ALVA Rampungkan Pendanaan Seri B 766 Miliar Rupiah Dipimpin Horizons Ventures

PT Ilectra Motor Group (IMG atau ALVA) dengan brand kendaraan listrik ALVA telah merampungkan penggalangan dana seri B, dengan nilai investasi hingga $50 juta atau setara 766,4 miliar Rupiah. Putaran pendanaan ini mencakup semua investor terdahulu yang dipimpin oleh Horizons Ventures.

Sedangkan investor yang termasuk HH-CTBC Partnership L.P. (Foxconn Co-GP Fund), yang bersama dengan Horizon Ventures dan Indika Energy, menjadi investor terbesar hingga saat ini. Selain Foxconn Co-GP fund, investor baru yang terlibat dalam putaran pendanaan kali ini yaitu Brama One Ventures.

Rencananya dana segar akan digunakan oleh perusahaan untuk terus mengakselerasi pengembangan produk ALVA dan memperluas jaringan untuk melayani lebih banyak konsumen di seluruh Indonesia. Akhir tahun 2022 lalu Standard Chartered Indonesia juga telah memberikan dukungan pendanaan sebesar $10 juta (lebih dari 156 miliar Rupiah).

“Kami terus menetapkan standar untuk kendaraan listrik melalui R&D dan wawasan pasar domestik kami yang kuat, sementara pada saat yang sama meningkatkan dan mendefinisikan kembali pengalaman pelanggan saat kami memperluas cakupan kami ke seluruh Jawa dan Bali pada tahun 2023” kata Direktur Utama & CEO PT Ilectra Motor Group Purbaja Pantja.

Fokus ke pengembangan kendaraan roda dua

Perusahaan telah meluncurkan model kedua produk sepeda motor listriknya yaitu “ALVA Cervo” pada Mei 2023. Sebelumnya mereka juga telah memperkenalkan produk “ALVA One”, model yang diluncurkan pada Agustus 2022. Untuk mendukung operasi end-to-end, fasilitas manufaktur IMG di Cikarang, Jawa Barat, telah beroperasi sejak Q4 2022 dengan total kapasitas 100.000 unit per tahun.

Selain itu, ALVA Experience Center di SCBD Jakarta serta ALVA Studio di Mall Bali Galeria telah beroperasi penuh untuk mendukung brand experience konsumen, penjualan, dan layanan purnajual.

“Produk kendaraan listrik roda dua yang unggul hanya dapat terealisasi dengan bekal wawasan pasar yang kuat dan dedikasi untuk meningkatkan kepuasan pelanggan melalui layanan pelanggan secara end-to-end yang mulus. Kami sangat yakin bahwa ALVA akan sepenuhnya memanfaatkan potensi pasar yang luas di Indonesia,” kata Chief Investment Officer Foxconn Co-GP Fund James Tu.

ALVA atau Alva One merupakan motor tanpa emisi yang menawarkan desain skuter matic bergaya petualang. Motor ini punya kemampuan bergerak hingga kecepatan maksimal 90 km per jam. Sementara satu baterai terisi penuh mampu menempuh jarak hingga 70 km. Satu baterai dapat terisi penuh dengan durasi 4 jam pengisian.

Potensi motor listrik di Indonesia

Indonesia saat ini memiliki penetrasi kepemilikan kendaraan roda dua tertinggi di dunia — sekitar 42%, berdasarkan jumlah kendaraan yang dimiliki per 100 penduduk; dan merupakan pasar terbesar ketiga untuk kendaraan
roda dua dengan estimasi 6 juta sepeda motor terjual setiap tahunnya.

Dengan sumber daya yang melimpah, kelas menengah yang sedang berkembang pesat, dan komitmen terhadap keberlanjutan, potensi kendaraan listrik di Indonesia dinilai cukup menjanjikan. Tercatat saat ini pasar kendaraan listrik roda dua di Indonesia diproyeksikan tumbuh pesat karena harganya sebanding dengan produk non-kendaraan listrik dengan biaya operasional yang jauh lebih rendah.

Didukung oleh peran aktif pemerintah dalam mendorong elektrifikasi, menyediakan infrastruktur, dan mempromosikan konversi kendaraan listrik. Dengan mengambil langkah-langkah ini, Indonesia dapat mempercepat perjalanannya menuju masa depan yang lebih bersih, didukung oleh kendaraan listrik.

“Indonesia memiliki potensi yang sangat besar dalam pengembangan kendaraan listrik. Kami berharap dapat terus berinovasi dan mengembangkan ALVA, serta memperluas pasarnya di seluruh Indonesia,” kata Vice President Director dan Group CEO Indika Energy Azis Armand.

Application Information Will Show Up Here

Indika Energy, Alpha JWC, and Horizons Ventures to Pour 218 Billion Rupiah for EV Company Development

PT Indika Energy Tbk (IDX: INDY) along with Alpha JWC Ventures and Horizons Ventures established a joint venture named Ilectra Motor Group (IMG). The three also invested a total of $15 million or around 218 billion Rupiah in IMG to develop two-wheeled electric vehicles (E2W).

This strategic act was announced in Indika Energy’s public expose last week, Friday (5/20). Of IMG’s total investment, $7.5 million came from Alpha JWC Ventures and Horizons Ventures, and the remaining $7.5 million is equity investment from Indika Energy. Meanwhile, IMG is Alpha JWC Ventures and Horizons Ventures’ first portfolio in the electric vehicle sector.

In his official statement, Indika Energy’s Director and Group Chief Investment Officer Purbaja Pantja said, IMG will execute the development of a two-wheeled electric vehicle that has been ongoing for more than a year. In addition, IMG will also develop a supporting ecosystem that is still relatively new through external partnerships.

“We also want to support the government’s objective to reach 3.2 million units of electric two-wheeled vehicles by 2035. From a business perspective, this business diversification can boost our non-coal revenue by 50 percent by 2025,” Purbaja said.

Chandra Tjan, Alpha JWC Ventures’ Co-Founder and General Partner also said that the E2W sector has a lot of potential, however, players in this sector are quite low in numbers, resulting in its lack of adoption. “We intend to bring the best two-wheelers with a holistic ecosystem and experience that can serve millions of riders. Together, we can build a greener and more sustainable world,” he added.

On the general note, PT Indika Energi Tbk. (Indika Energy) is a diversified investment company in Indonesia with a main focus on developing sustainable new businesses in several sectors, such as energy, logistics, digital, to green business.

Electric Vehicle

Currently, the electric vehicle market is very promising, considering that Indonesia is a country with the highest penetration of two-wheeled vehicles in the world at 42% based on vehicle ownership per 100 population, and is also the third-largest with 6 million motorcycles sold annually.

Therefore, the market for two-wheeled electric vehicles is projected to grow rapidly, especially since the price is equivalent to that of non-electric two-wheeled vehicles. In addition to lower operating costs, the government is also promoting the use of renewable energy.

In order to top the current market in Indonesia, IMG will introduce its first two-wheeled electric vehicle by the end of 2022. The company to present a fleet that is designed with advanced design and performance, equipped with technology and a supporting ecosystem.

Meanwhile, Horizons Ventures’ Portfolio Curator, Frances Kang believes that IMG’s holistic approach can create an enjoyable electric vehicle experience while transforming the mobility ecosystem into a greener one. “E2W adoption could offer a cleaner option for millions of two-wheeler drivers in Indonesia. As the car penetration grows and global climate change accelerates, reducing vehicle emissions significantly becomes an urgent mission,” he said.

Digital company initiative

A number of technology and investment companies have started to speak up their concerns about the use of electric vehicles in Indonesia. Ride-hailing giants GoTo and Grab are the two which have tested and implemented electric vehicles in its services.

Their commitment to tackling climate change and a green environment has also continued through a number of initiatives. For example, GoTo through Gojek and integrated energy company TBS Energi Utama established a joint venture with PT Karya Baru TBS to develop two-wheeled electric vehicles, battery packaging technology, and battery exchange infrastructure, and electric vehicle financing.

Meanwhile, Grab cooperates with PLN to develop an electric vehicle ecosystem in a few steps starting from the Greater Jakarta area. In Singapore, Grab has partnered with Hyundai to operate a fleet of electric vehicles.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Indika Energy, Alpha JWC, dan Horizons Ventures Gelontorkan 218 Miliar Rupiah Bangun Perusahaan Kendaraan Listrik

PT Indika Energy Tbk (IDX: INDY) bersama Alpha JWC Ventures dan Horizons Ventures mendirikan perusahaan patungan (joint venture) bernama Ilectra Motor Group (IMG). Ketiganya juga mengguyur investasi ke IMG dengan total sebesar $15 juta atau sekitar 218 miliar Rupiah untuk mengembangkan kendaraan listrik roda dua (E2W).

Kolaborasi ini telah diumumkan dalam paparan publik Indika Energy pada pekan lalu, Jumat (20/5). Dari total investasi yang diperoleh IMG, sebesar $7,5 juta berasal dari Alpha JWC Ventures dan Horizons Ventures, dan sisanya $7,5 juta equity investment dari Indika Energy. Adapun, IMG menjadi portofolio pertama Alpha JWC Ventures dan Horizons Ventures di sektor kendaraan listrik.

Dalam keterangan resminya, Director dan Group Chief Investment Officer Indika Energy Purbaja Pantja mengatakan, IMG akan mengeksekusi pengembangan kendaraan listrik roda dua yang sudah berjalan lebih dari satu tahun yang lalu. Selain itu, IMG juga akan mengembangkan ekosistem pendukung yang saat ini masih terbilang baru melalui kemitraan eksternal.

“Kami juga ingin mendukung target pemerintah untuk mencapai 3,2 juta unit kendaraan listrik roda dua pada 2035. Dari sisi bisnis, diversifikasi bisnis ini dapat mendongkrak pendapatan nonbatubara kami naik hingga 50% pada 2025,” ungkap Purbaja.

Co-Founder dan General Partner di Alpha JWC Ventures Chandra Tjan menambahkan, sektor E2W punya potensi melimpah, tetapi pemain di bidang ini terbatas saat ini sehingga adopsinya belum luas. “Kami ingin menghadirkan kendaraan roda dua terbaik dengan ekosistem dan pengalaman menyeluruh yang dapat melayani jutaan pengendara. Bersama-sama, kita dapat membangun dunia yang lebih hijau dan berkelanjutan,” tambahnya.

Sebagai informasi, PT Indika Energi Tbk. (Indika Energy) adalah perusahaan investasi terdiversifikasi di Indonesia dengan fokus utama pada pengembangan bisnis baru yang berkelanjutan di sejumlah sektor, seperti energi, logistik, digital, hingga green business.

Kendaraan listrik

Saat ini pasar kendaraan listrik masih menjadi ladang subur mengingat Indonesia merupakan negara dengan penetrasi kendaraan roda dua tertinggi di dunia sebesar 42% berdasarkan kepemilikan jumlah kendaraan per 100 populasi penduduk, dan juga ketiga terbesar dengan 6 juta motor terjual tiap tahunnya.

Dengan potensi ini, pasar kendaraan listrik roda dua diproyeksi tumbuh cepat, terlebih harganya juga setara dengan kendaraan non-listrik roda dua. Selain biaya operasional lebih rendah, pemerintah juga tengah menggalakkan penggunaan energi terbarukan.

Untuk membidik posisi pemain terkemuka di Indonesia, IMG akan memperkenalkan kendaraan listrik roda dua pertamanya pada akhir 2022. IMG akan menghadirkan armada yang dirancang dengan desain dan performa canggih, dilengkapi juga dengan teknologi dan ekosistem pendukung.

Sementara, Portfolio Curator di Horizons Ventures Frances Kang meyakini pendekatan holistik IMG dapat menciptakan pengalaman penggunaan kendaraan listrik yang menyenangkan sekaligus dapat mengubah ekosistem mobilitas menjadi lebih hijau. “Adopsi E2W dapat menawarkan opsi yang lebih bersih bagi jutaan pengendara di Indonesia. Seiring berkembangnya penggunaan mobil dan percepatan perubahan iklim global, pengurangan emisi kendaraan yang signifikan menjadi misi yang mendesak.” Tutupnya.

Inisiasi perusahaan digital

Sejumlah perusahaan teknologi dan investasi juga mulai menyuarakan concern mereka terhadap penggunaan kendaraan listrik di Indonesia. Raksasa ride-hailing GoTo dan Grab termasuk di antaranya yang telah melakukan uji coba dan mengimplementasi kendaraan listrik dalam layanan mereka.

Komitmen mereka terhadap penanggulangan perubahan iklim dan lingkungan yang hijau juga berlanjut lewat sejumlah inisiasi. Misalnya, GoTo melalui Gojek dan perusahaan energi terintegrasi TBS Energi Utama mendirikan joint venture PT Karya Baru TBS untuk mengembangkan kendaraan listrik roda dua, teknologi pengemasan baterai, infrastruktur penukaran baterai, hingga pembiayaan kendaraan listrik.

Sementara, Grab menggandeng PLN untuk mengembangkan ekosistem kendaraan listrik secara bertahap yang dimulai dari kawasan Jabodetabek. Di Singapura, Grab menggaet Hyundai untuk mengoperasikan armada kendaraan listrik.

Kopi Kenangan Bags 1.3 Trillion Rupiah Funding, Becoming Indonesia’s First New Retail Unicorn

Kopi Kenangan has closed its Series C’s first round of $96 million or equivalent to 1.3 trillion Rupiah. Along with the recent investment, the company also announced the “unicorn” status with valuation exceeding $1 billion. Kopi Kenangan is the first unicorn for a new retail business.

This round was led by Tybourne Capital Management, with the participation of previous investors including Horizons Ventures, Kunlun, and B Capital; and new investor Falcon Edge Capital. The fresh fund will be focused on expanding F&B brand to new cities in Indonesia. In addition, the company is also starting to explore the regional market.

“The investor’s suppport becomes a proof and motivation for us to continue focusing on store productivity by leveraging technology to deliver the best experience for every customer […] we are committed to rapidly expanding our reach to thousands of stores in Southeast Asia, while complementing our portfolio We provide products to meet market needs,” Kopi Kenangan’s Co-Founder & CEO, Edward Tirtanata said.

Based on our observation, Kopi Kenangan has raised a total $240 million from investors with the following details:

Date Stage Investor Value
October 2018 Seed Funding Alpha JWC Ventures $8 million
June 2019 Series A Sequoia Capital India, Alpha JWC Ventures $20 million
December 2019 Series A+ Arrive, Serena Ventures, Caris LeVert, Jonathan Neman, Sequoia Capital India $1,5 million
May 2020 Series B Sequoia Capital India, B Capital, Horizons Ventures, Verlinvest, Kunlun, Sofina, Alpha JWC Ventures $109 million
December 2021 Series C Tybourne Capital Management, Horizons Ventures, Kunlun, B Capital $96 million

The journey

Edward co-founded Kopi Kenangan with James Prananto (CBDO) and Cynthia Chaerunnisa (CMO) in 2017. They are targeting the gap in the Indonesian market, between expensive coffee served at international coffee chains and cheap instant coffee sold through stalls (warung).

Kopi Kenangan also utilizes technology to improve user experience, as well as increasing business agility with an online to offline strategy. Customers can easily order coffee through its app, either for home-delivery, or direct pick-up at one of Kopi Kenangan outlets in Indonesia.

Through the business model, Kopi Kenangan has rapidly growing. Over the past 12 months, the brand has served 40 million cups, targeting 5.5 million cups per month in Q1 2022. They currently managed 3,000 staff in more than 600 outlets in 45 cities in Indonesia.

During the Covid-19 pandemic, Kopi Kenangan has proven its adaptability to the changing business climate and challenges. This step was taken by implementing new strategies, such as contactless booking request system that helps increase revenue growth and user base.

Local coffe-chain business

The positive feedback from the community of coffee products with the “grab and go” concept has crowded this industry. Based on DailySocial’s data, as of November 2021, there are over 4,500 coffee-chain distributed throughout Indonesia.

Some of the businesses are now optimizing digital platforms to improve their business and customer experience, including Kopi Kenangan, Fore Coffee, and JIWA Group which recently announced funding.

According to research (MIX, 2020), 40% of coffee customers in Indonesia are starting to switch to grab & go outlets. This is due to shifting from instant coffee, as consumers want a higher quality drink — as well as pairing it with complementary snacks.

The grab & go concept alone is very dependent on the outlets, although some are only used as production sites (without dine-in). For this reason, Kopi Kenangan-like startups are indeed asset-heavy, it requires a large investment in order to significantly accelerate the business.

Applications are designed to connect consumers with outlets, taking them from online to offline – or vice versa. This model is quite efficient, as companies can also take advantage of data obtained from consumer habits recorded in the application, therefore, they can offer products and services in line with its market share. In terms of consumers, the convenience and value added make them willing to use the application.

Rank (Nov 2021) App Download Rating
6 Kopi Kenangan 1 million+ 4,6
13 Boba Ceria 100 thousand+ 4,3
17 Chatime Indonesia 500 thousand+ 4,5
21 JIWA+ 100 thousand+ 4,7
22 ISMAYA 100 thousand+ 4,4
24 Fore Coffee 100 thousand+ 4,6
61 Flash Coffee 50 thousand+ 4,6
92 KULO 10 thousand+ 1,7

In terms of business, based on a report compiled by Statista, revenue from the coffee business (roast coffee) will reach $9.5 billion this year. It is estimated to experience a CAGR growth of 9.76% until 2025.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Dapat Pendanaan 1,3 Triliun Rupiah, Kopi Kenangan Jadi “Unicorn New Retail” Pertama di Indonesia

Kopi Kenangan mengumumkan telah menutup putaran pertama untuk pendanaan seri C senilai $96 juta atau setara 1,3 triliun Rupiah. Dengan tambahan dana investasi ini, perusahaan turut mengumumkan bahwa telah mencapai tonggak “unicorn” atau bervaluasi lebih dari $1 miliar. Kopi Kenangan menjadi unicorn pertama untuk bisnis new retail.

Adapun putaran pendanaan seri C dipimpin oleh Tybourne Capital Management, dengan keterlibatan investor sebelumnya Horizons Ventures, Kunlun, dan B Capital; serta investor baru Falcon Edge Capital. Dana segar ini akan difokuskan untuk perluasan brand F&B baru mereka, dengan membuka kehadiran di berbagai kota baru lainnya di Indonesia. Selain itu, perusahaan juga tengah merencanakan untuk mulai merambah pasar regional.

“Dukungan dari para investor merupakan bukti sekaligus memotivasi kami untuk terus fokus dalam meningkatkan produktivitas gerai dengan memanfaatkan teknologi demi mewujudkan pengalaman terbaik bagi setiap pelanggan […] kami berkomitmen untuk memperluas jangkauan secara cepat hingga mencapai ribuan gerai di Asia Tenggara, sekaligus melengkapi portofolio kami dengan produk-produk yang dapat memenuhi kebutuhan pasar,” ujar Co-Founder & CEO Kopi Kenangan Edward Tirtanata.

Secara keseluruhan, menurut catatan kami, Kopi Kenangan telah mengumpulkan dana dari investor sekitar $240 juta dengan rincian sebagai berikut:

Tanggal Tahapan Pendanaan Investor Nominal
Oktober 2018 Seed Funding Alpha JWC Ventures $8 juta
Juni 2019 Series A Sequoia Capital India, Alpha JWC Ventures $20 juta
Desember 2019 Series A+ Arrive, Serena Ventures, Caris LeVert, Jonathan Neman, Sequoia Capital India $1,5 juta
Mei 2020 Series B Sequoia Capital India, B Capital, Horizons Ventures, Verlinvest, Kunlun, Sofina, Alpha JWC Ventures $109 juta
Desember 2021 Series C Tybourne Capital Management, Horizons Ventures, Kunlun, B Capital $96 juta

Perjalanan Kopi Kenangan

Selain Edward, Kopi Kenangan turut didirikan oleh James Prananto (CBDO) dan Cynthia Chaerunnisa (CMO) pada tahun 2017. Mereka menargetkan celah di pasar Indonesia, antara kopi mahal yang disajikan di coffee-chain internasional dan kopi instan murah yang dijual di banyak warung.

Kopi Kenangan turut memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan pengalaman pengguna, serta meningkatkan kelincahan bisnis dengan strategi online to offline. Pelanggan dapat dengan mudah memesan kopi lewat aplikasi, baik untuk dikirim ke rumah, atau mengambil langsung di salah satu dari gerai Kopi Kenangan di Indonesia.

Melalui model bisnis tersebut, Kopi Kenangan telah berhasil tumbuh dengan pesat. Selama 12 bulan terakhir, Kopi Kenangan telah menyajikan 40 juta cangkir dengan target 5,5 juta cangkir per bulan pada Q1 2022. Kini mereka telah memiliki sekitar 3.000 staf di lebih dari 600 gerai di 45 kota di Indonesia.

Selama pandemi Covid-19, Kopi Kenangan juga membuktikan kemampuan beradaptasinya dengan iklim usaha dan tantangan yang terus berubah. Langkah ini ditempuh dengan menjalankan strategi-strategi baru, seperti menerapkan sistem contactless booking request yang membantu meningkatkan pertumbuhan pendapatan dan basis pengguna.

Bisnis coffee-chain lokal

Penerimaan yang cukup baik dari kalangan masyarakat terhadap produk kopi berkonsep “grab and go” membuat industri ini ramai pemain. Menurut data yang dihimpun DailySocial.id per November 2021, ada lebih dari 4.500 jaringan coffee-chain yang tersebar di seluruh Indonesia.

Beberapa di antaranya kini mengoptimalkan platform digital untuk meningkatkan bisnis dan pengalaman pelanggannya, termasuk Kopi Kenangan, Fore Coffee, hingga JIWA Group yang baru-baru ini turut umumkan pendanaan.

Menurut riset (MIX, 2020), 40% pelanggan kopi di Indonesia mulai beralih ke gerai grab & go. Permintaan ini didukung oleh pergeseran dari kopi instan, karena konsumen menginginkan minuman yang lebih berkualitas — serta memadukan dengan makanan ringan pelengkap.

Konsep grab & go sendiri memang sangat bergantung dengan keberadaan gerai, kendati tidak sedikit yang hanya dijadikan tempat produksi (tanpa memiliki ruang untuk dine-in). Untuk itu, startup seperti Kopi Kenangan memang asset-heavy, dalam melakukan akselerasi bisnis secara signifikan mereka membutuhkan investasi besar

Aplikasi didesain untuk menghubungkan konsumen dengan outlet, membawa dari online menuju offline – atau sebaliknya. Model ini cukup efisien, karena perusahaan pun bisa memanfaatkan data yang didapat dari kebiasaan konsumen yang tercatat di aplikasi, sehingga dapat menyuguhkan produk dan layanan yang lebih sesuai dengan pangsa pasarnya. Dari sisi konsumen, adanya kemudahan dan value added menjadikan mereka mau untuk memanfaatkan aplikasi.

Peringkat (Nov 2021) Aplikasi Unduhan Rating
6 Kopi Kenangan 1 juta+ 4,6
13 Boba Ceria 100 ribu+ 4,3
17 Chatime Indonesia 500 ribu+ 4,5
21 JIWA+ 100 ribu+ 4,7
22 ISMAYA 100 ribu+ 4,4
24 Fore Coffee 100 ribu+ 4,6
61 Flash Coffee 50 ribu+ 4,6
92 KULO 10 ribu+ 1,7

Secara bisnis, didasarkan pada laporan yang dihimpun Statista, revenue dari bisnis kopi (roast coffee) akan mencapai $9,5 miliar di tahun ini. Diperkirakan akan mengalami pertumbuhan CAGR 9,76% sampai periode 2025.

Application Information Will Show Up Here

Horizons Ventures Prioritaskan Indonesia dalam Ekspansinya ke Asia Tenggara

Horizons Ventures Ltd., atau dikenal sebagai firma investasi swasta milik taipan Hong Kong Li Ka-shing akan menjadikan Asia Tenggara, khususnya Indonesia, sebagai prioritas pengucuran pendanaan selanjutnya. Mereka melihat, bahwa pandemi berhasil mendorong dan menguatkan ekonomi internet di wilayah tersebut.

Inisiatif ini pertama kali dikatakan salah satu co-founder mereka Solina Chau, seperti diberitakan Bloomberg. Sejauh ini mereka sudah berinvestasi ke tiga startup di Indonesia, yakni pada putaran seri A Ajaib, seri A Bobobox, dan pendanaan seri B Kopi Kenangan — mengumpulkan lebih dari $210 juta.

Di Indonesia, Richard Li salah satu kerabat Li Ka-shing juga menjadi salah satu board member di Tokopedia.

Di Indonesia, mereka bekerja bersama Alpha JWC Ventures, pemodal ventura sektor agnostik yang cukup aktif memberikan pendanaan bagi startup lokal. Ke depan keduanya berkomitmen untuk mengidentifikasi startup yang berpeluang untuk menjadi pemimpin pasar berikutnya.

Sebelumnya Horizons Ventures lebih banyak fokus di ekosistem Amerika Utara, Eropa, dan Israel. Beberapa portofolio ternamanya meliputi Zoom, Facebook, Slack, Waze, hingga Spotify. “Di masa lalu, kami merasakan lebih banyak inovasi, peluang, dan pendiri berlatarbelakang sains dan teknologi di AS, Eropa, dan Israel; tetapi sekarang kami melihat Indonesia  dan lebih Asia Tenggara secara umum,” ujar Frances Kang selaku Direktur Horizons Ventures.

Ia juga mengatakan bahwa perusahaan akan mengerahkan lebih banyak dana modal ke wilayah tersebut. Dan telah membentuk tim lokal untuk mulai mencari peluang di sana.

Pandemi menjadi validasi

Pemodal ventura lain yang memutuskan ekspansi ke Asia Tenggara dan menjadikan Indonesia sebagai fokus utama adalah Lightspeed Venture Partners. Dalam sebuah wawancara, firma investasi berbasis utama di Amerika Serikat tersebut menyebutkan besarnya potensi pasar dan pendiri di Indonesia menjadi landasan utama ekspansi mereka. Sebelumnya mereka sudah berpartisipasi dalam pendanaan beberapa startup termasuk Shipper, Chilibeli, Ula, dan Grab.

Dalam sebuah paparan hasil riset oleh Alpha JWC Ventures bersama Kearney, Co-Founder & General Partner Alpha JWC Ventures Jefrey Joe mengatakan akan lebih banyak pemodal ventura asing yang berinvestasi di ekosistem startup Indonesia. “Investasi di sektor teknologi menggiurkan bagi investor, terbukti dengan jumlah yang terus bertambah bahkan hingga 2 kali lipat meskipun saat pandemi,” ujarnya.

Ada beberapa alasan mengapa saat pandemi masih banyak pemodal ventura yang kemudian menggelontorkan dana mereka kepada startup Indonesia. Mulai dari perkembangan makro ekonomi positif, meningkatnya kualitas startup dan founder, adopsi digital yang lebih cepat selama pandemi, hingga upaya pemerintah memajukan ekosistem di kota tier-2 dan 3 dan tentunya infrastruktur digital yang makin membaik.

Selain itu beberapa investor regional juga mengatakan menaruh perhatian lebih ke ekosistem startup Indonesia, di antaranya Monk’s Hill Ventures, Jungle Ventures, Beenext, Accelerating Asia, Sequoia Capital, dan lain-lain.

Ajaib Closes Series A Funding Worth of 356 Billion Rupiah, Striving for Education and Acquisition of Millennial Users

The investment platform which recently acquired Primasia Unggul Sekuritas (Primasia Sekuritas), Ajaib Group, announced Series A funding of $25 million or the equivalent of 356.3 billion Rupiah. This round was led by Horizons Ventures (Li Ka-shing) and Alpha JWC Ventures, followed by SoftBank Ventures Asia, Insignia Ventures, and Y Combinator.

Previously, Ajaib had joined the Y Combinator program in 2018, as well as raised the seed round. Funding continued the following year, securing funds worth $2.1 million from Y Combinator, SoftBank Ventures, Alpha JWC Ventures, and Insignia Ventures.

“I feel proud for Ajaib has become the best choice of most of the new stock investors in Indonesia. As a millennial, I know how difficult it is when I started investing. That’s why Ajaib is so focused on millennials and better education,” Ajaib Group’s Co-founder & CEO, Anderson Sumarli said.

The fresh money is to be used by the company to improve technology infrastructure, recruit technical teams, and expand product offerings. In addition, this round will also be used to support the Ajaib’s educational campaign#MentorInvestasi which aims to assist the Indonesian government’s efforts in educating millennials about investment and financial planning.

“The investment sector in Indonesia is quite underserved and lack of accessibility is one of the reasons. Ajaib was able to provide a solution to this problem and revolutionized the stock brokerage industry in less than two years. We are very impressed with Ajaib’s growth speed and we are delighted to see Ajaib helping millions of young people in Indonesia towards better investment,” Jeffrey Joe, Managing Partner at Alpha JWC said.

In Indonesia, there are currently several digital services that accommodate user needs in investing; including mutual fund instruments, stocks, gold, and crypto-assets. In the Fintech Report 2020 released by DSResearch, surveying 329 respondents, the following results were obtained regarding application awareness for investment needs.

Aplikasi Investasi

Some of the applications above are providing similar services with Ajaib, including Bibit, Tanamduit, Bareksa for the mutual fund; and Stockbit for stock.

Ajaib Group growth

Founded in 2019, Ajaib has become one of the fastest-growing investment platforms in Indonesia, through Ajaib Sekuritas (online stock securities) and Ajaib Reksadana (online mutual funds). Within 7 months of the launch of Ajaib Sekuritas in June 2020, the company recorded more than 10 billion stock lots have been traded in Ajaib.

Ajaib also supports more than 1 million monthly users on their investment journey. In December 2020, Ajaib also announced that the company is partnering with Korean drama actor Kim Seon-ho who plays Han Ji-pyeong in the Start-Up series on Netflix as a Brand Ambassador.

Anderson told DailySocial some time ago that the current pandemic has not been able to dampen the enthusiasm of Indonesian individual investors to pour money in the capital market. In the first two months since the launch of the stock availability at Ajaib, the company has registered tens of thousands of new users, most of whom are millennials.

“Currently, the market position has not fully recovered, therefore, the opportunity for users to reap profits in the capital market is quite large,” he said.

In 2021, Ajaib will continue its mission to welcome a new generation of investors to the Indonesian capital market. As of December 2020, there were 1,592,698 stock investors in Indonesia, meaning that less than 1% of Indonesia’s population has a stock account. In order to increase the number of domestic retail investors, Ajaib plans to expand the scope of investment education and financial planning campaigns targeting millennials.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Ajaib Rampungkan Pendanaan Seri A 356 Miliar Rupiah, Gencarkan Edukasi dan Akuisisi Pengguna Milenial

Platform investasi yang baru-baru ini telah mengakuisisi Primasia Unggul Sekuritas (Primasia Sekuritas), Ajaib Group, mengumumkan pendanaan seri A sebesar $25 juta atau setara 356,3 miliar Rupiah. Putaran pendanaan tersebut dipimpin oleh Horizons Ventures (Li Ka-shing) dan Alpha JWC Ventures, serta diikuti oleh SoftBank Ventures Asia, Insignia Ventures, dan Y Combinator.

Ajaib sebelumnya sempat tergabung ke dalam program Y Combinator tahun 2018, sekaligus membuka seed round-nya. Pendanaan berlanjut di tahun berikutnya, membukukan dana $2,1 juta dari Y Combinator, SoftBank Ventures, Alpha JWC Ventures, dan Insignia Ventures.

“Saya merasa bangga karena Ajaib menjadi pilihan bagi sebagian besar investor saham baru di Indonesia. Sebagai seorang milenial, saya tahu seberapa sulit pengalaman saya saat mulai berinvestasi. Itulah mengapa Ajaib sangat fokus pada kaum milenial dan edukasi yang lebih baik,” kata Co-founder & CEO Ajaib Group Anderson Sumarli.

Dana segar ini rencananya akan digunakan perusahaan untuk meningkatkan infrastruktur teknologi, merekrut tim teknis, dan memperluas penawaran produk. Selain itu dana tersebut juga akan digunakan untuk mendukung kampanye edukasi #MentorInvestasi Ajaib yang bertujuan untuk membantu upaya pemerintah Indonesia dalam mengedukasi milenial tentang investasi dan perencanaan keuangan.

“Sektor investasi di Indonesia masih kurang terlayani dan salah satu penyebabnya adalah kurangnya aksesibilitas. Ajaib mampu memberikan solusi untuk masalah tersebut dan merevolusi industri broker saham dalam waktu kurang dari dua tahun. Kami sangat terkesan dengan kecepatan pertumbuhan Ajaib dan kami sangat senang melihat Ajaib membantu jutaan anak muda di Indonesia untuk berinvestasi dengan lebih baik,” kata Managing Partner di Alpha JWC Jeffrey Joe.

Di Indonesia, saat ini memang sudah ada beberapa layanan digital yang mengakomodasi kebutuhan pengguna dalam melakukan investasi; termasuk untuk instrumen reksa dana, saham, emas, sampai aset kripto. Dalam Fintech Report 2020 yang dirilis DSResearch, menyurvei 329 responden, didapat hasil sebagai berikut terkait awareness aplikasi untuk kebutuhan investasi.

Aplikasi Investasi

Beberapa aplikasi di atas juga sajikan layanan serupa dengan Ajaib, misalnya Bibit, Tanamduit, Bareksa untuk reksa dana; dan Stockbit untuk saham.

Pertumbuhan Ajaib Group

Didirikan pada 2019, Ajaib telah menjadi salah salah platform investasi dengan pertumbuhan paling pesat di Indonesia, melalui Ajaib Sekuritas (sekuritas saham online) dan Ajaib Reksadana (reksa dana online). Dalam waktu 7 bulan sejak diluncurkan Ajaib Sekuritas pada Juni 2020 lalu, perusahaan mencatat lebih dari 10 miliar lot saham telah diperdagangkan di Ajaib.

Ajaib juga telah mendukung lebih dari 1 juta pengguna setiap bulannya dalam perjalanan investasi mereka. Pada bulan Desember 2020 lalu, Ajaib juga mengumumkan bahwa perusahaan menggandeng aktor drama Korea Kim Seon-ho pemeran Han Ji-pyeong dalam serial Start-Up di Netflix sebagai Brand Ambassador.

Kepada DailySocial beberapa waktu yang lalu Anderson mengungkapkan, pandemi yang terjadi saat ini ternyata tidak mampu memadamkan semangat investor individu Indonesia untuk berinvestasi di pasar modal. Pada dua bulan pertama sejak diluncurkannya layanan saham di Ajaib, perusahaan sudah mencatatkan puluhan ribu pengguna baru, yang kebanyakan di antaranya merupakan generasi milenial.

“Saat ini, posisi pasar juga belum pulih seutuhnya, sehingga peluang bagi pengguna untuk meraup keuntungan di pasar modal, masih besar,” ujarnya.

Tahun 2021 ini Ajaib akan melanjutkan misinya untuk menyambut investor generasi baru di pasar modal Indonesia. Per Desember 2020, terdapat 1.592.698 investor saham di Indonesia, artinya kurang dari 1% penduduk Indonesia memiliki rekening saham. Untuk meningkatkan jumlah investor ritel domestik, Ajaib berencana akan memperluas cakupan kampanye edukasi investasi dan perencanaan keuangan yang ditujukan bagi kaum milenial.

Application Information Will Show Up Here

Bobobox Secures Series A Funding Worth 170 Billion Rupiah

Bobobox, known as a startup of capsule hotel accommodation service, recently announced Series A funding worth of US$ 11.5 million or equivalent to 170 billion Rupiah. This round was led by Horizons Ventures with the previous investor, Alpha JWC Ventures. It is with participation of some investors, including Cocoa Investments, Sequoia Surge, and Mallorca Investment.

Prior to this, Bobobox’s pre series A began in March 2019, it was involving Alpha JWC Ventures, Genesia Ventures, and three other investors. Later, in May 2019, the Bandung based startup returned to get funding from Sequoia Capital India (Surge), Agaeti Ventures, Everhaus, Alpha JWC Ventures, and Ganesia Ventures.

With this additional capital fund, the company will focus on developing features to improve the experience of using pods (call for lodging capsules). In addition, they also plan to strengthen teams in manufacturing and operations, plus expansion to several other countries in Southeast Asia after the Covid-19 pandemic ends.

This round becomes quite unique, as the Covid-19 outbreak happened, many players in the accommodation and tourism industries have collapsed, some are shutting down the business. Bobobox’s Co-Founder & CEO Indra Gunawan said, “We are grateful and proud to still be able to obtain funding from global investors amid the crisis due to the Covid-19 outbreak. I believe this is part of the result from our discipline in maintaining our unit economics in all branches.”

In the past year, Bobobox has established six new locations in three cities: Bandung, Jakarta, and Semarang. To date, they operate eight locations with a total of 572 pods and occupancy rates of 80-90% before the pandemic. After the pandemic it is significantly dropped to 50-60%.

“In my opinion, another factor behind investor’s trust in Bobobox is the unique selling proposition that allows us to be prepared for the crisis and behavioral changes that arise from this pandemic, even before we know this will happen. It will benefit us later when technology-based accommodation becomes an industry demand,” he added.

Alternative lodging during pandemic

Launching pods for medical staff of Covid-19 hospital partners / Bobobox
Launching pods for medical staff of Covid-19 hospital partners / Bobobox

It is stated in the release, the Covid-19 pandemic also opened up new opportunities. As the tourism industry slows down, local residents become new customers of the Bobobox pods. In order to meet consumer demand and maintain the safety of its staff and customers, Bobobox implements preventive measures, including limiting the number of entrants and closing public gathering spaces.

“With additional preventive measures, many local residents have chosen to relocate to our pods to support their work-from-home needs. Some of them choose the closest Bobobox from their office to avoid long travel and the crowds, all to reduce the risk of exposure to Covid-19,” Bobobox’s Co-Founder & President, Antonius Bong explained.

Previously, in collaboration with the Li Ka Shing Foundation, Bobobox also donated 100 sleeping pods to Covid-19 referral hospitals in DKI Jakarta and West Java. It is to be used as a resting place for medical staff during their breaks.

“The crisis shows the true state of the company and how strong their business and revenue framework is. The crisis finally shows which companies are really solid. With satisfactory performance and growth since we first invested in Bobobox in 2018, we believe Bobobox will not only be able to overcome the current shocks but will be a leading player in the regional tourism industry,” Alpha JWC Ventures’ Managing Partner, Chandra Tjan said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Bobobox Dapatkan Pendanaan Seri A 170 Miliar Rupiah

Bobobox, yang dikenal sebagai startup penyedia layanan akomodasi hotel kapsul, baru-baru ini mengumumkan perolehan pendanaan seri A senilai US$11,5 juta atau setara 170 miliar Rupiah. Putaran investasi ini dipimpin Horizons Ventures dan investor sebelumnya Alpha JWC Ventures. Beberapa pemodal yang turut terlibat termasuk Kakao Investments, Sequoia Surge dan Mallorca Investment.

Sebelumnya pendanaan pra-seri A Bobobox sudah dimulai sejak Maret 2019, waktu itu melibatkan Alpha JWC Ventures, Genesia Ventures, dan tiga investor lainnya. Kemudian pada Mei 2019, startup asal Bandung tersebut kembali dapatkan pendanaan dari Sequoia Capital India (Surge), Agaeti Ventures, Everhaus, Aplha JWC Ventures, dan Ganesia Ventures.

Dengan dana modal tambahan ini, perusahaan akan fokus pada pengembangan fitur demi meningkatkan pengalaman penggunaan pods (sebutan untuk kapsul penginapan). Selain itu, mereka juga rencanakan penguatan tim di bidang manufaktur dan operasional, plus ekspansi ke beberapa negara lain di Asia Tenggara setelah pandemi Covid-19 berakhir.

Pendanaan ini menjadi menarik, pasalnya di tengah terpaan Covid-19, banyak pemain di industri akomodasi dan pariwisata terpuruk, bahkan sampai ada yang memutuskan menghentikan bisnisnya. Co-Founder & CEO Bobobox Indra Gunawan mengatakan, “Kami bersyukur dan bangga masih dapat meraih pendanaan dari investor global di sela-sela guncangan yang ditimbulkan Covid-19. Saya percaya hal ini tak terlepas dari disiplin kami dalam menjaga unit economics yang sehat di semua cabang.”

“Menurut saya, faktor lain di balik kepercayaan investor pada Bobobox adalah unique selling proposition yang memungkinkan kami siap menghadapi krisis dan perubahan perilaku yang muncul dari pandemi ini, bahkan sebelum kita tahu hal ini akan terjadi. Hal ini juga memberikan keuntungan bagi kami nantinya saat akomodasi berbasis teknologi menjadi kebutuhan industri,” imbuhnya.

Dalam satu tahun terakhir, Bobobox telah mendirikan enam lokasi baru di tiga kota: Bandung, Jakarta, dan Semarang. Saat ini, mereka mengoperasikan delapan lokasi dengan total 572 pods dan tingkat okupansi 80-90% sebelum pandemi. Setelah pandemi turun menjadi 50-60%.

Selama pandemi digunakan jadi alternatif menginap

Peluncuran pods yang ditujukan untuk tenaga medis RS mitra Covid-19 / Bobobox
Peluncuran pods yang ditujukan untuk tenaga medis RS mitra Covid-19 / Bobobox

Dalam rilisnya perusahaan menguraikan, masa pandemi Covid-19 turut membuka peluang baru. Di saat industri pariwisata melambat, penduduk lokal menjadi pelanggan baru pods Bobobox. Untuk memenuhi permintaan konsumen dan tetap menjaga keselamatan staf dan pelanggannya, Bobobox menerapkan langkah-langkah preventif, termasuk membatasi jumlah penginap dan menutup ruang berkumpul umum.

“Dengan adanya langkah-langkah preventif tambahan, banyak penduduk lokal memilih relokasi ke pods kami demi menunjang kebutuhan work-from-home mereka. Tidak sedikit yang memilih Bobobox terdekat dari kantor mereka agar tidak perlu melakukan perjalanan jauh demi menghindari keramaian dan mengurangi risiko terpapar Covid-19,” jelas Co-Founder & President Bobobox Antonius Bong.

Sebelumnya, bekerja sama dengan Li Ka Shing Foundation, Bobobox juga mendonasikan 100 sleeping pods ke rumah sakit rujukan Covid-19 di DKI Jakarta dan Jawa Barat. Difungsikan sebagai tempat istirahat tenaga medis di sela-sela tugasnya.

“Krisis memperlihatkan keadaan perusahaan yang sesungguhnya serta seberapa kuat bisnis dan kerangka pemasukan mereka. Krisis juga akhirnya menunjukkan mana perusahaan yang benar-benar solid. Dengan kinerja dan pertumbuhan yang memuaskan sejak pertama kali kami berinvestasi di Bobobox pada 2018, kami percaya Bobobox tak hanya dapat melewati guncangan krisis saat ini, tapi juga akan menjadi pemain unggulan industri pariwisata regional,” ujar Managing Partner Alpha JWC Ventures Chandra Tjan.

Application Information Will Show Up Here