokemon Red dan Pokemon Green. Dalam game itu, fokus para pemain adalah untuk mengumpulkan para pokemon. Ketika itu, ada 151 Pokemon yang bisa pemain kumpulkan. Menariknya, Pokemon Red dan Green masing-masing punya Pokemon eksklusif yang berbeda. Hal ini mendorong para pemain untuk saling bertukar Pokemon dengan satu sama lain, menjadikannya sebagai game sosial.

 

Game-Game Pokemon yang Istimewa

Selama 25 tahun, franchise Pokemon menelurkan lebih dari 100 game. Pokemon Red dan Green, yang diluncurkan di Jepang pada 1996, menjadi game Pokemon pertama. Dua tahun kemudian, pada 1998, Nintendo membawa franchise Pokemon ke Amerika Serikat dengan meluncurkan Pokemon Red dan Blue. Kedua game ini merupakan versi internasional dari Pokemon Red dan Green. Dan meskipun konten Red dan Blue sedikit berbeda dari Red dan Green, kedua game itu tetap sangat populer di kalangan gamer.

Masih pada 1998, Nintendo meluncurkan Pokemon Yellow. Game edisi spesial ini terinspirasi oleh anime Pokemon yang juga sedang tayang saat itu. Developer Game Freak bahkan membuat beberapa perubahan pada mekanisme Pokemon Yellow untuk membuat game itu semakin menyerupai anime. Salah satu perubahan itu adalah pemain tidak lagi memilih Pokemon pertama yang mereka miliki. Sebagai gantinya, mereka akan mendapatkan Pikachu. Selain itu, Pikachu di Pokemon Yellow juga bisa mengikuti para pemain, sama seperti di anime. Padahal, Pokemon biasanya akan “tersimpan” di dalam Poke Balls. Keputusan Game Freak untuk menyesuaikan beberapa aspek dalam game agar menyerupai anime bukan hal yang aneh. Sejak lama, anime dan game memang sudah menjalin hubungan mesra.

Pokemon juga diadaptasi menjadi anime. | Sumber: ComicBook
Pokemon juga diadaptasi menjadi anime. | Sumber: ComicBook

Pada 1999, Nintendo merilis dua game Pokemon baru di Jepang, yaitu Gold dan Silver. Game itu dirilis untuk Game Boy Color. Game ini tidak hanya memperkenalkan mekanisme baru, tapi juga 100 Pokemon Baru. Salah satu mekanisme baru di Gold dan Sivler adalah sistem siang-malam yang disesuaikan dengan waktu di dunia nyata. Selain itu, Silver dan Gold juga memungkinkan para pemainnya untuk mengembangbiakkan Pokemon. Seiring dengan berjalannya waktu, game Pokemon memiliki semakin banyak fitur baru. Misalnya, Pokemon Ruby dan Sapphire — yang dirilis untuk Game Boy Advance pada 2002 — punya fitur baru berupa sistem double battles.

Pokemon Snap — yang dirilis pada 1999 untuk Nintendo 64 — menjadi salah satu game Pokemon pertama dengan grafik 3D. Satu tahun setelah itu, Pokemon Trading Card Game dirilis. Hal ini menandai kesuksesan Pokemon untuk diadaptasi ke game, animasi/anime, dan trading cards, seperti yang disebutkan oleh Polygon. Sementara pada 2001, Pokemon Crystal, yang diluncurkan untuk Game Boy Color, menjadi game Pokemon pertama yang memungkinkan para pemainnya untuk memilih gender dari karakter utama. Ke depan, semua game Pokemon akan memberikan opsi untuk memilih gender dari karakter utama.

Walau RPG menjadi genre dari kebanyakan game Pokemon, franchise Pokemon juga diadaptasi ke genre lain, seperti puzzle. Selain itu, Pokemon bahkan sempat dibuat menjadi game pinball. Game Pokemon juga pernah “digabung” dengan game lain yang populer. Misalnya, pada 2012, Tecmo Koei mengembangkan game berjudul Pokemon Conquest, yang menggabungkan franchise Pokemon dengan seri strategi RPG Nobunaga’s Ambition. Sementara pada 2016, Bandai Namco merilis game Pokken Tournament untuk Wii U. Game arcade ini merupakan game fighting yang terinspirasi dari Tekken.

Pokken Tournament. | Sumber: Go Nintendo
Pokken Tournament. | Sumber: Go Nintendo

Pada 2016, Pokemon Go dirilis. Mobile game yang menerapkan teknologi augmented reality itu dengan cepat menjadi fenomena secara global. Game ini memanfaatkan GPS pada smartphone pemain untuk melacak Pokemon. Ketika Pokemon Go pertama kali diluncurkan, hanya ada 150 spesies Pokemon di game itu. Pada 2020, jumlah Pokemon yang tersedia di game tersebut naik menjadi 600 spesies.

 

Apa Pokemon Punya Nintendo?

Jawaban singkatnya, bukan sepenuhnya. Nintendo bukan pemilik dari franchise Pokemon, walau kebanyakan game Pokemon diluncurkan di konsol Nintendo seperti yang disebutkan oleh ScreenRant. Franchise Pokemon dimiliki oleh The Pokemon Company, perusahaan joint venture dari Creatures, Game Freak, dan Nintendo.

Game Freak merupakan developer dari game Pokemon pertama. Selain itu, mereka juga bertanggung jawab atas kebanyakan game RPG Pokemon. Sementara itu, Nintendo merupakan publisher dari game Pokemon. Creatures, yang sempat dikenal dengan nama Ape Inc. merupakan kreator dari Pokemon Trading Card Game. Tak hanya itu, Creatures juga bertugas untuk mengurus merchandise dari franchise itu. Mereka juga bertanggung jawab atas pengembangan game-game dari Pokemon, khususnya yang memiliki grafik 3D.

Nintendo menguasai 32% saham dari The Pokemon Company. Begitu juga dengan Creatures dan Game Freak. 4Kids Entertainment — perusahaan yang membuat versi dubbing dari anime Pokemon — sempat membeli saham dari The Pokemon Company. Namun, mereka lalu menjual saham dari The Pokemon Company pada 2005. Tugas utama dari The Pokemon Company adalah untuk mengembangkan franchise Pokemon ke berbagai media hiburan. Jadi, jangan heran jika Pokemon kini juga diadaptasi menjadi film live-action.

Sumber header: US Gamer

Square Enix Akan Rilis Beberapa Remake Game Sekaligus dari Satu Franchise Miliknya

Originality is overrated, dan itulah mengapa kian hari kian banyak game yang dibuatkan versi remake atau remastered-nya. Kalau Anda tidak setuju dengan pernyataan ini, saya persilakan Anda berdebat dengan para penggemar Final Fantasy VII Remake.

Buat perusahaan game yang punya sejarah panjang seperti Square Enix, remake maupun remaster sudah terbukti merupakan cara yang efektif untuk menyenangkan banyak pihak; para gamer veteran senang karena bisa kembali menyentuh permainan favoritnya, para gamer muda senang karena bisa ikut merasakan keasyikan permainan idola orang tuanya, dan developer maupun publisher bisa meraup untung tanpa harus bertaruh pada sukses atau tidaknya suatu IP baru.

Pada kenyataannya, Square Enix sudah punya rencana untuk merilis remake dari IP mereka yang lain. Guna mewujudkannya, mereka memutuskan untuk menggandeng Forever Entertainment. Perusahaan game asal Polandia tersebut kabarnya dipercaya untuk mengembangkan beberapa remake game sekaligus dari satu IP milik Square Enix.

Sebagai sebuah remake, tentu saja aspek visual dari gamegame ini akan dirombak total selagi mempertahankan gameplay sekaligus narasinya. Namun yang tentu menjadi pertanyaan banyak orang adalah, apa IP yang dimaksud? Apakah masih Final Fantasy? Atau malah Dragon Quest?

Kemungkinannya jelas sangat banyak, sebab Square Enix memang punya banyak sekali franchise game yang amat populer. Saya pribadi tidak akan menolak seandainya yang di-remake adalah Chrono Trigger dan Chrono Cross, atau mungkin malah seri Front Mission. Bagaimana dengan Kingdom Hearts? Star Ocean? Drankengard? Lufia? Valkyrie Profile? Parasite Eve?

Semuanya tentu punya potensi untuk dibuat ulang sesuai dengan standar modern. Namun sayangnya untuk saat ini baik Square Enix maupun Forever Entertainment masih enggan mengungkap IP yang dimaksud. Forever Entertainment sendiri bukanlah nama yang asing di dunia remake game. Salah satu karya terbaru dan terbesar mereka belum lama ini adalah Panzer Dragoon: Remake yang menuai respon sangat positif.

Sumber: Gematsu.

Pokemon Rayakan Ulang Tahun ke-25 Lewat Tiga Game Baru untuk Nintendo Switch

Tidak terasa sudah seperempat abad Pokemon eksis sebagai salah satu franchise hiburan yang paling populer di seluruh dunia. Dalam rangka merayakan ulang tahun Pokemon yang ke-25, The Pokemon Company mengumumkan tiga game anyar yang akan hadir secara eksklusif di Nintendo Switch.

Game yang pertama dan kedua adalah Pokemon Brilliant Diamond dan Pokemon Shining Pearl. Kalau namanya terdengar cukup familier, itu dikarenakan masing-masing merupakan remake dari Pokemon Diamond dan Pokemon Pearl yang dirilis untuk Nintendo DS di tahun 2006. Seperti versi aslinya, Brilliant Diamond dan Shining Pearl bakal membawa pemain kembali ke region Sinnoh.

Juga tidak berubah adalah starter Pokemon yang bisa dipilih, yakni Turtwig, Chimchar, dan Piplup. Brilliant Diamond dan Shining Pearl digarap oleh ILCA Inc., studio asal Jepang yang portofolionya mencakup judul-judul bergengsi seperti NieR: Automata, Code Vein, Dragon Quest XI, maupun Ace Combat 7: Skies Unknown.

Pokemon bukanlah franchise yang asing buat ILCA, sebab mereka sebelumnya sudah berkontribusi terhadap pengembangan Pokemon Home. Memang kedengarannya cukup mengejutkan melihat Game Freak tidak dilibatkan dalam pengembangan kedua game ini, akan tetapi The Pokemon Company rupanya sudah menyiapkan kejutan yang lebih besar lagi.

Ketimbang sebatas mengerjakan sebuah remake, Game Freak justru dipercaya untuk menggarap game yang benar-benar baru berjudul Pokemon Legends: Arceus. Game ini dideskripsikan sebagai action RPG, dan dari trailer-nya kita dapat melihat gameplay open-world macam yang bisa kita jumpai di The Legend of Zelda: Breath of the Wild.

Arahan baru ini sejatinya sudah bisa diendus eksistensinya semenjak Pokemon Sword dan Pokemon Shield, yang dirilis di tahun 2019, memperkenalkan Wild Area, suatu wilayah open-world di tengah-tengah region Galar yang dapat pemain jelajahi secara leluasa.

Dari segi cerita, Pokemon Legends: Arceus memang juga mengambil region Sinnoh sebagai setting lokasinya, akan tetapi peristiwanya terjadi jauh sebelum istilah Pokemon Trainer maupun Pokemon League eksis. Di setting masa lampau tersebut, misi yang harus dicapai pemain adalah menciptakan Pokedex pertama untuk region tersebut.

Ada beberapa detail yang menarik dari Pokemon universe zaman lawas ini, salah satunya adalah bentuk Poke Ball yang agak berbeda, yang ternyata terbuat dari bahan kayu, dan bakal mengeluarkan uap dari lubang di atasnya ketika seekor Pokemon berhasil ditangkap. Untuk starter Pokemon-nya, pemain bisa memilih antara Rowlet, Cyndaquil, dan Oshawott. Sesuai judulnya, status legendary Pokemon dalam game ini dipegang oleh Arceus.

Kabar buruknya, Anda harus bersabar menanti kehadiran game ini. Pasalnya, Pokemon Legends: Arceus baru akan diluncurkan di awal tahun 2022. Untungnya kita bisa memainkan Pokemon Brilliant Diamond dan Shining Pearl terlebih dulu, yang kabarnya bakal dirilis mendekati akhir tahun ini nanti.

Sumber: Nintendo.

Square Enix Bakal Rilis Mobile Game FF7, BioWare Hentikan Pengembangan Anthem Next

Minggu lalu, ada beberapa pengumuman menarik di dunia game. Square Enix mengungkap bahwa mereka akan meluncurkan mobile game dari Final Fantasy 7 ber-genre battle royale. Sementara BioWare memutuskan untuk berhenti mengembangkan Anthem Next agar mereka bisa fokus pada pengembangan game terbaru dari Mass Effect dan Dragon Age.

Square Enix Bakal Rilis Game Battle Royale Final Fantasy 7 di Mobile

Minggu lalu, Square Enix mengumumkan bahwa mereka akan meluncurkan game battle royale dari Final Fantasy 7 di Android dan iOS pada 2021. Game yang berjudul Final Fantasy 7: The First Soldier ini memiliki gameplay serupa dengan game multiplayer shooter lainnya. Hanya saja, di sini, Anda juga akan bisa menggunakan magic spells, summons, serta mengendarai Chocobo, lapor Polygon.

Trailer dari Final Fantasy 7: The First Soldier menunjukkan sedikit cerita dari game itu. Di video itu, diketahui bahwa Shinra Electric Company ingin memperkuat divisi militer mereka. Karena itu, mereka mengadakan program Soldier. Mereka lalu menguji para kandidat melalui First Soldier. Game battle royale ini mengambil setting waktu sebelum Final Fantasy 7.

Gaming dan AI Dorong Pemasukan NVIDIA Jadi US$5 Miliar

NVIDIA mengungkap, pemasukan mereka pada Q4 2020 — yang berakhir pada 31 Januari 2021 — mencapai US$5 miliar, naik 61% dari tahun lalu. Pemasukan NVIDIA ini melebihi perkiraan para analis. Alasan pemasukan NVIDIA tumbuh pesat adalah karena tingginya permintaan akan hardware gaming dan produk AI.

Colette Kress, Chief Financial Officer, NVIDIA menyebutkan, pemasukan NVIDIA dari divisi gaming dan datacenter naik karena masih banyak orang yang harus bekerja dan bersekolah dari rumah. Dia juga mengatakan, GeForce RTX 3600 laku keras di kalangan cryptocurrency miners, lapor VentureBeat.

Fokus ke Dragon Age dan Mass Effect, BioWare Hentikan Pengembangan Anthem Next

BioWare memutuskan untuk menghentikan pengembangan Anthem Next — versi reboot dari Anthem — agar bisa fokus pada Dragon Age dan Mass Effect. Anthem pertama kali dirilis pada Februari 2019. Game multiplayer shooter buatan BioWare itu mendapatkan banyak kritik karena ia memiliki banyak bug. Konten dari game itu juga dianggap kurang. BioWare lalu memberikan beberapa update untuk Anthem dan mengungkap bahwa mereka berencana merombak ulang game itu menjadi Anthem Next.

Anthem diluncurkan pada 2019.
Anthem diluncurkan pada 2019.

“Membuat game bukan hal mudah,” kata Executive Producer, BioWare, Christian Dailey, seperti dikutip dari VentureBeat. “Kami mengambil keputusan ini dengan berat hati. Ke depan, kami harus fokus untuk membuat game terbaru dari Dragon Age dan Mass Effect dan terus memberikan update yang berkualitsa untuk Star Wars: The Old Republic.”

Pemasukan MiHoYo Pada 2020 Hampir Mencapai US$800 Juta

Pemasukan MiHoYo pada 2020 hampir mencapai US$800 juta. Hal ini diungkapkan oleh Co-founder MiHoYo, Cai Haoyu di hadapan alumni Shanghai Jaotong University. Cai mengungkap, pemasukan MiHoYo naik dua kali lipat dari tahun 2019 berkat Genshin Impact. Padahal, game itu baru dirilis pada September 2020, lapor GamesIndustry. Setelah melihat kesuksesan Genshin Impact, MiHoYo juga memutuskan untuk menambah pegawainya. Pada akhir 2020, jumlah pegawai mereka naik 70% menjadi 2.400 orang.

Pemasukan Unity di Q4 2020 Naik 39% dari Tahun 2019

Unity baru saja mengumumkan laporan keuangan untuk Q4 2020 mereka. Selain itu, mereka juga membahas tentang keadaan keuangan mereka selama 2020. Kim Jabal, Chief Financial Officer, Unity mengungkap, pemasukan Unity pada Q4 2020 mencapai US$220,3 juta, naik 39% dari tahun lalu. Sementara pemasukan mereka selama 2020 mencapai sekitar US$950-970 juta, lapor Yahoo.

Unity juga mengungkap, pemasukan dari iklan di mobile game naik 8% pada tahun lalu. Genre game yang pemasukan iklannya naik pesat adalah card game dan trivia game. Genre olahraga menjadi satu-satunya genre game yang pemasukan dari iklannya tidak naik pada 2020. Sementara itu, jumlah game HD — yang Unity definisikan sebagai game untuk PC, macOS, dan platform desktop lainnya — naik 38% pada 2020, menurut laporan GamesIndustry.

Riset: Bermain Game Mengurangi Kesepian di Kala Pandemi Namun Juga Meningkatkan Kecemasan.

Game merupakan salah satu industri yang justru tumbuh selama pandemi. Alasannya, banyak orang yang menjadikan game sebagai alat pelarian dari realita. Selain itu, game juga menjadi tempat bagi orang-orang untuk berkumpul bersama teman dan keluarga mereka tanpa perlu keluar rumah.

Pada akhir 2020, My.Games mengadakan survei untuk mengetahui tingkat kesadaran gamer akan kesehatan mental. Untuk itu, mereka bekerja sama dengan International Game Developers Association (IGDA), Fair Play Alliance, dan organisasi nirlaba Take This, yang punya misi untuk membuat komunitas gaming menjadi lebih ramah pada para gamer dan developer yang mengalami masalah mental. Survei My.Games ini diikuti oleh lebih dari 21 ribu gamer yang berumur setidaknya 14 tahun di kawasan Amerika Serikat, Eropa, dan Eropa Timur.

Chief Marketing Officer My.Games, Elena Grigoryan mengatakan, mereka mengadakan survei ini demi mengetahui tren kesehatan mental di kalangan para gamer. Tujuan akhir mereka adalah untuk membuat ekosistem gaming yang lebih sehat.

 

Kebanyakan Gamer Sadar Pentingnya Kesehatan Mental

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh My.Games, diketahui bahwa mayoritas gamer di AS, Inggris, Rusia, Prancis, Jerman, dan Spanyol sudah menyadari betapa pentingnya kesehatan mental. Sayangnya, tidak semua gamer paham akan pengertian dari kesehatan mental. Misalnya, di Jerman, jumlah gamer yang mengerti konsep kesehatan mental hanya mencapai 28%, sementara di Prancis, angka ini naik sedikit menjadi 29%. Kabar baiknya, jumlah gamer yang paham akan pengertian kesehatan mental jauh lebih banyak di Rusia (40%), Spanyol (53%), Amerika Serikat (76%), dan Inggris (79%).

Hasil survei di AS, Inggris, Rusia, Prancis, Jerman, dan Spanyol. | Sumber: VentureBeat
Hasil survei di AS, Inggris, Rusia, Prancis, Jerman, dan Spanyol. | Sumber: VentureBeat

Dari survei My.Games, juga diketahui bahwa selama lockdown, sebanyak 93% responden bermain multiplayer game. Dan sekitar 84% dari mereka mengaku bersedia untuk mengobrol dengan pemain lain. Kebanyakan gamers berkata, mereka memang sudah terbuka untuk berkomunikasi dengan gamer lain bahkan sebelum lockdown diberlakukan. Namun, sekitar 25% responden mengaku, mereka menjadi lebih aktif berinteraksi karena lockdown.

“Secara global, kami menemukan bahwa multiplayer game membantu para gamer melalui masa-masa isolasi,” kaga Executive Director, IGDA, Renee Gittins, seperti dikutip dari Pocket Gamer. “Di masa-masa sulit seperti sekarang, game menjadi alat penting untuk tetap terhubung dengan satu sama lain.”

Sementara itu, sekitar 38% responden menjadikan game sebagai alat untuk berkomunikasi dengan teman-teman mereka. Di AS, sebanyak 64% gamer menyebutkan, berinteraksi dengan gamer lain membantu mereka mengatasi rasa kesepian. Hanya 9% responden yang mengaku, menjalin komunikasi online membuat keadaan mental mereka memburuk, lapor VentureBeat. Hasil survei My.Games sejalan dengan hasil survei yang dilakukan oleh Entertainment Software Association (ESA). Pada Juli 2020, ESA mengeluarkan laporan yang menyebutkan bahwa bermain game membantu masyarakat AS untuk mengatasi rasa kesepian salama pandemi.

 

Game Tidak Selalu Menguntungkan

Bermain game memang bisa membantu seseorang untuk mengatasi rasa kesepian di selama lockdown. Namun, hal itu bukan berarti para gamer tidak mengalami masalah kesehatan sama sekali. Data dari survei My.Games menunjukkan, sebanyak 33% gamer di AS pernah mengalami gangguan kecemasan atau gangguan terkait stres lainnya selama lockdown. Angka ini sedikit turun di Inggris, menjadi 32%. Di Prancis dan Spanyol, jumlah gamer yang mengalami gangguan kecemasan hanya mencapai 15%, yang merupakan angka paling rendah.

Di Inggris dan AS, jumlah gamer yang mengalami gangguan kecemasan memang lebih tinggi dari negara-negara lain. Untungnya, gamer di kedua negara itu juga cukup aktif untuk mencari bantuan dari para ahli kesehatan mental. Sekitar 42% gamer di AS dan 38% gamer di Inggris pernah pergi ke ahli kesehatan mental selama pandemi.

kesehatan mental gamer
Hasil survei My.Games di AS. | Sumber: VentureBeat

Sekitar 63% gamer di AS menyebutkan, mereka akan meminta bantuan para ahli kesehatan mental jika mereka merasa memerlukannya. Hanya saja, di AS, para gamer masih menemui berbagai kendala untuk mendapatkan akses ke layanan ahli kesehatan mental. Salah satunya adalah biaya yang mahal.

Sementara itu, gamers di Inggris mengalami masalah yang berbeda. Meskipun jumlah gamer yang mengalami gangguan kecemasan di Inggris juga cukup banyak, kebanyakan dari mereka enggan untuk mencari bantuan dari psikolog atau psikiater. Sebanyak 74% gamers Inggris mengganggap, mereka tidak memerlukan bantuan psikolog atau psikiater untuk mengatasi masalah mental mereka dan menganggap pergi ke ahli kesehatan mental hanya buang-buang uang.

Selain itu, bermain game online juga bisa menimbulkan masalah lain, seperti cyberbullying atau online harassment. Ketika sedang bermain game online, sebanyak 57% responden mengatakan bahwa mereka mendapatkan hinaan, 52% mengaku menjadi korban trolls dan 52% menemukan orang-orang berperilaku agresif. Sekitar 10% dari responden bahkan mengklaim, bermain game online memberikan dampak buruk pada kesehatan mental mereka.

“Selama pandemi, metode utama yang kita gunakan untuk terhubung dengan teman dan keluarga adalah komunikasi online,” kata Grigoryan pada GameDaily. “Jumlah orang yang menjadikan game sebagai tempat untuk bersosialisasi bertambah pesat selama pandemi. Game adalah media hiburan yang kompleks, membuat kita merasakan emosi yang lebih kuat daripada ketika kita mengonsumsi media hiburan lain. Sayangnya, emosi yang dirasakan oleh para gamer tidak selalu positif. Dan anonimitas di internet memungkinkan seseorang untuk berlaku semena-mena tanpa harus khawatir akan konsekuensi dari tindakan mereka.”

Menurut Gittins, developer game harus sadar bahwa para gamer yang toxic masih jadi masalah besar di industri game. “Sistem moderasi, menciptakan budaya yang positif, dan memblokir orang-orang yang mengganggu pemain lain merupakan beberapa cara untuk menciptakan kondisi yang nyaman bagi semua gamers. Di tengah meningkatnya popularitas game online di tengah pandemi, peran developer untuk mengatur komunitas juga menjadi semakin penting.”

Sumber header: Deposit Photos

The Legend of Zelda: Skyward Sword HD Bakal Rilis di Switch, Netmarble Akuisisi Kung Fu Factory

Minggu lalu, beberapa perusahaan game mengungkap rencana bisnis mereka. Bungie mengumumkan, mereka akan membuat kantor baru di Amsterdam. Sementara itu, Netmarble baru saja mengakuisisi Kung Fu Factory dan EA telah menyelesaikan akuisisi Codemasters.

Arab Saudi Tanamkan Modal US$3,3 Miliar di EA, Take-Two, dan Activision

Arab Saudi menanamkan investasi sebesar lebih dari US$3,3 miliar di tiga publisher game melalui Public Investment Fund. Mereka membeli 14,9 juta saham di Activision, 7,4 juta saham di EA, dan 3,9 juta saham di Take-Two Interactive pada akhir tahun lalu, seperti yang disebutkan oleh Engadget. Keputusan Arab Saudi untuk berinvestasi di perusahaan-perusahaan game didorong oleh Putera Mahkota Mohammad bin Salman. Kali ini bukan pertama kalinya dia menanamkan modal di industri game. Tahun lalu, dia juga membeli 33,3% saham SNK melalui Charity Foundation miliknya.

EA Selesaikan Akuisisi Codemasters

EA mengumumkan bahwa mereka telah menyelesaikan akuisisi dari Codemasters. Mereka pertama kali mengungkap rencana mereka untuk membeli Codemasters pada Desember 2020. EA menjelaskan, akuisisi Codemasters merupakan bagian dari strategi mereka untuk menumbuhkan perusahaan.

Codemasters dikenal dengan berbagai game balapan mereka. | Sumber: Codemasters
Codemasters dikenal dengan berbagai game balapan mereka. | Sumber: Codemasters

Dengan akuisisi ini, EA berharap, mereka akan bisa membuat game untuk lebih banyak platform. Mereka juga berharap, mereka akan bisa menjangkau lebih banyak gamer dan pada akhirnya, membuat pemasukan perusahaan naik, lapor The Esports Observer.

Nintendo Bakal Rilis Versi HD Remaster dari The Legend of Zelda: Skyward Sword

Nintendo mengungkap, mereka akan merilis versi HD remaster dari The Legend of Zelda: Skyward Sword di Switch pada 16 Juli 2021. Sebelum ini, Nintendo telah meluncurkan versi HD remaster dari Wind Waker dan Twilight Princess. Jadi, tidak heran jika mereka juga membuat versi remaster dari Skyward Sword. Game itu pertama kali diluncurkan di Wii pada 2011. Di platform Wii, game tersebut terjual sebanyak 3,67 juta unit. Selain merilis kembali Skyward Sword, Nintendo juga akan meluncurkan Joy-Cons khusus untuk memainkan game itu, lapor VentureBeat.

Netmarble Akuisisi Kung Fu Factory

Minggu lalu, Netmarble mengumumkan bahwa mereka telah menjadi pemegang saham mayoritas dari Kung Fu Factory. Dengan ini, Kung Fu Factory akan menjadi bagian dari Netmarble US. Kung Fu Factory merupakan developer asal Los Angeles yang dikenal berkat mobile game buatan mereka. Selain WWE Champions dan NBA Ball Stars, Kung Fu Factory juga telah membuat Adventure Time: Card Wars Kingdom dan Lego: Hidden Side.

Netmarble baru saja mengakuisisi Kung Fu Factory.
Netmarble baru saja mengakuisisi Kung Fu Factory. | Sumber: Kung Fu Factory

“Kung Fu Factory sangat membantu kami dalam pembuatan NBA Ball Stars. Sejak kami setuju untuk merilis game mereka pertama kali, mereka punya visi yang sama dengan kami,” kata President Netmarble US, Simon Sim, seperti dikutip dari GamesIndustry.

Bungie Buka Kantor di Amsterdam

Bungie mengumumkan rencana ekspansi mereka pada minggu lalu. Kantor internasional pertama mereka akan terletak di Amsterdam, Belanda. Markas yang mencakup divisi marketing dan publishing dari Bungie itu akan mulai beroperasi pada tahun depan. Menurut laporan GamesIndustry, Bungie mulai mengembangkan bisnis publishing dan marketing mereka sejak 2019, ketika mereka memutuskan kerja sama dengan Activision.

Semua Pengumuman Penting dari BlizzConline 2021

Ada yang berbeda dari perhelatan BlizzCon tahun ini. Yang pertama karena acaranya digelar sepenuhnya secara online, sehingga namanya pun dipelesetkan menjadi BlizzConline. Kedua, berhubung online, siapapun bisa mengikuti acaranya tanpa dipungut biaya. Ketiga, event ini diadakan setelah Blizzard merayakan ulang tahunnya yang ke-30.

Otomatis Blizzard punya cukup banyak kejutan buat kita, baik untuk para veteran yang sudah mengikuti perkembangan Blizzard sejak zaman franchise Warcraft belum eksis, maupun para gamer modern yang mungkin baru mengenal Blizzard setelah Hearthstone dirilis di tahun 2014.

Diablo II: Resurrected

Kita mulai dari yang mungkin terdengar paling mengejutkan, yakni versi remaster dari Diablo II, salah satu action RPG terbaik yang dirilis di tahun 2000. Sebagai sebuah remaster, Diablo II: Resurrected membawa penyempurnaan yang signifikan dari sisi visual, tidak ketinggalan pula dukungan terhadap resolusi 4K dan refresh rate 144 Hz.

Semua aset grafik 2D milik Diablo II, mulai dari model karakter sampai icon barang di inventory, telah diperbarui menjadi 3D di sini, dan seluruh efek pencahayaannya pun juga tampak jauh lebih realistis. Di samping visual, Blizzard turut menyempurnakan aspek audionya dengan memberikan dukungan 7.1 surround sound.

Blizzard memastikan gameplay yang disajikan bakal identik dengan versi aslinya, akan tetapi mereka juga telah menerapkan sejumlah quality-of-life update macam shared stash antar karakter, global server untuk mode multiplayer, auto gold loot (opsional), maupun user interface yang lebih rapi, termasuk halnya panel ekstra untuk menampilkan informasi stat karakter secara merinci.

Diablo 2 Resurrected

Diablo II: Resurrected turut mencakup expansion Lord of Destruction, yang berarti pemain bisa membuat karakter dengan class Assassin maupun Druid dari awal. Namun bagian yang paling menarik adalah, Blizzard ingin semua orang bisa memainkan Diablo II: Resurrected dengan cara merilisnya di semua platform modern: PC, PlayStation, Xbox, sampai Nintendo Switch.

Diablo II: Resurrected digarap oleh Vicarious Visions (masih bagian dari Blizzard Entertainment), tim developer yang sama yang mengerjakan remake dari Tony Hawk’s Pro Skater. Belum diketahui kapan game ini akan dirilis, tapi Blizzard menargetkan tahun ini juga. Bagi yang sudah tidak sabar, Anda bisa mendaftar di situsnya untuk mengikuti fase pengujian technical alpha.

Class baru di Diablo IV

Diablo IV memang masih jauh dari perilisan, tapi itu tidak mencegah Blizzard membeberkan kian banyak detail mengenainya. Salah satu yang terbaru adalah pengumuman class anyar untuk Diablo IV, yakni Rogue. Well, bukan sepenuhnya baru, sebab Rogue sebenarnya merupakan salah satu class yang tersedia di game Diablo pertama, yang dirilis di tahun 1996.

Selain mengumumkan class baru, Blizzard juga memberikan sedikit detail mengenai mode PvP di Diablo IV. Sederhananya, akan ada beberapa area spesifik di dunia open-world Diablo IV di mana pemain bisa saling menyerang satu sama lain. Usai mengalahkan seseorang, pemain bisa memotong dan mengambil telinganya, persis seperti di Diablo II dulu.

Sistem open-world di Diablo IV juga akan melibatkan lokasi-lokasi yang bisa pemain ubah secara permanen. Contohnya, pada area yang sebelumnya merupakan desa kecil, pemain bisa membasmi musuh yang menguasainya, lalu setelahnya para penduduk desa akan kembali menghuni area tersebut, memberikan pemain akses ke vendor yang tidak akan ada seandainya mereka tidak mengambil tindakan.

Detail baru soal Overwatch 2

Usai mengumumkan Overwatch 2 di BlizzCon 2019, Blizzard akhirnya punya lebih banyak detail untuk diungkap, termasuk detail mengenai hero terbarunya, Sojourn. Berdasarkan video teaser yang dirilis, Sojourn kemungkinan akan masuk di role DPS. Senjatanya merupakan semacam railgun dengan dua mode menembak: full-auto ala assault rifle, atau precision-shot yang dapat di-charge. Sayang belum ada info mengenai deretan skill yang dimilikinya.

Juga menarik adalah rencana Blizzard untuk merombak karakter yang masuk dalam kategori tank. Mereka bahkan punya niatan untuk mengubah nama role-nya menjadi brawler, dengan tujuan bisa menerapkan gaya bermain yang lebih fleksibel.

Blizzard menggunakan Reinhardt sebagai contoh. Ketimbang sebatas menjadi tameng untuk tim, Reinhardt versi brawler nanti bisa menjadi lebih ofensif berkat opsi serangan range yang bisa diaktifkan dua kali per cooldown, serta skill Charge yang bisa dihentikan.

Lebih lanjut, Blizzard juga akan mempertimbangkan ide mengenai skill pasif untuk masing-masing role. Beberapa contoh skill pasifnya adalah knockback reduction untuk tank, bonus movement speed untuk DPS, dan auto heal untuk support (setelah beberapa detik tidak menerima damage).

Terlepas dari semua itu, sayang sekali Overwatch 2 hingga kini masih belum punya jadwal rilis sama sekali.

Expansion untuk World of Warcraft dan World of Warcraft Classic

Expansion Shadowlands yang dirilis di bulan November 2020 mungkin sudah mulai terasa membosankan bagi sebagian pemain di titik ini. Kabar baiknya, Blizzard sudah menyiapkan update berjudul Chains of Domination untuknya, dan di situ akan ada satu kota baru bernama Korthia, satu ten-boss raid, dan satu eight-boss mega-dungeon untuk dijelajahi. Begitu besarnya update ini, Blizzard masih belum punya jadwal rilis untuknya.

Beralih ke WoW Classic, game terpisah yang dirilis di tahun 2019 ini rupanya bakal menerima expansion pertamanya, The Burning Crusade. Menariknya, ketimbang memaksa semua pemain WoW Classic untuk menerima expansion tersebut, Burning Crusade justru akan dirilis sebagai server terpisah. Itu berarti pemain bebas memilih untuk memindahkan karakter-karakternya ke server Burning Crusade dan menerima konten baru, atau tetap bertualang di Azeroth versi orisinal.

Expansion terbaru Hearthstone

Forged in the Barrens adalah judul expansion terbaru Hearthstone yang akan dirilis di musim semi tahun ini. Lore yang diangkat adalah dari Warcraft, dengan banyak karakter dan makhluk dari ras Orc. Total ada 135 kartu anyar yang dapat dikoleksi, dan keyword anyar di expansion ini adalah “Frenzy”. Minion yang membawa keyword ini memiliki ability yang mematikan, yang akan aktif dengan sendirinya setelah menerima damage.

Blizzard turut mengumumkan mode baru bernama Mercenaries, yang pada dasarnya mengangkat banyak elemen dari genre permainan roguelike. Ketimbang menggunakan koleksi kartu masing-masing, pemain harus memakai pilihan karakter Warcraft yang tersedia, lalu menjalani beragam tantangan acak sebelum melawan final boss. Selama perjalanan menuju musuh terakhir itu, progression yang dilalui semua sifatnya permanen.

Blizzard Arcade Collection

Terakhir, sebagai bagian dari cara Blizzard merayakan tiga dekade mereka berdiri, mereka merilis ulang tiga karya klasik mereka: The Lost Vikings, Rock N Roll Racing, dan Blackthorne. Ketiganya dikemas menjadi Blizzard Arcade Collection dan telah dirilis di PC, PS, Xbox, maupun Switch.

Masing-masing game dapat dimainkan dalam mode aslinya, atau mode anyar yang menghadirkan sejumlah upgrade macam fitur local multiplayer untuk The Lost Vikings dan Rock N Roll Racing, satu level baru untuk Blackthorne, dan tentu saja fitur saving. Kalaupun tidak tertarik memainkan game-nya, bundel ini bisa dibeli bagi yang ingin mendapatkan akses ke material-material ekstra macam game artwork, development asset, interview dan lain sebagainya.