Plex Arcade Adalah Layanan Streaming Khusus Game Retro

Berawal dari sebatas aplikasi media streamer untuk keperluan hiburan di rumah, Plex telah berkembang menjadi platform digital dengan banyak produk. Setelah meluncurkan layanan streaming film gratis di akhir 2019 lalu, yang terbaru mereka baru saja layanan streaming game bernama Plex Arcade.

Namun jangan bayangkan layanannya ini bakal seperti Google Stadia atau Microsoft xCloud. Yang ditawarkan justru sangatlah niche, yakni koleksi game retro, persisnya game yang dirilis untuk console Atari 2600 puluhan tahun silam.

Sejauh ini total ada sekitar 30 game yang lisensinya didapat langsung dari Atari, termasuk judul-judul legendaris seperti Adventure, Asteroids, maupun Centipede. Selain game Atari 2600, ada juga game Atari 7800 seperti Missile Command dan Ninja Golf. Daftar lengkapnya bisa Anda lihat sendiri di situs Plex, tapi kalau semua itu terdengar asing di telinga Anda, kemungkinan besar Anda memang masih terlalu muda atau bahkan belum lahir di masa kejayaan Atari dulu.

Plex Arcade

Ketimbang menggarap teknologi streaming-nya sendiri, Plex lebih memilih menggunakan platform yang sudah matang, yakni Parsec. Sayangnya Parsec sendiri memiliki satu kelemahan: sebelum bisa memainkan koleksi game-nya di TV atau perangkat mobile, Anda harus lebih dulu menyiapkan server Plex Arcade di perangkat yang menjalankan sistem operasi Windows atau macOS.

Tentu saja ini bukan solusi yang ideal bagi pengguna yang selama ini meng-install Plex Media Server-nya di perangkat NAS, tapi sekali lagi ini bukan salah Plex, melainkan limitasi Parsec itu sendiri. Kalau urusan server-nya sudah beres, Anda tinggal bermain menggunakan controller USB atau Bluetooth, atau dengan memanfaatkan on-screen control jika memakai smartphone atau tablet.

Plex Arcade

Kabar buruknya, Plex Arcade bukan layanan gratisan (meski ada free trial selama 7 hari). Plex mematok tarif berlangganan sebesar $5 per bulan, atau $3 per bulan jika Anda sudah berlangganan Plex Pass sebelumnya. Menariknya, Plex secara terang-terangan menyebutkan bahwa layanan ini bersifat eksperimental, dan mereka akan melihat respon konsumen ke depannya sebelum memutuskan apakah layanan ini bakal dilanjutkan atau tidak.

Plex sendiri sudah sejak lama rajin bereksperimen dengan fitur atau produk baru, dan mereka tidak segan memensiunkan proyek yang memang terbukti tidak solutif. Contohnya adalah layanan Plex Cloud, yang ditutup di tahun 2018 setelah beroperasi selama sekitar dua tahun.

Sumber: TechCrunch dan Plex.

Olahraga Tradisional Tiru Gaya Siaran Interaktif Esports

Berbeda dengan olahraga tradisional, pertandingan esports biasanya disiarkan di platform streaming, seperti Twitch serta YouTube Gaming, dan bukannya di televisi. Dengan begitu, siaran tersebut bisa ditonton oleh semua orang yang memiliki jaringan internet. Inilah salah satu alasan mengapa beberapa turnamen esports bisa ditonton hingga puluhan juta orang. Riot Games mengungkap, babak final dari League of Legends World Championship ditonton sampai 44 juta orang pada puncaknya. Satu hal lain yang membedakan siaran turnamen esports dengan olahraga tradisional adalah adanya kolom chat, yang memungkinkan penonton untuk berinteraksi dengan satu sama lain.

Saat ini, beberapa perusahaan teknologi berusaha untuk mengintegrasikan fitur yang ada pada siaran esports pada siaran olahraga tradisional. Misalnya, fitur yang memungkinkan penonton untuk menjawab polling secara real-time atau kemampuan untuk mengganti sudut pandang kamera. Fitur-fitur seperti ini mungkin bisa diaplikasikan dalam siaran pertandingan olahraga tradisional dalam beberapa tahun ke depan.

Selain itu, teknologi untuk menonton pertandingan olahraga melalui headset virtual reality juga tengah dikembangkan. Meskipun begitu, teknologi VR mungkin tidak akan diadopsi untuk siaran pertandingan olahraga dalam waktu dekat. Kepada Wall Street Journal, Miheer Walavalkar, CEO LiveLike Inc. mengatakan bahwa alasan teknologi VR tidak akan diadopsi dalam waktu dekat untuk menyiarkan pertandingan olahraga adalah karena jumlah pemilik headset VR belum terlalu banyak.

 

Headset VR kini menjadi semakin ringkas. | Sumber: Pixabay/JESHOOTS-com
Headset VR kini menjadi semakin ringkas. | Sumber: Pixabay/JESHOOTS-com

Dengan perangkat VR, para penonton akan bisa melihat pertandingan olahraga seolah-olah mereka duduk di bangku paling depan stadion tanpa harus keluar dari rumah. Mengingat ruangan di dunia virtual tak terbatas, semua orang yang menonton menggunakan headset VR akan bisa menonton pertandingan dengan sudut pandang terbaik. Selain itu, Walavalkar menjelaskan, dari tempat duduk virtualnya, para penonton juga bisa berinteraksi dengan objek virtual lain. Contohnya, penonton akan bisa melempar tomat ke lapangan bola saat pertandingan berlangsung. Tentu saja, itu tidak akan terjadi di dunia nyata.

John Kosner, mantan eksekutif di ESPN mengatakan, pengembangan teknologi baru untuk membuat siaran pertandingan olahraga lebih interaktif tidak ditujukan untuk membuat penonton tak lagi tertarik menonton secara langsung. Tujuannya adalah untuk membuat para penonton yang tak bisa menonton secara langsung tetap mendapatkan pengalaman menonton yang menyenangkan. “Pertandingan olahraga tradisional kesulitan untuk memenuhi ekspektasi dari penonton yang berumur di bawah 30 tahun,” kata Kosner. Dia percaya, pertandingan olahraga tradisional harus bisa beradaptasi jika tidak mau ditinggalkan oleh penonton muda.

Siaran di Twitch menampilkan kolom komentar. | Sumber: Twitch via Engadget
Siaran di Twitch menampilkan kolom komentar. | Sumber: Twitch via Engadget

Startup seperti LiveLike Inc. dan Genvid Technologies kini sedang mengembangkan teknologi yang memungkinkan fans olahraga untuk menggunakan smartphone dan perangkat lain untuk berinteraksi ketika mereka menonton pertandingan olahraga. Tak hanya itu, para penonton juga akan bisa membeli emoji tim yang mereka dukung serta ikut serta dalam polling real-time tentang apa yang akan terjadi dalam pertandingan. Jika siaran pertandingan dilengkapi dengan bagian chat, tak tertutup kemungkinan, para fans juga akan bisa mengobrol dengan para komentator, pelatih, atau bahkan atlet favorit mereka saat waktu istirahat.

Twitch, yang dikenal sebagai platform streaming gaming nomor satu, kini juga mulai menyiarkan pertandingan olahraga tradisional. Belum lama ini, mereka  membiarkan penonton untuk menjadi caster dari pertandingan american football dan basket setelah mendapatkan izin dari NFL dan NBA. Michael Aragon, Senior Vice President of Content, Twitch mengatakan, ke depan, bsia jadi mereka akan membiarkan para penonton memilih komentator, mulai dari selebritas, atlet profesional, atau komentator.

Sumber header: Wikimedia Commons

Mengenal Perbedaan Model Bisnis Platform Streaming Game dari China dan Twitch

Layanan streaming seperti Twitch membantu industri esports untuk tumbuh besar. Keberadaan layanan streaming memungkinkan banyak orang untuk menonton turnamen esports.

Menurut Newzoo, tahun ini, penonton esports secara global mencapai angka 453,8 juta orang, tumbuh 15 persen jika dibandingkan dengan tahun lalu. Dari total penonton, sebanyak 201,2 juta masuk dalam kategori Enthusiast dan 252,6 juta sisanya menjadi bagian dari Occasional Viewer.

Semakin banyak jumlah penonton esports, semakin banyak pula perusahaan yang mau menjadi sponsor atau ikut serta dalam industri bernilai US$1,1 miliar ini. Misalnya, Honda baru mengumumkan keputusannya untuk menjadi sponsor dari League of Legends Championship Series untuk menjangkau konsumen generasi milenial dan generasi Z.

Secara global, Twitch adalah platform streaming paling dikenal. Meski belakangan, Mixer mulai berusaha mengejar. Namun, di China, pemerintah melarang Twitch untuk masuk. Ini memberikan ruang bagi perusahaan lokal untuk membuat layanan serupa.

Dikutip dari Abascus News, para analis memperkirakan bahwa industri streaming game di China akan mencapai US$3 miliar. Beberapa tahun lalu, ratusan layanan streaming game muncul. Pada 2016, terjadi “perang” antara platform streaming game di China. Douyu adalah salah satu pemain yang tersisa, bersama dengan pesaingnya, Huya.

Di tengah persaingan yang ketat, strategi Douyu adalah dengan menjadi royal dengan para top streamer mereka. Ialah Liu “PDD” Mou, top streamer di Douyu. Douyu membayar US$4 juta pada PDD agar dia mau menyiarkan kontennya secara eksklusif di platform itu. Setiap hari, PDD menyiarkan empat jam konten ketika dia bermain League of Legends.

Liu "PDD" Mou. | Sumber: YouTube
Liu “PDD” Mou. | Sumber: YouTube

Uang yang didapatkan oleh Liu dari Douyu itu tidak termasuk virtual gift yang diberikan oleh fans-nya. Harga virtual gift ini beragam, mulai dari beberapa dollar sampai US$300. Virtual gift juga akan menguntungkan Douyu sebagai platform karena mereka akan mendapatkan setengah dari total penjualan virtual gift.

Bisnis model platform streaming game di China memang berbeda dengan platform lain seperti Twitch. Sementara Twitch menjadikan iklan dan biaya berlangganan sebagai sumber pendapatan, hidup dan mati Douyu tergantung pada virtual gift. Pada kuartal yang berakhir pada Maret, 91 persen pendapatan dari Douyu berasal dari pembelian virtual gift.

Jangan heran jika Douyu sangat royal pada para top streamer mereka, seperti DPP. Menurut Ke Yan, analis Aequitas Research dari Singapura, Liu memberikan 3 persen kontribusi pada total pendapatan Douyu.

Sebagai perbandingan, Tyler “Ninja” Blevins, pria yang sempat menjadi streamer paling populer di Twitch sebelum pindah ke Mixer, mendapatkan US$500 ribu per bulan, menurut lapora Business Insider. Untuk mencapai ini, dia harus membuat konten siaran selama 12 jam setiap harinya.

Selain virtual gift dari fans untuk streamer, Douyu berusaha untuk mendapatkan pendapatan dengan membuat kegiagan offline. Belum lama ini, mereka mengadakan festival untuk jumpa fans dengan para streamer selama tiga hari. Dari ini, mereka berhasil meraup 20 juta yuan dari penjualan tiket.

Sumber: Douyu via Weibo
Sumber: Douyu via Weibo

Liu adalah salah satu streamer yang hadir di sini. Dalam festival itu, Liu juga menjamu 3.000 fans-nya selama dua malam. Semua itu dia lakukan menggunakan uangnya sendiri.

Ini adalah salah satu cara Liu untuk memuaskan para fans setianya. Salah satunya fans hardcore Liu adalah Sun Yi, pria berumur 22 tahun yang rela untuk naik kereta selama 24 jam demi dapat ikut serta dalam makan malam jamuan DPP.

Masalah Platform Streaming di China
Jika dibandingkan dengan pesaing utamanya, Huya, Douyu memiliki jumlah pengguna yang lebih banyak. Selain itu, jumlah top streamer mereka juga lebih banyak. Namun, dari segi pendapatan dan margin laba, Huya masih lebih baik.

“Terlepas dari laporan keuangan Douyu pada kuartal pertama yang sangat baik, Huya memiliki bisnis yang lebih baik,” kata Arun George, analis di Global Equity Research dari Inggris, seperti yang dilaporkan Abascus News.

Dia memperkirakan, alasan mengapa Huya dapat melakukan monetisasi dengan lebih baik karena aplikasinya yang dapat menampilkan konten sesuai dengan selera pengguna.

Strategi Douyu untuk fokus pada top streamer tidak salah. Namun, muncul pertanyaan apakah strategi ini bisa dipertahankan. Salah satu masalah yang dihadapi Douyu saat ini adalah bagaimana top streamer “membeli” popularitas.

Misalnya, tak lama setelah Liu menandatangani kontrak dengan Douyu pada Maret, dia menghabiskan hampir 20 juta yuan untuk mendapatkan dukungan penonton dalam kompetisi tahunan yang diadakan Douyu.

CEO Douyu, Chen Shaojie mengonfirmasi bahwa setengah dari total uang yang dihabiskan oleh Liu dihitung sebagai pemasukan Douyu sementara setengahnya kembali ke kantong Liu.

“Suara ‘belian’ itu akan tetap dihitung sebagai pemasukan karena, di bawah standar akuntansi, streamer tetaplah pelanggan yang membayar,” kata George. “Fokus Douyu pada top streamer membuat platform itu lebih rentan akan hal-hal seperti ini.”

Masalah lain yang harus dihadapi oleh platform streaming di China adalah penyensoran dari pemerintah. Seorang top streamer diblokir karena dia membuat candaan tentang serangan Jepang ke China.

Liu menyadari hal ini. Karena itulah, dia semakin berhati-hati ketika melakukan streaming. Misalnya, dia berhenti merokok di hadapan penonton.

Di Indonesia, Huya masuk dengan merek Nimo TV. Menurut laporan Antara News, total pengguna Nimo TV pada September dan Oktober 2018 naik hingga 300 persen. Ini menunjukkan besarnya potensi bisnis untuk platform streaming di Indonesia.

Memang, berdasarkan studi yang dilakukan oleh Kepios bersama We Are Social dan HootSuite, sebanyak 26 persen pengguna internet Indonesia menonton turnamen esports.

Mengingat APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) mengatakan bahwa jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 171 juta orang, itu artinya, ada 44,5 juta orang yang menonton esports.

Sumber: Abascus News, TechCrunch, Business Insider

Google: Jangan Anggap Stadia Sebagai Netflix-nya Para Gamer

Bulan November nanti, layanan streaming game Google Stadia bakal mulai beroperasi secara resmi. Demi mengantisipasi hype yang tinggi yang kerap berujung pada kesalahpahaman dari pihak konsumen, Andrey Doronichev selaku Product Director Google Stadia pun menyempatkan diri menjawab segala pertanyaan terkait Stadia melalui sesi Reddit AMA.

Ada banyak info sekaligus klarifikasi mengenai Stadia yang bisa kita simpulkan dari sesi tanya-jawab tersebut. Yang paling utama, Andrey mengingatkan agar kita jangan menyamakan Stadia dengan Netflix, menganggapnya sebagai Netflix-nya para gamer, sebab kalau di Netflix kita benar-benar tidak perlu mengeluarkan biaya ekstra untuk bisa menikmati semua konten yang tersedia.

Stadia di sisi lain tidak demikian. Paket berbayarnya, Stadia Pro, menawarkan sejumlah fasilitas seperti gameplay dalam resolusi 4K/HDR, surround sound 5.1, sejumlah diskon eksklusif serta akses gratis ke sejumlah game. Kalau dirata-rata, pelanggan Stadia Pro bakal mendapatkan setidaknya satu game baru secara cuma-cuma setiap bulannya, diawali oleh Destiny 2.

Ini jelas berbeda dari penawaran Netflix, meskipun jenis kontennya memang berbeda. Andrey pun lebih sreg menyamakan Stadia Pro dengan layanan Xbox Live Gold atau PlayStation Plus. Singkat cerita, tidak semua game bisa Anda mainkan di Stadia secara cuma-cuma, meskipun Anda telah membayar biaya berlangganan sebesar $10 setiap bulannya.

Google Stadia

Untuk paket gratisannya, Stadia Base, konsumen malah diwajibkan untuk membeli game-nya sendiri sebelum bisa dimainkan via Stadia. Ini sangat penting untuk diingat: Stadia Base memang gratis, tapi game yang bisa dimainkan tidak ada yang gratis, kecuali memang ada game free-to-play yang masuk dalam katalognya.

Konsumen Stadia Base pada dasarnya hanya dipinjami akses ke gaming PC berspesifikasi wahid secara cuma-cuma. Mereka bisa menyimpan tabungannya untuk membeli game yang hendak dimainkan, tanpa perlu menyisihkan dana lebih untuk membeli kartu grafis baru, atau bahkan merakit gaming PC dari nol.

Kalau disimpulkan, Google Stadia memang masih punya banyak batasan, tapi tetap saja kehadiran layanan ini bakal mendisrupsi industri streaming game secara menyeluruh. Sebagian besar layanan streaming game yang sudah ada sekarang memiliki mekanisme “bayar biaya berlangganannya, tapi sediakan sendiri game-nya”. Stadia Base nantinya bakal menghapus syarat membayar tersebut.

Sumber: GamesRadar.

Google dan Ubisoft Bagi-Bagi Assassin’s Creed Odyssey Gratis untuk Para Penguji Project Stream

Oktober lalu, Google membuat kejutan dengan mengumumkan layanan streaming game mereka yang bernama Project Stream. Mengejutkan bukan hanya karena ada Google di belakangnya, tapi juga karena layanan itu hanya membutuhkan browser Chrome di komputer dan koneksi internet yang cepat.

Tidak tanggung-tanggung, game pertama yang diuji dengan Project Stream adalah Assassin’s Creed Odyssey, game yang dikenal haus resource karena kualitas grafisnya yang memukau, serta mekanisme open world dengan dunia yang begitu luas. Namun berbekal optimasi yang maksimal, Project Stream menjanjikan pengalaman bermain yang mulus dalam resolusi 1080p 60 fps.

Sebagai bentuk apresiasi Google dan Ubisoft terhadap mereka yang berpartisipasi dalam pengujian Project Stream, partisipan bakal memperoleh satu kopi Assassin’s Creed Odyssey secara cuma-cuma, plus 1.000 Helix credit (mata uang virtual dalam game tersebut) yang setara dengan uang $10.

Hadiah menggiurkan ini tidak terbatas buat mereka yang sudah menguji Project Stream sejak bulan Oktober kemarin saja, melainkan juga partisipan baru yang memainkan Assassin’s Creed Odyssey via Project Stream minimal selama satu jam mulai sekarang sampai 15 Januari nanti.

Sayang sekali pengujian Project Stream hingga kini masih terbatas untuk konsumen di kawasan AS saja. Saya pribadi sudah mencoba mendaftar menggunakan VPN dan berhasil, akan tetapi rupanya masih tetap harus menunggu kabar selanjutnya mengingat slot partisipan yang tersedia terbatas.

Bagi yang memiliki koneksi internet 25 Mbps atau lebih cepat (salah satu syarat yang diajukan Project Stream), tidak ada salahnya ikut mencoba mendaftar langsung di situs Project Stream. Pastikan Anda lebih dulu mengaktifkan VPN dan memilih Amerika Serikat sebagai lokasinya sebelum mengakses tautan tersebut.

Sumber: VG247 dan Ubisoft.

Antstream Adalah Layanan Streaming Game Khusus Game Retro

Dibandingkan layanan streaming musik atau film, layanan streaming game masih tergolong sangat niche. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menjadikannya lebih mainstream, salah satunya seperti yang dilakukan oleh LiquidSky. Namun sebuah startup asal Inggris bernama Antstream berpendapat berbeda.

Mereka menilai ada hikmah yang dapat diambil apabila layanan streaming game tetap berada di jalur niche. Layanan yang mereka tawarkan pun sangat berbeda: ketimbang menawarkan koleksi game kelas AAA, katalog Antstream justru berisikan lebih dari 1.000 game retro yang berlisensi resmi.

Judul-judul seperti Fatal Fury, Joe & Mac dan Speedball adalah sebagian dari konten unggulan Antstream, dan ini semua memang tak bisa lagi kita mainkan kecuali kita punya akses ke cartridge dan console orisinilnya, atau dengan bantuan emulator, yang mungkin masih memicu perdebatan terkait legalitasnya.

Antstream

Kelebihan lain Antstream adalah performa streaming-nya yang secara teori bisa lebih baik dibanding layanan lain. Ini dikarenakan konten yang kita stream adalah game lawas dengan ukuran teramat kecil jika dibandingkan standar sekarang, sehingga semestinya jaringan 4G pun sudah cukup untuk mewujudkan sesi streaming game yang mulus.

4G? Ya, Antstream berencana merilis layanannya di banyak platform. Sejauh ini mereka baru mendukung Windows dan Android, meski anehnya, yang dimaksud Android baru mencakup tablet saja. Sayang hingga sekarang masih belum ada informasi mengenai jadwal peluncuran resmi dan tarif subscription yang bakal dipatok Antstream.

Sumber: SlashGear.

LiquidSky Merupakan Layanan Streaming Game dengan Paket Gratisan Berbasis Iklan

Semakin hari kita semakin terbiasa dengan budaya streaming. Musik kita stream, film kita stream, bahkan game pun bisa kita stream dengan layanan macam PlayStation Now atau GeForce Now. Yang membedakan, kalau Spotify dan Netflix sudah tergolong mainstream, PlayStation Now belum.

Kenapa bisa begitu? Alasannya simpel: tidak semua orang memiliki PS4 atau PC. Lain cerita kalau kita bisa streaming game melalui smartphone atau tablet. Jika seperti ini ketentuannya, layanan streaming game mungkin saja menjadi mainstream, apalagi semisal disediakan paket gratisan.

Itulah yang sedang diusahakan oleh LiquidSky. Sudah menjalani tahap beta selama sekitar dua tahun, LiquidSky menjanjikan kemampuan streaming game PC melalui beraneka perangkat, entah itu sebuah MacBook, laptop Linux atau bahkan ponsel dan tablet Android. Dan yang paling penting, tersedia paket gratisan yang bisa dinikmati semua konsumen.

MacBook Air pun bisa Anda pakai untuk bermain game AAA dengan LiquidSky / LiquidSky
MacBook Air pun bisa Anda pakai untuk bermain game AAA dengan LiquidSky / LiquidSky

Cara kerjanya hampir mirip seperti paket gratisan Spotify, dimana Anda harus rela menonton iklan selama beberapa menit untuk bisa mendapatkan akses streaming game selama 3 jam per hari. Kalau mau lebih, tentu saja Anda harus membayar biaya bulanan.

Setiap kali Anda menonton iklan ini, Anda akan menerima semacam mata uang virtual bernama SkyCredits. Iklan berdurasi 1 – 6 menit akan memberikan Anda sekitar 60 SkyCredits, yang akhirnya bisa ditukar dengan akses selama satu jam ke sebuah virtual machine dengan spesifikasi yang cukup untuk menjalankan mayoritas game dalam resolusi 1080p 30 fps.

Semakin banyak Anda menonton iklan, semakin banyak SkyCredits yang Anda peroleh. Dengan 120 SkyCredits, Anda akan mendapat akses ke virtual machine kelas Pro yang lebih bertenaga, sanggup menjalankan game dalam resolusi 1080p 60 fps. Dengan 240 SkyCredits, spesifikasi virtual machine kelas Elite yang ditawarkan bahkan jauh lebih bertenaga lagi.

Overwatch pun bisa Anda mainkan di ponsel dengan bantuan controller / LiquidSky
Overwatch pun bisa Anda mainkan di ponsel dengan bantuan controller / LiquidSky

Tiap-tiap virtual machine tersebut memiliki media penyimpanannya sendiri, dengan kisaran kapasitas 100 GB – 1 TB, tergantung apakah Anda merupakan pengguna gratisan atau yang membayar biaya berlangganan. Storage ini berfungsi untuk menyimpan gamegame yang berasal dari Steam, Battle.net, atau Origin – termasuk judul-judul populer seperti Overwatch dan League of Legends – sekaligus untuk menyimpan save file-nya.

Buat yang sudi membayar sebesar $10 per bulan, mereka akan mendapat akses streaming game selama 80 jam – atau 40 jam untuk kelas Pro, sedangkan kelas Elite hanya 20 jam. Mengingat semuanya mengandalkan cloud, Anda diwajibkan memiliki koneksi internet yang cepat sekaligus stabil – setidaknya 3 -5 Mbps untuk bisa streaming game dalam resolusi 1080p 30 fps dengan lancar.

Apabila syarat tersebut bisa Anda penuhi, LiquidSky memastikan semuanya berjalan secara responsif, dengan latency hanya berkisar 30 ms. Layanan ini rencananya akan mulai dibuka untuk umum pada bulan Maret mendatang.

Sumber: Engadget.

Layanan Streaming Game Nvidia Grid Punya Identitas Baru: GeForce Now

Setelah sekitar satu tahun lebih menjalani tahap beta testing, layanan streaming game Nvidia Grid akhirnya siap beroperasi secara resmi. Bersamaan dengan itu, layanan tersebut rupanya menerima identitas baru, yaitu GeForce Now. Continue reading Layanan Streaming Game Nvidia Grid Punya Identitas Baru: GeForce Now

Saingi PlayStation Now, GameFly Hadirkan Layanan Streaming Game untuk Smart TV Samsung

Perkembangan teknologi streaming benar-benar merevolusi cara kita mengonsumsi konten digital. Sekarang ini tidak cuma musik dan film saja yang bisa di-stream via koneksi internet, tetapi juga video game berkat layanan-layanan seperti Nvidia Grid atau PlayStation Now. Continue reading Saingi PlayStation Now, GameFly Hadirkan Layanan Streaming Game untuk Smart TV Samsung

PlayStation Now Hadir dengan Tampilan Baru yang Lebih Mudah Dinavigasikan

PlayStation Now, layanan streaming game dari Sony yang diumumkan bulan Januari lalu, baru-baru ini mendapat perombakan total atas tampilannya. Interface baru ini bisa langsung dinikmati oleh para pelanggan yang menggunakan perangkat PlayStation 4. Continue reading PlayStation Now Hadir dengan Tampilan Baru yang Lebih Mudah Dinavigasikan