What Happens If Gojek to Merge with Grab

The rumor of potential merger between the two Southeast Asia’s giant on-demand players Grab and Gojek backs on air. After The Ken (paywall) and Tech InAsia (paywall), now The Information (paywall) also informed the “first talk” of the issue.

It was said that the management of the two companies had met over the past two years and had intensified in recent months, including news of a meeting between Grab’s President Ming Maa with Gojek’s Co-CEO Andre Soelistyo.

Furthermore, reportedly there has been no silver lining of the two companies valuations and who will be the dominant one.

The basic question is why. Aren’t they both want to win the Southeast Asian market? The answer is clear. The key to domination is a monopoly and this is not one unique case.

“Burn Money” and profitable plans

In the last 4-5 years, the battle between players in this industry has been characterized by the “burning money” strategy for the sake of a very fast market acquisition. Despite having a very large market in Southeast Asia, both have not yet reached the point of a profitable business. With investor funds wearing down, by 2020 promos have been decreased, both companies have to “change the game”. They must reach the level of profitability and satisfy the investors.

Uber has made it in China, Russia, and Southeast Asia. The sense of being unable to compete created a win-win solution through acquisition – with significant value of shareholder as one condition. Didi in China was formed as a result of the merger of two big local players.

The rule of monopoly is to create one winner. As for the investors that back the company.

Monopolize Southeast Asian market has been quite delish
Monopolizing Southeast Asian market has been quite delish

Monopolizing the Southeast Asian market, the potential merger between Gojek and Grab has been quite delish. Both have dominated the on-demand transportation market, food delivery, and online payments (GoPay and Ovo). The value may be greater than the two companies combined (more than $ 20 billion).

Imagine if both of them monopolized the market. There is no longer a price war. There is only one cost that must be paid by consumers and it will not be cheap in order to achieve economic value. There are not many choices left (except taxis, but Blue Bird and Gojek have just agreed on a strategic alliance).

Competition is good for consumers, but not for the players in it. What happens if the position is reversed. No more competition?

A concrete case is when Didi acquired the Uber business in China in 2016. After the acquisition, Didi controlled 90% of the market. In 2018, a complaint often comes from the driver’s partner as their incentive declining.

On the other hand, consumers find it difficult to quickly get a vehicle and it comes with a higher price. The survey in 2017 stated that 81.7% of respondents believed that it was more difficult to get a vehicle than the previous year (when Uber was still operating), while 86.6% considered the price more expensive.

The challenges

There are three main challenges. First, is about ego. As fellow leading players, it’s not easy to combine both companies in one direction. There must be one dominant party. Solving this issue will be a crucial key.

The second is regulatory issues. Market monopoly in Indonesia is listed in the KPPU domain. Usually, this issue is not likely to escape the KPPU examination, but reflecting from other countries’ experience and other cases, as for example Grab acquisition of Uber business in Southeast Asian countries, it all leads to fines. There are no more severe sanctions than this.

The last challenge is on the stakeholders. This is related to driver-partners and consumers. The risk to occurs when there is no longer a competition is a decreasing number of driver-partners (imagine there is only one company on the road) and the service costs in line with the economic unit (read: more expensive as without subsidies).

The bigger question is not about whether Grab and Gojek can merge. The must-asked question is, are we ready to have our various needs of services monopolized by just one company. What would your answer be?


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Seandainya Gojek dan Grab Merger

Rumor potensi merger antara dua pemain terbesar on-demand Asia Tenggara Grab dan Gojek kembali mengemuka. Setelah The Ken (paywall) dan Tech In Asia (paywall), kini The Information (paywall) juga menginformasikan adanya “pembicaraan awal” tentang potensi ini.

Disebutkan bahwa manajemen kedua perusahaan telah bertemu selama dua tahun terakhir dan semakin intensif dalam beberapa bulan terakhir, termasuk kabar pertemuan antara President Grab Ming Maa dan Co-CEO Gojek Andre Soelistyo.

Sejauh ini dikabarkan belum ada titik temu antara valuasi kedua perusahaan dan siapa yang bakal menjadi pihak yang dominan.

Pertanyaan mendasar adalah kenapa. Bukannya keduanya sama-sama ingin memenangi pasar Asia Tenggara? Jawabannya jelas. Kunci dominasi adalah monopoli dan kasus ini tidak unik.

“Bakar uang” dan rencana menuju keuntungan

Dalam 4-5 tahun terakhir, pertarungan antara pemain di industri ini diwarnai dengan strategi jor-joran “bakar uang” demi akuisisi pasar yang sangat cepat. Meski memiliki pasar yang sangat besar di Asia Tenggara, keduanya belum mencapai titik mencapai profit. Dengan dana investor yang semakin terbatas, tahun 2020 ini promo-promonya sudah semakin sedikit, keduanya harus “mengganti permainan”. Mereka harus mencapai level profitabilitas dan menyenangkan para investor.

Uber sudah melakukannya di Tiongkok. Rusia, dan Asia Tenggara. Merasa tidak mampu bersaing, win win solution-nya adalah diakuisisi–dengan syarat nilai kepemilikan saham yang signifikan. Pun bagaimana Didi di Tiongkok dibentuk sebagai hasil merger dua pemain besar lokal.

Dengan adanya monopoli, satu pemain yang tersisa adalah pemenang, bersama semua investor di belakangnya.

Memonopoli pasar Asia Tenggara menjadi sajian yang begitu lezat
Memonopoli pasar Asia Tenggara menjadi sajian yang begitu lezat

Memonopoli pasar Asia Tenggara, potensi merger antara Gojek dan Grab menjadi sajian yang sangat lezat. Keduanya secara bersama sudah mendominasi pasar transportasi on-demand, pengantaran makanan (food delivery), dan pembayaran online (GoPay dan Ovo). Nilainya mungkin lebih besar dari kombinasi valuasi kedua perusahaan (lebih dari $20 miliar).

Bayangkan kalau keduanya memonopoli pasar. Tidak ada lagi namanya perang harga. Hanya ada satu biaya yang harus dibayar konsumen dan itu tidak akan lagi murah demi mencapai nilai keekonomian. Tidak ada lagi pilihan yang tersisa (kecuali mungkin taksi, tapi Blue Bird dan Gojek pun baru melakukan aliansi strategis).

Kompetisi bagus untuk konsumen, tapi tidak untuk para pemain di dalamnya. Apa yang terjadi jika posisinya dibalik. Tidak ada lagi kompetisi?

Contoh nyata bisa dilihat ketika Didi mengakuisisi bisnis Uber di Tiongkok tahun 2016. Setelah akuisisi, Didi menguasai 90% pasar. Di tahun 2018, keluhan yang sering muncul adalah semakin rendahnya insentif yang diterima mitra pengemudi.

Di sisi lain, konsumen merasa kesulitan untuk mendapatkan kendaraan dengan cepat dan harganya dirasa semakin tinggi. Survei tahun 2017 menyebutkan 81,7% responden percaya mereka semakin sulit mendapatkan kendaraan dibanding tahun sebelumnya (ketika Uber masih beroperasi), sedangkan 86,6% menganggap harganya lebih mahal dibanding sebelumnya.

Tantangan

Tantangan utama adalah tiga hal. Pertama adalah soal ego. Sebagai sesama pemimpin pasar, tidak mudah menyatukan kedua perusahaan dengan satu arahan. Pasti ada yang ingin menjadi pihak yang dominan. Menyelesaikan hal ini bakal menjadi kunci sukses krusial.

Kedua adalah urusan regulasi. Urusan monopoli pasar di Indonesia ada di domain KPPU. Biasanya hal seperti ini pasti tidak luput dari pemeriksaan KPPU, tapi berkaca dari pengalaman di negara lain dan kasus lain, misalnya akuisisi Grab terhadap Uber di negara-negara Asia Tenggara, ujung-ujungnya semua hanya berakhir di denda. Tidak ada sanksi yang lebih keras dari hal ini.

Tantangan terakhir ada di sisi stakeholder. Ini terkait dengan mitra pengemudi dan konsumen. Risiko yang terjadi jika tidak ada persaingan adalah pengurangan jumlah mitra pengemudi (bayangkan yang ada di jalanan hanya berasal dari satu perusahaan) dan biaya layanan yang lebih sesuai dengan unit ekonominya (baca: lebih mahal karena tanpa subsidi).

Pertanyaan yang lebih besar bukan soal apakah Grab dan Gojek bisa melakukan merger. Pertanyaan yang harus ditanyakan adalah apakah kita siap jika kebutuhan berbagai layanan dimonopoli satu perusahaan saja. Dapatkah kita menjawabnya?

Grab Aims for Follow on Funding Over 28 Trillion Rupiah

Grab announces follow on funding worth of US$2 billion (around 28.33 trillion Rupiah) to ease the expansion plan in Southeast Asia. It is to be used for investment or acquisition, there should be six companies by this year.

The plan is also part of Series H round, closes at US$6.5 billion. Previously, Grab’s Co-Founder and CEO, Anthony Tan said this round is still open for interested investors.

In March 2019, Grab has just announced US$1.46 billion funding (around Rp20.65 trillion) from SoftBank Vision Fund. In this round, Grab has received US$4.5 billion, fully supported by SoftBank and other investors.

The partnership between Grab and SoftBank is tighter and has reached the next level, which has been going on since 2014.

In the official release, Anthony said he met Masayoshi (SoftBank CEO) last week and provided unlimited support for Grab’s growth. The support, along with other investors, will enable Grab to develop intensely this year in all payment, transportation and food services.

“At the current growth rate, we expect to be four times greater than our closest competitors in Indonesia and throughout Southeast Asia by the end of this year,” he added.

In addition, he also said that he would continue to develop Indonesia’s startups and technology talents through such programs as Grab Ventures Velocity and Thinkubator.

Ming Maa, Grab’s President added, along with the massive transformation, there are opportunities to grow in various services such as health, finance and others. For this reason, Grab will do at least six investments or acquisitions this year.

“Among other major markets, Indonesia have privilege to get this latest investment significantly. It will get us on the right track to be 4x bigger than our closest competitor and remain a leader in the on-demand transportation.”

In a previous press conference, Grab’s business is said to grow rapidly with double revenue in 2018. GrabFood is also in line, it has covered 178 cities in Indonesia, growing from 13 cities at the beginning of last year. GrabFood’s shipping volume increased almost 10 times in the same year.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Grab Incar Pendanaan Tambahan Lebih dari 28 Triliun Rupiah

Grab mengumumkan rencana pendanaan tambahan sebesar US$2 miliar (setara 28,33 triliun Rupiah) untuk melancarkan rencana ekspansinya di Asia Tenggara. Dana tersebut akan dipakai untuk berinvestasi atau akuisisi perusahaan, ditargetkan akan ada enam perusahaan tahun ini.

Rencana tersebut masih merupakan bagian dari putaran seri H yang akan ditutup senilai US$6,5 miliar. Sebelumnya Co-Founder dan CEO Grab Anthony Tan menyatakan pihaknya masih membuka putaran ini untuk investor yang berminat.

Pada Maret 2019, Grab baru saja mengumumkan perolehan dana US$1,46 miliar (setara dengan Rp20,65 triliun) dari SoftBank Vision Fund. Pada putaran H ini, Grab telah mengantongi US$4,5 miliar yang didukung penuh oleh SoftBank dan investor lainnya.

Tentunya kemitraan antara Grab dan SoftBank semakin kuat dan dinyatakan telah mencapai tingkat selanjutnya, yang sebelumnya sudah terjalin sejak 2014.

Dalam pernyataan resminya, Anthony mengatakan dirinya bertemu Masayoshi (CEO SoftBank) minggu lalu dan dia memberikan dukungan yang tidak terbatas untuk pertumbuhan Grab. Dukungan tersebut, bersama dengan investor lainnya, akan memungkinkan Grab untuk berkembang sangat agresif di tahun ini di seluruh layanan pembayaran, transportasi, dan makanan.

“Pada tingkat pertumbuhan kami saat ini, kami berharap dapat menjadi empat kali lebih besar dari pesaing terdekat kami di Indonesia dan di seluruh Asia Tenggara pada akhir tahun ini,” katanya.

Di samping itu, dia juga menyatakan akan terus mengembangkan potensi startup dan talenta teknologi di Indonesia melalui program seperti Grab Ventures Velocity dan Thinkubator.

President Grab Ming Maa menambahkan sejalan dengan transformasi yang luar biasa, ada kesempatan yang sudah terbuka untuk terus tumbuh di berbagai layanan seperti kesehatan, keuangan, dan lainnya. Untuk itu, Grab akan melakukan setidaknya enam investasi atau akuisisi di tahun ini.

“Di antara pasar-pasar utama lainnya, Indonesia khususnya akan mendapatkan investasi terbaru ini secara signifikan. Hal ini akan membuat kami berada di jalur yang tepat untuk menjadi 4x lebih besar dari pesaing terdekat kami dan tetap menjadi pemimpin dalam layanan on-demand transport.”

Dalam konferensi pers sebelumnya, Grab mengklaim bisnisnya berkembang sangat pesat dengan pendapatan lebih dari dua kali lipat pada 2018. GrabFood juga berkembang pesat, wilayahnya telah mencakup di 178 kota di Indonesia tumbuh dari 13 kota pada awal tahun lalu. Volume pengiriman GrabFood meningkat hampir 10 kali lipat di tahun yang sama.

Application Information Will Show Up Here

Grab Partners with ZhongAn, Introducing Insurance Product in App

In order to provide insurance for customers and drivers, Grab Holdings Inc. (Grab) forms a strategic partnership by creating a joint venture with ZhongAn Online P&C Insurance Co., Ltd. Furthermore, there will be various categories in the Grab app.

The product will be available in Singapore earlier this year. Grab offers insurance products for drivers to protect them of losing income due to health problem or accident.

Later, the insurance product will arrive to other countries, including Indonesia. This platform is expected to create access to the insurance products for those uninsured and underinsured.

“The insurance platform launching is part of our commitment to be the top “everyday superapp” in Southeast Asia. With more than 130 million downloads in around 336 cities, our in-depth knowledge of customer’s behavior and demand makes it possible to provide innovative insurance products that could give additional value for customers.

Customers can purchase insurance in Grab app

This partnership is to bridge the issues often discovered in the search of insurance products, including unaffordable premium. Payment through GrabPay is allowed.

“We’re very pleased to announce comprehensive partnership with Grab. We ensure to overcome the Southeast Asian customer’s insurance demand, along with Grab and other leading insurance companies,” Wayne Xu, ZhongAn’s Vice General Manager said.

As part of the partnership agreement, ZA International,for business development overseas created by ZhongAn Insurance, will bring technical assets in making platform and insights related to internet ecosystem in the established joint venture.

“As the only player in the digital payment industry with license in Southeast Asia’s six major countries, we’ll improve our regional network and partnered up with global insurance to grow rapidly in countries where our business run,” Ruben Lai, Head of Grab Financial said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Gandeng ZhongAn, Grab Hadirkan Produk Asuransi di Aplikasi

Bertujuan untuk menghadirkan produk asuransi kepada pelanggan dan mitra pengemudi, Grab Holdings Inc (Grab) menjalin kerja sama strategis dengan membentuk joint venture dengan perusahaan asuransi ZhongAn Online P&C Insurance Co., Ltd. Selanjutnya perusahaan akan menghadirkan berbagai macam kategori melalui aplikasi Grab.

Di peluncuran awal, produk tersebut baru akan tersedia di Singapura awal tahun ini. Grab menawarkan produk asuransi bagi mitra pengemudi untuk melindungi mereka dari risiko kehilangan pendapatan karena penyakit atau kecelakaan.

Ke depannya produk asuransi tersebut juga akan tersedia di negara lain, termasuk Indonesia. Kehadiran platform ini diharapkan bisa membuka akses terhadap produk-produk asuransi bagi orang-orang yang termasuk dalam kategori uninsured dan underinsured.

“Peluncuran platform asuransi ini merupakan bagian dari komitmen kami untuk menjadi everyday superapp terkemuka di Asia Tenggara. Dengan lebih dari 130 juta unduhan dan kehadiran di 336 kota, pengetahuan mendalam kami mengenai perilaku dan kebutuhan pelanggan memungkinkan untuk menyediakan produk asuransi inovatif yang memberikan nilai lebih bagi pelanggan,” sambut President Grab Ming Maa.

Pelanggan dapat membeli produk asuransi dari aplikasi Grab

Kerja sama ini ingin menjembatani permasalahan yang kerap ditemui dalam mencari produk asuransi, termasuk premi yang kurang terjangkau. Pembayaran dimungkinkan melalui potongan saldo di GrabPay.

“Kami sangat senang dapat mengumumkan kerja sama komprehensif bersama Grab. Kami yakin bahwa dapat menjembatani kebutuhan asuransi pelanggan di Asia Tenggara, bersama Grab dan perusahaan asuransi terkemuka lainnya,” kata Vice General Manager ZhongAn Wayne Xu.

Sebagai bagian dari kesepakatan kerja sama, ZA International, sebagai entitas untuk pertumbuhan bisnis luar negeri yang dibentuk oleh ZhongAn Insurance, akan membawa aset-aset teknis untuk menciptakan platform serta wawasan terkait ekosistem internet dalam joint venture yang didirikan.

“Sebagai satu-satunya pemain dalam industri pembayaran digital yang memiliki lisensi di enam negara besar Asia Tenggara, kami akan meningkatkan jangkauan regional dan bekerja sama dengan mitra asuransi global untuk tumbuh dengan pesat di berbagai negara tempat kami beroperasi,” kata Head of Grab Financial Ruben Lai.

Application Information Will Show Up Here

Grab Raises 2 Trillion Rupiah Funding from Yamaha Motor

Yamaha Motor and Grab, today (12/13) announce a strategic partnership to maximize the potential of two-wheelers transportation in Indonesia. As part of the contract, Yamaha Motor is to pour $150 million (equals 2.1 trillion rupiah) investment for Grab. This is an advanced investment involving the automotive company after Hyundai and Kia Motors spent 3.5 trillion rupiah for funding.

Yamaha Motor and Grab, through this partnership, will develop a series of solutions. First, the company will use Yamaha technology to improve partner safety and motorcycle-based passenger services. Second, Yamaha will provide incentives in the form of easy purchasing for anyone interested in becoming a Grab ride-hailing partner.

“In addition to improving safety and comfort, [there will be] the new type of Yamaha Motor technology adoption as a transportation system that is more user-friendly. We also predict the mobility system improvement in the future and the creation of new mobility solutions,” Takuya Kinoshita, Yamaha Motor’s General Manager of Motorcycle Business Operations, said.

In order to approach the two countries’ long-term vision, the collaboration will be contained with the latest technology exploration such as robotics to address issues related to the mobility system.

Ming Maa, Grab‘s President said the security of driver and customer partners is the most important thing for Grab. The collaboration is expected to deliver innovative solutions for ride-hailing services.

Earlier this year, Grab targeted to raise fresh funding up to $ 3 billion. Some large companies and venture capitalists have contributed, including Booking Holdings, Microsoft, Toyota, and Kasikorn Bank.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Grab Dapat Pendanaan Tambahan dari Yamaha Motor Senilai 2 Triliun Rupiah

Yamaha Motor dan Grab hari ini (13/12) mengumumkan kerja sama strategis untuk memaksimalkan potensi transportasi roda dua di Indonesia. Sebagai bagian dari kesepakatan, Yamaha Motor mengucurkan investasi ke Grab senilai $150 juta (setra 2,1 triliun Rupiah). Ini adalah investasi lanjutan yang melibatkan perusahaan di bidang otomotif setelah sebelumnya Hyundai dan Kia Motors suntikan dana setara 3,5 triliun Rupiah.

Melalui kemitraan ini Yamaha Motor dan Grab akan mengembangkan serangkaian solusi. Pertama, perusahaan akan memanfaatkan teknologi Yamaha untuk meningkatkan keselamatan mitra dan penumpang layanan berbasis sepeda motor. Kedua, Yamaha akan memberikan insentif berupa kemudahan akses pembelian bagi siapa saja yang tertarik menjadi mitra layanan ride-hailing Grab.

“Selain meningkatkan keselamatan dan kenyamanan, [akan ada] penerapan teknologi Yamaha Motor tipe baru sebagai sistem transportasi yang lebih melibatkan pengguna. Kami juga memprediksi adanya peningkatan dalam sistem mobilitas di masa depan, dan terciptanya solusi-solusi mobilitas baru,” sambut General Manager of Motorcycle Business Operations Yamaha Motor Takuya Kinoshita.

Untuk menjangkau visi jangka panjang kedua negara, kerja sama ini akan turut diisi dengan eksplorasi teknologi terbaru seperti robotika untuk menjawab isu-isu terkait sistem mobilitas.

President Grab Ming Maa mengatakan, keamanan mitra pengemudi dan pelanggan merupakan hal yang paling penting bagi Grab. Harapannya kerja sama ini dapat melahirkan solusi inovatif untuk layanan ride-hailing.

Sebelumnya tahun ini Grab telah menargetkan untuk melakukan penggalangan dana baru hingga $3 miliar. Beberapa perusahaan besar dan pemodal ventura sudah turut andil, di antaranya Booking Holdings, Microsoft, Toyota, hingga Kasikorn Bank.

Application Information Will Show Up Here

Grab Receives Funding Worth 3.7 Trillion Rupiah from Hyundai and Kia Motors

Today (11/7) Grab announced new investment worth of $250 million (around 3.7 trillion rupiah) from Hyundai Motor Company and Kia Motors Corporation. This investment has initiated a partnership among those three to start the initiative for electric vehicle development in Southeast Asia. It is Grab’s advanced step to raise funding up to $3 billion by the end of 2018.

Grab, Hyundai, and Kia will launch a series of electric vehicles trials start from Singapore next year. It’s focused on the use of electric vehicles to maximize cost efficiency for Grab drivers. The partnership will also involve regional stakeholders, include the government and industry players in the area, such as building a fast-charging center network.

“As a home to one of the fastest growing consumers in the world, Southeast Asia is considered as a rapid growth market for electric cars. Having unbeatable track record, Grab is the best partner to help electric vehicles adoption in Southeast Asia,” Youngcho Chi, Hyundai Motor Group’s Chief Innovation Officer, said.

The partnership will be focused on presenting electric vehicle maintenance solutions. Therefore, they also plan some research activities for optimization in adjusting climate in Southeast Asia.

“As an owner of the largest electric vehicle group, we are very excited to build a partnership with Hyundai Motor Group in supporting electric vehicle adoption throughout Southeast Asia. We have the same vision about mobility electrification as a key to build an environment-friendly transportation platform with low cost,” Ming Maa, Grab’s President explained.

Last week, Grab has just announced $200 million (worth 3 trillion rupiah) funding from Booking Holdings. Using big capital, Grab wants to make a “super app” platform. It does not only work as a transportation provider but also make benefits for other business models, one of those through GrabPay.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Grab Terima Pendanaan 3,7 Triliun Rupiah dari Hyundai dan Kia Motors

Hari ini (07/11) Grab mengumumkan perolehan investasi baru senilai $250 juta (setara 3,7 triliun Rupiah) dari Hyundai Motor Company dan Kia Motors Corporation. Investasi ini turut membentuk kerja sama ketiga pihak untuk memulai inisiatif pengembangan kendaraan listrik di Asia Tenggara. Pendanaan ini menjadi kelanjutan dari ambisi Grab untuk menggalang dana hingga $3 miliar hingga akhir tahun 2018.

Selanjutnya Grab, Hyundai, dan Kia akan meluncurkan serangkaian proyek percontohan kendaraan listrik yang dimulai dari Singapura tahun depan. Percontohan fokus pada penggunaan kendaraan listrik untuk memaksimalkan efisiensi biaya bagi mitra pengemudi Grab. Kemitraan juga akan bekerja dengan para pemangku kepentingan regional, termasuk pemerintah dan pemain industri untuk meningkatkan infrastruktur kendaraan listrik di wilayah tersebut, seperti membangun jaringan pusat-pusat pengisian cepat.

“Sebagai rumah dari salah satu pusat konsumen yang tumbuh paling cepat di dunia, Asia Tenggara merupakan pasar yang berkembang sangat pesat untuk mobil listrik. Dengan rekam jejak yang tak tertandingi, Grab merupakan mitra terbaik yang akan membantu mempercepat adopsi kendaraan listrik di Asia Tenggara,” terang Chief Innovation Officer Hyndai Motor Group, Youngcho Chi.

Kemitraan juga akan fokus menghadirkan solusi perawatan kendaraan listrik. Untuk itu mereka juga merencanakan serangkaian kegiatan riset untuk optimasi kendaraan listrik menyesuaikan iklim di kawasan Asia Tenggara.

“Sebagai pemilik armada kendaraan listrik terbesar di Singapura, kami sangat bersemangat untuk membangun kemitraan dengan Hyundai Motor Group dalam mendorong adopsi kendaraan listrik di seluruh Asia Tenggara. Kami memiliki visi yang sama tentang elektrifikasi mobilitas sebagai salah satu pondasi kunci untuk membangun platform transportasi yang ramah lingkungan dengan biaya terendah,” terang President of Grab, Ming Maa.

Minggu lalu Grab baru saja mengumumkan perolehan pendanaan senilai $200 juta (setara 3 triliun Rupiah) dari Booking Holdings. Dengan modal besar, Grab ingin menjadikan platformnya sebagai “super apps”. Tidak lagi sekadar sebagai penyedia layanan transportasi, namun juga memberikan manfaat untuk model bisnis lain, salah satunya melalui GrabPay.

Application Information Will Show Up Here