Pendaftaran Ide Inovasi BlackInnovation 2016 Tinggal Hitungan Hari

Proses penciptaan karya adalah satu hal, namun memberikan manfaat melalui karya tersebut adalah hal lainnya. Seiring dengan kemajuan teknologi, produk-produk inovatif nan solutif hasil buah pikir anak bangsa semakin muncul ke permukaan industri dan terus meroket. Bersamaan dengan momentum ini, BlackInnovation kembali terselenggara di tahun ini, dan, tidak terasa, penutupan pendaftarannya tinggal menghitung hari.

Setelah melakukan meetup roadshow ke Jakarta, Semarang, Yogyakarta, Malang, dan Bandung, semakin terlihat jelas antusiasme dari kreator-kreator Indonesia dalam membuat karya inovasi yang memberi nilai lebih kepada masyarakat, seperti tagline yang diusung BlackInnovation 2016 “Convert Your Ideas Into Values.”

Seperti yang telah diberitakan sebelumnya, tahun ini adalah tahun pertama BlackInnovation dibuka untuk dua bidang, desain produk dan Internet of Things.

Untuk kategori ide inovasi desain produk, para peserta BlackInnovation 2016 ditantang untuk mengembangkan produk-produk yang bisa memberikan lebih dalam keseharian masyarakat, entah itu pengembangan orisinal yang belum pernah dibuat sebelumnya maupun karya modifikasi.

Selain itu, ada pula pendaftaran ide inovasi bidang Internet of Things, yakni bidang inovasi yang membuka kesempatan bagi inovator untuk menciptakan produk yang mengintegrasikan konektivitas internet dengan benda-benda untuk memudahkan kehidupan manusia.

Mereka yang mengalungi gelar “The Innovator” nantinya berhak mendapatkan total hadiah uang tunai lebih dari 100 juta rupiah, serta hadiah tiket perjalanan ke industri kreatif luar negeri.

Nah, tunggu apa lagi? Kurang dari tiga hari lagi, pendaftaran ide inovasi BlackInnovation 2016 ditutup lho! Ayo, buktikan kalau kamu inovator sejati yang bisa bermanfaat bagi masyarakat dengan menyandang gelar “The Innovator”! Daftar sekarang juga di sini!

Disclosure: DailySocial adalah media partner BlackInnovation 2016

PINS Rencanakan Marketplace Produk Internet of Things

Perkembangan Internet of Things (IoT) di Indonesia belum terlihat semegah industri e-commerce, tetapi potensinya masih tetap ada. PT PINS Indonesia (PINS), salah satu anak perusahaan Telkom adalah salah satu perusahaan yang mempunyai keyakinan untuk industri e-commerce di tanah air. Salah satu tandanya bisa lihat dari rencana PINS untuk meluncurkan marketplace yang khusus menyediakan produk dan solusi IoT.

Beberapa bulan lalu PINS juga berkomitmen untuk menjadi salah satu pemain utama e-commerce di Indonesia. Mungkin marketplace adalah salah satu cara mereka untuk membangun fondasi bisnis IoT di Indonesia. Kabarnya dalam waktu dekat mereka akan mengumumkan marketplace dan portal komunitas.

“Setelah kita deklarasi sebagai The IoT Company dengan revamp website perusahaan. Sebentar lagi kita akan luncurkan marketplace dan community portal  www.iot-indonesia.co.id,” ujar CEO PINS Prasabri Pesti seperti dikutip dari Indotelko.

Saat ini iot-indonesia.co.id masih dalam pengembangan rencananya marketplace ini baru akan dikenalkan di publik periode 2017. Lebih jauh Prasabri menjelaskan bahwa nantinya marketplace tersebut akan menjadi salah satu saluran utama penjualan bagi PINS untuk menjangkau pelanggannya.

“Kita juga akan menggunakan blanja.com sebagai channel IoT device and solution. Sementara platform pembayaran nantinya mengandalkan anak usaha Telkom lainnya, Finnet dan yang ada di blanja.com,” imbuhnya.

Tampaknya PINS menjadi salah satu senjata utama Telkom untuk memenangkan industri di tanah air. Sejak tahun lalu PINS sudah memperlihatkan geliat aktif membangun fondasi bisnis IoT. Salah satunya adalah menjalin kerja sama dengan Huawei untuk membangun proyek smart city di Bandung.

Di Indonesia sendiri marketplace IoT sudah mulai bermunculan. Salah satu yang menjadi pemain pertama yang mengawalinya adalah Makestro dari Dycodex. Sebuah portal yang tidak hanya disiapkan untuk marketpalce IoT tetapi juga untuk merangsang tumbuhnya ekosistem IoT yang baik melalui informasi tutorial yang membantu para pengembang lokal.

Selain Makestro, pergerakan IoT di Indonesia juga cukup menjanjikan. Beberapa startup telah menyuguhkan layanan berbasis IoT. Beberapa di antaranya adalah Cubeacon, DycodeX, eFishery, Magic, FoxLogger, dan Siramin.

[Review] Dyson Pure Cool Link, Air Purifier Terpintar yang Bisa Anda Miliki Sekarang

Indonesia boleh berbangga karena Dyson memilih Jakarta sebagai lokasi flagship store pertama di Asia Tenggara, meski bagi mayoritas konsumen, produk dari brand asal Inggris ini masih di luar jangkauan. Namun Dyson mengambil arahan yang tepat saat mengenalkan Pure Cool Link di nusantara, mengangkat isu kesehatan terkait kualitas udara yang tidak banyak orang sadari.

Sederhananya, Dyson Cool Pure Link adalah air purifier pintar sekaligus kipas angin internet of things pertama ciptaan Dyson. Tugas utamanya adalah membersihkan polusi di dalam rumah – kabarnya boleh jadi lebih parah dari udara kotor di luar akibat akumulasi debu dan zat-zat mikroskopis lain yang hinggap di furnitur. Keunggulan Pure Cool Link adalah dari kemampuannya menangkap polutan hingga sekecil 0,1-micron.

Beberapa minggu silam, saya dihubungi perwakilan Dyson untuk menjajal langsung Pure Cool Link. Unit review ini merupakan versi tower berwarna putih, harganya sedikit lebih tinggi dari varian desk, juga menyimpan performa lebih kuat. Tapi apakah fungsi perangkat tersebut memang sesuai dengan segala janji dan klaim Dyson? Ayo simak dulu ulasannya.

Design

Pure Cool Link tipe tower berdiri setinggi 101,8-sentimeter, mempunyai diameter 19,6cm dan berbobot 3,5-kilogram. Perangkat mempunyai penampilan khas kipas angin bladeless Dyson: bagian kepala memanjang dengan bolongan di tengahnya. Ketiadaan bilah dapat menghilangkan satu faktor penyebab kecemasan orang tua, kini Anda hanya tinggal mencari solusi bagaimana agar produk semahal Pure Cool Link tidak jadi mainan sang buah hati.

Review Dyson Pure Cool Link 14

Diameter kurang dari 20-sentimeter ini memungkinkan Pure Cool Link diletakkan di area manapun di rumah: pojok kamar utama, di samping meja kerja Anda, dan ia juga terlihat serasi dengan furnitur di ruang keluarga berkat desain minimalisnya. Perpaduan warna putih glossy, grille abu-abu metalik dan sedikit warna biru muda di bawah memberikan kesan high-end dan futuristis, cocok digunakan di rumah-rumah berukuran kecil.

Review Dyson Pure Cool Link 23

Bagian output airflow dapat berputar seluas 80 derajat di sumbu horisontal, dan tentu saja agar berfungsi, air purifie harus tersambung ke sumber listrik (dengan kabel sepanjang 1,8m) karena ia tidak menyimpan baterai build-in.

Review Dyson Pure Cool Link 15

Pemakaiannya sangat simpel, hanya ada satu tombol (power) utama di tubuhnya, dan tersedia remote mungil buat mengakses fungsi-fungsi dasar device. Agar tidak gampang hilang, remote bisa disematkan di sisi atas Pure Cool Link, menempel via magnet, walaupun buat saya daya rekatnya masih kurang kuat. Alternatinya ialah dengan memanfaatkan aplikasi mobile Dyson Link, dibahas lebih lengkap di bawah.

Review Dyson Pure Cool Link 19

Review Dyson Pure Cool Link 16

Parts breakdown

Tanpa menyertakan remote dan app, Pure Cool Link terbagi atas tiga komponen: kepala air multiplier sebagai tempat output airflow, modul utama yang menyimpan motor dan teknologi cyclone, serta filter Glass HEPA sebagai jantung dari fitur primadona device.

Review Dyson Pure Cool Link 20

Review Dyson Pure Cool Link 11

Bergerak 80 derajat, bagian kepala bisa menyejukkan area seluas 77 derajat – saya menggunakan tombol dan lampu LED sebagai acuan sisi depannya. Udara bersih dikeluarkan dari lubang sempit memanjang di zona belakang air multiplier dengan struktur mirip sayap pesawat terbang. Ia mampu mengeluarkan tiupan angin yang panjang dan lembut – mampu menyejukkan tapi tidak berlebihan seperti kipas angin biasa atau tornado fan.

Review Dyson Pure Cool Link 13

Review Dyson Pure Cool Link 12

Filter Glass HEPA (high-efficiency particulate arrestance) dibuat berbentuk tabung, diposisikan di luar bagian motor DC brushless, akan membentuk ruang vakum saat terpasang berkat segel karet. Udara kotor dihisap dari grille di modul utama, kemudian filter HEPA bertugas menyaring zat kotor di udara – dari yang berukuran 10-micrometer (serbuk sari, serat kain) sampai 0,1-micron (debu karbon, asap rokok).

Review Dyson Pure Cool Link 3

Review Dyson Pure Cool Link 5

Perlu Anda ketahui bahwa filter ini tidak bisa dicuci ataupun dibersihkan. Ia mempunyai umur yang terbatas, yaitu sekitar satu tahun dengan pemakaian selama 12 jam sehari – informasinya dapat Anda lihat di app Dyson Link. Melepasnya sangat mudah, tidak melibatkan obeng dan baut: cukup tekan dua tombol di tubuh air purifier dan tinggal tarik bagian air multiplier ke atas.

Review Dyson Pure Cool Link 8

Review Dyson Pure Cool Link 17

Build quality

Ada harga memang ada rupa. Walaupun mayoritas struktur tubuh Pure Cool Link terbuat dari plastik, penggunaan material ini tidak membuat perangkat terlihat murahan ataupun ringkih; serta efektif menjaga beratnya tetap ringan sehingga mudah dipindah-pindahkan.

Review Dyson Pure Cool Link 1

Performance

Saya sedikit kesulitan mencari acuan performa Pure Cool Link. Dari sedikit riset di internet, air purifier tersebut sanggup menembakkan angin berkecepatan 4,7-meter per detik, berkurang jadi 0,8m/detik di jarak dua meter. Pure Cool Link varian tower efektif untuk membersihkan ruangan seluas 14,86-meter persegi, dan semakin kecil volume ruangan, maka proses pemurnian udara akan berlangsung lebih cepat.

Review Dyson Pure Cool Link 4

Review Dyson Pure Cool Link 6

Review Dyson Pure Cool Link 7

Dyson Link

Aplikasi Dyson Link merupakan salah satu komponen penting dari penyajian Pure Cool Link, dan dengannya Anda dapat mengakses seluruh fitur krusial dalam air purifier. Selain mengubah smartphone menjadi remote jarak jauh, Anda bisa melihat informasi-informasi penting semisal level mutu udara dalam satu hari atau satu minggu, temperatur dan kelembapan udara, mengetahui umur dari filter, serta mengaktifkan night mode.

Review Dyson Pure Cool Link 25

Selain itu, app memungkinkan pengguna mengatur dan mengustomisasi jadwal aktif Pure Cool Link serta menentukan ‘target kualitas udara’. Berisi pilihan-pilihan seperti ‘saya cuma ingin mutu udara yang baik’ sampai ‘saya sangat sensitif terhadap partikel dan polutan’. Dyson Link juga bertugas memberikan notifikasi seandainya saringan debu perlu diganti atau ada kerusakan pada Pure Cool Link Anda.

Review Dyson Pure Cool Link 22

Proses setup-nya sangat mudah. Anda hanya perlu mengunduh Dyson Link dari app store, daftarkan identitas atau tinggal log-in jika sudah punya akun, lalu pilih jenis perangkatnya. Buat sinkronisasi awal, smartphone dan Pure Cool Link harus berada dalam satu jaringan Wi-Fi. Anda akan dipandu buat melakukan pairing, dan dipersilakan menamai device tersebut (saya memberinya nama Siro). Dan saat tersambung, handset bisa mengatur Pure Cool Link bahkan saat Anda berada jauh dari rumah.

Review Dyson Pure Cool Link 24

Using experience

Untuk merasakan manfaat menyeluruh dari Pure Cool Link, Anda harus menggunakan produk di waktu yang cukup lama. Dari impresi menjajalnya selama hampir sebulan, saya hanya bisa mengapresiasi nyamannya tiupan angin Air Multiplier dan informasi yang device hidangkan. Air purifier ini tidak membuat saya ‘masuk angin’, dan berkatnya saya mengetahui betapa buruknya mutu udara di kamar tidur – memaksa saya menyalakan Pure Cool Link dua hari non-stop hingga indikator berubah dari ‘poor‘ jadi ‘fair‘.

Review Dyson Pure Cool Link 18

Pure Cool Link tidak mengeluarkan suara terlalu berisik, kecuali jika kecepatan di-set di level maksimal (10). Ukuran paling optimal agar tidak mengganggu tidur Anda ialah ‘4’, tingkatan ini pula-lah yang digunakan di night mode.

Satu kendala yang saya temukan adalah, Dyson Link tampak kesulitan terhubung kembali ke Pure Cool Link setelah colokan listrik air purifier saya cabut. Saya harus berkali-kali men-tap retry, hingga akhirnya device dapat terkoneksi lagi.

Review Dyson Pure Cool Link 10

Verdict

Mudah dipakai, sederhana dalam penggunaan, mampu menyajikan data komprehensif, serta memberikan keleluasaan kustomisasi jadwal; semua hal yang Anda harapkan dari sebuah perangkat air purifier high-end ada di Dyson Pure Cool Link. Konsumen awam mungkin akan segera berpikir, ada banyak kipas angin, air cooler, serta AC tersedia di toko home appliance, dan harganya jauh lebih murah dari Pure Cool Link. Persepsi tersebut harus diubah karena tugas utama kreasi Dyson ini adalah memberantas polutan berbahaya, sanggup menjaring zat hingga sekecil 0,1-micron.

Sudah pasti ada harga yang harus dibayar buat memperoleh semua kecanggihan ini, dan kabar buruknya, jumlahnya tidak sedikit. Versi tower Pure Cool Link dibanderol seharga Rp 13,5 juta. Alternatifnya, Anda bisa membeli varian desk, ditawarkan di harga 11,5 juta.

BlackInnovation Developer Meetup Bandung: Berbagi Ide di Kota Kreatif

Malam itu, Bandung menampakan wujud aslinya; dingin dan sejuk, dua hal yang dipicu oleh hujan deras yang membasahi tanah parahyangan. Meski begitu, ada kehangatan yang hadir di satu sudut kota berjuluk Paris Van Java ini, tepatnya di Eduplex, Dago. Bukan, kehangatan ini bukan disebabkan oleh surabi hangat atau bajigur panas khas Bandung. Kehangatan ini muncul dari sebuah acara bernama BlackInnovation Developer Meetup pada hari Kamis (22/9).

Dibuka pada pukul 19.00 oleh MC, BlackInnovation Developer Meetup malam itu sudah dihadiri puluhan IT developer asal Kota Kembang, yang bergelut di bidang teknologi dengan berbagai peran, seperti pelaku startup dan mahasiswa Teknik Informatika. Para peserta mengikuti acara ini dengan santai, sembari menyeruput kopi atau teh dan menikmati camilan yang telah disediakan.

Sesuai dengan tema “Inspiring People to Innovate and See the Future of IoT”, BlackInnovation Developer Meetup Bandung kali ini menghadirkan pembicara-pembicara yang sudah malang-melintang di antara tiga hal; bidang IoT, dunia inovasi, atau keduanya. CEO DyCode Andri Yadi, pakar IT sekaligus technopreneur Budi Rahardjo, dan CEO Redbuzz Mediatama, Organizing Committee Blackinnovation 2016, Arifin Bong adalah tiga pembicara malam itu dan diskusi panel dibawakan oleh Chief Editor DailySocial Lifestyle Wiku Baskoro selaku moderator.

Seperti yang disebutkan sebelumnya, meski hujan tak hentinya membasahi Bandung, acara malam itu, khususnya di sesi diskusi panel, berlangsung hangat. Materi-materi yang dikupas habis malam itu berkenaan dengan IoT dan segala manfaatnya, baik untuk hari ini maupun masa depan.

Pembahasan dari BlackInnovation Developer Meetup Bandung memang tidak begitu teknis. Dengan demikian, pembahasan IoT dapat dibawakan dengan lebih ‘ringan’. Bahkan terkadang tidak melulu soal IoT. “Inovasi itu berawal dari mimpi,” ujar Budi Rahardjo membicarakan soal awal proses kreatif dalam IoT, dengan gaya bicara dan pembawaannya yang khas. “Dan, mimpi itu gratis lho!” lanjutnya.

Menyambung apa yang disampaikan Budi, Andri Yadi punya pandangan juga mengenai tips berinovasi dalam aspek IoT.

“Seharusnya, inovasi itu berawal dari keresahan diri sendiri,” kata Andri. “Karena itu, saya percaya kalau orang yang banyak masalah, harusnya punya banyak ide untuk berinovasi.”

Dari keresahan itu, pihak Blackxperience.com sangat berharap bahwa BlackInnovation Developer Meetup dapat memicu rekan-rekan IT developer bisa berinovasi dan punya manfaat bagi masyarakat lewat inovasinya, dengan mendaftar ke blackinnovation.blackxperience.com.

“Kenapa BlackInnovation kali ini dibuka untuk dua bidang? Karena saya percaya bahwa di masa depan, desain produk dan Internet of Things itu perlu terkoneksi di masa depan,” ucap Arifin Bong.


Disclosure: DailySocial adalah media partner BlackInnovation 2016

Dengan Kategori Inovasi Baru, BlackInnovation 2016 Ajak Kreator Indonesia Berkontribusi dalam Kehidupan Masyarakat

Blackxperience kembali menyelenggarakan kompetisi inovasi dan kreativitas bernama BlackInnovation 2016. Tak hanya produk inovasi desain produk, BlackInnovation 2016 ini membuka kesempatan bagi para kreator untuk berinovasi untuk produk Internet of Things (IoT).

Bertemakan “Convert your Ideas into Values”, para kreator kini diminta untuk mendaftarkan kategori inovasi di bidang desain produk dan digital kreatif. “Kompetisi inovasi BlackInnovation 2016 merupakan bentuk inisiatif berkelanjutan untuk mengembangkan inovasi yang bermanfaat bagi lingkungan dan kehidupan masyarakat. Blackxperience membuka ruang berkreasi anak bangsa yang pada dasarnya kaya akan pemikiran ide inovasi untuk Indonesia,” jelas Dhirgantara mewakili Blackxperience.

Pendaftaran BlackInnovation 2016 telah dibuka sejak Agustus 2016 hingga November 2016, dan akan melewati screening oleh penjurian internal, presentasi, mentoring, dan penjurian pada bulan November 2016 yang dilakukan secara independen oleh tujuh juri pengamat dan praktisi inovasi, antara lain Danny Oei Wirianto (CMO GDP Venture), M. Yukka Harlanda (CEO Brodo), Achmad Fadillah (Desainer Produk), Aulia Faqih (CEO & Founder dirakit.com), Svasti Manggalia (Owner Svas Living), Rama Raditya (CEO Qlue), dan Budi Suwarna (Head of Kompas MUDA).

Sebanyak 30 peserta terbaik akan melakukan presentasi penjurian di akhir November 2016, dan tersaring 15 peserta terbaik akan melanjutkan tahapan penjurian dan mentoring melalui pembuatan dari ide inovasi ke contoh produk dan presentasi 15 besar peserta tersebut di depan para juri.

BlackInnovation 2016 menyiapkan hadiah bagi mereka yang berhasil meraih gelar “The Innovator”, yakni total hadiah senilai lebih dari 100 juta Rupiah dan paket perjalanan Innovation Journey ke industri kreatif di luar negeri.

“Kehadiran kami di berbagai kampus tersebut untuk memberikan motivasi berinovasi bagi civitas akademi yang pada dasarnya memiliki energi gagasan yang cukup besar. Blackxperience akan berbagi pengalaman dan berdiskusi terkait ide inovasi yang dapat dikembangkan untuk kehidupan masyarakat di Indonesia. Di kampus yang dikunjungi, BlackInnovation 2016 juga akan membuka pendaftaran bagi calon peserta yang ingin mendaftarkan ide gagasan inovasinya,” jelas Dhirgantara.

Bandung IoT Maker Day Episode 3 Ajak Pengembang Lokal Dalami Seputar Development Board

Dalam setahun terakhir ini, para pengembang lokal telah diberi kesempatan untuk mengasah bakatnya dan saling unjuk gigi di bidang Internet of Things (IoT) melalui acara Bandung IoT Developer Day Episode 1 dan Episode 2 yang diselenggarakan oleh DycodeEdu.

Guna mengulangi kesuksesan acara ngopbar (ngoprek bareng, bukan ngopi bareng) tersebut, DycodeEdu kembali menggelar event yang sama untuk ketiga kalinya, kali ini di bawah nama Bandung IoT Maker Day, Episode 3. Acara ini sekaligus menjadi event pertama Hackster Live yang diselenggarakan di kota pimpinan Kang Emil tersebut.

Dalam episode yang ketiga ini, tema yang hendak diangkat adalah seputar development board. Alasannya sederhana, yakni supaya para partisipan bisa lebih berfokus coding dan merealisasikan ide liarnya tanpa harus membuang banyak waktu untuk sekadar menyolder atau menyambungkan modul demi modul.

Dalam sesi satu hari penuh ini, akan dijelaskan secara mendetail mengenai berbagai macam development board yang bisa dimanfaatkan para maker untuk proyeknya masing-masing. Yang menarik, mayoritas dev board yang akan disorot adalah rancangan para maker lokal.

Detail mengenai acara Bandung IoT Maker Day, Episode 3 / DycodeEdu
Detail mengenai acara Bandung IoT Maker Day, Episode 3 / DycodeEdu

Acara akan dibagi menjadi dua zona untuk kategori peserta yang berbeda. Zona utama akan membahas bermacam-macam dev board, mulai dari Arduino dev board berbasis Bluetooth sampai varian istimewa seperti Intel Edison dev board. Di sini partisipan bisa langsung praktek ngoprek maupun sharing dengan para fasilitator yang sudah berpengalaman.

Zona kedua dijuluki “Kits for Kids”, diperuntukkan bagi para junior maker yang sudah mulai ngoprek sejak usia dini. Mungkin ini juga yang menjadi alasan di balik peralihan nama event dari “Developer Day” menjadi “Maker Day”, mengingat cakupannya kini lebih luas dan menjangkau para geek yang masih sangat belia.

Bandung IoT Maker Day, Episode 3 akan digelar pada tanggal 24 September 2016 di Digital Innovation Lounge Bandung. Bagi yang tertarik bisa mendaftarkan diri melalui tautan ini, gratis!

*Disclosure: DailySocial adalah media partner acara Bandung IoT Maker Day, Episode 3.

Telkomsel Dukung Adopsi Smart City Kota Tangerang dengan T-Bike dan T-Drive

Telkom Group menjalin kerja sama dengan pemerintah kota Tangerang dalam rangka mendukung penguatan ekosistem smart city di kota tersebut. Di Tangerang Telkomsel akan menghadirkan layanan M2M (Machine to Machine) melalui produk T-Bike dan T-Drive yang diperuntukkan bagi keseharian kerja petugas lapangan Pemerintah Kota Tanggerang.

Dijelaskan General Manager Account Management Jabodetabek Jabar Telkomsel Nyoman Adiyasa, konsep smart city sudah menjadi sebuah kebutuhan bagi setiap pemerintah daerah untuk diterapkan ketika akan mengelola sebuah sistem pemerintahan yang mengaplikasikan perkembangan teknologi digital terbaru.

Salah satu bentuk kontribusi Telkomsel yang diberikan di Kota Tangerang adalah memberikan free trial layanan M2M Telkomsel yakni T-Bike dan T-Drive untuk dapat digunakan sebagai perangkat pendukung kerja petugas lapangan Pemerintah Kota Tangerang. Pada tahap awal Telkomsel akan menyerahkan lima belas unit perangkat T-Bike untuk kendaraan sepeda motor operasional dan dua buah unit T-Drive yang akan diaplikasikan pada mobile ambulance dan mobil jenazah milik Pemerintah kota Tangerang. Selanjutnya apa yang diberikan Telkomsel akan mampu mendukung operasional kerja 104 petugas lapangan.

Perangkat aplikasi T-Bike dan T-Drive juga akan terintegrasi dengan aplikasi smart city yang sedang dikembangkan Pemerintah Kota Tangerang, SIGAP. Sebuah layanan yang dirancang sebagai fasilitas monitoring kinerja seluruh petugas lapangan Pemerintah Kota Tangerang secara online dan mampu menerima feedback dari masyarakat secara real time.

“Dukungan layanan digital Telkomsel dalam mendorong percepatan dan penguatan ekosistem smart city di Kota Tangerang ini merupakan kelanjutan dari komitmen Telkomsel bersinergi membangun ekosistem smart city di kota-kota sebelum bersama sejumlah pemerintah daerah seperti Pemkot Bogor, Pemkot Bekasi, Pemkot Bandung dan beberapa lainnya. Kami berharap layanan serta produk digital Telkomsel tak hanya dimanfaatkan sebagai layanan komersil namun juga bisa mendukung sistem tata kelola pemerintah daerah yang terintergrasi dengan teknologi terbaru,” tutup Adiyasa.

Kompetisi Kreativitas dan Inovasi Terbesar di Indonesia BlackInnovation 2016 Sudah Dimulai

Kemampuan anak-anak muda Indonesia untuk urusan daya cipta rasanya sudah tidak perlu diragukan lagi. Menurut data Kementerian Perindustrian (Kemenperin) saja, industri kreatif tumbuh sebesar 7% per tahun. Tak cukup dalam proses penciptaan, kreasi anak bangsa ini seringkali inovatif dan ‘mendobrak’ di masyarakat. Namun, apakah inovasi itu berdaya guna bagi hidup manusia?

Inilah ide awal terselenggaranya BlackInnovation 2016. Mengambil tema “Convert your ideas into Values”, BIackInnovation 2016 mengajak para kreator dan inovator Tanah Air untuk merealisasikan ide inovasi yang bernilai bagi kehidupan masyarakat sehari-hari; tak hanya produk yang bersifat nyata dan bisa disentuh wujudnya, para inovator kini juga bisa menciptakan karya digital.

Ya, acara tahunan gelaran Blackexperience.com ini sekarang membuka ruang apresiasi terhadap kreasi inovatif di bidang desain produk dan Internet of Things (IoT).

Dalam aspek desain produk, para peserta BlackInnovation 2016 diharapkan bisa mengembangkan benda yang dapat bernilai lebih untuk kegiatan sehari-hari, baik itu pengembangan yang autentik belum pernah dibuat sebelumnya maupun karya modifikasi. Sedangkan untuk bidang IoT, inovasi yang diinginkan adalah pengembangan yang memanfaatkan konektivitas internet untuk memudahkan kehidupan manusia.

BlackInnovation 2016 telah menyediakan total hadiah uang tunai lebih dari 100 juta rupiah bagi mereka yang berhasil mendapat gelar “The Innovator”. Tak hanya itu, BlackInnovation 2016 juga akan mengajak “The Innovator” untuk mengikuti Innovation Journey, sebuah perjalanan seru ke industri kreatif di luar negeri.

Seperti yang diketahui, sampai saat ini, BlackInnovation adalah ajang kompetisi inovasi terbesar di Indonesia, yang sangat sayang untuk dilewatkan para pekarya Tanah Air.

Jadi, jangan sampai kamu menyesal karena ide brilianmu hanya tertuang di atas kertas! Wujudkan sekarang di BlackInnovation 2016! Pendaftaran dibuka dari 16 Agustus 2016 hingga 12 November 2016. Info lengkap, klik di sini!

Jadilah inovator sesungguhnya lewat ide inovasi yang bermanfaat bagi manusia!


Disclosure: DailySocial adalah media partner BlackInnovation 2016

Pembaruan Produk Cubeacon dan Tantangan Produksi Startup Hardware di Indonesia

Internet of Things (IoT) akhir-akhir ini sering kali menjadi pembahasan utama di berbagai forum atau pagelaran berbasis teknologi. Kiprahnya dalam memberikan daya guna berbagai aktivitas di kehidupan memang sudah tak diragukan lagi. Menyadari besarnya potensi tersebut, di dalam negeri, startup pengembang IoT pun terus berlomba menghasilkan kreasi terbaiknya. Baru-baru ini kabar datang dari startup IoT asal Surabaya bernama Cubeacon atas prestasinya menjadi finalis ASEAN ICT Award (AICTA) 2016 untuk kategori Private Sector.

Produk teknologi yang diusung Cubeacon awalnya memudahkan para pedagang untuk dapat memantau aktivitas para pelanggan mereka melalui smartphone. Dengan perangkat tersebut, para pedagang dapat memantau pergerakan dari para pelanggan mereka melalui aplikasi yang terpasang pada smartphone sang pelanggan. Perangkat Cubeacon tersebut memiliki bentuk menyerupai sebuah kubus kecil dan memanfaatkan konektivitas bluetooth untuk dapat tersambung dengan beragam perangkat elektronik. Setiap satu paket pembelian produk Cubeacon ini berisi tiga buah Beacon dan sebuah baterai terpisah. Saat ini produk Cubeacon sudah berkembang sangat pesat untuk berbagai keperluan.

Pembaruan terkini dari produk dan pengembangan Cubeacon

Dalam sebuah kesempatan interview dengan Tiyo Avianto selaku CEO PT Eyro Digital Teknologi (pengusung Cubeacon) dipaparkan terkait produk Cubeaconcard, varian terbaru dari produk Cubeacon. Secara prinsip menurut Tiyo inovasi teranyar startupnya ini masih sama seperti Cubeacon yang dulu, bedanya pada sisi casing yang lebih tipis, seukuran kartu ATM standar. Pengembangan produk ini dikatakan sebagai salah satu strategi untuk memperkuat market Cubeacon.

Varian produk IoT dari Cubeacon / Cubeacon
Varian produk IoT dari Cubeacon / Cubeacon

Di akhir bulan ini Cubeacon juga akan memperkenalkan versi reader untuk Cubeaconcard. Card-reader ini akan didesain sebagai sebuah perangkat stand-alone dan mampu bekerja secara 24 jam non-stop. Konsep produk ini sedikit berbeda dengan produk iBeacon yang sebelumnya sudah meluncur, yakni menggunakan mekanisme scan dengan smartphone.

Sementara itu untuk informasi layanan Backend as a Services (BaaS) Cubeacon, dari data statistik yang terhimpun tercatat telah digunakan lebih dari 1.300 pengembang. Di dalamnya juga sudah bertanggar hampir 200 Apps untuk iOS dan hampir 600 Apps untuk Android yang dikelola. Pembenahan terhadap layanan ini juga akan menjadi prioritas Cubeacon sehingga bisa menjadi layanan BaaS yang lebih general dan bisa digunakan untuk keperluan di luar iBeacon juga.

Cubeacon di tahun 2016

Secara umum Cubeacon tahun ini masih akan fokus pada perluasan pangsa pasar mereka. Dari sisi pengguna iBeacon, Tiyo mengungkapkan bahwa saat ini pihaknya akan lebih banyak mengarah ke sektor industri, ketimbang untuk segmentasi lifestyle dan ritel. Namun demikian pihaknya mengungkapkan bahwa untuk lifestyle dan ritel tidak sepenuhnya dibatasi, hanya membutuhkan timing yang tepat untuk memaksimalkan penetrasinya. Sementara di pasar industri saat ini penerimaannya lebih kencang.

Dari data statistik penjualan Cubeacon, hampir 80 persen produk terserap di sektor industri dengan berbagai kategori, di antaranya fleet, warehouse, management access, security dan tracking.

“Awalnya market Indonesia sedikit demam ketika tahu Cubeacon mulai di kenal sebagai produk lokal, tapi dengan layanan dan kualitas produk, akhirnya mereka churn sendiri dari brand sebelumnya,” ujar Tiyo.

Selain itu BaaS juga akan menjadi perhatian utama dalam daftar inovasi Cubeacon tahun ini. Diprediksikan awal Oktober akan ada rilis ulang untuk layanan BaaS. Selain itu akan ada satu produk hardware lagi yang akan segera dirilis. Harapannya awal tahun depan produk tersebut siap tersedia di pasar.

Tantangan produksi startup hardware di Indonesia

Menjelaskan seputar tantangan untuk proses produksi Cubeacon, Tiyo memaparkan tentang tiga proses yang menjadi fase produksi sebuah startup hardware, yakni Material, Process dan Design.

“Fase ini adalah kitab kami untuk menghitung cost-efficient dalam fase produksi hardware. Saya paham kawan-kawan sudah tahu juga tiga fase lean startup. Tiga fase di atas wajib dilakoni oleh Product Manager di startup hardware,” ungkap Tiyo.

Ia juga urut memaparkan detail ketiga proses tersebut.

“Jika diketahui harga materialnya mahal, berarti ktia harus menghemat pada siklus proses (cara mencetak, memotong, jumlah cetakan dan potongan, jenis mesin dll). Jika siklus kedua (proses) belum mampu menekan harga, lakukan di fase ketiga (desain). Jangan buat desain yang susah, menghabiskan banyak bahan, dan prosesnya sulit. Buat packing dengan banyak lipatan, dilem, dipanasi, dicetak dll. Desain bagus itu belum tentu mahal,” jelas Tiyo.

Studi kasus proses produksi produk di Cubeacon

Tantangan produksi hardware di Indonesia / Shutterstock
Tantangan produksi hardware di Indonesia / Shutterstock

Tiyo menyimpulkan bahwa pada setiap fase pengembang perlu menanyakan terkait beberapa hal berikut: (1) Materialnya menggunakan apa? (2) Caranya memprosesnya bagaimana? (2) Desainnya seperti apa? Lalu putar tiga siklus itu untuk mendapatkan fase harga yang pas dengan dana produksi.

Berikut studi kasus yang dituliskan Tiyo membandingkan antara proses produksi di dalam dan di luar negeri (dalam hal ini di Tiongkok):

Di batch awal kami memproduksi Cubeacon Reader AR25, kami kerjakan di Indonesia, kami menghitung total justru mahal di Tiongkok kalau hanya mencetak antara 100 – 1.000 pcs. Memang nantinya di fase produksi selanjutnya kalau dihitung jatuhnya akan mahal di Indonesia saat angka produksinya 2.000 – 5.000 pcs ke atas. Namun kita perhatikan dulu pertimbangan penting di bawah ini:

Kasus Material. Menentukan dan memilih PCB Multi-layer atau Single-layer, dan proses finishing PCB.

Kasus Proses. Produksi di Tiongkok minimal membutuhkan dana $1.000-10.000 untuk setup lini produksi. Estimasi saya adalah per 1.000-10.000 pcs kita butuh 8-10 operator manual untuk mengerjakan hand-tool, selain proses lainnya dikerjakan dengan mesin. Ketika blueprint salah dan proses produksi gagal, proses produksi harus setup ulang, termasuk mesin yang dipakai.

Di Surabaya kami hanya membayar Rp 300 ribu setiap kali gagal membuat film/desain PCB, rusak 3 – 4 kali pun tidak masalah. Operator masih bisa dinego borongan, artinya bayar yang sudah benar saja. Komunikasi masih nyaman karena sama-sama orang Indonesia, di Tiongkok jangan harap mereka (para rekanan) lancar berbahasa Inggris. Timing koordinasi pun semakin panjang dan itu menghabiskan waktu.

Sayangnya penghematan di atas (produksi di Indonesia) berbanding terbalik dengan tenaga yang kami keluarkan. Kami harus bantu workshop dan pemilik mesin untuk setup awal, kami harus bolak balik ke kantor dan ke workshop untuk memastikan kembali prosesnya benar, materialnya benar, proses pemotongannya benar. Sekilas masih murah dalam proses produksi, tapi secara effort kita harus berdarah darah. Namun meskipun kita masih berdarah-darah ternyata kita bisa menghemat pengeluaran.

Kasus Desain. Ketika designer hardware menyodorkan kertas RAB dan BOQ-nya, saya tercengang dengan harga PCB Board (termasuk proses coating dan labeling), harga di Indonesia untuk PCB Multi-layer luar biasa sekali. Nilai yang tidak masuk akal ini berbanding terbalik dengan target harga kami, akhirnya saya paksa designer hardware untuk mengubah PCB Multi-layer dengan PCB Single-layer, walhasil semua pada sakit kepala. Jalurnya semakin padat dan sudah tidak ada ruang karena terbatasnya ukuran board. Jalan satu-satunya adalah menambah “jumper” atau komponen resistor dengan nilai 0 ohm (untuk melewatkan jalur agar bisa tetap di buat di PCB Single-layer).

Big wow-nya adalah 50 persen pengeluaran bisa diredam, ibarat kalau harga cetak PCB Multi-layer Rp 100 juta, kita bisa menghemat Rp 50 juta. Desainnya berubah, kita bisa menekan harga produksi luar biasa. Pastinya berbanding terbalik dengan proses. Jalur PCB semakin rumit proses soldering makin padat, tapi 50 persen penghematan tadi tidak sebanding dengan effort di fase proses.

Application Information Will Show Up Here

Axiata Group dan Atilze Digital Bermitra untuk Dapatkan Peluang IoT Asia Tenggara

Axiata Group dan Yen Global (dalam hal ini anak perusahaannya Atilze Digital) telah menjalin kesepakatan kemitraan dalam mencari peluang Internet of Things (IoT) di Asia Tenggara, dengan negara awal yang bakal mengadopsi adalah Indonesia, Thailand, dan Malaysia. Kerja sama ini rencananya akan fokus pada solusi connected car dan komersialisasi penyebaran jaringan LoRa. Kesepakatan yang ditandatangani Jumat minggu lalu ini berdurasi 12 bulan.

Untuk informasi LoRa atau Long Range adalah sebuah teknologi Low-Power Wide Area Network (LPWAN) yang memberikan solusi konektivitas dengan biaya rendah namun memiliki cakupan yang luas dan konsumsi energi yang rendah. Teknologi ini juga dikabarkan telah didukung beberapa perusahaan teknologi global.

CEO Atilze Gerard Lim mengungkapkan bahwa ada peluang yang cukup besar untuk segmen aplikasi dan layanan IoT di Asia Selatan dan Asia Tenggara. Itulah mengapa pada akhirnya Atilze memutuskan untuk bekerja sama dengan Axiata.

“Kami sudah mulai memperkenalkan solusi IoT ke pasar melalui Axiata dan operasi perusahaan seperti afiliasi dan hasil awal sudah sangat menggembirakan,” ujar Gerard.

Sementara itu, pihak Axiata melalui Chief Strategy Officer Axiata Dominic Arena mengungkapkan bahwa sebagai bentuk transformasi Axiata menuju era perusahaan digital, Axiata berusaha menjadi pimpinan revolusi digital dengan merangkul pejuang pertumbuhan baru pada ekonomi digital.

“IoT adalah satu pilar utama dari strategi kami ‘Axiata 3.0’ dan dengan sektor layanan digital yang muncul diperkirakan mencapai $30 miliar di tahun 2020 […]. Kami melihat sektor IoT tumbuh per selama dua sampai lima tahun ke depan dengan potensi ekonomi terbesar berada di segmen B2B dan B2B2C, melalui pemberdayaan perusahaan dan pemerintah untuk digitalisasi operasi mereka sendiri dan juga menyediakan inovasi, integrasi konektivitas, dan solusi berbasis analisis untuk pelanggan dan masyarakat,” ungkap Dominic.

Di Indonesia sendiri IoT masih menjadi topik yang dibahas banyak pihak. Beberapa daerah, seperti Bandung dan Jakarta, bahkan sudah mulai menjajaki teknologi IoT untuk keperluan Smart City.