Bersaing di Era Digital dengan Penerapan Strategi Mobile Marketing yang Tepat

Dalam era digital yang semakin maju, mobile marketing telah menjadi salah satu aspek yang paling penting dalam bisnis. Mengingat penetrasi perangkat seluler yang semakin tinggi dan ketergantungan yang semakin besar dari masyarakat terhadap smartphone mereka, menjadikan strategi mobile marketing sebagai pilihan yang tepat.

Menurut data yang diluncurkan oleh We Are Social, 98,3% dari pengguna internet di Indonesia mengakses internet menggunakan mobile phone. Data tersebut menunjukkan penggunaan mobile phone sebagai device tertinggi dibanding laptop, tablet, dan device lainnya. Karenanya, strategi mobile marketing dapat memberikan peluang besar bagi bisnis untuk mencapai target audiens secara efektif.

Mobile marketing juga menawarkan beberapa keunggulan dibandingkan dengan bentuk pemasaran tradisional, termasuk kemampuan untuk menargetkan demografi tertentu, memberikan konten yang dipersonalisasi, dan mencapai lebih banyak konsumen.

Lalu, apa itu sebenarnya mobile marketing? bagaimana cara kerjanya? apa saja manfaatnya? dan bagaimana strategi untuk menerapkannya? Kita akan bahas lebih lanjut dalam artikel ini!

Mengenal Mobile Marketing

Mobile marketing adalah strategi pemasaran yang merujuk pada pendekatan dan taktik yang digunakan dalam bisnis untuk memasarkan produk atau layanan mereka melalui perangkat seluler, seperti smartphone.

Strategi ini dilakukan dengan tujuan untuk menjangkau audiens yang menggunakan perangkat seluler mereka sebagai saluran utama komunikasi dan akses internet.

Dalam bisnis, mobile marketing memiliki peran yang semakin penting karena perangkat seluler telah menjadi salah satu sarana utama bagi konsumen untuk berinteraksi dengan dunia digital.

Manfaat Mobile Marketing

Jangkauan yang Luas

Dengan populasi pengguna perangkat seluler yang terus meningkat, strategi mobile marketing memberikan kesempatan bagi bisnis untuk menjangkau lebih banyak konsumen potensial.

Keterlibatan yang Lebih Tinggi

Perangkat seluler merupakan alat personal yang selalu ada dalam genggaman penggunanya. Karenanya, strategi mobile marketing dapat menciptakan keterlibatan yang lebih tinggi dengan menggunakan fitur-fitur seperti push notification, pesan teks, atau interaksi melalui aplikasi khusus yang diciptakan bisnis tersebut.

Integrasi dengan Media Lainnya

Strategi mobile marketing dapat diintegrasikan dengan media pemasaran lainnya, seperti media sosial, iklan online, atau email marketing. Dengan menghubungkan berbagai media pemasaran ini, bisnis dapat memperkuat pesan mereka, meningkatkan kesadaran merek, dan memperluas cakupan kampanye pemasaran.

Personalisasi dan Kustomisasi

Dengan adanya data pengguna, bisnis dapat menyajikan konten pemasaran yang lebih personal dan disesuaikan dengan preferensi dan kebutuhan konsumen

Targeting yang Lebih Tepat

Mobile marketing memungkinkan bisnis untuk mengumpulkan data pengguna, seperti preferensi, lokasi, dan perilaku. Dengan informasi ini, pelaku bisnis dapat melakukan penargetan yang lebih tepat dan mengirimkan pesan yang relevan kepada target audiens mereka. Hal ini bisa mendorong peningkatan efektivitas kampanye pemasaran dan tingkat konversi.

Beberapa Hal yang Perlu Diperhatikan untuk Menerapkan Strategi Mobile Marketing

Pahami Target Audiens Anda

Lakukan riset yang mendalam tentang target audiens Anda. Pahami kebutuhan, preferensi, dan perilaku pengguna smartphone. Hal ini akan membantu Anda mengembangkan strategi yang sesuai dan mengirimkan pesan yang relevan kepada mereka.

Desain Web yang Mobile-Friendly

Pastikan situs web bisnis dan landing page Anda mobile-friendly. Optimalkan layout, konten, dan desain untuk memberikan pengalaman pengguna yang baik di berbagai perangkat seluler.

Konten yang Mobile-Friendly dan dipersonalisasi

Tidak hanya desain web, konten juga harus disesuaikan dengan kebutuhan para pengguna perangkat seluler. Buatlah konten khusus yang sesuai untuk para pengguna seluler. Gunakan format mobile-friendly seperti video pendek, infografis, dan konten ringan yang mudah diakses di perangkat seluler. Untuk membuat konten yang relevan, Anda dapat memanfaatkan data pengguna yang dimiliki. Sesuaikan pesan pemasaran Anda dengan preferensi dan kebutuhan konsumen.

Kembangkan Mobile Apps

Anda dapat mempertimbangkan untuk membuat aplikasi khusus untuk bisnis Anda. Hal itu dapat menawarkan pengalaman tersendiri melalui push notifications, akses langsung ke produk atau layanan dan dapat meningkatkan keterlibatan serta loyalitas pelanggan.

Analisis dan Pengukuran

Tentukan metrik pengukuran dan gunakan alat analisis untuk melacak dan menganalisis kinerja kampanye pemasaran Anda di perangkat seluler. Pelajari data tentang perilaku pengguna, tingkat keterlibatan, dan tingkat konversi.

Dalam era digital, strategi mobile marketing seperti menjadi keharusan bagi bisnis yang ingin tetap relevan dan berdaya saing. Dengan menerapkan strategi mobile marketing yang efektif, bisnis dapat mengikuti tren yang sedang berkembang dan memanfaatkan potensi besar dari perangkat seluler untuk mencapai keberhasilan yang lebih besar dalam pemasaran dan pertumbuhan bisnis.

Tren Akuisisi Pengguna pada Game Hiper Kasual

Game hiper kasual mengalami pertumbuhan yang pesat pada kuartal pertama di tahun 2020. Hal ini juga didorong masa pandemi yang membuat banyak orang memilih beraktivitas di rumah. Peningkatan jumlah pemain genre ini juga mendatangkan kesempatan dan peluang tersendiri bagi para pemasar yang ingin memanfaatkannya.

Namun, terkadang dalam memanfaatkan hal tersebut para pemasar juga menemukan tantangan terkait perhitungan biaya. Informasi penting yang dimiliki oleh para pemasar kadang tidak sesuai dengan data-data yang sebenarnya. Melalui artikel ini, kami akan memberikan informasi-informasi penting yang dapat dimanfaatkan oleh para pemasar terkait berapa biaya yang perlu dikeluarkan, jumlah instalasi, serta berapa tingkat konversi iklan pada game hiper kasual yang dirangkum dari Adjust’s Hyper Casual Gaming Report 2020.

Biaya Akuisisi Semakin Murah

Salah satu dampak dari semakin populernya genre game hiper kasual sepanjang kuartal keempat adalah penurunan biaya akuisisi atau cost per install (CPI) yang dibutuhkan oleh para pemasar. Akan tetapi, meski terjadi penurunan secara global, biaya akuisisi ini tetapi bervariasi serta ditentukan oleh berbagai faktor, seperti negara atau kawasan.

hiper kasual
Biaya per instalasi game hiper kasual Q4 2019 – Q1 2020

Secara global, biaya rata-rata yang dibutuhkan untuk melakukan akuisisi pada game hiper kasual ini mengalami penurunan hingga menjadi $0,17 sepanjang kuartal pertama 2020. Amerika Serikat merupakan negara dengan penurunan yang paling besar yaitu 35% sehingga biaya akuisisi pengguna di negara tersebut menjadi hanya $0,42 di periode ini. Akan tetapi, meski mengalami penurunan yang cukup signifikan, biaya ini masih lebih besar dari negara-negara yang berada di kawasan lain.

Jumlah Instalasi dari Iklan Mengalami Kenaikan

Hal positif lainnya yang juga harus dimanfaatkan oleh para pemasar adalah naiknya angka jumlah instalasi game hiper kasual per seribu tayangan iklan. Pada tingkat global, instalasi per seribu tayangan atau installs per mille (IPM) mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan, yaitu sebesar 18.2%. Pada kuartal pertama tahun 2020, angka IPM secara global menunjukkan kenaikan menjadi 31 dari 1.000 pengguna menginstal game setelah melihat iklan. Hal ini juga dapat mengindikasikan bahwa jumlah pengguna yang tertarik dan melakukan tindakan berdasarkan paparan iklan semakin bertambah di semua kawasan.

hiper kasual
Jumlah instalasi per seribu tayangan game hiper kasual Q4 2019 – Q1 2020

Kawasan Asia Pasifik Memiliki Tingkat Efektivitas Iklan Paling Tinggi

Kawasan Asia Pasifik nampaknya tidak hanya mencatatkan perubahan positif pada biaya akuisisi dan jumlah instalasi dari iklan, tetapi kawasan ini juga memiliki tingkat efektivitas iklan paling tinggi dibandingkan kawasan lainnya. Meski begitu, angka click-through rate (CTR) yang cukup tinggi (24%) pada kawasan ini tidak dibarengi dengan tingkat instalasi yang memuaskan, hanya berkisar pada 13%. Hal ini menandakan bahwa pengguna di kawasan ini memang cenderung mengandalkan iklan untuk mencari game baru, namun tidak langsung mengunduh game berdasarkan iklan tersebut.

hiper kasual
Tingkat konversi, instalasi, dan rasio klik untuk iklan game hiper kasual Q1 2020

Hal ini cukup berbanding terbalik dengan statistik para pengguna di kawasan Eropa, Timur Tengah, dan Afrika (EMEA) serta Amerika Serikat. Para pengguna di dua kawasan ini memiliki angka CTR yang lebih rendah daripada pengguna di kawasan Asia Pasifik namun memiliki tingkat instalasi yang tinggi, yaitu sebanyak 17% di kuartal pertama. Para pemasar dapat melihat ini sebagai tantangan karena pengguna pada kawasan ini tidak terlalu menyukai iklan namun memiliki kecenderungan tingkat instalasi game yang cukup tinggi.

Hiper Kasual Unggul dari Genre Apapun

Bila dibandingkan dengan genre game lainnya, hiper kasual ternyata tetap unggul baik di platform Android maupun iOS. Tingkat konversi genre ini (3,34% untuk Android dan 2,72% untuk iOS) lebih tinggi dari genre lainya. Hal ini juga mencerminkan popularitas game hiper kasual di kedua platform tersebut. Namun, statistik ini juga turut menunjukkan bahwa genre lain tetap dapat bersaing dengan hiper kasual. Contohnya genre action pada platform Android dan genre role-playing di iOS. Sehingga para pemasar juga tetap dapat memperhitungkan genre game lainnya untuk menerapkan strategi pemasarannya.

hiper kasual
Perbandingan masing-masing genre pada platform Android dan iOS.

Dengan memahami informasi dan data yang dibutuhkan terkait akuisisi serta efektivitas iklan pada game hiper kasual ini, para pemasar dapat lebih jeli dalam memanfaatkan peluang dalam pertumbuhan pesat genre ini. Selain itu, data-data ini juga dapat dimanfaatkan oleh para pemasar untuk mengevaluasi dan mengatur ulang strategi pemasarannya sehingga dapat memberikan hasil yang lebih maksimal. Anda juga dapat mengetahui lebih lanjut terkait statistik dan tren akuisisi pada game hiper kasual ini melalui Adjust’s Hyper Casual Gaming Report 2020 yang dapat diunduh lewat tautan berikut ini.

Disclosure: Artikel ini adalah konten bersponsor yang didukung oleh Adjust

Mengoptimalkan Multi-Touch Attribution dalam Mobile Marketing

Dalam memahami bagaimana customer journey sebuah brand, pemasar harus dapat mengukur efektivitas media yang digunakan untuk berinteraksi dengan calon pelanggannya. Dengan mengetahui efektivitas masing-masing contact point, pemasar dapat lebih mengetahui tentang customer journey calon pelanggannya serta dapat lebih jeli dalam mengatur strategi pemasarannya. Salah satu cara untuk mengukur efektivitas tersebut adalah dengan menggunakan Multi-Touch Attribution (MTA).

Akan tetapi, bagi pemasar yang belum terbiasa atau baru mengadopsi MTA mungkin akan menemukan beberapa kesulitan dalam mengoptimalkan strategi pemasarannya. Untuk itu, seorang pemasar perlu melakukan beberapa persiapan serta mengetahui tantangan dalam menggunakan MTA sebelum mengimplementasikannya. Berikut persiapan dan tantangan yang dapat diatasi dalam penggunaan MTA yang juga kami rangkum dari The Adjust Multi-Touch Guide.

Memahami Persiapan Tim dari Awal

Sebelum memulai penggunaan MTA dalam strategi pemasaran Anda, pastikan bahwa tim Anda telah memiliki pemahaman yang sama dalam pelaksanaan implementasinya. Caranya dengan melakukan persiapan secara tim dari awal. Berikut beberapa hal yang dapat diperhatikan untuk melakukan persiapan sebelum mulai menggunakan MTA.

A. Ubah Pola Pikir Tim

Penggunaan MTA yang cukup berbeda membuat Anda lebih baik memberikan pemahaman terhadap seluruh anggota tim mengenai proses dan hasil baru yang akan didapat termasuk mengatur ekspektasi terhadap keberhasilan penggunaan. Selain itu, anggota tim juga penting untuk mengetahui mengapa dalam strategi pemasaran ini menggunakan MTA serta apa keunggulannya. Dengan mengetahui hal tersebut, Anda akan lebih mudah dalam mengimplementasi MTA karena sudah memiliki pengetahuan yang sama sejak dari awal.

B. Susun KPI Baru dan Mulai dari Kampanye Kecil

Perubahan strategi membuat Anda akan memiliki KPI baru yang menjadi tolak ukur dalam mencapai tujuan kampanye pemasaran Anda. Susun KPI baru tersebut bersama dengan tim Anda yang terlibat sehingga mudah untuk mengintegrasikan pekerjaan masing-masing anggota selama kampanye berlangsung. Selain itu, Anda dapat mulai mengadopsi penggunaan MTA dalam skala kecil terlebih dahulu agar dapat melakukan tes serta melihat pemahaman tim terhadap implementasi yang diharapkan.

C. Atur Data yang Didapat Lalu Optimalisasikan

Saat mulai menggunakan MTA, Anda akan mulai mendapatkan data-data baru yang didapat dari masing-masing touchpoint yang digunakan. Hal ini membuat tim Anda harus mulai mengatur kategori dan tipe-tipe data tersebut sebelum nantinya dapat dioptimalisasikan setelah mengetahui performa dan efektivitas masing-masing touchpoint dari data-data tersebut.

Bersiap Menghadapi Tantangan

Selain persiapan secara internal, seorang pemasar juga harus bersiap dalam menghadapi beberapa tantangan saat menggunakan MTA. Berikut beberapa tantangan yang mungkin akan ditemui saat mulai menggunakan MTA.

A. Install Tidak Lagi Jadi Fokus Utama

Hal ini menjadi tantangan bagi pemasar yang masih fokus terhadap tingkat install aplikasi sebagai konversi utama dalam menggunakan MTA. Bagi beberapa brand, pembelian dalam aplikasi jauh lebih penting daripada sekadar meng-install aplikasinya. Sehingga, seorang pemasar harus dapat memikirkan bagaimana tindak lanjut dari konversi tersebut hingga seorang calon konsumen akhirnya melakukan pembelian melalui aplikasi.

B. Kurangnya Visibilitas Iklan

Seorang pemasar akan menemukan tantangan ini bila terlalu berfokus terhadap penggunaan mobile marketing. Data yang kurang lengkap dan hanya mencatat interaksi terakhir pengguna memang masih menjadi kekurangan dari pemanfaatan mobile sebagai media berinteraksi dengan calon pelanggan. Untuk itu, pemasar juga perlu memaksimalkan touchpoint lain untuk memperkaya data mengenai calon konsumennya.

C. Kehadiran Fraud yang Mengganggu Pengukuran

Satu tantangan lagi yang harus dihadapi oleh pemasar adalah hadirnya bentuk fake clicks yang membuat pengukuran dapat menjadi kurang efektif. Hal ini membuat pemasar akan mendapatkan data yang kurang akurat mengenai customer journey dalam mencapai konversi yang ingin dituju. Hal ini membuat pemasar harus lebih jeli dalam melihat data seperti jumlah klik sebelum konversi agar dapat lebih mengerti efektivitas touchpoint yang diukur.

Dengan memahami persiapan yang harus dilakukan serta tantangan yang mungkin dihadapi, Anda mungkin dapat mengimplementasikan MTA dengan lebih optimal bersama dengan tim Anda. Pemahaman yang lebih baik akan membuat penggunaan MTA tidak hanya membantu mencapai konversi yang dituju, tetapi juga dapat mendatangkan konsumen yang lebih loyal untuk brand. Anda juga dapat mengetahui lebih lanjut tentang persiapan dan tantangan dalam penggunaan MTA ini melalui The Adjust Multi-Touch Guide dari Adjust yang dapat diunduh lewat tautan berikut ini.

Disclosure: Artikel ini adalah konten bersponsor yang didukung oleh Adjust

Model-model dalam Multi-Touch Attribution

Pengalaman konsumsi media yang semakin beragam membuat seorang pemasar harus terus beradaptasi untuk mengerti bagaimana interaksi harus dilakukan kepada calon pelanggannya. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan berbagai media untuk berinteraksi dan mengetahui bagaimana customer journey yang dimiliki oleh calon pelanggannya. Untuk dapat mengukur efektivitas berbagai media yang digunakan tersebut, seorang pemasar dapat menggunakan Multi-Touch Attribution (MTA) yang dapat mengukur bagaimana rangkaian perjalanan interaksi calon pelanggan dengan media pemasaran yang digunakan.

Menggunakan MTA juga membuat kita dapat lebih mengetahui contact point yang paling efektif dalam menjangkau calon pelanggan serta bagaimana contact point tersebut memberikan pengaruh terhadap konversi dalam rangkaian kampanye pemasaran yang dilakukan. Akan tetapi, penggunaan MTA memerlukan kecermatan oleh seorang pemasar, karena MTA sendiri memiliki beberapa model yang harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan pemasar dalam menggunakannya. Untuk lebih memahaminya, melalui artikel ini kami hadirkan penjelasan mengenai model-model MTA yang kami rangkum dari The Adjust Multi-Touch Guide.

The Linear Model

1586932395876

Model ini adalah model yang paling simpel dalam penggunaan MTA. Karena penerapannya yang cukup mudah dimengerti, model ini tepat untuk Anda yang baru mulai menggunakan MTA. Pada Linear Model, seluruh touchpoint yang dimiliki akan mendapatkan kredit yang sama untuk pengaruhnya terhadap pemberian konversi pada calon pelanggan. Untuk itu, bobot biaya yang diberikan untuk seluruh media yang digunakan juga sama.

Time Decay Model

1586932418060

 

Pada model ini, persentase kredit dan bobot tiap touchpoint-nya terus naik dari awal hingga periode akhir kampanye sebelum titik konversi. Kenaikan ini dilakukan secara bertahap tergantung dengan masa kampanye pemasaran. Model ini sangat cocok untuk Anda yang ingin memasarkan produk yang memiliki short purchase cycles dan masa kampanye pemasaran yang tidak lama.

U-Shaped Model

1586933065407

 

Bila Anda adalah pemasar yang menganggap titik awal dan titik akhir adalah yang paling berpengaruh terhadap tingkat konversi calon pelanggan, maka model ini mungkin adalah model yang tepat untuk Anda. Pada model ini, bukan berarti Anda tidak memanfaatkan siklus tengah yang dimiliki, melainkan lebih menitikberatkan titik awal dan akhir untuk memiliki bobot yang lebih banyak untuk membuat calon pelanggan memiliki awareness dan menuju lead akhir yang menjadi tujuan dari kampanye pemasaran.

W-Shaped Model

1586933126295

 

Berbeda dengan U-shaped model yang menitikberatkan pada awal dan akhir,, model MTA ini juga menitikberatkan pada titik tengah siklus kampanye Anda. Model ini cocok untuk masa kampanye pemasaran yang panjang sehingga membutuhkan titik berat di tengah-tengah untuk tetap menjaga calon pelanggan Anda mencapai titik konversi yang dituju.

Custom Model

1586933368594

 

Model ini cukup tepat untuk digunakan jika Anda mungkin sudah cukup sering menggunakan MTA dan ingin lebih memiliki insight terhadap customer journey yang lebih dalam dan kompleks. Sesuai namanya, pada model ini Anda sebagai pemasar dapat leluasa melakukan kustomisasi bobot yang diberikan pada tiap touchpoint sepanjang siklus menuju titik konversi yang Anda tuju. Akan tetapi perlu diingat bahwa menurut The Adjust Multi-Touch Guide yang dibuat oleh Adjust, semakin kompleks model yang digunakan juga potensi error juga semakin tinggi sehingga membutuhkan pengalaman yang banyak sebelum Anda memutuskan menggunakan model yang semakin kompleks.

Dengan memilih model yang tepat, Anda sebagai pemasar akan lebih dapat mengerti media mana yang paling efektif saat menggunakan MTA sesuai dengan kebutuhan. Tidak semua model dapat sesuai dengan setiap pemasar, sehingga Anda perlu merefleksikan kembali kebutuhan, tujuan pemasaran, dan kemampuan dalam menggunakan MTA sebelum menyusun strategi pemasaran Anda. Anda juga dapat mengetahui lebih lanjut tentang model-model dalam penggunaan MTA ini melalui The Adjust Multi-Touch Guide dari Adjust yang dapat diunduh lewat tautan berikut ini.

Disclosure: Artikel ini adalah konten bersponsor yang didukung oleh Adjust

Mengenal Multi-Touch Attribution dalam Mobile Marketing

Banyaknya informasi yang diterima oleh khalayak pada saat yang bersamaan membuat brand saat ini sulit untuk langsung mendapatkan perhatian pada percobaan kontak pertama. Beragam pilihan media yang dikonsumsi juga membuat brand kini tidak lagi dapat mengandalkan satu jenis media untuk menjadi alat pemasarannya. Brand, kini harus mencoba untuk dapat memiliki interaksi melalui berbagai media yang dimiliki dan dimanfaatkan secara gratis maupun berbayar untuk memenuhi tujuan pemasarannya.

Berinteraksi melalui berbagai media juga dapat membantu brand untuk dapat memahami bagaimana customer journey mereka. Dengan memahami hal tersebut, dapat membantu para pemasar untuk dapat mengetahui contact point yang dapat dimaksimalkan dan juga dapat lebih memahami segmentasi yang dapat dikembangkan dalam strategi pemasarannya. Untuk itu, dibutuhkan strategi pemasaran yang efektif oleh brand untuk dapat menjangkau pelanggan melalui berbagai platform dan channel yang mereka gunakan, salah satunya dengan menggunakan Multi-Touch Attribution (MTA). Lewat artikel ini, kami akan membahas seputar pemanfaatan MTA dalam mobile marketing yang dirangkum dari The Adjust Multi-Touch Guide.

Touchpoints Bagi Pelanggan Potensial

Menurut Online Marketing Institute, pelanggan yang paling potensial membutuhkan minimal tujuh touchpoints sampai benar-benar mereka melakukan konversi yang diharapkan. Untuk menyusun sebuah strategi pemasaran yang efektif, selain membutuhkan interaksi melalui berbagai platform, brand juga harus memastikan bahwa mereka dapat melacak efektivitas dari masing-masing platform tersebut dalam upaya berinteraksi dengan calon pelanggan mereka. Salah satu cara mengukur dan mengidentifikasi upaya tersebut adalah menggunakan Multi-Touch Attribution (MTA).

Berbeda dengan attribution model lain yang lebih dulu dikenal seperti first-touch dan last-touch yang menitikberatkan efektivitas channel yang digunakan pada touchpoint pertama dan terakhir, MTA mengukur seluruh rangkaian perjalanan dan interaksi calon pelanggan pada tiap touchpoint yang dilalui. Dengan menggunakan attribution model ini, masing-masing platform yang digunakan sebagai touchpoint pada calon pelanggan dapat diukur sesuai dengan pengaruhnya terhadap konversi yang didapatkan.

Keunggulan Multi-Touch Attribution

Dalam The Adjust Multi-Touch Guide yang dibuat oleh Adjust, MTA dapat membuat kita lebih memahami data calon pelanggan secara real-time, rinci, dan personal. Kita juga dapat menggunakan data-data tersebut sebagai insight untuk memaksimalkan upaya marketing yang sedang berjalan. Calon pelanggan mungkin berinteraksi dengan brand melalui artikel, iklan berbayar di media sosial, keyword yang dioptimalisasi melalui pencarian google, dan berbagai channel lainnya yang dimanfaatkan brand untuk berinteraksi dengan calon pelanggan. Dengan menggunakan MTA, kita dapat lebih memahami efektivitas setiap touchpoint yang berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan konversi yang diharapkan.

Apabila Anda adalah seorang pemasar yang memanfaatkan banyak channel dalam campaign yang dibuat, MTA dapat menjadi salah satu cara untuk dapat mengukur efektivitas masing-masing channel serta membantu agar lebih mengerti customer journey untuk brand. Dengan mengetahui channel marketing mana yang paling efektif, Anda juga dapat lebih bijak dalam menentukan bobot budget yang disusun untuk strategi pemasaran Anda. Sehingga budget yang dimiliki bisa dititikberatkan kepada channel yang paling efektif dalam membantu calon pelanggan mencapai titik konversi. Anda juga dapat mempelajari lebih lanjut mengenai strategi dalam penggunaan MTA ini melalui The Adjust Multi-Touch Guide dari Adjust yang dapat diunduh lewat tautan berikut ini.

Disclosure: Artikel ini adalah konten bersponsor yang didukung oleh Adjust

Panduan Dasar Memulai Mobile Marketing (Bagian 3)

Dalam seri artikel sebelumnya, kami telah menjabarkan mengenai berbagai jenis model biaya yang diterapkan dalam menjalankan sebuah kampanye pemasaran. Pada artikel bagian ketiga ini, yang akan dibahas adalah mengenai format iklan yang biasa digunakan. Artikel seputar mobile marketing ini kami rangkum dari Back to Basics – Panduan Adjust untuk Pemasaran Seluler di Tahun 2020.

Format Iklan

Dalam menjalankan sebuah kampanye pemasaran, tampilan iklan baik dari segi visual maupun konten teks yang ditampilkan merupakan komponen yang sangat penting untuk menjangkau audiens yang menjadi target pasar Anda. Namun selain isi dari kontennya, format yang digunakan untuk menyajikan konten iklan tersebut juga tak kalah penting. Setiap format iklan memiliki keunggulan tersendiri untuk menjangkau karakter audiens yang berbeda. Berikut adalah beberapa format iklan yang biasa digunakan dalam mobile marketing.

Banner Ads

Format iklan yang paling umum adalah banner ads, merupakan format tradisional yang digunakan untuk pemasaran digital di desktop. Jenis iklan ini menampilkan gambar (atau gambar bergerak) yang apabila diklik akan mengarahkan audiens menuju url website yang diinginkan. Visual dari gambar mengarahkan dan mendorong pengguna untuk mengklik gambar tersebut.

Meskipun format ini merupakan jenis iklan online generasi pertama, banner ads ternyata masih sangat diminati. Berdasarkan laporan Liftoff terbaru, disebutkan bahwa banner ads “secara mengejutkan sangat efektif, terutama pada Android.” Banner ads dapat memberikan hasil yang jauh lebih baik daripada native ad dari segi engagement pasca-instalasi pada Android.

Namun ada sisi negatif yang juga dimiliki oleh banner ads yang disebut “banner blindness,” yaitu kondisi di mana pengguna sudah sangat sering melihat iklan semacam ini dan mengabaikannya. Maka, iklan banner sangat tepat apabila disandingkan dengan model biaya CPC.

Native Ads

Ciri khas dari format native ads adalah iklan yang seolah menyatu dengan konten yang dimiliki. Dengan format yang disesuaikan dengan estetika, maka iklan jenis ini cenderung tidak mengganggu dan mampu menawarkan pengalaman pengguna yang lebih baik daripada jenis iklan lainnya.

Dengan kelebihan tersebut, format iklan native ads menjadi pilihan yang sangat populer. Bahkan menurut riset yang dilakukan oleh Facebook dan IHS Inc., sebanyak 63,2% pemasar memilih format iklan jenis ini.

Interstitial Ads

Secara umum, format Interstitial Ads mirip dengan banner ads. Perbedaannya terdapat pada ukuran, di mana interstitial ads biasanya berupa video atau gambar full-screen. CTR (click to rate) dari format iklan jenis ini juga lebih tinggi dibandingkan dengan banner ads biasa. Hal ini disebabkan antara lain karena ukurannya yang besar, serta dengan adanya pilihan sederhana untuk mengklik iklan atau menutup iklan dan melanjutkan menggunakan aplikasi.

Interstitial ads biasa digunakan untuk mengiklankan konten seperti video atau lokasi toko. Untuk mendapatkan hasil terbaik, CTA (call to action) harus tersedia secara jelas, serta harus mempertimbangkan waktu yang tepat untuk menampilkan iklan tersebut dalam aplikasi, yaitu pada momen-momen “kunci” dalam penggunaan aplikasi oleh pengguna.

Video Ads & Rewarded Video Ads

Format iklan dengan bentuk video merupakan salah satu yang populer. Alasannya, karena iklan jenis ini sangat menarik bagi pengguna, serta dapat berpengaruh kepada CTR yang tinggi. Ada pula format iklan berbentuk rewarded video ads yang memberikan imbalan atau keuntungan kepada pengguna karena telah melihat iklan. Format iklan video berhadiah ini dapat meningkatkan pendapatan iklan bagi publisher, serta mendorong pengguna untuk dapat menonton konten video tersebut dalam durasi yang lebih lama.

Playable Ads

Iklan yang dapat dimainkan atau disebut sebagai Playable Ads ini juga sangat menarik karena pengguna dapat berinteraksi dengan iklan tersebut. Umumnya format iklan jenis ini digunakan untuk mengiklankan game mobile, sehingga para pengguna dapat mencoba sebagian game tersebut, sebelum akhirnya ditawarkan untuk menginstall atau membeli game tersebut untuk mendapatkan pengalaman secara penuh. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh eMarketer, playable ads merupakan format iklan dalam aplikasi yang paling efektif menurut agensi profesional di Amerika Serikat.

Rich Media Ads

Seringkali disebut sebagai multimedia banner, format iklan ini mengandung konten interaktif berupa video, game, peta, dan sebagainya yang dapat menyajikan pengalaman pengguna dengan lebih menarik. Tujuan dari format iklan ini beragam, mulai dari mendorong suatu tindakan tertentu, misalnya install aplikasi, atau untuk meningkatkan popularitas brand.

Salah satu contohnya adalah iklan yang disajikan oleh Netflix untuk mempromosikan serial Bates Motel season 3. Dalam iklan ini, lebih dari 100 kamera digunakan untuk mengambil gambar preview untuk ditampilkan pada web banner. Dampaknya, iklan ini dapat meningkatkan jumlah penonton baru serial Bates Motel di Netflix sebesar 49%.

Menentukan format iklan terbaik memang penting. Tetapi materi kreatif dalam konten tetap menjadi hal yang utama untuk dapat mendorong pengguna untuk mengklik iklan yang kita pasang. Dengan bantuan dari attribution provider, Anda dapat mengukur kinerja materi iklan untuk mengidentifikasi materi kreatif yang paling sesuai bagi audiens Anda, dengan tujuan meningkatkan konversi. Lakukan pula A/B testing pada materi iklan Anda untuk mengetahui format, gambar, teks, dan konten lainnya yang paling relevan dan disukai oleh audiens Anda.

Setelah menentukan format iklan yang tepat, Anda dapat melanjutkan untuk mempelajari mengenai cara kerja tracking dan pengukuran kinerja iklan. Anda dapat membaca informasinya secara lengkap dalam Back to Basics – Panduan Adjust untuk Pemasaran Seluler di Tahun 2020 yang dapat Anda unduh secara gratis.

Disclosure: Artikel ini adalah konten bersponsor yang didukung oleh Adjust

Panduan Dasar Memulai Mobile Marketing (Bagian 2)

Dalam artikel sebelumnya, kita telah membahas mengenai manfaat mobile marketing dan langkah awal dalam menjalankannya, mulai dari menentukan objektif dan mengatur KPI. Dalam artikel bagian kedua ini, kita akan melanjutkan pembahasan soal cost model. Artikel seputar mobile marketing ini kami rangkum dari Back to Basics – Panduan Adjust untuk Pemasaran Seluler di Tahun 2020.

Model Biaya (Cost Model)

Pada artikel sebelumnya di bagian KPI, kita telah membahas beberapa jenis model biaya, antara lain Cost per Acquisition (CPA), Cost per Install (CPI), dan sebagainya. Selain untuk menentukan KPI, memahami berbagai jenis model biaya merupakan hal yang sangat penting. Sebab hal ini berkaitan dengan langsung dengan salah satu elemen penting dalam sebuah bisnis, yaitu anggaran biaya dan pengeluaran. Memahami model biaya dapat membantu kita untuk mengoptimalkan biaya operasional perusahaan agar lebih efektif dan efisien.

Pada pembahasan kali ini, kita akan mengetahui lebih dalam mengenai berbagai model biaya yang ada dalam mobile marketing.

Cost per Click (CPC)

Cost per Click adalah model biaya di mana pemasang iklan akan membayar setiap pengguna melakukan klik iklan dalam sebuah aplikasi. Jika kampanye CPI lebih umum digunakan, kampanye CPC ini merupakan sebuah opsi. Harga yang harus dibayarkan bervariasi dan bergantung pada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil, antara lain faktor geografis (wilayah tempat kampanye dijalankan), kategori aplikasi (jenis aplikasi yang diiklankan), publisher (yang menangani penempatan kampanye), serta pengembang dari aplikasi yang menjadi tempat iklan Anda terpasang.

Cost per Install (CPI)

Model biaya ini paling umum digunakan dalam mobile marketing. Tujuan utamanya adalah mengeluarkan sejumlah biaya agar pengguna mau menginstall aplikasi yang dimiliki. Biaya ini juga bergantung pada aplikasi, nilai pengguna, serta tindakan mereka di aplikasi. Misalnya aplikasi game yang menjual barang virtual dengan harga murah sebaiknya mengeluarkan biaya lebih rendah untuk kampanye jenis ini. Sebab pengeluaran atau belanja per pengguna dalam aplikasi tersebut juga tergolong kecil. Beda halnya dengan aplikasi dengan kemungkinan transaksi pengguna bernilai tinggi, misalnya aplikasi pemesanan tiket pesawat, aplikasi belanja, dan sebagainya.

 Cost per Mille (CPM)

Penggunaan model biaya ini berdasarkan pada setiap 1.000 kali iklan Anda ditayangkan. Model ini biasa digunakan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan sebuah brand, atau kampanye yang berfokus menjangkau audiens dengan cakupan luas, tanpa ada CTA (call to action) atau dorongan untuk melakukan suatu tindakan yang spesifik (misalnya unduh aplikasi, mengisi formulir, dan sebagainya). Harga yang ditawarkan dalam menjalankan kampanye model ini juga sangat bervariasi, mulai dari yang sangat murah hingga sangat mahal.

Cost per Action (CPA)

Tujuan dari kampanye dengan model biaya ini adalah untuk mendorong pengguna untuk melakukan dan menyelesaikan satu tindakan tertentu yang menghasilkan nilai dalam prosesnya. Tindakan yang diperlukan bergantung pada kategori aplikasi dan sasaran bisnis Anda. Jika Anda memiliki aplikasi game, tujuannya mungkin untuk mengarahkan pengguna untuk membeli mata uang dan koin virtual. Jika Anda memiliki aplikasi hiburan, maka tindakan tersebut kemungkinan terkait dengan berlangganan suatu layanan atau mendaftar menjadi member untuk mendapatkan notifikasi. Atau jika Anda memiliki aplikasi e-commerce, jelas tujuannya adalah untuk melakukan transaksi atau berbelanja lewat platform yang Anda miliki. Apapun pilihan yang Anda gunakan, selalu ada manfaat tambahan. Anda juga dapat merasakan langsung ROI (return on investment) secara nyata. Harga yang perlu dibayarkan tidak selalu pasti, serta dapat merupakan gabungan dari beberapa kampanye. Misalnya jumlah dari biaya yang dikeluarkan untuk seorang pengguna menginstall aplikasi ditambah biaya untuk mendorong pengguna tersebut melakukan pembelian pertama dalam aplikasi yang dimiliki.

Effective Cost per Action (eCPA)

Metrik ini mengukur efektivitas inventaris iklan yang dibeli oleh pengiklan atau pengembang aplikasi melalui cost per click, cost per impression, atau cost per thousand basis. Dengan kata lain, eCPA memberi tahu pengiklan berapa yang akan mereka bayar jika mereka membeli inventaris iklan berdasarkan CPA.

Dengan mempelajari cost model ini, Anda dapat merencanakan berbagai kampanye mobile marketing dengan strategi biaya yang lebih baik. Dengan pengukuran metrik yang tepat, Anda dapat melihat bagaimana kampanye mobile marketing Anda berjalan dan seberapa baik hasilnya. Ketika ada sebuah kampanye berjalan dengan biaya tinggi namun dengan hasil yang tidak memuaskan, Anda dapat menganalisis hal apa yang membuat kampanye tersebut tidak efektif (misalnya desain, copywriting, targeting, dan sebagainya), dan segera mengganti hal yang diperlukan, atau bahkan menghentikan kampanye tersebut.

Setelah mempelajari cost model, masih ada beberapa langkah yang perlu Anda lakukan. Langkah selanjutnya akan kami paparkan dalam artikel berikutnya, atau dapat Anda baca secara lengkap dalam Back to Basics – Panduan Adjust untuk Pemasaran Seluler di Tahun 2020 yang dapat Anda unduh secara gratis.

Disclosure: Artikel ini adalah konten bersponsor yang didukung oleh Adjust.

Panduan Dasar Memulai Mobile Marketing (Bagian 1)

Pemasaran dalam sebuah bisnis merupakan hal yang krusial. Bahkan sering dianggap sebagai senjata utama bagi sebuah perusahaan dalam menjangkau masyarakat, guna memperkenalkan produk serta meyakinkan orang untuk menggunakan produknya. Dengan berkembangnya teknologi, dunia pemasaran pun ikut berkembang. Selain fenomena pergeseran dari pemasaran konvensional menjadi digital marketing, tingginya penggunaan smartphone di masyarakat dunia juga mengakibatkan munculnya jenis pemasaran baru yang lebih spesifik, yaitu mobile marketing.

Saat ini, banyak orang bergantung pada smartphone mereka untuk berbagai aspek kehidupan. Mulai dari mencari informasi, berinteraksi dengan brand, memilih produk yang mereka suka, hingga melakukan berbagai transaksi keuangan, termasuk membeli dan membayar sejumlah uang untuk produk yang mereka pilih. Tidak salah jika disebutkan bahwa mobile marketing adalah raja. Sebab penggunaan smartphone saat ini telah melampaui saluran lain seperti desktop, apalagi televisi. Maka, mobile marketing adalah sarana terbaik bagi brand untuk menjangkau penggunanya.

Lewat artikel ini, kami akan membahas berbagai langkah-langkah dasar dalam memulai mobile marketing yang kami rangkum dari Back to Basics – Panduan Adjust untuk Pemasaran Seluler di Tahun 2020.

Menentukan Objektif Pemasaran

Sebelum memulai sebuah kegiatan pemasaran, sangat penting untuk menentukan objektif alias tujuan umum yang ingin kita capai. Sebab dengan objektif yang berbeda, langkah dan strategi yang dijalankan pun akan berbeda. Metrik dan parameter keberhasilan yang perlu diukur juga berbeda. Secara garis besar, terdapat dua objektif yang dapat anda pilih, yaitu branding campaign dan performance campaign.

Branding Campaign

Apabila objektif utama kita adalah branding, maka tujuan utamanya adalah meningkatkan wawasan masyarakat terhadap brand yang kita miliki. Metrik utama yang dapat diukur ketika kita menjalankan sebuah kampanye pemasaran jenis ini adalah berapa kali iklan kita muncul dan berapa orang yang melihat iklan kita. Model penetapan harga untuk kampanye ini adalah berdasarkan views. Branding campaign umumnya dijalankan secara terprogram agar dapat menyesuaikan dengan segmentasi target dan anggaran yang dimiliki.

Performance Campaign

Apabila objektif utama kita adalah konversi (misalnya pembelian produk, download aplikasi, atau mengisi formulir data pribadi), berarti yang dilakukan adalah performance campaign. Metrik yang perlu diukur adalah hasil akhir dari kampanye pemasaran tersebut. Performance campaign umumnya dijalankan lewat jaringan iklan agar lebih tepat persebarannya. Setelah menentukan objektif, maka selanjutnya kita dapat mengatur indikator kinerja alias KPI.

Pengaturan KPI

Dalam digital marketing, banyak sekali istilah dan singkatan untuk metrik yang dapat diukur dan menentukan keberhasilan sebuah kegiatan pemasaran, sekaligus menjadi indikator kinerja bagi Anda, antara lain sebagai berikut.

  • Active Users (DAU, WAU, MAU) – total pengguna aktif yang menggunakan aplikasi Anda dalam jangka waktu tertentu (daily-harian, weekly-mingguan, monthly-bulanan).
  • Cost per Acquisition (CPA) – biaya rata-rata yang dikeluarkan untuk mengakuisisi satu orang pengguna.
  • Cost per Install (CPI) – biaya rata-rata yang dikeluarkan untuk menghasilkan satu kali install aplikasi.
  • Cost per Mille (CPM) – biaya rata-rata yang dikeluarkan oleh sebuah iklan untuk mendapatkan 1.000 impression.
  • Click-Through Rate (CTR) – tingkat orang yang melakukan klik pada iklan Anda. Metrik ini juga dapat menunjukkan seberapa efektif tampilan iklan Anda bagi audiens.
  • Conversion Rate – tingkat persentase pengguna yang menyelesaikan tindakan yang diinginkan (membeli barang, mendaftar, menginstal aplikasi, dan sebagainya).
  • Retention Rate – tingkat persentase pengguna yang tetap menggunakan aplikasi setelah beberapa hari menginstal.
  • Churn Rate – kebalikan dari retention rate, yaitu tingkat persentase pengguna yang berhenti menggunakan aplikasi Anda.
  • Uninstall – berkaitan dengan churn rate, yaitu mengukur berapa banyak pengguna melakukan uninstall aplikasi Anda dan kapan mereka melakukannya.
  • Lifetime Value (LTV) – prediksi keuntungan berdasarkan keberlanjutan penggunaan aplikasi oleh pengguna. Pengukuran didasarkan pada banyaknya pengguna dan dana yang mereka belanjakan dalam aplikasi.
  • Return on Investment (ROI) – mengukur dan mengevaluasi efisiensi efektivitas kegiatan pemasaran dengan membandingkan biaya yang dikeluarkan dengan pemasukan yang didapatkan.
  • Return on Ad Spend (ROAS) – bagian dari ROI yang secara spesifik mengukur biaya yang dikeluarkan untuk iklan dan pemasukan yang didapatkan.
  • Average Revenue per User (ARPU) – Mengukur rata-rata pemasukan yang didapatkan dari pengguna selama periode waktu tertentu.
  • Average Revenue Per Daily Active User (ARPDAU) – Mengukur rata-rata pemasukan yang didapatkan dari pengguna aktif harian. Metrik ini juga dapat membantu Anda melihat seberapa efektif monetisasi yang dilakukan, baik dari iklan maupun pembelanjaan dalam aplikasi (in-app purchasing/IAP)
  • Re-engagement Rate – tingkat engagement yang kembali didapatkan dari pengguna dalam kampanye remarketing

Penentuan KPI yang tepat bagi setiap kegiatan pemasaran dapat memberikan dampak yang besar dalam mobile marketing. Analisis KPI secara berkala juga dapat menjadi acuan untuk menyesuaikan strategi pemasaran secara cepat, misalnya dengan menghentikan langkah yang dirasa tidak efektif, atau menambah investasi pada langkah yang efektif.

Setelah KPI ditentukan, masih ada beberapa tahapan yang perlu Anda lakukan saat mulai menjalankan mobile marketing. Langkah selanjutnya akan kami paparkan dalam artikel berikutnya, atau dapat Anda baca secara lengkap dalam Back to Basics – Panduan Adjust untuk Pemasaran Seluler di Tahun 2020 yang dapat Anda unduh secara gratis.

Disclosure: Artikel ini adalah konten bersponsor yang didukung oleh Adjust.

Pembaruan Strategi Pemasaran Daring di Ponsel akan Jadi Bahasan Utama di Forum MMA Impact Indonesia 2019

Forum Mobile Marketing Association (MMA) Impact Indonesia 2019 akan segera diselenggarakan untuk mendiskusikan secara detail mengenai masa depan pemasaran digital. Acara akan berlangsung pada 3 Oktober 2019 di Ritz-Carlton Mega Kuningan, Jakarta.

Dengan tema “Build The Future”, MMA Impact Indonesia 2019 akan menyoroti seputar bagaimana pemasaran dalam ponsel didefinisikan ulang – serta akan menyoroti tren-tren digital yang berkembang dengan pesat sehingga para pelaku pemasaran dan periklanan dapat meningkatkan efektivitas dalam menyampaikan pesan komunikasi dan unggul dalam kompetisi dalam menjangkau konsumen di media digital.

Country Manager MMA Indonesia Shanti Tolani dan Managing Director MMA Asia Pacifik Rohit Dadwal juga akan bergabung menyampaikan pembahasan mengenai hasil penelitian kognisi dari Amerika Serikat terkait dengan pemasaran digital dan lanskap penipuan iklan digital di Indonesia. Selain itu, 30 pemimpin perusahaan terkemuka di Indonesia dijadwalkan turut berbagi pengetahuan mereka mengenai seluk beluk dan peluang pemasaran digital di Indonesia.

“MMA telah melakukan penelitian Cognition Neuroscience untuk memahami bagaimana konsumen memproses informasi ketika terpapar iklan di ponsel. Hasil riset ini sangat menarik bahwa iklan di ponsel ternyata sudah memicu reaksi emosi dalam waktu kurang dari satu menit. Ini merupakan pengetahuan baru di dunia pemasaran, sebagaimana dipaparkan oleh Wall Street Journal dan akan kami paparkan untuk pertama kalinya di Indonesia,” ujar Shanti Tolani.

Selain yang sudah disebutkan, pembicara lainnya di forum MMA Impact Indonesia 2019 adalah Umesh Phadke (President Director L’Oreal Indonesia), Hemant Bakshi (President Director Unilever Indonesia), Noerman Taufik (CEO Infomo Indonesia), Lucjan Exner (Global Sales Manager Opera), Krishna Nugraha (Internet Marketing Lead Tokopedia), Sutanto Hartono (Managing Director of EMTEK), Surayot Aimlaor (Head of Marketing TikTok SEA), Gautam Kotwal (Chief Data Officer Gojek), dan masih banyak lainnya.

Rangkaian acara akan diikuti oleh penghargaan tahunan SMARTIES Indonesia Awards 2019. SMARTIES Awards merupakan pengakuan global untuk komunitas pemasaran digital di seluruh dunia yang dapat menggabungkan pemikiran terbaik mengenai pemasaran di dalam satu platform setiap tahunnya untuk mengenali dan merayakan bakat, kreativitas dan inovasi teknologi dalam industri pemasaran. Informasi lebih lanjut mengenai MMA Indonesia SMARTIES Award 2019 dapat diakses di laman https://www.mmaglobal.com/indonesia.

Disclosure: DailySocial merupakan media partner Mobile Marketing Association (MMA) Impact Indonesia 2019

“Ad Fraud” di Indonesia Bisa Rugikan 1,7 Triliun Rupiah Sepanjang Tahun 2019

Mobile Marketing Association (MMA), bersama Integral Ad Science (IAS) merilis hasil survei bertajuk “Ad Fraud, Brand Safety & Viewability Whitapaper”, mengestimasi potensi ad fraud (penipuan iklan) di sisi pemasaran digital di Indonesia akan mencapai $120 juta (Rp1,7 triliun) sepanjang tahun ini.

Angka estimasi ini berasal dari gabungan data antara IAS dan eMarketer. Indonesia menjadi negara target kedua untuk penipuan iklan di ASEAN, setelah Thailand, lantaran skala dan volume pembelanjaan iklan yang signifikan. Disebutkan belanja iklan digital di Indonesia bakal menyentuh angka $639,9 juta. Satu per lima dari angka ini akan masuk ke kanal pemasaran iklan digital.

Secara global, potensi penipuan iklan diestimasi mencapai $42 miliar dari pengeluaran iklan, di Asia Pasifik sendiri sebesar $17 juta. Adapun anggaran belanja iklan digital akan meningkat dari $280 miliar di 2018 menjadi $330 miliar di 2019.

“Di negara ini, industri yang menjadi target penipuan iklan adalah para pengguna terbesar dalam pemasaran digital dan seluler. Mereka adalah pemain e-commerce, fintech, FMCG, dan gaming,” terang Country Manager MMA Indonesia Shanti Tolani, Kamis (8/8).

Angka taksiran ini pertama kalinya muncul di Indonesia. MMA akan membawa survei yang sama untuk negara lainnya di mana MMA beroperasi, setelah diklaim sukses di India. Tujuannya untuk meningkatkan kesadaran para stakeholder (pengiklan, publisher, agensi) tentang penipuan iklan dan mencari solusinya untuk mengurangi dampak kerugian.

Managing Director Asia Tenggara IAS Laura Quigley menjelaskan, ad fraud adalah segala aktivitas yang disengaja untuk mencegah iklan tersampaikan untuk orang, waktu, dan tempat yang tepat.

Teknik penipuan iklan ini bermacam-macam, ada yang berupa pixel stuffing, ad stacking, location fraud, cookie stuffing, user-agent spoofing, domain spoofing, dan lain-lain. Namun yang paling umum adalah nonhuman traffic dan domain spoofing.

“Hacker menciptakan bot untuk menjelajahi situs, mengklik iklan, memutar video dan melakukan pencarian, yang semuanya untuk meningkatkan traffic agar menghasilkan lebih banyak uang. Bot ini adalah virus yang dipasang tanpa sadar di komputer dengan cara yang tidak diketahui pengguna,” terangnya.

Ad fraud merupakan fenomena kompleks yang melibatkan hacker, pasar gelap software, traffic brokers, dan publisher yang belum teredukasi dengan baik mengenai apa yang terjadi. Biasanya kejadian ini terjadi di negara dengan penegakan kejahatan siber yang lemah.

Akibatnya, harus ada langkah proaktif untuk menghindari penipuan ini daripada mengandalkan hukum pidana. Solusi yang bisa dipakai adalah analisis perilaku dan jaringan dengan menggunakan data science untuk mempelajari user, analisis perangkat, dan pengintaian yang ditargetkan.

Setelah melakukan mitigasi pun, penipuan iklan ini tidak bisa semata-mata hilang sampai 0%. Tolak ukurnya sekitar 0,4%-0,5% mewakili kesuksesan campaign yang dijalankan dengan strategi mitigasi penipuan. Dibandingkan campaign yang tidak didukung tindakan mitigasi, risiko terkena penipuan berkisar di angka 9,5%-14,9%. Ini mencerminkan rata-rata di global.

Kesadaran stakeholder di Indonesia masih minim

Dalam whitepaper ini juga diterangkan bahwa kesadaran para stakeholder di Indonesia mengenai penipuan iklan masih minim. Dari survei yang dilakukan pada kuartal pertama 2019, sebanyak 33% pemasar masih rendah pengertiannya terhadap penipuan iklan untuk pembelanjaan iklan mereka.

Maksudnya, pengetahuan ini mencakup sistem monitoring dari cara brand ditayangkan di media dan bagaimana penayangan tersebut diukur masih rendah. Dengan demikian, ada kebutuhan untuk meningkatkan transparansi dari mitra media mereka.

“Hal ini penting bagi masing-masing pemangku kepentingan pada ekosistem ini untuk mengedukasi dan terus berusaha mengatasi isu tersebut. Di situlah MMA memberikan kontribusi pada industri periklanan, terkait penipuan iklan dan brand safety, Indonesia baru saja memulai perjalanannya,” ujar Shanti.

Pasalnya, penipuan iklan ini bisa berujung pada terancamnya keamanan nama brand (brand safety) itu sendiri ketika beriklan di konten-konten yang selaras dengan gambar, nilai, dan pesan brand. Halaman situs yang aman buat brand sebenarnya membantu pengiklan mencapai tujuan mereka dalam mengakuisisi konsumen.

Kesalahan tempat beriklan di laman yang tidak patut akan menggangu citra brand, bahkan makin parahnya sampai diboikot oleh konsumen. Kejadian ini biasanya terjadi ketika brand membayar media placement yang tidak sengaja disajikan disamping konten yang kontroversial.

Ada 11 kategori konten utama, menurut Interactive Advertising Bureau (IAB) yang diidentifikasi berisiko buat brand dan perlu dihindari. Mereka diantaranya konten dewasa, memfasilitasi aktifitas ilegal, subjek kontroversial, obat-obatan terlarang, memuat kebencian, dan lainnya.

Perlu ditekankan di sini, dampak dari penipuan iklan ini sebenarnya mengarah langsung kepada para stakeholder, mulai dari brand, publisher, dan agensi. Belanja iklan yang mereka gelontorkan tidak setara dengan hasil yang didapat karena angka impresi yang didapat tidak murni sama sekali.

End user pada umumnya tidak merasakan dampak ini sama sekali. Hanya saja, kemungkinan besar terganggunya perputaran siklus konsumen yang mencakup akuisisi dan engagament/re-engagement. Seringkali, brand hanya fokus pada akuisisi pelanggan saja tanpa memperhatikan cara retensi yang efektif.