Browser Microsoft Edge Kini Tersedia di Android dan iOS

Beberapa waktu lalu, beredar video wawancara Bill Gates dengan Fox News Sunday yang tak hanya menceritakan hubungan pribadi sang pendiri Microsoft tersebut dengan almarhum Steve Jobs, tapi juga smartphone pilihannya saat ini. Meski tidak menyebutkan secara eksplisit nama ponsel yang digunakan, orang terkaya di dunia itu bilang kalau yang dipakai saat ini adalah smartphone Android.

Bill juga menambahkan bahwa ada banyak software buatan Microsoft di ponselnya itu. Seperti yang kita tahu, sejak Microsoft menjual Nokia ke HMD, mereka memutuskan untuk berfokus ke pengembangan mobile software ketimbang bersikeras membuat perangkatnya sendiri yang terbukti kurang laku di pasaran.

Sejumlah aplikasi andalan Microsoft perlahan dibawa ke Android dan iOS, dan respon konsumen terbukti cukup positif – saya pribadi merupakan pengguna setia Outlook sejak pertama aplikasi email itu dirilis, meskipun layanan pilihan saya adalah Gmail. Sekarang giliran browser andalan Windows 10, Microsoft Edge, yang datang menghampiri Android dan iOS.

Microsoft Edge untuk Android dan iOS

Premis di balik kemunculan Edge untuk Android dan iOS sebenarnya sederhana: dari semua pengguna PC atau laptop Windows 10, sebagian besar bisa dipastikan memakai ponsel Android atau iPhone. Dengan adanya Edge versi mobile, mereka jadi bisa melanjutkan sesi browsing-nya dari komputer ke ponsel (atau sebaliknya) – dan ini merupakan salah satu alasan mengapa Chrome begitu populer.

Benar saja, Edge untuk Android dan iOS mengemas hampir semua fitur esensial versi desktop-nya, seperti Favorites, Reading List dan Reading View, yang akan terus tersinkronisasi antar perangkat. Namun yang paling istimewa, dengan satu klik icon saja, pengguna dapat meneruskan laman web yang dibuka menuju PC atau laptop secara instan.

Microsoft Edge untuk Android dan iOS saat ini baru berstatus preview. Untuk bisa mencobanya, Anda harus lebih dulu tergabung dalam program Windows Insider.

Sumber: Microsoft.

Susul Chrome, Microsoft Edge Mulai Terapkan Algoritma Brotli

Microsoft tampaknya tengah bersiap menjajal sesuatu yang baru khususnya untuk peramban terbarunya, Edge. Diumumkan di blog resminya, Microsoft mulai mengadopsi algoritma kompresi baru bernama Brotli, menyusul dua rivalnya Chrome dan Firefox yang sudah melakukannya tahun lalu.

Menurut keterangan Microsfot, algoritma Brotli bakal memangkas waktu loading halaman di Microsoft Edge. Microsoft mengatakan bahwa Brotli dapat menghasilkan rasio kompresi 20% lebih baik dengan kecepatan kompresi dan dekompresi yang sama, ketika menggunakan metode encoding konten HTTP. Dibandingkan algoritma Deflate ataupun Zopfli, Botli jauh lebih efisien dalam hal ukuran file dan durasi komputasi PC.

Secara sederhana, Brotli yang diluncurkan di tahun 2015 untuk menggantikan Zopfli bakal mempercepat loading halaman dan meminimalisir konsumsi data dan baterai saat Edge beroperasi.

Brotli sebagaimana diklaim oleh empunya mempunyai performa kompresi 20% hingga 25% lebih efisien ketimbang algoritma Zopfli. Itu artinya peramban versi terbaru yang menjalankan Brotli nanti bakal mampu menghantarkan halaman sekian kali lebih cepat ketimbang sebelumnya. Kelebihannya tak melulu soal kecepatan, bagi pengguna perangkat mobile, mereka juga akan memperoleh keuntungan lain yaitu efisiensi daya dan juga menyunat konsumsi data.

Microsoft Edge sendiri memulai debut di tahun 2015 lalu sebagai pengganti Internet Explorer yang mulai ketinggalan zaman.

Penerapan logaritma Brotli ke Microsoft Edge saat ini baru bisa dirasakan dampaknya bagi pengguna yang mengikuti Windows Insider Program. Tahap ini akan menjadi ajang pengujian Brotli di Edge sebelum digulirkan ke publik di Windows 10 Creators Update paling cepat di tahun 2017 nanti.

Microsoft tampaknya bersikeras untuk meningkatkan efisiensi Edge guna membuktikan bahwa klaimnya beberapa waktu yang lalu bukan pepesan kosong.

Microsoft beberapa waktu yang lalu mengklaim bahwa Microsoft Edge jauh lebih irit daya. Dalam pengujian tersebut, Microsoft menggunakan empat laptop identik yang masing-masing menjalankan browser berbeda-beda: Microsoft Edge, Google Chrome, Mozilla Firefox dan Opera.

Sumber berita Windows dan gambar header Microsoft.

Netflix Kini Suguhkan Konten 4K untuk PC dan Laptop Windows 10

Proses 4K menjadi mainstream memang memakan waktu cukup lama. Meski hingga detik ini pun belum benar-benar bisa digolongkan mainstream, setidaknya nasib 4K tidak seperti teknologi 3D pada zamannya – yang sekarang sudah bisa dibilang punah.

Hal ini didukung oleh ketersediaan perangkat yang semakin beragam dan harga yang kian terjangkau. Tidak ketinggalan juga ekosistem konten 4K yang semakin luas; YouTube merupakan salah satu kontributor terbesar, tapi sekarang Netflix juga ingin ambil bagian.

Sekarang, layanan streaming film tersebut sudah siap menyuguhkan konten 4K khusus untuk PC dan laptop Windows 10. Yup, ini menjadikan Microsoft Edge sebagai satu-satunya browser yang sanggup memutar konten 4K dari Netflix.

Pun demikian, masih ada beberapa syarat lain yang perlu diperhatikan. Yang pertama tentu saja perangkat Anda harus mengemas layar 4K. Kalau tidak, sama saja Anda buang-buang data internet walaupun tidak ada batasan kuota.

Bicara soal internet, koneksi Anda harus cukup cepat untuk bisa memutar konten 4K dari Netflix dengan lancar. Netflix sendiri menyarankan kecepatan minimum koneksi berada di kisaran 25 Mbps – lebih cepat tentu lebih baik.

Syarat terakhir, perangkat Anda diwajibkan memiliki prosesor Intel Core generasi ketujuh (Kaby Lake). Entah apa alasan pastinya, tapi saya pribadi heran mengapa tidak generasi keenam (Skylake) yang dijadikan batas minimum. Kalau begini kondisinya, berarti layar 4,5K milik Surface Studio jadi sia-sia sebab perangkat tersebut hanya mengusung prosesor Intel generasi keenam.

Terlepas dari itu, kalau syarat-syarat di atas sudah terpenuhi, Anda dapat menikmati konten 4K dari Netflix mulai hari ini juga, meski tentu saja ketersediaan konten berbeda-beda dari satu negara ke yang lain.

Sumber: Windows Blog. Gambar header: GrfxPro.

Dorong Jumlah Ekstensi, Microsoft Permudah Konversi Ekstensi Chrome ke Edge

Dalam Anniversary Update Windows 10 terbaru, Microsoft menghadirkan dukungan yang paling ditunggu, yaitu dukungan pemasangan ekstensi ke perambannya, Edge. Dukungan ini sudah barang tentu memberikan banyak manfaat kepada pengguna. Yang paling utama, memungkinkan mereka menggunakan fungsionalitas yang lebih luas dan berguna.

Sayangnya, meski berbagai pengembang sudah mulai meluncurkan ekstensi andalannya untuk Edge, tapi jumlah ekstensi yang tersedia di Windows Store masih jauh dari kata memadai. Masih kalah jumlah jika dibandingkan rival terdekatnya, Chrome atau bahkan Opera. Beruntung Microsoft sadar betul kelemahannya itu dengan meluncurkan aplikasi baru yang dinamai Microsoft Edge Extension Toolkit.

Microsoft Edge Extension Toolkit pada dasarnya adalah alat bantu yang memungkinkan pengembang untuk mengonversi ekstensi Chrome mereka agar dapat bekerja di peramban Microsoft Edge dengan cepat.

Saat ini aplikasi masih dalam tahap awal, dan sangat memungkinkan ke depan nanti bakal datang versi-versi baru yang lebih matang bersama sejumlah peningkatan. Di versi awal ini aplikasi sudah dilengkapi validasi ekstensi Chrome dan juga informasi debugging bila diperlukan.

Dukungan penambahan ekstensi sendiri untuk saat ini baru tersedia untuk perangkat desktop yang sudah memasang versi Windows 10 Anniversary Update. Namun, seperti dikutip dari Softpedia, kemungkinan untuk tiba ke mobile tetap ada, hanya saja Microsoft ingin memastikan semuanya berjalan baik di platform desktop terlebih dahulu sebelum mengarah ke sana.

Streaming Netflix dalam Resolusi 1080p Hanya Bisa di Browser Microsoft Edge

Melihat rekam jejak Internet Explorer, Microsoft bisa dibilang punya reputasi buruk di bidang browser. Dengan Microsoft Edge, mereka tentunya tak ingin kejadian tersebut terulang. Berbagai macam pengujian mereka lakukan untuk menyorot keunggulan Edge, salah satunya adalah uji konsumsi baterai yang dimenangkan Edge – meski tak lama kemudian Opera tidak terima dan merilis hasil tesnya sendiri.

Kini tim Microsoft Edge beralih ke sisi yang lebih teknis, yakni sebagus apa kinerja browser dalam memutar video dari layanan streaming? Hasilnya cukup mengejutkan: selama ini ternyata Netflix hanya akan menyajikan kontennya dalam resolusi 1080p jika pengguna memakai browser Microsoft Edge saja – atau Safari di Mac. Selebihnya, video tersaji dalam resolusi 720p saja.

Klaim ini dibenarkan oleh laman support Netflix sendiri. Di situ tertera bahwa Chrome, Firefox dan Opera semuanya hanya bisa memutar video dari Netflix dalam resolusi 720p saja, namun tidak untuk Microsoft Edge. Bukan cuma resolusinya yang lebih tinggi, bitrate-nya pun juga.

Situs PCWorld juga membenarkan klaim Microsoft dengan memanfaatkan menu ‘tersembunyi’ Netflix yang bisa diaktifkan dengan menekan kombinasi tombol Ctrl+Alt+Shift+D. Singkat cerita, kalau Anda mau menikmati film di Netflix dalam resolusi full-HD, sebaiknya Anda menggunakan browser Microsoft Edge.

Akan tetapi tentu saja Microsoft Edge bukan satu-satunya opsi. Pengguna Windows 10 juga bisa menggunakan aplikasi Netflix dari Windows Store untuk memutar video dalam resolusi 1080p. Yup, ini masih belum berupa alasan kuat bagi saya untuk hijrah ke Edge.

Sumber: PCWorld dan Windows Blog.

Tidak Terima, Opera Tunjukkan Bahwa Browser Buatannya Lebih Hemat Baterai Daripada Microsoft Edge

Belum lama ini, Microsoft mencoba membuktikan bahwa browser buatannya, Edge, jauh lebih efisien soal konsumsi daya dibanding browser lain. Baru beberapa hari berselang, rupanya sudah ada pihak yang ‘tidak terima’ dengan klaim tersebut. Pihak tersebut adalah Opera.

Dalam pengujian yang dilakukan Microsoft, Opera memang diikutkan sebagai salah satu subjek tes. Tim Opera sendiri agak terkejut mengingat browser besutannya sedang dalam posisi mode power saving menyala dalam pengujian yang dilakukan Microsoft. Merasa tidak percaya, Opera memutuskan untuk melakukan pengujian ulang, kali ini dibandingkan secara langsung dengan Microsoft Edge.

Dari hasil pengujiannya, Opera versi Developer terbaru dengan fitur adblocker dan power saving aktif mampu beroperasi 22 persen lebih lama ketimbang Microsoft Edge dan 35 persen lebih lama daripada Chrome. Opera tak lupa menjelaskan bahwa metode pengujiannya kemungkinan berbeda dari yang dilakukan Microsoft, mengingat Microsoft tidak memaparkan metodenya secara merinci.

Hasil pengujian terbaru Opera dengan mode power saving dibandingkan Microsoft Edge / Opera
Hasil pengujian terbaru Opera dengan mode power saving dibandingkan Microsoft Edge / Opera

Pun demikian, Opera memastikan bahwa metode yang mereka gunakan sama persis seperti ketika mereka menguji fitur power saving-nya, dimana algoritma khusus telah disiapkan supaya berbagai macam situs dapat dibuka dan di-scroll secara otomatis, meniru pemakaian pengguna sehari-hari.

Lalu siapa yang lebih bisa kita percaya, Microsoft atau Opera? Well, saya pribadi lebih condong ke Opera. Bukan karena saya dibayar, tetapi karena secara teori apa yang dilakukan Opera dengan mode power saving-nya terkesan lebih masuk akal untuk bisa meningkatkan daya tahan baterai. Saya pun juga merupakan pengguna Chrome sampai sekarang – boros daya atau tidak, saya tidak terpengaruh karena menggunakan PC desktop, bukan laptop.

Terlepas dari itu, kita sebagai konsumen tetap diuntungkan dengan ‘konflik’ semacam ini. Dilihat dari sudut manapun, kegigihan developer untuk saling berlomba menciptakan browser yang paling irit daya tetap akan membawa keuntungan buat konsumen.

Sumber: Opera.

Microsoft Buktikan Bahwa Edge Adalah Browser Paling Irit Daya untuk Laptop

Menyandang gelar sebagai browser terpopuler bukan berarti Chrome tidak punya reputasi jelek. Browser bikinan Google tersebut terkenal boros daya, dan hasil pengujian Microsoft baru-baru ini kian membuktikan anggapan tersebut – sekaligus menunjukkan bahwa Microsoft Edge jauh lebih irit daya.

Dalam pengujian tersebut, Microsoft menggunakan empat laptop identik yang masing-masing menjalankan browser berbeda-beda: Microsoft Edge, Google Chrome, Mozilla Firefox dan Opera. Ada tiga tahap pengujian yang dilakukan, yang pertama adalah mengukur rata-rata konsumsi daya masing-masing dalam skenario lab yang terkontrol.

Hasil pengujian tahap pertama / Microsoft
Hasil pengujian tahap pertama / Microsoft

Microsoft Edge unggul dalam tahap pertama tersebut, sanggup memberikan sekitar 36 sampai 53 persen daya baterai ekstra ketimbang browser lain. Tahap ini mencakup rangkaian aktivitas yang biasa kita lakukan ketika browsing, mulai dari membuka situs, membaca-baca artikel sampai menonton video.

Tahap pengujian yang kedua adalah mengagregasi telemetri dari jutaan perangkat yang menjalankan Windows 10, lalu mengukur rata-rata konsumsi dayanya. Lagi-lagi Microsoft Edge unggul jauh dibanding Chrome; 465,24 mW dibanding 719,72 mW.

Hasil pengujian tahap kedua / Microsoft
Hasil pengujian tahap kedua / Microsoft

Tahap yang terakhir adalah membiarkan keempat laptop melakukan streaming video HD sampai baterainya habis. Sekali lagi Microsoft Edge menunjukkan prestasinya dalam hal efisiensi daya, dimana Edge bisa bertahan 17 persen lebih lama dari Opera – dengan posisi mode power saving menyala – 43 persen lebih lama dari Firefox dan 70 persen lebih lama dari Chrome.

Sejauh ini mungkin Anda berpikiran bahwa ini merupakan salah satu cara Microsoft dalam mempromosikan browser bawaan Windows 10 tersebut, akan tetapi Wall Street Journal belum lama ini juga mengadakan tes serupa dan menyimpulkan Edge sebagai browser yang paling irit daya untuk keperluan browsing maupun streaming.

Jadi bagaimana? Apakah setelah ini Anda bakal beralih dari Chrome ketika menggunakan laptop? Atau mungkin Google malah semakin tertantang untuk membuat browser-nya jadi lebih efisien?

Sumber: Windows Blog.

Extension LastPass Kini Tersedia untuk Browser Microsoft Edge

Kabar gembira bagi Anda pengguna browser Microsoft Edge di Windows 10. Setelah extension AdBlock dan AdBlock Plus tersedia untuk pengguna yang tergabung dalam program Windows Insider bulan kemarin, kini giliran extension pengolah kata sandi LastPass yang muncul di Windows Store.

Extension LastPass ini memungkinkan pengguna untuk mengakses ‘brankas’ password miliknya dengan cepat saat browsing menggunakan Microsoft Edge. Jadi ketika hendak login ke suatu situs yang kata sandinya tersimpan dalam vault LastPass, extension akan otomatis mengisi kata sandi tersebut demi kenyamanan pengguna.

Sama halnya ketika pengguna sedang mendaftar akun baru di suatu situs atau layanan, extension LastPass akan mencoba membantu dengan memberikan rekomendasi kata sandi yang kompleks dan sulit dibobol. Setelahnya, data username dan password baru tersebut akan langsung disimpan ke dalam vault untuk digunakan kembali di lain kesempatan.

Fitur lain dari extension LastPass adalah notifikasi ketika terdeteksi ada password yang sama di dalam vault, lalu menyediakan opsi untuk membuat kata sandi baru secara acak. Anda tak perlu khawatir kelupaan kata sandi tersebut, sebab Anda hanya perlu mengingat satu password saja untuk membuka vault LastPass.

Sama seperti AdBlock, extension LastPass sejauh ini baru bisa dinikmati oleh pengguna yang tergabung dalam program Windows Insider dengan mengunduhnya di Windows Store. LastPass sendiri berjanji akan menyediakan extension Microsoft Edge ini buat semua pengguna ke depannya – pastinya tidak lewat dari tahun 2016.

Sumber: LastPass Blog.

Microsoft Edge Kini Bisa Blokir Iklan Berkat Extension AdBlock dan AdBlock Plus

Sudah ditunggu-tunggu sejak lama, Microsoft akhirnya mulai menguji fitur extension pada browser Edge sejak bulan Maret kemarin. Kini salah satu extension yang paling populer di Chrome dan Firefox, yaitu AdBlock dan AdBlock Plus, akhirnya tersedia untuk Microsoft Edge.

Sebagian besar pembaca mungkin sudah paham betul apa fungsi dari kedua extension tersebut, yaitu untuk memblokir iklan. Berdasarkan pengamatan saya terhadap sejumlah teman pengguna Windows 10, absennya kedua extension tersebut menjadi alasan mengapa mereka enggan menjadikan Microsoft Edge sebagai browser utama di laptop atau PC-nya.

Kini keduanya sudah resmi muncul di Windows Store, dan fitur-fitur yang ditawarkan sepertinya tidak berbeda dari versi Chrome maupun Firefox, termasuk halnya fitur whitelist sehingga pengguna bisa mencantumkan situs-situs tertentu sebagai pengecualian.

AdBlock untuk Microsoft Edge mengemas fitur yang sama seperti versi Chrome atau Firefox-nya / Windows Store
AdBlock untuk Microsoft Edge mengemas fitur yang sama seperti versi Chrome atau Firefox-nya / Windows Store

Kendati demikian, sebelum fitur Extension untuk Edge sendiri tersedia buat publik, baik AdBlock dan AdBlock Plus pun sejauh ini baru bisa dinikmati oleh pengguna yang tergabung dalam program Windows Insider.

Kalau Anda termasuk salah satunya, silakan unduh AdBlock dan AdBlock Plus untuk Microsoft Edge dari Windows Store. Langkah-langkah instalasinya sendiri bisa disimak di video resmi dari Microsoft di bawah ini.

Sumber: Engadget. Gambar header: Microsoft.

Skype for Web di Microsoft Edge Kini Tak Butuh Plugin

Skype yang kita tahu telah berkembang dari sebuah layanan panggilan video untuk perangkat desktop dan mobile menjadi layanan komunikasi lengkap yang tersedia hampir di seluruh medium. Kini Skype tersedia langsung dalam versi web sekaligus di dalam layanan lain seperti Office Online.

Namun baru-baru ini tim pengembang Skype berhasil menempuh suatu pencapaian baru, dimana Skype for Web sekarang sudah tidak memerlukan plugin sama sekali, dengan catatan pengguna memakai browser Microsoft Edge.

Kolaborasi langsung antara tim pengembang Skype dan Microsoft Edge menjadikan kemudahan ini terealisasi. Sebelum ini, pengguna Skype for Web harus terlebih dulu mengunduh dan meng-install sebuah plugin khusus untuk bisa memulai panggilan video lewat browser, namun sekarang tidak lagi.

Hal ini berarti pengguna bisa langsung masuk menggunakan akun Skype-nya dan mulai bercakap-cakap dengan rekannya lewat browser Microsoft Edge. Syarat lain yang harus dipenuhi adalah, lawan bicaranya harus memakai Skype for Web di Microsoft Edge, atau dengan versi terbaru Skype untuk Windows atau Mac.

Update terbaru ini sepintas bisa menimbulkan kesan bahwa Microsoft sedikit egois. Namun pada kenyataannya, mereka berkomitmen untuk menghadirkan Skype for Web tanpa plugin ke semua browser modern, termasuk Chrome dan Firefox. Pun begitu tentu saja harus ada campur tangan dari masing-masing tim pengembang.

Mengingat fitur ini masih dalam tahap Preview, ada sejumlah fitur yang masih membutuhkan plugin, yaitu Screen Sharing dan melakukan panggilan ke pesawat telepon standar. Lebih lanjut, seandainya lawan bicara tak menggunakan versi terbaru aplikasi Skype, Anda masih akan diminta untuk meng-install plugin.

Sumber: Skype Blog.