Setelah Moka, Mandiri Capital Siap Berinvestasi di Startup P2P Lending

Setelah mengumumkan investasi baru untuk Moka, Mandiri Capital Indonesia (MCI), anak usaha pembiayaan modal ventura dari PT Bank Mandiri, bakal mengumumkan satu investasi terbaru untuk perusahaan fintech yang bergerak di P2P lending.

Rencana ini akan diumumkan pada tiga minggu ke depan, identitas perusahaan pun juga masih dirahasiakan. Pendanaan tersebut nantinya akan dilakukan berbentuk sindikasi bersama dengan perusahaan modal ventura lainnya.

Selain itu hingga pertengahan tahun ini, MCI juga akan mengincar satu perusahaan dari sistem pembayaran, satu lagi dari SME solution. Ditargetkan sampai semester I 2017, MCI akan menyuntikkan dana segar untuk tiga hingga empat perusahaan fintech baru untuk masuk ke dalam portofolio investasi MCI.

Untuk semester II 2017, jumlah perusahaan yang akan mendapat investasi kurang lebih akan sama. Diharapkan total perusahaan baru yang mendapat investasi dari MCI sepanjang 2017 menjadi 8-10 perusaahaan.

Seluruh perusahaan fintech yang dibidik MCI bergerak di sistem pembayaran, lending, dan SME solution. Ketiga segmen ini diharapkan dapat menopang proses bisnis Bank Mandiri dan anggota Grup Bank Mandiri lainnya.

“Dalam waktu dekat kami akan umumkan investasi terbaru MCI yang bergerak di P2P lending. Semua perusahaan yang kami investasikan sebelumnya sudah melewati berbagai pertimbangan, yang terutama adalah bentuk sinerginya dengan Bank Mandiri maupun perusahaan di bawah Grup Bank Mandiri,” kata Direktur Keuangan MCI Hira Laksamana, Senin (20/2).

Untuk mendukung seluruh aktivitas MCI, Bank Mandiri sebagai induk usaha akan menyuntikkan dana segar sebesar Rp 200 miliar. Dari penambahan dana ini diharapkan total dana kelolaan MCI bisa menembus angka Rp 550 miliar. Saat ini dana kelolaannya sebesar Rp 350 miliar.

Mendukung bisnis Bank Mandiri

Alasan MCI menempatkan investasinya di Moka, lanjut Hira, dikarenakan segmen bisnis Moka yang bergerak untuk mendukung SME solution. Dengan jaringan nasabah UMKM Bank Mandiri yang mencapai 1,2 juta orang, diharapkan akan mendapatkan manfaat dari POS (point of sales) dan solusi pembayaran yang disediakan Moka.

Hira mengungkapkan setiap bulannya penambahan nasabah UMKM baru di Bank Mandiri sekitar 50 ribu orang. Diharapkan sekitar 5%-10% di antaranya dapat memanfaatkan produk Moka dalam membantu proses bisnis mereka.

Co-Founder dan CEO Moka Haryanto Tanjo menambahkan salah satu bentuk integrasi bisnis antara Moka dengan Bank Mandiri terlihat dari produk mPOS Card Reader. Lewat produk ini, memungkinkan pemilik usaha UMKM dapat menerima pembayaran lewat kartu debit dan kredit dari Bank Mandiri.

Saat ini jumlah pemilik usaha UMKM yang sudah menggunakan layanan Moka sudah lebih dari 2.500 toko sejak perusahaan ini diresmikan pada Februari 2015. Diharapkan sinergi dengan MCI bisa mendorong Moka tumbuh lebih agresif tahun ini.

“Masuknya MCI jadi investasi strategis untuk bantu visi Moka dalam membantu UMKM di Indonesia. Potensi UMKM di Indonesia mencapai 60 juta orang, kebanyakan masih mengelola inventarisnya secara manual,” kata Haryanto.

Moka Umumkan Perolehan Pendanaan Baru Senilai 26 Miliar Rupiah

Moka, startup SaaS penyedia layanan POS/kasir berbasis aplikasi, mengumumkan perolehan pendanaan senilai $2 juta (lebih dari 26 miliar Rupiah) yang dipimpin investor baru Mandiri Capital. Turut berpartisipasi dalam putaran pendanaan kali ini adalah investor terdahulu, yaitu Convergence Ventures, East Ventures, Fenox, dan Northstar Group.

Kepada DailySocial, Co-Founder dan CEO Moka Haryanto Tanjo mengungkapkan investasi kali ini adalah investasi strategis dan mereka akan bekerja sama dengan Bank Mandiri (sebagai induk Mandiri Capital) untuk meningkatkan jaringan merchant dan distribusi penjualan.

Mandiri memiliki banyak mitra UKM dan urusan pencatatan penjualan, inventaris, dan timbal balik dari konsumen merupakan suatu pekerjaan rumah bagi mereka.

CEO Mandiri Capital Eddi Danusaputro dalam rilisnya mengatakan, “Salah satu kesulitan yang kami lihat dari konsumen UKM kami adalah pencatatan penjualan dan kebanyakan pemilik bisnis masih melakukannya secara manual. Kami pikir Moka adalah mitra yang tepat dari jajaran startup yang tersedia untuk menyediakan layanan ini ke [mitra] UKM.”

Moka bulan Juni tahun lalu mengumumkan perolehan dana Seri A senilai $1,9 juta (lebih dari 25 miliar Rupiah) dan kini telah memiliki lebih dari 2500 merchant berbayar yang menggunakan produknya. Tahun ini mereka berharap lebih agresif menjaring konsumen.

SaaS merupakan salah satu sektor yang diprediksikan DailySocial sebagai sektor yang bakal menarik perhatian banyak startup dan investor tahun ini. Secara bisnis, SaaS memiliki model bisnis yang jelas, konsumen yang ingin membayar (korporasi), dan memberikan solusi terjangkau (khususnya untuk konsumen UKM) dibandingkan paket solusi on-premise yang membutuhkan biaya investasi besar di awal.

Pendanaan ini disebutkan akan menjadi katalis untuk menarik talenta terbaik yang dapat mendukung Moka mengembangkan produknya. Selain di kawasan Jabodetabek, Moka juga disebutkan telah dan akan memperluas tim penjualan di berbagai kawasan, seperti Bandung, Bali, dan Surabaya.

Co-Founder dan CTO Moka Grady Laksmono menambahkan, “Kami membedakan diri kami [dengan kompetitor] dengan membangun kumpulan produk untuk bisnis yang paling user friendly dan komplet. Kami berencana menggunakan dana ini untuk menarik talenta terbaik.”

Application Information Will Show Up Here

Kolaborasi Startup Penopang Perekonomian di Hari Mendatang

Sesuatu yang besar berawal dari hal-hal kecil. Mari kita ambil startup dan perekonomian sebuah negara sebagai contoh untuk menggambarkannya. Startup memang bisnis usaha dengan skala kecil dan menengah, namun kemampuannya menjadi tulang punggung keuangan negara tidak perlu diragukan lagi seharusnya. Lihatlah bagaimana startup membuka lebih banyak lapangan pekerjaan yang secara langsung jelas memberi imbas pada peningkatan ekonomi negara, di tengah tren jumlah pengangguran yang menurun dari semester pertama dan kedua di tahun 2015 dan 2016.

Kendati besar dampaknya, langkah itu ‘hanya’ satu dari sekian kontribusi yang dibagi oleh startup kepada masyarakat. Dengan usia usaha dan industri yang tergolong hijau, spirit saling berbagi mestinya memang menjadi prinsip dari startupstartup ini. Ingat, kuncinya adalah berbagi dan kerja sama, atau yang awam kita dengar dengan “sharing is caring”.

Membuka jalan untuk implementasi dari ide tersebut, Mandiri Capital Indonesia (MCI), Metra Digital Innovation (MDI), dan DailySocial.id menjalin sebuah kolaborasi melalui program DigiTalks yang kini bertajuk How Digital Innovations Contribute to Indonesian Economy.

Diskusi panel yang diselenggarakan pada Rabu, 14 Desember 2016 ini rencananya akan melibatkan tiga pakar dunia digital Indonesia dalam memperbincangkan bagaimana inovasi digital mendorong perekonomian sebuah negara dan memberi kontribusi langsung bagi masyarakat luas. Tiga orang tersebut adalah Donald Wihardja (Partner Convergence Ventures) dan Muhamad Fajrin Rasyid (Co-founder dan CFO Bukalapak), dengan Rama Mamuaya (CEO DailySocial.id) sebagai moderatornya.

Selain talkshow, DigiTalks yang bertempat di Rumah Mandiri Inkubator Bisnis ini akan menghadirkan launching dari program yang diinisiasi Mandiri Capital Indonesia bernama StartupBerbagi, suatu platform yang dapat menjembatani startup Indonesia untuk berkolaborasi dan berbagi untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi masyarakat dengan menawarkan sebuah solusi.

Misi StartupBerbagi adalah untuk membantu UMKM, pengusaha pemula dan berbagai elemen masyarakat di indonesia dengan menyediakan solusi-solusi digital secara gratis yang disediakan oleh startup company Indonesia yang sama-sama memiliki keinginan untuk memberikan dampak positif bagi masyarakat Indonesia.

Sehingga, rekan-rekan startup owner di sini bukan mendapatkan ilmu saja, namun juga bisa mendapat manfaat dari sesama pebisnis startup dengan solusi-solusi yang ditawarkan, yang dapat Anda pilih sendiri di Startupberbagi.com.

Oh iya, jangan lupa, event ini gratis untukmu para startup owner dan digital enthusiast lho! Daftar sekarang di sini!


Disclosure: DailySocial adalah bagian dari kolaborasi untuk DigiTalks bersama Mandiri Capital Indonesia dan Metra Digital Innovation.

4 Workshop untuk Meningkatkan Kualitas Startup Fintech Anda

Mulai dari dompet digital dan platform crowdfunding, sampai penasihat keuangan atau perencanaan pensiun yang berupa robot, industri teknologi finansial saat ini sudah berkembang dengan pesat. Pertumbuhan dan permintaan layanan fintech (financial technology) mengakibatkan banyaknya perusahaan baru mencari kesempatan untuk memasuki bisnis ini.

Untuk lebih mengenal dan memahami informasi tentang apa yang bisa dunia fintech berikan, mari kita alihkan pandangan kita ke 4 orang berikut; Vidit Agrawal (UBER), Rahmat Broto Triaji (Bank Mandiri), Samuel Hall (StartupBootCamp Fintech), and Dondi Hananto (Unitus Impact); masing-masing memiliki keahlian di bidangnya untuk berkontribusi ke dunia startup dan fintech.

Finspire: Frontrunners 2016 (dipersembahkan Mandiri Capital Indonesia dan diselenggarakan oleh e27) akan menjembatani keempat pembicara ini. Mereka akan menuntun workshop mereka sendiri dan membagikan ilmu, pengalaman, dan juga pandangan tentang bidang yang mereka yang mereka kuasai dan fintech.

1. Vidit Agrawal, Strategic Vehicle Partnerships APAC, Uber

Vidit Agrawal memegang keistimewaannya sebagai karyawan Uber pertama di Asia. Saat ini, Vidit bertanggung jawab untuk meningkatkan kerja sama perluasan armada Uber dan juga bertanggung jawab untuk pertumbuhan bisnis.

Workshop: Di workshop-nya, Anda akan mendapatkan penjelasan tentang siklus perkembangan bisnis (business development cycle), dari outreach sampai pengembangan dan formalisasi sebuah kerja sama. Belajar untuk membangun dan mengelola sebuah alur pengembangan bisnis, menegakkan apa yang membuat perkembangan bisnis dan juga perkembangan tim menjadi lebih baik, dan juga lebih mengenal bahwa perkembangan bisnis teknologi berbeda dengan industri lain.

2. Rahmat Broto Triaji, SVP of Digital Banking and Financial Inclusion Bank Mandiri

Rahmat telah memegang bermacam-macam posisi di Bank Exim sebelum pindah ke Bank Mandiri pada tahun 1999. Sejak itu, Rahmat telah menjabat sebagai Product Manager, Vice President, dan juga e-Banking Head Group sebelum memegang posisinya saat ini.

Workshop: Di workshop ini, Rahmat akan mengajak anda melihat pengalaman nya di dunia fintech di Indonesia. Rahmat akan membagikan apa yang Bank Mandiri dan MCI cari dalam fintech dan juga akan membagikan pandangannya tentang masa depan fintech di Indonesia dan bagaimana bank berperan dalam memberikan manfaat bagi startup fintech.

3. Samuel Hall, Program Director, Startupbootcamp FinTech Singapore

Samuel adalah seorang mentor dan penasihat untuk startup tahap awal dan tahap lanjutan, yang berfokus pada validasi model bisnis, pengembangan produk dan strategi go-to market.

Workshop: Di workshop-nya, Anda akan mendapatkan pemahaman secara umum tentang ekosistem fintech di Asia Tenggara, mulai dari membentuk pemain-pemain andalan sampai bermacam-macam definisi di dunia fintech. Dapatkan pelajaran dan pandangan dari pengalaman Startupboocamp bermitra dengan perbankan.

4. Dondi Hananto, Early Stage VC, Unitus Impact

Dengan pengalaman lebih dari sepuluh tahun di industri fintech, Dondi adalah bankir yang sekarang menjadi investor. Dondi telah mendanai bermacam-macam startup di Indonesia, aktif dalam pembangunan ekosistem kewirausahaan Indonesia, dan juga mendanai perusahaan di tahap awal.

Workshop: Di workshop ini, Dondi akan menyajikan pandangan seorang investor/venture capitalist tentang industri fintech dan membagikan metode bagaimana agar pitching startup fintech Anda untuk menarik perhatian para investor.

Ikuti Finspire: Frontrunner 2016 secara gratis tanggal 7 November 2016, mulai jam 8 pagi sampai jam 7 malam di Rumah Mandiri Inkubator Bisnis, Indonesia.

Tertarik untuk memahami lebih lanjut? Lihat agenda lengkapnya di sini.

Anda berpikir untuk berkompetisi di Finspire: Frontrunners? Cari tahu bagaimana (Psst.. tidak dipungut bayaran untuk berpartisipasi*)

Detil hadiah adalah sebagai berikut:

Hadiah Finspire: Frontrunners
Hadiah Finspire: Frontrunners

*Semua pelamar akan diperiksa untuk memenuhi kriteria yang telah ditentukan


Disclosure: Artikel ini adalah hasil kerja sama DailySocial dan e27 yang disponsori MCI. Artikel aslinya bisa diakses di sini.

e27 adalah organizer FINSPIRE: Summit 2016

Mandiri Capital Luncurkan Konferensi untuk Meningkatkan Inovasi Fintech di Indonesia

Bank pemerintah Bank Mandiri memiliki mimpi besar untuk membangun negara sebagai hub regional untuk inovasi fintech.

Tahun lalu, Bank Mandiri meluncurkan dana ventura Mandiri Capital Indonesia (MCI) senilai $37 juta untuk berinvestasi ke startup-startup yang memiliki kekhususan di bidang pembayaran, peminjaman, dan solusi UKM. Di bulan Juni tahun ini, MCI meluncurkan program inkubator untuk membimbing perusahaan-perusahaan fintech tersebut.

Program yang berlangsung selama 6 bulan ini telah mengakomodasi 44 startup non-digital dan 14 startup digital, yang di antaranya adalah finalis sejumlah kompetisi bisnis, misalnya kategori digital program Wirausahawan Muda Mandiri (WMM), Mandiri Hackathon, dan mahasiswa anggota Asosiasi Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI).

Peserta program ini tidak hanya menerima bantuan pendanaan, tetapi juga mendapatkan akses ke Mandiri Group Network dan basisdata nasabah Mandiri yang luas.

November ini, MCI meluncurkan FINSPIRE: Summit 2016 yang bertujuan merangkul semua komunitas fintech di kawasan. Program ini juga akan menampilkan FINSIPIRE: Frontrunners, sebuah program pitching yang akan menampilkan pitch startup fintech yang terbaru dan terpopuler di depan para investor dan mentor.

10 startup terpilih akan menjalani proses coaching saat workshop. Mereka akan dibimbing oleh Danie Yulia Manahera (Head of Investment MCI), Eddi Danusaputro (CEO MCI), Sam Hall (Program Director Startupbootcamp) dan masih banyak lagi.

Startup-startup ini kemudian mendapatkan kesempatan untuk melakukan pitching di semifinal dan final FINSPIRE: Summit 2016.

Startup terbaik berkesempatan membawa pulang hadiah uang senilai 125 juta Rupiah (US$ 9,500), mengikuti program inkubator MCI, dan eksibisi gratis di Echelon Asia Summit 2017.

Selain itu, peserta FINSPIRE: Summit 2016 juga mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi dan berjejaring dengan para pemain di industri fintech.

Workshop akan diadakan tanggal 7 November 2016 di Mandiri Inkubator Bisnis, sedangkan puncak acara FINSPIRE akan diadakan di Soehanna Hall tanggal 9 November 2016.

Peminat dapat mendaftar di sini. Registrasi ditutup pada tanggal 6 November 2016.


Disclosure: Artikel ini adalah hasil kerja sama DailySocial dan e27 yang disponsori MCI. Artikel aslinya bisa diakses di sini.

e27 adalah organizer FINSPIRE: Summit 2016

Layanan Pembiayaan FIFGroup Segera Bentuk Modal Ventura (Updated)

Ekosistem bisnis startup di Indonesia mulai dilirik banyak pihak. Mulai dari pelaku startup sendiri yang melihat keuntungan yang menjanjikan hingga para investor. Dalam beberapa tahun belakangan ini, layanan finansial dan perbankan mulai melihat ekosistem startup semakin feasible secara bisnis dan berniat masuk sebagai venture capital. Yang teranyar, seperti diberitakan Bisnis, PT Federal International Finance (FIFGroup) akan turut serta di hiruk-pikuk industri startup sebagai modal ventura.

Modal ventura sebagai pihak yang memberikan modal bagi perusahaan rintisan atau startup yang sedang tumbuh dinilai bisa mendatangkan keuntungan bagi institusi finansial, termasuk FIFGroup. Presiden Direktur dan CEO FIFGroup Suhartono menyebutkan bahwa pihaknya tengah menyiapkan blue print untuk rencana pengembangan bisnis perusahaannya ini.

“FIFGroup sudah menyiapkan blue print pengembangan bisnis itu,” ujar Suhartono.

Saat dikonfirmasi pihak Dailysocial Suhartono juga menjelaskan bahwa kondisi startup di Indonesia juga cukup baik, dan juga masih membutuhkan dukungan dari berbagai pihak seperti pemerintah dan swasta.  Tak hanya FIFGroup, sejak tahun lalu bank-bank besar mulai melirik ekosistem startup teknologi Indonesia. Sebut saja Bank Mandiri yang meluncurkan Mandiri Capital dengan membawa modal awal sebesar Rp 500 miliar dan akan berfokus pada pengembangan layanan pembayaran inovatif yang sesuai dengan perkembangan industri e-commerce.

Bank-bank lain, seperti BRI dan BCA, diberitakan juga tertarik untuk mendirikan modal ventura untuk membiayai startup. Sikap kooperatif pemerintah yang menjanjikan insentif pajak bagi modal ventura bisa menjadi salah satu hal yang meringankan langkah kehadiran perusahaan modal ventura. Belum lagi OJK yang menyiratkan keinginan pembuatan regulasi khusus pasar modal guna membantu UKM dan startup mendapatkan investasi.

Perusahaan modal ventura di Indonesia sendiri jumlahnya saat ini sudah cukup banyak, dengan dua buah asosiasi perusahaan modal ventura yang telah diresmikan. Mereka adalah AMVI dan Amvesindo.

Update : Konfirmasi kepada pihak FIFGroup

Bank Mandiri Buka Inkubator Digital untuk Fintech

Bank Mandiri meresmikan inkubator digital yang khusus mendorong hadirnya startup di bidang teknologi finansial (fintech). Bekerja sama dengan Mandiri Capital, Indigo Inkubator milik Telkom, dan konsultan pengembangan bisnis ActionCoach, 44 startup akan mengikuti program inkubator selama 6 bulan. Di akhir periode, setiap startup diwajibkan mempresentasikan ide dan eksekusi bisnisnya ke calon investor.

44 startup yang terpilih merupakan finalis Wirausaha Muda Mandiri (WMM) bidang digital, finalis Mandiri Hackathon, dan anggota HIPMI Perguruan Tinggi.

Mandiri sendiri sudah meresmikan perusahaan investasi Mandiri Capital Indonesia awal tahun ini dengan modal awal 500 miliar Rupiah untuk mendorong munculnya lebih banyak startup fintech.

Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo dalam sambutannya, yang dikutip dari Okezone, mengatakan:

“Pertumbuhan startup Indonesia, misalnya dalam bidang fintech merupakan yang kedua terbesar di ASEAN setelah Singapura. Pada kurikulum ini, peserta akan mendapatkan teori dan aplikasi terkait pemahaman dan kemampuan teknis dalam mengelola bisnis, kedisiplinan dalam mengeksekusi rencana bisnis serta kemampuan dalam menganalisa strategi, dan peluang pengembangan bisnis.

Dalam kegiatan ini, kami ingin melibatkan Mandiri Capital Indonesia (MCI) dari sejak awal sehingga MCI dapat terus memberikan pendamping dan dukungan secara berkelanjutan. Harapannya, pasca inkubasi para peserta akan memiliki visi dan orientasi bisnis yang lebih spesifik sehingga dapat segera memperoleh pembiayaan dari venture capital untuk diimplementasikan di masyarakat.”

Tentu saja pasca lepas dari inkubator tidak bisa serta merta sebuah startup menjadi sangat sukses. Dibutuhkan waktu, usaha, dan biasanya pemodalan lanjutan dari VC dan para investor untuk mendorong sebuah startup mencapai performa yang diinginkan.

Industri fintech terus mendapat sorotan dari regulator dan para pelaku bisnis sepanjang tahun 2016 ini. OJK memberikan perhatian khusus dan dukungannya di berbagai kesempatan, sementara bank mencoba merangkul untuk membantu mereka berinovasi. Inkubator bisnis digital di sektor perbankan ini adalah yang pertama, sementara untuk sesama BUMN adalah yang kedua setelah Telkom.

Program inkubator semacam ini dapat mendukung gerakan 1000 startup yang didukung pemerintah.

Mandiri Capital Resmi Diluncurkan, Bidik Fintech Terbaik Tanah Air

Industri e-commerce di Indonesia mengalami pertumbuhan dua hingga tiga kali lipat dalam kurun waktu tiga tahun terakhir. Hal ini disambut Dirut Bank Mandiri Budi Gunadi Sadikin sebagai momentum untuk turut terjun dalam ranah teknologi digital dengan memperkenalkan Mandiri Capital (PT Mandiri Capital Indonesia) yang akan berfokus dalam pendanaan dan pengembangan bisnis fintech.

Di bawah kepemimpinan Eddi Danusaputro sebagai CEO, Mandiri Capital memiliki modal awal senilai Rp 500 milyar diperuntukan bagi pihak manapun yang memiliki solusi layanan keuangan inovatif serta memiliki relevansi dengan e-commerce. Keputusan mendirikan VC dari institusi perbankan memang resmi diinisiasi oleh Bank Mandiri. Namun peran pihak lainnya seperti DBS dan Maybank dalam memelihara laju ekosistem startup telah lebih dulu digaungkan.

“Kami akan mendidik inkubator, bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan pemodal ventura lainnya serta memfasilitasi alur kesepakatan (untuk para startup),” kata Eddi (27/1), berdasarkan pemberitaan Deal Street Asia.

Fokus Mandiri Capital dalam vertikal fintech ditengarai akan menjadi langkah bank tersebut mendongkrak bisnis intinya. Saat ini Bank Mandiri melayani dua juta merchant yang menerima pembayaran secara tunai, dan tiga ratus ribu merchant yang menggunakan mesin EDC (Electronic Data Capture).

Dampak teknologi yang “mengganggu” turut terasa dalam sektor perbankan. Hal ini diakui Budi Gunadi Sadikin bahwa bisnis dari sebuah bank adalah tabungan, pinjaman, dan pergerakan modal.

Financial tecnology (fintech) startup berada di bisnis pergerakan uang yang serupa. Maka dari itu kami (Bank Mandiri) memasuki ruang ini dengan berfokus pada fintech,” ujar Budi.

Pasar e-commerce nasional diprediksikan akan mencapai Rp 25 triliun pada 2016, meningkat dari total Rp 18 triliun pada 2015. “Sektor e-commerce yang Bank Mandiri bantu fasilitasi sekarang transaksinya mencapai Rp 45 triliun, di mana pertumbuhannya dalam tiga tahun terakhir mencapai dua hingga tiga kali lipat,” papar Budi. Sementara pendapatannya, diramalkan akan naik dari angka Rp 132 triliun di tahun 2015 menjadi Rp 172 triliun di tahun 2016 ini.

“Supaya mampu mencapai target-target reformasinya, Indonesia perlu fokus pada pengembangan mesin-mesin pertumbuhan baru seperti e-commerce dan wisata yang memiliki potesi pertumbuhan luar biasa besar,” ungkap Country Director ADB Indonesia Steven Tabor dalam kesempatan yang sama.

Peluang investasi yang muncul dari perusahaan perintis yang bergerak di teknologi digital memang layak untuk diacuhkan. Budi sendiri percaya label “unicorn” akan segera terlahir dari startup fintech Indonesia dalam waktu dekat.

“Perkiraan investasinya itu mencapai lebih dari US$ 4 miliar. Ini adalah peluang,” tambahnya.

Perbankan Danai VC Karena Khawatir Bisnis Tergerus Startup Fintech

Setelah mengantongi izin Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 10 November lalu Mandiri Capital siap berinvestasi untuk startup yang mengembangkan teknologi finansial (fintech). Di balik pendirian perusahaan modal ventura tersebut, Direktur Keuangan Mandiri Capital Hira Laksamana menyebutkan bahwa langkah ini merupakan salah satu antisipasi supaya bisnis perbankan, khususnya Bank Mandiri, tidak kehilangan marketshare.

Kreativitas penggiat startup digital di bidang finansial (fintech) dewasa ini memang memberikan banyak terobosan baru. Mulai dari transaksi pembayaran, simpan-pinjam, permodalan hingga investasi. Bahkan kegiatan finansial tersebut beroperasi tanpa melalui sistem perbankan. Hal ini yang menjadikan perbankan merasa khawatir bahwa bisnisnya akan tergerus. Tak hanya di Indonesia, tren tersebut juga terlihat di negara lain.

Antisipasi risiko jangka panjang untuk bisnis perbankan

Secara kasat mata mungkin akan terlihat mustahil sebuah perusahaan rintisan mengalahkan bank besar seperti Mandiri. Namun Mandiri Capital menyadari betul bahwa risiko tersebut akan dirasakan dalam kurun waktu yang lama, setidaknya 10 tahun lagi, baru akan terasa dampaknya ketika masyarakat memiliki ketergantungan yang lebih kental dengan solusi digital. Antisipasi dilakukan dengan menyeimbangkan inovasi yang terus bergerak dan mencoba mengintegrasikan dengan bisnis yang sudah berjalan dalam perbankan.

Perusahaan modal ventura tak lain dikelola untuk memastikan perusahaan dapat memantau, dan bahkan melakukan kontrol terhadap pertumbuhan bisnis fintech. Mandiri Capital juga berusaha untuk mensinergikan inovasi yang ada dengan bisnis yang sudah berjalan.

Mulanya Mandiri Capital akan mendanai startup fintech yang masuk melalui program Wirausaha Muda Mandiri. Di luar itu, Mandiri Capital akan mendanai bersama-sama pihak lain dalam bentuk co-invest.

Lalu akankah strategi ini menghambat laju pertumbuhan startup?

Inovasi mahal harganya. Berbagai contoh di masyarakat mulai membuktikan kedahsyatan inovasi digital mengubah paradigma masyarakat. Mulai dari sistem pesan ojek berbasis aplikasi sampai layanan asisten pribadi yang sedang gencar diperbincangkan. Tukang ojek pangkalan tak mudah menerima kehadiran ojek berbasis aplikasi yang sukses menggerus pangsa pasar mereka.

Hal tersebut mungkin yang akan dilakukan perusahaan yang merasa terancam dengan sebuah inovasi terbarukan. Bisnis memang ganas. Namun kembali lagi, bahwa penerimaan masyarakat menjadi sebuah titik kemenangan. Inovasi layaknya sebuah air mengair dari dataran tinggi menuju dataran rendah. Kendati dibendung, akan selalu ada celah untuk mampu lolos dan mengalirkan dirinya sampai ke lautan.

Begitulah inovasi. Bagi startup, di bidang apapun, terutama fintech, memfokuskan bisnis pada inovasi dapat menjadi bahan bakar yang sangat berharga untuk menuai kesuksesan maksimal. Tanpa inovasi berarti hanya butuh menunggu waktu untuk tergerus di era digital ini.

Bank Mandiri Siapkan VC Bermodal 500 Miliar Rupiah

Seiring dengan makin matangnya sistem pembayaran dan pembelanjaan digital, banyak pihak mulai serius membangun strategi visioner dalam bidang ini. Tak terkecuali Bank Mandiri yang akhirnya merealisasikan pendirian pihaknya venture capital. Mandiri Capital hadir membawa modal awal sebesar Rp 500 miliar dan akan fokus pada startup yang mengembangkan layanan pembayaran inovatif yang relevan dengan industri e-commerce.

Mandiri Capital telah mendapatkan izin resmi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Dituturkan Direktur Utama Mandiri Budi G. Sadikin, pihaknya sedang dalam proses mencari pimpinan yang tepat untuk Mandiri Capital. Budi juga menuturkan bahwa potensi startup lokal untuk mengembangkan bisnis e-cash sangat potensial, sehingga pihaknya begitu bersemangat untuk berinvestasi.

Industri startup memang sedang menjadi sorotan untuk terus dipupuk guna menciptakan ekosistem kewirausahaan nasional yang matang di bidang digital. Sebelumnya pemerintah melalui Menteri Komunikasi dan Informatika pernah mengatakan bahwa pihaknya mengharapkan sektor swasta di Indonesia mau berinvestasi untuk startup lokal dalam jangka waktu lima tahun ke depan.

OJK segera terbitkan pedoman investasi di startup

OJK juga mengharapkan perluasan cakupan investasi untuk bank domestik. Pihaknya menginginkan semua bank memfasilitasi industri startup di berbagai bidang, bukan hanya terkait pembayaran dan finansial, untuk mendapatkan pinjaman modal. Sejalan dengan hal itu OJK juga berencana mengeluarkan pedoman baru untuk terkait dengan nilai investasi modal di startup. Regulasi OJK tersebut baru akan diumumkan resmi pada akhir tahun 2015.

Selain Bank Mandiri, PT Telkom Indonesia telah terlebih dahulu mengucurkan banyan investasi untuk startup lokal. Tidak hanya untuk permodalan, Telkom juga memfasilitasi startup lokal dengan serangkaian fasilitas inkubasi dan akselerasi. Tidak hanya itu perusahaan lain seperti PT Indosat juga telah mengucurkan investasi untuk permodalan startup lokal.

Harapannya seiring makin mapannya masyarakat dengan solusi berbasis teknologi, berbagai kebutuhan yang ada mampu terfasilitasi dengan baik oleh inovasi dalam negeri. Tren kewirausahaan di bidang digital yang terus bertumbuh juga benar-benar harus didukung berbagai pihak, terutama pemerintah. Salah satunya dengan tidak memperumit kebijakan yang ada, terutama dalam kaitannya regulasi perizinan dan perpajakan yang selama ini banyak dikeluhkan.