Ramalan Investasi Startup di Tahun Ayam Api

Tahun 2016 menunjukkan sikap baiknya kepada kancah startup Tanah Air. Berdasarkan Indonesia’s Tech Startup Report 2016, setidaknya ada empat catatan khusus yang dapat ditinjau dengan seksama.

Laporan tahunan yang disusun oleh DailySocial ini menunjukkan bahwa ranah e-commerce dan fintech masih bersaing ketat sebagai ranah tech startup dengan investasi terbanyak, masing-masing sebesar 21% dan 20%. Itulah fakta pertama yang kemudian diikuti dengan fakta kedua bahwa fintech diprediksi menjadi sektor terpopuler di tahun 2017.

Catatan ketiga, 40% dari investasi startup tahun 2016 ditujukan untuk startup tahap awal (seed) sedangkan 24% ditujukan untuk startup yang telah mencapai tahap Seri A.

Sayangnya, menyambung fakta di atas, catatan keempat dari annual report DailySocial ialah mengenai kurangnya talenta dan akses ke pendanaan yang diproyeksikan masih akan ‘menghantui’ tech startup di 2017 ini.

Tantangan tersebut dapat diubah menjadi peluang oleh para pelaku startup, asalkan mereka dapat memahami secara komprehensif apa yang telah dan akan terjadi pada ekosistem bisnis teknologi rintisan di Indonesia.

Go-Jek, contohnya. Startup yang telah mengakuisisi empat perusahaan teknologi India ini telah memasang standar tersendiri dalam memanfaatkan peluang tersebut, hingga akhirnya berhasil mengeruk pendanaan $550 juta dan secara resmi menjadi startup unicorn pertama di Indonesia.

Bagaimana langkah yang tepat untuk mencapai peluang agar mendapat pendanaan? Apakah pintu untuk meraih gelar unicorn seperti Go-Jek masih terbuka lebar di tahun Ayam Api? Menjawab pertanyaan semacam ini, Mandiri Capital Indonesia (MCI), Metra Digital Innovation (MDI), dan DailySocial.id berinisiatif kembali menggelar DigiTalks yang kali ini mengambil tema Investment Trend in 2017.

DigiTalks: Investment Trend in 2017 / DailySocial
DigiTalks: Investment Trend in 2017 / DailySocial

Diskusi panel DigiTalks pada kesempatan ini akan mengajak para startup owner/founder, revenue officer, business development officer, dan mereka yang ingin terlibat di dalam tubuh tech startup untuk mengenal dan berdiskusi mengenai lanskap pendanaan di tahun 2017 bersama pengamat industri dan venture capitalist, antara lain Raditya Pramana (Investment Manager Venturra Capital) Antonny Liem (CEO Merah Putih Incubator), dan Amir Karimuddin (Editor-in-chief DailySocial Business), yang akan dimoderatori oleh Aldi Adrian Hartanto (Head of Investments Mandiri Capital Indonesia).

DigiTalks yang akan diselenggarakan pada 31 Januari 2017 di Mandiri Inkubator Bisnis ini akan menguak cerita yang berkisar dari soal ekosistem startup Indonesia, pendanaan, juga tantangan dan masa depan tech entrepreneurs, venture capitalist, dan startup anak bangsa.

Dengan mendaftar gratis di sini, Anda akan mendapatkan insight terkini agar bisnis semakin bergengsi di tahun Ayam Api.

Disclosure: DigiTalks adalah kolaborasi bersama Mandiri Capital Indonesia, Metra Digital Innovation, dan DailySocial

BNI Akan Perkuat Bisnis Melalui Strategi Fintech dan Modal Ventura

Tahun ini Bank Negara Indonesia (BNI) memiliki sejumlah rencana pertumbuhan anorganik dengan menyiapkan dana sebesar Rp 4 triliun untuk anak usaha. Selain memperkuat bisnis yang sudah ada, BNI berencana mendirikan perusahaan asuransi umum, modal ventura dan manajemen aset.

Dari total anggaran tersebut, sekitar Rp 1,5 triliun akan dipergunakan untuk mengakuisisi perusahaan fintech untuk mengembangkan bisnis digital banking.

Kepada DailySocial, Direktur Keuangan Rico Rizal Budidarmo turut menerangkan, pihaknya cenderung akan memilih perusahaan modal ventura yang sudah ada sehingga prosesnya bisa lebih cepat. Terkait akuisisi perusahaan fintech, dia memastikan pastinya BNI akan memilih perusahaan yang banyak bersentuhan dengan sistem pembayaran.

“Cenderung akuisisi yang ada [modal ventura] sehingga bisa cepat. [Untuk akusisi fintech] Tentunya yang banyak bersentuhan dengan payment system,” ucap dia.

Rico melanjutkan, “Kami membutuhkan perusahaan-perusahaan teknologi yang bisa mendukung dan bersinergi dengan bisnis digital banking, seperti startup fintech,” seperti dikutip dari Ascend.

Rencana BNI ini bisa dikatakan cukup agresif dalam rangka merangkul perkembangan fintech yang bakal masif ke depannya. Beda dengan rekan bank pelat merah lainnya seperti Bank Mandiri yang cenderung memilih untuk membangun sendiri perusahaan modal ventura, PT Mandiri Capital Indonesia (MCI) pada awal tahun lalu.

Lewat MCI, Bank Mandiri secara berkala memberikan suntikan dana agar dapat diteruskan kepada para investee company di MCI. Bank Mandiri mengamanatkan MCI untuk memilih startup digital yang bergerak di bidang fintech saja.

Bank Mandiri juga menganggarkan suntikan dana untuk MCI sebesar Rp 150 miliar. Diharapkan total dana kelolaan MCI mencapai Rp 500 miliar, dari sebelumnya Rp 350 miliar.

Bank Central Asia (BCA) juga tidak mau kalah, sejak tahun lalu bank swasta terbesar di Indonesia ini sudah menyerahkan seluruh dokumen persyaratannya untuk mendirikan modal ventura ke OJK. Kabar terakhir menyebut BCA hanya tinggal menunggu persetujuan saja dari regulator. Hingga kini kami masih belum dapat mengetahui kabar terbarunya.

Mandiri Capital Hadirkan Platform StartupBerbagi Khusus Bantu UMKM

Bank Mandiri melalui anak usahanya Mandiri Capital Indonesia (MCI) memberikan akses aplikasi gratis kepada pelaku UMKM lewat platform StartupBerbagi. Seluruh aplikasi bisnis dan keuangan yang ada di dalam kanal tersebut dapat diunduh secara gratis, hasil kolaborasi MCI dengan startup binaannya yang sebelumnya sudah tergabung di inkubator.

Semangat yang ingin disampaikan dari kehadiran platform ini adalah MCI ingin memfasilitasi UMKM yang belum digital dan ingin ‘go digital’ dengan membantu menyediakan web hosting, app building, services, dan lainnya. Yang menyediakan jasa tersebut adalah startup yang tergabung dalam program inkubator Mandiri.

Direktur Finance & Treasury Bank Mandiri Pahala N Mansury mengatakan StartupBerbagi diharapkan dapat mendukung percepatan pengembangan bisnis UMKM di Tanah Air, agar makin memiliki daya saing baik di ranah nasional maupun regional.

“Inisiatif ini juga sejalan dengan tren inovasi digital yang telah mengubah perilaku masyarakat dalam mendapatkan solusi atas permasalahan sehari-hari, termasuk pelaku UMKM. Kami pun menyadari bahwa inovasi digital merupakan solusi efektif untuk pengembangan UMKM,” ucapnya.

Dari total startup binaan MCI yang sudah masuk ke inkubator, sebenarnya ada 14 startup. Namun hanya sembilan yang terpilih untuk masuk ke dalam StartupBerbagi. Beberapa di antaranya Konektifa, Folio, Atom, Taxies, PickPack, DompetSehat, Mikrobiz, IDCloudHost,dan Erz4p.

“Tidak semua startup binaan kami berpartisipasi dalam program CSR ini karena beda-beda offering, kapasitas, dan lain hal. Tiap enam bulan akan ada batch baru, jika waktu sudah habis akan ada batch berikutnya,” terang CEO MCI Eddi Danusaputro.

Pelaku UMKM dapat mengakses layanan fintech ataupun aplikasi bisnis lainnya melalui StartupBerbagi. Aplikasi yang dapat dimanfaatkan, misalnya Erzap untuk pembuatan laporan keuangan yang komprehensif, PickPack untuk layanan distribusi barang, Folio untuk inventori produk dan jaringan point-of-sale berbasis cloud. Atau Atom untuk pembuatan aplikasi penjualan produk dan layanan secara sederhana.

Untuk tahap awal, akses ke platform ini akan diberikan kepada 100 ribu pelaku UKM. Adapun dari segi potensi UMKM yang belum memanfaatkan teknologi digital jumlahnya mencapai 60 juta UMKM di Indonesia.

Mengacu laporan terkini Deloitte, sekitar 36% UMKM di Indonesia sama sekali belum menggunakan teknologi internet. 30% UMKM sudah memiliki pemahaman dasar tentang akses internet, lalu 18% UMKM mengaku sudah menggunakan media sosial. Namun, hanya 9% UMKM yang sudah capai level mahir berjualan melalui layanan e-commerce.

“Lewat platform ini, MCI ingin memberikan kontribusi yang lebih baik untuk bangun ekosistem digital di Indonesia,” pungkas Eddi.

Kolaborasi Startup Penopang Perekonomian di Hari Mendatang

Sesuatu yang besar berawal dari hal-hal kecil. Mari kita ambil startup dan perekonomian sebuah negara sebagai contoh untuk menggambarkannya. Startup memang bisnis usaha dengan skala kecil dan menengah, namun kemampuannya menjadi tulang punggung keuangan negara tidak perlu diragukan lagi seharusnya. Lihatlah bagaimana startup membuka lebih banyak lapangan pekerjaan yang secara langsung jelas memberi imbas pada peningkatan ekonomi negara, di tengah tren jumlah pengangguran yang menurun dari semester pertama dan kedua di tahun 2015 dan 2016.

Kendati besar dampaknya, langkah itu ‘hanya’ satu dari sekian kontribusi yang dibagi oleh startup kepada masyarakat. Dengan usia usaha dan industri yang tergolong hijau, spirit saling berbagi mestinya memang menjadi prinsip dari startupstartup ini. Ingat, kuncinya adalah berbagi dan kerja sama, atau yang awam kita dengar dengan “sharing is caring”.

Membuka jalan untuk implementasi dari ide tersebut, Mandiri Capital Indonesia (MCI), Metra Digital Innovation (MDI), dan DailySocial.id menjalin sebuah kolaborasi melalui program DigiTalks yang kini bertajuk How Digital Innovations Contribute to Indonesian Economy.

Diskusi panel yang diselenggarakan pada Rabu, 14 Desember 2016 ini rencananya akan melibatkan tiga pakar dunia digital Indonesia dalam memperbincangkan bagaimana inovasi digital mendorong perekonomian sebuah negara dan memberi kontribusi langsung bagi masyarakat luas. Tiga orang tersebut adalah Donald Wihardja (Partner Convergence Ventures) dan Muhamad Fajrin Rasyid (Co-founder dan CFO Bukalapak), dengan Rama Mamuaya (CEO DailySocial.id) sebagai moderatornya.

Selain talkshow, DigiTalks yang bertempat di Rumah Mandiri Inkubator Bisnis ini akan menghadirkan launching dari program yang diinisiasi Mandiri Capital Indonesia bernama StartupBerbagi, suatu platform yang dapat menjembatani startup Indonesia untuk berkolaborasi dan berbagi untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi masyarakat dengan menawarkan sebuah solusi.

Misi StartupBerbagi adalah untuk membantu UMKM, pengusaha pemula dan berbagai elemen masyarakat di indonesia dengan menyediakan solusi-solusi digital secara gratis yang disediakan oleh startup company Indonesia yang sama-sama memiliki keinginan untuk memberikan dampak positif bagi masyarakat Indonesia.

Sehingga, rekan-rekan startup owner di sini bukan mendapatkan ilmu saja, namun juga bisa mendapat manfaat dari sesama pebisnis startup dengan solusi-solusi yang ditawarkan, yang dapat Anda pilih sendiri di Startupberbagi.com.

Oh iya, jangan lupa, event ini gratis untukmu para startup owner dan digital enthusiast lho! Daftar sekarang di sini!


Disclosure: DailySocial adalah bagian dari kolaborasi untuk DigiTalks bersama Mandiri Capital Indonesia dan Metra Digital Innovation.

Mandiri Capital Bidik 6-8 Startup Fintech Baru Tahun Depan

Mandiri Capital Indonesia (MCI), anak usaha modal ventura Bank Mandiri, menunjukkan komitmennya untuk membidik daftar startup fintech lainnya agar masuk sebagai investee company dari MCI. Target yang dipasang cukup ambisius antara enam hingga delapan fintech baru, lebih banyak penambahannya dibandingkan pada tahun ini sekitar tiga perusahaan.

“Tahun ini penambahannya ada tiga perusahaan baru, sehingga totalnya jadi ada lima fintech dalam portofolio MCI. Sedangkan tahun depan, maksimal penambahan fintech ada enam hingga delapan perusahaan, atau minimal bertambah empat hingga lima perusahaan saja itu sudah sesuai dengan target yang diharapkan,” terang Eddi Danusaputro, Direktur Utama MCI kepada DailySocial, Selasa (22/11).

Adapun besaran investasi yang disiapkan untuk suntikan modal, baik ke investee company yang baru bergabung dengan perusahaan existing diproyeksikan nilainya mencapai Rp 200 miliar. Besaran suntikan modal akan bergantung pada ukuran masing-masing perusahaan.

Saat ini yang sudah terpublikasi ada dua pasangan usaha yang dimiliki MCI, yakni PT Mitra Transaksi Indonesia (fokus ke penyediaan mesin EDC) dan PT Digital Artha Media (fokus mengelola bisnis Mandiri E-Cash). Kedua perusahaan tersebut sudah mendapat suntikan modal sebesar Rp 250 miliar.

Menurut Eddi, salah satu hal yang dipertimbangkan sebagai preferensi pemilihan fintech yang bisa masuk ke MCI adalah perusahaan yang sudah matang dari segi umur, minimal sudah berdiri satu hingga dua tahun. Sebab dari situ akan terlihat kematangan produknya dan akan lebih mudah menentukan apakah dapat bersinergi dengan Bank Mandiri atau tidak.

“Kriterianya sebenarnya beragam, tidak hanya dari umur saja. Kami juga lihat apakah mereka dapat bersinergi dengan Bank Mandiri.”

Sebelumnya, juga telah diumumkan Bank Mandiri berkomitmen untuk kembali menyuntikkan modal baru untuk MCI pada tahun depan. Nilainya mencapai Rp 150 miliar, sehingga diharapkan total dana kelolaan yang dimiliki MCI dapat mencapai Rp 500 miliar dari sebelumnya Rp 350 miliar.

Upaya Bank Mandiri Mengejar Geliat Fintech

Perkembangan teknologi finansial (fintech) yang masif pada akhirnya membuat korporasi yang telah mapan sebelumnya harus mampu mengadaptasi kemajuan tersebut. Seperti halnya yang dilakukan oleh Bank Mandiri, guna mendekatkan dengan para pemain fintech, pihaknya berniat untuk menyuntikkan pendanaan kepada tiga startup fintech pada akhir tahun ini. Tak hanya itu, Bank Mandiri juga akan menggelontorkan dana segar senilai Rp 150 miliar ke anak usaha modal venturanya, yakni Mandiri Capital Investasi (MCI) pada tahun depan. Sehingga, dana kelolaan MCI bakal mencapai Rp500 miliar.

Kartika Wirjoatmodjo selaku Direktur Utama Bank Mandiri mengatakan bahwa pergerakan fintech yang sangat terasa di Bank Mandiri. Hal ini terlihat dari pergeseran transaksi perbankan, sebelum tahun 2000-an kebanyakan nasabah melakukan transaksi di kantor cabang. Kemudian, pada awal tahun 2000 mulai banyak yang beralih ke ATM, dan terakhir di 2015 banyak nasabah bank yang menggunakan transaksi mobile.

“Pergeseran transaksi nasabah yang kini sudah mulai digital. Pada akhirnya membuat bank mulai fokus mengembangkan teknologi digital. Baru-baru ini kami mulai masif gerakkan banyak kerja sama dengan perusahaan teknologi seperti Grab dan Line untuk meningkatkan penggunaan transaksi uang elektronik,” ujarnya saat membuka acara Finspire, Rabu (9/11).

Direktur Keuangan dan Treasury Bank Mandiri Pahala Mansyuri menambahkan perusahaan melihat bahwa untuk bisa berkembang di digital tidak bisa dilakukan secara sendiri-sendiri. Menurutnya perlu adanya kolaborasi antara bank dengan pelaku startup fintech.

Dalam peta jalan perusahaan, sampai akhir tahun ini akan menambah tiga perusahaan fintech baru dalam portofolio. Ketiga perusahaan tersebut bergerak untuk solusi alat pembayaran dan usaha kecil menengah (UKM). Adapun suntikan modal tahap awal untuk ketiga perusahaan ini masing-masing akan mendapat dana sekitar Rp 5 – 10 miliar.

“Dalam pipeline kami sampai akhir tahun ini bakal ada tiga penambahan startup fintech yang akan kami suntik lewat MCI, sekarang sudah di tahap due diligence,” ujar Pahala.

Eddi Danusaputro, Direktur MCI mengatakan MCI sebelumnya sudah menyuntikkan investasi tambahan untuk dua startup yang sejak awal sudah berada di bawahnya, yakni PT Mitra Transaksi Indonesia sebuah perusahaan patungan yang fokus ke penyediaan mesin EDC (electronic data capture) dan PT Digital Artha Media yang mengelola bisnis E-cash.

Bila ditotal, kini kedua perusahaan tersebut sudah mendapat suntikan modal sebesar 250 miliar Rupiah dari MCI.

Eddi melanjutkan, MCI memiliki preferensi tersendiri saat hendak berinvestasi di perusahaan fintech. Pihaknya mengaku konservatif, lebih menyukai perusahaan yang sudah berdiri paling tidak satu hingga dua tahun lamanya dan memiliki bisnis yang matang.

“Agak riskan kalau mau berinvestasi di startup fintech yang baru berumur bulanan. Kami memang agak berbeda dibanding venture capital lainnya.”

Hal ini juga terlihat dari pemilihan 10 finalis Finspire, secara rata-rata mereka adalah perusahaan yang sudah matang dari segi umur dan bisnisnya. Salah satu di antaranya adalah Taralite.

Eddi menjelaskan, juara 1 kompetisi Finspire akan mendapatkan uang tunai sebesar Rp 125 miliar dan juara 2 Rp 75 miliar. Para pemenang juga mendapatkan golden tiket untuk mengikuti program inkubator selama 6 bulan untuk mengembangkan bisnis. Melalui program inkubator, pemenang akan mendapatkan free co-working space, potential investment dan sinergi dengan Mandiri Group.

Resmikan kerja sama dengan Bukalapak

Pada hari yang sama, Bank Mandiri juga meresmikan kerja sama dengan Bukalapak untuk kemudahan transaksi perdagangan untuk Mandiri Clickpay dan E-cash di dalam marketplace tersebut. Dalam waktu dekat, para Pelapak juga akan mendapat fasilitas pembiayaan berupa pinjaman yang dapat membantu mereka dalam mengelola cash flow bisnisnya.

“Kerja sama ini sangat baik dalam mendorong pertumbuhan industri e-commerce di Indonesia karena Bukalapak merupakan salah satu marketplace terbesar. Langkah ini juga sejalan dengan keinginan kami untuk memajukan UKM melalui pengembangan bisnis lewat e-commerce,” ujar Pahala.

Achmad Zaky, Founder dan CEO Bukalapak menambahkan kerja sama ini diharapkan dapat membuat Pelapak dan pembeli semakin terbiasa dengan pemanfaatan digital, baik melalui aplikasi Bukalapak maupun pembayaran dengan Mandiri Clickpay dan E-cash.

Hingga September 2016 pengguna aktif E-cash mencapai 1,7 juta pengguna atau naik 297% dibandingkan posisi yang sama di tahun lalu. Volume transaksi Mandiri E-cash hingga September naik lebih dari 200%. Adapun jumlah merchant yang dapat menerima transaksi E-cash lebih dari 110 merchant online dan lebih dari 50 ribu toko ritel.

Dari sisi Bukalapak, penggunanya kini mencapai 9 juta pengguna dengan lebih dari 70 juta produk dan lebih dari satu juta UKM yang tergabung.

4 Workshop untuk Meningkatkan Kualitas Startup Fintech Anda

Mulai dari dompet digital dan platform crowdfunding, sampai penasihat keuangan atau perencanaan pensiun yang berupa robot, industri teknologi finansial saat ini sudah berkembang dengan pesat. Pertumbuhan dan permintaan layanan fintech (financial technology) mengakibatkan banyaknya perusahaan baru mencari kesempatan untuk memasuki bisnis ini.

Untuk lebih mengenal dan memahami informasi tentang apa yang bisa dunia fintech berikan, mari kita alihkan pandangan kita ke 4 orang berikut; Vidit Agrawal (UBER), Rahmat Broto Triaji (Bank Mandiri), Samuel Hall (StartupBootCamp Fintech), and Dondi Hananto (Unitus Impact); masing-masing memiliki keahlian di bidangnya untuk berkontribusi ke dunia startup dan fintech.

Finspire: Frontrunners 2016 (dipersembahkan Mandiri Capital Indonesia dan diselenggarakan oleh e27) akan menjembatani keempat pembicara ini. Mereka akan menuntun workshop mereka sendiri dan membagikan ilmu, pengalaman, dan juga pandangan tentang bidang yang mereka yang mereka kuasai dan fintech.

1. Vidit Agrawal, Strategic Vehicle Partnerships APAC, Uber

Vidit Agrawal memegang keistimewaannya sebagai karyawan Uber pertama di Asia. Saat ini, Vidit bertanggung jawab untuk meningkatkan kerja sama perluasan armada Uber dan juga bertanggung jawab untuk pertumbuhan bisnis.

Workshop: Di workshop-nya, Anda akan mendapatkan penjelasan tentang siklus perkembangan bisnis (business development cycle), dari outreach sampai pengembangan dan formalisasi sebuah kerja sama. Belajar untuk membangun dan mengelola sebuah alur pengembangan bisnis, menegakkan apa yang membuat perkembangan bisnis dan juga perkembangan tim menjadi lebih baik, dan juga lebih mengenal bahwa perkembangan bisnis teknologi berbeda dengan industri lain.

2. Rahmat Broto Triaji, SVP of Digital Banking and Financial Inclusion Bank Mandiri

Rahmat telah memegang bermacam-macam posisi di Bank Exim sebelum pindah ke Bank Mandiri pada tahun 1999. Sejak itu, Rahmat telah menjabat sebagai Product Manager, Vice President, dan juga e-Banking Head Group sebelum memegang posisinya saat ini.

Workshop: Di workshop ini, Rahmat akan mengajak anda melihat pengalaman nya di dunia fintech di Indonesia. Rahmat akan membagikan apa yang Bank Mandiri dan MCI cari dalam fintech dan juga akan membagikan pandangannya tentang masa depan fintech di Indonesia dan bagaimana bank berperan dalam memberikan manfaat bagi startup fintech.

3. Samuel Hall, Program Director, Startupbootcamp FinTech Singapore

Samuel adalah seorang mentor dan penasihat untuk startup tahap awal dan tahap lanjutan, yang berfokus pada validasi model bisnis, pengembangan produk dan strategi go-to market.

Workshop: Di workshop-nya, Anda akan mendapatkan pemahaman secara umum tentang ekosistem fintech di Asia Tenggara, mulai dari membentuk pemain-pemain andalan sampai bermacam-macam definisi di dunia fintech. Dapatkan pelajaran dan pandangan dari pengalaman Startupboocamp bermitra dengan perbankan.

4. Dondi Hananto, Early Stage VC, Unitus Impact

Dengan pengalaman lebih dari sepuluh tahun di industri fintech, Dondi adalah bankir yang sekarang menjadi investor. Dondi telah mendanai bermacam-macam startup di Indonesia, aktif dalam pembangunan ekosistem kewirausahaan Indonesia, dan juga mendanai perusahaan di tahap awal.

Workshop: Di workshop ini, Dondi akan menyajikan pandangan seorang investor/venture capitalist tentang industri fintech dan membagikan metode bagaimana agar pitching startup fintech Anda untuk menarik perhatian para investor.

Ikuti Finspire: Frontrunner 2016 secara gratis tanggal 7 November 2016, mulai jam 8 pagi sampai jam 7 malam di Rumah Mandiri Inkubator Bisnis, Indonesia.

Tertarik untuk memahami lebih lanjut? Lihat agenda lengkapnya di sini.

Anda berpikir untuk berkompetisi di Finspire: Frontrunners? Cari tahu bagaimana (Psst.. tidak dipungut bayaran untuk berpartisipasi*)

Detil hadiah adalah sebagai berikut:

Hadiah Finspire: Frontrunners
Hadiah Finspire: Frontrunners

*Semua pelamar akan diperiksa untuk memenuhi kriteria yang telah ditentukan


Disclosure: Artikel ini adalah hasil kerja sama DailySocial dan e27 yang disponsori MCI. Artikel aslinya bisa diakses di sini.

e27 adalah organizer FINSPIRE: Summit 2016