Razer Luncurkan Keyboard, Headset dan Mouse Baru dengan Harga Lebih Bersahabat

Saya kira tidak ada satu pun gamer yang tidak mengenal Razer. Cukup banyak teman-teman saya yang fanatik terhadap brand berlambang mirip minuman larutan penyegar itu, tapi tidak sedikit juga yang kurang menyukainya. Salah satu alasan terpopuler dari mereka yang tak menyukai Razer adalah, produk-produknya sering kali kelewat mahal.

Untuk tahun 2019 ini, Razer sepertinya ingin sedikit mengubah citranya sebagai merek mahal dengan meluncurkan tiga periferal baru: keyboard BlackWidow, mouse Basilisk Essential, dan headset Kraken. Ketiganya meneruskan jejak pendahulunya masing-masing yang bernama sama.

Razer BlackWidow

Razer BlackWidow 2019

BlackWidow bukanlah nama yang asing di telinga para pengguna keyboard mekanis, dan selama ini ia selalu masuk dalam kategori premium. Edisi 2019-nya ini memang masih bisa dikategorikan premium, tapi setidaknya banderol harga $120 masih jauh lebih bersahabat ketimbang BlackWidow Elite yang dipatok $170.

Kendati demikian, sejumlah fitur BlackWidow Elite masih eksis di sini, utamanya memory internal untuk menyimpan hingga 5 profil sekaligus. Yang berbeda, pilihan switch mekanisnya cuma ada satu, yakni Razer Green, yang memiliki karakter taktil, dengan suara klik yang mencolok.

Pencahayaan RGB sejatinya sudah tidak perlu dibahas lagi di titik ini, sebab itu sudah bisa dicap sebagai nyawa produk-produk Razer. Sayangnya di ujung kanan atas tidak ada tombol multimedia khusus, namun setidaknya semua tombol pada BlackWidow masih bisa diprogram sesuai kebutuhan masing-masing pengguna.

Razer Kraken

Razer Kraken 2019

Beralih ke Kraken, ia merupakan suksesor langsung dari Kraken Pro V2, dengan sejumlah perbaikan desain yang banyak terinspirasi oleh Kraken Tournament Edition. Perubahan desain ini tentunya ditujukan demi menyuguhkan kenyamanan ekstra, seperti bisa kita lihat dari bantalan kepala yang lebih tebal, serta bantalan telinga yang dilengkapi gel pendingin.

Terkait performa, Kraken mengusung driver berdiameter 50 mm. Mikrofon retractable-nya diklaim lebih mumpuni dalam hal memblokir suara luar, sehingga komunikasi antar pemain bisa berjalan lebih lancar. Harganya? $80, sama persis seperti harga Kraken Pro V2 ketika pertama dirilis.

Razer Basilisk Essential

Razer Basilisk Essential

Terakhir ada Basilisk Essential bagi penggemar mouse berdesain ergonomis, bukan ambidextrous. Total ada tujuh tombol yang dapat diprogram pada mouse ini, dan switch-nya semua sudah memakai tipe mekanis yang lebih kokoh ketimbang tipe membran biasa.

Namun yang menjadi nilai jual utamanya tidak berubah dari Basilisk orisinal, yakni kehadiran satu tombol clutch yang cara kerjanya mirip kopling kendaraan bermotor. Turut menunjang performanya adalah sensor optik dengan sesntivitas 6.400 DPI.

Ya, sensornya memang tidak sesensitif milik Basilisk orisinal, tapi kabar baiknya, harganya pun juga lebih terjangkau: $50, dibandingkan $70 yang merupakan banderol Basilisk orisinal.

Sumber: Razer.

Headset Gaming Terbaru HyperX Usung Teknologi Planar Magnetic dan Head Tracking

Divisi gaming Kingston, HyperX, punya sajian baru yang cukup menarik di ajang CES 2019. Mereka memperkenalkan duo headset gaming anyar, yakni HyperX Cloud Orbit dan Cloud Orbit S. Keunggulannya? Keduanya sama-sama merupakan hasil kolaborasi HyperX dengan Audeze.

Buah dari kemitraan ini adalah, baik Cloud Orbit maupun Cloud Orbit S sama-sama dibekali driver planar magnetic 100 mm besutan Audeze. Bukan hanya itu saja, khusus Cloud Orbit S, ia juga dilengkapi teknologi 3D audio berbasis head-tracking, persis seperti yang terdapat pada headset gaming bikinan Audeze sendiri, Mobius.

Ini berarti Cloud Orbit S mampu menyimulasikan zona 360 derajat dalam mereproduksi suara, sehingga pengguna dapat benar-benar tahu dari titik mana suara berasal. Lebih lanjut, Audeze sudah berencana meluncurkan fitur agar headset-nya dapat menerjemahkan pergerakan kepala menjadi input keyboard, dan ini semestinya juga bakal hadir di Cloud Orbit S.

Namun kemiripannya dengan Mobius cukup berhenti sampai di situ saja. Ketimbang mengandalkan konektivitas wireless seperti Mobius, duo Cloud Orbit ini masih mengandalkan kabel sebagai sambungannya. Kendati demikian, pengguna dibebaskan memilih antara kabel USB-A, USB-C, atau 3,5 mm standar.

Berhubung bukan wireless, otomatis harganya juga lebih terjangkau ketimbang Audeze Mobius. Rencananya, HyperX Cloud Orbit dan Cloud Orbit S bakal dipasarkan mulai kuartal kedua tahun ini dengan banderol masing-masing $300 dan $330 – lebih murah dari Mobius yang dihargai $400.

Sumber: Business Wire dan The Verge.

HyperX Cloud Mix Adalah Gaming Headset Sekaligus Headphone Bluetooth

Divisi gaming Kingston, HyperX, kembali meluncurkan gaming headset. Namanya HyperX Cloud Mix, tapi ia berbeda dari gaming headset pada umumnya, sebab ia dapat beralih fungsi menjadi headphone wireless di luar sesi gaming.

Secara default, Cloud Mix dapat disambungkan ke PC menggunakan kabel dengan konektor 3,5 mm standar. Dalam posisi ini, sepasang driver 40 mm dan teknologi dual chamber yang diusungnya sanggup memberikan respon frekuensi antara 10 – 40.000 Hz, membuatnya pantas menyandang sertifikasi Hi-Res Audio.

HyperX Cloud Mix

Namun ketika yang dibutuhkan adalah kepraktisan, pengguna tinggal melepas kabel beserta mikrofonnya, lalu menyambungkannya ke smartphone via Bluetooth 4.2. Dalam posisi ini, Cloud Mix masih bisa dipakai untuk menerima panggilan telepon berkat mikrofon internalnya, dan baterainya bisa tahan sampai 20 jam pemakaian.

Sayang sekali charging-nya masih mengandalkan micro USB, bukan USB-C, dan belum ada fitur noise cancelling. Terlepas dari itu, fleksibilitasnya tentu bisa menjadi nilai jual lebih di mata konsumen, terutama para gamer yang kerap bepergian.

HyperX Cloud Mix

Yang saya suka dari Cloud Mix adalah penampilannya yang terkesan simpel dan tidak terlalu wah seperti kebanyakan gaming headset. Rangkanya terbuat dari aluminium, sedangkan bantalan earcup berukuran besarnya (circumaural alias over-ear) menggunakan material memory foam yang dilapis kulit sintetis.

Penampilan yang terkesan ‘kurang gaming‘ ini wajar mengingat statusnya yang juga dipasarkan sebagai produk lifestyle. Bobotnya pun tidak lebih dari 260 gram tanpa mic yang terpasang, cukup bersaing dengan headphone Bluetooth di pasaran.

HyperX Cloud Mix

HyperX saat ini telah memasarkan Cloud Mix di Amerika Serikat seharga $200.

Sumber: Business Wire.

Razer Benamkan Teknologi Haptic Feedback di Headset Barunya, Nari Ultimate

Teknologi haptic feedback diusung untuk menciptakan sensasi ‘sentuhan’ lewat stimulasi mekanis berupa tekanan dan gerakan. Sistem ini biasa kita temukan di smartphone, misalnya ketika perangkat mengeluarkan getaran sebagai respons sentuhan di keyboard virtual; atau dalam bentuk vibrasi di controller game. Namun mungkin Anda tak membayangkan jika haptic diterapkan di headset.

Hal inilah yang dilakukan oleh Razer dalam meracik produk barunya. Di penghujung bulan September ini, perusahaan spesialis periferal gaming itu memperkenalkan Nari Ultimate, headphone berteknologi haptic feedback mutakhir yang dijanjikan mampu menambahkan dimensi ‘sentuhan’ baik ketika digunakan untuk menikmati permainan video, menonton film, ataupun mendengarkan musik.

Nari 4

Jantung dari kapabilitas Nari Ultimate adalah sistem bernama Razer HyperSense. Dikembangkan secara kolaboratif oleh Razer dan perusahaan teknik Jerman Lofelt, HyperSense memanfaatkan driver untuk menghasilkan sensasi feedback multidimensi. Berbeda dari sistem haptic tradisional, HyperSense mampu membaca sinyal audio dan mengubahnya menjadi output haptic real-time.

Nari 5

Menurut sang produsen, metode tersebut dapat meningkatkan kesadaran/awareness kita di lingkungan virtual. Dari keterangan Razer di rilis pers, HyperSense di Nari Ultimate bekerja dengan memproduksi vibrasi yang diselaraskan ke output audio. Metodenya berbeda dari sistem standar yang umumnya menggunakan sinyal haptic pre-programmed. Dan teknologi ini bisa bekerja untuk segala macam format konten hiburan.

Nari 3

Razer Nari Ultimate mempunyai penampilan yang familier. Headphone gaming ini mengusung housing speaker over-the-ear dan padding bulat. Bagian ear cup-nya tersambung ke frame via engsel, memungkinkannya bergerak mengikuti kontur kepala Anda. Frame-nya terbuat dari aluminium, memiliki struktur mirip SteelSeries Siberia V2 dengan strap/headband sekunder fleksibel. Selanjutnya, Nari Ultimate dilengkapi bantalan empuk berlapis kulit sintetis yang juga menyimpan jel pendingin.

Nari 1

Kemampuan reproduksi audionya sendiri bisa dikatakan setara dengan Kraken Tournament Edition, ditunjang teknologi THX Spatial Audio untuk mensimulasikan suara 360 derajat, dan dibekali driver neodymium berukuran 50mm. Headphone tersambung ke PC via sambungan wireless ‘bebas lag’ dengan jarak maksimal 12-meter, ditunjang baterai berdaya tahan delapan jam (tanpa mengaktifkan Razer Chroma). Alternatifnya, Anda dapat  menggunakan kabel audio 3,5mm buat menikmati mode stereo.

Razer menyiapkan tiga varian Nari, dan hanya Nari Ultimate yang dibekali teknologi HyperSense. Produk dijajakan seharga US$ 200, akan tersedia di kuartal ketiga 2018. Terdapat pula opsi Nari Essenstial (US$ 100, sama-sama hadir di triwulan empat 2018) dan Nari reguler (US$ 150, dirilis 27 September).

Razer Ramaikan IFA 2018 dengan Headset, Keyboard, dan Mouse Wireless Gaming Baru

Ajang tahunan IFA memang tidak pernah menjadi junjungan produsen perangkat gaming, akan tetapi hal itu tidak mencegah Razer memperkenalkan trio periferal gaming terbarunya: headset Razer Kraken Tournament Edition, keyboard Razer BlackWidow Elite, dan mouse Razer Mamba Wireless.

Berhubung ketiganya bukan produk yang benar-benar baru, saya akan berfokus membahas pembaruan atau penyempurnaan yang diusung masing-masing dibandingkan pendahulunya.

Razer Kraken Tournament Edition

Razer Kraken Tournament Edition

Headset berwarna hijau mencolok ini diklaim sebagai yang pertama mengemas teknologi THX Spatial Audio, yang mampu menyimulasikan suara 360 derajat dengan akurasi yang terjamin guna meningkatkan kesadaran pemain, khususnya pada gamegame kompetitif. Performanya sendiri ditunjang oleh sepasang driver 50 mm, dengan intensitas bass yang dapat disesuaikan melalui controller USB.

Di sektor kenyamanan, Razer telah membenamkan gel pendingin di balik bantalan memory foam Kraken agar pemain tetap nyaman dalam durasi yang lama. Juga unik adalah ceruk kecil di dalam bantalan (tidak kelihatan dari luar) yang berfungsi untuk menyangga kacamata sehingga bagian pelipis mata pemain tidak cepat lelah.

Lebih nyaman, lebih customizable, dan lebih jago soal positional audio, Razer Kraken Tournament Edition akan dipasarkan seharga $100 mulai bulan September ini juga.

Razer BlackWidow Elite

Razer BlackWidow Elite

Sejak meluncur pertama kali di tahun 2010, desain Razer BlackWidow baru berubah cukup drastis tahun lalu. Untuk model Elite ini, Razer telah menambahkan tiga tombol media di ujung kanan atas, lengkap beserta sebuah kenop multi-fungsi yang dapat diprogram sesuai kebutuhan; bisa untuk menyesuaikan volume, tingkat kecerahan layar, maupun untuk fungsi-fungsi dalam game.

Masih seputar kontrol, semua tombolnya kini dapat diprogram sesuai keinginan, sehingga tombol macro ekstra yang biasanya ada di sisi kiri jadi bisa dihilangkan. Razer pun tak lupa menambahkan memory internal pada keyboard (pertama kalinya pada seri BlackWidow) supaya pemain bisa menyimpan sampai lima profil konfigurasi (dipadukan dengan cloud storage).

Razer BlackWidow Elite sekali lagi menggunakan switch mekanis buatan Razer sendiri, dengan pilihan jenis berwarna hijau, oranye dan kuning, yang semuanya diklaim tahan sampai 80 juta klik. Keyboard ini sudah dipasarkan seharga $170.

Razer Mamba Wireless

Razer Mamba Wireless

Untuk Mamba Wireless, tampangnya memang masih sama, akan tetapi Razer menerapkan pembaruan pada dua aspek terpenting dari sebuah mouse wireless, yakni akurasi dan ketahanan baterai. Soal akurasi ini, Razer telah menyematkan sensor optik generasi kelimanya yang memiliki resolusi 16.000 DPI.

Perihal baterai, Razer mengklaim Mamba Wireless bisa dipakai sampai 50 jam sebelum perlu diisi ulang, dan ini tanpa berkompromi dengan stabilitas koneksinya. Beralih ke kepraktisan, Mamba Wireless dilengkapi total 7 tombol yang dapat diprogram beserta memory internal untuk menyimpan hingga lima profil konfigurasi.

Tentu saja Razer Mamba Wireless telah menggunakan switch mekanis yang dipercaya tahan sampai 50 juta klik. Bagian sampingnya juga telah disempurnakan agar terasa lebih nyaman dalam cengkeraman. Pemasarannya akan berlangsung mulai bulan September ini juga, dengan banderol $100.

Sumber: Razer.

SteelSeries Perbarui Lini Gaming Headset Arctis dan Pasarkan GameDAC Secara Terpisah

Tidak terasa sudah hampir dua tahun sejak SteelSeries meluncurkan lini gaming headset Arctis, dan SteelSeries melihat ini sebagai momen yang tepat untuk menerapkan penyegaran terhadap ketiga headset-nya itu: Arctis 3, Arctis 5, dan Arctis 7. Arctis 2019 Edition, demikian nama lineup barunya, masih terdiri dari tiga headset yang sama, tapi tentu saja masing-masing telah disempurnakan.

Penyempurnaannya pun mengacu pada masukan dari para konsumen Arctis. Satu yang paling utama adalah soal bantalan telinga yang dinilai terlalu tipis. Pada versi barunya, ketiga headset ini telah dibekali bantalan yang lebih tebal demi meningkatkan kenyamanan sekaligus mencegah telinga konsumen menyentuh pelat bagian dalam headset.

SteelSeries Arctis 3 2019 Edition / SteelSeries
SteelSeries Arctis 3 2019 Edition / SteelSeries

Masih seputar kenyamanan, khusus Arctis 7, bentuk headband-nya telah direvisi menjadi lebih mirip seperti milik Arctis Pro. Desain yang lama dinilai kurang nyaman bagi pengguna yang ukuran kepalanya di atas rata-rata, dan revisi ini diharapkan bisa lebih akomodatif.

SteelSeries Arctis 5 2019 Edition / SteelSeries
SteelSeries Arctis 5 2019 Edition / SteelSeries

Beralih ke fungsionalitas, SteelSeries juga membuat tombol kontrol pada headset jadi lebih kecil sekaligus lebih keras. Ini dikarenakan banyak konsumen yang mengeluh tombolnya mudah tertekan tanpa sengaja. Selanjutnya, fitur DTS Headphone X telah di-upgrade ke versi kedua, dan output bass-nya juga ditambah. Kabar baiknya, dua fitur terakhir ini juga akan tersedia buat Arctis 5 dan Arctis 7 lama via firmware update.

SteelSeries Arctis 7 2019 Edition / SteelSeries
SteelSeries Arctis 7 2019 Edition / SteelSeries

Selain tiga headset Arctis versi baru, SteelSeries turut memperkenalkan aksesori GameDAC sebagai produk terpisah. Sebelumnya, digital-to-analog converter ini hanya tersedia dalam bundel bersama headset Arctis Pro, namun sekarang semua konsumen dapat membelinya secara terpisah.

GameDAC yang berukuran ringkas ini menjanjikan kualitas suara yang lebih baik ketimbang jika pengguna mencolokkan headset langsung ke komputer. Kuncinya terletak pada chip Sabre 9018 buatan ESS Technology yang mendukung resolusi hingga 24-bit/96kHz. Untuk menggunakannya, kita tinggal menancapkannya ke komputer via USB, lalu colokkan headset ke GameDAC.

SteelSeries GameDAC / SteelSeries
SteelSeries GameDAC / SteelSeries

Pengoperasiannya cukup mudah berkat kehadiran layar LED terintegrasi. GameDAC tidak cuma kompatibel dengan headset Arctis saja. Headphone atau earphone apapun yang menggunakan colokan 3,5 mm juga bisa dipakai bersamanya, dan itulah yang mendasari keputusan SteelSeries untuk menjadikannya sebagai produk terpisah.

Keempat produk baru ini sudah dipasarkan sekarang juga. Harganya adalah sebagai berikut:

Sumber: AnandTech dan SteelSeries.

Alienware Luncurkan Headset Gaming Wireless Pertamanya Beserta Mouse Gaming Baru

Mungkin tidak banyak dari yang kita tahu, akan tetapi Alienware sebenarnya sempat punya headset gaming-nya sendiri di tahun 2009 lalu. Usai vakum begitu lama di segmen ini, Alienware memutuskan untuk bersaing kembali lewat sebuah headset gaming wireless perdananya, yang diberi nama sesimpel Alienware Wireless Headset.

Seperti halnya mayoritas headset gaming lain di pasaran, virtual surround 7.1 menjadi salah satu fitur unggulan Alienware, plus dentuman bass yang mantap katanya. Kinerjanya dalam mereproduksi suara ini ditunjang oleh driver Neodymium berdiameter 40 mm yang tertanam di masing-masing earcup.

Alienware Wireless Headset

Soal desain, ia tampak sangat, well, sangat Alienware. Bantalan telinganya terbuat dari bahan fabric, yang diyakini lebih efektif menjaga telinga tidak terlalu panas dalam durasi yang lama. Sebuah mikrofon noise cancelling telah tersedia, dan bisa disingkirkan saat tidak diperlukan.

Sebagai produk gaming yang keluar di tahun 2018, mustahil perangkat ini tidak dilengkapi sistem pencahayaan warna-warni, dan headset ini pun kompatibel dengan sistem pencahayaan AlienFX. Rencananya Alienware Wireless Headset bakal dipasarkan secara global mulai 11 Juni, dengan banderol harga $229.

Alienware Elite Gaming Mouse / Alienware
Alienware Elite Gaming Mouse / Alienware

Di samping headset, Alienware juga menyingkap versi baru dari Elite Gaming Mouse. Kustomisasi masih menjadi fitur unggulan, dan versi barunya bahkan lebih lengkap lagi, dengan total empat ‘sayap’ yang bisa dilepas-pasang sesuai kebutuhan.

Dari keempat side wing itu, dua mengemas dua tombol ekstra, sedangkan dua lainnya mengemas empat tombol ekstra, jadi pengguna tinggal menyesuaikan dengan gaya bermainnya. Selain itu, pengguna juga dibebaskan mengadaptasikan bentuknya lewat kombinasi side wing ini; bisa ambidextrous atau ergonomis.

Alienware Elite Gaming Mouse

Untuk menyesuaikan bobot mouse, tersedia empat pemberat yang masing-masing berbobot 5 gram. Sistem pencahayaan AlienFX pastinya tidak ketinggalan, demikian pula tombol pengaturan DPI sampai lima tingkatan. Di Amerika Serikat, mouse ini akan dijual seharga $90 mulai akhir Juli mendatang.

Sumber: Engadget dan Wccftech.

Bukan Sembarang Headset Gaming, Asus ROG Delta Type-C Andalkan Quad-DAC

Headset gaming biasanya dipakai untuk, well, bermain game. Akan tetapi Asus berpendapat berbeda. Mereka ingin headset gaming juga dapat dipakai untuk menikmati musik bersama smartphone, dan kira-kira seperti itu esensi dari headset terbaru yang mereka umumkan di Computex 2018, Asus ROG Delta Type-C.

Seperti tersirat dari namanya, headset ini mengandalkan USB-C sebagai konektornya, dan seperti yang kita tahu, mayoritas smartphone terkini hanya mengemas port USB-C tanpa jack headphone. Namun lalu muncul pertanyaan lain: headset atau headphone USB-C harus mengonversi sinyal digital ke analog sendiri, jadi bagaimana kualitas suara yang dihasilkannya?

Demi meyakinkan konsumen, Asus telah menyematkan total empat DAC (digital-to-analog converter) buatan ESS Sabre ke dalam Delta, sanggup memutar format lossless hingga 32-bit/384kHz. Mengapa harus sampai empat? Asus bilang bahwa masing-masing bertanggung jawab atas rentang frekuensi yang berbeda: 20 – 150 Hz, 150 – 5.000 Hz, 5.000 – 20.000 Hz, dan 20.000 – 40.000 Hz.

Asus ROG Delta Type-C

Melengkapi DAC-nya adalah driver berdiameter 50 mm di masing-masing earcup. Perlu dicatat, Delta merupakan headset stereo, tapi gamer yang membutuhkan konfigurasi surround masih bisa mewujudkannya dengan bantuan software. Lalu andai kata Anda masih menggunakan laptop atau PC tua yang tak dilengkapi port USB-C, Asus telah menyertakan adaptor USB biasa di setiap paket penjualan Delta.

Secara fisik ROG Delta mengusung desain tipikal produk gaming, terutama berkat LED warna-warni di kedua sisi earcup yang dapat diprogram. Bantalan telinganya terbuat dari bahan fabric bermotif mesh demi menjaga telinga tetap sejuk dalam durasi yang lama, tapi tersedia pula bantalan cadangan dengan material kulit sintetis.

Asus berencana melepas Delta ke pasaran pada musim panas ini. Sayang mereka masih enggan menyingkap harga jualnya.

Sumber: Asus.

Astro dan Nintendo Berkolaborasi Untuk Garap Headset Khusus Switch

Dalam meramu headphone gaming, lebih banyak produsen kini mengambil pendekatan multi-platform, memungkinkan perangkat kompatibel baik ke PC ataupun console. Namun sayangnya tak semua produk tersebut mendukung Switch karena Nintendo memutuskan untuk menjalankan fungsi chat suara melalui aplikasi mobile. Sejauh ini hanya ada sedikit pilihan buat gamer Switch.

Mengetahui kendala yang dihadapi para pemainnya, Nintendo mengumumkan kolaborasi bersama Astro Gaming buat menggarap headset khusus Switch. Kedua perusahaan juga berjanji untuk memberikan sentuhan istimewa pada elemen estetika headphone, yakni dengan desain yang terinspirasi dari karakter-karakter permainan The Legend of Zelda serta Super Mario Bros.

“Astro Gaming berkomitmen untuk memberikan para gamer kualitas audio yang tidak tertandingi dalam produk-produk premium kami demi meningkatkan pengalaman bermain Anda,” tutur Cris Lee selaku head of licensing and partnerships via Digital Trends. “Astro senang sekali bisa bekerja sama dengan Nintendo buat menciptakan produk inovatif yang turut dapat memicu rasa nostalgia dan hasrat ber-gaming melalui karakter-karakter dari franchise legendaris.”

Nintendo dan Astro Gaming berencana untuk melepas produk baru tersebut di akhir tahun ini, namun mereka belum mengungkapkan secara spesifik tanggal perilisannya. Menariknya, sebelum headphone tersebut meluncur, Astro punya agenda buat menyediakan ‘tag‘ tokoh-tokoh Nintendo khusus model A40 TR. Tak seperti stiker biasa, tag removable tersebut bisa menempel di bagian luar housing speaker via magnet.

Dengan menggunakan magnet, Anda bisa melepas tag jika ingin menggunakan headset ini di tempat umum dan tak mau menarik perhatian, dan memasangnya kembali ketika sedang berkumpul bersama komunitas gaming. Tag Nintendo tersebut kompatibel ke hampir seluruh varian A40 TR, yang dijajakan antara harga US$ 150 sampai US$ 250. Model termahalnya itu dibundel bersama amplifier MixAmp Pro TR.

Saya pribadi berharap agar Astro membanderol headset anyar mereka di harga yang lebih terjangkau dari A40 TR sehingga lebih terlihat atraktif di mata para pemilik Switch. US$ 150 terasa cukup tinggi bagi kalangan gamer non-profesional.

Astro Gaming sendiri kini merupakan brand punya Logitech setelah diakuisisi sang perusahaan aksesori PC asal Swiss itu senilai US$ 85 juta, dibayar secara tunai, di bulan Agustus tahun lalu. Sebelumnya, Astro juga cukup sering menyediakan headset-headset berlisensi film dan game; misalnya Adventure Time, Rick and Morty, Halo, Call of Duty hingga Mirror’s Edge Catalyst.

Via SlashGear.

Logitech G Pro Gaming Headset Lengkapi Lini ‘Persenjataan’ Esport Logitech

Setidaknya dalam dua tahun terakhir, industri perangkat gaming mulai mencabang ke ranah yang lebih spesifik, yakni perangkat gaming tapi yang lebih ditujukan untuk kebutuhan esport, alias kompetisi gaming profesional. Logitech sejauh ini sudah punya mouse dan keyboard yang klaimnya diramu untuk atlet esport, dan yang kurang adalah headset.

Meski sedikit terlambat, headset-nya akhirnya datang juga. Sama seperti mouse dan keyboard-nya, headset ini juga mengusung label “G Pro” pada namanya, mengindikasikan target pasarnya yang ditujukan untuk esport. Logitech pun tidak lupa membubuhkan klaim bahwa headset ini mereka rancang bersama sejumlah atlet esport kelas dunia.

Logitech G Pro Gaming Headset

Fitur unggulan G Pro Gaming Headset tentu saja adalah sepasang driver yang tertanam di dalamnya, yang diyakini mampu mereproduksi suara secara presisi, spesifiknya suara langkah kaki, tembakan atau desingan peluru. Kemampuan mendengar suara-suara ini secara jelas sejatinya adalah hal yang paling dicari oleh atlet esport dari sebuah headset.

Dukungan suara surround turut tersedia, termasuk untuk gamegame yang mendukung Dolby Atmos. Surround sebenarnya juga cukup penting dalam gaming, terutama dalam game FPS seperti CS:GO, sebab pemain bisa memiliki kesadaran spasial yang lebih baik, sehingga pada akhirnya bisa memprediksi posisi lawan secara tepat.

Lengkap sudah lini Logitech G Pro sekarang / Logitech
Lengkap sudah lini Logitech G Pro sekarang / Logitech

Aspek kenyamanan pastinya juga menjadi prioritas ketika membahas sebuah headset. G Pro memanfaatkan kombinasi material yang solid namun ringan, seperti stainless steel, nilon dan serat kaca komposit. Masing-masing bantalannya dibalut oleh kulit sintetis yang tidak hanya terasa nyaman, tapi juga membantu meningkatkan isolasi suara di sekitar hingga 50% lebih efektif.

Kabar baiknya, Logitech G Pro Gaming Headset juga akan dipasarkan dengan harga yang terbilang kompetitif: $90. Kalau Anda butuh pertimbangan lain sebelum membeli, mungkin fakta bahwa headset ini ditunjuk sebagai headset resmi CS:GO Pro League versi ESL bisa membantu.

Sumber: Logitech.