Respon Nvidia Terhadap Klaim Tesla yang Baru Mengungkap Chip AI Bikinannya Sendiri

Penyingkapan chip AI bikinan Tesla kemarin merupakan pukulan telak terhadap Nvidia. Selama ini, Tesla sepenuhnya mengandalkan chip buatan Nvidia demi mewujudkan sistem Autopilot-nya, namun sekarang Tesla membuktikan bahwa mereka juga bisa merancang chip sendiri yang bahkan diklaim lebih superior.

Bukan, Tesla bukanlah musuh Nvidia, dan sebaliknya, Nvidia pun tak pernah menganggap Tesla demikian. Namun ternyata Nvidia agak kesal dengan klaim-klaim yang disampaikan Tesla, terutama klaim yang mengatakan bahwa chip bikinan Tesla sanggup mengatasi 144 triliun pengoperasian per detik (TOPS), sedangkan chip Nvidia Xavier yang mereka gunakan sebelumnya cuma mampu mencatatkan 30 TOPS saja.

Menurut Nvidia, Tesla tidak memaparkan cerita lengkapnya, bahwa Xavier hanyalah satu bagian dari platform lengkap yang bernama Nvidia Drive AGX Pegasus. Seperti halnya Full Self-Driving Computer buatan Tesla yang terdiri dari dua chip sekaligus, Nvidia Drive pun juga demikian, dan dalam konteks paket lengkap itu, Nvidia Drive mampu mengatasi 320 TOPS.

Nvidia pun juga tak lupa mengingatkan bahwa mereka sedang dalam proses menyiapkan chip generasi terbaru mereka yang bernama Orin. Tentunya ini didasari oleh klaim Tesla bahwa mereka juga tengah mengerjakan chip yang bahkan lebih canggih lagi ketimbang yang baru saja diumumkan.

Namun yang menarik menurut saya adalah bagaimana Nvidia bisa menyikapi semua ini dengan cara yang cukup elegan. Di samping mengoreksi klaim Tesla, mereka juga menegaskan bahwa setidaknya untuk sekarang, pihak paling dominan di ranah pengembangan chip AI untuk kepentingan otomotif hanyalah Nvidia dan Tesla.

Lebih lanjut, pernyataan ini juga mereka manfaatkan sebagai salah satu trik pemasaran, bahwa pada kenyataannya, dari dua pihak dominan itu, cuma satu (Nvidia) yang platform-nya bersifat terbuka dan siap dimanfaatkan oleh pabrikan mobil lain. Tesla tentunya tidak berniat menjadi pemasok buat pabrikan lain yang bakal menyaingi bisnisnya.

Sumber: Nvidia.

Tesla Model Y Resmi Diungkap: Model 3 Rasa SUV

Sesuai janji, Tesla akhirnya resmi memperkenalkan mobil elektrik terbarunya, Model Y. Mobil ini merupakan versi SUV dari Model 3, dan Tesla merancangnya menggunakan basis platform yang sama seperti sedan termurahnya itu.

Kemiripan antara Model Y dan Model 3 memang langsung terlihat dari luar, terutama pada bagian moncong depannya. Sebagai sebuah SUV/crossover, tentu saja bodinya sedikit lebih tinggi, akan tetapi tidak kelewat tinggi sehingga Tesla berani mengklaim karakter pengendaliannya mirip seperti mobil sport.

Tesla Model Y

Yang cukup mengejutkan, konsumen Model Y nantinya bisa memilih fitur opsional berupa tambahan sepasang kursi di baris ketiga, sehingga Model Y pun sanggup mengangkut tujuh penumpang. Utilitas memang merupakan nilai plus dari sebuah SUV, dan Tesla rupanya tak mau mengorbankan aspek tersebut meski yang digunakan adalah platform sebuah sedan.

Tesla Model Y

Lalu bagaimana dengan performanya? Tipikal Tesla, sama sekali tidak mengecewakan. Varian termahalnya (Performance) dilengkapi sepasang motor elektrik, sanggup membawa Model Y melesat dari 0 – 100 km/jam dalam waktu 3,5 detik saja, dengan top speed 240 km/jam.

Varian ini juga telah dibekali fitur Track Mode seperti yang ada pada Model 3. Urusan efisiensi, yang paling irit adalah varian Long Range, dengan baterai yang bisa tahan sampai 480 km dalam sekali pengisian.

Tesla Model Y

Seperti Model 3, Model Y juga bakal ditawarkan dalam varian termurah (Standard Range), dengan jarak tempuh 370 km per charge, dan banderol harga mulai $39.000. Akselerasi dan top speed-nya jelas tak sekencang varian Performance, tapi kita juga tak boleh lupa bahwa varian Performance dibanderol mulai $60.000.

Wujudnya mirip, spesifikasinya mirip, interiornya pun juga mirip seperti Model 3, dengan dashboard super minimalis yang hanya mengandalkan satu layar sentuh berukuran 15 inci saja. Selagi berada di dalam, kesan lapang juga bakal semakin terasa berkat kehadiran atap kaca panoramik.

Tesla Model Y

Semua ini terdengar mengesankan, dan Tesla terbukti sudah beberapa kali memenuhi seluruh klaimnya. Yang hampir selalu meleset adalah produksi dan pemasarannya. Semoga saja itu tidak terulangi pada Model Y, yang dijadwalkan mengaspal paling cepat pada musim gugur 2020, sedangkan varian termurahnya baru akan menyusul pada musim semi 2021.

Sumber: Electrek.

Aston Martin Ungkap SUV Elektrik Super-Mewah, Lagonda All-Terrain

Aston Martin membuat kejutan di ajang Geneva Motor Show tahun lalu dengan menyingkap rencananya untuk menghidupkan kembali sub-brand Lagonda kepunyaannya. Wacana tersebut turut dibarengi oleh sebuah mobil konsep yang mungkin terkesan terlalu canggih untuk standar sekarang.

Reinkarnasi Lagonda ini pada dasarnya akan berfokus pada segmen mobil elektrik, dan di ajang Geneva Motor Show tahun ini, mereka sudah menyiapkan mobil konsep lain bernama Lagonda All-Terrain. Tidak seperti sebelumnya, konsep ini terkesan lebih masuk akal untuk direalisasikan dalam waktu dekat.

Aston Martin Lagonda All-Terrain

Dari namanya sudah kelihatan bahwa Lagonda All-Terrain merupakan sebuah SUV segala medan, akan tetapi penampilannya sangat menipu. Buat saya, ia kelewat mewah untuk melahap medan berlumpur, tapi toh Rolls-Royce Cullinan juga demikian. Bedanya, tentu saja, Lagonda All-Terrain murni mengandalkan energi listrik.

Bentuknya juga mengingatkan saya pada Jaguar I-Pace, namun dengan sasis yang lebih panjang hingga nyaris menyerupai sebuah limusin. Aston Martin pada dasarnya banyak menerapkan prinsip desain Lagonda Vision Concept dalam merancang Lagonda All-Terrain, dan sebagai sebuah Lagonda, nuansa mewahnya sudah tercium bahkan dari luar.

Aston Martin Lagonda All-Terrain

Masuk ke dalam, aura mewahnya semakin pekat. Lantainya benar-benar rata dan berlapis karpet, sedangkan sasis yang begitu panjang membuat kabinnya terkesan begitu lapang. Kendati demikian, yang bakal menjadi pusat perhatian justru adalah kunci dari mobil ini.

Teknologi keyless entry sudah pasti ada di mobil ini, akan tetapi usai pemilik mobil masuk ke dalam, ia dipersilakan menempatkan kuncinya itu ke wadah membulat dengan desain bersirip di bagian tengah. Dari situ kuncinya akan melayang memanfaatkan teknologi levitasi, dan di titik itu kuncinya beralih fungsi menjadi kenop putar untuk mengoperasikan sistem infotainment.

Aston Martin Lagonda All-Terrain

Sungguh itu merupakan sebuah inovasi yang tidak perlu, akan tetapi kemewahan tidak pernah mengenal kata perlu atau tidak perlu. Beralih ke spesifikasi dan performa, sayangnya sampai sejauh ini Aston Martin masih enggan merincikannya.

Kita juga tidak boleh lupa bahwa Lagonda All-Terrain masih berstatus konsep. Meski begitu, Aston Martin sudah punya niatan untuk mulai memproduksinya pada tahun 2022.

Sumber: Aston Martin.

Audi Ungkap Q4 e-tron, Lebih Ringkas, Lebih Efisien, tapi Tetap Bertenaga

Pertengahan tahun ini, Audi akan mulai memasarkan mobil elektrik perdananya, e-tron. Kiprah mereka di segmen elektrik memang tergolong terlambat, akan tetapi Audi tidak segan memasang target yang cukup ambisius: pada tahun 2025 nanti, Audi bakal memiliki 12 model yang bermesin elektrik sepenuhnya.

Jelas sekali e-tron baru permulaan alias menu pembuka. Tidak lama setelah peluncuran e-tron, Audi langsung menyingkap sedan elektrik e-tron GT yang masih berstatus konsep, dengan rencana realisasi pada akhir 2020. Di ajang Geneva Motor Show tahun ini, Audi pun tidak lupa memperkenalkan konsep lainnya untuk segmen elektrik.

Audi Q4 e-tron

Mobil tersebut adalah Q4 e-tron, bisa dianggap sebagai adik kecil e-tron jika melihat fisiknya yang lebih ringkas. Secara estetika, kedua mobil ini tampak cukup mirip, akan tetapi di mata saya, e-tron kelihatan sedikit lebih kaku dibandingkan Q4 e-tron.

Meski lebih kecil, dapur pacu Q4 e-tron tetap saja mumpuni, dengan bekal sepasang motor elektrik yang sanggup menghasilkan output daya sebesar 225 kW (± 300 hp). Dipadukan dengan torsi sebesar 460 Nm, 0 – 100 km/jam dapat ia lahap dalam waktu 6,3 detik saja, sedangkan kecepatan maksimumnya dibatasi secara elektronis di angka 180 km/jam.

Kapasitas baterainya lebih kecil daripada e-tron orisinal di angka 82 kWh, akan tetapi berhubung bobotnya lebih ringan, Q4 e-tron sanggup menempuh jarak sejauh 450 km dalam satu kali pengisian. Pengisiannya juga sudah mendukung teknologi fast charging, dengan kemampuan mengisi 80 persen kapasitas dalam waktu sekitar 30 menit saja.

Audi Q4 e-tron

Masuk ke bagian kabin, Q4 e-tron tidak kalah canggih dan mewah ketimbang kakaknya. Sistem infotainment-nya mengandalkan layar sentuh 12,3 inci di bagian tengah, yang sengaja sedikit dimiringkan ke arah pengemudi demi kenyamanan ekstra.

Yang saya suka, Audi masih menyematkan deretan tombol untuk mengatur sistem pendingin di bawah layar tersebut. Ini jauh lebih nyaman ketimbang harus menggunakan touchscreen seperti pada Tesla Model 3. Lebih lanjut, konsol tengah yang semestinya dihuni oleh tuas transmisi dan rem tangan telah beralih fungsi menjadi kompartemen penyimpanan yang lega pada Q4 e-tron.

Audi Q4 e-tron

Audi berencana untuk memproduksi Q4 e-tron pada akhir tahun 2020, sama seperti e-tron GT. Harganya masih belum diketahui, tapi sudah pasti di bawah $74.800 yang merupakan banderol e-tron orisinal.

Sumber: Audi.

Mobil Konsep Piëch Mark Zero Hanya Perlu 5 Menit untuk Mengisi 80 Persen Baterainya

Kalau ditanya apa kelemahan terbesar mobil elektrik, mayoritas mungkin bakal menjawab waktu charging. Benar saja, bahkan teknologi fast charging yang dikembangkan Porsche sejauh ini hanya mampu mencatatkan waktu 15 – 20 menit untuk mengisi 80% dari total kapasitas baterai mobil.

Itu jelas jauh lebih lama ketimbang mengisi bensin. Namun itu tidak selamanya harus menjadi momok segmen mobil elektrik. Sebuah perusahaan baru bernama Piëch Automotive ingin membuktikan bahwa mobil elektrik juga bisa diisi ulang baterainya secepat mengisi tangki bensin mobil konvensional.

Piëch Mark Zero

Mobil debutan mereka, sebuah konsep bernama Piëch Mark Zero, diklaim hanya memerlukan waktu 4 menit 40 detik untuk mengisi 80% dari total kapasitasnya berkat penggunaan tipe sel baterai baru yang sanggup mengatasi arus listrik tinggi tanpa risiko overheating. Di bawah lima menit sejatinya sudah pantas disetarakan dengan waktu yang diperlukan untuk mengisi bensin.

Bukan cuma cepat waktu pengisian baterainya, efisiensinya pun tak kalah mengesankan, dengan klaim jarak tempuh 500 km dalam satu kali charging. Sektor performa juga tidak luput dari perhatian Piëch: Mark Zero mengemas tiga motor elektrik (satu di depan, dua di belakang) berdaya total 450 kW, mampu membawanya melesat dari 0 – 100 km/jam dalam 3,2 detik saja, dengan top speed di kisaran 250 km/jam.

Piëch Mark Zero

Juga menarik adalah prinsip modular yang diterapkan Piëch pada rancangannya. Ini berarti yang bisa di-update bukan sebatas software-nya saja, tapi juga hardware-nya, semisal unit-unit baterai yang sudah mulai berumur dan berkurang drastis kapasitasnya.

Arsitektur modular ini juga berarti Piëch dapat menawarkan rancangannya ke pabrikan mobil lain yang tertarik. Bisnis dengan konsumen mereka layani, bisnis dengan sesama pebisnis lain pun juga mereka lakoni.

Beralih ke fisik Mark Zero, di mata saya ia terlihat seperti hasil perkawinan Aston Martin dan Porsche. Namun Piëch tidak mau berfokus pada segmen mobil sport saja, mereka juga sudah punya rencana untuk mewujudkan sejumlah model lain, termasuk halnya sebuah SUV.

Piëch Mark Zero

Sejauh ini Anda mungkin bertanya-tanya, siapa sosok di balik Piëch Automotive, dan mengapa namanya terdengar begitu familier? Ini dikarenakan pendirinya, Toni Piëch, masih satu garis keturunan dengan Ferdinand Piëch, mantan bos Volkswagen Group yang juga merupakan salah satu cucu dari Ferdinand Porsche.

Rencananya, Piëch Mark Zero bakal diperkenalkan secara resmi pada ajang Geneva Motor Show sebentar lagi. Meski kedengarannya begitu potensial, visi ambisius Piëch Automotive ini akan sangat bergantung terhadap ketersediaan infrastruktur, dan infrastruktur inilah yang sejatinya berhasil menjadikan Tesla sebagai pemimpin di segmen mobil elektrik.

Sumber: Engadget dan PR Newswire.

Tesla Model Y Bakal Diungkap Secara Resmi pada 14 Maret 2019

Rumor mengenai Tesla Model Y sudah lama berhembus. Namun Tesla pada akhirnya mengonfirmasi bahwa mobil tersebut eksis, dan mereka siap menyingkapnya secara resmi pada tanggal 14 Maret mendatang. Seperti biasa, informasi ini datang dari Tweet sang CEO sendiri, Elon Musk.

Model Y pada dasarnya merupakan Model 3 versi SUV atau crossover. Menurut penjelasan Elon, Model Y mempunyai dimensi sekitar 10% lebih besar ketimbang Model 3, yang berarti harganya juga akan dipatok sekitar 10% lebih mahal.

Spesifikasinya semestinya juga sama seperti Model 3, termasuk kapasitas baterainya. Namun berhubung ukuran Model Y lebih besar, jarak tempuhnya dalam sekali pengisian tidak akan sejauh Model 3.

Meski belum ada konfirmasi resmi dari Tesla, pernyataan Elon terkait kemiripan kedua mobil ini bisa diartikan Tesla menggunakan Model 3 sebagai basis dari Model Y. Skenario ini sejatinya lebih masuk akal ketimbang menggunakan platform baru, apalagi mengingat Tesla baru saja meresmikan varian terendah dari Model 3 yang dibanderol seharga $35.000 saja.

Anggap saja Model Y ini sebagai versi terjangkau dari Model X, sama seperti peran Model 3 sebagai versi murah dari Model S. Di luar kategori premium, bisa dipastikan Model Y tak akan mengusung pintu Falcon Wing yang selama ini sudah menjadi ciri khas Model X.

Detail lebih lengkap, termasuk banderol harga Model Y, baru akan diungkap pada ajang peluncurannya nanti. Tesla juga bakal menghadirkan prototipenya agar bisa langsung dijajal oleh para jurnalis yang diundang.

Sumber: Electrek.

Tesla Mulai Pasarkan Varian Termurah Model 3 Seharga $35.000

Volvo, melalui anak perusahannya, baru saja meluncurkan mobil elektrik perdananya, Polestar 2. Mobil tersebut secara langsung dirancang untuk menjadi rival sepadan Tesla Model 3. Entah kebetulan atau tidak, Tesla juga baru saja memberikan pengumuman menarik seputar Model 3.

Pengumuman ini sejatinya sudah ditunggu-tunggu sejak Model 3 pertama kali disingkap tiga tahun lalu, yakni ketersediaan varian terbawahnya yang dihargai mulai $35.000. Selama ini Tesla terkesan seperti mengumbar janji dikarenakan yang mereka jual adalah varian Model 3 dengan harga cukup mahal.

Tentunya ada banyak yang dipangkas agar bisa menembus banderol $35.000, utamanya pada bagian interior. Namun untuk urusan performa, varian terendah Model 3 ini masih cukup impresif: jarak tempuh ± 350 km dalam sekali pengisian, kecepatan maksimum 210 km/jam, dan akselerasi 0 – 100 km/jam dalam waktu 5,6 detik.

Duduk satu tingkat di atasnya adalah varian Model 3 Standard Range Plus, dengan jarak tempuh ± 380 km, top speed 225 km/jam, dan akselerasi 5,3 detik. Harganya dipatok mulai $37.000, tapi keuntungan lain memilih varian ini adalah adanya opsi untuk menambahkan fitur-fitur ekstra seperti spion berpemanas dan atap kaca tinted.

Interior varian termurahnya jelas tak akan semewah ini / Tesla
Interior varian termurahnya jelas tak akan semewah ini / Tesla

Pengumuman lain yang tak kalah menarik adalah keputusan Tesla untuk mengubah metode pemasaran mobil-mobilnya menjadi murni secara online. Dalam beberapa bulan ke depan, Tesla berniat menutup banyak shoowroom-nya, dan menyisakan beberapa saja di lokasi-lokasi yang ramai sebagai galeri sekaligus pusat informasi.

Menurut Tesla, langkah berani ini memungkinkan mereka untuk menurunkan harga jual mobil-mobilnya hingga sekitar 6% jika dirata-rata, sekaligus pada akhirnya mewujudkan varian termurah Model 3 itu tadi. Tapi lalu yang menjadi pertanyaan, kalau tidak ada showroom, bagaimana calon konsumen bisa melakukan test drive?

Lagi-lagi Tesla berani mendisrupsi dunia otomotif. Ketimbang menjalani test drive terlebih dulu, konsumen Tesla bisa langsung membeli mobil elektrik yang diinginkan, menggunakannya selama 7 hari atau sampai 1.600 km, lalu mengembalikannya jika memang tidak sreg. Uang yang sudah dibayarkan akan di-refund secara penuh tanpa dipungut biaya tambahan.

Ya, ini bisa kita anggap sebagai serangan balik Tesla terhadap lawan sekaligus bakal lawannya yang selama ini mencoba mengusik dominasi Tesla di ranah mobil elektrik. Polestar tadi adalah salah satunya, dan debut mereka sepertinya tidak akan semulus yang diharapkan dengan hadirnya varian termurah Model 3 ini, apalagi mengingat varian termurah Polestar 2 juga baru akan tersedia paling cepat tahun 2021.

Sumber: Tesla via VentureBeat.

Bakal Pesaing Tesla Model 3 dari Swedia, Polestar 2, Resmi Diperkenalkan

Tahun demi tahun, musuh Tesla terus bertambah. Kendati demikian, sejauh ini masih sulit mencari mobil elektrik lain yang pantas disetarakan dengan Tesla Model 3. Sedan tersebut canggih, performanya mumpuni, jarak tempuhnya jauh, dan harganya terjangkau (meski mungkin masih belum terlalu merakyat).

Niat untuk menciptakan rival yang sepadan dengan Tesla Model 3 mungkin bakal dinilai terlalu ambisius oleh publik, akan tetapi hal itu tak mencegah Polestar untuk membuktikannya. Sekadar mengingatkan, Polestar bukanlah pemain baru di dunia otomotif. Sejak tahun 2017, Polestar sudah ditunjuk oleh Volvo selaku perusahaan induknya sebagai sub-brand yang secara khusus mengembangkan mobil elektrik.

Sayangnya, mobil pertama mereka, Polestar 1, hanya sebatas mobil sport bermesin hybrid. Untuk mobil keduanya, sejak jauh-jauh hari Polestar sudah mengumumkan bahwa mobil tersebut siap menantang Tesla Model 3 secara langsung, dan mereka rupanya bukan sekadar membual.

Polestar 2

Tepat tanggal 27 Februari kemarin, mereka memperkenalkan Polestar 2 secara resmi. Tampang luarnya langsung kelihatan sangat Volvo sekali, dan itu dikarenakan Polestar menggunakan Volvo Concept 40.2 sebagai basisnya. Yang cukup unik, ia kelihatan seperti sebuah crossover jika dilihat dari samping.

Sebagai lawan Tesla Model 3, Polestar 2 tentunya tidak boleh mengecewakan soal angka-angka. Benar saja, perpaduan sepasang motor elektrik dan penggerak empat rodanya mampu menghasilkan daya total sebesar 300 kW (408 hp), serta torsi 660 Nm. Akselerasi 0 – 100 km/jam ditempuhnya dengan mudah dalam waktu 5 detik saja.

Namun yang paling mengesankan adalah efisiensi energinya. Dalam satu kali pengisian, baterai berkapasitas 78 kWh-nya sanggup membawa mobil ini melaju hingga sejauh 500 kilometer. Tentunya ini baru sebatas estimasi dan masih harus dibuktikan lagi. Andai benar, ini bisa menjadi pukulan telak terhadap Tesla.

Polestar 2

Performa dan efisiensinya sudah layak menandingi Tesla Model 3, namun Polestar 2 rupanya juga tidak mau setengah-setengah dalam hal kecanggihan teknologi. Ini tersirat dari interiornya yang minimalis, dengan layar sentuh 11 inci yang mendominasi bagian tengah dashboard. Dilihat sepintas, saya pribadi lebih suka kabin Polestar 2 ketimbang Model 3 hanya karena masih ada panel instrumen di balik lingkar kemudinya.

Tidak kalah menarik adalah sistem infotainment berbasis Android hasil kolaborasi langsung antara Volvo dan Google. Integrasi Google Assistant sudah pasti tersedia, demikian pula akses ke aplikasi-aplikasi pihak ketiga via Google Play Store.

Selanjutnya, fitur canggih seperti smartphone sebagai kunci mobil juga merupakan fitur standar untuk Polestar 2. Masalah kepraktisan maupun keamanan seputar fitur ini memang masih menjadi perdebatan, akan tetapi Volvo sudah punya visi besar terkait layanan car sharing ke depannya, dan di titik itu smartphone sebagai kunci mobil bakal menjadi komponen penunjang yang esensial.

Polestar 2

Canggih, performanya mumpuni, jarak tempuhnya jauh, Polestar 2 benar-benar sangat berpotensi menjadi rival sepadan Tesla Model 3. Lalu bagaimana dengan harganya? Nantinya, varian terendahnya bakal dipasarkan dengan banderol mulai 39.900 euro. Namun yang selalu menjadi pertanyaan adalah, kapan varian tersebut bakal tersedia?

Jawabannya masih belum ada yang berani memastikan, tapi publik pasti berharap nasibnya tidak seperti Tesla Model 3, yang hingga detik ini pun belum tersedia varian termurah seharga $35.000 seperti yang dijanjikan pada acara peluncurannya. Semoga saja Volvo bisa mewariskan pengalaman panjangnya di bidang produksi kepada tim Polestar demi mencegah problem seperti ini terjadi.

Yang akan dipasarkan terlebih dulu mulai awal tahun 2020 adalah Polestar 2 Launch Edition, dengan banderol mulai $63.000. Varian tersebut kabarnya akan diproduksi selama setahun pertama, yang berarti konsumen baru akan berjumpa dengan varian termurahnya paling cepat tahun 2021.

Sumber: SlashGear.

Tesla Luncurkan Fitur Dog Mode, Pastikan Anjing Kesayangan Tetap Aman Selagi Ditinggal di dalam Mobil

Tesla itu bukan produsen mobil, melainkan ahli software yang kebetulan juga pandai merancang mobil. Anggapan itu cukup sering mampir ke benak saya, dan Tesla sendiri terus membuktikannya dari waktu ke waktu.

Terakhir adalah sebulan yang lalu, tepatnya ketika mereka mengumumkan fitur bernama Sentry Mode, yang memungkinkan kamera-kamera Autopilot pada mobil untuk berfungsi sebagai dash cam 360 derajat. Hardware-nya sudah ada, tinggal diakali saja menggunakan software, kira-kira begitulah jalan pikir Tesla kalau menurut saya.

Belum lama berselang, Tesla sudah meluncurkan fitur baru lain lagi yang dinamai Dog Mode. Tesla merancang fitur ini untuk mencegah insiden-insiden konyol nan menyedihkan di mana pemilik mobil tanpa sengaja meninggalkan anjingnya di dalam mobilnya di siang bolong, dan sang anjing naas pun tewas kepanasan.

Dog Mode sejatinya bermula dari request seorang konsumen Tesla. Fitur ini juga merupakan kelanjutan dari fitur Cabin Overheat Protect yang dirilis di tahun 2016, di mana mobil dapat mempertahankan suhu kabin selama berjam-jam meski dalam keadaan mesin tidak menyala.

Untuk mengaktifkan Dog Mode, pemilik mobil hanya perlu menyentuh icon kipas di bagian bawah touchscreen dashboard, kemudian menetapkan suhu kabin yang diinginkan. Lalu ketika sang pemilik pergi meninggalkan mobilnya, Dog Mode akan langsung aktif dan layar pada dashboard akan menampilkan tulisan besar terkait fitur ini, lengkap dengan suhu kabin pada saat itu.

Tulisan ini dimaksudkan supaya orang-orang yang sedang lewat dan terkaget melihat seekor anjing ditinggal sendirian di dalam mobil tidak langsung panik. Selagi mereka mengintip ke dalam, mereka bisa melihat tulisan di layar tersebut, lalu kembali ke urusannya masing-masing.

Fitur ini tidak akan mungkin bisa terwujud kalau Tesla tidak sepenuhnya mengandalkan energi dari baterai besarnya. Tapi lalu bagaimana seumpama kapasitas baterainya kritis? Tak perlu bingung, sebab pemilik mobil akan menerima notifikasi di ponselnya ketika kapasitas baterai mobilnya kurang dari 20%.

Sumber: Electrek.

Jaguar Land Rover Uji Sistem Proyeksi untuk Menunjukkan Arah Pergerakan Mobil Kemudi Otomatis

Mengembangkan mobil kemudi otomatis tentunya ada banyak sekali tantangan, namun salah satu yang terbesar yang dihadapi pabrikan otomotif adalah masalah kepercayaan; bagaimana mereka bisa meyakinkan publik bahwa mobil kemudi otomatis itu aman dikendarai, sekaligus aman untuk pengguna jalan lain di sekitarnya, termasuk para pejalan kaki.

Menurut Jaguar Land Rover (JLR), salah satu caranya adalah membuat mobil kemudi otomatis yang dapat memberitahukan ke sekitar apa yang sedang dan akan dilakukannya. Sistem yang mereka kembangkan mengandalkan proyektor untuk menampilkan indikator visual ke jalanan di depannya.

Indikatornya berupa garis-garis horizontal yang berjajar. Ketika mobil melaju, jarak antar garisnya akan melebar. Sebaliknya, ketika mengerem, jarak antar garis akan menyempit hingga akhirnya nyaris berdempet ketika berhenti total.

Jaguar Land Rover self-driving car projection system

Lalu ketika hendak membelok, garis-garis yang diproyeksikan juga akan melengkung mengikuti arah belokan. Harapannya, baik pengemudi lain atau pejalan kaki di sekitar dapat memahami ke mana arah pergerakan sang mobil kemudi otomatis. Ibaratnya seperti lampu sein, tapi untuk lebih dari sekadar arah membelok saja.

Saat ini sistemnya tengah dicoba bersama sebuah autonomous pod garapan Aurrigo. Implementasinya masih belum diketahui, sebab JLR untuk sekarang baru sekadar ingin mempelajari seberapa banyak informasi yang harus dibagikan sebuah mobil kemudi otomatis agar bisa memperoleh kepercayaan dari para pejalan kaki di sekitarnya.

Sumber: SlashGear dan Jaguar Land Rover.