Dolby Dimension Ibarat Sistem Audio Bioskop yang Dikemas dalam Headphone Wireless

Dolby adalah dedengkot di bidang audio yang cukup unik. Selama lebih dari 50 tahun, mereka membangun reputasinya tanpa memproduksi hardware sendiri untuk konsumen umum. Jadi ketika Dolby memutuskan untuk menggarap headphone-nya sendiri, kita patut menaruh perhatian ekstra.

Headphone tersebut bernama Dolby Dimension, dan seperti bioskop yang dilengkapi sistem audio bersertifikasi Dolby, ia diciptakan untuk menemani penggunanya menonton film. Suara surround menjadi fitur keunggulannya, dan ini dicapai berkat kombinasi sepasang driver 40 mm, chipset Qualcomm Snapdragon dengan prosesor quad-core, serta teknologi virtualization racikan Dolby sendiri.

Dolby Dimension

Hasilnya adalah efek suara tiga dimensi mirip seperti yang ditawarkan teknologi Dolby Atmos. Levelnya memang belum secanggih Atmos, tapi ini disebabkan oleh batasan konektivitas Bluetooth 4.2 yang ada pada Dimension.

Efek ini akan terasa semakin realistis berkat dukungan head tracking yang ditawarkan Dimension. Jadi ketika Anda sedang menonton dan menoleh ke kiri, suara yang tadinya terdengar dari depan bakal jadi terdengar dari samping kanan.

Dolby Dimension

Selain virtualization, Dimension juga menawarkan fitur bernama LifeMix, yang kalau dari cara kerjanya, mirip seperti fitur noise cancelling adaptif yang ada pada sejumlah headphone wireless premium. Supaya kinerja fitur ini bisa maksimal, lima mikrofon omnidirectional telah Dolby sematkan ke Dimension.

Performa audio yang superior ini turut dibarengi oleh desain fisik yang manis sekaligus ergonomis. Bantalan telinganya yang gemuk kelihatan nyaman, tapi di saat yang sama bobotnya ternyata cuma 330 gram, sehingga semestinya tidak akan membuat gerah setelah dipakai menonton selama berjam-jam.

Dolby Dimension

Dimension mengandalkan kombinasi tombol fisik dan panel sentuh pada earcup sebelah kanan sebagai input kontrolnya. Soal baterai, Dimension diklaim dapat beroperasi sampai 10 jam dengan semua fitur aktif, atau sampai 15 jam dalam mode irit daya. Fast charging pun turut tersedia; charging selama 15 – 20 menit cukup untuk pemakaian selama 2 jam.

Sebagai produk debutan, Dolby Dimension terkesan sangat menarik. Kalau disuruh menyebutkan kekurangannya, saya akan bilang harganya: $599, setara soundbar yang mendukung Dolby Atmos. Pemasarannya sudah berlangsung di Amerika Serikat.

Sumber: Engadget dan Nasdaq.

Audio-Technica Luncurkan Versi Wireless dari Headphone Terlarisnya, ATH-M50xBT

Nama Audio-Technica sudah pasti tidak asing lagi di telinga para audiophile, apalagi kalau yang dibicarakan adalah headphone ATH-M50 yang legendaris. Bersama suksesornya, ATH-M50x, headphone ini kerap nongol di daftar headphone terbaik dari berbagai publikasi, serta banyak dianggap sebagai pilihan awal yang tepat untuk memulai ‘petualangan’ seorang audiophile.

Tidak terasa sudah 11 tahun lewat sejak ATH-M50 pertama diluncurkan. Zaman jelas sudah berubah, dan eksistensinya mulai terasa kurang relevan seiring bertambah banyaknya smartphone yang tak dibekali jack headphone. Singkat cerita, sudah waktunya ATH-M50 dipermak sesuai standar 2018.

Audio-Technica ATH-M50xBT

Standar yang saya maksud mengacu pada konektivitas wireless. Hasilnya adalah ATH-M50xBT, dengan embel-embel “BT” sebagai indikasi konektivitas Bluetooth 5.0 yang diusungnya. Sebuah kabel masih disertakan dalam paket penjualannya, tapi itu sepertinya bakal jarang digunakan mengingat baterai headphone ini bisa tahan sampai 40 jam nonstop.

Audio-Technica sengaja tidak mengutik desain pendahulunya yang ikonis kecuali menambahkan sejumlah tombol kontrol di earcup sebelah kiri. Earcup kirinya ini juga bisa disentuh selama dua detik untuk memanggil Siri atau Google Assistant pada smartphone yang tersambung.

Audio-Technica ATH-M50xBT

Dimensi earcup-nya tidak berubah, tetap besar dan bisa membungkus telinga dengan baik. Saat sedang tidak dipakai, earcup-nya bisa ditekuk ke arah dalam headband seperti ATH-M50x agar mudah dibawa-bawa, apalagi mengingat bobotnya hanya berkisar 310 gram saja.

Selain mengusung desain yang sama, performanya pun juga diklaim identik, dengan bekal driver 45 mm pada masing-masing earcup-nya. Demi memaksimalkan kualitas suara selama bekerja secara wireless, ATH-M50xBT turut dilengkapi dukungan codec aptX maupun AAC – sayang tidak ada aptX HD.

Audio-Technica ATH-M50xBT

Secara keseluruhan, Audio-Technica ATH-M50xBT tidak lebih dari sebatas ATH-M50x yang dipotong kabelnya dan dijejali baterai beserta chip Bluetooth. Di Amerika Serikat, ia sudah dipasarkan seharga $199.

Sumber: Audio-Technica via Digital Trends.

Grado GW100 Adalah Headphone Bluetooth Pertama yang Berdesain Open-Backed

Sebelum tren menghilangnya headphone jack dari smartphone, headphone wireless sebenarnya sudah banyak, akan tetapi jumlahnya kian banyak lagi sejak Apple memelopori tren kontroversial tersebut. Pabrikan yang tadinya tidak punya headphone wireless jadi tergerak untuk mencicipi peruntungan di ranah tersebut. Tidak terkecuali Grado.

Grado, bagi yang tidak tahu, adalah produsen headphone asal Amerika Serikat yang cukup dikenal di kalangan audiophile. Sejumlah nilai yang kerap diasosiasikan dengan Grado di antaranya adalah desain open-backed, serta proses pembuatan secara handmade. Tidak sedikit pula yang mengecap Grado sebagai produsen yang konservatif.

Jadi ketika perusahaan seperti Grado memutuskan untuk menggarap headphone wireless, Anda bisa menilai sendiri betapa besar pengaruh tren menghilangnya headphone jack itu tadi. Ya, perangkat bernama Grado GW100 ini merupakan headphone wireless perdana mereka.

Grado GW100

Yang membuat GW100 begitu unik dibandingkan headphone wireless lain adalah desainnya yang open-backed (kelihatan dari grille yang ada di sisi luar masing-masing earcup). Sepintas, perpaduan konektivitas wireless dan desain open-backed terdengar kurang ideal, sebab asumsinya headphone wireless bakal sering dibawa bepergian.

Desain open-backed sering kali diyakini mampu menyuguhkan detail yang lebih baik dan staging yang lebih luas, akan tetapi kelemahannya isolasi suara betul-betul absen, baik dari luar maupun dari dalam. Memakai headphone ini di tempat umum yang berisik, seperti di bandara misalnya, jelas bukan pengalaman yang menyenangkan.

Grado GW100

Terlepas dari itu, Grado sebenarnya ingin menyajikan kualitas khas perangkat audiophile dalam kemasan yang lebih praktis dan fleksibel. Desain open-backed berarti skenario penggunaan yang paling ideal adalah di rumah sendiri, tapi karena wireless pengguna jadi bisa memakainya selagi melakukan aktivitas lain, seperti menyapu dan mengepel misalnya.

Terkait isolasi suara, Grado bilang bahwa suara dari dalam yang bocor keluar tidak sekeras di headphone mereka lainnya. Suara dari luar masih akan masuk sepenuhnya, tapi rancangan baru yang diterapkan pada GW100 diklaim mampu mengurangi kebocoran suara dari dalam hingga 60%.

Grado GW100

Secara keseluruhan, wujud GW100 masih mirip seperti headphone Grado lainnya, dengan nuansa retro yang amat kental. GW100 masuk kategori headphone on-ear, dengan bantalan yang cuma menempel pada telinga, bukan membungkus. Di samping tombol power, perangkat turut mengemas sepasang tombol volume, jack 3,5 mm dan port micro USB untuk charging.

Dalam satu kali pengisian, baterainya diyakini bisa tahan sampai 15 jam pemakaian. GW100 menggunakan konektivitas Bluetooth 4.2, lengkap dengan dukungan codec aptX. Unit driver yang ditanamkan diklaim sama persis seperti yang ada pada headphone lain mereka yang sekelas, dengan respon frekuensi 20 – 20.000 Hz.

Grado GW100

Penggemar berat Grado saat ini sudah bisa membeli GW100 seharga $249. Grado tidak lupa menawarkan sejumlah aksesori opsional seperti hard case, storage box dan headphone stand yang dijual terpisah.

Sumber: The Verge dan Grado.

Microsoft Luncurkan Surface Pro 6, Surface Laptop 2, Surface Studio 2, dan Surface Headphones

Microsoft baru saja meluncurkan empat perangkat Surface baru. Tiga di antaranya adalah generasi baru dari perangkat yang sudah ada – Surface Pro 6, Surface Laptop 2, dan Surface Studio 2 – sedangkan satu sisanya merupakan perangkat yang benar-benar baru, yakni Surface Headphones.

Tanpa berlama-lama, mari kita bahas keunggulan yang ditawarkan masing-masing perangkat.

Surface Pro 6 dan Surface Laptop 2

Surface Pro 6 / Microsoft
Surface Pro 6 / Microsoft

Entah kenapa, Microsoft kembali menyematkan embel-embel angka pada Surface Pro, setelah sebelumnya absen di generasi kelimanya. Terlepas dari itu, Surface Pro 6 masih mempertahankan desain elegan pendahulunya, dan itu semakin kental berkat adanya varian berwarna hitam matte.

Yang berubah banyak adalah dalamannya. Surface Pro 6 mengusung prosesor quad-core Intel generasi ke-8. Pilihannya ada dua: Core i5-8250U atau Core i7-8650U (varian Core m3 yang ‘lemah syahwat’ sudah tidak ditawarkan lagi). Menurut Microsoft, kinerjanya 67% lebih cepat daripada Surface Pro generasi kelima.

Pilihan RAM yang tersedia antara 8 atau 16 GB, sedangkan penyimpanan berbentuk SSD-nya ditawarkan dalam kapasitas 128, 256, 512 GB atau 1 TB. Kombinasi ini diyakini mampu menyuguhkan daya tahan baterai hingga 13,5 jam saat digunakan untuk menonton video.

Layar yang digunakan masih sama: 12,3 inci, dengan resolusi 2736 x 1824 pixel. Sebagai sebuah Surface Pro, ia tentu masih bisa digunakan layaknya tablet biasa tanpa ada keyboard yang menancap.

Surface Laptop 2 / Microsoft
Surface Laptop 2 / Microsoft

Beralih ke Surface Laptop 2, desainnya juga masih sama seperti generasi pertamanya yang dirilis pada bulan Mei tahun lalu. Pilihan warnanya juga masih ada empat, akan tetapi salah satunya kini berwarna hitam matte yang amat elegan seperti Surface Pro 6.

Spesifikasinya nyaris identik dengan Surface Pro 6, baik untuk prosesor, RAM maupun storage-nya. Daya tahan baterainya sedikit lebih awet di angka 14,5 jam, akan tetapi resolusi layar sentuh 13,5 incinya lebih rendah di angka 2256 x 1504 pixel.

Satu hal yang sangat menyebalkan dari kedua perangkat ini adalah tidak adanya port USB-C sama sekali. Seperti di generasi sebelumnya, Microsoft hanya menyematkan satu port USB biasa saja, membuatnya kurang layak disebut future-proof, apalagi untuk standar tahun 2018.

Terlepas dari itu, untuk Surface Pro 6 setidaknya harga awalnya sekarang sedikit lebih terjangkau: $899 (sebelumnya mulai $999). Surface Laptop 2 di sisi lain dibanderol sama persis seperti pendahulunya, yakni mulai $999.

Surface Studio 2

Surface Studio 2

Tidak terasa sudah hampir dua tahun sejak Microsoft mengungkap all-in-one PC perdananya. Selang dua tahun adalah waktu yang tepat untuk penyegaran spesifikasi, dan itulah yang Microsoft lakukan dengan Surface Studio 2.

Desainnya tidak berubah, demikian pula layar sentuh 28 incinya: masih beresolusi 4500 x 3000 pixel, akan tetapi tingkat kecerahannya diklaim naik 38%, dan kontrasnya juga naik 22%. Sama seperti sebelumnya, layar ini duduk di atas engsel unik yang memungkinkan manipulasi posisi yang amat fleksibel, serta kompatibel dengan aksesori Surface Pen maupun Surface Dial.

Surface Studio 2

Soal spesifikasi, Surface Studio 2 mengusung prosesor quad-core Intel Core i7-7820HQ (generasi ke-7, sayang bukan generasi ke-8 yang mengemas 6-core). Prosesor ini ditemani oleh RAM DDR4 berkapasitas 16 atau 32 GB, serta pilihan GPU Nvidia GeForce GTX 1060 6GB atau GTX 1070 8 GB.

Dibandingkan Surface Studio generasi pertama yang menggunakan GPU GTX 965M atau GTX 980M, Microsoft mengklaim kinerja grafis Surface Studio meningkat hingga 50%. Soal penyimpanan, Microsoft tak lagi menggunakan komponen bertipe hybrid, melainkan SSD murni dengan kapasitas 1 atau 2 TB.

Urusan konektivitas, setidaknya Surface Studio 2 masih memiliki satu port USB-C (generasi sebelumnya tidak punya sama sekali), meski ini tidak kompatibel dengan Thunderbolt 3. Sisanya, masih ada empat port USB biasa, slot SD card, gigabit ethernet dan headphone jack.

Microsoft berencana memasarkan Surface Studio 2 pada bulan November mendatang, dengan harga mulai $3.499 (RAM 16 GB, SSD 1 TB), hingga $4.799 (RAM 32 GB, SSD 2 TB).

Surface Headphones

Surface Headphones

Terakhir, ada Surface Headphones yang benar-benar gres – siapa yang menyangka Microsoft yang tadinya cuma membuat software kini juga memproduksi headphone? Perangkat ini masuk kategori headphone Bluetooth bertipe over-ear, dan penampilannya tampak minimalis sekaligus elegan, dengan warna abu-abu khas lini Surface.

Kinerjanya ditunjang oleh sepasang driver 40 mm dengan respon frekuensi 20 – 20.000 Hz. Namun yang menjadi nilai jual utama adalah ANC alias active noise cancelling, plus integrasi voice assistant Cortana. Untuk dua fitur ini, Microsoft telah membekali Surface Headphones dengan total 8 mikrofon.

Surface Headphones

Yang unik adalah mekanisme pengoperasiannya. Ketimbang menggunakan panel sentuh pada earcup seperti mayoritas headphone kekinian, Surface Headphones dilengkapi kenop yang bisa diputar pada kedua earcup-nya; sebelah kanan untuk mengatur volume, kiri untuk menyesuaikan intensitas pemblokiran suaranya.

Dalam satu kali pengisian, baterai Surface Headphones bisa bertahan sampai 15 jam dalam posisi ANC menyala terus. Charging-nya mengandalkan kabel USB-C, dan pengguna masih bisa menancapkan kabel audio 3,5 mm jika perlu.

Berdasarkan informasi yang diterima CNET, Microsoft menghabiskan waktu tiga tahun untuk mengembangkan Surface Headphones secara sembunyi-sembunyi. Perangkat rencananya akan dipasarkan menjelang musim liburan mendatang seharga $350.

Sumber: 1, 2, 3.

Razer Benamkan Teknologi Haptic Feedback di Headset Barunya, Nari Ultimate

Teknologi haptic feedback diusung untuk menciptakan sensasi ‘sentuhan’ lewat stimulasi mekanis berupa tekanan dan gerakan. Sistem ini biasa kita temukan di smartphone, misalnya ketika perangkat mengeluarkan getaran sebagai respons sentuhan di keyboard virtual; atau dalam bentuk vibrasi di controller game. Namun mungkin Anda tak membayangkan jika haptic diterapkan di headset.

Hal inilah yang dilakukan oleh Razer dalam meracik produk barunya. Di penghujung bulan September ini, perusahaan spesialis periferal gaming itu memperkenalkan Nari Ultimate, headphone berteknologi haptic feedback mutakhir yang dijanjikan mampu menambahkan dimensi ‘sentuhan’ baik ketika digunakan untuk menikmati permainan video, menonton film, ataupun mendengarkan musik.

Nari 4

Jantung dari kapabilitas Nari Ultimate adalah sistem bernama Razer HyperSense. Dikembangkan secara kolaboratif oleh Razer dan perusahaan teknik Jerman Lofelt, HyperSense memanfaatkan driver untuk menghasilkan sensasi feedback multidimensi. Berbeda dari sistem haptic tradisional, HyperSense mampu membaca sinyal audio dan mengubahnya menjadi output haptic real-time.

Nari 5

Menurut sang produsen, metode tersebut dapat meningkatkan kesadaran/awareness kita di lingkungan virtual. Dari keterangan Razer di rilis pers, HyperSense di Nari Ultimate bekerja dengan memproduksi vibrasi yang diselaraskan ke output audio. Metodenya berbeda dari sistem standar yang umumnya menggunakan sinyal haptic pre-programmed. Dan teknologi ini bisa bekerja untuk segala macam format konten hiburan.

Nari 3

Razer Nari Ultimate mempunyai penampilan yang familier. Headphone gaming ini mengusung housing speaker over-the-ear dan padding bulat. Bagian ear cup-nya tersambung ke frame via engsel, memungkinkannya bergerak mengikuti kontur kepala Anda. Frame-nya terbuat dari aluminium, memiliki struktur mirip SteelSeries Siberia V2 dengan strap/headband sekunder fleksibel. Selanjutnya, Nari Ultimate dilengkapi bantalan empuk berlapis kulit sintetis yang juga menyimpan jel pendingin.

Nari 1

Kemampuan reproduksi audionya sendiri bisa dikatakan setara dengan Kraken Tournament Edition, ditunjang teknologi THX Spatial Audio untuk mensimulasikan suara 360 derajat, dan dibekali driver neodymium berukuran 50mm. Headphone tersambung ke PC via sambungan wireless ‘bebas lag’ dengan jarak maksimal 12-meter, ditunjang baterai berdaya tahan delapan jam (tanpa mengaktifkan Razer Chroma). Alternatifnya, Anda dapat  menggunakan kabel audio 3,5mm buat menikmati mode stereo.

Razer menyiapkan tiga varian Nari, dan hanya Nari Ultimate yang dibekali teknologi HyperSense. Produk dijajakan seharga US$ 200, akan tersedia di kuartal ketiga 2018. Terdapat pula opsi Nari Essenstial (US$ 100, sama-sama hadir di triwulan empat 2018) dan Nari reguler (US$ 150, dirilis 27 September).

AKG Luncurkan Trio Headphone Wireless Baru

Salah satu atribut yang dicari dari headphone atau earphone adalah kemampuannya memblokir suara luar, baik secara pasif maupun aktif. Prioritas ini terkadang membuat kita lupa bahwa suara luar sebenarnya dapat membantu menjauhkan kita dari celaka. Itulah sebabnya belakangan banyak produsen headphone yang menerapkan teknologi noise cancelling adaptif.

Salah satunya adalah AKG, dan upaya mereka sudah bisa konsumen nikmati melalui headphone wireless terbarunya, AKG N700NC. Fitur unggulannya, seperti yang saya bilang, adalah noise cancelling adaptif; dengan satu klik tombol, pengguna bisa mengatur seberapa intens kinerja pemblokiran suaranya, atau dengan kata lain seberapa banyak suara luar yang diperbolehkan masuk.

AKG N700NC

Selain membantu menghindarkan kita dari marabahaya, fitur ini juga sangat memudahkan apabila pengguna tiba-tiba diajak bicara oleh seseorang; mengklik tombol jelas lebih praktis daripada harus melepas headphone, apalagi untuk headphone jenis over-ear yang berukuran cukup besar seperti ini.

Dalam satu kali charge, N700NC diyakini bisa beroperasi sampai 20 jam nonstop. Di Amerika Serikat, Samsung (pemilik Harman yang merupakan induk perusahaan AKG) telah memasarkannya seharga $350. Di rentang harga ini, ia bersaing langsung dengan Sony WH–1000XM3 yang juga dirilis belum lama ini.

AKG Y500

Selain N700NC, AKG turut menghadirkan dua headphone wireless lain, yakni Y500 yang bergaya on-ear serta Y100 yang bermodel in-ear. Keduanya tidak dibekali fitur noise cancelling dan hanya bisa mengisolasi suara secara pasif. Kendati demikian, keduanya dilengkapi fitur Ambient Aware untuk memudahkan pengguna mendengar suara luar.

Khusus AKG Y500, ia juga dibekali fitur pause dan play otomatis, yang akan aktif dengan sendirinya ketika headphone dilepas atau dipakai. Pengguna Y500 juga dapat menghubungkan dua perangkat sekaligus via Bluetooth jika perlu.

AKG Y100

Soal baterai, Y500 bisa tahan sampai 33 jam nonstop, sedangkan Y100 hingga 8 jam. Keduanya juga telah dipasarkan, masing-masing seharga $150 (Y500) dan $100 (Y100), dan variasi warnanya juga lebih beragam dibanding N700NC tadi.

Sumber: Samsung.

Beyerdynamic Lagoon ANC Siap Ramaikan Pasar Headphone Wireless Noise Cancelling

Sony WH–1000XM3 bukan satu-satunya calon penantang kuat Bose di segmen headphone wireless berteknologi noise cancelling yang menjalani debutnya di ajang IFA tahun ini. Produsen perangkat audio tertua di dunia, Beyerdynamic, rupanya juga memperkenalkan calon rival yang sepadan, yakni Lagoon ANC.

ANC, seperti yang kita tahu, adalah singkatan dari Active Noise Cancelling, di mana pemblokiran suara dilakukan secara sengaja dengan mengolah suara yang masuk dari mikrofon. Untuk Lagoon ANC, Beyerdynamic rupanya telah menerapkan sistem hybrid, di mana mikrofon yang bertugas menangkap suara untuk dieliminasi tak hanya ditempatkan di bagian luar saja, tapi juga di dalam masing-masing earcup.

Soal performa, Beyerdynamic belum merincikan unit driver yang digunakan headphone tipe over-ear ini seperti apa, tapi yang pasti respon frekuensinya berada di rentang 10 – 30.000 Hz. Dari catatan spesifikasinya pun kita juga bisa menduga kalau dimensi headphone ini masuk kategori cukup ringkas, mengingat bobotnya tercatat hanya 280 gram saja.

Beyerdynamic Lagoon ANC

Desainnya boleh dibilang sederhana, tapi masih kelihatan cukup premium. Pada earcup sebelah kanannya, kita bisa melihat kehadiran panel sentuh yang mendukung beragam gesture untuk mengoperasikan headphone, termasuk gesture untuk memanggil Google Assistant maupun Siri. Lagoon turut dilengkapi sensor yang akan mendeteksi apabila pengguna melepas headphone, lalu menghentikan musik secara otomatis, begitu juga sebaliknya, memutarnya kembali saat headphone dikenakan.

Namun atribut terunik Lagoon adalah sistem pencahayaan di bagian dalam kedua earcup-nya. Lho kok di dalam? Ya, sebab fungsinya sama sekali bukan untuk gaya-gayaan, melainkan untuk menjadi indikator buat pengguna. Contoh, saat headphone dinyalakan, lampu di earcup sebelah kiri akan menyala biru, sedangkan kanan menyala merah, demi memudahkan pengguna membedakan antara keduanya.

Contoh selanjutnya, saat menunggu untuk di-pair, lampunya akan berpenjar dalam warna biru dan berpindah dari satu earcup ke yang lain. Begitu berhasil tersambungkan dan siap digunakan, warnanya pun berganti menjadi oranye. Terakhir, ketika baterainya hampir habis, lampunya bakal menyala merah. Sekali lagi jangan samakan ini dengan sistem pencahayaan RGB, sebab fungsinya benar-benar berbeda.

Beyerdynamic Lagoon ANC

Bicara soal baterai, Lagoon ANC menjanjikan daya tahan sampai 24 jam dalam posisi noise cancelling aktif. Kalau dinonaktifkan, baterainya malah bisa bertahan hingga 46 jam pemakaian – sangat lama untuk ukuran headphone Bluetooth. Untuk charging, Lagoon telah memakai sambungan USB-C, sama seperti Sony WH–1000XM3.

Rencananya, Beyerdynamic Lagoon ANC akan dipasarkan mulai kuartal keempat tahun ini seharga 399 euro (± 6,9 juta). Varian warna yang bakal ditawarkan ada dua: kombinasi hitam dan biru, serta kombinasi abu-abu dan cokelat.

Sumber: Beyerdynamic dan The Verge.

Sony WH-1000XM3 Adalah Pesaing Kuat Bose di Segmen Headphone Wireless Noise Cancelling

Ajang IFA setiap tahunnya selalu dibanjiri oleh produk-produk audio baru, tidak terkecuali tahun ini. Salah satu yang paling getol meluncurkan produk audionya di IFA adalah Sony. Di IFA 2017, mereka menghadirkan tiga headphone wireless berteknologi noise cancelling sekaligus. Tahun ini mereka cuma membawa satu, yakni WH–1000XM3.

Generasi ketiga dari seri Sony 1000X ini boleh dibilang membawa peningkatan yang paling signifikan. Pertama-tama, desainnya telah disempurnakan meskipun masih terlihat mirip, kini diklaim sedikit lebih langsing dan lebih ringan. Kendati demikian, bantalan telinga dan kepalanya malah bertambah tebal guna semakin meningkatkan kenyamanan.

Sony WH-1000XM3

Namun perubahan yang paling besar pengaruhnya adalah sebuah prosesor terpisah berlabel QN1 yang secara khusus menjadi otak dari kinerja noise cancelling-nya. Sony bilang kinerja pemblokiran suaranya ini empat kali lebih baik dari sebelumnya, dan itu turut dibantu oleh sepasang mikrofon yang bertugas menangkap suara dari luar, sebelum akhirnya diteruskan ke prosesor untuk dieliminasi.

Prosesor ini, dipadukan dengan DAC (digital-to-analog converter) dan amplifier terintegrasi, sanggup mengatasi file audio sampai yang beresolusi 32-bit (kabar baik buat kaum audiophile). Unit driver-nya sendiri berdiameter 40 mm, dan dibantu oleh diaphragm berbahan liquid crystal polymer (LCP), mampu menyuguhkan respon frekuensi 4 – 40.000 Hz.

Sony WH-1000XM3

Sony tak lupa menyematkan sejumlah fitur pintar pada 1000XM3. Yang pertama adalah Adaptive Sound Control, di mana headphone diklaim dapat mendeteksi situasi fisik secara otomatis, lalu menyesuaikan kinerjanya. Contoh, selagi pengguna berjalan kaki, headphone akan mendeteksi dan membiarkan suara dari luar masuk, begitu juga ketika ada suara pengumuman di tempat umum. Namun ketika di dalam bus atau kereta yang bergerak, noise cancelling bakal aktif sepenuhnya.

Yang kedua, Quick Attention Mode memungkinkan pengguna untuk mendengarkan suara di sekitarnya tanpa harus melepas headphone. Cukup tutupi earcup sebelah kanan dengan tangan, maka volume akan turun secara instan. Sebagai informasi, 1000XM3 memang mengandalkan pengoperasian berbasis gesture pada earcup-nya.

Terakhir, fitur Customizable Automatic Power Off memungkinkan pengguna untuk mengaktifkan fungsi noise cancelling tanpa harus memutar lagu maupun menyambungkan headphone ke ponsel. Headphone cukup dikenakan saja, maka suara dari luar akan diblokir, dan pengguna bisa beristirahat dengan tenang tanpa harus ditemani alunan musik.

Sony WH-1000XM3

Semua itu masih kurang? Well, masih ada integrasi NFC untuk memudahkan proses pairing, serta dukungan Google Assistant. Baterainya diyakini mampu bertahan sampai 30 jam pemakaian dengan noise cancelling aktif, dan perangkat juga mendukung fitur fast charging via USB-C (10 menit charging cukup untuk menikmati musik selama 5 jam). Kalaupun charging tak bisa dilakukan, 1000XM3 masih bisa digunakan bersama kabel audio standar.

Jujur saya pribadi sangat tertarik dengan kelengkapan yang ditawarkan Sony WH–1000XM3. Sony akan memasarkannya mulai bulan September seharga $350, cukup kompetitif kalau dibandingkan sang juara di segmen ini, yakni Bose QuietComfort 35 Wireless II.

Sumber: PR Newswire.

Skullcandy Venue Ialah Headphone Wireless dengan Fitur Noise Canceling

Bagi penikmat musik, brand Skullcandy tentu sudah familier di telinga Anda. Mereka dikenal karena kerap menawarkan headphone dengan harga dan kualitas yang berimbang.

Skullcandy telah meluncurkan headphone wireless terbaru yang disebut Venue. Dengan fitur unggulan berupa konektivitas Bluetooth yang dilengkapi noise canceling sehingga Anda bisa menikmati musik di mana pun lebih nyaman.

Kalau dilihat dari desainnya, tampilan perangkat ini terlihat cukup minimalis dengan logo Skullcandy di atas earcup. Venue sendiri tersedia dalam pilihan warna hitam dan putih.

1920x700_venue_storytelling5

Headband-nya dapat disesuaikan sesuai ukuran kepala pengguna. Serta, memiliki earcup berbahan memory foam yang lembut dan empuk saat menempel di telinga.

Fitur yang membedakan Venue dengan headphone wireless lain yang sudah ada di pasaran ialah dilengkapi teknologi Tile Bluetooth tracking. Artinya, Anda bisa melacak headphone ini bila lupa meletakkan atau hilang.

1920x2150_venue_storytelling4

Bagaimana dengan daya tahan baterainya? Bila fitur noise canceling aktif, maka headphone Skullcandy ini menawarkan battery life 24 jam – tapi tetap bisa digunakan dengan kabel.

Selain itu, Venue telah dilengkapi teknologi pengisian cepat – rapid charging. Di mana cukup dengan charging 10 menit, headphone bisa digunakan untuk mendengarkan musik hingga 5 jam.

Selain itu, Anda tidak perlu melepas headphone saat sedang berbicara dengan seseorang – Anda cukup mengaktifkan mode monitor dengan menekan satu tombol. Ada juga fitur activate assistant, di mana Anda dapat memberi perintah dengan suara untuk tugas tertentu.

1967_5052

Headphone tipe over-ear Skullcandy Venue ini dijual dengan harga US$179,99 atau sekitar Rp2,6 jutaan. Serta, akan tersedia pada tanggal 17 September 2018.

Sumber: Slashgear

LG Ungkap Headphone Tone Platinum SE, Salah Satu Suguhan di Ajang IFA 2018

Saat ini ada beberapa brand yang sudah meluncurkan headphone dengan dukungan Google Assistant, di antaranya Google sendiri, Sony, dan Bose. Kini, muncul satu brand lagi yang ikut menyematkan dukungan serupa di headphone buatannya, yaitu LG yang baru saja memperkenalkan LG Tone Platinum SE (HBS-1120).

Dijabarkan dalam rilis pers resmi, bahwa LG Tone Platinum SE (HBS-1120) merupakan seri Tone pertama yang memiliki tombol khusus untuk membangunkan asisten virtual Google Assistant, memungkinkan pengguna menjalankan fitur tanpa harus mengatakan kalimat “Ok, Google”. Bahkan, headphone juga dilengkapi dengan dukungan Google Translate yang akan membantu pengguna berkomunikasi dalam berbagai bahasa yang berbeda.

LG-TONE-Platinum-SE-Blue

Di sisi audio yang menjadi tugas utamanya, LG Tone Platinum SE dilengkapi dengan unit hybrid yang mengemas driver dinamis dan armature yang seimbang untuk memperoleh output suara bass yang kuat, frekuensi yang tinggi dan suara yang bening. kombinasi yang biasanya ditemukan di unit headpone yang digunakan oleh musisi profesional. Ada juga dukungan mikrofon ganda MEMS yang mampu menangkap input suara lebih baik serta dapat terhubung ke smartphone melalui aplikasi Tone & Talk.

Mengenai ketersediaan warna, LG membalut headpone barunya ini dengan beberapa pilihan warna seperti hitam, biru, dan emas.

LG TONE Platinum SE Colors

Selain Tone Platinum SE, LG juga memperkenalkan seri Tone Ultra SE yang tampil beda dengan tambahan speaker mono eksternal. Keduanya dipastikan bakal berduet di ajang IFA 2018 di Berlin. Jadi, di sanalah kemungkinan besar LG akan membeberkan berapa harga dan tanggal peluncurannya ke publik.

Sumber berita LGnewsroom.