Cerita Kulina Usai Mengikuti Google Launchpad Accelerator Batch Kelima

Sebagai satu-satunya startup yang mengikuti program Google Launchpad Accelerator batch kelima, CEO Kulina Andy Fajar Handika menjabarkan pengalaman dan rencananya usai merasakan langsung inkubasi di kantor Google San Fransisco akhir tahun 2017 lalu kepada media (06/03).

Head of Communications Google Indonesia Jason Tedjasukmana mengungkapkan, salah satu alasan hanya Kulina yang dikirim untuk mengikuti program akselerasi Google adalah semakin banyaknya jumlah negara yang mengikuti program ini.

“Waktu awal hanya tiga negara yang mengikuti Google Launchpad Accelerator, namun di batch kelima ini kami mencatat ada sekitar 24 negara yang mengikuti. Melihat kondisi tersebut Google Indonesia pun harus menyesuaikan perubahan ini.”

Kegiatan Google Launchpad Accelerator merupakan program rutin yang digelar Google. Selain fokus kepada pengembangan teknologi startup, program ini juga fokus kepada skalabilitas dan tahapan scale-up yang relevan untuk masing-masing startup dan ditujukan bagi emerging market.

“Bukan hanya sesi mentoring, kami juga diberi kesempatan untuk berbagi pengalaman dengan startup dari negara lain. Secara keseluruhan program ini memberikan motivasi baru bagi Kulina untuk menjalankan bisnis yang relevan ke depannya,” kata Andy.

Bertemu Eric Schmidt

Kulina berfoto di depan Markas Google dalam Program Class 5 Launchpad Accelerator
Kulina berfoto di depan Markas Google dalam Program Class 5 Launchpad Accelerator

Salah satu keuntungan menjadi partisipan kegiatan akselerasi Google adalah kesempatan bertemu secara langsung dengan para pakar dan tokoh terkemuka raksasa teknologi ini. Salah satunya adalah dengan Eric Schmidt, mantan CEO Google yang rencananya akan mundur dari jabatan sebagai Chairman Alphabet (induk perusahaan Google) tahun ini.

Meskipun tidak dijadwalkan sebelumnya, sesi diskusi dan mentoring yang menjadi rutinitas kegiatan menjadi lebih istimewa ketika Eric memutuskan bertemu langsung dengan para penggiat startup dari berbagai negara ini.

“Banyak informasi penting yang disampaikan Eric, bukan hanya pengalaman sukses namun kegagalan yang sempat dialaminya selama bekerja di Google. Salah satunya adalah kegagalan Google+,” kata Andy.

Andy menambahkan nasihat penting yang disampaikan Eric adalah pentingnya mengelola budget perolehan pendanaan supaya tidak kehabisan uang.

Rencana Kulina pasca program

Setelah menjalankan program akselerasi dari Google, banyak pekerjaan rumah yang bakal diselesaikan Kulina, di antaranya fokus mengembangkan situs dan menunda dulu peluncuran aplikasi.

“Karena sifat pelanggan Kulina bukanlah on-demand, sehingga menjadi sulit bagi kami untuk segera meluncurkan aplikasi. Meskipun masih dalam pipeline kami, untuk aplikasi sementara waktu kami tunda dulu pengembangannya,” kata Andy.

Disinggung apakah program Google Launchpad Accelerator hanya fokus kepada integrasi berbagai produk Google di teknologi yang dimiliki Kulina, Andy mengungkapkan banyak pengetahuan penting yang dibagikan dalam program tersebut. Termasuk di dalamnya soal pengelolaan finansial, manajemen, dan hal pendukung lainnya.

“Meskipun program akselerasi namun kami memiliki kesempatan untuk bertemu langsung dengan startup unicorn dari negara lain. Menjadikan kami cukup humble dan bersemangat untuk mendengarkan cerita sukses mereka,” kata Andy.

Kulina Becomes The Only Indonesian Startup in The Fifth Batch of Google Launchpad Accelerator

Google announces startups to attend Google Launchpad Accelerator program. In the fifth batch, Indonesia is represented by Kulina, a startup engaging in lunch catering. This will be Kulina’s chance to study from selected mentors.

Google Launchpad Accelerator is a six-month event held by Google. The two-week bootcamp program will provide participants with opportunity to get mentoring by Google team or experts from Silicon Valley’s venture capital and technology company. The fifth batch program is planned to begin on January 29, 2018.

Previously, Google Launchpad Accelerator has invited some startups from Indonesia. Such name as PicMix, Ruma, Qlue, Snapchat, Jurnal, iGrow, Kurio, Jojonomic and Sirclo are listed as startups to join the program and get some essential learning.

Besides Kulina, there are other startups attending this program from other developing countries in Asia, Africa and South America.

Kulina is Yogyakarta’s startup that serves Jakarta’s market. They claim to develop services to help Jakartans get a low-cost but proper meal.

“Lunch plays important role in burning employee’s money. With Kulina, lunch budget can be controlled and consumer can use their money for other things such as traveling or savings,” Casper Sermsuksan, Kulina’s Chief Operating Officer, explained.

Kulina is said to have developed algorithm technology to help consumer choosing the closest route and save cost-delivery.

“Our algorithm produce a very significant cost-logistic efficiency, the consumer no longer need to worry about additional cost-delivery,” said Andy Fajar Handika, Kulina’s CEO, about the service.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Kulina Jadi Satu-satunya Startup Indonesia di Google Launchpad Accelerator Batch Kelima

Google kembali mengumumkan nama-nama startup yang berhak mengikuti program Google Launchpad Accelerator. Di edisi kelima ini, Indonesia diwakili oleh Kulina, sebuah startup yang bergerak di bidang langganan katering untuk makan siang. Ini akan menjadi kesempatan Kulina mendapatkan sejumlah pembelajaran dari mentor-mentor terpilih.

Google Launchpad Accelerator adalah acara enam bulan sekali yang diadakan oleh Google. Program bootcamp yang diselenggarakan selama dua minggu akan memberikan kesempatan bagi para pesertanya untuk mendapatkan mentoring dari tim Google maupun mentor ahli dari perusahaan teknologi dan venture capital di Silicon Valley. Rencananya program batch kelima ini akan dimulai pada 29 Januari 2018 mendatang.

Sebelumnya Google Launchpad Accelerator telah meluluskan sejumlah startup asal Indonesia. Nama-nama seperti PicMix, Ruma, Qlue, Snapcart, Jurnal, iGrow, Kurio, Jojonomic, dan Sirclo tercatat sebagai startup yang memiliki kesempatan bergabung dengan program yang sama dan mendapatkan sejumlah pembelajaran penting.

Selain Kulina dari Indonesia, ada sejumlah startup lain yang mengikuti program ini dari negara-negara berkembang di Asia, Afrika, dan Amerika Selatan.

Kulina adalah startup Yogyakarta namun melayani pasar Jakarta. Mereka mengklaim mengembangkan layanan untuk membantu masyarakat Jakarta mendapatkan makan siang yang hemat namun berkualitas.

“Konsumsi makan siang adalah salah satu elemen terbesar yang menguras dompet karyawan di Jakarta. Dengan Kulina, anggaran makan siang bisa terkontrol dan konsumen bisa menggunakan penghematan tersebut untuk hal-hal lain yang tak kalah penting seperti travelling, menabung dan lain-lain,” terang Chief Operating Officer Kulina Casper Sermsuksan.

Kulina disebut mengembangkan teknologi berupa algoritma untuk membantu memilihkan rute terdekat dengan konsumen untuk menghemat biaya pengiriman sehingga biaya yang harus dikeluarkan konsumen Kulina bisa diminimalisir.

“Algoritma kami menghasilkan efisiensi biaya logistik yang sangat signifikan, sehingga kami tidak perlu membebani konsumen dengan tambahan ongkos kirim,” CEO Kulina Andy Fajar Handika menjelaskan layanannya.

Daftar Program Inkubator dan Akselerator Startup Indonesia

Program akselerator dan inkubator memang sangat lekat dengan dunia startup. Kendati keduanya memiliki misi yang sama –yakni memperlancar laju startup—namun terdapat perbedaan antara akselerator dan inkubator. Secara umum perbedaan akselerator dan inkubator ialah pada jangkauannya.

Akselerator mencoba mempercepat atau mengakselerasi laju bisnis startup yang sudah berjalan. Bisanya dengan memberikan investasi, pendampingan ataupun konsultasi. Sedangkan inkubator lebih kepada proses pembinaan pada startup di tahap awal, mulai dari mematangkan model bisnis, konsep produk hingga pangsa pasar. Jadi dapat dikatakan bahwa untuk sebuah startup prosesnya adalah membentuk tim, mengikuti program inkubator lalu mematangkan bisnis melalui program akselerator.

Di Indonesia, saat ini sudah mulai banyak program inkubator dan akselerator startup. Mulai yang dikelola oleh perusahaan modal ventura, korporasi hingga pemerintah. Berikut daftar program inkubator dan akselerator yang dapat diikuti oleh startup Indonesia. Untuk program inkubator ditandai dengan (i), sedangkan program akselerator ditandai dengan (a).

1000 Startup (i)

Diinisiasi oleh Kominfo dan Kibar, program inkubasi ini terbagi menjadi lima fase, yakni Ignition penanaman pola pikir kewirausahaan, Workshop pembekalan keahlian dasar startup, Hacksprint pembentukan tim untuk membuat prototipe, Bootcamp pembinaan bersama mentor, dan Incubation pembinaan lanjutan hingga siap diluncurkan. Ditargetkan tahun 2020 akan tercetak sebanyak 1000 startup yang menjadi solusi atas berbagai masalah dengan memanfaatkan teknologi digital.

Diadakan di berbagai kota, kegiatan ini menjadi sebuah jembatan bagi individu yang berminat mengembangkan karier di dunia kewirausahaan digital. Pasalnya jika dirunut dari awal hingga akhir, kegiatan yang ada dalam Gerakan Nasional 1000 Startup ini memang mempersiapkan talenta dari nol, hingga siap untuk menjadi bagian dari ekosistem startup digital di tanah air. Hingga saat ini program 1000 startup masih terus berjalan dan membuka kesempatan kepada semua anak muda di Indonesia.

Alpha Startup (a)

Program ini akselerasi ini merupakan hasil kemitraan strategis antara 1337 (Leet) Ventures, Convergence Ventures, Baidu Indonesia, dan Gobi Partners. Batch pertama program ini sudah dimulai sejak pertengahan tahun 2016 lalu. Tidak ada spesifikasi khusus untuk kategori startup yang dapat masuk ke program ini. Alpha Startup juga memberikan fasilitas berupa program bimbingan dan beragam fasilitas, termasuk ruang bekerja, fasilitas pendukung produktivitas dari AWS, dan juga suntikan investasi senilai Rp 325 juta.

Namun sejatinya jika melihat materi yang disampaikan, Alpha Startup ini masuk dalam skala pre-accelerator. Mereka berada di antara startup yang sudah memiliki ide namun sedang tahap validasi. Proses pembinaan di dalamnya membantu startup melakukan validasi, terkait produk dan pangsa pasar. Bahkan salah satu outcome yang dihasilkan dari program ini ialah pematangan MVP (Minimum Viable Product).

Bekraf for Pre-Startup (i)

Bekraf for Pre-Startup (BEKUP) adalah program yang dirancang khusus untuk mematangkan integrasi ekosistem startup dari hulu sampai ke hilir, yaitu pematangan calon-calon sumber daya manusia yang akan membangun startup di tanah air. Kegiatannya berupa workshop, baik terkait manajemen bisnis maupun teknis pengembangan produk. Program BEKUP lebih cocok ditempatkan pada fase pre-incubation, pasalnya kegiatan ini memfokuskan pada pembinaan individu dari 0, hingga pembentukan tim yang siap untuk masuk tahap inkubasi awal.

Tidak melepas begitu saja startup pemula yang menjadi lulusan di program ini, melainkan BEKUP menghubungkannya dengan kanal inkubasi lanjutan melalui koneksi Bekraf. Termasuk membawa startup pemula yang dilahirkan ke dalam program inkubator dan akselerator lain yang telah bekerja sama dengan Bekraf.

BNV Labs (i)

BNV Labs didirikan oleh Bank Bukopin bekerja sama dengan Kibar. Program tersebut terfokus kepada tiga elemen utama, yaitu pembentukan tim terbaik, melancarkan program inkubasi dan memfasilitasi co-working space yang berfungsi sebagai wadah bagi pelaku startup berinovasi. Fokusnya ialah untuk startup pada sektor finansial (fintech). Beberapa kegiatan pengembangan startup termasuk menghubungkan peserta terhadap ekosistem kewirausahaan digital, membuka akses pasar, dukungan bisnis, pembinaan, juga pengembangan kapasitas pelaku di dalamnya.

Founder Institute (a)

Masuk ke dalam kategori pre-accelerator, program ini sebenarnya bersifat global, namun demikian sudah ada di Indonesia dalam Jakarta Founder Institute (JFI). Founder Institute menyajikan program pelatihan yang berjalan selama empat bulan per batch-nya. Sesuai namanya, program ini melatih founder baru untuk membentuk generasi terbaik di perusahaan. Program ini memfasilitasi sesi mingguan yang diisi dengan mentor berpengalaman di bidangnya untuk membantu para founder mengembangkan dan meluncurkan bisnis mereka.

Di Indonesia, JFI didukung oleh berbagai mitra, mulai dari Indosat Ooredoo, Baidu, Kejora, Mountain Partners, Bakti Barito, dan lainnya. Beberapa kurikulum yang diajarkan termasuk bagaimana memvalidasi visi dan ide, riset dan pengembangan konsumen, penentuan model bisnis, pengembangan produk, branding hingga pendanaan.

Global Entrepreneurship Program Indonesia (i)

Dimulai sejak awal tahun 2011, Global Entrepreneurship Program Indonesia (GEPI) telah didukung oleh pemimpin bisnis terkemuka di Indonesia. Program ini memiliki visi untuk mengkatalisis strategi kewirausahaan Indonesia dengan bekerja sama dengan program yang ada dan menghubungkan calon pengusaha Indonesia dengan perkembangan global dan prospek investasi.

GEPI juga merupakan bagian dari inisiatif global yang lebih luas yang disebut Global Entrepreneurship Program (GEP), yang tumbuh dari sebuah inisiatif Presiden Obama dan sekarang menjadi program inti di Departemen Luar Negeri AS, untuk mempromosikan kewirausahaan sebagai sebuah pilar utama pembangunan ekonomi di antara negara-negara berkembang. Saat ini di Indonesia beberapa mitra strategis dengan beberapa mitra seperti ANGIN.

GnB Accelerator (a)

Ini merupakan program akselerasi kerja sama antara Fenox VC dan Infocom Corporation. Program yang berjalan selama tiga bulan ini menawarkan mentorship, support, training hingga funding. Selama mengikuti program tersebut, setiap startup peserta akan mendapat investasi sekitar Rp666 juta, fasilitas co-working space, serta bimbingan dari para mentor.

Dari sisi materi, GNB Accelerator lebih fokus pada market-fit dan penyiapan tim untuk lebih siap dalam pendanaan. Kendati tidak menyasar kategori spesifik, startup health-tech, e-commerce, on-demand, dan fintech menjadi sasaran utama.

Google Launchpad Accelerator (a)

Sebuah program yang diinisiasi oleh Google dalam rangka membantu startup  terpilih untuk mengakselerasi bisnis dan teknologi mereka. Dengan Launchpad Accelerator, Google berkomitmen untuk terus membina sejumlah startup berbakat, termasuk di Indonesia. Selain Indonesia, Google Launchpad Accelerator juga membuka kesempatan untuk startup di beberapa negara seperti India, Thailand, Vietnam, Malaysia dan Filipina dan beberapa negara di benua lain.

Prosesnya startup yang lolos seleksi akan diterbangkan langsung ke markas Google untuk dibina secara intensif. Selain bootcamp 2 minggu di kantor Google dan program inkubasi yang dilaksanakan selama 6 bulan, para startup (khusus pengembang solusi mobile) juga akan menerima pendanaan bebas ekuitas hingga $50.000. Program Launchpad Accelerator sendiri memang difokuskan untuk negara dengan pertumbuhan startup berpotensi. Program ini menargetkan mampu merangkul 50 startup baru per tahun.

Ideabox (a)

Ideabox merupakan program gabungan yang dimotori Indosat Ooredoo, Mountain Partners, dan Kejora yang bertujuan mengangkat potensi startup Indonesia melalui bantuan dana investasi tahap awal dan memberikan penghargaan khusus untuk startup yang bergerak di sektor internet dan telekomunikasi. Ideabox menonjolkan pada empat hal, yakni penguatan market-size, penguatan model bisnis dan operasional, penguatan produk, dan growth. Hingga pada akhirnya mempersiapkan startup untuk pitching pendanaan.

IDX Incubator (i)

IDX Incubator merupakan program inkubasi inisiatif Bursa Efek Indonesia (BEI). Visinya untuk membantu mengembangkan startup digital Indonesia, dari segi bisnis, legal, hingga membantu startup untuk melenggang ke lantai bursa saham atau melakukan IPO. Program inkubator ini terselenggara berkat kerja sama BEI dan Bank Mandiri.

BEI menjanjikan beberapa hal yang bisa didapatkan peserta, mulai fasilitas co-working space, program pengembangan bisnis, akses ke permodalan, dan workshop atau event lainnya yang tentunya bermanfaat bagi pengembangan bisnis startup, lengkap dengan beberapa mentor yang siap membina.

Indigo Creative Nation (i)

Indigo merupakan program pembinaan startup yang diselenggarakan Telkom untuk membangun ekosistem digitalpreneur di Indonesia, melalui fasilitas kreatif digital, pendanaan dan akses pasar untuk mempercepat industri kreatif digital Indonesia. Program Indigo merupakan penggabungan program sebelumnya yang sudah ada yakni Indigo Incubator, Indigo Accelerator, dan Indigo Venture. Program ini memberi kesempatan bagi para startup untuk merealisasikan karya kreatif mereka, baik yang masih dalam bentuk ide, produk yang sudah memiliki pengguna, bisnis yang sudah mendatangkan pendapatan, serta bisnis yang membutuhkan akselerasi dan pendanaan lebih lanjut.

Program inkubasi diselenggarakan oleh Telkom Group bersama MIKTI (Masyarakat Industri Kreatif TIK Indonesia) ditujukan bagi startup yang ingin mengembangkan bisnisnya di bidang digital. Startup yang terpilih akan mendapat dukungan inkubasi dari 1 bulan sampai dengan 18 bulan tergantung tahapannya dan mendapatkan berbagai fasilitas seperti, akses pasar melalui kanal pemasaran.

Inkubator Parama (i)

Untuk turut mengambil andil di pengembangan startup digital, Lima Ventura mendirikan program inkubasi bernama Parama Indonesia. Beberapa program unggulan yang ingin disajikan oalah terkait dengan strategi branding dan peningkatan valuasi oleh startup melalui kemitraan bisnis. Aktivitasnya ialah mengadakan kompetisi dan membina startup yang terjaring melalui kegiatan tersebut.

Kolaborasi.co (i)

Dimotori oleh empat orang dari startup berbeda, yakni Yohan Totting, Moon Leoma, Sutansyah  Marahakim, dan Adryan Hafizh, Kolaborasi.co berusaha menjadi sebuah wadah berkumpulnya startup, khususnya di wilayah Bandung, untuk belajar bersama. Tidak hanya untuk pebisnis di dunia online, Kolaborasi.co juga mengakomodasi startup yang bergerak dalam sektor offline. Tidak seperti program lain yang memfokuskan pada fasilitas atau pendanaan, sesuai namanya, konsep kolaborasi lebih ditekankan. Kelompok inkubasi startup ini sudah berdiri sejak tahun 2013.

Mandiri Capital (i)

Sebuah inkubator besutan Bank Mandiri yang memiliki visi untuk mendorong hadirnya startup di bidang teknologi finansial. Dalam prosesnya, program ini bekerja sama dengan Indigo Inkubator dan ActionCoach. Dari kategori fintech pun inkubator ini masih membaginya ke dalam tiga fokus utama, yakni payment, lending dan enterprise solution. Ketiga segmen ini dinilai dapat bersinergi langsung dengan Bank Mandiri Group. Mandiri Capital Indonesia (MCI) berfokus untuk membantu startup dalam empat hal, mulai dari investasi, mentoring, membantu startup dalam memperkuat jaringan, dan program inkubator eksklusif.

Plug and Play (a)

Plug and Play Indonesia (PNP Indonesia) adalah bagian dari PNP Tech Center, yakni sebuah akselerator startup global dengan misi membantu pada suksesi dalam teknologi digital. Dengan kantor pusatnya di Silicon Valley, jaringan bisnis Plug and Play mencakup lebih dari 200 mitra korporasi, investor, universitas dan mitra terkait lainnya di bidang ritel, fintech, Internet of Things (IoT), media dan komputasi awan.

Selama 3 bulan startup yang lolos seleksi program akselerasi akan diberikan dana, bimbingan, ruang kerja gratis juga dukungan lainnya melalui program akselerator. PNP Indonesia akan melakukan investasi di 50 startup tahap awal setiap tahunnya.

Skystar Ventures (i)

Skystar Ventures didirikan oleh grup Kompas Gramedia (KG) dan Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Keuntungan yang ditawarkan bagi startup yang terpilih mengikuti program ini adalah seed funding, mentoring yang intensif, fasilitas Skystar Ventures yang terdiri atas tempat kerja, serta paparan dengan jaringan Kompas Gramedia dan para investor.

Program ini menyasar startup segmen e-commerce, pendidikan, mobile, sosial, SaaS, media, dan infrastruktur, meskipun mereka tidak menutup kemungkinan bagi startup yang bergerak di segmen lain untuk mendaftarkan diri. Startup tersebut sebaiknya masih berada di tahap awal (early stage) dan sudah memiliki traksi, konsumen, dan pertumbuhan.

Start Surabaya (i)

Didirikan oleh pemerintah kota Surabaya, program ini berbentuk inkubasi untuk perusahaan startup di bidang teknologi. Misinya untuk memberdayakan anak muda di Surabaya agar meluncurkan bisnis atau produk berbasis teknologi yang berdampak positif dan memberikan nilai tambah kepada masyarakat. Program ini menjadi salah satu inkubator tingkat kota pertama di Indonesia. Untuk kegiatannya, pemkot Surabaya menjalin kerja sama dengan Kibar dan beberapa mitra lainnya.

Startup Weekend (i)

Konsep Startup Weekend adalah memberikan kesempatan bagi para entrepreneur memvalidasi ide dan  mematangkan konsep untuk memulainya. Acara akan dimulai dengan open mic, setiap peserta berhak menyampaikan ide yang telah dimiliki di depan para hadirin. Presentasi harus meyakinkan, karena di sana juga berkesempatan untuk menemukan anggota tim guna merealisasikan ide tersebut.

Acara ini terbuka bagi siapa saja yang tertarik mengembangkan startup. Mulai dari mahasiswa, pengusaha, programer, desainer dan lainnya. Beberapa mentor yang dihadirkan adalah pelaku startup sukses dan managing partner dari perusahaan venture capital. Nantinya ide yang terpilih menjadi pemenang, karena dalam acara tersebut juga akan didadakan kompetisi, akan mendapatkan sesi privat berdiskusi dengan para mentor.

Visio (i)

Visio adalah program inkubator berbasis di Kota Padang. Dimotori oleh Hendriko Firman dan Ogy Winenriandhika, program ini memiliki visi untuk menumbuhkan ekosistem bisnis digital di kawasan Sumatera Barat. Program ini menginkubasi startup selama 3 bulan, hingga startup matang untuk mempresentasikan karyanya di depan investor.

Pembelajaran Peserta Google Launchpad Accelerator Batch Ketiga

Setelah mengikuti program intensif selama 2 minggu di San Francisco, Amerika Serikat, para peserta Google Launchpad Accelerator tahap ketiga telah kembali ke tanah air dan berbagi pengalamannya dengan awak media. Istilah seperti “Design Sprint” dan Objective and Key Results (OKR)” menjadi jargon yang diangkat penggiat startup yang merasakan langsung bagaimana belajar dengan para mentor berpengalaman.

PicMix, Ruma, Qlue, Snapcart, Jurnal, dan iGrow adalah 6 startup yang beruntung mengikuti program Launchpad Accelerator kali ini. Beragam pengalaman menarik dan unik disampaikan oleh mereka, tapi 2 poin menjadi hal yang terus menerus disebut, yaitu penerapan Design Sprint dan OKR dalam pengembangan produk dan startup itu sendiri.

Menurut manifestonya, Design Sprint adalah proses dalam waktu 5 hari untuk menjawab pertanyaan bisnis critical melalui proses desain, prototyping, dan pengetesan idenya langsung ke konsumen.

CEO Ruma Aldi Haryopratomo mengungkapkan awalnya pihaknya tidak percaya Design Sprint mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi startupnya. Setelah bertemu dengan mentor-mentor yang ahli di bidang ini, ia akhirnya yakin bahwa Design Sprint adalah konsep yang harus digunakan oleh setiap startup untuk memastikan produk yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan konsumen.

Identifikasi konsumen dan validasi ide menjadi hal yang dianggap penting ketika startup ingin mengembangkan produk untuk menyelesaikan suatu masalah. Para peserta Launchpad batch ketiga ini mengamini bahwa seandainya mereka bisa mengubah waktu dan menjalankan startupnya dari nol, maka hal-hal ini yang bakal dilakukannya pertama kali.

Penentuan metrik fokus juga menjadi titik penting bagi sebuah startup. Melalui metodologi OKR, startup bisa menemukan metrik mana yang seharusnya menjadi fokus perhatian (dan tujuan) sebuah startup. Sebelum menggunakan OKR, kebanyakan startup mungkin hanya peduli soal metrik pendapatan, metrik jumlah unduhan, atau bahkan rating di toko aplikasi. Ternyata hal tersebut belum tentu benar jika tujuannya untuk mendapatkan data valid dari konsumen atau menyelesaikan permasalahan konsumen.

Tentu saja Launchpad tidak melulu soal problem teknis. Banyak sisi bisnis yang dibahas untuk membantu startup menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

“Program Launchpad Accelerator Google benar-benar mengubah cara pandang saya tentang bagaimana menjalankan bisnis,” kata CEO Jurnal Daniel Witono.

Setelah masa akselerasi intensif selama 2 minggu, selama 6 bulan ke depan startup peserta Launchpad Accelerator akan tetap mendapatkan bimbingan dengan para mentor melalui video conference. Mereka juga mendapatkan dana non-ekuitas senilai $50 ribu yang kebanyakan bakal dimasukkan ke dalam pool of fund pengembangan produk. Secara total, sampai batch ketiga, Google telah memberikan pendanaan sebesar $1 juta untuk startup Indonesia

Launchpad Accelerator tahap keempat dan Android Kejar

Google juga mengumumkan pembukaan Launchpad Accelerator tahap keempat yang bakal dibuka hingga 24 April 2017 dan kegiatan Android Kejar di Indonesia. Rangkaian kegiatan ini adalah realisasi janji Google untuk membantu Pemerintah Indonesia melatih 100 ribu pengembang.

Launchpad tahap keempat akan menambah jumlah peserta dari negara-negara baru di kawasan Eropa Timur, Amerika Latin, dan Asia. Diharapkan peserta dari Indonesia tetap 6 tim seperti batch sebelumnya. Salah satu perkembangan Launchpad saat ini adalah penggunaan tempat terdedikasi di Launchpad Space, jumlah mentor yang mencapai lebih dari 150 orang, dan slot-slot waktu yang terdedikasi untuk topik penting, seperti Design Sprint,

Ketika ditanya tentang keragaman startup peserta, misalnya startup yang berbasis soal perempuan atau produk perempuan, Program Manager Developer Relation Google Asia Tenggara Erica Hanson menjawab pihaknya berharap bisa merangkul lebih banyak startup di segmen ini. Selama tiga batch berlangsung, Launchpad baru sekali mengambil startup yang berbasis produk perempuan, yaitu HijUp.

Android Kejar, di sisi lain, adalah program pengajaran pemrograman Android melalui workshop dan didukung pembelajaran online melalui Udacity. Sepanjang tahun 2016 disebutkan para mentor Google telah melatih 3311 pengembang Indonesia.

DScussion #70: Google Launchpad Accelerator, Pemasaran Organik, dan Ekspektasi Picmix di Tahun 2017

Di edisi DScussion kali ini, CEO Picmix Calvin Kizana berbagi cerita tentang lolosnya Picmix sebagai salah satu peserta batch ketiga Google Launchpad Accelerator. Calvin bercerita soal latar belakang Picmix, yang sudah dibilang tidak dalam tahap early stage, mengikuti kegiatan ini.

Di akhir wawancara, Calvin meyampaikan target dan keinginan yang dicapai di tahun 2017 mendatang.

Startup Terpilih di Google Launchpad Accelerator Batch Ketiga Sudah Diumumkan

Startup terpilih untuk Google Launchpad Accelerator batch ketiga untuk kawasan Asia sudah diumumkan. Beberapa startup Indonesia masuk ke dalam program inkubasi yang akan dilaksanakan selama 6 bulan ini, yakni iGrow, Jurnal, Mapan, PicMix, Qlue dan Snapcart. Seperti yang telah dilaksanakan pada dua batch sebelumnya, nantinya para startup terpilih akan mendapatkan pembimbingan khusus langsung di kantor pusat Google.

Pada batch kedua yang dilaksanakan mulai bulan Mei lalu, juga terjaring 6 startup Indonesia ke dalam program Google tersebut. Salah satu testimoni dari peserta di batch kedua bulan lalu CEO Hijup Diajeng Lestari menjelaskan bahwa dirinya mendapatkan beberapa insight terkait dengan bagaimana mengoptimalkan funnel. Mulai acquisition cost-nya hingga mengelola konsumen untuk bisa masuk ke customer base, sesuai dengan kebutuhan dan tipe startup Diajeng berupa layanan e-commerce.

Nama-nama startup terpilih di batch ketiga

Di tahap ketiga kali ini nama-nama startup yang ditetapkan sebagai peserta sudah cukup banyak dikenal dan sering memberikan introduksi produknya di berbagai program unggulan startup. Pertama iGrow, startup ini membawakan konsep yang revolusioner di bidang pertanian, menghubungkan investor dengan penggarap lahan. Sistem bisnisnya unik, memberdayakan petani untuk memanfaatkan lahan dengan suntikan investasi dari masyarakat yang berminat. Kemudian ada Jurnal, yang memberikan layanan SaaS untuk pengelolaan manajemen bisnis dan keuangan pada bisnis di Indonesia.

Kemudian ada Mapan (Arisan Mapan) yang diinisiasi oleh Ruma, mengusung aplikasi terpadu untuk arisan yang dihubungkan dengan sistem belanja di e-commerce. PicMix turut masuk dalam batch kali ini, startup karya Calvin Kizana ini beberapa waktu terakhir begitu gencar melambungkan kembali eksistensinya dengan aplikasi pengolah foto karyanya. Menjadi salah satu startup Indonesia yang mampu bertahan dalam gejolak perkembangan digital nasional.

Inovator layanan berbasis smart city Qlue juga turut terpilih. Terobosannya di berbagai daerah untuk digitalkan layanan publik membawa startup ini cukup dikenal di Indonesia dan mulai menjalin dengan regulator di berbagai daerah di Indonesia. Terakhir ada Snapcart, startup besutan Reynazran Royono yang sangat mengunggulkan teknologi big data untuk memberikan kenikmatan cashback bagi pengguna aplikasinya.

Selain mendapatkan pembinaan berupa bootcamp 2 minggu di kantor Google dan program inkubasi yang dilaksanakan selama 6 bulan, para startup (khusus pengembang solusi mobile) juga akan menerima pendanaan bebas ekuitas hingga $50.000. Program Launchpad Accelerator sendiri memang difokuskan untuk negara dengan pertumbuhan startup yang berpotensi, seperti Indonesia, India dan Brasil. Program ini menargetkan mampu merangkul 50 startup baru per tahun.

Pendaftaran Google Launchpad Accelerator Batch Ketiga Tengah Dibuka

Google kembali mengumumkan pembukaan gelaran Google Launchpad Accelerator, sebuah program yang memfokuskan pada mentoring, pelatihan, hingga inkubasi oleh Google kepada startup terpilih. Google Launchpad Accelerator sendiri sudah memasuki batch ketiga. Dan pendaftaran kini sedang dibuka sampai dengan 24 Oktober 2016 mendatang.

Hingga sampai batch ketiga ini Google Launchpad Accelerator baru membuka pendaftaran di negara-negara dengan ekosistem startup yang sedang berkembang, seperti Indonesia, Brasil, India dan Meksiko. Namun Google menjanjikan akan membuka lebih banyak kesempatan bagi startup di negara-negara lain pada batch berikutnya.

Google juga mensyaratkan bahwa startup yang terpilih harus menargetkan pasar lokal untuk solusi atau aplikasi yang diusung di negara masing-masing. Selain itu Google juga mempertimbangkan market fit, masalah yang coba dipecahkan, bagaimana startup menciptakan value untuk pengguna, dan beberapa pertimbangan intensif lainnya dalam meloloskan startup pendaftar ke dalam program ini.

Program Google Launchpad Accelerator sendiri menawarkan berbagai macam keuntungan, seperti kesempatan mengikuti bootcamp, pendampingan teknis dan bisnis yang mendalam dari mentor-mentor yang berasal dari seluruh penjuru dunia, serta didukung lebih dari 20 tim ahli korporasi Google.

Sebagai informasi tambahan, dalam batch pertama startup Indonesia yang menjadi bagian dari program Google Launchpad Accelerator adalah Jojonomic, Kakatu, HarukaEdu, Setipe, Kerjabilitas, Kurio, eFishery, dan Seekmi. Nama-nama seperti CodaShop, HijUp, IDNtimes, Jarvis Store, Ruangguru, dan Talenta juga tercatat sebagai statup Indonesia yang turut serta dalam Google Launchpad Accelerator batch yang kedua.

Dari testimoni yang diberikan para peserta batch pertama dan kedua Google Launchpad Accelerator, mereka banyak mendapatkan pembelajaran untuk bisa meningkatkan berbagai aspek dalam produk dan bisnisnya, seperti untuk lebih mengoptimalkan UI/UX, bagaimana mengakusisi pengguna dan juga talenta, hingga bagaimana menempatkan investasi di channel yang tepat.

Seperti yang pernah disampaikan President CodaPay Paul Leisshman pada acara kelulusan peserta Google Launchpad Accelerator batch pertama yang mengungkapkan bahwa informasi yang diberikan dan teknologi baru yang diperkenalkan sedikit banyak mengubah rencana CodaPay dalam mengembangkan bisnisnya. Sementara itu bagi CEO HarukaEdua Novistar Rustandi pemahaman user experience menjadi salah satu yang penting.

Pengalaman Startup Indonesia yang Mengikuti Google Launchpad Accelerator Batch Kedua

Bersamaan dengan digelarnya Google for Indonesia kemarin, Google juga membawa kembali enam startup Indonesia yang mengikuti bootcamp Google Launchpad Accelerator batch kedua. Selain mendapat dana “gratis” $ 50 ribu, enam startup Indonesia ini juga berkesempatan menimba ilmu dari sejumlah orang-orang brilian pilihan Google, baik dari luar maupun dalam negeri. Di sisi lain, hari ini (10/8) angkatan pertama Google Launchpad Accelerator juga melakukan Graduation Ceremony.

Google Launchpad Accelerator batch kedua kali ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan batch pertama. Perbedaan yang ada hanya terdapat dari sisi jumlah peserta dan negara yang mengikuti batch kedua. Di batch kedua ini ada enam negara yang berpartisipasi dan masing-masing diwakili oleh enam startup.

Indonesia sendiri di batch kedua diwakili oleh Jarvis Store, Talenta, Ruangguru, IDNtimes, Codapay, dan Hijup yang menjadi satu-satunya startup di bidang e-commerce dan juga pendiri wanita. Masing-masing pendiri memiliki pengalaman pelatihan yang tidak jauh berbeda, mulai dari UI/UX, cara akuisisi pengguna dan juga talenta, hingga penempatan investasi di channel yang tepat.

President CodaPay Paul Leisshman mengatakan, “Hal yang paling menantang adalah menyeimbangkan semua informasi yang kami terima dan teknologi baru yang kami pelajari, memilih mana yang relevan, dan apa yang akan kami lakukan dengan bisnis kami berikutnya. […] Ini sedikit banyak mengubah rencana kami ke depannya. Paling dekat, kami ingin segera mengimplementasikan teknologi progressive web app dalam platform kami.”

Lain Paul, lain lagi pengalaman yang diperoleh CEO Talenta Joshua Kevin. Bagi Joshua pelajaran yang paling berharga adalah materi UI/UX. Joshua sendiri berencana untuk segera mengoptimasi UI/UX mereka lebih baik lagi, apalagi Talenta sendiri baru-baru ini telah mendapatkan pendanaan.

Sementara itu CEO Hijup Diajeng Lestari menjelaskan, “Kami mendapatkan ilmu mengenai bagaimana mengoptimalisasi funnel. Mulai acquisition cost-nya sampai si customer itu sudah masuk dalam customer base kami. […] Istilahnya performance analysis, jadi [kami bisa] invest di kanal-kanal yang terbaik saja untuk akusisi pengguna.”

Developer Relationship Program Manager Google Erica Hanson menyampaikan bahwa di batch kedua ini Hijup dan Ruangguru sendiri cukup menarik perhatian. Hijup sebagai startup e-commerce dinilai mampu menciptakan emotional connection dengan penggunanya. Sedangkan Ruangguru dari model bisnisnya yang baru pertama kali ini ada di program Launchpad Accelerator.

Di sisi lain, pada batch pertama, eFishery dinilai memiliki model bisnis paling unik bersama dengan Kerjabilitas. Erica juga berjanji bahwa ke depannya Google akan terus mencari startup yang mampu memecahkan masalah dengan cara yang unik lewat teknologi di Indonesia.

Sebagi informasi, di batch kedua ini ada beberapa peserta dari batch pertama yang menjadi mentor untuk peserta batch kedua. Contohnya Razi Thalib dari Setipe yang menjadi mentor untuk Hijup.

Graduation Ceremony Google Launchpad Accelerator angkatan pertama

Google Launchpad Accelerator angkatan pertama, mentor dan Googlers di Graduation Ceremony / DailySocial
Google Launchpad Accelerator angkatan pertama, mentor dan Googlers di Graduation Ceremony / DailySocial

Dengan kembalinya enam startup batch kedua, program Google Launchpad Accelerator batch pertama pun berakhir. Hari ini, delapan startup yang menjadi angkatan pertama pun mengadakan Graduation Ceremony mereka di Hotel Mulia, Jakarta dan menyampaikan pelajaran apa saja yang telah mereka ambil selama mengikuti program bimbingan dari Google tersebut. Mereka adalah Kerjabilitas, Setipe, Jojonomic, eFishery, Seekmi, HarukaEdu, dan Kakatu.

CEO HarukaEdu Novistar Rustandi menyampaikan bahwa pelajaran paling berharga yang didapatnya adalah mengenai pemahaman user experience. Berangkat dari sana, kini pihaknya telah membangun versi baru dari sistem yang sudah ada dan disebut sudah melalui uji coba hingga dua kali saat ini. Versi baru ini pun disebut Novistar memiliki UI/UX yang benar-benar berbeda dari yang sebelumnya.

CEO Kibar Yansen Kamto yang turut hadir dan juga menjadi salah satu mentor dalam program Launchpad Accelerator mengatakan, “Tidak mudah menjadi entrepreneur di Indonesia, tetapi sekarang kita bisa melihat para pendiri startup hebat […] yang mampu memecahkan masalah. […] Ini [lewat Launchpad Accelerator] sebenarnya bisa menjadi peluang bagi Indonesia untuk belajar dari mentor dan startup lain di dunia. […] Kita harus bisa menjaga momentum ini agar ekosistem startup di Indonesia terus tumbuh.”

Selain pendanaan bebas ekuitas sebesar $ 50 ribu dan pelatihan gratis selama dua minggu langsung di kantor pusat Google, perusahaan­-perusahaan startup yang ikut di batch kedua tersebut akan mendapat mentoring selama enam bulan sekembalinya ke Indonesia sekaligus akses ke alat dan sumber daya Google. Google juga berencana akan membuka pendaftaran untuk kelas Launchpad Accelerator ke­-3 pada 2017. Namun, detail berapa jumlah peserta yang bisa berangkat dan detail-detail lainnya masih belum bisa diungkap saat ini.

Google Umumkan Enam Startup Indonesia yang Mengikuti Launchpad Accelerator Gelombang Kedua

Google secara resmi telah mengumumkan 24 startup yang akan mengikuti gelombang kedua program Launchpad Accelerator. Dari empat negara yang berpartisipasi, terdapat masing-masing enam startup yang bergabung di gelombang kedua yang rencananya akan berjalan pada 13 Juni 2016 nanti. Hijup, Talenta, Codapay, Jarvis Store, Ruangguru, dan IDNtimes adalah startup yang mewakili Indonesia di program Google Launchpad Accelerator kali ini.

Sedikit berbeda dengan gelombang pertamanya, di gelombang kedua Launchpad Accelerator ini Google hanya mencari enam startup untuk berpartisipasi. Selain itu, Meksiko ditambahkan sebagai negara baru di samping Indonesia, Brazil, dan India yang sebelumnya telah ikut di gelombang pertama.

Pendaftaran gelombang kedua program Launchpad Accelerator sendiri dibuka pada awal Maret 2016 dan berakhir pada 31 Maret 2016 kemarin. Total ada 24 startup terpilih yang akan mengikuti program Launchpad Accelerator gelombang kedua yang diumumkan oleh Google minggu lalu (11/5).

Berikut adalah daftar lengkap enam startup yang mewakili Indonesia untuk ikut dalam program Launchpad Accelerator gelombang kedua:

  • Hijup: Platform e-commerce untuk busana perempuan muslim
  • Talenta: Perangkat lunak berbasis awan yang bertujuan membantu UKM dalam mengelola proses SDM
  • Jarvis Store: Layanan pembuatan situs bagi e-commerce kecil dan menengah
  • Ruangguru: Platform yang menghubungkan siswa dengan pengajar untuk belajar di luar sekolah
  • IDNtimes: Perusahaan media online independen yang membidik generasi muda Indonesia
  • Codapay: Layanan payment gateway

CEO eFishery Gibran Chuzaefah Amsi El Farizy yang ikut dalam program Launchpad Accelerator gelombang pertama mengatakan, “Musuh terbesar Anda bukanlah kegagalan, namun godaan untuk menjadi biasa. […] Para mentor [di program Launchpad Accelerator] akan mendorong Anda untuk menciptakan produk yang luar biasa dan dengan skala startup yang juga luar biasa.”

Launchpad Accelerator sendiri adalah program percepatan pertumbuhan startup dari Google yang akan memberikan peluang pendanaan bebas ekuitas sebesar $50.000, bootcamp selama dua minggu di markas pusat Google, pembinaan berkelanjutan selama enam bulan, dan akses ke peralatan dan sumber daya Google.