Demi Akuisisi Pelanggan Baru, HIJUP Luncurkan Fitur “Try & Pay”

Layanan fashion commerce HIJUP kembali meluncurkan kemudahan terbaru untuk pelanggan, yaitu fitur Try & Pay. Fitur tersebut sudah bisa dinikmati pelanggan di seluruh Indonesia, memberikan kesempatan kepada pelanggan untuk mencoba terlebih dulu produk yang dipesan, kalau cocok baru membayar.

Dalam mencoba, diberikan waktu 15 menit, jika cocok dan sesuai dengan selera pelanggan, barang tersebut bisa langsung dibayar secara tunai atau menggunakan debit card.

HIJUP mencatat pelanggan terbesar (39 persen) didominasi oleh ibu rumah tangga. Banyak dari mereka masih belum memiliki kepercayaan penuh saat belanja online — takut ukuran tidak sesuai dll. Sementara karena kesibukan mengurus keluarga, membuat mereka sering tidak bisa keluar untuk berbelanja mengunjungi langsung HIJUP Store.

Saat ini HIJUP telah memiliki 8 offline store di kota-kota besar di Indonesia (Jakarta, Padang, Lombok, Palembang, Makassar, Bandung, Pekanbaru, Samarinda). HIJUP juga sudah hadir di Malaysia dan menyusul rencana pendirian offline store di London, Inggris.

“Sementara ini, layanan hanya berlaku pada hari kerja. Semoga ke depannya, fitur ini dapat dinikmati kapan saja dan juga dapat dinikmati di negara lain. Layanan ini dibuat berdasarkan beragamnya kebutuhan dan kesibukan masing-masing pelanggan untuk berbelanja fashion items. Ini didukung pula dengan menggunakan data yang kami miliki,” ungkap Head of Public Relations HIJUP, Andhara Early.

Pendekatan online-to-offline fashion commerce di Indonesia

Meskipun memiliki nama yang berbeda, fitur HIJUP Try & Pay sebelumnya sudah diperkenalkan terlebih dahulu oleh layanan fashion commerce B2C, Sale Stock. Di layanan ini, pengguna dipersilakan untuk mencoba baju setelah kurir tiba di lokasi perjanjian. Pengguna dapat mengembalikan produk pada saat itu juga bila tidak suka dan hanya membayar produk yang sesuai.

Bertujuan untuk mengakuisisi lebih banyak pelanggan baru, fitur “Coba Dulu Baru Bayar (CDBB)” dari Sale Stock, diklaim telah menjadi favorit di platformnya. Hal yang sama tampaknya diharapkan juga oleh HIJUB. Di lanskap e-commerce pun konsep O2O terus dieksplorasi para pemain untuk mengoptimalkan potensi pasar.

Application Information Will Show Up Here

HIJUP Kembangkan Ekosistem “Halal ​Value Chain”​ Berbasis Digital

Layanan fesyen commerce busana muslim, HIJUP, menandatangani kesepakatan bersama pembentukan ​task force implementasi  ekosistem halal ​value chain berbasis digital bersama Asosiasi Fintech Syariah Indonesia (AFSI). Kemitraan ini diinisiasi dan difasilitasi  Bank Indonesia (BI).

Nantinya program business matching HIJUP dengan teknologi finansial (tekfin) syariah akan mengembangkan kolaborasi produksi dengan para tenant HIJUP menggunakan sistem syariah murabahah. Pola pembiayaan ini menggunakan sistem dengan pembelian modal aset produksi.

Kemitraan ini diharapkan bisa membantu mendorong Indonesia menjadi sepuluh besar negara pengekspor busana muslim di dunia dan industri fashion muslim dapat terus menjadi penyumbang dan pendukung ekosistem perekonomian syariah di Indonesia.

“Sebagai katalisator dan roda penggerak pertumbuhan industri fashion muslim, HIJUP mendukung inisiasi BI mengembangkan ekosistem halal value chain berbasis digital dan berkomitmen untuk memperkuat perekonomian syariah Indonesia melalui sektor fashion muslim. Komitmen kerja sama ini sejalan pula dengan latar belakang berdirinya HIJUP, kami hadir untuk menjadi pemain di pasar muslim, tidak hanya sebagai pasar yang konsumtif,” kata CEO Hijup Diajeng Lestari.

Sebagai salah salah satu layanan fesyen commerce pertama yang mengusung konsep busana muslim, HIJUP yang didirikan pada tahun 2011 telah menerapkan skema O2O, melakukan ekspansi di Malaysia dan Inggris, juga memberikan pilihan pembayaran beragam. Salah satunya adalah pembayaran melalui GO-PAY. Pilihan pembayaran ini sudah bisa dinikmati oleh pelanggan sejak bulan Juni 2018.

Hingga kini terdapat sekitar 200 desainer atau merek yang telah bergabung menjadi tenant HIJUP.

Application Information Will Show Up Here

Terapkan Skema O2O, Platform Marketplace Fesyen Muslim HIJUP Segera Hadirkan “Offline Store” di London

Sejak tahun 2017, marketplace fesyen khusus busana muslim, HIJUP, melancarkan skema O2O (online to offline) dengan membuka gerai offline pertama di Pejaten, Jakarta Selatan. Tahun ini Hijup menggencarkan pembukaan toko offline di berbagai daerah, total sudah memiliki 8 toko, dan berniat membuka toko pertamanya di London, Inggris.

“Banyak pelanggan yang sudah melihat produk secara online, tetapi tidak berani beli karena mungkin ada ketakutan dengan ukuran dan sebagainya. Sekarang, mereka bisa langsung mengunjungi HIJUP Warehouse Store di Jakarta atau store di daerah masing-masing. Sebaliknya, jika sudah pernah melihat dan mencoba barang di HIJUP store dan belum sempat beli bisa langsung membeli melalui situs atau aplikasi HIJUP di smartphone,” kata CEO HIJUP Diajeng Lestari.

Rencana menghadirkan offline store di London

Berangkat dari HIJUP warehouse store di Pejaten Jakarta Selatan yang hadir untuk memenuhi permintaan pelanggan untuk membeli, melihat, dan merasakan langsung produk HIJUP yang tersedia di situs, HIJUP mencatat ternyata minat belanja offline masih cukup besar, khususnya di daerah.

Melalui offline store ini, HIJUP berupaya untuk menciptakan keseimbangan pelayanan antara online dengan offline. Fungsinya mengikuti pola belanja masyarakat yang belum sepenuhnya online.

Saat ini Hijup telah memiliki 8 offline store di kota-kota besar di Indonesia (Jakarta, Padang, Lombok, Palembang, Makassar, Bandung, Pekanbaru). HIJUP Store Samarinda merupakan offline store HIJUP terbaru yang menghadirkan produk yang sesuai dengan kebutuhan dan selera masyarakat di Samarinda dan sekitarnya. HIJUP sudah hadir di Malaysia dan menyusul rencana pendirian offline store di London, Inggris.

Awal tahun ini HIJUP telah mengakuisisi Haute-Elan, platform marketplace terbesar Inggris Raya untuk modest fashion, dengan nilai yang tidak disebutkan. Pasca akuisisi ini, mereka meluncurkan Hijup UK Limited yang menjadi langkah pertama Hijup go global.Hiju

“Pengadaan HIJUP Store sendiri kita masih mengikuti permintaan pasar. Sampai saat ini HIJUP Store telah hadir di 8 kota besar di Indonesia, satu HIJUP Store Malaysia dan menyusul HIJUP Store London,” kata Diajeng.

Application Information Will Show Up Here

Memprediksi Tren Bisnis “Fashion Commerce” di Indonesia

Bersama dengan produk elektronik, barang-barang fashion memiliki tempat istimewa bagi mereka penggemar belanja online. Hal tersebut dibuktikan dengan makin banyaknya layanan fashion commerce lokal dan asing yang merambah tanah air. Pembuatan barang-barang merk sendiri, atau yang lebih kenal sebagai private label, dan pendekatan skema O2O (online-to-offline) disebut menjadi kunci mendominasi pasar ini.

Jika awalnya fokus utama layanan fashion commerce adalah menyediakan pilihan produk beragam dari merchant, seiring dengan perubahan pola konsumsi pelanggan dan makin maraknya kehadiran toko online yang memanfaatkan media sosial, secara perlahan layanan fashion commerce mulai beradaptasi dan mulai menghadirkan inovasi baru.

Private label dan pengalaman offline

Didominasi pembeli dari kalangan perempuan, layanan fashion commerce mulai menghadirkan private label dengan desain dan produksi yang dimonitor langsung oleh tim internal.

Mulai dari skema O2O (online-to-offline) dengan mendirikan toko permanen di mall hingga menggelar berbagai kegiatan pop up store, dari sisi pertumbuhan,

Layanan fashion commerce yang mampu menerapkan skema O2O (online-to-offline), misalnya pop up store atau mendirikan toko permanen, disebut memiliki peluang untuk mendapatkan data yang lebih kaya berdasarkan interaksi langsung dengan pelanggan.

“Skema O2O di dunia fashion commerce sudah mulai terlihat menunjukkan peluang yang positif. Saya melihat sekarang dan ke depannya, skema ini bakal banyak diterapkan oleh layanan fashion commerce di Indonesia,” kata Pemerhati e-commerce dan CEO Adsvokat Daniel Tumiwa kepada DailySocial.

Kegiatan offline disebut mampu memberikan efek seimbang untuk pertumbuhan bisnis. Hal tersebut sudah diterapkan Berrybenka dengan kegiatan pop up store dan mendirikan toko permanen. Demikian juga dengan Muslimarket yang memanfaatkan brand Suqma.

Kehadiran toko fisik dianggap mampu memecahkan masalah seperti kepuasan pelanggan untuk menyentuh dan mencoba langsung produk yang ingin mereka beli.

Berbeda dengan Berrybenka, Sale Stock memberikan alternatif baru dengan opsi mencoba langsung melalui fitur “Coba Dulu Baru Bayar”. Pembeli diberikan waktu untuk mencoba, jika puas barang bisa langsung diambil, namun jika tidak puas saat itu juga bisa dititipkan ke kurir untuk ditukar atau dikembalikan.

Seorang pelanggan Sale Stock, sebut saja Ani, mengungkapkan cara ini ampuh memberikan pilihan baru ke pelanggan saat membeli produk fesyen favorit.

Konsolidasi dan akuisisi

Awal bulan ini, layanan agregator fesyen Lyke mengumumkan penutupan layanan dan mengalihkan seluruh karyawannya ke layanan e-commerce  Tiongkok Jollychic. Jollychic pertama kali hadir di Tiongkok pada 2014 dan mulai mengembangkan sayap ke Indonesia tahun lalu.

Kepada DailySocial, CEO Lyke Bastian Purrer mengungkapkan, penjualan Lyke kepada Jollychic dilakukan demi membangun layanan e-commerce yang lebih besar dengan melakukan sinergi antar dua perusahaan. Diklaim layanan ini sempat memiliki 1,6 juta pengguna, bermitra dengan 300 toko, dan memiliki 150 ribu pilihan produk.

“Saya percaya pasar fesyen online di Indonesia masih besar peluangnya. Dengan kolaborasi bersama Jollychic saya yakin kita bisa mengatasi semua tantangan yang ada. Sejauh ini masih banyak orang yang melakukan pembelian fesyen secara offline atau melalui media sosial dengan rendahnya penetrasi layanan e-commerce di Indonesia,” kata Bastian.

Untuk melancarkan ekspansinya, marketplace fesyen Muslim Hijup juga telah mengakuisisi Haute-Elan, platform marketplace modest fashion terbesar di Inggris Raya. Pasca akuisisi ini, mereka meluncurkan Hijup UK Limited yang menjadi langkah pertama Hijup go global.

Konsolidasi, merger, dan akuisisi antar layanan fashion commerce, disebutkan Daniel, bakal banyak terjadi ke depannya, terutama bagi layanan fesyen yang skalanya kecil hingga menengah ke atas. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan bisnis, ekspansi, sekaligus menyokong pendanaan dan melancarkan strategi pemasaran yang memiliki peranan penting di sektor ini.

“Contohnya adalah Sale Stock, yang sejak pendanaan terakhir fokus kepada kegiatan pemasaran dengan promosi di televisi secara masif. Hal tersebut membuktikan, branding masih menjadi langkah strategis yang dilakukan oleh layanan fashion commerce,” kata Daniel.

Hijup Acquired U.K.’s Largest Modest Fashion Marketplace Haute-Elan

Moslem fashion marketplace Hijup announced a surprising move while attending London Modest Fashion Week 2018. The company has acquired Haute-Elan, the biggest modest fashion marketplace platform in United Kingdom with undisclosed value. They will launch Hijup UK Limited as the first step to go global.

Hijup was on media hiatus since the last funding acquisition in 2015. Founded by Diajeng Lestari, it made news in the early of 2018 by its acquisition of Haute-
Elan. The transaction is said to be facilitated by Aidijuma Colors Group, which is based in Malaysia. The three companies are established by women Founders.

We have yet to receive comment from Hijup on why United Kingdom and Haute-Elan as acquisition target.

Haute-Elan will obtain logistics, operation, technical, strategic advice, and best practice support on how Hijup successfully operates and exists in Indonesia. They target global Islamic and modest fashion marketplace that is estimated to be worth $230 billion.

Romanna Bint-Abubaker, Chief Executive Officer and Founder of Haute-Elan
commented, “Working together is the only way we can truly achieve the vision of
each of us in order to become the biggest online marketplace on earth and create
a legacy of opportunity and change. I’m excited about the future that we will create it with our respective experience, skills, and resources’.”

Diajeng Lestari, Chief Executive Officer and Co-founder of HIJUP, added, “The rise
of HIJAB fashion is a phenomenon of the rise of moslem women’s identity.
Hopefully with this big step, we will give a positive impact to the society. We
aim to not only bring the ‘look good” fashion, but also bring the “feel good”
atmosphere towards Islamic identity and to give our contribution by “do good” for the world.”


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Hijup Akuisisi Marketplace “Modest Fashion” Terbesar Inggris Haute-Elan

Marketplace fesyen Muslim Hijup mengumumkan langkah mengejutkan di sela-sela pagelaran London Modest Fashion Week 2018. Pihaknya telah mengakuisisi Haute-Elan, platform marketplace terbesar di Inggris Raya untuk modest fashion, dengan nilai yang tidak disebutkan. Pasca akuisisi ini, mereka akan meluncurkan Hijup UK Limited yang menjadi langkah pertama Hijup go global.

Sudah cukup lama Hijup tidak menunjukkan pembaruannya di media, pasca perolehan pendanaan di tahun 2015. Layanan yang didirikan oleh Diajeng Lestari ini menggebrak di awal tahun 2018 dengan langkah akuisisi terhadap Haute-Elan. Disebutkan transaksi ini difasilitasi Aidijuma Colors Group yang berbasis di Malaysia. Ketiga perusahaan ini didirikan oleh Founder perempuan.

Kami masih belum mendapat komentar dari pihak Hijup mengapa memilih Inggris Raya dan Haute-Elan sebagai sasaran akuisisinya.

Haute-Elan akan mendapatkan dukungan logistik, operasional, teknis, advis strategis, dan best practice dari bagaimana Hijup sukses beroperasi dan bertahan di Indonesia. Mereka akan menyasar pasar fesyen modest dan Islami global yang diperkirakan bernilai $230 miliar.

Pendiri dan CEO Haute-Elan Romanna Binti Abubaker dalam rilisnya mengatakan, “Bekerja sama adalah satu-satunya cara bagi kami untuk mencapai visi bersama untuk menjadi marketplace online terbesar di dunia dan menciptakan peluang dan perubahan. Saya sangat bersemangat dengan masa depan yang akan kami ciptakan dengan sumberdaya, skill, dan pengalaman kami masing-masing.”

Co-Founder dan CEO Hijup Diajeng Lestari menambahkan, “Kebangkitan fesyen hijab adalah fenomena bangkitkan identitas muslim perempuan. Diharapkan dengan langkah besar ini kami bisa memberikan dampak positif bagi masyarakat. Kami berharap tidak hanya membawa fashion yang ‘terlihat baik’, tapi juga atmosfer yang ‘terasa baik’ tentang identitas Islam dan memberikan kontribusi dengan ‘melakukan kebaikan’ untuk dunia.”

Hijabstory Kini Luncurkan Layanan E-Commerce

Geliat layanan e-commerce di tanah air mulai menarik perhatian pelaku bisnis yang sebelumnya memiliki toko offline untuk berjualan berbagai produk secara online. Salah satu pelaku bisnis yang kemudian mencoba untuk bermain di layanan marketplace online adalah Suhud Setia, pemilik Hijabstory. Perusahaan yang telah berdiri sejak tahun 2013 di Bandung, Jawa Barat, saat ini telah memiliki 23 galeri di seluruh Indonesia dengan fokus busana muslim, aksesoris dan perlengkapan lainnya untuk perempuan.

Di awal Februari 2017, Hijabstory secara resmi meluncurkan situs marketplace yang menjual semua produk dan brand busana muslim lokal untuk masyarakat Indonesia. Kepada DailySocial, General Manager Hijabstory Yogi Permana mengungkapkan, diluncurkannya situs Hijabstory bisa membantu lebih banyak lagi desainer lokal mempromosikan produk dan busana muslim mereka melalui Hijabstory.

“Hijabstory hadir dalam upaya menjadi partner para desainer muda fashion muslim untuk membantu memperluas cakupan distribusi dan pemasaran produk mereka, dan membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan produk fashion muslim dengan menghadirkan beraneka ragam fashion muslim terkini disertai kenyamanan area berbelanja,” kata Yogi.

Saat ini Hijabstory telah bermitra dengan lebih dari 300 brand lokal dan menjual busana muslim dengan harga yang terangkau serta pilihan pembayaran melalui bank transfer. Di situs Hijabstory juga dilengkapi dengan tautan video berisikan tips dan informasi tren terkini busana muslim untuk pengguna. Dengan memanfaatkan galeri yang ada, Hijabstory berencana untuk menambah titik distribusi.

“Target 2017, secara toko akan menambah titik distribusi dengan membuka beberapa cabang jaringan baru, memperbaiki atau mengubah tampilan toko yang sudah ada maupun interior yang sudah ada guna menunjang kenyamanan berbelanja konsumen,” kata Yogi.

Diharapkan hadirnya versi e-commerce Hijabstory selain untuk mempermudah proses belanja, juga dapat dijadikan wadah kreativitas bagi para desainer muda di Bandung.

“Strategi Hijabstory selalu berupaya untuk menghadirkan fashion muslim paling up-to-date guna memenuhi kebutuhan sehari-sehari masayarakat Indonesia akan busana muslim,” kata Yogi.

Tren marketplace busana muslim

Kemudahan yang ada di layanan e-commerce mempercepat potensi bisnis yang ada dalam industri busana, termasuk busana muslim. Kesuksesan Hijup merupakan contoh yang kemudian menjadi inspirasi beberapa pelaku UKM untuk kemudian memasarkan produk mereka secara online.

Meskipun kehadiran media sosial saat ini cukup banyak mendominasi pemasaran usaha pelaku UKM busana muslim, kehadiran marketplace seperti Hijabstory, Muslimarket, atau kanal khusus di layanan marketplace seperti Tokopedia, MatahariMall, atau Bukalapak bisa membantu pelaku UKM dan desainer lokal mempromosikan produknya lebih luas dan menjangkau lebih banyak pelanggan.

Kiprah Delegasi Indonesia di MiSK Global Forum Saudi Arabia

Minggu lalu saya mendapatkan kesempatan mengikuti ajang MiSK Global Forum yang diselenggarakan di Riyadh, Saudi Arabia. Dari Indonesia ada 15 anggota delegasi yang berpartisipasi, melalui GEPI (Global Entrepreneurship Program Indonesia) sebagai mitra, terdiri dari penggiat startup teknologi dan kewirausahaan sosial (social entrepreneurship). Satu di antaranya, CEO Hijup Diajeng Lestari, didaulat menjadi salah satu pembicara dalam sebuah diskusi panel tentang kewirausahaan perempuan dengan mendorong nilai-nilai budaya dan fashion.

Saudi, yang selama ini kita kenal sebagai negara kaya karena melimpahnya hasil migas, mencoba memberikan atmosfer yang berbeda di acara ini. Gejolak harga minyak, instabilitas politik di kawasan Timur Tengah, dan perubahan peta politik global membuat anak-anak muda di sana tak lagi bisa terus-menerus bergantung pada fasilitas yang selama ini mereka peroleh.

Pangeran Mohammad bin Salman, Deputi Putra Mahkota, yang juga kini menjabat sebagai Menteri Pertahanan, melalui Yayasan MiSK mencoba memperkenalkan sisi kewirausahaan yang mungkin masih terdengar asing untuk kaum muda di kawasan itu.

Menghadirkan sejumlah pembicara dunia yang inspiratif, termasuk penerima Nobel Perdamaian dan Pendiri Grameen Bank Muhammad Yunus, Executive Chairman Cisco Systems John Chambers, Co-Founder Pixar Alvy Ray Smith, dan Co-Founder dan CEO Udacity Sebastian Thrun, ajang seperti ini diharapkan membuka mata soal perkembangan bisnis global dewasa ini, baik yang berbentuk kewirausahaan sosial maupun yang berbasis teknologi.

Pemberdayaan perempuan juga menjadi tema penting yang coba diangkat. Di Saudi, stigma bahwa perempuan “tidak boleh” melakukan ini dan itu (di luar konteks urusan rumah tangga) seakan-akan lekat di benak para pengamat. MiSK Global Forum mencoba menghadirkan sejumlah pengusaha perempuan yang berhasil mendobrak stigma ini melalui bisnis, edukasi, dan gerakan yang dihimpun.

Mempromosikan busana muslim sebagai bisnis global

CEO Hijup Diajeng Lestari sebagai salah satu pembicara diskusi panel di MiSK Global Forum 2016 / DailySocial
CEO Hijup Diajeng Lestari sebagai salah satu pembicara diskusi panel di MiSK Global Forum 2016 / DailySocial

Salah satu sesi pemberdayaan perempuan melibatkan Diajeng sebagai pembicara. Dalam diskusi panel bertajuk “Playing at the Heart of a Nation: From Cultural Heritage to a Brand Value, Diajeng bersanding bersama dua desainer fashion Timur Tengah, yaitu Lubna Al Zakwani dan Arwa Alammari.

Sebagai seorang pengusaha marketplace online yang sudah mendapatkan investasi dari 2 investor Silicon Valley, Diajeng menekankan pentingnya standar untuk setiap produk yang dijualnya. Jika ingin memasuki pasar internasional, ada sejumlah standar yang harus dipenuhi. Untuk bisnis fashion misalnya, ada aturan soal bahan dan ukuran. Karakter dan DNA juga menjadi hal yang perlu diperhatikan.

E-commerce, lanjutnya, membantu seorang desainer atau pengusaha meraih konsumen secara global tanpa limitasi jarak dan waktu. Kaum Muslim, sebagai konsumen segmen ini, berjumlah 1,7 miliar di seluruh dunia dan tidak hanya tinggal di negara-negara mayoritas Muslim.

Menurut data yang dimiliki Diajeng, pasar fashion Islam bernilai $230 miliar dan justru para pemainnya adalah pemain fashion besar yang tidak berbasis di negara Islam, misalnya Uniqlo dan H&M. Diajeng tidak ingin negara Muslim hanya menjadi pasar dan ingin mengembangkan bisnis yang bisa mempekerjakan banyak orang.

 

Google Umumkan Enam Startup Indonesia yang Mengikuti Launchpad Accelerator Gelombang Kedua

Google secara resmi telah mengumumkan 24 startup yang akan mengikuti gelombang kedua program Launchpad Accelerator. Dari empat negara yang berpartisipasi, terdapat masing-masing enam startup yang bergabung di gelombang kedua yang rencananya akan berjalan pada 13 Juni 2016 nanti. Hijup, Talenta, Codapay, Jarvis Store, Ruangguru, dan IDNtimes adalah startup yang mewakili Indonesia di program Google Launchpad Accelerator kali ini.

Sedikit berbeda dengan gelombang pertamanya, di gelombang kedua Launchpad Accelerator ini Google hanya mencari enam startup untuk berpartisipasi. Selain itu, Meksiko ditambahkan sebagai negara baru di samping Indonesia, Brazil, dan India yang sebelumnya telah ikut di gelombang pertama.

Pendaftaran gelombang kedua program Launchpad Accelerator sendiri dibuka pada awal Maret 2016 dan berakhir pada 31 Maret 2016 kemarin. Total ada 24 startup terpilih yang akan mengikuti program Launchpad Accelerator gelombang kedua yang diumumkan oleh Google minggu lalu (11/5).

Berikut adalah daftar lengkap enam startup yang mewakili Indonesia untuk ikut dalam program Launchpad Accelerator gelombang kedua:

  • Hijup: Platform e-commerce untuk busana perempuan muslim
  • Talenta: Perangkat lunak berbasis awan yang bertujuan membantu UKM dalam mengelola proses SDM
  • Jarvis Store: Layanan pembuatan situs bagi e-commerce kecil dan menengah
  • Ruangguru: Platform yang menghubungkan siswa dengan pengajar untuk belajar di luar sekolah
  • IDNtimes: Perusahaan media online independen yang membidik generasi muda Indonesia
  • Codapay: Layanan payment gateway

CEO eFishery Gibran Chuzaefah Amsi El Farizy yang ikut dalam program Launchpad Accelerator gelombang pertama mengatakan, “Musuh terbesar Anda bukanlah kegagalan, namun godaan untuk menjadi biasa. […] Para mentor [di program Launchpad Accelerator] akan mendorong Anda untuk menciptakan produk yang luar biasa dan dengan skala startup yang juga luar biasa.”

Launchpad Accelerator sendiri adalah program percepatan pertumbuhan startup dari Google yang akan memberikan peluang pendanaan bebas ekuitas sebesar $50.000, bootcamp selama dua minggu di markas pusat Google, pembinaan berkelanjutan selama enam bulan, dan akses ke peralatan dan sumber daya Google.

HijUp Secured Another Seed Funding, Worth Million of Dollars

Moslem fashion e-commerce service HijUp announced that its has just secured a second round of seed funding, worth seven digit USD ($1-9 million or more than Rp 13 billion) from a group of investors consist of Fenox Capital, 500 Startups, and local media conglomerate EMTEK. This was the startup’s second one in the past six months. Continue reading HijUp Secured Another Seed Funding, Worth Million of Dollars