OVO Tegaskan Kemitraan dengan Bank Mandiri, Grab, Alfamart, dan MOKA

Layanan digital wallet Lippo Group OVO hari ini mengumumkan kemitraan strategis dengan empat brand ternama di Indonesia. Mereka adalah Bank Mandiri, Grab, MOKA dan Alfamart. Dalam sambutannya Presiden Direktur OVO Adrian Suherman mengungkapkan kerja sama strategis ini diharapkan bisa menambah jumlah pengguna aktif OVO baru yang datang dari mitra terkait. Selain itu OVO juga ingin menjadi open platform yang bisa digunakan semua orang.

“Kemitraan cross acceptance platform yang terjalin dengan Bank Mandiri memungkinkan pengguna untuk menikmati fitur dari masing-masing platform. OVO juga memberikan kemudahan untuk transaksi cash-in di semua gerai Alfamart.”

Sementara itu, OVO juga berharap merangkul mitra MOKA yang sudah tersebar di 200 kota. Sebagai layanan point-of-sale, MOKA digunakan berbagai pelaku UKM, mulai dari food truck hingga toko pakaian.

Menambah jumlah mitra

Dalam waktu satu tahun sejak diluncurkan, OVO mengklaim telah memiliki sekitar 5-10 juta pengguna aktif. Perangkat OVO tersedia di 350 gerai di 212 kota. Meskipun masih didominasi pengguna Jakarta, namun saat ini jumlah pengguna dari Medan, Palembang, dan Surabaya mulai menyusul jumlahnya. Penambahan jumlah mitra akan menjadi fokus OVO sepanjang tahun 2018.

“Yang menjadi menarik adalah salah satu mall terbesar di Surabaya, yaitu Tunjungan Plaza, tercatat merupakan jumlah merchant terbanyak OVO,” kata Adrian.

Skema P2P dan QR Code

Salah satu rencana yang saat ini tengah dikembangkan OVO adalah skema peer-to-peer (P2P) dalam aplikasi. Disinggung seperti apa penerapannya nanti, Adrian menegaskan saat ini masih dalam tahap pengembangan dan jika sudah final akan diluncurkan pada Q4 2018.

“Tentunya kita akan menunggu keputusan Bank Indonesia soal lisensi tersebut. Jika sudah dapat lampu hijau akan kita luncurkan segera,” kata Adrian.

Penggunaan P2P akan menambah skema teknologi yang diterapkan OVO. Saat ini pihaknya gencar menerapkan penggunaan QR code sebagai cara pembayaran.

PT Visionet Internasional, pemegang brand aplikasi OVO, resmi mendapatkan izin Bank Indonesia (BI) sebagai penyelenggara uang elektronik (e-money) pertengahan tahun lalu.

Grab dan OVO

Managing Director Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata menyebutkan kerja sama strategis yang terjalin memungkinkan pengguna OVO melakukan top up saldo langsung melalui mitra pengemudi Grab yang sudah diperkenalkan awal Juli lalu.

Ridzki menegaskan GrabPay adalah nama kanal pembayaran. Pembayarannya sendiri bisa menggunakan uang tunai, kartu kredit, Mandiri E-Cash, dan OVO.

OVO sendiri baru saja mengangkat Jason Thompson sebagai CEO OVO. Jason sebelumnya adalah Head of GrabPay.

“Bukan hanya dengan OVO. Ada kemungkinan ke depannya kami akan menambah jumlah mitra untuk pilihan pembayaran di Grab,” kata Ridzki.

Application Information Will Show Up Here

OVO Perkenalkan Jajaran Manajemen Baru, Jason Thompson Jadi CEO

OVO memperkenalkan sejumlah jajaran manajemen baru. Highlight-nya adalah bergabungnya Managing Director GrabPay Jason Thompson sebagai CEO OVO. Sementara itu, Group CEO Lippo Digital Group Adrian Suherman menjadi Presiden Direktur.

OVO adalah platform pembayaran digital yang agresif menjadi tulang punggung Lippo Digital Group dan telah diterapkan di berbagai merchant offline dan online. Karena telah memiliki lisensi e-money di Indonesia, OVO juga digandeng menjadi mitra pembayaran digital GrabPay.

Dalam sambutannya, Jason Thompson mengatakan, “Kami tidak sabar ingin membangun platform pembayaran universal pertama di Indonesia yang diterima di mana saja, mulai dari mall dan rumah sakit hingga warung dan toko-toko milik keluarga. Kami akan terus bekerja dengan para mitra untuk menciptakan ekosistem pembayaran yang menguntungkan bagi masyarakat Indonesia.”

Selain Jason, OVO juga merekrut sejumlah petinggi yang memiliki latar belakang pekerjaan di bidang finansial dan teknologi. Mereka adalah:

  • Agustinus Risang Danurjati menjabat sebagai Director of HR, setelah sebelumnya bergabung dari Home Credit Indonesia.
  • Rajen Indrajana Sofiandi dari MoneyGram International bergabung dengan OVO sebagai Head of Risk & Compliance.
  • Harianto Gunawan juga ditunjuk sebagai Director of Enterprise Payments. Harianto bergabung dengan OVO setelah sebelumnya lebih dari 20 tahun menjabat sebagai Country Director untuk Visa, Lippo, dan Bank International Indonesia.
  • Yelly Siriwan Aramserewong ditunjuk sebagai Director of Financial Services OVO. Ia akan memanfaatkan keahliannya dari Fullerton Financial Holdings milik Temasek Group untuk memperluas layanan keuangan OVO.
  • Yukie Iskandar menjabat sebagai Head of Special Projects untuk tim manajemen OVO, memanfaatkan keahliannya dari Facebook.

OVO disebutkan telah tersedia di 30 ribu merchant di 211 kota Indonesia.

Adrian Suherman berkomentar, “Kami sangat senang menyambut Jason Thompson, Harianto Gunawan, dan Yelly Siriwan Aramserewong bergabung dengan tim OVO. Sekarang kami memiliki keahlian yang tepat untuk memimpin fase berikutnya dalam pertumbuhan OVO. Hubungan kami dengan berbagai lembaga keuangan dan mitra teknologi di Asia Tenggara akan membantu memperluas ekosistem kami dengan cepat. Yang terpenting, kami memiliki passion yang sama untuk membangun dompet elektronik yang dapat memberikan akses kepada masyarakat Indonesia akan layanan keuangan dan pembayaran non-tunai, di seluruh Indonesia dan Asia Tenggara.”

Application Information Will Show Up Here

Lippo Group Provides Funding for Tencent

Lippo Group reports a funding for China’s tech giant company Tencent. The value has reached $44 million or about Rp628 billion. Quoted from Kompas, Rudy Ramawy, Lippo Group’s Director, said that Tencent investment consists of shares and equity-linked notes (ELNs). The investment was made by Lippo’s subsidiary in Hong Kong.

“The investment is highlighting Lippo’s commitment in digital transformation and investment in the fourth industrial revolution,” he explained.

Currently, Tencent is China’s first company which market capitalization has succeeded through $500 billion in the last November and placed as one of the biggest tech company worldwide.

Tencent is the owner of WeChat and listed as the shareholder in several top-tier digital companies, such as Snapchat, Spotify, and JD.com. Tencent also involves in Go-Jek’s investment.

One thing to be highlighted from Lippo Group is their active contribution in supporting tech companies, including the on-demand transportation Grab and fintech company Ovo, which is Go-Jek’s competitor.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Lippo Group Berikan Pendanaan untuk Tencent

Lippo Group mengumumkan pendanaan untuk raksasa teknologi asal Tiongkok Tencent. Pendanaan mencapai $44 juta atau sekitar Rp628 miliar. Dikutip dari Kompas, Direktur Lippo Group Rudy Ramawy mengatakan bahwa investasi di Tencent terdiri atas saham Tencent dan equity-linked notes (ELNs). Investasi ini dilakukan oleh anak perusahaan Lippo di Hong Kong.

“Investasi ini menegaskan komitmen Lippo dalam transformasi digital dan investasi di revolusi industri keempat,” jelas Rudy.

Saat ini Tencent merupakan perusahaan Tiongkok pertama yang kapitalisasi pasarnya berhasil melalui $500 miliar pada November tahun lalu dan mengukuhkan diri sebagai salah satu perusahaan teknologi terbesar di dunia.

Tencent merupakan pemilik aplikasi WeChat dan juga tercatat memiliki kepemilikan saham di beberapa perusahaan digital kenamaan, seperti Snapchat, Spotify, dan JD.com. Tencent juga berinvestasi di Go-Jek.

Yang menjadi salah satu sorotan adalah Lippo Group cukup aktif terlibat dalam dukungan ke perusahaan teknologi, salah satunya perusahaan on demand transportasi Grab dan perusahaan pembayaran Ovo, yang merupakan pesaing Go-Jek.

MatahariMall Rambah Segmen B2C, Tonjolkan Lini Fesyen dan Gaya Hidup

Layanan e-commerce yang terafiliasi dengan jaringan Lippo Group, MatahariMall, mengumumkan fokus baru di segmen B2C dengan menonjolkan lini fesyen dan gaya hidup sebagai daya tariknya di tengah persaingan industri e-commerce yang ketat di Indonesia. Keputusan bisnis ini mulai efektif dilakukan sejak akhir tahun lalu, setelah riset mendalam kemudian membentuk unit bisnis baru khusus menangani ritel dan merchandising.

CEO MatahariMall Hadi Wenas menuturkan ada banyak faktor mengapa perusahaan memutuskan untuk mengedepankan lini fesyen dan gaya hidup. Pertama-tama, lewat riset kepada nasabah loyalnya, tentang relevansi terdekat yang ada di benak mereka tentang MatahariMall. Ternyata mayoritas responden menjawab fesyen dan gaya hidup.

Kemudian, dari fakta kontribusi transaksi yang dikontribusikan lini fesyen terhadap seluruh total bisnis MatahariMall terus meningkat tiap tahunnya. Dari awalnya 20% terus merangkak naik jadi 60%. Kendati tidak disebutkan lebih detail tentang angkanya.

“Untuk itu kita meluncurkan private label sendiri. Mavis untuk laki-laki dan Massilca untuk perempuan. Kita mau cater kebutuhan fesyen untuk sehari-hari dengan harga terjangkau,” terang Wenas dalam sesi wawancara khusus bersama sejumlah media, Rabu (2/5).

Untuk dukung lini barunya tersebut, MatahariMall memperkenalkan fitur Cocok Baru Bayar, di mana konsumen dapat mencoba pesanan yang datang, dapat ditunggu maksimal selama 15 menit oleh kurir. Ditambah kebijakan pengembalian barang selama 100 hari dengan persyaratan tertentu dan pengembalian uang 100%.

Fitur baru tersebut dimulai dengan koleksi ekslusif Mavis dan Massilca. MatahariMall menyediakan lebih dari 1.000 SKU untuk brand-nya tersebut dan memanfaatkan gudang untuk proses pengiriman barang langsung ke tempat tujuan.

“Ibaratnya, dulu kalau fokus lini fesyen itu level dua sekarang jadi level satu. Kami optimis bisa bermain di sini karena kami ini menyasar ke mass market, setahu kami belum ada [layanan] e-commerce yang fokus ke sana.”

Segarkan tampilan, “menganaktirikan” marketplace

Seiring dengan pergeseran fokus, perusahaan juga melakukan perubahan tampilan muka dan mengubah branding logo MatahariMall. Menurut pantuan DailySocial, tampilan muka situs desktop/mobile dan aplikasi MatahariMall kini lebih mengedepankan unsur mobile. Berbeda dengan MatahariStore yang tampilannya masih lebih fokus ke desktop.

Untuk mendorong transaksi di fesyen, perusahaan mendesain ulang UX agar semudah menggunakan Instagram. Bisa memilih opsi tampilan, bisa mencantumkan komentar, dan mencari referensi gaya. Perusahaan menyediakan referensi berdasarkan kurasi hashtag tertentu di Instagram.

Nantinya, ketika pengguna mengklik salah satu foto, akan diberikan referensi produk mirip “Get The Look” dan dapat dipilih. Apabila menyukai referensi yang diberikan, pengguna dapat langsung berbelanja.

“Kami sudah mengkurasi dua ribu hashtag yang bisa kami deteksi agar bisa masuk ke situs MatahariMall. Sebelumnya kami bekerja sama dengan para influencer, sekarang orang umum pun bisa masuk ke situs kami.”

MatahariMall saat awal berdiri mengusung pendekatan layanan marketplace dengan tagline “Semua Ada, Semua Belanja.” Kini, seiring pengumuman fokus barunya, perusahaan kini agak “menganaktirikan” layanan marketplace tersebut.

Hal tersebut terlihat dari visibilitasnya yang diletakkan di dalam kolom “Categories”, di bagian bawah browser. Tampilan muka hanya tonjolkan produk fesyen. Apabila pengguna ingin membeli produk non fesyen dan gaya hidup, harus membuka kolom “Categories” dan mencari bagian “Home & Lifestyle”.

Perusahaan juga menyediakan layanan digital untuk isi pulsa, token PLN, air PDAM, BPJS, beli tiket bioskop, dan zakat.

“Tampilan muka hanya kami tonjolkan bagian fesyen saja, untuk belanja non fesyen bisa dilihat di bagian “Categories”. Sengaja tidak kami tampilkan semuanya [produk] dalam tampilan muka, agar tidak terlalu penuh,” pungkas Wenas.

Fokus baru MatahariMall di segmen fesyen dan gaya hidup bakal meramaikan persaingan e-commerce niche khusus fesyen. Pemain lain di sektor ini antara lain Zalora, Berrybenka, Sale Stock, dan Zilingo.

Application Information Will Show Up Here

OVO Partners with Bank Mandiri to Boost New Subcribers

OVO, Lippo Group’s fintech and loyalty platform, announces a business partnership with Bank Mandiri to fulfill its ambition in facilitating financial inclusion in Indonesia.

Mandiri’s e-cash, e-money, debit, and credit card customers can do all transactions at OVO’s merchant partners. Similar terms apply to OVO‘s users to increase cashless transaction growth for both companies.

However, the implementation won’t be available immediately. It will be available by mid-year or the third quarter of 2018.

“Therefore, Bank Mandiri’s EDC machine will be accepting OVO’s transaction. Moreover, it will be distributed to the merchants which yet to own EDC machine. We’ll [OVO and Bank Mandiri] do co-marketing [effort] so all promos can be enjoyed by customers from both companies,” Adrian Suherman, OVO’s CEO, said (3/29).

Furthermore, OVO will be accepting Mandiri service in its app and making use of Mandiri’s network such as ATM and Mandiri Online as the supporting infrastructure.

Users can top-up and withdraw OVO’s cash balance through Bank Mandiri. There will also be offerings for the credit facility, investment products, and other features.

“As the leading banking company in Indonesia, we always embrace new innovations. In this digital era, working with the technology company is one way to increase interoperability,” Rico Usthavia Frans, Bank Mandiri’s Director of Technology and Operations, said.

Bank Mandiri’s EDC machine is claimed to have been distributed to 250 thousand merchants, while OVO has around 23 thousand merchants in 209 cities throughout Indonesia. OVO has 9.5 million customers with 60% are women between 23-35 years old.

OVO’s next step is to partner with fintech companies and other bankings to improve acceptance in making transaction anywhere.

Aiming for 20 million users

Besides partnering with Bank Mandiri, OVO also initiates some new features to give added value to customers. By the end of this year, OVO’s users should reach 15-20 million. Its current number is 9.5 million.

“Honestly, the initial target of users have been achieved. Therefore, we’ll aim for a higher number by the end of this year, for 15-29 million users.”

Suherman said that the increasing number of users can be observed from parking promo in Lippo Group’s malls. In addition, many users are interested in the redeem point program through the app.

In terms of product innovation, there will be many improvements to be introduced. Recently, OVO Invest is available for mutual funds transaction. The company partners with Cipta Dana for money market mutual funds. It’s currently in beta version.

It completes OVO’s initial products consist of OVO Points as a loyalty program, OVO Cash as electronic money for all transactions. Customers can use OVO app to top up, transfer, pay bills, and for insurance.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Using OVO’s E-Money License, GrabPay is Now Back in Service

Grab is making use of OVO’s e-money license to get GrabPay back in service. It’s fully available per (12/14), after being temporarily frozen by Bank Central since October 16th, 2017.

“Starting today, Grab customer can top-up GrabPay credits and using it,” said GrabPay Southeast Asia’s Managing Director Jason Thompson, quoted from Katadata.

The return of GrabPay cannot be separated from company collaboration under Lippo Group. OVO is already has e-money license from Bank Indonesia since August 22, 2017 with PT Visionet International as legal entity. Before the collaboration with OVO, Grab also provided delivery logistic for MatahariMall.

Following GrabPay’s return (with new branding “GrabPay, powered by OVO”), Grab customer can now top-up in many ways, by driver, supermarket, local bank and ATM, also credit card.

Besides providing online payment options, Grab and OVO will collaborate in using their partnership technology and network to develop a finest and safest mobile payment platform following customer’s demand.

OVO is not only capable of various financial transaction such as merchant payment, top-up and check balance. It also provides loyalty program in every transaction with partnered merchants.

“E-money license given to OVO provides a great opportunity for us in creating
various financial solution to get involved in Indonesia’s National Cashless
Movement (GNNT) development. We will continue to approach customers, merchants and regulators, to provide innovative e-money products and services following customer’s dynamic needs,” OVO’s CEO, Adrian Suherman, said a while ago.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Manfaatkan Lisensi E-Money OVO, GrabPay Kembali Aktif

Grab memanfaatkan lisensi e-money yang sudah dikantungi OVO untuk mengaktifkan kembali layanan pembayaran GrabPay. Layanan ini resmi hadir per kemarin (14/12), setelah dibekukan sementara oleh bank sentral sejak 16 Oktober 2017.

“Mulai hari ini, penumpang Grab dapat mengisi GrabPay Credits mereka dan menggunakan GrabPay,” kata Managing Director GrabPay Southeast Asia Jason Thompson, dikutip dari Katadata.

Kembali GrabPay ini tidak lepas dari kolaborasi antar perusahaan di bawah naungan Lippo Group. OVO sudah mengantongi lisensi izin e-money Bank Indonesia sejak 22 Agustus 2017 dengan nama badan hukum PT Visionet International. Sebelum berkolaborasi dengan OVO, Grab juga membantu logistik pengiriman barang untuk MatahariMall.

Dengan kembali aktifnya GrabPay (dengan branding baru ‘GrabPay, powered by OVO’), pengguna Grab kini dapat melakukan top up dengan berbagai cara. Mulai dari mitra pengemudi, toserba, bank lokal dan ATM, hingga kartu debit.

Selain menyediakan opsi pembayaran secara online, Grab dan OVO akan bekerja sama memanfaatkan teknologi dan jaringan mitra masing-masing untuk mengembangkan platorm pembayaran mobile yang nyaman dan aman sesuai dengan kebutuhan konsumen.

OVO tidak hanya dapat digunakan untuk berbagai macam transaksi keuangan, seperti pembayaran di merchant, isi ulang, pengecekan saldo. Juga menyediakan program loyalitas setiap transaksi di merchant rekanan.

“Lisensi e-money yang diberikan kepada OVO memberi kesempatan yang luar biasa bagi kami untuk dapat menciptakan beragam solusi keuangan guna turut andil dalam perkembangan gerakan nasional non tunai (GNNT) masyarakat Indonesia. Kami akan terus mendekatkan diri dengan pengguna, merchants dan regulator, untuk menghadirkan produk dan layanan e-money inovatif yang sesuai dengan kebutuhan mereka yang dinamis,” sambut CEO OVO Adrian Suherman beberapa waktu lalu.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Jim Geovedi Dikabarkan Menjadi CTO OVO

Pengembang aplikasi finansial untuk program loyalitas OVO dikabarkan telah merekrut CTO (Chief Technology Officier) baru. Menurut sumber terpercaya, pakar teknologi informasi dan komunikasi Jim Geovedi yang ditunjuk untuk mengisi posisi tersebut. Pihak OVO juga telah mengonfirmasi seputar penunjukan ini.

Nama Jim Geovedi sendiri akhir-akhir ini banyak dilibatkan ke dalam struktur perusahaan digital atau startup di Indonesia. Terakhir ada Kata.ai (YesBoss), KoinWorks, dan Beritagar yang menjadikannya sebagai advisor atau penasihat teknologi dalam bisnisnya.

Jim sendiri dikenal sebagai seorang ahli dalam keamanan sistem jaringan. Baru-baru ini ia juga berkonsentrasi pada pengembangan dan penelitian teknologi cerdas berbasis NLP dan Machine Learning.

OVO merupakan salah satu unit bisnis di bawah naungan LippoX, yakni perusahaan digital payment milik grup Lippo. Sebagai platform cross-coalition loyalty program, OVO ingin memberikan mengakomodasi loyalitas pengguna dengan cara baru.

Pengguna tidak dibatasi hanya dapat mengumpulkan dan menukarkan di satu merchant rekanan saja. Konsumen dapat mengumpulkan dan menukarkan di semua merchant rekanan OVO.

Pembaruan pada pukul 16.50: Konfirmasi pihak OVO atas perekrutan tersebut.

Application Information Will Show Up Here

Aplikasi “Grocery” Online Hypermart Segera Diresmikan, Kini Melayani Berbagai Kota

Layanan grocery Hypermart dipastikan bakal resmi meluncur dalam beberapa minggu ke depan. Saat ini aplikasi berbasis iOS dan Android sudah tersedia dan konsumen sudah bisa mencobanya. Tak hanya di kawasan Jabodetabek, tapi juga di kota-kota yang memiliki jaringan ritel hypermarket milik Lippo Group ini.

Di bulan Desember lalu, layanan ini hanya tersedia di 7 Hypermart di seputar Jabodetabek. Jika Anda mencoba aplikasi ini sekarang, Anda bisa mencobanya di berbagai kota, bahkan di luar Jawa sekalipun. Pembayaran bisa dilakukan secara COD, gesek kartu kredit, atau transfer.

Disebutkan layanan ini masih mengandalkan tim internal untuk pengantaran.

Bersiap menghadapi kompetitor

Kehadiran aplikasi grocery online sendiri sudah mulai umum diadopsi konsumen di kota besar. Go-Mart, Honestbee, HappyFresh, dan KeSupermarket (dikelola pemilik Ranch Market dan Farmer’s Market) adalah nama-nama yang menyasar segmen ini.

Keunggulan Hypermart dibanding layanan serupa adalah ketersediaannya di berbagai kota yang sudah memiliki jaringan Hypermart. Tentu saja pertanyaannya apakah memang ada demand yang memadai di kota-kota lain, di luar Jabodetabek, Bandung, dan Surabaya, untuk layanan berbelanja on-demand seperti ini.

Kita tunggu peluncuran aplikasi Hypermart dalam beberapa waktu ke depan dan bagaimana visinya dalam merebut kue pasar grocery di Indonesia.

Application Information Will Show Up Here