Dari G-Sync Sampai Sertifikasi, Hal-Hal yang Nvidia Siapkan Demi Mendukung eSport

Saat ini antisipasi terhadap kartu grafis baru Nvidia sedang berada di momen puncak. Dari laporan sejumlah narasumber, pengungkapan GPU berarsitektur Turing boleh jadi dilakukan tak lama lagi. Namun kita juga tahu, bukan cuma teknologi grafis yang menjadi fokus perusahaan asal Santa Clara itu. Sudah lama mereka punya agenda buat membantu perkembangan eSport di tanah air.

Dan akhirnya, impian semua pelaku industri agar eSport diakui sebagai cabang olahraga sekaligus menyingkirkan kesan buruk gaming dapat terwujud. eSport telah menjadi bagian dari Asian Games 2018 (walaupun baru ekshibisi). Asian Esports Federation sudah mengonfirmasi judul-judul yang akan dilombakan, meliputi League of Legends, Hearthstone, Starcraft II, Pro Evolution Soccer, lalu Clash Royale dan Arena of Valors menjadi perwakilan dari mobile game.

Di tanggal 24 Juli kemarin, Nvidia mencoba menegaskan lagi beragam potensi yang bersemayam dalam eSport dan juga mengungkapkan pencapaian esensial yang diperoleh para pelakunya. Untuk melakukannya, Nvidia mengundang sejumlah tokoh dari organisasi penting serta perwakilan ranah olahraga elektronik buat melakukan diskusi di High Grounds PIK, salah satu eSport center paling high-end di Jakarta.

Nvidia 2

 

eSport dan nilai-nilai olahraga

Acara ini dibuka oleh presentasi dari Helen Sarita selaku PLT Sekjen Komite Olimpiade Indonesia. Ia mengungkapkan bagaimana olahraga elektronik mempunyai nilai-nilai olimpisme yang kuat. Beberapa elemen di sana meliputi menjunjung tinggi kerja keras, pantang menyerah, terus berusaha untuk lebih baik, menghormati perbedaan, serta berempati dan bersimpati.

Nvidia 1

Menurut Helen, sudah saatnya eSport mendapatkan dukungan dari lebih banyak pihak, baik pemerintah, dunia pendidikan, orang tua serta perusahaan-perusahaan teknologi dan penyedia hardware.

Nvidia 3

Di sesi diskusi, ketua umum IeSPA Eddy Lim kembali menjelaskan apa yang membedakan kegiatan gaming biasa dengan eSport. Umumnya, orang bermain game buat menghibur diri atau mungkin sekadar ‘naik ke level selanjutnya’. Tapi begitu seseorang berpikir untuk terjun ke kancah olahraga elektronik, ada banyak hal yang harus ia pertimbangkan – misalnya seperti aspek olimpisme tadi.

Dan bukan cuma itu. Kita tahu para gamer profesional harus bisa menjaga konsentrasi dalam durasi yang lama. Itu alasannya mereka harus bugar secara fisik. Selanjutnya, game-game eSport juga menuntut logika serta kemampuan menyelesaikan masalah yang baik. Dengan begini, para atlet sangat dianjurkan untuk memahami sejumlah ilmu pengetahuan seperti fisika dan matematika.

Nvidia 4

Dengan naiknya kepopularitasan eSport, Eddy Lim melihat kemunculan fenomena baru: anak-anak meminta izin orang tuanya untuk berhenti sekolah demi jadi atlet olahraga elektronik. Ini adalah pandangan yang keliru. Sang ketua umum menyampaikan, bahkan jika ada ratusan ribu hingga jutaan orang mengikuti turnamen eSport, juara masing-masing game hanya ada tiga. Lalu bagaimana dengan sisanya?

Nvidia 6

Kemudian seperti olahraga lain, kemampuan fisik atlet eSport akan berkurang seiring waktu. Tingkat refleks, kecepatan, serta koordinasi tangan dan mata biasanya mulai menurun di usia 27 atau 28 tahun. Beberapa orang mungkin cukup beruntung jika bisa melanjutkan kegemarannya pada eSport sebagai pelatih, namun sisanya tentu saja harus meneruskan hidupnya. Setidaknya saat pro gamer ‘pensiun’, mereka sudah menjalani pendidikan dasar dan dapat melanjutkan edukasinya di jenjang yang lebih tinggi.

 

Dukungan Nvidia

Tentu saja eSport tidak akan berjalan optimal tanpa ada dukungan teknologi dan sarana latihan. Sejak beberapa tahun silam, Nvidia telah memulai prakarsa serfifikasi ‘GeForce’ dengan maksud untuk menghilangkan stigma soal buruknya kondisi warnet atau game center. Nvidia secara cuma-cuma mau memberikan titel GeForce Certified iCafe, asalkan pengelola bersedia memenuhi sejumlah syarat.

Nvidia 5

Beberapa kriteria GeForce Certified iCafe meliputi larangan merokok, mengakses konten porno, berkata kasar, serta memakai baju sekolah. Pengelola iCafe juga diminta untuk menciptakan lingkungan bermain yang sehat serta nyaman, dengan memikirkan kondisi cahaya dan sirkulasi udara. Selain gaming, iCafe-iCafe tersertifikasi GeForce diharapkan pula bisa menjadi pusat komunitas gamer serta sarana ‘one-stop-solution‘ – misalnya buat belajar atau mengerjakan tugas kuliah.

Nvidia 7

Dari penuturan Harry Kartono selaku consumer lead Nvidia Indonesia, High Grounds sendiri merupakan bagian dari jaringan waralaba TNC, tapi punya level yang lebih tinggi. Saat berkunjung ke sana, Anda akan disuguhkan mesin-mesin gaming canggih persembahan Acer Predator (termasuk monitor G-Sync HDR 144Hz), console PlayStation 4 buat mendukung couch gaming, ruang latihan eksklusif, hingga arena turnamen dan sarana ‘nobar’.

Nvidia 9

Menariknya lagi, High Grounds PIK tersebut baru memperoleh sertifikasi GeForce kelas gold. Masih ada level platinum di atasnya. Harry menyampaikan, syarat buat mendapatkan platinum ialah tersedianya zona virtual reality yang kabarnya sedang diusahakan oleh pemilik iCafe.

Nvidia 10

Nvidia juga tengah mempromosikan G-Sync di sejumlah produk monitor baru. Sederhananya, teknologi ini dikembangkan untuk memastikan pengalaman gaming yang mulus, bebas dari efek screen tearing, flickering maupun stuttering karena sinkronisasi sempurna antara output GPU dengan layar, berapapun frame rate per detik yang dihasilkan oleh sistem. G-Sync siap menunjang monitor dengan refresh rate sampai 240Hz.

Nvidia 11

Di Computex 2018 kemarin, Nvidia juga banyak mengomunikasikan teknologi HDR. HDR diracik agar display bisa mengeluarkan gambar mendekati kemampuan mata manusia melihat; misalnya dengan menghadirkan tingkat gelap dan terang yang kontras secara bersamaan tanpa menghilangkan detail. Nvidia turut mengungkapkan esensialnya tingkat kecerahan dalam menghidangkan warna. Kian terang, maka warna yang dapat ditangkap oleh mata manusia semakin banyak.

Dan melihat pengumuman BFGD di CES 2018, ranah serta teknologi display sepertinya akan menjadi fokus besar Nvidia selanjutnya…

Google Akhirnya Aktifkan Komponen Rahasia Mereka di Pixel 2

Debut perdana Google di ranah pengembangan chipset untuk perangkat mobile dimulai bersama Pixel 2, di mana setiap unitnya telah dibekali co-processor buatan mereka sendiri yang diberi nama Pixel Visual Core. Komponen ini bertanggung jawab atas implementasi teknologi HDR+ yang menjadi rahasia di balik superioritas kamera Pixel 2.

HDR+ sebenarnya sudah eksis sejak tahun 2014. Di Pixel 2, fitur tersebut selalu aktif, memungkinkan kamera untuk menangkap beberapa foto dalam beragam pengaturan exposure, sebelum akhirnya menyatukannya menjadi satu gambar yang mendekati sempurna.

Pixel Visual Core tadi itu sederhananya bertugas mempercepat proses pengambilan gambar HDR+, dan di saat yang sama mengonsumsi energi yang lebih sedikit ketimbang jika prosesnya ditangani oleh prosesor utama. Yang menjadi masalah, selama ini Pixel Visual Core masih ‘tertidur’ dan belum diaktifkan.

Sesuai janji, Google pun mulai merilis software update untuk Pixel 2 yang bakal mengaktifkan Pixel Visual Core. Selain di aplikasi kamera bawaan, tandem Pixel Visual Core dan HDR+ ini juga siap bekerja di semua aplikasi lain yang memiliki mode kamera, macam Instagram, WhatsApp dan Snapchat. Foto-foto di atas menunjukkan perbandingan foto yang diambil tanpa (kiri) dan dengan HDR+ (kanan).

Google pada dasarnya mencoba menerapkan sesuatu yang baru dengan Pixel 2: ketimbang hanya mengandalkan superioritas komponen optik (sensor, lensa, dll) dan image signal processor (ISP) semata, mereka juga ingin meningkatkan hasil tangkapan kameranya lebih lagi dengan machine learning. Machine learning, seperti yang kita tahu, membutuhkan daya komputasi yang tinggi, dan itulah mengapa mereka mau bersusah payah sendiri mengembangkan komponen macam Pixel Visual Core.

Sumber: Google.

6 Smartphone Android Terbaik untuk Nonton Film (Dukung HDR10 Netflix)

Menikmati sajian film baru di bioskop kesayangan Anda memang memberikan pengalaman yang luar biasa. Namun tidak semua orang sempat untuk pergi ke bioskop.

Kini sudah ada sejumlah aplikasi yang memungkinkan Anda menonton tayangan kesukaan di smartphone, satu diantaranya Netflix. Kelebihan dengan layanan sejenis adalah Netflix mendukung format video High Dynamic Range, HDR10 dan Dolby Vision.

Ya, selain resolusi layar yang tinggi, dukungan teknologi video format HDR tak boleh luput Anda punyai di smartphone Anda. Sehingga Anda bisa menikmati film yang diputar dalam format berkualitas tertinggi dengan warna dan luminans yang lebih beragam seperti halnya di layar kaca.

Berikut daftar smartphone terbaik untuk nonton film dan mendukung video HDR10 di layanan Netflix:

1. Razer Phone

smartphone-terbaik-untuk-nonton-film-2

Sebagai smartphone gaming, Razer Phone mengusung teknologi layar yang istimewa. Panel IGZO 5,7 inci 1440×2560 piksel (515 ppi) dengan rasio layar 16:9 buatan Sharp yang digunakan memiliki frame rate tinggi yang mendukung refresh rate 120Hz dan fitur Wide Colour Gamut.

Dukungan format video HDR 10 di Netflix pun menambah daftar keunggulan Razer Phone. Selain format video HDR, Razer Phone juga mendukung teknologi audio Dolby Digital 5.1 yang bekerja di kedua speaker ataupun headphone. Razer Phone pun menjadi smartphone pertama yang mendukung kedua format video dan audio di Netflix.

2. LG G6

smartphone-terbaik-untuk-nonton-film-1

Sejauh ini LG G6 adalah satu-satunya smartphone yang mendukung standar format video HDR Dolby Vision di Netflix. LG G6 mengusung teknologi FullVision display 5,7 inci resolusi 1440×2880 piksel (564 ppi) dan layar rasio baru 18:9 atau 2:1 Univisium yang nyaman untuk nonton video layaknya di bioskop.

3. Sony Xperia XZ Premium

smartphone-terbaik-untuk-nonton-film-3

Jagoan Sony di kelas atas ini mengusung teknologi Triluminos display dan X-Reality Engine di layar 5,46 inci resolusi 4K 3840×2160 piksel (807 ppi).  Ya, layar 4K ini hanya aktif saat menikmati konten foto dan video.

4. LG V30

smartphone-terbaik-untuk-nonton-film-4

Seri ini memang diciptakan untuk penggemar multimedia, baik itu untuk menikmati dan juga membuatnya. LG V30 mengusung teknologi FullVision Display P-OLED 6 inci resolusi 1440×2880 piksel (37 ppi) dan layar rasio baru 18:9.

5. Samsung Galaxy Note 8

smartphone-terbaik-untuk-nonton-film-5

Berikutnya dari Samsung, phablet canggih dengan stylus S Pen, Galaxy Note 8. Dengan Infinity Display Super AMOLED 6,3 inci resolusi 1440×2960 piksel (521 ppi) dan rasio layar 18.5:9.

6. Sony Xperia XZ1

smartphone-terbaik-untuk-nonton-film-6

Kemudian terakhir ada smartphone berdimensi compact dari Sony, Xperia XZ1. Dengan layar IPS 5,2 inci resolusi 1080×1920 piksel (424 ppi).

Itulah enam smartphone Android yang sudah mendukung standar baru format video HDR 10 di aplikasi Netflix.

Sumber: Netflix.com.

Google Diam-Diam Tanamkan Chipset Buatannya Sendiri ke Pixel 2 dan Pixel 2 XL

Tahun 2015 lalu, sempat beredar rumor bahwa Google tertarik untuk mengembangkan prosesor smartphone-nya sendiri, macam yang sudah dilakukan Apple selama beberapa tahun terakhir. Perlahan rencana itu tampaknya mulai terwujudkan, tepatnya ketika Google berhasil ‘menculik’ Manu Gulati, salah satu engineer senior di divisi pengembangan prosesor Apple, pada bulan Juni kemarin.

Investasi besar Google itu sepertinya mulai terbayarkan secara perlahan. Belum lama ini, Google mengumumkan bahwa Pixel 2 dan Pixel 2 XL rupanya mengemas sebuah chipset hasil rancangan mereka sendiri yang bernama Pixel Visual Core. Chipset ini berperan sebagai co-processor untuk Snapdragon 835 yang tertanam di jantung Pixel 2.

Bagan Pixel Visual Core / Google
Bagan Pixel Visual Core / Google

Tugas utama Pixel Visual Core adalah mendongkrak kinerja dan kualitas kamera Pixel 2. Di dalamnya terdapat 8-core image processing unit (IPU), yang diklaim mampu mengatasi lebih dari 3 triliun pengoperasian setiap detiknya, tanpa mengonsumsi energi secara berlebihan.

Pada prakteknya, Pixel Visual Core dapat mempercepat proses pengambilan gambar HDR+ pada Pixel 2 hingga 5x lipat selagi mengonsumsi sepersepuluh daya yang dibutuhkan apabila prosesnya ditangani oleh prosesor bawaan. Dilihat dari kacamata sederhana, Pixel Visual Core memungkinkan kamera Pixel 2 untuk menghasilkan foto yang lebih berkualitas secara lebih cepat dan efisien.

Perbandingan gambar yang diambil menggunakan HDR+ (kanan) dan tidak (kiri) / Google
Perbandingan gambar yang diambil menggunakan HDR+ (kanan) dan tidak (kiri) / Google

Menariknya, untuk sekarang chipset ini masih dalam keadaan nonaktif di semua unit Pixel 2 dan Pixel 2 XL yang akan dipasarkan. Google berencana mengaktifkannya lewat sebuah software update yang akan dirilis dalam waktu dekat.

Di samping itu, Google juga berencana memberikan aplikasi pihak ketiga akses ke fitur HDR+, yang berarti pengguna Pixel 2 dan Pixel 2 XL bisa mendapatkan kualitas foto yang paling maksimal tanpa harus menggunakan aplikasi kamera bawaan.

Mempercepat kinerja HDR+ dan membuka aksesnya ke aplikasi pihak ketiga baru sebagian dari cerita Pixel Visual Core. Google rupanya juga punya visi besar untuk memanfaatkan potensi chipset tersebut pada penerapan fitur berbasis machine learning lain ke depannya.

Sumber: Google.

Hidangkan HDR 4K dan Audio ‘Langsung Dari Layar’, Sony Bravia OLED A1 Resmi Tersedia di Indonesia

4K dan high-dynamic range kini jadi barometer penyajian konten hiburan modern sesudah fitur-fitur visual itu mulai digunakan dalam produk-produk elektronik seperti home console serta televisi. Sony telah membubuhkan dukungan HDR di PlayStation 4 lewat update software 4.0, lalu resolusi 4K sendiri ialah salah satu alasan mengapa PlayStation 4 Pro disiapkan.

Jika Anda sudah punya PlayStation 4 Pro di rumah dan saat ini sedang mencari televisi terbaik untuk dipasangkan dengannya, maka Bravia OLED A1 adalah satu kandidat terkuat. Sony telah melangsungkan soft launch sejak bulan Agustus silam, dan pada tanggal 13 September kemarin, sang raksasa elektronik asal Jepang resmi meluncurkan varian baru televisi Bravia OLED tersebut di Indonesia.

Bravia 1

Sony menjelaskan bahwa ada tiga aspek yang jadi elemen andalan di televisi tersebut: desain, kualitas gambar, dan mutu suara. Dalam kata sambutannya, presiden direktur Sony Indonesia Kazuteru Makiyama menyampaikan bahwa Bravia OLED A1 series dirancang untuk ‘merevolusi home entertainment serta memberikan pengalaman terbaik dalam menonton TV’.

 

Desain

Bravia OLED A1 mengusung arahan desain ‘One Slate’. Tim Sony menjelaskan, konsep ini digunakan untuk menyingkirkan segala hal yang berpotensi mengganggu pengalaman menikmati film atau video: tidak ada lampu indikator ataupun rangkaian speaker di bagian depan yang dapat mengalihkan perhatian kita, hanya ada Anda dan konten high definition.

Bravia 6

Cara mencapainya adalah dengan berkiblat pada prinsip minimalis. Bingkai Bravia OLED A1 sangat tipis hingga seolah-olah televisi ini tidak memiliki bezel. One Slate sendiri mengacu pada penggunaan satu ‘bongkah’ layar super-tipis. Sulit dipercaya bahwa komponen display tersebut mungkin lebih tipis dari smartphone Anda. Bagian itu tersambung ke modul retractable yang juga berfungsi sebagai stand.

Bravia 8

Memang mustahil menempatkan konektivitas fisik di komponen tipis itu. Solusinya, Sony membubuhkan port-port penting di modul stand. Buka tutupnya, dan Anda bisa menemukan port power, kabel/antena, LAN, optical, HDMI hingga USB. Dan di sana pula produsen menaruh subwoofer. Dengan rancangan ini, pengelolaan kabel juga jadi lebih mudah – tak ada lagi kabel berantakan di atas meja ruang keluarga.

Bravia 11

Bravia 17

Tentu saja, Bravia OLED A1 juga kompatibel dengan mount standar (VESA) jika Anda ingin memasangnya di tembok. Stand bisa didempetkan ke bagian layar, dan di modul itu, lubang baut sudah tersedia.

Bravia 2

Bravia 15

Anggunnya desain Bravia OLED A1 membuatnya memengangkan gelar Best of the Best Reddot Award 2017.

 

Suara

Penyajian suara adalah elemen paling unik dari Bravia OLED A1. Subwoofer berada di modul stand, tapi mungkin Anda penasaran di mana letak speakernya? Ada sebuah batang melintang di sisi belakang, dan di dalamnya, unit actuator bersemayam. Actuator tersebut bertugas untuk mengubah layar televisi jadi struktur akustik buat menghasilkan suara. Sederhananya, layar yang Anda lihat itu adalah speakernya.

Bravia 7

Bravia 14

Saya belum mengetahui apakah Bravia OLED A1 Series sanggup menghidangkan suara surround sejati, tapi pastinya, sistem acoustic surface tersebut sangat efektif dalam menyuguhkan pergerakan suara secara horisontal. Dan saat televisi sedang menghasilkan bunyi-bunyian, layarnya betul-betul bergetar.

 

Gambar

Perbedaan antara panel LCD standar dengan organic light emitting diode yang dipakai Bravia OLED A1 adalah ketiadaan unit backlight. Tanpa terganggu sinar putih, tingkat kontras jadi lebih tinggi, hitam jadi lebih pekat, dan warna dapat tersaji lebih akurat. Sejak Sony memanfaatkannya di XEL 1 (TV OLED pertama di dunia), Bravia OLED A1 menyimpan inkarnasi paling mutakhir teknologi ini.

Bravia 3

Warna yang lebih presisi tercapai karena tiap pixel di OLED bekerja secara individual dan dapat betul-betul mati, sehingga televisi sanggup menampilkan hitam pekat secara sempurna. Metode ini memengaruhi penyuguhkan warna, detail dan tekstur, serta kedalaman objek. Dan karena tidak diinterupsi backlight, viewing angle jadi lebih luas. Selain itu, OLED juga memiliki karakteristik gerakan yang halus, meminimalkan efek motion blur.

Bravia 12

Namun tak sekedar mengandalkan display OLED Triluminos saja, sumber kecanggihan Bravia OLED A1 dalam mengolah gambar terletak pada chip X1 Extreme 4K HDR. Dijanjikan bekerja 40 persen lebih baik dari chip X1 4K terdahulu, Sony meng-upgrade prosesor tersebut dengan kapabilitas Dual Database Processing, Super Bit Mapping 4K HDR dan fitur HDR Remaster berbasis objek.

Bravia 16

Bravia 13

Dual Database Processing punya dua fungsi; pertama adalah mengurangi noise, lalu satu database lagi bertugas mendongkrak kejernihan gambar secara real-time. Kemudian berkat HDR Remaster di X1 Extreme 4K HDR, TV bisa menganalisis warna tiap objek dan menyesuaikan kontrasnya. Selanjutnya, Super Bit Mapping 4K HDR berguna untuk memperhalus garis dan gradasi warna via sinyal 14-bit. Bahkan dari sumber 8-bit, mutu warna dapat meningkat 64 kali.

Bravia 5

Dalam prakteknya, 4K HDR Bravia OLED A1 mampu menampilkan sebuah objek secara detail, walaupun ia dikelilingi kegelapan yang pekat.

 

Pintar?

Sony Bravia OLED A1 Series merupakan Android TV, dibekali platform Android 7.0 Nougat, memperkenankan Anda mengakses ekosistem Google Play dengan mudah. Televisi juga dilengkapi koneksi Bluetooth, memungkinkan kita menyambungkannya ke speaker/headset wireless.

Bravia 19

 

Harga dan ketersediaan

Bravia OLED A1 Series sudah mulai dipajang di toko-toko retail semenjak bulan Agustus 2017, dan saat ini Anda telah dipersilakan untuk membelinya. Varian berlayar 65-inci dijual seharga Rp 60 juta, sedangkan versi 55-incinya dibanderol Rp 50 juta.

Video HDR di YouTube Kini Bisa Dinikmati Menggunakan Smartphone

November tahun lalu, YouTube mengumumkan secara resmi bahwa konten dalam format HDR sudah bisa dinikmati oleh semua pengguna. Syaratnya tentu saja perangkat yang digunakan harus mendukung pemutaran video HDR. Namun Anda tak perlu berkecil hati seandainya tidak ada label “HDR-ready” yang terpampang di TV atau monitor yang Anda punyai.

Pasalnya, YouTube baru-baru ini diam-diam menghadirkan dukungan video HDR pada aplikasi mobile-nya, yang berarti koleksi konten istimewa itu juga bisa kita nikmati dari smartphone. Pastinya bukan semua smartphone, melainkan Samsung Galaxy S8, Note 8, LG V30, Sony Xperia XZ Premium, dan tentu saja Google Pixel.

Menggunakan salah satu smartphone tersebut, video HDR di YouTube dapat dinikmati dalam resolusi maksimum 1440p 60 fps. HDR yang merupakan singkatan dari High Dynamic Range sendiri menjanjikan kualitas video yang lebih baik tanpa sedikit pun menyentuh resolusinya. Yang ditingkatkan justru adalah kontras serta warna, yang pada akhirnya bisa berujung pada peningkatan detail.

Video HDR di aplikasi mobile YouTube bisa dinikmati dalam resolusi maksimum 1440p 60 fps / Reddit
Video HDR di aplikasi mobile YouTube bisa dinikmati dalam resolusi maksimum 1440p 60 fps / Reddit

Meski sejauh ini video HDR di YouTube baru bisa dinikmati menggunakan smartphonesmartphone di atas saja, ke depannya sudah bisa dipastikan YouTube akan menghadirkan dukungannya pada lebih banyak smartphone. Sabar adalah kata kunci yang paling tepat.

YouTube juga bukan satu-satunya sumber konten HDR yang tersedia di internet. Netflix sebenarnya juga punya koleksi yang tidak kalah banyak, dan belakangan layanan streaming film tersebut juga sudah menghadirkan dukungan pada lebih banyak smartphone, termasuk Galaxy Note 8, LG V30 dan Xperia XZ1.

Sumber: 1, 2, 3.

Netflix Hadirkan Dukungan Video HDR pada Aplikasi Android-nya

High Dynamic Range, atau yang biasa kita kenal dengan istilah HDR, merupakan tren terbaru dalam perkembangan teknologi video. YouTube sebagai layanan video terbesar sudah mendukung format HDR sejak November lalu, dan kini giliran Netflix yang tidak mau ketinggalan, dimana mereka telah menambahkan dukungan video HDR untuk aplikasi Android-nya.

Sayang sekali untuk sekarang hanya ada satu ponsel saja yang dapat menikmati koleksi video HDR persembahan Netflix, yakni LG G6. Hal ini dikarenakan Netflix hanya mendukung standar Dolby Vision HDR atau HDR10, dan sejauh ini baru LG G6 saja yang sanggup memutar video dalam format besutan Dolby itu.

Ponsel lain dengan dukungan video HDR memang ada, apalagi kalau bukan Samsung Galaxy S8. Pun begitu, Samsung menggunakan standar baru bernama Mobile HDR Premium yang hingga kini masih di luar jangkauan Netflix.

Jadi, beruntunglah Anda yang pada akhirnya jatuh hati dengan LG G6 ketimbang Galaxy S8, sebab ponsel Anda itu bisa digunakan untuk memutar video dalam kualitas tertinggi yang Netflix tawarkan. Satu catatan tambahan, Anda wajib berlangganan paket termahal Netflix yang mencakup streaming dalam resolusi 4K untuk bisa menikmati video HDR ini.

Sumber: The Verge.

Adobe Lightroom Mobile Kini Bisa Dipakai untuk Memotret Foto HDR dalam Format Raw

Adobe baru saja merilis update untuk aplikasi Lightroom Mobile yang membawa fitur yang sangat menarik. Fitur yang dimaksud adalah pemotretan HDR dalam format raw, alias tanpa kompresi dan yang memungkinkan pengguna untuk mengedit secara lebih leluasa dan memperoleh hasil jauh lebih maksimal ketimbang menggunakan format JPEG.

HDR (High Dynamic Range) bukanlah fitur asing buat pengguna smartphone. Fitur ini sejatinya merupakan solusi terbaik ketika berhadapan dengan kondisi cahaya yang sulit. Contoh yang paling gampang adalah objek foto yang membelakangi sinar matahari.

Namun selama ini mode HDR yang ditawarkan aplikasi kamera hanyalah sebatas menggabungkan dua atau tiga foto berformat JPEG dengan tingkatan exposure yang berbeda. Di Lightroom Mobile, tiga foto yang diambil adalah yang berformat DNG (pada dasarnya format raw versi Adobe), yang kemudian secara otomatis digabungkan hingga menjadi satu foto menawan, seperti yang bisa Anda lihat pada gambar di bawah.

Dalam mode Raw HDR ini, Lightroom Mobile akan menggabungkan tiga foto berformat DNG dengan tingkatan exposure yang berbeda / Adobe
Dalam mode Raw HDR ini, Lightroom Mobile akan menggabungkan tiga foto berformat DNG dengan tingkatan exposure yang berbeda / Adobe

Di titik ini sebenarnya foto sudah sangat layak untuk di-share, akan tetapi Anda masih bisa mengeditnya dengan sangat leluasa seperti ketika berhadapan dengan gambar-gambar berformat raw yang diambil menggunakan kamera DSLR atau mirrorless.

Fitur ini sudah tersedia secara cuma-cuma, yang berarti pengguna tidak diwajibkan menjadi pelanggan Adobe Creative Cloud untuk bisa menikmatinya. Kendati demikian, karena algoritma pemrosesan yang dipakai setara dengan yang Adobe gunakan di aplikasi versi desktop-nya, fitur ini hanya dapat diakses di beberapa perangkat saja.

Di iOS, perangkat yang dimaksud adalah iPhone 6s, 6s Plus, 7, 7 Plus, iPhone SE dan iPad Pro 9.7. Di Android, pilihannya malah lebih sedikit lagi, yakni cuma Samsung Galaxy S7, S7 Edge, Google Pixel dan Pixel XL. Jadi kalau Anda punya salah satu dari perangkat ini, sebaiknya jangan sia-siakan kapabilitas yang dimiliki dan segera coba fitur terbaru Adobe Lightroom Mobile ini.

Simak juga video tutorial cara menggunakan fitur HDR Capture Mode dari Adobe di bawah ini.

Sumber: Adobe.

Application Information Will Show Up Here

LG Ciptakan TV OLED 4K Setebal 2,57 Milimeter

Bicara soal TV, TV OLED sejauh ini adalah yang terbaik dalam hal kualitas gambar. Sederhananya, TV OLED tidak perlu diimbuhi fitur macam-macam untuk jadi lebih superior dibanding TV berteknologi lain. Namun tidak demikian di mata LG. Sebagai pionir TV OLED, mereka menilai masih ada yang bisa ditambahkan guna memukau konsumen lebih lagi.

LG membuktikannya di ajang CES 2017 pekan lalu lewat LG Signature OLED TV W (77/65W7), model terbaru lini TV OLED-nya yang memiliki desain cukup radikal. Huruf W sendiri dipilih sebagai singkatan dari “wallpaper”, mengindikasikan kalau TV ini punya bodi yang super-tipis.

LG tidak main-main, ketebalan TV ini hanya berkisar 2,57 milimeter untuk varian yang berukuran 65 inci – LG juga bakal menawarkan varian lain dengan layar 77 inci. Sebagai perbandingan, iPhone 7 yang sudah tergolong sangat tipis saja masih lebih tebal dari TV ini di angka 7,1 mm.

Saking tipisnya, LG Signature OLED TV W bisa ditanamkan ke dalam kaca saat dipamerkan di CES 2017 / LG
Saking tipisnya, LG Signature OLED TV W bisa ditanamkan ke dalam kaca saat dipamerkan di CES 2017 / LG

Bodi super-tipis ini memungkinkan konsumen untuk memasang TV ke tembok hanya dengan berbekal mount magnetik saja, membuat TV terlihat seakan-akan melekat pada tembok tanpa ada celah. Alhasil, menonton TV jadi terasa seperti melihat ke luar jendela, apalagi mengingat TV ini mengandalkan panel OLED beresolusi 4K.

Rahasia bodi super-tipis ini terletak pada unit soundbar yang mendampingi TV. Di sinilah tersimpan semua komponen internal TV, yang kemudian diteruskan melalui sambungan HDMI. Soundbar ini juga telah mendukung teknologi Dolby Atmos, memastikan supaya audio yang dihasilkan tidak merusak kualitas gambar yang tersaji.

Berkat mount magnetik, LG Signature OLED TV W tampak benar-benar melekat pada tembok / LG
Berkat mount magnetik, LG Signature OLED TV W tampak benar-benar melekat pada tembok / LG

LG Signature OLED TV W juga mendukung hampir semua format video HDR yang ada, mulai HDR10, HLG (Hybrid Log Gamma), Dolby Vision, sampai Advanced HDR rancangan Technicolor. Pada kenyataannya, LG telah bekerja sama dengan Technicolor guna meningkatkan akurasi warna yang direproduksi oleh TV ini. Perihal interface, TV ini menjalankan sistem operasi webOS yang menuai banyak pujian.

Namun yang paling penting adalah, TV ini bukan sekadar konsep. LG sudah siap memasarkannya tahun ini juga, meski sejauh ini belum ada kepastian terkait kapan dan berapa banderol harganya – amat sangat mahal pastinya.

Sumber: The Verge dan LG.

YouTube Kini Mulai Suguhkan Video dalam Format HDR

Populasi video 4K dan 360 derajat sudah tergolong amat banyak di YouTube. Sekarang giliran video HDR (High Dynamic Range) yang menjadi sorotan dan prioritas YouTube. Sederhananya, video HDR ini dapat menyuguhkan lebih banyak detail berkat tingkat kontras yang lebih baik, serta warna yang lebih kaya dan ‘menyala’.

Penting untuk dicatat, video tidak akan kelihatan lebih tajam hanya karena berformat HDR. Resolusinya sama persis dan tidak ada penambahan pixel; akan tetapi saat ditonton menggunakan perangkat yang mendukung, perbedaan detail, kontras dan warnanya akan sangat kentara.

Masalahnya, sejauh ini masih belum banyak perangkat yang mendukung video HDR. Syarat utamanya tentu saja Anda harus memiliki TV atau monitor berlabel “HDR-ready” dan sejenisnya. Kemudian tinggal sambungkan ke komputer atau perangkat seperti Chromecast Ultra atau PS4 yang baru-baru ini mendapatkan update dukungan HDR.

Perbandingan tampilan video standar dan yang berformat HDR / YouTube
Perbandingan tampilan video standar dan yang berformat HDR / YouTube

Terkesan rumit? Kita harus maklum karena tren video HDR memang baru memasuki tahap awal dan belum se-mainstream 4K. Pun demikian, ke depannya bisa dipastikan akan bermunculan TV dan monitor yang mengusung dukungan video HDR tanpa perlu mengandalkan perangkat ekstra.

Namun kalau Anda sudah memenuhi syarat-syarat di atas, Anda bisa menikmati video-video HDR di YouTube sekarang juga. YouTube sendiri sudah mengajak sejumlah kreator untuk menggarap konten HDR, di antaranya MysteryGuitarMan, Jacob + Katie Schwarz dan Abandon Visuals. Silakan memulai dengan playlist berikut.

Sumber: Engadget dan YouTube Blog. Gambar header: Pexels.