Robert Downey Jr. Akan Berbagi Ilmu AI Lewat Serial Dokumentasi Sains di YouTube Red

Serial dokumentasi sains sudah lama menjadi bagian dari industri televisi, merupakan andalan channel seperti Discover dan National Geographic; namun Cosmos: A Spacetime Odyssey berjasa membuat acara-acara sains jadi trendi dan populer di kalangan awam. Akhirnya, muncul-lah pesaing program sejenis seperti Through the Wormhole dan One Strange Rock.

Untuk menandingi kepopularitasan Cosmos, baik Through the Wormhole serta One Strange Rock menunjuk selebriti terkenal sebagai host-nya, masing-masing dibawakan oleh Morgan Freeman dan Will Smith. Dan belum lama ini terdengar kabar yang menyatakan bahwa sang aktor film Iron Man beserta istrinya tengah mengembangkan program serupa. Bedanya, acara tersebut ditayangkan lewat platform video streaming berlangganan YouTube Red.

Melalui rumah produksi Team Downey, Robert Downey Jr. beserta Susan Downey menyingkap agenda untuk menggarap acara ilmu pengetahuan yang difokuskan pada tema kecerdasan buatan. Pengerjaannya dibantu oleh perusahaan produksi Network Entertainment serta Sonar Entertainment. Robert dan Susan akan menjadi executive producer, bersama dengan Emily Ford dari Team Downey, serta Jenna Santoianni and Tom Lesinski dari Sonar.

Acara tersebut belum mempunyai judul, tetapi Robert Downey Jr. sendiri yang nanti jadi host sekaligus naratornya. Bersama sejumlah pakar berbeda, program akan difokuskan pada artificial intelligence dari perspektif ilmu pengetahuan, filosofi, teknologi, hiburan, ilmu teknis, seni, ranah medis hingga futurism. Serial juga tentu saja akan membahas dampak dari keberadaan AI dan bagaimana ia mengubah cara manusia hidup.

“Robert dan saya mempunyai rasa penasaran yang tinggi terhadap AI. Tema ini sangat rumit dan sering kali kontroversial,” ujar Susan Downey via Deadline. “Tujuan kami di sini adalah mengeksplorasi kecerdasan buatan melalui perspektif yang objektif serta memastikannya mudah dicerna, heboh dan menghibur. Kami sangat bersemangat untuk menghadirkannya bersama Network Entertainment, Sonar, dan YouTube Red.”

Program baru itu akan dibagi menjadi delapan episode, masing-masing berdurasi satu jam. Team Downey berencana untuk menyajikannya secara eksklusif di YouTube Red. Mereka belum mengabarkan tanggal perilisannya secara spesifik, cuma bilang akan ‘tayang di tahun depan’.

Meski telah mendalami profesi akting selama puluhan tahun, peran Robert Downey Jr. sebagai Tony Stark-lah yang membuat namanya melejit. Keinginannya untuk jadi host di acara sains bertema kecerdasan buatan memang sangat pas mengingat Iron Man selalu ditemani oleh asisten AI seperti Jarvis dan Friday dalam setiap petualangannya.

Gambar header: Comicbook.com.

Mengulik Fitur-Fitur Unik yang Dihidangkan Smartphone Spesialis Selfie Oppo F7

Dengan begitu suksesnya F5 sebagai salah satu smartphone incaran pengguna yang gemar ber-swafoto, sudah bisa dipastikan Oppo punya niatan buat meramu penerusnya. Eksistensi F7 diungkap lewat tweet Oppo India di bulan Maret silam, dan belum lama ini, perusahaan consumer electronics asal Guangdong itu mempersilakan Chief kami menguji smartphone ini secara lebih intensif.

Dan pada tanggal 17 April 2018, Oppo akhirnya resmi meluncurkan F7 di Indonesia. Sebagaimana para pendahulunya, F7 ialah smartphone yang dispesialisasikan untuk selfie, namun kali ini dukungan teknologi tak cuma hadir dalam bentuk software, tetapi juga hardware. Dan dari sisi desain, F7 turut memperoleh sejumlah pembaruan sehingga penampilannya memenuhi tren smartphone di 2018.

F7 4

Dalam konferensi pers kemarin, Oppo memfokuskan penjelasan mereka pada fitur-fitur anyar yang disuguhkan oleh F7. Melalui teknologi-teknologi tersebut, sang produsen berniat untuk menjaga gelar mereka sebagai ‘pakar dan pemimpin segmen smartphone selfie‘.

F7 2

F7 sendiri sebetulnya sudah mulai dipasarkan sejak 13 April silam bertepatan dengan ulang tahun kelima Oppo Indonesia, dan hanya dalam waktu lima hari, penjualannya mencapai 22 persen dari seluruh produk yang pernah mereka jajakan di tanah air.

F7 8

 

Layar

Oppo F7 menyuguhkan layar 6,23-inci, lebih lebar dari F5 (6-inci), tapi penambahan ukuran tubuhnya tidak signifikan. Hal ini tercapai berkat pemanfaatan rasio 19:9 serta kesuksesan Oppo meminimalkan bezel. Area ujung display dibuat membundar menyamai sisi pojok smartphone, dan bisa Anda lihat sendiri, F7 memanfaatkan notch yang dipopulerkan oleh Apple lewat iPhone X.

F7 5

F7 14

Di area notch, Oppo menempatkan kamera depan, speaker dan sensor proximity. Kabar baiknya, area menonjol itu tidak selebar punya iPhone X sehingga menyisakan ruang lapang untuk tempat icon-icon notifikasi; namun, bagian bawahnya sendiri tidak benar-benar bebas dari bingkai. Ruang sisa tersebut tidak Oppo manfaatkan buat menaruh tombol navigasi. Tombol-tombol ini diintegrasikan dalam panel, bisa diakses dengan men-swipe ke atas.

F7 17

F7 7

F7 mengusung panel full-HD+ 1080x2280p 405ppi dengan rasio layar ke tubuh sebesar 82,5 persen. Dibanding F5, display F7 lebih lapang 16 persen.

 

Artificial intelligence

Dalam mempresentasikan produk-produknya, Oppo sudah sangat sering membahas dukungan AI. Sistem kecerdasan buatan ini umumnya dimanfaatkan untuk menghasilkan jepretan self-portrait yang memuaskan. Di acara media hands-on A83, PR manager Aryo Medianto menjelaskan bagaimana Oppo berupaya menghadirkan kapabilitas tersebut di produk yang lebih terjangkau. Namun ia juga bilang bahwa versi barunya tidak bisa diakses oleh perangkat lawas.

F7 19

Alasannya adalah teknologi AI di F7 turut ditopang secara hardware melalui chip MediaTek Helio P60. SOC tersebut menyimpan AI processing unit (istilah lainnya neural processing unit) mandiri yang memberikannya device kemampuan deep learning, memungkinkannya mengenal wajah dan objek, serta mengidentifikasi kejadian/pemandangan berbeda.

F7 9

 

AI Beauty 2.0 dan fotografi

Dengan kecerdasan buatan serta pemakaian kamera f/2.0 25-megapixel di depan, hasil selfie jadi lebih baik serta tetap alami. F7 bisa memetakan 296 titik di wajah, sehingga dapat menghitung umur, mengetahui jenis kelamin, serta mendeteksi warna kulit secara lebih presisi. Berkat AI yang lebih pintar pula, F7 belum membutuhkan setup dual camera untuk menghasilkan efek bokeh.

F7 20

F7 11

Artificial intelligence di F7juga dapat mempelajari kebiasaan sang pengguna seiring pemakaian. Ia akan mengenali preferensi beautification Anda berdasarkan kebiasaan saat mengedit foto. Selain itu, AI bisa mengetahui skenario foto berbeda (termasuk lewat kamera belakang 16Mp-nya) – contohnya saat pemotretan dilakukan di dalam ruang, di pantai, ketika matahari terbenam, atau sewaktu Anda mengarahkan kamera ke bayi, kucing atau makanan.

F7 13

Jika ingin bermain-main lebih jauh dengan hasil swafoto, Oppo telah menyediakan Mode Vivid. Mode ini mempersilakan Anda mengutak-atik saturasi warna, misalnya meningkatkan warna baju atau latar belakang.

 

ColorOS 5.0

Meneruskan tradisi khas smartphone Tiongkok, Oppo F7 didukung platform ColorOS 5.0 yang merupakan versi forked dari Android 8.1 Oreo. Sistem operasi ini kabarnya dispesialisasikan untuk perangkat-perangkat ‘full screen‘ serta dilengkapi fitur-fitur unik seperti kemampuan Screen Recording, kemudahan dalam memindahkan file via Clone Phone, multi-screen buat membuka dua app sekaligus serta Assistive Ball baru demi menyederhakan akses ke sejumlah fungsi.

F7 15

Kombinasi AI dan ColorOS 5.0 turut membuat pengelolaan data jadi lebih mudah. Pertama, sistem dapat menentukan dan menyortir jenis foto yang Anda ambil – seperti pemandangan, makanan, arsitektur, laut, atau foto individu. Lalu kedua, F7 bisa menghapus foto-toto tak berguna secara otomatis. Misalnya jika hasil jepretan itu blur atau dobel.

F7 12

F7 18

 

Fitur pengenalan wajah

Teknologi AI Recognition Oppo F7 dapat mendeteksi 128 titik muka buat menentukan apakah memang sang pemilik sah yang mencoba mengakses perangkat tersebut. Kecepatan proses unlock-nya cukup mengesankan, hanya 0,08 detik. Jauh lebih cepat dari menggambar pola ataupun memasukkan pin.

F7 22

 

Harga dan ketersediaan

Di Indonesia, Oppo menawarkan F7 dalam dua pilihan spesifikasi dan tiga warna, yakni merah hitam dan perak. Versi ROM 64GB dibanderol Rp 4,2 juta, sedangkan varian dengan memori internal 128GB dijual seharga Rp 5,5 juta. Waktu ketersediaan masing-masing edisi ini ternyata berbeda, berikut detailnya:

  • F7 merah & perak – 17 April
  • F7 merah 128GB – 25 April
  • F7 hitam – 3 Mei

F7 3

F7 21

AI Ciptakan Film Kartun Hanya Berdasarkan Deskripsi Teks yang Diberikan

Pernahkah terbayang di benak Anda bahwa di masa yang akan datang, film kartun tak lagi dibuat oleh sekelompok animator, melainkan sepenuhnya oleh AI (artificial intelligence)? Tidak usah membayangkan, sebab para peneliti dari Allen Institute for Artificial Intelligence dan North American University of Illinois Urbana-Champaign sudah mencoba untuk mewujudkannya.

Dalam sebuah video demonstrasi, AI racikan mereka rupanya sanggup membuat beberapa klip baru dari kartun lawas The Flintstones berdasarkan deskripsi teks yang diberikan. Karakter, objek maupun lokasi yang ada di klip video hampir pasti selalu sesuai dengan deskripsinya.

Ini dimungkinkan karena sang AI sebelumnya sudah dilatih dengan material berupa 25.000 klip video Flintstones, masing-masing berdurasi tiga detik. Hasilnya memang tidak sempurna, seperti contohnya pada klip yang menunjukkan sang lakon, Fred, sedang mengemudi mobil. Tampak bahwa sisi kiri tubuhnya terpotong, pertanda bahwa adegan ini diambil dari material yang dipelajarinya.

Itu juga yang menjadi alasan mengapa kualitas gambarnya cukup jelek. Kendati demikian, yang diprioritaskan untuk saat ini adalah bagaimana AI bisa menghasilkan output adegan yang sesuai dengan deskripsi teks, menyatukan elemen-elemen dari klip yang berbeda guna menciptakan suatu klip yang benar-benar baru.

Menurut saya ini bukanlah pertanda bahwa profesi animator mulai terancam. Ketika AI semacam ini sudah benar-benar matang, studio animasi semestinya bisa memanfaatkannya untuk membantu menghemat waktu pembuatan, bukan menggantikan posisi animator sepenuhnya.

Sumber: Gizmodo.

Melirik Potensi Chat dan AI untuk Bisnis

Chatbot adalah program komputer untuk mensimulasi percakapan dan didukung algoritma dan kecerdasan buatan (AI). Kehadiran chatbot di Indonesia kini makin ramai seiring implementasi perusahaan dari berbagai sektor industri.

Kehadiran chatbot dirasa tepat sebagai strategi bisnis melihat kondisi sekarang ini. Popularitas aplikasi messaging menduduki posisi sebagai aplikasi dengan pengguna terbanyak dibandingkan jenis lainnya.

Sebenarnya apa saja kelebihan implementasi chatbot dan chat untuk bisnis? Lalu bagaimana hasil yang didapat perusahaan-perusahaan yang sudah memanfaatkannya? #SelasaStartup edisi pekan kedua April 2018, menghadirkan CEO & Co-Founder Qiscus Delta Purwa sebagai pembicara.

Qiscus adalah startup yang bergerak sebagai penyedia “in-app chat” dengan menghadirkan platform yang mendukung SDK artificial intelligence, teknologi suara, dan video. Startup ini sudah berdiri sejak 2013. Qiscus memosisikan diri bukan sebagai kompetitor layanan yang bergerak di bidang AI (Kata.ai, BJtech, IBM Watson, EVA, Bahasa, dan lainnya), melainkan mitra kerja.

Pergeseran kebiasaan konsumen

Delta menerangkan, perusahaan perlu melirik chatbot lantaran penetrasi internet yang meningkat turut mengakibatkan terjadinya perubahan kebiasaan kaum millennial untuk selalu update. Kalangan early adopter mendorong mereka untuk selalu online dan terhubung dengan internet.

“Di Indonesia penetrasi internetnya mulai merata, apalagi untuk kalangan usia 16-35 tahun mungkin hampir 100%. Untuk itu, ketika melirik chatbot, selalu berangkat dari konsumennya.”

Dari hasil riset yang dirangkum Qiscus, secara rerata terdapat 3,6 aplikasi messaging yang diunduh dan tersimpan dalam tiap perangkat. Sebanyak 97% pengguna smartphone mengakses aplikasi messaging secara berkali-kali setiap hari. Bagi perusahaan, menyediakan aplikasi messaging dalam layanannya diprediksi memiliki RoI hingga 305%.

“Orang Indonesia itu sudah sangat keranjingan dengan aplikasi messaging.”

Chat sebagai cara meningkatkan interaksi

Karena aplikasi messaging sudah sangat digandrungi orang Indonesia, akan sangat penting untuk melihat chatbot sebagai alat untuk meningkatkan interaksi dengan para konsumen. Ada banyak aplikasi messaging yang membuka API-nya sehingga bisa ditanamkan chatbot di dalamnya. Sebut saja Messenger, LINE, dan Telegram. WhatsApp sendiri tinggal tunggu waktu untuk API-nya bisa dibuka.

Menurut Delta, ketika perusahaan ingin menyasar kalangan millennial sebagai pengguna, dia menyarankan agar memanfaatkan LINE. Dia melihat LINE memiliki basis kalangan millennial yang cukup besar, sehingga strategi perusahaan untuk meningkatkan engagement akan tepat.

Di chatbot pun, teks harus diperkaya dengan berbagai fitur, tak hanya sekadar berkirim pesan. Beberapa fitur yang bisa dikembangkan misalnya dukungan terhadap gambar, video, dokumen, tombol, akun, dan linking card.

Contoh kasus sukses

Perusahaan e-commerce yang sudah menerapkan chatbot adalah Sale Stock. Perusahaan tersebut sejak awal sudah berinvestasi cukup besar untuk pengembangan chatbot-nya yang dinamai Soraya.

Pada 2014, Sale Stock menghadirkan fitur chat di layanan pelanggannya kemudian ditingkatkan lagi fungsinya dengan menghadirkan Soraya pada akhir 2016 untuk menangani pemesanan secara end-to-end. Disebut-sebut Soraya mampu menangani 30% pertanyaan yang umumnya ditanyakan konsumen.

“Untuk kasus Sale Stock, fungsi chat-nya sangat spesifik yakni ingin otomasi karena mereka menjadikan CS sebagai layer pertama untuk peningkatan pelayanan sealami mungkin. Berbicara dengan Soraya seperti selayaknya berbicara dengan manusia, sebab pemilihan bahasanya yang natural.”

Perusahaan lainnya, HaloDoc tidak menggunakan chatbot, tetapi chat, sebab fokus utama yang disasar adalah berbicara langsung dengan dokter. Untuk itu secara alamiah, proses chatting harus dibuat sepersonal dan serahasia mungkin.

Telkomsel, lewat chatbot-nya bernama Veronika, mengarahkan chatbot-nya untuk fungsionalitas. Banyak tombol-tombol yang tersedia setiap kali pengguna mengakses Veronika. Kesannya pun jadi kurang personal karena penuh unsur rich messages.

“Karena tujuan membuat chatbot-nya beda, Veronika jadi kurang personal karena banyak unsur rich messages. Hanya saja memang itu tujuannya, ingin mempercepat dan mendekatkan diri dengan konsumen.”

Belajar dari kasus sukses di atas, timbul pertanyaan kapan perusahaan butuh layanan chat. Menjawab pertanyaan tersebut, Delta menuturkan bahwa keputusan tersebut akan sangat bergantung pada obyektif bisnis masing-masing perusahaan.

Jika fokus chatbot soal fungsionalitas, implementasinya lebih mudah karena bersifat otomasi untuk mengurangi SDM dan mengalihkannya ke pekerjaan yang lebih bersifat teknis.

Sementara jika tujuannya ingin meningkatkan interaksi dengan konsumen dan menangkap data untuk kebutuhan pemasaran, chatbot dapat menjadi alat untuk membaca profil pengguna dan menerjemahkan conversion ke dalam bahasa pemasaran.

AI Dapat Memprediksi Masa Hidup Berdasarkan Data dari Activity Tracker

Banyak studi menunjukkan bahwa ada korelasi yang erat antara parameter fisiologis dan masa hidup seseorang. Data-data seperti hasil metilasi DNA maupun penerjemahan informasi genetik bisa dipakai untuk menghitung estimasi masa hidup seseorang. Tentunya ini bukan saya sendiri yang bilang, melainkan para peniliti di Moscow Institute of Physics and Technology (MIPT).

Baru-baru ini mereka juga membuat terobosan dengan bekerja sama dengan perusahaan ahli bioteknologi, GERO. Hasil kolaborasinya melahirkan sistem kecerdasan buatan (AI) yang mampu membuat estimasi masa hidup seseorang berdasarkan data-data yang dikumpulkan activity tracker.

AI tersebut bisa diakses melalui aplikasi iPhone bernama Gero Lifespan. Dengan memberikan akses data dari Apple HealthKit atau Fitbit, aplikasi bisa membuatkan estimasi usia pengguna berdasarkan aktivitas sehari-harinya. Kalau tidak pernah berolahraga dan terlalu banyak duduk, mungkin estimasinya bakal menunjukkan angka yang kecil, kurang lebih seperti itu cara kerjanya.

Gero Lifespan

Namun sebenarnya yang dijadikan rujukan bukan sebatas jumlah langkah kaki saja, tapi juga faktor-faktor lain seperti misalnya pola tidur. Anda pada dasarnya bisa melakukan eksperimen, semisal rutin berlari dan tidur cepat selama satu minggu penuh, lalu melihat bagaimana efeknya terhadap estimasi masa hidup yang ditampilkan aplikasi.

Para pengembangnya menegaskan bahwa ini tidak bisa dijadikan satu-satunya patokan untuk mengukur masa hidup seseorang, tapi lebih ke sekadar memberikan gambaran mengenai korelasi antara aspek fisiologis dan usia. Kendati demikian, mereka cukup percaya diri hasilnya jauh lebih presisi ketimbang sistem serupa yang dibuat sebelum-sebelumnya.

Aplikasinya gratis, jadi tidak ada salahnya mencoba. Mungkin setelah mencoba, Anda bisa sadar bahwa bekerja terlalu keras itu hanya bermanfaat buat kantong saja, dan bukan untuk tubuh Anda.

Sumber: MIPT.

Honor Hadirkan 3 Smartphone Baru di Indonesia Sebagai Upaya Mereka Jadi ‘Brand Kesayangan Kaum Muda’

Mulai berbisnis sejak 2013, Honor ialah sub-brand yang Huawei ciptakan untuk berkompetisi dengan merek-merek smartphone budget. Honor memulai ekspansi ke pasar internasional setahun setelahnya, menghadirkan produk-produknya di Malaysia, India hingga Amerika Serikat. Dan di tanggal 27 Maret 2018, Honor mengumumkan pendaratan resminya di Indonesia.

Menakar dari cara Honor mempresentasikan perangkatnya, brand ini sepertinya diarahkan pada para pengguna berusia muda. Impresi yang saya peroleh dari konferensi pers kemarin adalah Honor berupaya menggarisbawahi bahwa smartphone-smartphone mereka adalah produk lifestyle, apalagi presiden George Zhao menekankan bagaimana Honor ingin menjadi ‘merek yang digandrungi generasi muda’.

Honor 1

Dalam kiprah perdananya di tanah air ini, Honor membawa tiga model handset untuk tiga segmen berbeda: entry-level, kelas menengah dan flagship. Mereka adalah Honor 9 Lite, 7X dan Honor View 10. Semua smartphone tersebut menjanjikan elemen-elemen perangkat premium dengan harga yang terjangkau, dan buat memproduksinya, Honor mengklaim sudah membangun ‘pabrik lokal berkualitas tinggi’.

Honor 4

Seperti para merek lain, alasan Honor menginvasi pasar Indonesia ialah karena mereka melihat potensi yang begitu besar. Di sini, tingkat penetrasi internet via perangkat bergerak mencapai 54,68 persen. Lalu kabarnya pengguna internet usia 13 sampai 18 tahun menyentuh 75,5 persen. Rekan saya Glenn mengingatkan bahwa 13 tahun adalah batasan umur termuda untuk mengakses sosial media seperti Facebook serta Instagram, dan kita bisa melihat betapa belianya target market Honor.

Honor 2

 

Honor 9 Lite

9 Lite diramu untuk bersaing dengan brand smartphone ekonomis berfitur high-end, misalnya Xiaomi dan Infinix. Dalam meraciknya, Honor sangat memperhatikan aspek desain. 9 Lite menyuguhkan layar ‘FullView’ 18:9 2160×1080 seluas 5,65-inci, lalu sisi punggungnya dilapisi kaca 2.5D plus film nano-optical untuk memberikan efek cermin (khusus model berwarna biru dan abu-abu), agar smartphone Anda jadi pusat perhatian. Bagi saya, kendalanya hanya satu: permukaan glossy ini bisa segera menjadi sarang sidik jari.

Honor 5

Honor 8

Honor menyematkan setup kamera ganda yang sama di depan dan di belakang, masing-masing menyimpan sensor 13Mp dan 2Mp. Pengambilan foto normal dibantu oleh kehadiran PDAF, mode wide aperture serta LED flash; lalu Anda dapat menggunakan kendali gesture saat ber-selfie. Fungsi swafoto turut didukung oleh algoritma yang mampu mengenali kontur dan mempercantik wajah berdasarkan karakteristik muka serta jenis kelamin.

Honor 9

Honor 7

Smartphone diotaki oleh chip HiSilicon Kirin 659 buatan Huawei yang dihuni oleh CPU octa-core Cortex-A53 (4×2,36GHz dan 4×1,7GHz) dan GPU Mali-T830 MP2, menyajikan RAM 3GB dan ROM 32GB, serta memanfaatkan baterai 3.000mAh sebagai sumber tenaganya. 9 Lite juga mempunyai sensor sidik jari di bagian punggung untuk mempersingkat proses unlock.

 

Honor 7X

Varian ini kabarnya adalah smartphone Honor terlaris di Amazon. Arahan desainnya menyerupai 9 Lite, menghidangkan layar 6-inci 2160x1080p 18:9 dengan teksture matte halus menggantikan kaca dan film nano-optical di bagian belakang. Anda juga akan menemukan sensor fingerprint di lokasi yang sama, namun modul dual camera di 7X dibuat terpisah dan terlihat lebih menonjol. Agar aman, Anda disarankan buat menggunakan cover tambahan.

Honor 16

Honor 17

Perbedaan terbesar antara 7X dan 9 Lite terletak pada komposisi kameranya. Model ini lebih difokuskan untuk pengambilan gambar secara tradisional lewat kamera belakang. Di sana, Honor menjejalkan sensor 16Mp 1/2,9-inci 1,25µm berlensa f/2.2 26mm plus 2Mp yang turut ditopang LED flash, PDAF, fitur HDR, panorama dan deteksi wajah. Buat selfie, smartphone memanfaatkan kamera 8Mp f/2.0 di depan.

Honor 19

Honor 20

7X juga menyimpan chip Kirin serupa 9 Lite, hanya saja kapasitas penyimpanan internal dan random access memory-nya lebih besar, masing-masing 64GB dan 4GB, dengan baterai 3.340mAh. Fitur andalannya sendiri hadir via update over-the-air, yakni kemampuan mengenal wajah sang pemilik. Akses ke konten segera terbuka begitu ia melihat wajah Anda melalui kamera depan.

 

Honor View 10

Merupakan handset Honor paling high-end di Indonesia yang juga memenangkan beragam penghargaan di CES 2018. Desain View 10 masih senada dengan dua varian sebelumnya, termasuk dua modul kamera yang menonjol. Namun khusus View 10, sensor sidik jari berada di depan, terintegrasi di tombol mekanis. Produsen membekalinya bersama layar 6-inci 2160×1080 18:9 403ppi dengan ujung membundar.

Honor 10

Honor 14

Aspek yang membuat View 10 istimewa adalah kehadiran dari neural processing unit dalam chip HiSilicon Kirin 970. NPU adalah sirkuit terintegrasi khusus untuk menangani tugas-tugas yang berkaitan dengan kecerdasan buatan. Ia tak cuma meningkatkan performa dan menghemat baterai, tapi juga memengaruhi kemampuan fotografi, aspek kemudahan akses, serta berdampak pada pengalaman penggunaan jangka panjang.

Honor 13

Honor 15

Berkat NPU, proses face unlock jadi lebih cepat, memungkinkan View 10 memberikan tip-tip pintar, lalu kita bisa menerjemahkan teks berbahasa asing ke bahasa lainnya secara real-tim. Kapabilitas machine learning di sana memungkinkannya memprediksi serta mempelajari kebiasaan sang pengguna.

Honor 12

AI juga bekerja optimal dengan sistem kamera ganda berbekal sensor 20Mp monokromatis plus 16Mp di View 10. Berkatnya, sistem bisa mendeteksi gerakan objek gambar serta mempersingkat waktu fokus. Selanjutnya, View 10 sanggup mengenali tak kurang dari 13 skenario berbeda dan secara otomatis menyesuaikan setting. Misalnya jika pemotretan dilakukan saat matahari tenggelam atau ketika Anda mencoba mengambil foto bunga. Lalu lewat kamera 13Mp di depan, AI dapat mengetahui batasan objek dan latar belakang secara presisi, optimal sewaktu fitur selfie bokeh diaktifkan.

Honor 3

View 10 diotaki chip HiSilicon Kirin 970 berisi CPU octa-core serta GPU Mali-G72 MP12, dilengkapi RAM 6GB, ROM 8GB, baterai 3.750mAh dan berjalan di platform Android 8.0 Oreo dengan overlay EMUI 8.0.

 

Harga dan ketersediaan

Huawei berencana untuk menjajakan ketiga smartphone di atas secara eksklusif melalui Shopee.co.id. Selain harga, tanggal pelepasan masing-masing produk juga berbeda. Di bawah ini rinciannya:

  • Honor 9 Lite – Rp 2,5 juta dengan potongan Rp 200 ribu, 5 April
  • Honor 7X – Rp 3,5 juta ditambah voucher Rp 300 ribu, 25 April
  • Honor View 10 – Rp 7,3 juta, 16 April

EA Ciptakan ‘Self-Learning’ AI yang Bisa Bermain Battlefield 1 Tanpa Campur Tangan Gamer

Dalam game-game shooter, kecedasan buatan telah lama dimanfaatkan sebagai pengganti peran manusia. Walaupun pengembangannya dilakukan sejak dulu, terobosan teknologi ‘bot‘ terbesar muncul di era Counter-Strike. Saat itu, RealBot menggebrak industri karena kemampuannya mempelajari kondisi peta secara dinamis seiring bermain, dan tak cuma sekadar mengikuti waypoint.

Kira-kira 16 tahun sesudah momen itu, giliran Electronic Arts yang mencoba membuat revolusi. Lewat sebuah video, tim EA Search for Extraordinary Experiences Division mempresentasikan sistem kecerdasan buatan yang mampu belajar sendiri. AI tersebut diimplementasikan dalam permainan Battlefield 1 kreasi tim EA DICE. Hasil eksperimennya terbilang sangat mengagumkan karena ‘para agen’ artificial intelligent mampu bermain game secara begitu natural.

Karakter-karakter yang Anda lihat dalam video ini dikendalikan oleh satu neural network yang dilatih dari nol buat bermain Battlefield 1 melalui metode trial and error. Untuk memudahkan agen-agen tersebut belajar, SEED menyebar pasokan amunisi dan health. Pelan-pelan, AI dapat belajar mengumpulkan kedua jenis item ini ketika dibutuhkan. Kemampuannya itu juga mendorong kecerdasan buatan untuk fokus pada objektif.

Tentu saja AI ciptaan SEED masih jauh dari kata sempurna. Para agen memang sangat cekatan dalam bergerak, membidik dan menembak, tetapi tak jarang mereka jadi kebingungan – seperti berjalan berputar-putar dengan musuh di sampingnya.

“Masih ada banyak hal yang perlu dipelajari kecerdasan buatan ini, namun kami merasa percaya diri bahwa machine learning akan merevolusi ranah pengembangan game serta pengalaman menikmati permainan video dalam beberapa tahun ke depan,” kata sang narator.

Magnus Nordin selaku Technical Director SEED menjelaskan bahwa selain melakukan riset akademis, AI tersebut dikembangkan untuk mencoba menerka seperti apa teknologi gaming di masa yang akan datang. Target mereka tidak muluk-muluk, hanya berupaya memprediksi situasi tiga hingga lima tahun lagi.

Untuk melakukannya, tim SEED membangun purwarupa yang betul-betul bisa bekerja, dengan memanfaatkan kombinasi dari teknologi-tekologi ‘emerging‘ seperti AI, machine learning, VR ataupun AR, serta melalui penciptaan dunia-dunia virtual.

Yang saya bayangkan dari kreasi SEED ini adalah, bisa jadi dalam waktu dekat, para agen AI dapat dimanfaatkan untuk menghidupkan kembali peristiwa atau konflik bersejarah (seperti Ludendorff Offensive, Battle of Fao Fortress atau Battle of Vittorio Veneto) demi mempelajari taktik yang digunakan para panglima saat itu, dan menilik hal apa saja yang mungkin bisa mengubah hasil pertempuran secara signifikan.

Sumber: EA.com.

Google Ajak Musisi Berkarya Menggunakan Koleksi Suara Unik Hasil Ciptaan AI

Dua tahun lalu, Google membuktikan bahwa AI juga bisa berperan di bidang seni melalui proyek bernama Magenta. Berbagai eksperimen telah dihasilkan oleh tim Magenta, salah satu yang menarik adalah NSynth (Neural Synthesizer) yang dirilis tahun lalu.

NSynth – bukan grup boyband N’Sync – pada dasarnya merupakan algoritma machine learning yang mampu mempelajari karakteristik suara, lalu menciptakan koleksi suara yang benar-benar baru berdasarkan apa yang dipelajarinya. Output-nya bukan sekadar hasil kombinasi atau blending, tapi benar-benar orisinil.

NSynth Super

Namun suara saja tanpa digubah menjadi musik akan terasa percuma. Dari situ lahirlah eksperimen lain bernama NSynth Super. Berwujud perangkat dengan layar sentuh, NSynth Super memungkinkan para musisi untuk bermain-main dengan koleksi suara ciptaan NSynth.

Tidak tanggung-tanggung, NSynth Super menawarkan lebih dari 100.000 suara yang berbeda, yang dihasilkan dengan mempelajari 16 sumber suara dalam 15 tinggi nada yang berbeda. Dari situ musisi tinggal memilih sumber suara yang hendak dieksplorasi, lalu menavigasikan suara-suara unik – semisal perpaduan suara seruling dan snare drum – menggunakan jarinya di atas touchscreen.

NSynth Super tidak dijual, melainkan ditawarkan sebagai proyek open-source yang bisa dinikmati publik secara luas. Baik algoritma maupun blueprint perangkatnya dapat diakses secara cuma-cuma, dan kalau perlu NSynth Super juga bisa dimainkan via DAW (Digital Audio Workstation), sequencer atau keyboard.

Sumber: Google.

Belle Ialah Bel Rumah Pintar yang Bisa Mengenali Tamu dan Berbicara

Waktu akan jadi tidak terbuang dan ada banyak hal negatif dapat dihindari apabila kita tahu siapa yang ingin bertamu ke rumah. Tidak masalah jika mereka adalah keluarga, teman dekat, atau jasa pengiriman barang yang Anda tunggu-tunggu. Tapi bagaimana seandainya pengunjung tersebut ternyata hanya meminta sumbangan atau punya niat buruk terhadap Anda?

Inilah alasan yang mendorong perusahaan Netvue mengembangkan Belle. Perangkat unik ini dirancang sebagai penerima tamu pribadi Anda, dengan wujud berupa bel rumah pintar. Belle dibekali kecerdasan buatan sehingga bisa segera mengenali identitas pengunjung serta mewakilkan sang pemilik rumah, mampu beroperasi tanpa mengharuskan Anda menggajinya tiap bulan.

Belle mempunyai wujud mirip kapsul berdimensi 13,5×5,3×3-sentimeter, disajikan dalam pilihan warna putih dan hitam. Layaknya bel rumah biasa, perangkat bisa Anda taruh di depan pintu. Untuk berinteraksi dengan Belle, tamu tinggal menekan tombolnya. Selanjutnya, bel pintar ini akan menyapa dan menanyakan tujuan kedatangan mereka. Canggihnya lagi, Belle dapat segera membuka pintu jika mengenal wajah penghuni rumah.

Belle 1

Kemampuan tersebut tercapai berkat dukungan sistem facial recognition, menjadi kian efektif dengan semakin seringnya interaksi. AI siap mendukung kunjungan ke rumah secara berkala, serta memperkenankan tamu meminta bertemu dengan penghuni umah secara spesifik – akan diteruskan via notifikasi app. Belle juga dapat menyapa pengirim paket, dan meminta mereka untuk meninggalkan barang tersebut di depan pintu andai tak ada orang.

Belle 3

Belle ditunjang kemampuan live streaming, night vision, serta mendengarkan suara – semuanya bisa diakses dari smartphone. AI juga membuatnya mengetahui adanya gerakan-gerakan yang tidak wajar – misalnya seseorang mencoba membuka bungkus paket sewaktu Anda tidak di rumah. Belle merekam secara real-time dan hasilnya dapat dibuka di Netvue Cloud Service. Alternatifnya, Anda bisa segera menghubungi tetangga untuk mengeceknya.

Belle 4

Belle kompatibel dengan sistem kunci elektronik sehingga dapat membuka pintu secara otomatis, dan mendukung penuh asisten digital Amazon Alexa. Lalu seandainya sambungan internet sedang terputus, Belle turut ditunjang fitur panggilan suara. Anda bisa menjawab panggilan secara langsung atau merespons dengan preset yang tersedia (‘masih di perjalanan’ atau ‘tidak bisa berbicara sekarang’).

Belle bisa Anda pesan sekarang di Kickstarter seharga mulai dari US$ 150.

Menurut saya, Belle lebih cocok digunakan oleh Anda yang tinggal di apartemen. Alasannya sederhana: mayoritas rumah di Indonesia memiliki pagar, dan meninggalkan perangkat pintar seharga US$ 150 di luar pekarangan rumah belum bisa diterima oleh kebanyakan orang.

Oppo A83 Didesain Untuk Menghidangkan Teknologi AI Beauty ke Lebih Banyak Orang

Dibawa oleh F5, teknologi AI Beauty punya sasaran berbeda dari fitur ‘beautification’ yang diusung smartphone lain untuk menyempurnakan fungsi swafoto di sana. AI Beauty dirancang untuk mempersonalisasi prosesnya agar seperti apapun wajah Anda, hasil selfie tampak natural. Tentu saja Oppo juga ingin agar teknologi ini bisa dinikmati lebih banyak orang.

Salah satu realisasi dari visi tersebut adalah melalui pelepasan Oppo A83. Smartphone ini telah tersedia secara offline sejak tanggal 6 Februari kemarin, disiapkan sebagai alternatif lebih terjangkau dari seri F, sehingga ‘selfie berkualitas’ bisa disuguhkan secara merata ke lebih banyak daerah di Indonesia. Target utama A83 ialah para generasi muda yang aktif di sosial media.

Oppo A83 15

Menjelaskan segmen pasar A83 secara lebih spesifik, Aryo Meidianto selaku PR Manager Oppo Indonesia bilang bahwa produk ini diprioritaskan bagi wanita dengan rentang usia 17 sampai 25 tahun, namun tidak menutup kemungkinan A83 bisa memberikan manfaat untuk konsumen di luar kelompok itu. Di Indonesia, Oppo A83 ditawarkan dalam dua pilihan warna, yaitu hitam dan emas.

Oppo A83 16

 

AI untuk selfie

Perusahaan elektronik asal Guangdong itu kabarnya mengembangkan kecerdasan buatan spesialis swafoto selama bertahun-tahun. Berkat teknologi ini, smartphone mampu mengidentifikasi bentuk serta struktur wajah pengguna, menggunakan informasi dari database global. Beberapa aspek yang dapat segera diketahui saat selfie dilakukan meliputi usia, jenis kulit, dan jenis kelamin.

Oppo A83 10

Data-data ini akan dimanfaatkan untuk menjadi basis dalam menangani selfie. Aryo menerangkan, proses beautification yang benar tak hanya boleh sekadar memoles wajah, memutihkan kulit, dan memberikan rona merah di pipi. Jika hal ini diimplementasikan pada individu-individu dengan tone kulit gelap, hasilnya akan aneh. Apalagi kita tahu, standar kecantikan tak cuma ditentukan oleh warna kulit.

Oppo A83 17

Agar artificial intelligence memahami lebih banyak lagi parameter kecantikan, pengembangan AI Beauty dilakukan Oppo secara kolaboratif bersama ahli make-up dan fotografer. Selanjutnya, sistem ini diramu agar dapat mensimulasikan kemahiran para profesional tersebut demi memastikan wajah terlihat alami.

Oppo A83 12

Kecerdasan buatan itu diklaim mampu mendeteksi tidak kurang dari 254 titik demi mendeteksi fitur-fitur unik dan struktur wajah; serta posisi mata, hidung dan bibir. Kemudian sistem akan membandingkannya dengan database global sebagai referensi, memungkinkan AI Beauty membedakan karakteristik muka masing-masing orang. Setelah itu, barulah AI akan mengeksekusi fungsi beautification.

Oppo A83 3

Contoh sederhana yang bisa dilakukan AI Beauty misalnya ialah ketika memoles wajah pria: ia tidak membuatnya jadi feminin. Lalu sewaktu diterapkan pada bayi atau anak-anak, beautification tidak menyebabkan mereka tampak seperti orang dewasa.

 

AI saat ini versus AI versi ‘2.0’

Menilik AI Beauty lebih jauh, Aryo menyampaikan bahwa kemampuan tersebut bekerja sebagai algoritma pintar, yang hanya dengan didukung oleh komponen prosesor dan GPU yang ada di smartphone. AI Beauty sama sekali tidak menggunakan neural processing unit. Berdasarkan pengakuan sang PR Manager, tim Mediatek bahkan tidak menutupi kekaguman mereka pada keberhasilan Oppo meramu AI Beauty tanpa NPU.

Oppo A83 13

Oppo punya rencana untuk meng-upgrade ‘fitur selfie pintar’ melalui produk barunya. Jika saya tidak salah dengar, produsen memiliki agenda untuk melepas produk anyar di kuartal dua tahun ini. Namun saya belum bisa memastikan apakah perangkat itu akan membawa AI Beauty versi selanjutnya atau tidak. Yang jelas, AI Beauty ‘2.0’ itu kemungkinan tidak bisa dinikmati pengguna smartphone terdahulu.

 

Oppo A83

A83 merupakan smartphone spesialis selfie berlayar ‘penuh’ seluas 5,7-inci dengan resolusi 1440x720p, menjanjikan pengalaman menonton video serta bermain game yang lebih nyaman. Penggunaan kaca 2.5D membuat panel tersebut terlihat menyatu dengan lengkungan di sisi tubuhnya. Tiga tombol fisik (power di kanan dan volume di kiri) ditemani oleh tiga tombol navigasi kapasitif yang jadi bagian dari layar.

Oppo A83 11

Oppo A83 6

Untuk kebutuhan fotografi, Oppo A83 dibekali kamera belakang 13-megapixel serta kamera selfie 8-megapixel. Kecerdasan buatan yang ada di sana tak cuma berfungsi buat swafoto saja, tapi juga dapat dimanfaatkan untuk meng-unlock cukup dengan mengarahkannya ke wajah pemilik smartphone.

Oppo A83 8

Oppo A83 9

Sebagai otaknya, Oppo memilih SoC Mediatek MT6763T Helio P23 berisi prosesor octa-core Cortex-A53 2,5GHz dan GPU Mali-G71 MP2 yang dipadu bersama RAM 2GB dan ROM 32GB. Smartphone ditenagai oleh unit baterai non-removable 3.180mAh, dan berjalan di atas platform Android 7.1 dengan overlay ColorOS 3.2. Salah satu fitur andalan UI tersebut adalah split screen, yang memperkenankan Anda membuka dua aplikasi secara bersamaan.

Oppo A83 sudah bisa Anda miliki sekarang. Produk dijajakan seharga Rp 3 juta.

Oppo A83 5

Oppo A83 2