Keuntungan Integrator Sistem Dari Teknologi IIoT

Teknologi pabrik cerdas terbaru, seperti kecerdasan buatan (artificial intelligence atau AI) dan citra mesin (machine vision), masih belum banyak digunakan oleh pelaku manufaktur di Indonesia. Namun, kondisi pandemi membuat sistem pengoperasian jarak jauh dan pemantauan otomatis menjadi hal yang vital, sehingga permintaan untuk kapabilitas IIoT mulai berdatangan.

Akan tetapi, penerapan teknologinya tidak dapat dibilang mudah. Teknologi ini bukanlah teknologi praktis yang bisa langsung diterapkan seketika, dan para teknisi operasi industri kerap kali tidak memiliki keterampilan yang memadai untuk menerapkan teknologinya. Sebagai gantinya, pabrik mengandalkan para integrator sistem (systems integrator atau SI) yang tahu cara memasang berbagai perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), serta membangun jaringan yang diperlukan untuk menjalankan operasi pabrik.

Hal ini membuka peluang penghasilan baru yang signifikan bagi para SI yang mampu menghadirkan solusi pabrik cerdas secara menyeluruh, serta tidak membutuhkan biaya besar untuk perusahaan yang memerlukannya. Namun untuk mewujudkan hal tersebut, SI perlu memiliki keterampilan khusus. Di sinilah para agregator solusi mulai berperan.

Kursus Singkat tentang IIoT dan Teknologi AI

Synnex Metrodata Indonesia (SMI), yang merupakan agregator solusi IoT, menawarkan solusi menyeluruh dan program latihan untuk menerapkannya yang dapat membantu kesiapan para SI dengan cepat. Erdi Chin, Direktur IoT dan Solusi Produk di SMI mengungkapkan bahwa terdapat dua jenis SI di Indonesia yang memerlukan pengalaman dan keahlian dari SMI, yaitu pakar teknologi operasi (operational technology atau OT) dan penyedia layanan IT.

Akan tetapi, umumnya SI yang menerapkan sistem OT tidak terlalu mengenal integrasi IT untuk mewujudkan transformasi digital yang dapat memenuhi kebutuhan pelanggan mereka. Selain itu, SI yang khusus menangani IT mungkin tidak memiliki pemahaman yang memadai perihal sisi manufaktur dan operasi bisnis.

“Untuk menghadirkan solusi yang benar-benar menyeluruh, keterampilan OT dan IT perlu digabung menjadi satu,” ujar Chin. SMI dapat membantu meningkatkan keterampilan IT dari SI OT, sehingga memungkinkan mereka untuk menerapkan solusi pabrik cerdas yang terbaru. SMI juga dapat memperkenalkan OT kepada SI yang fokus pada IT.

Latihan SMI disampaikan melalui workshop yang menjelaskan tentang cara menggunakan teknologi seperti Intel® OpenVINO™ Toolkit for AI dan aplikasi machine vision. Dalam kursus ini, SI akan memperoleh keterampilan untuk mengembangkan dan menyesuaikan solusi untuk kebutuhan setiap pelanggannya, atau bahkan membuat produknya sendiri.

Dukungan Lokal untuk Proyek IoT

Selain meningkatkan keterampilannya, SI yang bekerja bersama agregator akan memperoleh akses ke logistik, layanan, dan dukungan. “Bahkan untuk solusi yang bersifat siap pakai, Anda tetap memerlukan teknisi untuk menyiapkan dan mengatur penerapan untuk kebutuhan proof-of-concept (POC atau uji coba yang terarah),” tutur Chin. “Perusahaan manufaktur tidak serta-merta memercayai apa yang mereka lihat di video. Mereka ingin melihat bagaimana cara produknya beroperasi di lingkungan mereka sendiri.”

Hal tersebut menjadi alasan SMI untuk melibatkan mitra yang tepat dalam memenuhi setiap kebutuhan POC dan penerapan. Apabila SI tidak memiliki teknisi, SMI akan menyediakan tenaga teknisinya.

Chin juga turut menekankan pentingnya peran dukungan lokal. “Tanpa adanya logistik dan personel lokal, pelanggan akan menunggu respons hingga dua atau tiga hari lamanya,” ujarnya. Dalam era digital saat ini, perusahaan manufaktur tidak punya waktu untuk menunggu lama.

Alat IoT Terbaik

Kunci lain untuk meraih keberhasilan IIoT adalah penerapan yang berlangsung bebas hambatan. SMI menawarkan solusi edge-to-cloud (terdesentralisasi) seperti ADLINK Vizi-AI, sebuah kit pengembangan awal machine vision untuk skala industri. Solusi ini memiliki antarmuka pengguna yang intuitif dan dilengkapi dengan rangkaian model AI OpenVINO umum siap pakai, sehingga SI tidak perlu memulai dari awal ketika hendak menerapkan dan menyempurnakan penerapan computer vision. “Kompleksitas penerapan teknologi akan berkurang jika menggunakan solusi ini,” ujar Chin.

Vizi-AI adalah kit awal yang cocok untuk diterapkan di AI edge skala industri, memadukan semua perangkat keras dan perangkat lunak yang diperlukan oleh SI. Kit ini memungkinkan lalu lintas data yang lancar dan aman, serta dapat langsung dihubungkan ke perangkat pengambil gambar dengan cepat.

Alih-alih membuat SI mencari berbagai macam komponen perangkat keras terpisah, Vizi-AI menyertakan semua yang diperlukan. SI hanya perlu mengembangkan dan menyesuaikan perangkat lunaknya, dan perusahaan manufaktur dapat mulai mengumpulkan data latihan serta membuat model AI yang dapat diskalakan.

Perangkat lunak ADLINK Edge juga memungkinkan pengelolaan dari jarak jauh, sehingga SMI dapat menghubungkan pelaku industri manufaktur ke beragam layanan cloud dengan tim dukungan khusus.

Praktik IoT Skala Industri

Sebagai contoh, SMI bekerja dengan mitra SI untuk mengembangkan machine vision dan kontrol kualitas otomatis berbasis AI untuk pelanggan di industri agrikultur. Alih-alih menunggu hingga akhir produksi untuk melakukan inspeksi manual, pelanggan dapat menyingkirkan produk berkualitas buruk sebelum masuk ke lini produksi, memangkas biaya operasi, dan meningkatkan efisiensi.

Dengan agregator solusi seperti SMI, SI dapat menghadirkan teknologi canggih untuk perusahaan manufaktur dan memiliki keterampilan untuk menerapkan solusi pabrik cerdas. Dalam prosesnya, mereka mengubah cara berbisnisnya sama seperti pelanggan mereka.

Motorola Edge S Resmi, Smartphone Pertama dengan Chipset Snapdragon 870

Minggu lalu, Qualcomm mengumumkan chipset Snapdragon 870 5G Mobile Platform sebagai penerus dari Snapdragon 865 Plus. Kini smartphone pertama dengan chipset tersebut telah hadir, dari Motorola yang baru saja mengumumkan Motorola Edge S.

SoC ini dibuat pada teknologi proses 7nm dan mengemas CPU octa-core Kryo 585 yang salah satu intinya melesat dengan kecepatan hingga 3,2GHz, bersama GPU Adreno 650. Motorola memadukannya dengan opsi RAM 6GB atau 8GB dan penyimpanan UFS 3.1 dengan kapasitas 128GB atau 256GB.

Motorola Edge S

Untuk desain, bagian muka Motorola Edge S memiliki dual hole-punch di pojok kiri atas untuk kamera depan 16MP dan 8MP dengan lensa ultrawide yang menyuguhkan sudut pandang 100 derajat. Layarnya membentang 6,7 inci beresolusi 1080×2520 piksel dalam aspek rasio 21:9, menggunakan panel IPS dengan refresh rate 90Hz, memiliki tingkat kecerahan maksimum 560 nit, dan mendukung HDR10.

Cover belakangnya diselimuti warna blue atau silver yang tampil mewah dengan gradasi warna dan efek berkilau. Bodinya splash proof dengan sertifikasi IP52. Di sana terdapat empat unit kamera belakang dengan kamera utama 64MP f/1.7, bersama kamera 16MP dengan lensa ultrawide, 2MP sebagai depth sensor, dan satu lagi kamera TOF 3D.

Motorola Edge S 1

Kemampuan perekam video Motorola Edge S agak nanggung, belum mendukung 8K melainkan hanya 6K pada 30fps. Sementara, di resolusi 4K dan 1080p mendukung frame rate 30/60 fps. Sedangkan, kamera depannya mentok sampai 1080p 30fps saja.

Kegiatan ber-smartphone pada Motorola Edge S disuplai baterai 5.000 mAh dengan dukungan fast charging 20W. Saat ini, Motorola Edge S tersedia untuk pre-order di pasar Tiongkok dengan harga CNY 1.999 (Rp4,3 jutaan) untuk model memori 6/128GB, CNY 2.399 (Rp5,2) jutaan model 8/128GB, dan CNY 2.799 (Rp6 jutaan) untuk model 8/512GB.

Sumber: GSMArena

Microsoft Mulai Luncurkan Edge Versi Chromium via Windows Update

Pengguna perangkat Windows 10, bersiaplah mengucapkan selamat tinggal kepada browser Microsoft Edge, lalu menyambut versi barunya yang mengadopsi source code Chromium. Lewat update terbaru Windows 10 yang tengah diluncurkan, pengguna bakal menerima Edge versi Chromium ini secara otomatis.

Sebelum ini, Edge versi Chromium hanya bisa didapat dengan mengunduhnya secara manual lewat situs Microsoft. Pasca update, Edge versi lama akan dihapus dengan sendirinya. Kendati demikian, Microsoft memastikan semua pengaturan, kata sandi maupun daftar bookmark yang tersimpan di Edge versi lama bakal otomatis dimigrasikan ke Edge versi Chromium.

Buat yang kesulitan membedakan, Edge versi Chromium punya icon mirip ombak, dan tidak lagi berupa huruf “e” seperti versi lamanya. Aplikasinya sendiri juga jauh lebih kapabel daripada versi lamanya, dan penggunaan Chromium berarti ia setara dengan Google Chrome perihal kompatibilitas, sebab source code yang digunakan memang sama.

Microsoft juga tidak lupa mengikuti siklus update yang diterapkan tim pengembang Chromium. Ini berarti kita bakal menerima update Edge versi baru yang sudah matang setiap enam minggu.

Microsoft Edge

Saya pribadi sudah mulai menggunakan Edge versi Chromium sejak beberapa minggu terakhir, dan cukup puas dengan fitur maupun performa yang ditawarkan. Hampir semua situs, termasuk situs-situs eksperimental yang umumnya memiliki banyak animasi kompleks, bisa dibuka di Edge versi Chromium tanpa masalah. Beda kasusnya dari Edge versi lama yang kerap dilanda problem seputar kompatibilitas.

Satu hal yang saya suka dari Edge versi Chromium ini adalah – di samping fitur-fitur baru macam vertical tab – konsumsi RAM-nya lebih rendah daripada Chrome. Pengguna loyal Chrome pastinya tahu bahwa browser tersebut paling rakus kapasitas RAM. Kalau cuma membuka 5 – 6 tab mungkin bedanya tidak terlalu terasa, tapi lain ceritanya kalau sudah mulai membuka lebih dari 30 tab atau malah lebih.

Dengan meluncurnya Edge versi Chromium via Windows Update, ia semestinya bisa merambah lebih banyak lagi pengguna. April lalu, Edge sudah berhasil menggusur Firefox sebagai browser terpopuler kedua setelah Chrome. Belum lama ini, Edge juga kedatangan mini game ala Chrome Dino.

Sumber: ZDNet.

Versi Baru Microsoft Edge Tawarkan Sederet Fitur yang Menarik

Microsoft Edge yang kita kenal bukanlah browser yang dulu lagi. Sejak mengadopsi Chromium sebagai basisnya tahun lalu, Edge sudah bukan lagi jelmaan modern Internet Explorer, melainkan sepupu Google Chrome yang tak kalah memikat.

Versi terbarunya yang dirilis belum lama ini bahkan menawarkan fitur yang lebih lengkap lagi. Microsoft sendiri menjabarkan 10 alasan untuk berpaling ke Edge, dan di sini saya ingin merangkumnya lebih jauh lagi.

Yang pertama, fitur Collections dalam waktu dekat dapat tersinkronisasi antar perangkat. Fitur ini pada dasarnya bisa dianggap sebagai evolusi dari fitur Bookmark, di mana pengguna bisa mengelompokkan beragam konten dari internet, entah itu teks, gambar, atau tautan.

Menariknya, Collections bisa dioper ke Word atau Excel dengan satu klik, sehingga kumpulan teks, gambar, dan tautan itu tadi dapat disulap menjadi dokumen yang rapi dan siap dicetak kapan saja. Ideal untuk masa-masa seperti sekarang di mana sebagian besar orang tua harus membantu anak-anaknya menyiapkan materi pembelajaran di rumah.

Fitur menarik yang kedua adalah vertical tab. Seperti yang kita tahu, tab pada browser umumnya diposisikan di atas, berjejer secara horizontal. Fitur ini akan memindah deretan tab tersebut ke bagian samping, dengan tujuan memudahkan pengguna melihat semua tab yang sedang dibuka.

Fitur ini tentunya bakal sangat bermanfaat ketika jumlah tab yang dibuka sudah mencapai lusinan. Vertical tab juga sangat ideal untuk monitor dengan rasio yang melebar; jumlah konten yang ditampilkan pada dasarnya sama persis, akan tetapi sisi kiri dan kanan yang umumnya kosong kini jadi diisi oleh daftar tab yang dibuka itu tadi.

Selanjutnya, ada fitur Smart Copy bagi yang kerap menyalin informasi dari internet. Fitur ini sejatinya memastikan konten yang disalin tetap mempertahankan formatnya, bukannya jadi berantakan ketika di-paste ke jendela email ataupun Microsoft Word.

Buat yang mempersilakan Edge menyimpan data berbagai akunnya, versi baru Edge kini menawarkan fitur Password Monitor. Usai diaktifkan, fitur ini akan memeriksa apakah akun pengguna ada yang pernah dibobol oleh hacker, lalu mengingatkan pengguna untuk mengganti kata sandinya jika tercatat demikian.

Terakhir, Edge mengemas fitur Immersive Reader yang akan menyulap layout artikel menjadi jauh lebih bersih dan rapi untuk dibaca. Kustomisasi tampilan yang ditawarkan cukup lengkap, dan ke depannya bakal ada mode khusus untuk memudahkan kaum dyslexia membaca dengan menyoroti beberapa baris teks saja.

Versi terbaru Edge sekarang sudah bisa diunduh dari situs Microsoft.

Sumber: CNET dan Microsoft.

Google Earth Kini Dapat Diakses Lewat Firefox, Opera, dan Microsoft Edge

Tahun 2017 lalu, Google merombak desain Google Earth sekaligus memensiunkan aplikasi desktop-nya. Sebagai gantinya, Earth dapat diakses langsung melalui browser komputer, tanpa perlu meng-install apa-apa. Sayangnya tidak semua browser, melainkan hanya Chrome.

Itu dikarenakan Google menggunakan teknologi Native Client (NaCl) dalam mengembangkan Earth versi web, dan yang mendukung NaCl hanyalah Chrome sendiri. Kala itu, belum ada standar web yang cukup mumpuni untuk mewujudkan fitur-fitur kompleks Earth. Tiga tahun berselang, situasinya sudah berubah drastis.

Sekarang, teknologi seperti WebAssembly sudah kian matang hingga pada akhirnya mampu menggantikan NaCl. Alhasil, Earth kini sudah bisa kita akses di komputer melalui browserbrowser lain seperti Firefox, Opera, dan Microsoft Edge. Satu-satunya yang belum kebagian jatah cuma Safari di macOS.

Edge? Ya, buat yang sudah lupa, Microsoft sudah sejak lama mengumumkan bahwa browser bawaan Windows 10 itu bakal mengadopsi Chromium, yang tidak lain merupakan versi open-source dari Google Chrome. Dan belum lama ini, Edge versi baru yang berbasiskan Chromium itu akhirnya sudah dirilis secara resmi untuk diunduh oleh publik.

Google bilang mereka akan terus memoles kinerja Earth di ketiga browser ini. Mereka juga sudah berencana untuk menghadirkan dukungan terhadap Safari, namun tentunya itu juga memerlukan keterlibatan dari Apple sendiri.

Sumber: 9to5Google dan Google.

Berkat Chromium, Microsoft Edge Kini Tersedia di Windows 7, 8 dan 8.1

Janji Microsoft untuk menghadirkan browser Edge di luar platform Windows 10 perlahan mulai ditepati. Belum lama ini, mereka merilis versi preview dari Microsoft Edge untuk macOS yang dari awal bahkan sudah membawa dukungan terhadap fungsi Touch Bar milik MacBook Pro.

Platform ‘lawan’ sudah, sekarang giliran platform sendiri, tapi yang sudah hampir ditinggalkan, yakni Windows 7, Windows 8 dan Windows 8.1. Ya, Microsoft Edge kini dapat dicoba oleh mereka yang masih menggunakan Windows versi lawas, entah itu secara terpaksa atau memang belum tergerak untuk upgrade.

Untuk mengunduhnya, pengguna cukup membuka situs Microsoft Edge Insider melalui perangkat Windows 7, 8, atau 8.1 miliknya. Meski statusnya masih preview, Microsoft menegaskan bahwa sebagian besar fitur yang ditawarkan sama seperti Edge di Windows 10. Untuk kalangan enterprise yang membutuhkan mode Internet Explorer pada Edge, fitur ini dipastikan bakal hadir dalam waktu dekat.

Kehadiran Edge di versi-versi lama Windows ini menunjukkan betapa besar pengaruh pengadopsian teknologi Chromium yang telah Microsoft lancarkan sejak mengumumkan rencananya di bulan Desember lalu. Tujuannya tentu adalah untuk memberikan pengalaman browsing yang lebih baik, terlepas dari versi Windows apa yang konsumen gunakan.

Di saat yang sama, kalangan developer pun juga ikut diuntungkan. Mereka dapat berkreasi tanpa harus terhambat isu fragmentasi. Andai mereka membuat sebuah web app yang sangat keren untuk Chrome, web app tersebut dipastikan juga bakal memberikan pengalaman yang sama di browser Edge pada perangkat yang masih menjalankan Windows 7.

Sumber: Microsoft.

Microsoft Edge Bakal Adopsi Teknologi Open-Source Chromium

Di bawah komando Satya Nadella, Microsoft dalam beberapa tahun terakhir tampak lebih aktif berpartisipasi dalam komunitas pengembangan software open-source. Puncaknya terjadi pada bulan Juni lalu, tepatnya ketika Microsoft mengumumkan bahwa mereka berniat mengakuisisi GitHub, salah satu platform open-source terpopuler yang ada saat ini.

Namun itu rupanya belum cukup untuk menunjukkan komitmen Microsoft terkait filosofi open-source. Baru-baru ini, mereka mengumumkan bahwa browser andalannya, Edge, bakal mengadopsi proyek open-source Chromium yang digagaskan Google. Ya, ini berarti ke depannya Edge bakal menggunakan rendering engine yang sama seperti Chrome.

Mengapa baru sekarang? Mungkin Microsoft baru menyadari kelemahan Edge perihal kompatibilitas. Namun situasinya bakal berubah drastis ketika Edge sudah memakai fondasi teknologi yang sama seperti Chrome. Chrome adalah browser terpopuler saat ini, jadi wajar apabila developer selalu memastikan situsnya bisa berjalan optimal di Chrome.

Selain penyempurnaan kompatibilitas, pengadopsian Chromium juga berarti Edge bisa hadir di lebih banyak platform. Edge nantinya dapat diunduh oleh konsumen yang perangkatnya masih menjalankan Windows 7 atau Windows 8, dan Microsoft tidak menutup kemungkinan akan eksistensi Edge di platform macOS.

Terakhir, Microsoft juga berjanji untuk aktif berpartisipasi dalam pengembangan Chromium. Kontribusi mereka pada dasarnya berpotensi menjadikan browserbrowser berbasis Chromium lebih baik di platform Windows, termasuk Chrome itu sendiri.

Sumber: Microsoft.

Microsoft Sematkan AdBlock Plus di Peramban Edge Beta untuk Android

Microsoft pertama kali menggulirkan browser Edge untuk Android pada bulan Oktober tahun lalu. Dan setelah lepas dari fase beta, Edge melesat dan mencatatkan rekor 1 juta unduhan hanya dalam beberapa hari di Play Store. Sejak itu, aplikasi terus mendapatkan pembaruan secara berkala. Sekarang, setelah berjalan beberapa bulan ini, versi beta Microsoft Edge mendapatkan tambahan fitur baru berupa integrasi AdBlock Plus.

Seperti dilaporkan oleh MSPowerUser, versi terbaru Microsoft Edge beta untuk Android memiliki integrasi Adblock Plus yang mempermudah pengguna memblokir iklan. Pengguna dapat mencicipi fitur ini dengan mengaktifkannya terlebih dahulu melalui menu Settings – Block Content. Iklan yang diblokir mencakup iklan di situs web termasuk iklan popup dan juga layanan video seperti YouTube.

edge-for-android-screenshot

Vishnu Nath, Head of Program Management di Microsoft Mobility Experiences mengonfirmasi fitur ini melalui kicauan Twitter. Namun, tampaknya integrasi baru ini belum bisa dicicipi oleh semua pengguna Microsoft Edge. Untuk mengantisipasi peluncuran versi finalnya, Anda sebaiknya melakukan update ke versi terbaru secara berkala.

Selain integrasi AdBlock Plus, Microsoft juga menguji fitur pencarian visual cerdas yang pada dasarnya merupakan teknologi serupa dengan Google Lens yang terintegrasi ke dalam peramban. Fitur ini diaktifkan secara default, jadi tidak diperlukan tindakan lanjutan. Artinya, begitu dirilis dan diupdate, fitur akan secara otomatis aktif. Pembaruan juga membawa beberapa hal penting, seperti peningkatan kinerja dan peningkatan pengalaman membaca buku digital, mengganti jarak teks, bookmark dan lain sebagainya.

Application Information Will Show Up Here

Browser Microsoft Edge Kini Tersedia di Android dan iOS

Beberapa waktu lalu, beredar video wawancara Bill Gates dengan Fox News Sunday yang tak hanya menceritakan hubungan pribadi sang pendiri Microsoft tersebut dengan almarhum Steve Jobs, tapi juga smartphone pilihannya saat ini. Meski tidak menyebutkan secara eksplisit nama ponsel yang digunakan, orang terkaya di dunia itu bilang kalau yang dipakai saat ini adalah smartphone Android.

Bill juga menambahkan bahwa ada banyak software buatan Microsoft di ponselnya itu. Seperti yang kita tahu, sejak Microsoft menjual Nokia ke HMD, mereka memutuskan untuk berfokus ke pengembangan mobile software ketimbang bersikeras membuat perangkatnya sendiri yang terbukti kurang laku di pasaran.

Sejumlah aplikasi andalan Microsoft perlahan dibawa ke Android dan iOS, dan respon konsumen terbukti cukup positif – saya pribadi merupakan pengguna setia Outlook sejak pertama aplikasi email itu dirilis, meskipun layanan pilihan saya adalah Gmail. Sekarang giliran browser andalan Windows 10, Microsoft Edge, yang datang menghampiri Android dan iOS.

Microsoft Edge untuk Android dan iOS

Premis di balik kemunculan Edge untuk Android dan iOS sebenarnya sederhana: dari semua pengguna PC atau laptop Windows 10, sebagian besar bisa dipastikan memakai ponsel Android atau iPhone. Dengan adanya Edge versi mobile, mereka jadi bisa melanjutkan sesi browsing-nya dari komputer ke ponsel (atau sebaliknya) – dan ini merupakan salah satu alasan mengapa Chrome begitu populer.

Benar saja, Edge untuk Android dan iOS mengemas hampir semua fitur esensial versi desktop-nya, seperti Favorites, Reading List dan Reading View, yang akan terus tersinkronisasi antar perangkat. Namun yang paling istimewa, dengan satu klik icon saja, pengguna dapat meneruskan laman web yang dibuka menuju PC atau laptop secara instan.

Microsoft Edge untuk Android dan iOS saat ini baru berstatus preview. Untuk bisa mencobanya, Anda harus lebih dulu tergabung dalam program Windows Insider.

Sumber: Microsoft.

Susul Chrome, Microsoft Edge Mulai Terapkan Algoritma Brotli

Microsoft tampaknya tengah bersiap menjajal sesuatu yang baru khususnya untuk peramban terbarunya, Edge. Diumumkan di blog resminya, Microsoft mulai mengadopsi algoritma kompresi baru bernama Brotli, menyusul dua rivalnya Chrome dan Firefox yang sudah melakukannya tahun lalu.

Menurut keterangan Microsfot, algoritma Brotli bakal memangkas waktu loading halaman di Microsoft Edge. Microsoft mengatakan bahwa Brotli dapat menghasilkan rasio kompresi 20% lebih baik dengan kecepatan kompresi dan dekompresi yang sama, ketika menggunakan metode encoding konten HTTP. Dibandingkan algoritma Deflate ataupun Zopfli, Botli jauh lebih efisien dalam hal ukuran file dan durasi komputasi PC.

Secara sederhana, Brotli yang diluncurkan di tahun 2015 untuk menggantikan Zopfli bakal mempercepat loading halaman dan meminimalisir konsumsi data dan baterai saat Edge beroperasi.

Brotli sebagaimana diklaim oleh empunya mempunyai performa kompresi 20% hingga 25% lebih efisien ketimbang algoritma Zopfli. Itu artinya peramban versi terbaru yang menjalankan Brotli nanti bakal mampu menghantarkan halaman sekian kali lebih cepat ketimbang sebelumnya. Kelebihannya tak melulu soal kecepatan, bagi pengguna perangkat mobile, mereka juga akan memperoleh keuntungan lain yaitu efisiensi daya dan juga menyunat konsumsi data.

Microsoft Edge sendiri memulai debut di tahun 2015 lalu sebagai pengganti Internet Explorer yang mulai ketinggalan zaman.

Penerapan logaritma Brotli ke Microsoft Edge saat ini baru bisa dirasakan dampaknya bagi pengguna yang mengikuti Windows Insider Program. Tahap ini akan menjadi ajang pengujian Brotli di Edge sebelum digulirkan ke publik di Windows 10 Creators Update paling cepat di tahun 2017 nanti.

Microsoft tampaknya bersikeras untuk meningkatkan efisiensi Edge guna membuktikan bahwa klaimnya beberapa waktu yang lalu bukan pepesan kosong.

Microsoft beberapa waktu yang lalu mengklaim bahwa Microsoft Edge jauh lebih irit daya. Dalam pengujian tersebut, Microsoft menggunakan empat laptop identik yang masing-masing menjalankan browser berbeda-beda: Microsoft Edge, Google Chrome, Mozilla Firefox dan Opera.

Sumber berita Windows dan gambar header Microsoft.