Ryan Kristo Muljono: Kiat Melakukan Validasi Pasar dalam Membangun Usaha di Bidang Jasa

Sejak awal membangun usaha, khususnya di bidang jasa, terdapat sebuah tahapan bisnis yang bernama validasi pasar atau market validation yang perlu dilewati. Tahapan ini perlu dijalani bahkan sebelum sebuah produk siap dipasarkan.

Menurut CEO perusahaan penyedia layanan website development ToffeeDev Ryan Kristo Muljono, validasi pasar memberikan kesempatan bagi perusahaan untuk mempersiapkan sekaligus mengevaluasi produk mereka.

Berikut ini penjelasan lengkap terkait cara melakukan validasi pasar dalam membangun usaha di bidang jasa, berdasarkan kacamata praktisi yang bergelut di perusahaan bidang jasa. Simak selengkapnya.

Apa Itu Validasi Pasar dalam Usaha Jasa?

Validasi pasar dalam usaha jasa adalah proses penyajian konsep suatu produk berupa layanan jasa kepada target pasarnya, sebagai penentu kelayakan produk tersebut sebelum diluncurkan ke pasar.

“Tahap validasi pasar ini menentukan apakah market atau pasar itu siap dengan produk jasa yang kita tawarkan. Biasanya dilakukan untuk produk yang baru pertama dipasarkan atau usaha yang baru mau mulai,” jelas Ryan.

Lebih jauh, validasi pasar yang dilakukan di awal tahap konsepsi tersebut, juga akan menentukan apakah bisnis yang dijalankan akan menguntungkan dan mendapat investasi signifikan untuk mengembangkan layanan jasa ke depannya.

Alasan Market Validation Penting Dilakukan

Menurut Ryan, validasi pasar penting dilakukan oleh perusahaan yang baru saja ingin memulai usaha dan perusahaan yang ingin mengembangkan produk baru. Keduanya sama-sama perlu melakukan tahapan ini guna mengukur nilai produknya.

Bagi Perusahaan yang Baru Ingin Memulai Usaha Jasa

Validasi pasar yang dilakukan oleh perusahaan yang baru ingin memulai usaha jasanya, akan memperkuat ambisi dan semangat perusahaan itu untuk terjun ke pasar. Selain itu, dapat mengantisipasi waktu dan sumber daya, sebelum produk berupa layanan jasa ditawarkan.

“Bagi perusahaan yang baru mulai, market validation sangat penting untuk dibuat sejak awal. Alasannya karena untuk mengetahui atau memvalidasi bahwa jasa yang ditawarkan akan dibutuhkan oleh pasar,” kata Ryan.

Bagi Perusahaan yang Ingin Mengembangkan Layanannya

Sedangkan, bagi perusahaan yang telah berdiri dan ingin mengembangkan layananannya, validasi pasar penting dilakukan untuk mencari pemodal ventura dan jenis investor lainnya, yang memerlukan bukti validasi pasar sebelum menyetujui pendanaan perusahaan.

Namun, di samping itu, Ryan juga menilai bahwa bagi perusahaan yang telah berkembang bahkan dapat dikatakan maju, tahap market validation ini mungkin saja dapat dilewati. Ia memberi contoh kasus pada perusahaan besar seperti Apple Inc.

“Pada saat Apple mengeluarkan produk baru, mereka membuat kategori produk yang belum ada. Tetapi pada produk yang sebelumnya telah ada, pasar telah menerima dengan sangat baik hingga produk menjadi populer. Popularitas itu diturunkan pada produk yang baru, sehingga market validation tidak begitu diperlukan,” ujarnya.

Ryan mengatakan, perusahaan baru tidak disarankan untuk coba-coba melakukan cara yang sama dengan perusahaan seperti Apple Inc maupun perusahaan besar lainnya. “Perusahaan kecil tersebut nantinya akan susah banget untuk bisa ikut berkompetisi,” tambahnya.

Pendekatan Market Validation yang Dapat Dilakukan

Menurut Ryan, cara sederhana dalam melakukan validasi pasar adalah dengan melakukan riset pasar atau market research. Dengan riset pasar, perusahaan dapat mengetahui pola dan behaviour dari market yang dituju, di suatu daerah atau di kalangan tertentu.

“Perusahaan bisa melakukan beberapa cara riset market kepada target market atau calon pelanggan yang akan disasar. Caranya dapat dengan melakukan survei, memanfaatkan data, hingga menawarkan initial offer,” kata Ryan.

Tetapi, pendekatan yang paling umum dilakukan dalam validasi pasar adalah wawancara target market, serta pembeli atau pengguna. Kedua, melakukan survei pengguna. Survei tersebut juga dapat berupa wawancara.

Kunci dari validasi pasar ini adalah riset pasar yang dilakukan harus mencakup kontak langsung dan umpan balik dari target pasar yang disasar. Sehingga, perusahaan dapat melihat tanggapan dan antusias mereka terhadap layanan yang akan ditawarkan.

Langkah-langkah dalam melakukan Validasi Pasar

Setiap perusahaan melewati proses validasi pasar dengan pendekatan yang bervariasi, berdasarkan jenis industri dan target pasar yang disasar oleh perusahaan tersebut. Pendekatan yang berbeda itu akan mempengaruhi langkah yang dilakukan oleh perusahaan.

Ada pun langkah-langkah yang umumnya dilewati oleh perusahaan jasa selama proses validasi pasar, antara lain sebagai berikut:

Tegaskan Konsep Layanan

Sebelum melaksanakan pendekatan dalam validasi dasar, perusahaan perlu memikirkan secara detail konsep layanan yang akan ditawarkan ke pasar. Kembangkan deskripsi terkait konsep layanan secara lugas dan mudah dipahami.

Temukan Target Market Ideal

Selanjutnya, perusahaan perlu memikirkan target pasar yang akan dituju, berikut dengan permasalahan yang dimiliki dan bagaimana layanan dapat menjadi solusi. Setelahnya, baru dapat mencari tahu subjek seperti apa yang akan disasar. Sehingga, layanan yang perusahaan tawarkan tepat sasaran dan tepat guna.

Buat Pertanyaan yang Sesuai

Pada langkah ini, perusahaan perlu memfokuskan jenis dan bentuk pertanyaan yang akan diberikan kepada target market saat proses validasi pasar. Perusahaan perlu membuat pertanyaan terbuka dan membebaskan subjek untuk menjawab dengan kata-kata sendiri.

Menurut Ryan, bentuk pertanyaan tersebut akan sangat bervariasi, tergantung dengan layanan jasa yang akan ditawarkan. Ia menilai, pertanyaan validasi pasar dapat mengarah kepada kepentingan perusahaan saja, kepentingan target pasar saja, atau bisa keduanya.

“Misalnya, pada perusahaan jasa pembuatan website, maka bisa mewawancarai para pengusaha, mulai dari CEO atau pengusaha mikro, menengah, hingga besar besar atau dari multinasional company. Nah, setiap target market itu, akan ada pertanyaan yang berbeda, sesuai dengan kebutuhannya masing-masing,” jelas Ryan.

Lakukan Survei atau Wawancara

Dalam proses market validation, makin banyak survei atau wawancara dan makin besar ukuran sampel, maka semakin baik. Dengan begitu, perusahaan dapat melihat pola yang luas, bahkan menemukan masalah baru yang dapat diselesaikan melalui layanan yang akan ditawarkan.

Analisis Hasil Data

Setelah melakukan survei atau wawancara, kumpulkan detail dari masing-masing jawaban subjek, dengan memfokuskan pada beberapa jawaban kunci. Setelahnya, cari pola dalam jawaban, sehingga dapat disimpulkan ke dalam sebuah pernyataan.

Perjalanan ToffeDev melakukan Market Validation

Ryan mengungkapkan perjalanan ToffeDev dalam proses validasi pasar, saat mula-mula meluncurkan solusinya ke pasar. Hal pertama yang dilakukan yakni menerka-nerka target market yang akan membutuhkan layanan perusahaan jasa pembuatan website satu itu.

“Kami perlu tahu dulu siapa target market dan pertanyaan yang kami akan tanyakan kepada mereka. Kami juga sesuaikan layanan kami dengan kebutuhan pasar saat itu,” tambahnya.

Pertanyaan yang ditanyakan kepada target marketnya sendiri dimulai dari pertanyaan sederhana, gabungan antara pertanyaan yang mengarah kepada kepentingan perusahaan dan kepentingan pasar.

“Pertanyaan sederhananya, seperti ‘seberapa penting website untuk perusahaan Anda?’. Lalu, ‘seberapa tertarik Anda untuk menggunakan website dalam menyiarkan atau mempromosikan bisnis Anda?’ seperti itu,” ungkap Ryan.

Setelah itu, ToffeeDev melakukan tes dan ukur hasil data, dengan menyimpulkan tanggapan pasar terkait penawaran yang diberikan perusaahan itu. Ryan mengaku, proses validasi pasar yang dilakukan ToffeeDev sedikit lebih lama dibanding perusahaan yang lebih besar.

“Alasannya sederhana, yakni karena pada awalnya kami adalah startup company, di mana kami boostrap semua aktivitas marketnya kita,” tambahnya.

Kunci Suksesnya Proses Validasi Pasar Usaha Jasa

Menurut Ryan, validasi pasar dikatakan sukses pada saat penawaran jasa perusahaan, sesuai dengan ekspektasi pasar dan dapat diterima pasar dengan baik. Sederhananya, dengan target pasar yang tepat, maka jasa yang ditawarkan akan laku besar di pasar.

“Selain itu, supaya berhasil, perusahaan harus tahu dulu siapa yang akan membutuhkan jasa atau layanan yang dimiliki perusahaan. Hindari pemikiran bahwa layanan perusahaan Anda akan cocok bagi semua orang. Target pasar harus spesifik dan detail,” sarannya.

Ia juga menambahkan, jumlah budget marketing di awal yang dapat dikeluarkan perusahaan untuk melakukan riset pasar dalam proses validasi pasar, akan menentukan berhasil tidaknya campaign yang dilakukan perusahaan.

Cerita Proses Validasi Pasar Mekari, Mulai dari Sleekr hingga Keputusan Konsolidasi

Di tengah pasar yang kompetitif dan serba tidak pasti, pengusaha dituntut untuk sangat berhati-hati dengan langkah-langkah yang diambil untuk memulai sebuah bisnis. Sebelum berbicara mengenai sustainability atau status “unicorn”, seorang founder harus bisa lebih dulu memvalidasi ide startup mereka.

Terkait hal tersebut Co-Founder & CEO Mekari Suwandi Soh berbagi banyak dalam sesi webinar DSLaunchpad ULTRA pekan lalu.

Dalam perjalanan kariernya, ia sempat menjajal banyak bidang seperti quality assurance, consulting productivity, dan business process improvement. Sebelum pada tahun 2014, ia mulai melihat peluang untuk bisnis software dalam membantu meningkatkan kinerja sumber daya manusia atau human resources (HR) pada perusahaan. Mimpi awalnya adalah untuk mendigitalkan semua proses manual dan repetitif dalam lingkup HR. Ia ingin mengembangkan solusi teknologi untuk mengubah cara kerja HR yang dinilai masih sangat konvensional.

Berawal dari proyek akhir pekan, Sleekr solusi HR berbasis cloud yang awalnya hanya digunakan untuk internal perusahaan, resmi diluncurkan untuk publik di tahun 2015. Selama beroperasi beberapa tahun, platform tersebut berhasil mencapai sejumlah milestone hingga akhirnya memutuskan untuk melakukan konsolidasi dengan beberapa startup yang kini dikenal dengan Mekari.

Fokus pada area kompetensi

Ketika pertama kali melihat peluang dalam industri HR, ada banyak sekali masalah yang bisa diangkat, seperti manajemen kinerja, pelatihan karyawan, gaji, dan sebagainya. Pada saat itu, Suwandi yang masih bekerja full-time di perusahaan sebelumnya merasa tidak bisa mencakup semuanya dalam satu waktu. Maka dari itu, ia memutuskan untuk mengangkat masalah yang paling sering ditemukan dan sesuai dengan kompetensi timnya. Dalam hal ini adalah employee database dan time-off.

“Agak berbeda dengan B2B software, kita tidak bisa melakukan bare minimum. Masalah dalam ranah HR ada banyak, maka dari itu, dalam mengembangkan software ini kita cari masalah yang paling bisa kita build, yaitu employee database, dan yang umum ditemui di semua perusahaan adalah time-off. Setelah itu baru expand,” ujar Suwandi

Karena Sleekr saat itu adalah proyek akhir pekan dan masih bootstrapping, Suwandi sendiri mengaku ada banyak hal yang harus dipelajari untuk bisa sampai pada product/market fit. Dengan jaringan investor, ia belajar menyusun pitch deck dan mulai membuat konsep produk. Setelah mencapai traksi yang signifikan dan diterima pasar, baru ia mulai fokus. Dalam validasi pasar, traksi bisa berupa adopsi fitur dan kemauan membayar atau willingness to pay.

Di masa awal pengembangan produk, Suwandi mengaku ingin lebih dulu menyasar pasar global. Hal ini didasari oleh kecenderungan masyarakat Indonesia yang masih belum mau merogoh kocek untuk solusi teknologi. Namun, seiring perjalanan ia menemukan fakta bahwa ini hanya masalah segmen seperti apa yang disasar.

Mengenai target market global, Suwandi turut mengungkapkan,”Hal itu memang menarik, jarang ada produk SaaS asal Indonesia mencapai hasil signifikan di luar. Namun, yang harus diperhatikan adalah kita harus realistis dengan kompetensi engineering di Indonesia. Jika punya keyakinan dan kompetensi tinggi, maka tidak ada yang tidak mungkin,” tambahnya.

Aktif berinteraksi dengan pengguna

Dalam proses menemukan pasar yang tepat, diperlukan komitmen yang juga kuat. Suwandi mengakui, di masa awal produknya rilis untuk publik, ia juga bekerja sebagai customer support. Ia berinteraksi langsung dengan pengguna dan mengamati setiap prosesnya. Dari situ ia mempelajari kebiasaan pengguna dan fitur seperti apa yang memegang peran dan yang tidak signifikan.

“Kita sebagai founder bisa ambil peran sebagai customer support beberapa lama sampai punya tim yang bisa dipercaya, itu merupakan area yang sangat vital.”

Pada beberapa perusahaan, sebelum mengembangkan produk, akan ada tim yang ditugaskan untuk melihat seperti apa kebutuhan pengguna. Mereka akan menemui sejumlah pengguna dan berdiskusi. Itu merupakan proses validasi yang pertama. Setelah produk dikembangkan, ada banyak alat bantu untuk mendapatkan data. Dari situ akan dilihat isunya seperti apa dan estimasi waktu untuk bisa menemukan product/market fit.

Pentingnya relasi yang baik dengan pengguna kembali dicetuskan Suwandi ketika menjawab salah satu pertanyaan terkait pergerakan inovasi di dunia startup yang serba dinamis, ia mengatakan bahwa sulit untuk bisa menjaga inovasi untuk tidak ditiru oleh pemain lain. Namun satu hal yang penting adalah seberapa besar pemahaman kita terhadap pengguna. “Fitur bisa ditiru tapi pemahaman pengguna susah ditiru.” sebutnya.

Kembali pada visi dan misi

Di tahun 2019, Sleekr meresmikan konsolidasi dengan tiga startup, yaitu Talenta, Jurnal, dan Klikpajak. Ketika itu timnya menyadari bahwa software HR belum menjadi prioritas pada banyak bisnis. Ada kebutuhan lebih mendesak seperti accounting atau pembukuan. Mereka mulai mempertimbangkan bundle yang sesuai dan mencari produk yang juga relevan. Pada saat itu visi mereka bukan lagi fokus ke HR tapi lebih ke business operating system.

Tidaklah mudah untuk menyatukan lebih dari dua perusahaan dengan visi dan misi masing-masing, namun keempat perusahaan ini berhasil menyesuaikan berbagai aspek hingga tercipta satu kesepakatan dengan merek baru yaitu Mekari. Mekari sendiri diambil dari satu kata kerja, mekar. “Kita ingin punya peran aktif membuat UKM di Indonesia empowering the progress of business and its people,” tambahnya.

Dalam proses awal melakukan merger ini, terjadi perubahan dari kompetisi jadi konsolidasi. Untuk menghindari terjadinya hal yang tidak diinginkan, perusahaan melakukan meeting internal untuk membahas visi dan misi. Dalam pertemuan itu, dibahas juga ekspektasi serta komitmen masing-masing. Jadi, ke depannya sudah bisa diproyeksikan seperti apa. Begitu juga dengan yang lain, semua harus disepakati di awal. Suwandi menegaskan meskipun bukan pembicaraan yang nyaman, tapi penting untuk dilakukan sejak awal.

Terkait masa depan Mekari, Suwandi mengungkapkan, “Visi kita adalah menjadi bisnis platform yang bisa memberdayakan bisnis-bisnis di Indonesia. Yang ingin kita capai adalah agar Mekari bisa ada di semua bisnis di Indonesia. Definisi kesuksesan kita adalah ketika pengguna bisa meningkatkan produktivitas operasional bisnis menggunakan software kita.”

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Perjalanan Panjang Proses Validasi Pasar

Tantangan mendirikan startup sudah ada sejak awal, bahkan sebelum sebuah produk diciptakan. Ada tahapan bernama market validation yang harus dilewati. Tahapan ini memberikan kesempatan startup untuk mengevaluasi produk mereka, sekaligus menjadi tahapan apakah sebuah produk bisa lanjut atau tidak.

Pastikan konsumen mau membayar

Kami sempat menanyai Co-Founder Paxel, Zaldy Ilham Masita, tentang bagaimana Paxel memvalidasi pasarnya. Zaldy bercerita bahwa ide awal Paxel dimulai pada tahun 2017 untuk mencari model yang cocok untuk delivery last mile di Indonesia, terutama untuk memenuhi perkembangan industri e-commerce yang pesat.

Paxel sejak awal mencoba untuk membuat model baru untuk last mile delivery dengan model relay atau estafet dengan memanfaatkan smart locker sebagai mini sorting center pada akhir 2017, dan dengan memberikan service pick up dan flat rate. Fokus Paxel ada pada bagaimana memberikan layanan same day delivery dalam kota dan antar kota–pasar yang selama ini masih sepi pemain sehingga Paxel bisa langsung memimpin pasar tanpa ada perang harga.

“Selama dua tahun, Paxel mencoba model baru ini, ternyata memberikan SLA yang tinggi untuk same day delivery dengan biaya yang terjangkau. Bahkan same day delivery bisa ditawarkan sampai ke semua kota besar di Jawa dan Bali. Model last mile delivery dengan sistem relay, menggunakan smart locker, dan berbasis aplikasi untuk customer membutuhkan sistem dan teknologi yang sangat besar. [..] Sebagian besar investasi dilakukan di [sektor] teknologi dengan 4 IT center yang dibangun di Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Chennai dengan [sebanyak] 60+ engineer,” terang Zaldy.

Zaldy melanjutkan, selama tiga tahun terakhir banyak hal yang ia dan tim pelajari. Salah satunya same day delivery service antar kota membuka pasar baru untuk market last mile delivery yang sebelumnya belum pernah ada, yakni pengiriman makanan, produk perisable antar kota, dan juga frozen food. Market baru ini ternyata bisa mendorong UMKM di daerah untuk meluaskan pasarnya ke kota-kota lain.

Bagi Zaldy dan tim Paxel, melakukan market validation perlu mempertimbangkan banyak hal, termasuk inovasi model bisnis untuk tidak mudah ditiru pemain yang sudah besar atau pemain baru.

“[Memastikan] konsumen memang butuh service tersebut dan bersedia untuk membayar. Kadang-kadang model bisnis sangat innovative dan sangat bagus tapi konsumen masih tidak mau memakai kalau bayar. Roadmap yang jelas untuk masuk ke segmen pasar yg lain yg lebih besar dengan tetap fokus pada core competency sehingga bisa memberikan service all-in pada konsumen,” imbuh Zaldy.

Sejauh ini layanan same day delivery Paxel diklaim meroket hingga 250 persen. Dengan jumlah pengguna mencapai 1 juta, Paxel sudah memiliki lebih dari 50 mitra untuk memenuhi berbagai kebutuhan.

Ciptakan kesan

Perjalanan panjang menemukan pasar dan produk yang sesuai juga dialami  Flip. Salah satu perusahaan teknologi finansial yang inovasinya cukup penting bagi banyak orang dengan memangkas biaya transfer antar bank.

Flip berawal dari keresahan Rafi Putra Arriyan (Ari), Ginanjar Ibnu Solikhin, dan Luqman Sungkar tentang biaya transfer bank yang cukup besar. Untuk sekali transfer antar bank biayanya setara dengan sepiring nasi dan telur.

Layanan pertama Flip dibuat menggunakan formulir Google Form dan domain sendiri. Pengguna yang ingin melakukan transfer bank harus mengisi formulir tersebut lalu para founder akan melakukan transfer manual melalui internet banking. Tak disangka, Flip mendapatkan popularitas di kalangan mahasiswa Universitas Indonesia. Kala itu ada 30 permintaan transfer per harinya. Kewalahan, akhirnya mereka merekrut tim operasional sendiri. Kisah tersebut adalah validasi pertama market dan produk dari Flip.

Ada beberapa hal yang kemudian dipelajari Flip pada tahap tersebut. Salah satunya, banyak ragu menggunakan Flip saat pertama kali mencoba, tapi setelah mendapatkan pengalaman pertama mereka pengguna tersebut kembali menggunakannya. First impression.

“Pertama-tama sebaiknya mulai memvalidasi market dari sesuatu yang benar-benar kita rasakan permasalahannya. Setelah melakukan validasi masalah, baru masuk lagi ke tahap validasi solusi. Setiap validasi yang dilakukan sebaiknya dengan effort yang sedikit dan waktu yang cepat. Semakin cepat kita melakukan validasi, semakin cepat juga kita mendapatkan wawasan untuk membangun solusi yang kita inginkan,” jelas CEO Flip Rafi Putra Arriyan.

Saat ini Flip sudah memiliki aplikasi sendiri. Jumlah bank yang bekerja sama dengan Flip juga terus bertambah. Demikian pula fiturnya. Sekarang mereka juga menghadirkan solusi transfer hemat biaya untuk korporasi melalui BigFlip.

Sesuaikan dengan kebutuhan pasar

Cerita perjuangan menemukan market validation yang tepat juga dialami oleh Netflix, perusahaan teknologi yang sekarang menjadi fenomena. Sebelum menemukan bentuk terbaik sebagai layanan streaming video on demand Netflix memiliki sejarah yang panjang. Salah satunya sebagai layanan penjualan CD/DVD secara online.

Permasalahan kemudian mulai muncul, seperti risiko kerusakan ketika pengiriman CD/DVD dan semacamnya. Dari sana Netflix mulai melakukan penyewaan film berbasis online. Cerita lainnya mengenai bagaimana Netflix dimulai disampaikan Reed Hastings, salah satu pendiri Netfilix pada gelaran MWC Barcelona 2017 silam.

Dalam sebuah sesi presentasi Hastings menjelaskan, mereka memulai bisnis pengiriman DVD ke pelanggan pada tahun 1997, kemudian memperkenalkan layanan streaming pada 2007. Tiga tahun berselang, jumlah pengguna layanan streaming melebihi jumlah pelanggan DVD mereka.

Perubahan model bisnis yang dilakukan Netflix sejalan dengan adopsi kebiasaan pengguna dan teknologi yang semakin maju saat itu. Dengan mempertahankan budaya terus beradaptasi, Netflix saat ini tak hanya sebagai perusahaan penyedia layanan streaming film tetapi juga memproduksi film dan serialnya sendiri. Netflix adalah bukti bahwa bisnis harus dinamis dan tetap rajin untuk melihat peluang-peluang yang ada di pasar.

Di Indonesia misalnya, Netflix melakukan kolaborasi kreatif dengan insan film di Indonesia dengan memproduksi dan mempublikasikan film karya dalam negeri.

Bukan pekerjaan instan

Berdasarkan pengalaman Paxel, Flip, dan Netflix, ide harus divalidasi dulu berdasarkan keresahan atau permasalahan yang nyata. Kemudian mereka terjun ke lapangan untuk mengukur seberapa besar masalah tersebut dan solusi apa yang dibutuhkan.

Memvalidasi pasar juga bukan pekerjaan yang bisa selesai dengan segera. Dalam keberlangsungan bisnis, proses validasi pasar harus terus dilakukan–menggali potensi inovasi baru dan, yang paling penting, mencari sumber pendapatan baru.

Cerita Perjalanan Kegagalan Zenc Labs dalam Pengembangan Produk

Founder & CEO Zenc Labs, François Wouts, memiliki cerita menarik tentang liku-liku perjalanannya dalam membangun startup. Cerita ini diangkat karena memiliki beberapa pembelajaran penting yang dapat menjadi pertimbangan bagi pembaca yang berniat untuk pivot dari pekerjaan profesional yang sudah dimiliki saat ini dan membangun sebuah startup.

François sendiri sebelumnya sudah memiliki karier yang cukup nyaman di Google, dengan berbagai fasilitas penunjang dan pendukung yang ia sebut sangat mencukupi untuk kesehariannya. Termasuk gaji yang nilainya tidak kecil, karena ia menjadi salah satu staf di tim pengembangan. Namun setelah tiga tahun di Google, akhirnya memutuskan untuk keluar.

Dua tahun sebelum keluar François mencoba belajar tentang startup, dari program YCombinator dan para pendiri yang sudah menuai kesuksesan. Ia memahami betul bahwa startup sangat erat dengan kegagalan, eksekusinya harus sempurna. Sebagai orang yang memiliki kompetensi teknis, François juga mencoba menyerap berbagai ilmu lain, termasuk desain dan pemasaran dari rekan-rekannya sebelum benar-benar memulai startup.

Pentingnya melakukan validasi ide, karena berkaitan dengan prospek bisnis

Pada akhirnya bulan Maret 2017 François resmi keluar. Dan salah satu gagasan ide yang coba divalidasi ialah mengembangkan sebuah alat yang dapat membantu developer menjadi lebih produktif, dengan menghadirkan IDE yang memudahkan developer untuk coding. Sebagai seorang pengembang ia tahu betul tentang isu-isu personal seorang developer. Gagasan prototipe itu pun coba terus dieksplorasi.

Akhirnya sebuah IDE bernama Modular berhasil dikembangkan, dengan mengedepankan kemampuan agar para developer fokus dalam penulisan kode berdasarkan modul pengembangan. François cukup bangga dengan karya tersebut, karena dinilai akan merevolusi cara developer dalam mengembangkan aplikasi. Dan setelah tiga bulan berjalan akhirnya prototipe tersebut memiliki fungsional dan antarmuka yang cukup lengkap. Namun ada satu hal yang dilupakan François, selama tiga bulan pengembangan produk ia sama sekali tidak berbicara dengan calon pengguna.

François tersadar bahwa yang ia pikirkan baru di satu sisi saja, menciptakan produk yang bagus. Namun tidak memiliki rencana bisnis apa pun dengan produk tersebut. Bahkan ketika dipikirkan sebagai sebuah alat yang gratis, produk tersebut ternyata masih terlalu rumit untuk menjadikan hidup pengembang menjadi lebih mudah. François merasa gagal sebelum benar-benar meluncurkan produk tersebut.

Terlepas dari kegagalan tersebut, François mempelajari banyak hal, baik dalam teknis pengembangan maupun unsur lain terkait pembuatan bisnis. Salah satunya ia menyadari bahwa suasana hati adalah ukuran yang tidak bisa benar-benar diandalkan. Artinya keyakinan saja tidak cukup, harus benar-benar diukur dengan kondisi pasar yang ada.

Temukan permasalahan yang benar-benar dihadapi oleh pengguna

Modular akhirnya diujicobakan ke salah satu teman François yang juga seorang pengembang, dan jawabannya tidak tertarik. Namun dari pertemuan dengan rekannya tersebut akhirnya François justru menemukan sebuah permasalahan, yakni tentang kebutuhan sebuah sistem sederhana untuk mengelola server berbasis Amazon Web Serives (AWS). Kebanyakan pengembang tidak memiliki banyak waktu untuk mengatasi kompleksitas AWS, dan umumnya yang dilakukan ialah mendelegasikan ke DevOps paruh waktu.

Dan ini adalah babak baru lahirnya Zenc Labs, untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Modular dihentikan, dan sebuah aplikasi untuk DevOps layanan AWS segera dikembangkan. Sebagai alumni dari Google, François cukup kesulitan untuk beradaptasi dengan lingkungan pengembangan di AWS, bisa dipelajari namun membutuhkan waktu ekstra. Usahanya pun berhasil, sebuah prototipe kembali dilahirkan, dan rekannya tadi diminta untuk menjadi penguji.

Beberapa umpan balik diberikan, namun solusi yang ditawarkan akhirnya diterima, dan dianggap akan bermanfaat. François memutuskan untuk mempublikasikan prototipenya ke kanal sosial yang dimiliki. Benar saja banyak masukan, terutama terkait UX, dan itu menjadi sebuah materi menarik untuk optimasi layanan. Hingga akhirnya kini petualangan startupnya dimulai, dan rencana bisnis yang solid pun sudah didefinisikan dengan produk barunya tersebut.

Melawan ego untuk terus berfokus pada tujuan awal yang sudah terdefinisi

François turut menyampaikan, di tahap ini ketika ia sudah memiliki rencana yang matang bukan berarti tanpa tantangan. Masih ada ego yang perlu dilawan, karena di tengah perjalanan ada perasaan yang memaksa untuk berhenti mengerjakan produk yang dikerjakan sekarang ini. Ketika bertemu masalah baru, juga egonya meningkat ingin mencoba pivot lagi. Namun François sadar betul, untuk tetap fokus menyelesaikan apa yang sudah dimulai, dan kali ini sudah tervalidasi.

Strategi Startup Menjaga Loyalitas Pasar

Sebagai pemilik bisnis startup, mengamati perkembangan pasar rupanya menjadi perihal yang krusial demi melakukan peningkatan bisnisnya. Berkaitan dengan dinamika dan gejolak bisnis, sampai saat ini tren yang paling sering terjadi oleh startup adalah soal akuisisi, meskipun ada yang memandang positif dan negatif. Tujuan perusahaan besar mengakuisisi startup umumnya untuk mengelaborasikan bisnis yang ada, membeli untuk mematikan, hingga melihat potensi yang besar dari bisnis tersebut.

Bicara soal founder yang memikirkan kelangsungan hidup startup, maka ia mengetahui atau melihat masa depan bila diakuisisi. Sebab bisa saja proses tersebut mempertaruhkan visi misi yang sudah dijalankan sebelumnya. Apalagi bisnisnya sudah menemukan kepercayaan dari banyak investor.

Tetap berjalan, berakselerasi dan bertumbuh adalah mimpi setiap founder dalam menjalankan startupnya. Untuk itu perlu berbagai siasat agar bisnis tetap berjalan lancar.

Selalu memahami keinginan pengguna

Bicara bisnis, tentunya tidak terlepas dari pangsa pasar atau mengikuti kebutuhan pengguna. Semakin besar pengetahuan yang diperoleh, semakin baik pula startup membuat produk atau layanan. Jika sudah mendapatkan target pengguna dalam skala besar, startup akan sukses memasuki pasar untuk mendominasi pelanggan.

Melakukan inovasi secara berkelanjutan

Terdapat beberapa cara startup bisnis dalam melalukan pembaruan produk atau jasa demi mendominasi pasar. Seperti branding, kultur perusahaan dan inovasi wajib bagi startup jika mempertahankan eksistensi terhadap pangsa pasar.

Melihat kondisi pasar saat ini, rupanya tidak akan ada habisnya mengenal inovasi bisnis. Tentunya untuk menggaet loyalitas pengguna terhadap pelayanan startup.

Meningkatnya pengguna terhadap inovasi startup ini sangat menarik perhatian perusahaan besar untuk menjalin kerja sama dengan startup.

Jalin relasi dengan konsumen

Konsumen adalah aset tak ternilai untuk startup bisnis. Sehingga dapat dipastikan loyalitas pengguna adalah cermin bisnis yang berkualitas.

Adanya kedekatan antara pelaku bisnis dengan pengguna menjadi nilai plus untuk sebuah loyalitas. Dengan begitu, pengguna akan memilih produk atau jasa startup dengan pelayanan yang maksimal.

Bangun strategi pemasaran yang tepat

Maraknya startup bisnis saat ini dalam membuat produk sejenis, memungkinkan pengguna telah survive dari produk sebelumnya.

Maka wajib bagi startup baru menata kembali produk yang sudah ada dengan teknik marketing yang baik, untuk memenangi pangsa pasar. Jika produk sudah dikenal luas, kemungkinan besar bisnis tersebut menjadi penguasa di bidang tersebut.