Lima Tahun Ekrut, Pertajam Solusi “Headhunting” untuk Talenta Digital

Permintaan dan ketersediaan talenta digital memang masih terjadi kesenjangan di Indonesia. Mencari dan memasang iklan lowongan kerja di job portal masih dianggap kurang efektif dan efisien.

Metode headhunting menjadi pendekatan yang lebih baik bagi perusahaan, hanya saja proses ini masih dilakukan dengan cara manual yang membutuhkan tenaga manusia. Alhasil sulit mengukur dan membatasi potensi proses wawancara dan waktu yang dibutuhkan. Peluang tersebut digarap Ekrut yang memosisikan dirinya sebagai headhunter untuk talenta digital sejak 2016 dengan pemanfaatan teknologi.

Co-Founder dan CEO Ekrut Steven Suliawan mengatakan, pangsa pasar portal lowongan kerja saat ini banyak yang menjalankan bisnisnya dengan memiliki banyak spesialisasi, mulai dari chef untuk restoran, operator excavator untuk perusahaan tambang, hingga software engineer untuk startup. Ekrut mengambil posisi yang berbeda karena fokus pada talenta digital.

“Dengan fokus yang lebih mengerucut, kami dapat lebih detail dalam mengelolah data data, sehingga kami dapat memudahkan tech talent dalam menemukan pekerjaan dengan skill-set yang lebih sesuai untuk kandidat tersebut,” ujarnya kepada DailySocial.

Ekrut sendiri mulai beroperasi sejak akhir 2016 sebagai job portal untuk talenta digital dengan solusi headhunting. Solusi tersebut kembali dipertajam perusahaan sejak 2018 hingga sekarang dengan alasan karena tiga hal, yakni keahlian, pangsa pasar, dan teknologi.

Dari sisi keahlian, tim Ekrut didukung oleh pengalaman para founder yang bergerak di VC, headhunting, dan startup, sangat relevan untuk fokus di ekosistem startup teknologi. Berikutnya dari sisi pangsa pasar, pertumbuhan talenta digital dan permintaan dari perusahaan terhadap talenta tersebut kian meningkat, mengingat tumbuhnya perusahaan yang mulai menerapkan layanannya secara digital.

“Terakhir, dari sisi teknologi, dengan resource kami yang sangat limited, kami juga harus berhati-hati dalam memilih produk, agar teknologi kami bisa benar-benar di-utilize. Salah satunya adalah sistem data science kami dapat menghasilkan output lebih bagus (kasus kita akurat) apabila kita memasukkan input yang detail.”

Ekrut berinovasi mengembangkan teknologi data science system agar proses rekrutmen menjadi semakin efektif. Solusi tersebut makin dibutuhkan perusahaan karena dalam mendapatkan talenta digital dalam waktu singkat masih sulit untuk dicapai.

Untuk mendukung layanan headhunting-nya, disebutkan bahwa saat ini perusahaan telah merilis Talent Search Service. Produk tersebut memungkinkan sebuah perusahaan dapat langsung sourcing dan mengajak wawancara dengan talenta yang sudah disaring Ekrut. Langkah ini sekaligus menjadi nilai tambah yang membedakan Ekrut dengan kompetitor karena memiliki konsep instant sourcing dan pre-screened talent.

Selain itu, pihaknya juga memberikan konsultasi kepada kedua belah pihak, yakni perusahaan dan kandidat. Beda dengan pemain lainnya, yang kebanyakan hanya fokus pada perusahaan dan seringkali pihak kandidat terlewati atau tidak dibantu.

“Kami memastikan kandidat-kandidat kami aktif mencari kerja dan sudah melewati proses screening kami. Perusahaan pun dapat dengan mudah sourcing kandidat dan langsung mengajak interview dengan kandidat yang sudah Ekrut filter.”

Solusi Ekrut sudah dimanfaatkan beragam perusahaan. Beberapa di antaranya adalah LinkAja, Tokopedia, BCA Finance, Garena, Generali, RedDoorz, Bluebird, Gojek, dan OVO.

Menurut Steven, profesi yang paling banyak dicari perusahaan melalui Ekrut adalah Backend Engineer, Java Developer, Mobile Engineer, Product Manager, Software Engineer, Frontend Engineer, dan Android Developer.

“Kebanyakan lowongan pekerjaan yang tersedia di Ekrut adalah kategori PDEM (Product, Data, Engineer, Marketing). Banyak perusahaan mencari tech talents di bidang software engineering, product management, data science, serta digital marketing & communications.”

Di luar kategori PDEM, sambungnya, masih banyak lowongan pekerjaan non-tech yang masih relevan dan tetap dibutuhkan perusahaan teknologi. Misalnya, Business Operations, Finance Officer, Human Resources, Business Development, General Affairs, dan Account Executive.

Dengan bisnis B2B seperti ini, mampu membuat Ekrut tumbuh secara positif. Meski tidak dirinci lebih jauh oleh Steven, Ekrut kini sudah hampir mencapai titik profitabilitas.

“Relatif berbeda dengan tahun 2020, di tahun 2020 ini burn rate kita turun empat kali lipat. Sedangkan revenue kita tetap meningkat hingga tiga kali lipat dibandingkan tahun lalu.”

Kondisi tersebut membuat perusahaan tidak tergesa-gesa untuk melakukan penggalangan pendanaan baru. Ekrut terakhir kali mengumumkan pendanaan Pra-Seri A dengan nominal dirahasiakan dipimpin Venturra Capital pada April 2019. “Walaupun sementara ini Ekrut tidak aktif mencari funding, kami selalu ‘open’ untuk fundraising options.”

Dampak kehadiran startup unicorn

Menurutnya, dalam lima tahun Ekrut beroperasi, ekosistem startup sudah jauh lebih matang. Dulu perusahaan benar-benar harus “memohon” kepada para talenta digital agar mau bekerja di perusahaan mereka. Kondisi tersebut sudah berubah karena suplai sudah meningkat secara signifikan. Perusahaan pun mulai mencoba lebih fokus pada profitabilitas.

“Kami melihat keseimbangan yang lebih sehat antara supply dan demand. Sekarang menemukan engineer dengan pengalaman lima tahun sudah relatif lebih mudah daripada lima tahun lalu, di mana mayoritas engineer masih hanya memiliki pengalaman kerja 1-2 tahun.”

“Terima kasih juga dengan decacorn dan unicorn, lewat mereka kualitas tech talents kita juga meningkat,” sambung Steven.

Kebutuhan talenta digital kian meningkat semenjak pandemi karena banyak perusahaan yang dituntut untuk melakukan transformasi digital. Dalam data internal Ekrut, permintaan perusahaan pada talenta profesional tumbuh hingga puncaknya pada kuartal II 2021 sebesar 40,62%.

Lowongan pekerjaan yang paling banyak terjadi sepanjang paruh pertama tahun ini adalah finance and insurance. “Menurut saya, di masa pandemi sekarang ini semakin banyak startup yang lebih hati-hati dengan burn rate, permintaan software engineer masih terus tumbuh perlahan, walaupun tidak seagresif seperti di 2015.”

Supply untuk tech talent juga terus meningkat seiring dengan demand yang ada, hal ini membawa keseimbangan yang lebih sehat dalam supply dan demand,” tutupnya.

Di Indonesia, pemain job portal lainnya yang spesifik juga menyediakan pencarian talenta digital untuk pekerja kerah putih cukup beragam. Beberapa pemainnya adalah Kalibrr, UrbanHire, Glints, hingga LinkedIn.

Sembilan juta talenta digital di 2030

Seperti diketahui, kebutuhan talenta digital terus digenjot oleh pemerintah karena menjadi salah satu kunci transformasi digital. Pemerintah menargetkan jumlah talenta digital terampil dapat mencapai sembilan juta orang pada 2030 mendatang. Agar dapat mencapai angka tersebut, dibutuhkan kerja sama antara lembaga pemerintah dengan pihak swasta.

Di level pemerintah, Kemendikbud Ristek berkontribusi melalui Ditjen Dikti memperkenalkan kebijakan Kampus Merdeka, khusus untuk kegiatan kewirausahaan atau startup digital. Sementara dari swasta, Tokopedia misalnya, mengadakan program magang bersertifikat untuk bidang Software Engineeering, Marketing dan Business Development untuk mendukung Kampus Merdeka.

Berdasarkan The Global Startup Ecosystem 2020, Jakarta dinobatkan sebagai ekosistem perusahaan rintisan terbaik kedua pada Top 100 Emerging Ecosystem setelah Mumbai, India. Indikator yang digunakan dalam penilaian tersebut adalah performa startup, pendanaan, jangkauan pasar, dan talenta digital. Dari empat indikator, talenta digital memiliki nilai yang paling rendah.

Oleh karenanya, data ini menunjukkan kebutuhan talenta digital di Indonesia akan semakin meningkat ke depannya, maka ada urgensi kolaborasi antar pemerintah, platform digital maupun akademisi dalam mengembangkan talenta digital dan mencapai target 9 juta talenta digital terampil pada 2030.

Upaya Sampingan Agar Tetap Relevan untuk Pekerja Kerah Biru

Pekerja kerah biru menjadi lapis pertama yang paling terkena imbas semenjak pandemi. Berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan, ada 29,4 juta orang yang terdampak langsung dari pandemi. Jumlah tersebut termasuk mereka yang terkena PHK dan dirumahkan tanpa upah.

Alhasil platform manajemen tenaga kerja seperti Sampingan banyak dibutuhkan oleh para pekerja. Dalam wawancara bersama DailySocial, Co-Founder dan CEO Sampingan Wisnu Nugrahadi mengatakan jumlah pekerja yang mendaftar di Sampingan naik hingga tiga kali lipat sejak pandemi tahun lalu. Kenaikan ini terjadi secara alami tanpa upaya pemasaran yang maksimal dari perusahaan.

Disebutkan saat ini Sampingan memiliki lebih dari 1 juta mitra pekerja (disebut Kawan Sampingan) yang tersebar di 80 kota dan 150 perusahaan yang memanfaatkan solusi dari Sampingan.

“Selama pandemi menyebabkan pertumbuhan bisnis melambat di berbagai sektor. Banyak pekerja yang kehilangan pekerjaan, nah para pekerja ini salah satunya adalah kerah biru yang kita serve. Kita lihat tren kenaikan job seeker yang mendaftar naik tiga kali lipat,” tutur dia.

(ki-ka) Para Co-Founder Sampingan: Wisnu Nugrahadi, Margana Mohamad, dan Dimas Pramudya Putra / Sampingan

Memformalkan manajemen yang administratif

Sejak Sampingan dirintis pada 2018, Sampingan didesain untuk merevolusi manajemen kerah biru yang serba manual jadi lebih formal dengan memanfaatkan teknologi. Wisnu menjelaskan, dari sisi pencari kerja, yang dibutuhkan saat ini lebih dari sekadar sistem pencocokan kerja (job match maker).

Sampingan berupaya untuk memformalkan para pekerja biru dengan proses pekerjaan yang lebih mudah, seperti rekrutmen, pelatihan di tempat kerja, proses penggajian, hingga asuransi kesehatan.

Pun dari sisi perusahaan juga turut menghadapi tantangan, di antaranya efisiensi waktu untuk menentukan kandidat yang cocok, kurangnya tenaga dan waktu untuk mengawasi kinerja pekerja, dan tingginya biaya yang harus dikeluarkan untuk proses staffing terutama dalam jumlah besar.

Solusi yang disediakan Sampingan saat ini ada tiga jenis; Sampingan Systems berupa SaaS yang memudahkan rekan bisnis dalam mencari/mengelola tenaga kerja mereka; Sampingan Manpower ialah layanan perekrutan dan staffing pekerja untuk memudahkan rekan bisnis untuk memenuhi kebutuhan SDM.

Terakhir, Sampingan Solutions ialah solusi menyeluruh yang dapat dimanfaatkan rekan bisnis, Sampingan akan mengatur seluruh proses dari staffing pekerja, mengatur laju performa pekerja hingga memberikan pelaporan kinerja secara agregat.

“Dari day one, kami fokus menciptakan unit economy di industri yang bisa kita improve dan otomatiskan prosesnya di masing-masing part dengan bantuan teknologi. Jadi kita changing the game of most of these process jadi lebih efisien.”

Pada akhirnya, bagi perusahaan yang ingin mengeskalasi bisnisnya dalam waktu cepat dan butuh pekerja kerah biru dapat memanfaatkan solusi Sampingan.

Dengan seluruh struktur bisnis B2B ini, Wisnu ingin menjadikan Sampingan sebagai perusahaan yang sustainable agar dapat menciptakan lebih banyak dampak untuk pekerja kerah biru.

“Kita selalu melihat objektif bagaimana caranya Sampingan bisa automate proses yang administratif ini, sehingga perusahaan itu tetap fokus pada human approach karena unsur tersebut juga dibutuhkan.”

Beberapa layanan startup Indonesia untuk pekerja kerah biru / DailySocial

Perkembangan bisnis

Dari 150 perusahaan yang menggunakan solusi Sampingan, mayoritas bergerak di logistik dan pergudangan yang mencari pekerjaan untuk kurir, forklift, dan sebagainya; pemasaran lapangan untuk pekerjaan canvasser; riset untuk pekerjaan surveyor dan data collection; layanan pelanggan (customer service); pemasaran berbasis komunitas (crowdsourcing marketing); dan administrasi (back office).

“Semua kandidat ini kita test berdasarkan kebutuhan si perusahaan, ada pertanyaan-pertanyaan yang bisa match dengan kandidat yang tepat. Untuk pekerjaan yang butuh di-interview semua aktivitas bisa dilakukan secara remote di 80 kota. Kami pun enggak ada kantor cabang di sana.”

Wisnu ingin terus menambah jumlah mitra perusahaan yang dapat memanfaatkan solusi Sampingan. Pasalnya, bicara potensi pasar di industri logistik dan pergudangan saja kebutuhan untuk mencari kurir dan tenaga kerja pendukungnya begitu besar, di tengah pesatnya perkembangan e-commerce.

“Banyak dari mitra perusahaan ini mencari minimal dua sampai empat lapangan pekerjaan untuk kerah biru. Misalnya, last mile logistik pasti butuh warehousing dan kurir, juga butuh layanan pelanggan dan administrasi. Kami berdiri sebagai one stop platform karena kita bisa menyediakan full visibility dan transparansi untuk payroll dan sebagainya.”

Demi meningkatkan stickiness, kini Sampingan turut melengkapi fitur untuk pekerja berupa early wage access (EWA) dan asuransi kesehatan (bersama Gigacover). Dengan fitur EWA ini, pekerja dapat mengakses gajinya lebih awal untuk membayar kebutuhan mendadak. Terkait mitra untuk penyediaan EWA ini, Wisnu belum bersedia mengungkapkan identitasnya.

“Karena kami pegang data day to day performance-nya juga, kami bisa meyakinkan perusahaan bahwa kandidat tersebut layak mendapatkan fitur EWA ini. Kami akan terus menambah program tambahan agar tidak hanya perusahaan, tapi juga pekerja yang mendapat benefit yang maksimal.”

Inovasi teranyar lainnya yang sedang dikembangkan perusahaan adalah fitur e-learning untuk membantu pekerja meningkatkan soft skill. Menariknya, Sampingan menghadirkan fitur ini berupa audio. Dalam suatu survei yang diselenggarakan perusahaan, mayoritas pekerja kerah biru ini ada di lapangan dan berpindah-pindah tempat sehingga sulit untuk menyiapkan waktu kosong untuk belajar bila dengan audio visual.

Tema-tema yang disampaikan dalam e-learning, sejauh ini masih bersifat dasar namun penting untuk diketahui. Seperti, syarat-syarat yang dibutuhkan bila ingin menjadi kurir, atau cara menyampaikan informasi yang lebih baik jika ingin menjadi orang pemasar.

“Kami bekerja sama dengan salah satu audio company untuk menyediakan e-learning via audio. Selain karena mereka selalu commuting, platform audio ini jauh lebih ramah kuota,” pungkasnya.

Problematika industri

Menurut sebuah riset, turnover pekerja kerah biru cukup tinggi. Rata-rata di perusahaan mencapai 20%. Turnover mengacu pada keluar masuknya pegawai yang mengisi posisi tertentu. Kondisi ini sebenarnya memberatkan perusahaan, karena dari survei yang sama dikemukakan bahwa biaya yang harus dikeluarkan untuk mengatasi turnover ini tidak murah, bisa mencapai $4,569.

Pekerja kerah biru identik dengan “pekerjaan kasar”. Jenis pekerjaan ini nyaris ada dan dibutuhkan di setiap lingkungan bisnis – ada yang sifatnya temporer, outsource, hingga pekerja tetap. Kecenderungan segmen ini dipenuhi kalangan low skill worker, orang-orang yang memiliki kompetensi minim – umumnya disebabkan karena akses ke pendidikan yang kurang baik. Menurut data BPS, per tahun 2019 kalangan low skill worker mendominasi sektor informal dengan angka 57,27%.

Rata-rata persentase turn-over pekerja kerah biru / EmployBridge
Application Information Will Show Up Here

The Performance of Job Listing Players Amid Pandemic

Pandemic “hit” all kinds of businesses. Millions of people in Indonesia have lost their jobs. This risk applied not only to blue-collar workers but also to the white-collars.

It is obvious from several global and local scale companies with massive efficiency in order to have a longer runway. All of the workers are quite affected and ended up exploring various job portals to survive.

Previously, DailySocial mentioned how blue-collar job portal players play a role in keeping the law of supply and demand in place. The conditions are not much different for the white-collar workers.

While many are looking for work, some companies freeze recruitment. The current condition is reflected on JobStreet Indonesia’s post, one of the biggest job vacancies site players in Indonesia, on their social media accounts uploaded on August 3rd. They wrote:

“Before the pandemic there could be 30k more vacancies. During the pandemic, there were only about 15k vacancies. Before the pandemic, one position (job vacancies) was usually 400-600 applicants. During a pandemic, one position can have 2k-3k applicants.”

The number is quite unique and Urbanhire is willing to provide its internal data. Urbanhire’s Founder and CEO, Benson Kawengian explained to DailySocial that generally in the third quarter is the peak time to start recruiting.

However, the company’s internal data as of the second quarter showed the ratio (see graphic) of shifting in the number of job seekers above the number of jobs available.

Data internal Urbanhire / Urbanhire
Urbanhire internal data / Urbanhire

“Five months since the pandemic started, new job vacancies entering the Urbanhire platform are still quite in the past few months. It is very different from earlier this year, where the number of vacancies per month could reach 500,” Benson said.

The opposite condition occurs in the number of job applicants. The number can reach 60 thousand per month. He concluded that the pandemic caused an imbalance in the supply of workers and the demand for jobs circulating in society.

New Recruitment

The employment ratio of workers with the vacancies is becoming more intense. Looking at the SEAcosystem.com spreadsheet document and local versions of similar documents, every day the list of laid-off startup workers continues to grow, although not all of them are displayed voluntarily here. From our observation, the majority of the divisions affected were marketing and engineering/product/IT.

Based on Urbanhire data, Benson showed one of the industries still recruiting and involved in the “green” industry during the pandemic was an e-commerce player.

“The government’s social distancing policy forces companies to apply WHF rules for their employees. As a result, there has been an increase in the use of digital-based technology and services. This results in an increasing need for companies for IT talent, as well as for remote workers. ”

The same condition was explained by Ekrut’s Co-Founder and CEO Steven Suliawan. IT-related talents and digital marketing are the most wanted job vacancies these days. From the type of industry, companies engaged in financial services, telecommunications, FMCG, and healthcare are active in recruiting and are not significantly affected by the pandemic.

“In terms of job roles in general, there has been a significant decrease, especially in some business-related matters. Surprisingly, although there has been a decline, the demand for tech-roles is not significantly dropped, such as the position of software engineering, product development, data analysis, and digital marketing position.”

Sumber: Unsplash
Source: Unsplash

Plays an important role

The role of Urbanhire and Ekrut is quite important in connecting information about job vacancies to prospective candidates. Benson said the pandemic has drastically affected the way companies recruit employees by running the recruitment process virtually remotely.

One of the technologies that can support this process is the Applicant Tracking System (ATS), which is increasingly being used by recruiters. Urbanhire issued a free subscription package and the unlimited resume search feature.

This free subscription package can be used by recruiters to post job vacancies and distribute them to various job vacancy portals and universities in Indonesia. Meanwhile, the next feature allows you to access millions of high-quality candidate profiles at no additional cost.

“We hope that companies in Indonesia will be better prepared to face changes due to the pandemic going forward. This readiness is in the form of a change in the way candidates are recruited, where many companies are already recruiting online ”

The previous graph, Benson continued, also indicates another insight that some companies are focusing on rightsizing, looking for the most appropriate number of headcount points (employees) in the midst of a pandemic.

Urbanhire alone does not position itself as a job portal only, but as HR technology and talent solutions, thanks to its strategic partnership with Mercer.

“We have some features to help companies during assessment and data analysis for rightsizing; and remote hiring to help companies which starting to ramp up activity hiring. ”

“We are sure that recruitment will rebound and return to pre-pandemic times after the vaccine came out. But even before the vaccine, digital talents will remain the hot candidates for at least the next five years regardless of the economic situation, “added Steven.

Ekrut has always been focused on fulfilling talents in the information technology field with job-roles ranging from software engineering, product management, data science/analysis, marketing and communications, and operations. The features they have developed include a talent marketplace and a marketplace curation algorithm (MCA).

Sumber: Unsplash
Source: Unsplash

Increasing opportunities

The initiation of the SEAcosystem.com spreadsheet and local versions of similar documents is another form of a simplified version of the job portal that connects them with companies that still hiring, not only a database of who and how many workers are affected.

Increasing job vacancies information will reduce the gap in the ratio of workers to companies looking for the best candidates. This method can be implemented in collaboration between the government and the private sector. In Indonesia alone, there were more than 20 job vacancy site players attending, both local and global, such as Indeed, JobsDB, and JobStreet.

In Singapore, the local Fintech Association has released a job and grant site that lists more than 500 vacancies in six categories, namely information technology, business development, data analytics, management and business, accounting and finance, and marketing and public relations.

The portal also highlights available grants and relevant training opportunities in the fintech sector.

Next, a collaboration between Indeed’s global job site and local governments in one of the U.S. states, Connecticut. Indeed created a customized job portal so that people or employers can open the portal to find or post job advertisements.

The types of jobs that are in high demand there, according to Indeed, are retail sales associates, pharmacy technicians, logistics couriers, customer service representatives, and jobs in the restaurant industry.

Indeed is also working with its competitor, Glassdoor, to provide Americans with the opportunity to return to work as there are more people there.

Both cross-promote their brands and the job listings available on both sites. Even recruiters who use the Indeed platform can reach their potential candidates through Glassdoor, and vice versa. With this kind of partnership, they claim to be able to reach around 80% of online job seekers.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Bagaimana Pemain “Job Listing” Memainkan Peran di Tengah Pandemi

Pandemi “berhasil” meluluhlantakkan berbagai bisnis. Jutaan orang di Indonesia kehilangan pekerjaan. Risiko tersebut mendera tak hanya pekerja kerah biru saja, tapi juga kerah putih.

Hal ini terlihat dari beberapa perusahaan skala global dan lokal yang melakukan efisiensi besar-besaran agar punya runway yang lebih panjang. Seluruh pekerja yang terdampak ini akhirnya menyerbu beragam portal lowongan kerja (job listing) untuk meneruskan hidup.

Sebelumnya DailySocial pernah membahas bagaimana pemain portal lowongan kerja di kerah biru memainkan peran untuk mempertahankan hukum supply dan demand tetap ada. Kondisi tidak jauh berbeda diambil pemain untuk pekerja kerah putih.

Banyak yang mencari kerja, sementara perusahaan menahan penambahan orang baru. Kondisi tersebut cukup tercermin dari data JobStreet Indonesia, salah satu pemain situs lowongan kerja terbesar di Indonesia, dalam akun media sosialnya yang diunggah pada 3 Agustus kemarin. Mereka menyebut:

“Sebelum pandemi bisa ada 30k lowongan lebih. Saat pandemi, lowongan cuma ada sekitar 15k. Sebelum pandemi, satu loker (lowongan pekerjaan) biasanya 400-600 pelamar. Saat pandemi, satu loker bisa ada 2k-3k pelamar.”

Angka ini menarik didalami lebih jauh dan Urbanhire bersedia memberikan data internal mereka. Kepada DailySocial, Founder dan CEO Urbanhire Benson Kawengian menerangkan umumnya pada kuartal ketiga adalah peak time untuk mulai merekrut.

Akan tetapi, dari data internal perusahaan per kuartal dua kemarin memperlihatkan rasio (lihat grafik) terjadi pergeseran jumlah pencari kerja di atas dari jumlah pekerjaan yang tersedia.

Data internal Urbanhire / Urbanhire
Data internal Urbanhire / Urbanhire

“Lima bulan sejak dimulainya pandemi, lowongan pekerjaan baru yang masuk ke platform Urbanhire setiap bulannya masih berada di angka yang cukup rendah. Berbeda jauh dari awal tahun ini, di mana jumlah lowongan per bulannya bisa mencapai 500,” papar Benson.

Kondisi sebaliknya terjadi di jumlah pelamar kerja yang mendaftar. Angkanya bisa menembus 60 ribu per bulannya. Ia menyimpulkan bahwa pandemi menyebabkan tidak seimbangnya jumlah supply pekerja dan demand pekerjaan yang beredar di masyarakat.

Perekrutan baru

Rasio diterimanya para pekerja dengan pekerjaan yang diincar menjadi lebih sengit. Menengok dokumen spreadsheet SEAcosystem.com dan dokumen sejenis versi lokal, setiap harinya daftar pekerja startup yang di-PHK terus bertambah, meski tidak semuanya ditampilkan secara sukarela di sini. Dari sekian banyak nama-nama di sana, mayoritas divisi yang terdampak adalah pemasaran dan engineering/product/IT.

Menurut data Urbanhire, Benson memperlihatkan salah satu industri yang masih melakukan perekrutan karena masuk industri “hijau” selama pandemi adalah pemain e-commerce.

“Adanya kebijakan social distancing dari pemerintah memaksa perusahaan untuk menerapkan aturan WHF bagi karyawannya. Akibatnya terjadi peningkatan penggunaan teknologi dan servis yang berbasis digital. Hal ini berakibat pada meningkatknya kebutuhan perusahaan akan talenta IT, juga pekerja remote.”

Kondisi yang sama dipaparkan Co-Founder dan CEO Ekrut Steven Suliawan. Talenta digital yang berkaitan dengan IT dan digital marketing adalah lowongan pekerjaan yang paling banyak dicari belakangan ini. Dari jenis industrinya, perusahaan yang bergerak di jasa keuangan, telekomunikasi, FMCG, dan healthcare termasuk aktif merekrut dan tidak begitu terefek oleh pandemi.

“Kalau dari job roles, secara umum ada penurunan yang cukup signifikan khususnya di beberapa yang berkaitan dengan bisnis. Surprisingly, demand untuk tech-roles meski ada penurunan tapi tidak terlalu drastis, seperti posisi software engineering, product development, data analysis, dan posisi digital marketing.”

Sumber: Unsplash
Sumber: Unsplash

Mainkan peran penting

Peran Urbanhire dan Ekrut cukup penting menyambungkan informasi mengenai lowongan pekerjaan kepada para calon kandidat. Benson menuturkan, pandemi secara drastis memengaruhi cara perusahaan merekrut karyawannya dengan menjalankan proses rekrutmen secara virtual dari jarak jauh.

Teknologi yang dapat mendukung proses tersebut salah satunya adalah Applicant Tracking System (ATS) yang semakin marak digunakan para rekruter. Urbanhire mengeluarkan paket berlangganan gratis dan fitur unlimited resume search.

Paket berlangganan gratis ini dapat dimanfaatkan rekruter untuk memasang lowongan pekerjaan dan mendistribusikannya ke berbagai portal lowongan kerja dan universitas-universitas di Indonesia. Sedangkan fitur berikutnya berguna untuk mengakses jutaan profil kandidat berkualitas tinggi tanpa biaya tambahan.

“Kami berharap perusahaan-perusahaan di Indonesia menjadi lebih siap menghadapi perubahan akibat pandemi ke depannya. Kesiapan tersebut berupa perubahan cara perekrutan kandidat, di mana banyak perusahaan yang sudah melakukan perekrutan secara online.”

Grafik sebelumnya, lanjut Benson, juga mengindikasikan adanya insight lain bahwa banyak perusahaan yang sedang fokus pada rightsizing, yaitu mencari titik jumlah headcount (pegawai) paling tepat di tengah masa pandemi.

Urbanhire sendiri tidak memosisikan diri sebagai portal lowongan pekerjaan saja, tetapi HR technology dan talent solutions, berkat kemitraan strategisnya dengan Mercer.

“Kami memiliki sejumlah fitur untuk membantu perusahan saat assessment dan data analysis untuk rightsizing; dan remote hiring untuk bantu perusahaan yang mulai ramp up activity hiring lagi.”

“Kami yakin kalau rekrutmen akan rebound dan kembali ke masa sebelum pandemi setelah vaksin keluar. Tapi bahkan sebelum adanya vaksin, digital talents akan tetap menjadi kandidat-kandidat seksi yang sangat diminati setidaknya hingga lima tahun ke depan bagaimanapun keadaan ekonominya,” tambah Steven.

Ekrut dari awal berfokus pada pemenuhan talenta di bidang teknologi informasi dengan job-roles dari software engineering, product management, data science/analysis, marketing and communications, dan operations. Fitur yang mereka kembangkan di antaranya talent marketplace dan marketplace curation algorithm (MCA).

Sumber: Unsplash
Sumber: Unsplash

Perbanyak jalur informasi

Inisiasi dari spreadsheet SEAcosystem.com dan dokumen sejenis versi lokal adalah bentuk lain dari portal lowongan kerja versi sederhana yang menghubungkan mereka dengan perusahaan yang masih membuka perekrutan, tak hanya mendata siapa saja dan berapa banyak pekerja yang terdampak.

Memperbanyak informasi lowongan pekerjaan akan memperkecil gap rasio para pekerja dengan perusahaan yang mencari kandidat terbaik. Cara tersebut bisa diimplementasikan dengan kolaborasi antara pemerintah dengan swasta. Di Indonesia sendiri, ada lebih dari 20 pemain situs lowongan pekerjaan yang hadir, baik dari lokal maupun global seperti Indeed, JobsDB, dan JobStreet.

Di Singapura, Asosiasi Fintech setempat merilis situs lowongan dan hibah yang mencantumkan lebih dari 500 lowongan di enam kategori, yaitu teknologi informasi, business development, data analytics, manajemen dan bisnis, akuntansi dan keuangan, serta pemasaran dan hubungan masyarakat.

Portal tersebut juga menyoroti dana hibah yang tersedia dan peluang pelatihan yang relevan di sektor fintech.

Berikutnya, kolaborasi antara situs lowongan kerja global Indeed dengan pemerintah lokal di salah satu negara bagian A.S, yakni Connecticut. Indeed membuat portal pekerjaan yang sudah dikustomisasi, sehingga masyarakat atau pemberi kerja dapat membuka portal untuk menemukan atau memasang iklan kerja.

Jenis pekerjaan yang paling banyak diminati di sana, menurut pihak Indeed, adalah retail sales associates, teknisi apotek, kurir logistik, perwakilan layanan pelanggan, dan pekerjaan di industri restoran.

Indeed juga bekerja sama dengan kompetitornya, Glassdoor, untuk memberikan kesempatan ke orang Amerika Serikat untuk kembali bekerja karena di sana makin banyak penduduk yang menganggur.

Keduanya mempromosikan secara silang merek mereka dan daftar pekerjaan yang tersedia di kedua situs tersebut. Pun para rekruter yang menggunakan platform Indeed dapat menjangkau calon kandidat mereka melalui Glassdoor, begitupun sebaliknya. Dengan kemitraan seperti ini, mereka mengklaim dapat menjangkau sekitar 80% pencari kerja online.

Aplikasi Job2Go Tawarkan Layanan Pencarian Kerja Berbasis On-demand

Industri startup di Indonesia kembali kedatangan pemain baru. Melalui PT Sinergi Performa Cipta, aplikasi pencarian lowongan kerja berbasis on-demand, Job2Go resmi diperkenalkan.

Dalam keterangan resmi kepada DailySocial, Co-founder dan CEO Job2Go Kurniawan Santoso menyebutkan ada sejumlah faktor yang mendorong pengembangan layanan tersebut. Pertama, meningkatnya tren pekerja kekinian di Indonesia yang mengedepankan jam kerja dan lokasi fleksibel, serta mau mencoba berbagai pekerjaan baru.

Hal ini turut diperkuat oleh riset PersolKelly 2018 APAC Workforce Insight yang menunjukkan sebanyak 39 persen responden di Indonesia berminat mencari pekerjaan yang lebih fleksibel dari sisi kontrak kerja.

Selain itu, peningkatan tren ini juga dipicu oleh model bisnis gig-economy yang menekankan efisiensi dan efektivitas dengan teknologi. Istilah gig-economy merujuk pada ekosistem di mana seseorang melakukan pekerjaan on-demand atau jangka pendek.

Perkembangan teknologi mobile memicu semakin banyak yang ingin berpartisipasi di gig-economy. Hal ini mendorong perubahan perilaku konsumen yang menginginkan jasa atau produk yang serba instan dan customized, seperti di sektor e-commerce dan transportasi.

Menurutnya tren ini memberikan dampak positif yang menumbuhkan sektor ketenagakerjaan, mulai dari pekerja paruh waktu (freelance worker), pekerja mandiri (independent worker), dan staf yang direkrut untuk jangka pendek atau saat dibutuhkan (on-demand worker)

Di sisi lain, kita tidak dapat mengabaikan bahwa angka pengangguran semakin tinggi. Bagi mereka yang minim kemampuan kerja (low skill), pencarian kerja tentu menjadi masalah. “Maka itu, Job2Go membidik siapapun yang ingin cepat dapat pekerjaan yang menonjolkan pada pekerjaan sederhana dan tanpa keahlian khusus,” paparnya.

Dari sisi produk, aplikasi Job2Go dibekali teknologi Artificial Intelligence (AI) untuk mendapatkan kecocokan antara penawaran dan permintaan kerja. Selain itu juga menyediakan informasi lowongan pekerjaan on-demand dan pekerjaan lain yang tersedia di lokasi dekat para pencari kerja.

“Kami mengolah informasi dasar dari pekerja, seperti pendidikan dan keterampilan dipadukan dengan catatan performa pekerjaan sebelumnya,” ungkap Kurniawan.

Adapun Job2Go menawarkan berbagai pilihan jenis pekerjaan, mulai dari tenaga penjualan, merchandising, SPG, staf pemasaran, staf administrasi, staf magang, dan akan berkembang pada berbagai profesinya lainnya.

Kemudian, untuk memperkuat layanannya, Job2Go menyediakan sistem pembayaran pekerjaan yang terintegrasi di dalam saldo aplikasi.

Sebagai informasi, Job2Go dikembangkan oleh anak Indonesia yang telah mengantongi pengalaman di sejumlah perusahaan global. Kurniawan Santoso, misalnya, pernah bekerja di beberapa perusahaan Silicon Valley, seperti Google, Oracle, dan Facebook.

Kemudian, Co-founder & COO Saat Prihartono pernah berkarier di OVO dan perusahaan FMCG. Terakhir, Co-founder & CPO Andry Huzain sebelumnya adalah Co-founder TunaiKita dan pernah berkarier sebagai posisi senior di perusahaan digital.

Saat ini aplikasi Job2Go sudah tersedia di Google Play Store dan akan menyusul untuk versi iOS di App Store.

Application Information Will Show Up Here

Youthmanual Berubah Jadi “Rencanamu”, Tegaskan Diri sebagai Platform Perencanaan Karier untuk Pelajar

Youthmanual telah resmi rebranding menjadi Rencanamu, untuk semakin menegaskan diri sebagai layanan yang membantu siswa/i dan mahasiswa merencanakan karier masa depan. Visinya sebagai “link and match” antara pendidikan dengan industri dan meningkatkan daya saing bangsa di era industri 4.0.

Melalui situs web dan aplikasi, Rencanamu menyediakan ragam fitur untuk persiapan karier, pengembangan talenta, dan proses rekrutmen yang dipersonalisasi. Didasarkan pada data-data yang terekam sistem, secara otomatis layanan tersebut juga akan menghubungkan siswa/i dan mahasiswa dengan beragam peluang ekonomi seperti magang, pekerjaan, beasiswa dan kuliah yang sesuai dengan preferensi.

Co-founder & CEO Rencanamu Rizky Muhammad mengatakan, berdasarkan riset internal yang dilakukan 3 tahun terakhir terungkap beberapa fakta mengenai kondisi talenta dan ketimpangan antara supply & demand. Seperti 92% siswa SMA/SMK sederajat bingung dan tidak tahu akan menjadi apa ke depannya; 45% mahasiswa merasa salah mengambil jurusan; hingga meningkatnya pengangguran terselubung (underemployment) dan tingginya pengangguran (unemployment) di kalangan anak muda.

“Di sinilah platform Rencanamu berperan sebagai fasilitator dalam memberikan program persiapan karier dan pengembangan talenta yang terstruktur, menyeluruh, terintegrasi,” jelas Rizky.

Dengan Rencanamu, siswa/i dan mahasiswa dapat mengikuti rangkaian persiapan karier yang terdiri dari self discovery, eksplorasi, perencanaan karier, hingga siap kerja – dengan ragam sumber daya yang tersedia. Kerangka perencanaan karier dan pengembangan talenta dikembangkan berdasarkan riset dan telah divalidasi oleh industri, diklaim terbukti dapat meningkatkan kesiapan kerja (employability) penggunanya.

Rizky juga menambahkan, fitur analisis yang disematkan di Rencanamu memberikan gambaran terkini mengenai kondisi talenta dan permintaan industri yang berguna bagi pemerintah, baik di tingkat provinsi atau pun pusat dalam memahami lanskap ketenagakerjaan. Fitur pencarian kampus, beasiswa, program studi, hingga profesi turut disematkan untuk memperkaya wawasan pengguna.

Sejak meluncur tahun 2017, platform  telah membantu sekitar 1,6 juta pengguna. Hingga satu tahun ke depan, tim Rencanamu optimis bisa menambah jumlah tersebut hingga 5 juta pengguna.

Untuk menggunakan layanan Rencanamu, pengguna dibebankan biaya akses. Biaya tersebut menyesuaikan paket yang dipilih. Selain secara personal, paket berlangganan juga menargetkan institusi pendidikan. Pelaku usaha atau korporasi juga bisa memanfaatkan platform untuk membantu menemukan potensi talenta untuk dipekerjakan.

Application Information Will Show Up Here

Rencana Marketplace Pekerja Lepas “Sribulancer” di Tahun 2019

Bertujuan untuk menyeleksi tenaga pekerja lepas (freelancer) terpilih dan berkualitas, Sribulancer platform marketplace pekerja lepas profesional melakukan kurasi terhadap kandidat yang terdaftar. Dari 17 ribu pekerja lepas yang ada sebelumnya, setelah proses kurasi kini Sribulancer hanya mempertahankan sekitar 5 ribu kandidat.

Kepada DailySocial CEO Sribulancer Ryan Gondokusumo mengungkapkan, proses yang dilakukan pada bulan Februari 2019 ini bertujuan untuk menyeleksi freelancer berdasarkan portofolio dan juga kerja sama freelancer dalam melakukan tugasnya. Beberapa tolok ukurnya adalah ketepatan waktu dan ketanggapan respons freelancer saat berkomunikasi, baik dengan tim Sribulancer maupun dengan klien.

“Tujuan utama dari kurasi ini adalah untuk meningkatkan kualitas freelancer yang bergabung dengan kami, sehingga pada akhirnya juga akan meningkatkan kepercayaan klien, baik kepada Sribulancer sebagai penyedia platform, maupun kepada freelancer yang akan melakukan tugas.”

Selain melakukan kurasi tenaga freelancer, Sribulancer juga telah mendapatkan pendanaan dari perusahaan crowdsourcing terbesar di Jepang yaitu Crowdworks.jp pada tahun 2018 lalu. Disinggung apakah tahun ini Sribulancer memiliki rencana untuk melakukan fundraising, Ryan menyebutkan jika sesuai rencana akhir tahun 2019 kegiatan penggalangan dana kembali dilakukan.

Meluncurkan aplikasi

Setelah sebelumnya lebih banyak diakses oleh pengguna melalui situs dan mobile browser, tahun 2019 ini Sribulancer juga memiliki rencana untuk meluncurkan aplikasi. Saat ini masih proses persiapan dan beta version, jika sesuai dengan rencana dalam aplikasi Sribulancer akan segera diluncurkan.

Untuk meningkatkan performa platform, Sribulancer juga dilengkapi dengan beberapa fitur seperti penyaringan untuk memastikan kualitas anggotanya yang terdaftar sebagai pencari kerja. Ada juga fitur review yang memungkinkan perusahaan melihat rekam jejak para freelancer yang melamar pekerjaan di situs ini. Fitur chat room di mana seluruh proses rekrut dilakukan di dalam situs ini dan sistem pembayaran yang dikelola langsung oleh manajemen Sribulancer.

“Tidak hanya itu, bila perusahaan atau klien tidak puas dengan pekerjaan freelancer yang direkrut di situsnya, Sribulancer memberikan jaminan uang kembali (money back guarantee) karena pembayaran akan dipegang oleh Sribulancer terlebih dulu, hingga pekerjaan antara klien dan freelancer selesai. Kategori yang kami tawarkan fokus kepada hal berbau konten seperti jasa penulisan, desain, fotografi dan video,” kata Ryan.

Saat ini Sribulancer mengklaim telah telah membantu 15 ribu lebih klien berbayar. Sribulancer mencatat, kebanyakan lokasi klien berada di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya dan juga luar negeri seperti Thailand dan Singapura. Klien Sribulancer yang sebelumnya lebih banyak dari latar belakang UKM, sekarang mulai merambah ke perusahaan menengah dan besar dengan bidang beragam yang di antaranya adalah properti, F&B, dan juga perbankan.

“Sementara freelancer kami banyak tersebar di kota Jakarta, Yogyakarta, Bandung dan lainnya. Pekerjaan yang banyak dicari adalah desain dikarenakan melalui Sribulancer, klien mendapatkan variasi desainer yang dapat dipilih dan tentunya dengan beragam desain yang berbeda,” kata Ryan.

Strategi bersaing dengan layanan serupa

Melihat potensi yang masih sangat besar di Indonesia, Sribulancer tidak memiliki rencana untuk melakukan ekspansi ke negara lain. Sribulancer masih ingin tetap fokus di pasar Indonesia karena pasarnya dinilai masih sangat besar dan juga kemungkinan untuk menambah kategori jasa yang dapat ditugaskan kepada freelancer Sribulancer berdasarkan data yang didapatkan dari permintaan pasar.

Sementara itu disinggung tentang strategi Sribulancer agar bisa bersaing dengan layanan serupa yang saat ini makin banyak hadir, Ryan menegaskan sesuai dengan visi Sribulancer yaitu “home of world class freelancers” dengan misi “to change the way people work”. Oleh karena itu Sribulancer fokus kepada penetrasi ke pasar dengan strategi yang memprioritaskan kualitas freelancer melalui kecepatan dan hasil kerjanya.

“Kami telah melakukan kurasi dengan menyeleksi ulang freelancer terdaftar kami. Kami juga tengah meningkatkan kerja sama melalui program cross promotion bersama pihak lain seperti coworking space, event bertema digital, maupun komunitas sosial,” tutup Ryan.

Techinlabs Ingin Sederhanakan Proses Rekrutmen Talenta Teknologi Informasi

Mendapatkan talenta bagi startup masih menjadi sebuah tantangan. Terlebih talenta di bidang teknologi informasi (selanjutnya disebut “IT”) yang berkualitas. Berangkat dari permasalahan ini, Moch Ardyansah dan Niken Purwiyanto mengembangkan Techinlabs — sebuah hiring platform yang diharapkan bisa membantu startup dan perusahaan mencari talenta IT berkualitas.

Kepada DailySocial, Ardy menjelaskan bahwa ia dan tim berusaha mengembangkan sebuah solusi fast hiring talenta yang bisa membantu perusahaan teknologi baik di Indonesia maupun di Asia Tenggara.

“Techinlabs sendiri didirikan oleh saya [Ardy] dan Niken, mantan karyawan Circledoo, yang khawatir melihat teman-teman yang ingin membuat startup kesulitan untuk membangun karena tidak mempunyai talenta yang berkualitas di bidang IT. Berangkat dari keresahan ini, akhirnya kami memutuskan untuk membuat platform yang menghubungkan perusahaan dengan talenttalent berkualitas,” cerita Ardy.

Lebih jauh Ardy menjelaskan bahwa saat ini mereka tengah mengembangkan sebuah platform yang nantinya akan mempermudah HR untuk mendapatkan talenta IT dengan cara yang cepat dan mendapatkan kandidat yang tepat.

Tiga fitur utama yang ada di platform Techinlabs adalah Talent Searching yang akan memudahkan tim HR mencari calon karyawan, Talent Processing, dan Talent Dealing yang akan membantu HR menindaklanjuti sampai ke proses rekrutmen.

Dimulai sejak awal tahun 2018, Techinlabs melewati tahun pertama dengan klaim capaian yang membanggakan. Di awal Maret ini mereka memiliki 6528 talenta IT dengan jumlah klien mencapai 70 lebih dengan sukses rasio mencapai 93%. Techinlabs juga berusaha mendapatkan lebih banyak talenta dengan aktif masuk ke komunitas-komunitas developer yang ada.

“Untuk mendapatkan talenta banyak dalam waktu sebentar, kami memulai dengan masuk ke dalam ekosistem/komunitas, aktivasi kampus, dan lewat Developer Talks, salah satu produk Techinlabs untuk mempertemukan developer expert dengan tech enthusiast, baik junior maupun senior, bisa belajar banyak dari developer, bisa live coding dengan developer expert juga,” imbuh Ardy.

Dari segi bisnis, di akhir tahun 2018 Techinlabs mendapat suntikan dana dari IDTalent, sebuah bisnis penyedia platform talent management. Ardy tidak menjelaskan angka pasti yang diterima Techinlabs, hanya saja tahun ini mereka tengah menyiapkan platform hiring process dan aktif menjaring lebih banyak talenta.

“Untuk tahun ini kami sedang mempersiapkan platform hiring process untuk mempermudah perusahaan mendapatkan talenta IT dengan cepat dan tepat dan kami berharap menjadi platform hiring terbesar di Indonesia, bahkan Asia Tenggara, sehingga bisa membantu talenta yang butuh kerja dan membuat ekosistem terus maju. Untuk mencapai hal ini, Techinlabs juga menangani talenta lulusan SMA/SMK atau lulusan non-IT yang mempunyai skill di bidang IT bahkan melatihnya lagi agar lebih siap dan berkualitas untuk perusahaan yang membutuhkan talenta IT dengan adanya Codemy by Techinlabs yang segera kami rilis,” tutup Ardy.

Aplikasi “Sampingan” Coba Sederhanakan Model Bisnis “Outsourcing” Pekerjaan

Aplikasi Sampingan didesain membantu masyarakat menemukan pekerjaan temporer untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Para founder terinspirasi dari bisnis outsourcing, mereka mengenakan harian atau bulanan ke pekerja. Dalam proses kerjanya, Sampingan menggunakan pendekatan yang hampir mirip dengan model outsourcing, memberikan bayaran berdasarkan hasil kinerja (pay per performance).

“Fitur terbaik yang kami tawarkan adalah kebebasan bagi para agen untuk bisa memilih apa, kapan, di mana dan bagaimana mereka menjalankan dan menyelesaikan pekerjaannya. Sementara untuk bisnis (pemberi pekerjaan), Sampingan dapat membantu karena tidak ada manpower fixed cost yang tidak sebanding dengan result yang harus dikeluarkan setiap bulan,” ujar Business Development Manager Sampingan Vinno Zahran.

Sampingan menerapkan model pay per performance bagi rekanan dan agen. Agen (disebut dengan “Kawan Sampingan”) akan mendapatkan bayaran jika berhasil menyelesaikan suatu pekerjaan yang ada di dalam aplikasi. Dengan sistem kemitraan, maka Kawan Sampingan bisa dengan bebas memilih preferensi pekerjaan sesuai keinginan dan minat.

Untuk menjalankan operasionalnya, saat ini Sampingan sudah mendapatkan pendanaan awal dari dua investor, yakni Golden Gate Ventures dan Antler. Total nilai pendanaan yang didapat ialah $600.000 atau setara dengan 8.7 miliar Rupiah.

Vinno menyampaikan, berbekal pendanaan yang dimiliki, Sampingan ingin terus meningkatkan awareness masyarakat terhadap potensi pekerjaan di sekitar mereka. Tahun 2019 ada beberapa agenda yang akan dilakukan. Selain pengembangan produk, tim Sampingan juga ingin memberikan kegiatan dukungan untuk para agennya di lapangan.

Aplikasi Sampingan
Co-Founder Sampingan Margana Mohamad dan Wisnu Nugrahadi / Sampingan

Sampingan didirikan oleh tiga orang founder, yakni Wisnu Nugrahadi, Margana Mohamad, dan Dimas Pramudya. Ketiganya adalah lulusan manajemen Universitas Padjadjaran. Wisnu dan Dimas sebelumnya berpengalaman sebagai tim pengembang dan produk di Gojek. Sedangkan Margana memiliki dan menjalankan bisnis outsourcing.

Melalui pendekatan digital, Sampingan ingin membuat model outsourcing menjadi lebih mudah diakses. Dan mendapati target sasaran (lapangan kerja) yang tepat, langsung kepada masyarakat.

Application Information Will Show Up Here

Ambisi Kalibrr Mentransformasi Proses Rekrutmen di Indonesia

Perusahaan seringkali kewalahan setiap kali merekrut kandidat untuk menempati suatu posisi karena proses yang harus ditempuh tidak efisien dan sangat manual. Hal ini membuat ongkos yang dikeluarkan membengkak, belum lagi ada potensi tidak cocok dengan kandidatnya. Kalibrr hadir mencoba menyelesaikan permasalahan tersebut.

Kalibrr adalah perusahaan asal Filipina yang mulai beroperasi di Indonesia sejak 2016. Perusahaan menggabungkan platform rekrutmen berbasis AI dan layanan employer branding untuk membantu perusahaan menunjukkan nilai-nilai mereka, menarik kandidat tepat, dan merealisasikan proses yang mulus.

Managing Director Kalibrr Indonesia Sanuk Tandon menerangkan, salah satu tools yang diunggulkan adalah tes soft skill secara online sesuai dengan spesialisasi para kandidat. Tes ini menjadi pengganti psikotes yang lumrah dilakukan untuk proses rekrutmen konvensional.

Ia mencontohkan, untuk kandidat di posisi data scientist ada salah satu tes yang disebut data interpretation. Setelah mengikuti tes ada skor yang didapat dan bisa menjadi referensi untuk perekrut. Semakin banyak tes yang relevan diikuti oleh kandidat, maka memudahkan perekrut untuk mengambil keputusan.

Tidak sembarang soal tes ini dibuat, Kalibrr bekerja sama dengan Asian Development Bank (ADB) yang secara spesifik peduli dengan peningkatan kualitas SDM di negara berkembang. Tak hanya tes soft skill, perusahaan bisa mencantumkan sendiri pertanyaan yang ingin diisi oleh para kandidatnya.

Kecenderungan kandidat untuk mengisi seluruh tes, menurut Sanuk, mayoritas cukup baik terutama di kalangan anak muda.

“Kalau psikotes itu untuk melihat logika berpikir, sementara kalau kita melihatnya sekarang ini perusahaan butuh soft skill sederhana karena lebih relevan dengan kebutuhan mereka,” terangnya kepada DailySocial.

Diferensiasi lainnya dengan pemain job portal yang sudah ada, Kalibrr secara spesifik menyasar lowongan pekerjaan secara terkurasi. Basis data Kalibrr cukup kuat untuk lowongan terkait teknologi, contohnya lowongan soal data scientist, desaigner, engineer, dan sebagainya.

Beda halnya LinkedIn lebih memposisikan sebagai job agregator, juga lowongan pekerjaan yang dipajang di JobStreet cenderung lebih umum sehingga kurang niche.

“Kami lebih premium, kandidat bisa di-review langsung perekrut dari Kalibrr. User experience yang kami tawarkan juga sangat diunggulkan.”

Teknologi AI yang dihadirkan Kalibrr berfungsi untuk memberikan kandidat terbaik untuk perekrut dari database kandidat yang aktif di situs. Hal ini menurut Sanuk akan menghasilkan tingkat keberhasilan yang lebih tinggi bagi perusahaan dan memberikan kesempatan untuk meraih kandidat dengan peran pekerjaan yang memiliki peluang lebih tinggi.

Sebab sistem mencari kandidat selama 24/7 dan menyasar mereka yang berstatus masih bekerja di perusahaan, namun membuka peluang untuk berkarier di tempat baru.

Perkembangan Kalibrr Indonesia

Sejak hadir di Indonesia, sambung Sanuk, perusahaan kini memiliki 650 ribu kandidat yang mencatatkan profilnya. Tumbuh pesat dibandingkan pada tahun lalu hanya 40 ribu kandidat. Ditargetkan angkanya dapat tembus 1 juta kandidat pada tahun depan.

Adapun perekrut yang sudah memanfaatkan layanan Kalibrr di antaranya, Gojek, Bukalapak, Lazada, BCA, Bank Mandiri, Unilever, PwC dan sebagainya. Bila ditotal jumlahnya sekitar 300 perusahaan.

Menurut Sanuk, meski beberapa nama perusahaan di atas adalah perusahaan papan atas, namun sebenarnya layanan Kalibrr juga bisa digunakan oleh perusahaan startup yang baru berdiri. Sebab model bisnis Kalibrr adalah berlangganan tergantung paket yang dibutuhkan perekrut.

“Startup yang masih baru pun bisa jadi klien kami karena pada dasarnya dua jenis perusahaan ini butuh sistem HRD untuk memudahkan pekerjaan rekrutmen.”

Untuk rencana Kalibrr pada tahun depan, perusahaan mau menambah kemitraan dengan berbagai universitas, asosiasi mahasiswa Indonesia di luar negeri, media sosial, dan sebagainya. Tujuannya untuk menjaring kandidat yang tepat sasaran dan mempertemukan kandidat dengan perusahaan terkemuka dalam rangka memberikan pengalaman di bidang karier yang potensial.

Di samping itu, inovasi agar proses rekrutmen yang lebih baik juga siap digencarkan. Secara grup, Kalibrr tengah mempersiapkan rencana untuk ekspansi ke Vietnam pada tahun depan. Vietnam akan jadi negara kedua setelah Indonesia.

Application Information Will Show Up Here