Firmware Update Hadirkan Opsi Perekaman Video HDR pada Insta360 One X

Klaim produsen untuk merilis firmware update atas hardware buatannya secara rutin sering kali dipandang sebelah mata oleh konsumen. Pasalnya, sering kali updateupdate ini memang hanya mendatangkan penyempurnaan yang bersifat minor. Namun tidak selamanya situasinya harus seperti itu.

Bulan lalu, pengembang action cam 360 derajat Rylo merilis firmware update yang amat signifikan dampaknya; meningkatkan resolusi video tangkapan kamera dari 4K menjadi 5,8K, membuatnya jadi setara dengan kamera pesaing yang usianya setahun lebih muda, yakni Insta360 One X.

Sekarang, giliran Insta360 yang secara tak langsung ‘membalas’ dengan merilis firmware update untuk One X. Update tersebut menghadirkan mode perekaman video HDR, padahal sebelumnya HDR cuma tersedia pada pengambilan gambar still saja. Berkat HDR, kondisi pencahayaan pada video yang ditangkap jadi lebih berimbang; highlight tidak terlampau terang, shadow tidak kelewat gelap.

Selain video HDR, update ini juga mendatangkan integrasi Google Maps Street View, sebuah fitur yang selama ini menjadi andalan lini Insta360 Pro. Melalui aplikasi pendamping One X di ponsel, video 360 derajat yang direkam dapat dikonversi secara otomatis menjadi kumpulan foto 360 derajat sebelum akhirnya diunggah ke platform Google.

Kalau sudah seperti ini situasinya, salah besar apabila kita sebagai konsumen mengesampingkan komitmen produsen terkait dukungan terhadap produknya. Daripada harus membeli hardware baru, terkadang fitur anyar bisa kita dapatkan secara cuma-cuma melalui firmware update, dan ini telah dibuktikan baik oleh Rylo maupun Insta360.

Sumber: DPReview.

Berkat Firmware Update, Rylo Kini Dapat Merekam Video 360 dalam Resolusi 5,8K

Setahun lalu, pencipta teknologi Hyperlapse memutuskan untuk terjun ke bidang hardware dan merilis Rylo, kamera 360 derajat yang dibekali sistem stabilization super-efektif. Di samping stabilization, fitur unggulan Rylo lainnya adalah kemampuan untuk ‘mengekstrak’ hasil rekaman menjadi video 1080p normal (non-360).

Kendalanya, resolusi 4K kurang bisa memberikan detail yang bagus pada hasil konversinya menjadi video dengan aspect ratio 16:9. Namun pengembangnya sudah menyiapkan solusinya. Melalui firmware update terbaru, Rylo kini bisa merekam video 360 derajat dalam resolusi 5,8K.

Resolusinya ini sedikit lebih tinggi daripada Insta360 One X yang baru dirilis bulan lalu. Namun yang lebih penting adalah, peningkatan resolusi ini semestinya bisa menghasilkan lebih banyak detail, baik pada video 360 derajat maupun video standar hasil konversinya.

Dalam kesempatan yang sama, Rylo juga kedatangan aplikasi pendamping untuk perangkat desktop, meski sayang baru untuk platform macOS saja. Sebelumnya, pengguna harus menggunakan iPhone atau ponsel Android untuk bisa mengedit hasil tangkapannya.

Apa yang dilakukan pengembang Rylo ini sejatinya patut diapresiasi. Ketimbang menelurkan produk generasi kedua dengan pembaruan yang kurang begitu signifikan – dan yang semestinya bisa diwujudkan melalui software – mereka terus rajin merilis firmware update demi menjadikan Rylo lebih menonjol dibandingkan rival-rivalnya.

Sumber: DPReview dan Rylo.

Berkat Aplikasi Collect, Pengguna Dapat Mengekstrak Video Non-Spherical dari Kamera 360 Derajat Apapun

Kamera 360 derajat ada banyak, tapi tiga yang paling menonjol adalah GoPro Fusion, Rylo dan Insta360 One X. Salah satu alasannya adalah karena ketiga kamera tersebut mampu mengekstrak video standar (non-spherical) beresolusi 1080p dari hasil rekaman segala arahnya.

Berkat fitur ini, pengguna pada dasarnya tidak perlu pusing soal framing komposisi. Mereka hanya perlu merekam seperti biasa, lalu setelahnya baru menentukan ke mana arah bidikan kamera lewat aplikasi pendamping masing-masing perangkat.

Pengguna kamera 360 derajat lain tidak perlu berkecil hati, sebab mereka tidak perlu membeli kamera baru untuk bisa menikmati fitur serupa. Mereka dapat memanfaatkan aplikasi smartphone baru bernama Collect yang dirancang secara spesifik untuk mewujudkan fitur ini pada kamera 360 derajat lain selain tiga yang tadi saya sebutkan.

Mengedit video 360 derajat menggunakan Collect ibaratnya seperti menjadi seorang sutradara. Pengguna bebas menentukan perspektif dari video yang hendak dihasilkan dengan sejumlah pilihan aspect ratio, dan hasilnya pun bisa sampai resolusi 4K.

Collect video app

Aplikasi ini sejatinya sangat cocok bagi pengguna kamera 360 derajat yang ingin membagikan momen tangkapannya ke platform seperti Instagram, atau lebih spesifik lagi, Instagram Stories yang serba vertikal. Kalau perlu, pengguna juga bisa menghasilkan video dengan efek “Tiny Planet” yang unik.

Di samping itu, fungsi penyuntingan standar seperti trimming tetap tersedia, demikian pula kemampuan untuk menjejalkan lagu, filter maupun sticker. Pengaturan kecepatan (slow-motion atau fast-motion) juga bisa diterapkan lewat aplikasi ini.

Versi beta aplikasinya saat ini sudah tersedia untuk Android maupun iOS. Collect dapat diunduh secara cuma-cuma, tapi ada opsi in-app purchase untuk menghilangkan watermark dari hasil suntingannya. Daftar kamera 360 derajat yang kompatibel bisa langsung dilihat pada deskripsi aplikasinya.

Sumber: DPReview.

Insta360 One X Dapat Merekam Dalam Resolusi 5,7K dengan Sangat Stabil

GoPro punya teknologi HyperSmooth, Insta360 punya FlowState. Tujuan yang hendak dicapai keduanya sama persis, yakni mewujudkan sistem stabilization yang sangat efektif sampai-sampai perangkat tidak perlu dipasangkan pada gimbal guna menciptakan video yang mulus.

Teknologi FlowState ini kembali menjadi sorotan melalui kamera 360 derajat baru bernama Insta360 One X. Sesuai namanya, ia merupakan penerus dari Insta360 One yang diluncurkan tahun lalu, dan bersamanya datang sederet pembaruan yang menarik.

Dari segi estetika, desain One X berubah cukup signifikan. Yang tadinya serba mengilap (glossy) kini berubah menjadi matte, dengan bodi yang lebih tipis dari sebelumnya (28 mm). Juga baru adalah layar indikator kecil pada salah satu sisi One X.

Insta360 One X

Di balik sepasang lensa 200° f/2.0 miliknya, tertanam dua sensor CMOS 1/2,3 inci bikinan Sony, masing-masing dengan resolusi 18 megapixel. Kenapa resolusinya turun? Karena ukuran pixel individual pada sensor One X lebih besar, yang berarti kualitas gambarnya di kondisi minim cahaya pasti lebih bagus.

Resolusi fotonya boleh turun, tapi resolusi videonya malah meningkat pesat. One X mampu merekam video 360 derajat dalam resolusi maksimum 5,7K 30 fps. Kalau yang dicari frame rate tinggi, masih ada opsi perekaman dalam resolusi 4K 50 fps atau 3K 100 fps.

HDR, time lapse, hyperlapse, semuanya tersedia pada One X. Demikian pula kemampuan untuk ‘mengekstrak’ video normal (non-360) pasca perekaman, sehingga pengguna dapat mengubah perspektif video dengan mudah.

Insta360 One X

Terkait FlowState, Insta360 mengklaim algoritmanya telah diperbarui sehingga efeknya bakal lebih terasa pada One X. Juga unik adalah fitur Bullet Time, di mana kamera akan merekam dalam perspektif mengorbit dengan efek slow-motion. Di One X, fitur ini memiliki sudut pandang yang lebih luas lagi beserta resolusi yang lebih tinggi (3K).

Selain Bluetooth, One X turut mengemas konektivitas Wi-Fi 5,8 GHz yang menjanjikan proses transfer data lebih cepat (transfer via kabel juga mungkin dilakukan). One X dibekali baterai 1.200 mAh, dengan estimasi daya tahan hingga satu jam saat dipakai merekam dalam resolusi 5,7K 30 fps.

Deretan aksesori

Insta360 One X cases

Seperti pendahulunya, One X dikategorikan sebagai action cam oleh Insta360. Maka dari itu, wajar apabila tersedia sejumlah aksesori opsional untuknya, dari yang umum sampai yang cukup nyentrik.

Yang umum adalah dua jenis casing: Venture Case untuk menambah ketangguhannya, dan Dive Case untuk kegiatan menyelam sampai kedalaman 30 meter. Kemudian ada pula monopod sepanjang 3 meter yang tidak akan kelihatan wujudnya pada hasil perekaman sebab aplikasi pendamping One X bakal menghapusnya secara otomatis, sehingga kamera terkesan sedang melayang.

Insta360 One X GPS Smart Remote

Aksesori lain yang tak kalah unik adalah GPS Smart Remote, yang memudahkan pengguna untuk mengontrol kamera ketika sedang terpasang, misalnya, di atas helm. Di saat yang sama, remote tersebut juga akan merekam data GPS secara lengkap, termasuk halnya informasi kecepatan, arah, elevasi, dan tentu saja lokasi.

Insta360 One X Drifter

Terakhir, ada aksesori nyentrik bernama Drifter yang bentuknya mirip roket kecil atau dart. Selipkan One X ke dalamnya, tekan tombol record, lalu lemparkan seperti sebuah dart. Hasilnya adalah video slow-mo di udara yang Insta360 sebut dengan istilah Drift Shot.

Harga dan ketersediaan

Insta360 One X rencananya akan dipasarkan mulai 17 Oktober seharga $400, lebih mahal $100 dari pendahulunya. Harganya masih lebih terjangkau ketimbang kamera 360 derajat lain seperti Rylo maupun GoPro Fusion.

Sumber: Insta360.

Facebook Singkap Manifold, Kamera 360 Derajat Hasil Kolaborasinya dengan RED

Mei lalu, Facebook mengumumkan bahwa mereka telah menggandeng RED untuk menciptakan kamera 360 derajat pamungkas. Tanpa harus menunggu lama, buah kolaborasi mereka sudah langsung diumumkan. Namanya Manifold, dan ia rupanya jauh melebihi ekspektasi banyak orang.

Bentuknya yang seperti bola memang mirip seperti kamera Surround 360 bikinan Facebook sendiri. Yang berbeda tentu saja adalah dalamannya: Manifold mengemas total 16 sensor RED Helium 8K, masing-masing ditemani oleh lensa fisheye (180°) f/4.0 bikinan Schneider. Semua modul kamera itu bekerja secara bersamaan merekam video dalam resolusi 8K 60 fps.

Hasilnya adalah adegan virtual reality yang begitu detail dan sangat immersive. Kesan immersive ini didapat berkat kemampuan Manifold merekam informasi kedalaman (depth), yang pada akhirnya menimbukan efek paralaks (videonya kelihatan ‘bereaksi’ saat penonton menggerak-gerakkan kepalanya) ketika disaksikan menggunakan VR headset dengan kapabilitas 6DoF (six degrees of freedom).

Video di bawah ini semestinya bisa memberi gambaran seperti apa hasil jadi rekaman Manifold.

Facebook dan RED juga merancang Manifold dengan fokus pada fleksibilitas. Contohnya: unit kontrol dan unit storage bisa diposisikan 100 meter di atas kameranya sendiri, dan durasi perekamannya bisa mencapai 1 jam atau lebih. Selain itu, Manifold hanya membutuhkan satu sambungan kabel SMPTE 304M untuk power, kontrol sekaligus data.

Baik Facebook maupun RED belum menyingkap kapan Manifold bakal tersedia. Harganya juga belum diketahui. Sebagai referensi, satu kamera RED dengan sensor Helium 8K dihargai $24.500. Harga sensornya saja memang tidak semahal itu, tapi setidaknya angka tersebut bisa menggambarkan betapa mahal Manifold nantinya, bahkan untuk kalangan kreator profesional sekalipun.

Sumber: Facebook.

Insta360 Pro 2 Sanggup Merekam Video 360 Derajat dalam Resolusi 8K per Mata

Nama Insta360 mungkin lebih dikenal oleh publik lewat kamera 360 derajat kecil yang bisa ditancapkan ke smartphone, akan tetapi sejak tahun lalu perusahaan asal Tiongkok itu sebenarnya juga sudah bermain di ranah profesional melalui perangkat bernama Insta360 Pro. Sekarang, mereka sudah siap dengan suksesornya yang lebih istimewa lagi.

Insta360 Pro 2, demikian namanya, masih menganut desain membundar seperti pendahulunya, lengkap dengan enam buah kamera di sekelilingnya, tapi tentu dengan penyempurnaan yang signifikan. Kombinasi ini sanggup menghasilkan video 360 derajat beresolusi 8K, dan itu hitungannya per mata, sehingga hasil akhirnya akan memberikan efek 3D alias stereoscopic.

Insta360 Pro 2

Opsi perekaman yang ditawarkan cukup beragam, di antaranya 8K 3D 30 fps itu tadi, 8K 60 fps (monoscopic), 6K 3D 60 fps, dan 4K 3D 120 fps. Mode HDR maupun Log turut tersedia, demikian pula live streaming dalam resolusi 4K (3D maupun monoscopic) selagi kamera merekam dalam kualitas penuh (resolusi 8K). Selain video, audio pun juga akan ditangkap dari segala sudut oleh keempat mikrofonnya.

Hasil rekamannya pun dipastikan tampak mulus berkat integrasi sistem image stabilization FlowState, yang memadukan data dari gyroscope 9-axis milik kamera dengan pengolahan software untuk meredam guncangan secara efektif. Hampir seefektif menggunakan gimbal kalau kata Insta360, meski pada kenyataannya kamera hanya duduk di atas tripod sembari digotong sang pengguna yang tengah berjalan atau malah menunggangi kuda.

Insta360 Pro 2

Juga baru pada Pro 2 adalah sepasang antena yang terpasang di bagian atasnya. Antena tersebut merupakan bagian dari sistem live monitoring yang memungkinkan pengguna untuk mengoperasikan kamera dari kejauhan (sampai 300 meter, atau sampai 1 km kalau kamera sedang mengudara bersama drone).

Semua itu tanpa melupakan sertifikasi Google Street View yang dikantongi pendahulunya, apalagi Pro 2 turut dibekali GPS guna mengakomodasi proyek pemetaan yang memerlukan tingkat presisi cukup tinggi. Dimensi kamera pun tetap tergolong ringkas, dengan kisaran bobot hanya 1,5 kg.

Insta360 Pro 2

Soal penyimpanan, Pro 2 memiliki enam slot microSD (satu untuk setiap kamera), lalu ada juga slot untuk SD card standar yang berfungsi untuk menyimpan data stabilization, yang bisa dipakai pada proses editing menggunakan software macam Adobe Premiere Pro. Bicara soal Premiere, hasil rekaman Pro 2 bisa langsung disunting tanpa harus menghabiskan waktu pada tahap stitching gambar.

Singkat cerita, Insta360 Pro 2 merupakan paket lengkap yang sangat menarik bagi kreator VR profesional. Perangkat ini dijadwalkan meluncur ke pasaran pada bulan September dengan banderol $5.000, naik cukup drastis dari pendahulunya.

Sumber: DPReview dan Insta360.

Hydrus VR Adalah Kamera Bawah Air yang Sanggup Merekam Video 360 Derajat Beresolusi 8K

Kita semua tahu bahwa salah satu kegunaan virtual reality adalah ‘mentranspor’ penggunanya ke tempat yang sulit dijangkau, tanpa mengharuskan mereka berada di lokasi secara fisik. Berangkat dari pemahaman tersebut, ide membawa kita ke bawah laut tanpa harus membawa bekal menyelam yang rumit dan berat jelas terdengar sangat menarik.

Itulah yang sedang diwujudkan oleh perusahaan bernama Marine Imaging Technology (MI Tech). Belum lama ini, mereka memamerkan kemampuan produk yang sedang digarapnya. Dinamai Hydrus VR, ia bukan sembarang kamera 360 derajat, melainkan yang sanggup menyelam sampai kedalaman 300 meter selagi merekam dalam resolusi 8K.

Ya, 8K, atau tepatnya 8192 x 4096 pixel dalam kecepatan 30 fps, dan itu dengan format spherical yang bakal terasa begitu immersive ketika ditonton lewat VR headset. Yang menjadi pertanyaan, bukankah di kedalaman seperti itu semuanya akan terlihat sangat gelap?

Contoh hasil rekaman Hydrus VR / MI Tech (YouTube)
Contoh hasil rekaman Hydrus VR / MI Tech (YouTube)

Tentu saja, akan tetapi Hydrus mengemas 10 sensor (8 mengitari secara horizontal dan 2 di atas-bawah) yang cukup istimewa, UMC-S3CA buatan Sony, ditemani oleh lensa besutan SLR Magic. Sensor ini diklaim memiliki rentang ISO 100 – 102400, akan tetapi bisa di-expand lebih lagi menjadi 409600, sehingga Hydrus masih bisa melihat meski tingkat kecerahan di sekitarnya cuma 0,004 lux.

Di kedalaman seperti itu, operator manusia juga jelas terdengar tidak rasional. Maka dari itu, MI Tech merancang agar Hydrus dapat dioperasikan dengan lengan robotik maupun alat bantu lain sesuai dengan kebutuhan sang videografer. Hasil rekamannya pun bisa dimonitor dari jauh secara real-time.

Hydrus VR

Hydrus juga dibekali kapasitas penyimpanan dan baterai yang bisa dipakai untuk merekam sampai dua jam nonstop, dan masih ada lagi modul tambahan yang bisa meningkatkan daya baterainya sampai delapan jam. Sejauh ini saya yakin kita semua sadar bahwa Hydrus bakal ditujukan untuk kalangan profesional, bukan konsumen secara umum.

Mengenai jadwal perilisan dan harganya, MI Tech masih belum bisa memberikan informasi. Hydrus VR masih dalam tahap pengembangan, akan tetapi MI Tech sudah punya contoh hasil rekamannya yang sangat memukau.

Sumber: VentureBeat.

Ricoh Luncurkan App Store untuk Kamera 360 Derajatnya, Theta V

Kabar gembira bagi para pengguna Ricoh Theta V. Ricoh telah resmi meluncurkan Theta Plug-in Store, semacam app store di mana pengguna bisa mengunduh berbagai plug-in untuk meningkatkan fungsionalitas kamera 360 derajat tersebut.

Ekspansi fungsionalitas via software ini dimungkinkan karena Theta V memang berbasis Android. Pada dasarnya Plug-in Store ini mirip konsepnya seperti platform PlayMemories milik Sony, yang sayangnya sudah tidak lagi dijadikan fitur pada deretan kamera terbarunya.

Sejauh ini plug-in yang tersedia memang belum banyak, mengingat Ricoh memang baru bulan lalu memulai program untuk menarik para developer. Sejumlah mitra ternama, macam Sony, NTT Docomo dan HoloBuilder, sudah bisa dinikmati karyanya di Theta Plug-in Store.

Ricoh Theta Plug-in Store

Ricoh pun juga telah menyediakan plug-in bikinannya sendiri. Yang pertama adalah Wireless Live Streaming, yang memungkinkan Theta untuk terhubung langsung ke jaringan Wi-Fi sehingga pengguna dapat memulai sesi live streaming tanpa harus mengandalkan bantuan komputer.

Yang kedua, Automatic Face Blur (Beta) bakal mencoba mendeteksi semua wajah yang kelihatan pada hasil jepretan Theta, sebelum akhirnya membuat tampilan semuanya jadi kabur demi urusan privasi dan keamanan. Terakhir, File Cloud Upload memungkinkan Theta untuk mengunggah foto secara otomatis ke Google Photos via Wi-Fi.

Jadi bisa Anda bayangkan Ricoh Theta V yang semakin lengkap fiturnya seiring lebih banyak developer yang mengembangkan plug-in. Sejak generasi awalnya, Ricoh Theta memang tidak pernah menjadi yang terbaik soal kualitas gambar, tapi ia merupakan salah satu yang paling praktis, dan kehadiran Theta Plug-in Store ini bakal semakin memantapkan hal tersebut.

Sumber: DPReview.

Bukan Sembarang Kamera 360 Derajat, Vuze XR Juga Dapat Difungsikan Sebagai Kamera VR180

Coba Anda perhatikan sejumlah kamera 360 derajat terkini yang populer, katakanlah GoPro Fusion, Rylo dan Insta360 One, lalu cari kesamaan di antara ketiganya. Rupanya, ketiganya sama-sama menawarkan fitur untuk ‘mengekstrak’ video standar dengan aspect ratio 16:9 dari hasil rekaman 360 derajat.

Fitur ini dinilai penting karena tidak selamanya konsumen perlu mengabadikan momen dalam sudut pandang 360 derajat. Dan ini juga yang memicu kemunculan kategori baru kamera VR180 yang dicanangkan Google, macam keluaran Lenovo dan Yi Technologies, yang pada dasarnya bisa dianggap sebagai kamera super wide-angle.

Pertanyaannya, apakah Anda memerlukan beberapa kamera yang berbeda untuk semua itu? Tidak kalau menurut HumanEyes Technology, pengembang kamera 360 derajat bernama Vuze. Mereka baru saja mengumumkan Vuze XR, sebuah kamera 360 derajat yang amat fleksibel.

Vuze XR

Vuze XR dibekali sepasang kamera untuk merekam video 360 derajat dalam resolusi 5,7K. Uniknya, dengan menekan satu tombol, kedua kamera yang tadinya saling membelakangi itu dapat dibuka dan disejajarkan posisinya, sehingga kamera pun siap digunakan untuk merekam dalam format stereoscopic VR180. Tentu saja, opsi mengekstrak video 16:9 itu tadi juga tersedia.

Fleksibilitas inilah yang dijadikan nilai jual utama oleh Vuze XR. Jadi ketimbang mengharuskan kreator membeli dan membawa dua kamera yang berbeda untuk dua keperluan (360º dan VR180), mereka cukup mengandalkan satu unit Vuze XR saja, yang memang dikemas dalam wujud yang ringkas dan ergonomis.

Sejauh ini belum ada kepastian mengenai jadwal rilisnya selain “kuartal keempat tahun 2018”. Meski begitu, banderol harganya sudah dipastikan di angka $400.

Sumber: DPReview dan HumanEyes.

Bekerja Sama dengan RED, Facebook Ingin Ciptakan Kamera 360 Derajat Pamungkas

Semenjak mengakuisisi Oculus, Facebook tampak cukup serius menggeluti segmen virtual reality. Terbukti pada tahun 2016, Facebook memperkenalkan Surround 360, sebuah kamera 360 derajat kelas high-end yang dibekali 17 buah kamera sekaligus.

Setahun setelahnya, Facebook menyempurnakan desain Surround 360 dari yang tadinya berwujud seperti piring terbang menjadi seperti bola, sekaligus menambah jumlah kamera di dalamnya menjadi 24 buah. Di saat yang sama, Facebook juga menyingkap varian yang lebih kecil yang hanya mengemas enam kamera saja.

Tahun ini, Facebook memutuskan untuk melangkah lebih jauh lagi. Dalam konferensi developer F8, Facebook mengumumkan kerja samanya dengan RED, produsen kamera kelas sinema yang reputasinya sudah tidak perlu diragukan lagi di kalangan sineas. Bersama RED, Facebook tertarik mengembangkan kamera 360 derajat pamungkas.

Generasi pertama Facebook Surround 360 yang berbentuk seperti piring terbang / Facebook
Generasi pertama Facebook Surround 360 yang berbentuk seperti piring terbang / Facebook

Selama ini, kamera-kamera buatan RED terbukti mampu merekam dalam resolusi yang amat tinggi, serta menawarkan dynamic range yang begitu luas, tepatnya hingga 16 stop, sehingga pada akhirnya gambar di area gelap maupun terang bisa tetap kelihatan detailnya. Keunggulan dalam hal resolusi dan dynamic range ini dinilai Facebook sangat krusial untuk kamera 360 derajat.

Sederhananya, resolusi dan dynamic range yang tinggi memungkinkan teknologi estimasi kedalaman (depth) untuk bekerja secara lebih efektif, yang pada akhirnya bisa memberikan sensasi realisme 6DoF (six degrees of freedom) yang lebih baik. Facebook percaya ini merupakan kunci untuk menciptakan video 360 derajat yang berkualitas tinggi.

Selain unggul soal kualitas gambar, kamera garapan Facebook dan RED ini nantinya juga bakal menawarkan workflow yang fleksibel dan mudah diikuti oleh para kreator. Ini juga yang menjadi nilai jual kamera RED selama ini, dan Facebook ingin semua itu bisa diimplementasikan pada kamera 360 derajat mereka selanjutnya.

Facebook belum punya gambar atau estimasi jadwal perilisan dan harga perangkat. Namun yang pasti mereka ingin perangkat ini bisa diluncurkan secepatnya demi kelangsungan platform VR mereka. Lebih banyak konten VR yang berkualitas berarti nilai jual headset Oculus Rift semakin tinggi, yang pada akhirnya berujung pada pemasukan yang lebih besar bagi Facebook.

Sumber: The Verge dan Oculus.