Razer Luncurkan Mouse dan Keyboard Wireless Non-Gaming

Produk-produk bikinan Razer selama ini identik dengan warna hitam, hijau, dan RGB. Namun seperti yang bisa kita lihat pada gambar di atas, keyboard dan mouse wireless terbaru Razer itu malah berwarna putih bersih dengan aksen abu-abu. Apakah filosofi desain Razer sudah bergeser? Tidak. Warna tersebut dipilih karena keduanya tidak termasuk dalam kategori periferal gaming.

Lihat saja mouse-nya, yang dari bentuk dan scroll wheel berbahan logamnya tampak banyak terinspirasi oleh Logitech MX Master 3, salah satu mouse terbaik bagi yang ingin memaksimalkan produktivitas. Di mata saya, desainnya kelihatan seperti hasil perkawinan Razer DeathAdder dan Razer Basilisk. Namun sebenarnya mouse bernama lengkap Razer Pro Click ini merupakan hasil kolaborasi Razer bersama perusahaan ahli ergonomi asal kota New York, Humanscale.

Seperti kebanyakan mouse Razer lain, sisi kiri dan kanan Pro Click juga memiliki lapisan bertekstur agar semakin mantap digenggam. Satu elemen desain yang saya paling suka, terutama jika dibandingkan dengan Logitech MX Master maupun Logitech M720 Triathlon (yang saya pribadi sudah pakai sejak lama, bahkan saat artikel ini ditulis pun), adalah tombol klik kiri dan kanan yang memiliki cekungan mengikuti kontur jari.

Berdasarkan pengalaman saya menggunakan Razer DeathAdder selama bertahun-tahun, cekungan di tombol benar-benar bisa memberikan kenyamanan ekstra. Memang ini harus dirasakan sendiri langsung untuk bisa mengetahui sesignifikan apa perbedaannya.

Di balik tombol tersebut, bernaung switch dengan klaim ketahanan hingga 50 juta kali klik. Secara total, Pro Click mengemas 8 tombol yang semuanya programmable via software Razer Synapse (software yang sama seperti yang Razer siapkan untuk melengkapi lini mouse gaming-nya), termasuk scroll wheel-nya yang selain dapat diklik, juga bisa diklik ke kiri atau kanan seperti Logitech M720 Triathlon – sayang tidak ada opsi untuk mengatur resistensi scroll wheel-nya.

Kompatibilitas dengan Razer Synapse ini menurut saya merupakan nilai jual yang sangat penting, sebab software tersebut memang memiliki opsi pengaturan yang amat sangat komprehensif. Sebagai perbandingan, Logitech M720 Triathlon saya cuma bisa dikustomisasi menggunakan software Logitech Options, yang fitur-fiturnya tidak selengkap software Logitech G Hub yang dirancang untuk mouse gaming. Razer di sisi lain tidak membuatkan software yang berbeda untuk mouse non-gaming-nya ini.

Meski tidak masuk kategori gaming, Pro Click rupanya tetap mengemas sensor optik dengan sensitivitas agak kebablasan; maksimum hingga 16.000 DPI, tapi saya bisa membayangkan kegunaan DPI tinggi buat yang bekerja menggunakan setup multi-monitor. Kelincahannya semakin disempurnakan oleh mouse feet dengan bahan PTFE murni – kedengarannya sepele, akan tetapi mouse gaming pun tidak semuanya dilengkapi dengan fitur ini.

Terkait konektivitas, pengguna dapat memilih antara Bluetooth atau dongle wireless 2,4 GHz yang menancap ke port USB, atau dua-duanya sekaligus. Secara total, Pro Click dapat menyambung ke empat perangkat yang berbeda, dan pengguna tinggal mengklik tombol di sisi bawah mouse untuk berpindah koneksi dari satu perangkat ke yang lain, tanpa perlu menjalani proses pairing ulang.

Dalam sekali pengisian, baterainya diklaim bisa tahan sampai 400 jam pemakaian, atau sampai 200 jam kalau tersambung via dongle USB-nya. Selagi di-charge, mouse tetap bisa digunakan seperti biasa. Catatan tambahan: konektornya masih kuno alias micro USB, dan belum USB-C.

Untuk mendampingi Pro Click, Razer juga menyiapkan mouse pad Pro Glide yang dijual secara terpisah. Namun pendamping yang lebih esensial mungkin adalah keyboard bernama Razer Pro Type berikut ini.

Secara fisik, desainnya banyak mengingatkan saya pada Razer BlackWidow, tapi tanpa tombol multimedia terpisah dan palm rest. Warna putih dan backlight yang juga putih semakin memperkuat aura minimalisnya, dan Razer tidak lupa membalut tiap-tiap tombolnya dengan lapisan soft-touch agar bisa semakin nyaman dipakai mengetik.

Yang cukup menarik adalah, sebelum ini Razer sebenarnya sudah pernah meluncurkan keyboard yang lebih difokuskan untuk bekerja, yaitu BlackWidow Lite. Pro Type bisa kita anggap sebagai versi penuhnya karena dilengkapi deretan tombol numpad. Namun kemiripan keduanya berpusat pada switch yang digunakan, yakni Razer Orange Mechanical Switches yang bersifat taktil tapi senyap, serta diklaim punya ketahanan hingga 80 juta kali klik.

Seperti halnya Pro Click tadi, Pro Type juga menyambung secara wireless via Bluetooth atau dongle USB, dan juga dapat disambungkan ke empat perangkat yang berbeda. Juga sama adalah kemudahan untuk berpindah koneksi antar perangkat; cukup dengan mengklik tombol Fn + 1 atau 2 atau 3, dan tanpa mengulangi proses pairing.

Ketiga produk untuk segmen produktivitas ini sudah Razer pasarkan sekarang juga. Di Amerika Serikat, mouse Razer Pro Click dibanderol seharga $100, keyboard Pro Type seharga $140, dan mouse pad Pro Glide seharga $10.

Sumber: Razer.

Mouse Wireless Corsair Dark Core RGB Pro Diklaim Lebih Responsif Daripada Mouse Berkabel

Problem utama mouse wireless biasanya adalah seputar latency. Untuk penggunaan secara umum, efeknya mungkin tidak begitu terasa, tapi kalau untuk gaming, peran latency sangatlah vital. Di game kompetitif, latency tinggi bisa berujung pada kekalahan karena mouse terlambat merespon reaksi pemain.

Singkat cerita, mouse berkabel masih merupakan pilihan terbaik untuk urusan latency. Namun ternyata Corsair menolak anggapan tersebut. Mereka mengklaim mouse wireless terbarunya, Dark Core RGB Pro, punya latency yang lebih rendah daripada mouse berkabel.

Corsair Dark Core RGB Pro

Prestasi tersebut dicapai menggunakan kombinasi dua hal. Yang pertama adalah teknologi transmisi sinyal Slipstream Wireless bikinan Corsair sendiri. Yang kedua adalah teknologi hyper-polling, dengan polling rate sebesar 2.000 Hz. Keduanya ditandemkan untuk mewujudkan latency yang amat rendah kalau kata Corsair.

Memangnya mouse berkabel masih kurang instan responnya? Buat saya sih tidak, tapi saya juga bukan seorang gamer kompetitif, alih-alih atlet esport. Buat konsumen seperti saya, mouse ini mungkin cuma terasa sama responsifnya seperti mouse berkabel, dan itu sebenarnya sudah merupakan hal yang positif.

Lebih lanjut mengenai performanya, Dark Core RGB Pro mengemas sensor optik PixArt PAW3392 yang menawarkan sensitivitas maksimum 18.000 DPI, dan yang bisa disesuaikan per 1 DPI. Kalau diperlukan, mouse ini juga dapat dipakai via sambungan Bluetooth ataupun kabel USB-C.

Corsair Dark Core RGB Pro

Secara desain, mouse ini nyaris sama seperti pendahulunya, dengan sisi kanan yang bisa dilepas-pasang untuk menyesuaikan dengan preferensi bentuk yang disukai masing-masing pengguna. Jumlah tombolnya ada 8, dan semuanya bisa diprogram sesuai kebutuhan.

Dalam satu kali pengisian, baterai perangkat ini bisa tahan sampai sekitar 50 jam pemakaian. Buat yang mendambakan kenyamanan ekstra, ada varian Dark Core RGB Pro SE yang dibekali dukungan Qi wireless charging, yang juga kompatibel dengan wireless charging mousepad.

Di Amerika Serikat, Corsair Dark Core RGB Pro saat ini sudah dipasarkan seharga $80, sedangkan varian Dark Core RGB Pro SE seharga $90.

Sumber: Corsair.

8BitDo Luncurkan Mouse Wireless yang Terinspirasi Controller Nintendo

Mendengar nama 8BitDo sekarang, otak saya otomatis langsung memikirkan periferal bernuansa retro. Kreasi terbaru mereka semakin memantapkan anggapan tersebut. Perkenalkan 8BitDo N30, yang mungkin adalah satu-satunya mouse yang terinspirasi dari controller NES.

Mulai dari warnanya, siku-siku tajamnya, sampai tombol-tombolnya, semuanya sengaja dibuat menyerupai controller console lawas tersebut. Otak di balik rancangan yang sangat unik ini adalah desainer asal Swedia bernama Daniel Jansson. Sepuluh tahun semenjak ia menyingkap konsep mouse ini pertama kali, 8BitDo akhirnya mengajaknya berkolaborasi demi merealisasikannya.

Saya yakin ada banyak pertanyaan yang muncul di benak kita saat pertama melihat mouse ini. Saya sendiri langsung bertanya dalam hati: “Bagaimana cara scrolling halaman menggunakan mouse ini?” Secara cerdas, 8BitDo dan Daniel telah menyematkan panel 3D Touch di antara sepasang tombol merahnya, dan bagian itulah yang akan menerjemahkan input scrolling.

8BitDo N30 Wireless Mouse

Pertanyaan selanjutnya mungkin adalah seputar tombol D-Pad yang berada di sisi kiri mouse. Fungsinya ternyata mirip seperti fungsi default dua tombol ekstra di sisi gaming mouse pada umumnya, yakni untuk back dan forward, sedangkan dua sisanya untuk menggantikan tombol “Page Up” dan “Page Down” di keyboard.

Terakhir, sebagian dari kita mungkin bertanya-tanya di mana kabelnya. Tanpa harus terkejut, perangkat ini mengemas konektivitas wireless via bantuan dongle. Ini juga berarti baterainya tidak rechargeable, akan tetapi satu baterai AA diperkirakan cukup untuk menenagainya selama 100 – 120 jam pemakaian.

Buat yang jiwa retronya tergerak, 8BitDo N30 Wireless Mouse saat ini sudah bisa dibeli seharga $25.

Sumber: The Verge.

Mouse Gaming Wireless Logitech G604 Usung Segudang Pembaruan Dibanding Pendahulunya

Logitech punya mouse gaming wireless baru, G604. Suksesor langsung dari G603 ini membawa sangat banyak perubahan di beragam aspek, dan yang paling kentara adalah desain barunya.

Di mata saya, G603 yang dirilis dua tahun silam mengusung desain ergonomis yang tanggung. G604 menyempurnakannya dengan sebuah ‘sayap’ kecil di sisi kiri. Bentuknya memang berbeda dari milik Logitech MX Master 3, tapi premis yang ditawarkan sama, yakni untuk menjadi tempat bersandar ibu jari pengguna.

Logitech G604

Masih di sebelah kiri, jumlah tombolnya bertambah drastis dari yang cuma sepasang menjadi enam tombol macro pada G604, menjadikannya sangat ideal untuk game MMORPG maupun MOBA. Pada game Dota 2 misalnya, keenam tombol ini bisa diprogram untuk mengaktifkan masing-masing slot item, semuanya tanpa perlu mengandalkan keyboard satu kali pun.

Secara total, ada 15 tombol yang berbeda pada G604 yang semuanya bisa diprogram sesuai kebutuhan. Juga menarik adalah scroll wheel-nya yang bisa berganti mode antara klik-per-klik atau bergulir tanpa henti, sekali lagi mirip seperti fitur unggulan seri MX Master.

Logitech G604

Perihal performa, G604 ditenagai oleh sensor optik HERO 16K, upgrade terhadap sensor HERO generasi pertama yang diperkenalkan oleh pendahulunya. Sensor ini tak hanya menawarkan DPI maksimum hingga 16.000, tapi juga konsumsi energi yang sangat efisien.

Seirit apa? Dengan satu baterai AA saja, G604 dapat beroperasi hingga 240 jam nonstop jika menggunakan konektivitas Lightspeed (wireless berbasis dongle). Kalau yang digunakan adalah konektivitas Bluetooth, baterainya malah bisa tahan sampai 5,5 bulan.

Logitech G604

Konektivitasnya ini bisa diganti dengan satu klik tombol, dan ini berarti pengguna bisa berpindah perangkat dengan cara yang sama, sebab masing-masing tipe koneksinya bisa disambungkan dengan komputer yang berbeda; semisal Lightspeed di PC rumah, dan Bluetooth di laptop pinjaman kantor.

Logitech G604 dijadwalkan tersedia di pasaran global mulai musim semi mendatang. Harga yang dipatok jika merujuk situs resmi Logitech Indonesia adalah Rp 1.549.000.

Sumber: Logitech.

Logitech Luncurkan Mouse dan Keyboard Wireless Baru, MX Master 3 dan MX Keys

Seri mouse Logitech MX Master kerap menjadi bahan pembicaraan dalam beberapa tahun terakhir berkat kenyamanan yang ditawarkannya, mulai dari desainnya yang ergonomis, sampai sepasang scroll wheel (vertikal dan horizontal) yang begitu inovatif.

Versi keduanya, MX Master 2S menghadirkan inovasi dalam wujud scroll wheel adaptif yang dapat menyesuaikan karakteristiknya (klik-per-klik atau bergulir tanpa henti) dengan gerakan jari pengguna. Dua tahun berselang, Logitech kembali menyempurnakannya lagi lewat MX Master 3.

Logitech MX Master 3

Pada versi terbarunya ini, Logitech telah mengganti sistem mekanis yang menyokong scroll wheel-nya menjadi sistem elektromagnetis. Sifat adaptifnya tidak berubah, akan tetapi sistem baru ini diklaim menawarkan tingkat presisi 87% lebih tinggi dalam mode klik-per-klik, serta lonjakan kecepatan sebesar 90% dalam mode bergulir tanpa henti.

Fisik scroll wheel-nya juga sedikit berubah, kini tak ada lagi lapisan karet pada wujud stainless steel-nya. Scroll wheel horizontalnya juga lebih lebar dari sebelumnya, dan sepasang tombol yang sebelum ini berada di belakangnya kini telah dipindah ke bawahnya demi mempermudah akses.

Selebihnya tidak ada yang berubah, mulai dari sensor 4.000 DPI yang bisa aktif meski berada di atas permukaan kaca, kombo konektivitas Bluetooth dan USB receiver, dukungan teknologi Logitech Flow, sampai daya tahan baterai hingga 70 hari. Kabar baiknya, charging-nya kini tak lagi mengandalkan sambungan micro USB, melainkan sudah USB-C.

Logitech MX Keys

Di samping MX Master 3, Logitech turut memperkenalkan MX Keys sebagai pendamping opsionalnya. Perangkat ini sejatinya merupakan keyboard yang sama seperti Logitech Craft, tapi yang tidak dilengkapi kenop customizable di ujung kiri atasnya.

Di luar itu, MX Keys sama persis seperti Logitech Craft. Absennya switch mekanis bisa dibayar dengan rancangan tombol yang cekung, dan sistem backlight-nya tetap cerdas seperti milik Craft; bisa menyala sendiri ketika pengguna mulai memakainya, dan tingkat kecerahannya dapat menyesuaikan secara otomatis dengan kondisi pencahayaan di sekitar.

Baik Logitech MX Master 3 maupun Logitech MX Keys akan dipasarkan mulai bulan ini juga, masing-masing seharga $100. Untuk keyboard-nya, tersedia pula aksesori berupa palm rest yang detachable, yang dapat ditebus secara terpisah seharga $20.


Sumber: Logitech dan The Verge.

Razer Luncurkan Koleksi Periferal Bertema Stormtrooper

Ketika mendengar nama Razer, saya yakin yang terbayangkan di benak Anda adalah kumpulan periferal gaming dengan warna serba hitam dan hijau. Di satu sisi, hal ini terkesan konsisten, tapi di sisi lain juga cukup membosankan. Itulah mengapa Razer dari waktu ke waktu juga menyuguhkan koleksi periferal bertema khusus, macam Destiny 2 dan Overwatch.

Yang terbaru, suguhan periferal bertema khusus mereka ditujukan bagi para penggemar Star Wars. Seperti yang bisa Anda lihat pada gambar di atas, yang diangkat secara spesifik adalah Stormtrooper dengan warna khas putih beraksen hitamnya. Dalam koleksi ini, total ada tiga perangkat yang ditawarkan: keyboard BlackWidow Lite, mouse wireless Atheris dan mousepad Goliathus Extended.

Razer BlackWidow Lite - Stormtrooper Edition

BlackWidow Lite, seperti yang kita tahu, dirancang untuk memenuhi kebutuhan produktif sekaligus gaming. Arahan itu tersirat dari penggunaan switch mekanis Razer Orange yang bersifat taktil sekaligus senyap ketika diklik. Supaya tidak kelewat norak di atas meja kerja, sekaligus agar senada dengan tema Stormtrooper, backlight LED di balik masing-masing tombolnya menyala putih ketimbang RGB.

Untuk edisi khusus ini, Razer rupanya cukup perhatian terhadap detail-detail kecil yang mungkin tak kelihatan secara kasat mata. Contohnya adalah kabel braided dengan corak hitam-putih, serta lambang kubu Imperial pada tombol Esc.

Razer Atheris - Stormtrooper Edition

Beralih ke mouse-nya, Atheris sebelumnya juga Razer siapkan untuk dipakai bekerja sekaligus bermain. Wajah Stormtrooper terpampang jelas di tubuh ambidextrous-nya, dan performanya masih sama seperti Atheris standar berkat sensor optik 7.200 DPI yang diusungnya.

Terkait konektivitas wireless-nya, pengguna dibebaskan menggunakan sambungan Bluetooth atau dengan bantuan dongle 2,4 GHz-nya. Berbekal sepasang baterai AA saja, Atheris dapat digunakan selama lebih dari 300 jam.

Razer Stormtrooper Edition

Tiga periferal edisi Stormtrooper ini sekarang sudah dipasarkan dengan harga sebagai berikut:

Sumber: Razer.

Logitech Luncurkan Versi Wireless dari Salah Satu Mouse Gaming Terbaiknya

November tahun lalu, Logitech menyingkap mouse gaming G502 HERO, empat tahun sejak G502 generasi pertama diluncurkan. Desainnya tidak berubah sama sekali, masih terlihat eksentrik di mata gamer yang senang dengan tampilan minimalis dan elegan seperti saya. Namun tentu jeroannya sudah dirombak total, utamanya berkat kehadiran sensor optik baru yang jauh lebih cekatan.

Tahun ini, Logitech kembali menelurkan varian baru G502, kali ini dengan embel-embel “Lightspeed” di belakangnya. Ya, ini merupakan varian wireless dari G502 HERO yang dicintai banyak gamer, dan lagi-lagi kita bisa melihat tak ada perubahan fisik kecuali hilangnya kabel dari ujung atasnya.

Logitech G502 Lightspeed

Ini berarti semua keunggulan G502 HERO bisa kita temukan darinya, utamanya sensor High Efficiency Rated Optical (HERO) yang memiliki sensitivitas maksimum 16.000 DPI dan kecepatan tracking 400 IPS. Ketahanannya juga cukup terjamin berkat switch mekanis hasil rancangan Logitech bersama Omron.

Bagi yang sama sekali belum pernah mengenal Logitech G502, salah satu kelebihan mouse ini adalah dari aspek kustomisasi. Secara total ada 11 tombol yang dapat diprogram sesuai kebutuhan masing-masing pengguna, dan bobot mouse pun bisa diatur dengan melepas atau menambahkan pemberat ke balik pelat bawahnya.

Logitech G502 Lightspeed

Yang baru tentu saja adalah konektivitas wireless itu sendiri. Logitech menjulukinya dengan istilah Lightspeed karena responnya yang begitu cepat; waktu responnya cuma 1 milidetik, bahkan melampaui sejumlah mouse yang masih mengandalkan sambungan kabel.

Lebih lanjut, G502 Lightspeed juga kompatibel dengan Logitech PowerPlay, mousepad ajaib yang dapat terus mengisi baterai mouse wireless yang berada di atasnya. Tidak seperti Qi wireless charger yang mengharuskan perangkat berada di titik tertentu, PowerPlay mampu meneruskan aliran daya di seluruh penampangnya.

Memang tidak banyak yang dapat ditawarkan G502 Lightspeed yang belum ada di G502 HERO. Namun kalau konektivitas wireless merupakan suatu keharusan, bersiaplah menyisihkan $150 untuk meminang mouse ini.

Sumber: Logitech.

[Review] Mouse Gaming Corsair Harpoon RGB Wireless, Jagokan Kesederhanaan dan Fleksibilitas

Di ranah pengembangan aksesori gaming, inovasi ialah pedang bermata dua. Tanpanya, bidang ini tidak akan maju dan kita tak bisa menyaksikan terobosan-terobosan unik. Namun jika konsep sebuah perangkat terlalu radikal, kemungkinan besar konsumen jadi ragu buat mengadopsinya. Itu sebabnya beberapa produsen menggunakan pendekatan yang ‘lebih aman’ ketika meracik produk baru.

Boleh dibilang, arahan inilah yang diambil Corsair Components dalam mengembangkan mouse gaming Harpoon RGB Wireless. Harpoon RGB Wireless adalah versi nirkabel dari perangkat entry-level yang melakukan debutnya di kuartal terakhir 2016. Corsair tidak menerapkan banyak perubahan pada desain. Segala hal yang Anda sukai (dan tidak sukai) tentang Harpoon kembali muncul di sana. Dalam penggarapannya, produsen terlihat lebih memfokuskan perhatian pada faktor konektivitas.

Selama beberapa minggu ini, tepatnya dari sebelum 2018 berakhir, Corsair Indonesia mempersilakan saya untuk menjajal langsung periferal ini. Saya mengujinya dengan genre permainan berbeda serta menggunakannya sehari-hari buat bekerja. Dan terlepas dari simpelnya desain, dengan gembira saya katakan bahwa Harpoon RGB Wireless mampu menunaikan tugasnya secara optimal. Silakan simak ulasan lengkapnya di bawah.

 

Rancangan

Dalam puluhan tahun menikmati game di PC, mouse berdesain ambidextrous merupakan pilihan pribadi saya. Saya tidak kidal, namun mouse jenis ini biasanya punya penampilan lebih sederhana. Saya memang sempat jatuh hati pada beberapa model ergonomis, tapi umumnya mereka dibanderol di harga permium. Berita baiknya. Harpoon mengubah sentimen saya soal hal ini.

Harpoon RGB Wireless 10

Harpoon RGB Wireless 28

Seperti yang saya singgung sebelumnya, Harpoon RGB Wireless punya desain yang identik seperti versi standar. Konstruksi mouse terbuat dari bahan plastik, memiliki dimensi 115×68,3×40,4mm. Permukaan tubuhnya bertekstur kasar buat meningkatkan daya cengkeram, dipadu lapisan karet berpola segitiga di sisi kanan dan kiri. Lapisan karet juga dapat ditemukan pada bagian scroll wheel.

Harpoon RGB Wireless 30

Karena tubuhnya dirancang untuk pemakaian di tangan kanan, Harpoon RGB Wireless kurang pas buat user kidal. Kelengkapan tombolnya sendiri cukup standar. Mouse memiliki total enam tombol, termasuk tombol scroll wheel, dua thumb button dan switch DPI.

Harpoon RGB Wireless 6

Begitu dikeluarkan dari bungkusnya, Harpoon RGB Wireless tersambung ke kabel berlapis sulaman kain sepanjang 1,8-meter. Kabel ini bisa dicabut dari mouse, terhubung via port microUSB. Saat kabel dilepas, bagian belahan di scroll wheel membuatnya jadi menyerupai Scimitar Pro RGB. Lalu selain ada sistem pencahayaan RGB di punggung, LED juga dimanfaatkan sebagai indikator switch DPI, sehingga kita dapat lebih mudah mengingat setting-nya.

Harpoon RGB Wireless 23

Harpoon RGB Wireless 27

Satu aspek yang harus dimaklumi dari mouse versi nirkabel ialah bobot yang cenderung lebih tinggi dibanding model wired karena menyimpan baterai. Menariknya, Corsair tetap berhasil memastikan berat Harpoon RGB Wireless berada di bawah 100g, cuma 14g lebih berat dari Harpoon RGB (85g). Silakan lihat sisi bawahnya, Anda akan menemukan tutup kompartemen kecil untuk menempatkan dongle USB dan switch mode koneksi.

Harpoon RGB Wireless 20

 

Kualitas produk

Kepopuleran pencahayaan RGB membuat fitur ini diusung oleh banyak sekali gaming gear, termasuk varian ekonomis. Namun di beberapa model buatan tetangga, harga murah biasanya mengorbankan kualitas produk. Saya sempat membeli mouse gaming terjangkau dari brand ternama, dan menemukan betapa ringkihnya bagian samping sehingga tekanan di area itu menyebabkan thumb button jadi teregistrasi.

Harpoon RGB Wireless 22

Kabar baiknya, fenomena ini tidak terjadi pada Harpoon RGB Wireless. Tiap-tiap bagian di mouse terasa keras dan kokoh, tidak ada area yang lunak, walau bobotnya tergolong ringan. Mungkin hal yang perlu kita perhatikan adalah kebersihan lapisan karetnya. Jari berminyak dapat mengikisnya, dan saya sudah melihat sendiri kerusakan parah akibat minyak pada lapisan karet di gaming gear.

Harpoon RGB Wireless 5

Tiap tombol di Harpoon RGB Wireless mengandalkan switch Omron yang kabarnya dapat bekerja normal bahkan setelah ditekan sebanyak 50 juta kali. Sebagai perbandingan, switch Omron di Harpoon RGB standar punya daya tahan 20 juta kali klik.

Harpoon RGB Wireless 24

Dengan sederhananya desain, ringannya bobot dan absennya bagian-bagian ornamental, saya tidak khawatir saat harus memasukkan mouse dalam tas atau menggunakannya dalam sesi gaming intensif (ketika ada peluang emosi mengambil alih akal sehat). Bagian-bagian detachable seperti tutup kompartemen dongle USB dan colokan kabel ke mouse juga tetap mantap dan menggigit walaupun saya cabut-pasang berkali-kali.

Harpoon RGB Wireless 31

 

Software dan instalasi

Harpoon RGB Wireless bisa segera terbaca sistem begitu Anda menyambungkan kabelnya di port USB PC (minimal ber-Windows 7). Alternatifnya, kita tinggal mencolokkan dongle USB dan memindahkan switch ke mode nirkabel 2,4GHz atau mengoneksikannya via Bluetooth. Tapi tentu saja, agar mouse dapat bekerja optimal, pengguna disarankan untuk menginstal software iCUE (versi anyar dari Corsair Utility Engine) terlebih dulu.

Harpoon RGB Wireless 1

Begitu iCUE terpasang, ia dapat segera membaca perangkat Corsair yang ada atau tersambung di PC. Setelah membuka software ini, Anda hanya tinggal mengklik icon mouse untuk mengakses beragam fungsi di sana. Kita bisa membuat profile baru, mengonfigurasi macro, mengutak-utik pencahayaan dan pola LED, mengustomisasi setting DPI serta mengubah kecepatan pointer.

Harpoon RGB Wireless 2

Lewat iCUE, Corsair berhasil menunjukkan bahwa mereka adalah salah satu pengembang software companion terbaik. Interface-nya sangat intuitif, tidak membingungkan dan tidak menyekat fungsi-fungsinya ke menu berbeda. Bahkan untuk mereka yang pertama kali menggunakannya, semua hal tersaji ringkas.

Harpoon RGB Wireless 3

 

Aspek teknis dan pengalaman penggunaan

Jantung dari Harpoon RGB Wireless adalah sensor optik ‘gaming grade‘ PMW3325 persembahan PixArt, menyuguhkan DPI rating dari 100- sampai 10.000-dots per inch. Ketika bermain, saya jarang menggunakan setting DPI terlalu tinggi. Saat ulasan ini ditulis, saya merasa nyaman memakai 1.500DPI baik untuk bekerja maupun bermain. Namun kapabilitas ini memperlihatkan fleksibilitas dan kesiapan mouse menunjang beragam karakteristik pengguna.

Harpoon RGB Wireless 9

Harpoon RGB Wireless 26

Harpoon RGB Wireless memang diprioritaskan untuk menangani permainan-permainan first-person shooter. Dari pengalaman memakainya, mouse mampu membaca gerakan dengan tanggap, serta melacak secara akurat dan (yang terpenting) konsisten – dibantu oleh mouse feet berbahan polytetrafluoroethylene. Sensitivitas tinggi bisa bermanfaat jika Anda benar-benar membutuhkan responsitivitas, misalnya ketika melakukan serangan jarak dekat; sedangkan sensitivitas rendah sangat membantu meningkatkan akurasi, terutama saat memburu lawan berbekal senapan penembak jitu.

Harpoon RGB Wireless 18

Permainan-permainan yang saya gunakan buat menguji Harpoon RGB Wireless meliputi Shadow of the Tomb Raider sebagai perwakilan dari genre action secara umum, game action-RPG Monster Hunter: World, dan Titanfall 2, shooter yang menuntut presisi dan responsivitas tinggi.

Harpoon RGB Wireless 15

Saya sama sekali tidak menemui masalah dalam Shadow of the Tomb Raider dan Monster Hunter: World. Tapi berdasarkan pengalaman sebelumnya, senyaman-nyamannya mouse baru, saya tetap membutuhkan proses adaptasi ketika bermain game multiplayer kompetitif bertempo cepat. Mengejutkannya, Harpoon RGB Wireless terasa seperti perpanjangan tangan saya sendiri dari awal menikmati Titanfall 2.

Harpoon RGB Wireless 13

Tidak ada bagian yang menonjol aneh atau bentuk-bentuk canggung. Saya adalah seorang pengguna mouse dengan kebiasaan menggenggam gaya cakar (claw grip). Postur ini – ditambah lagi mungilnya tangan saya – mengakibatkan jangkauan jari jadi lebih pendek. Meski demikian, saya bisa mencapai semua tombol di mouse tanpa kesulitan, terutama dua thumb button. Mengangkat mouse juga mudah, cukup berbekal jempol, jari manis dan kelingking.

Harpoon RGB Wireless 29

Mungkin sedikit keluhan saya pada thumb button adalah, dua bagian di sana sulit dibedakan karena konturnya serupa. Akhirnya, saya enggan menaruh fungsi krusial game di thumb button depan karena sering tertukar dengan tombol di sebelahnya.

Harpoon RGB Wireless 19

Mouse gaming ini menyediakan tiga mode penggunaan, yakni via kabel, nirkabel di frekuensi 2,4GHz ‘Slipstream’ menggunakan dongle, dan Bluetooth LE 4.2 (dengan latency 7,5-milidetik). Sebagian orang mungkin akan berargumen bahwa wired merupakan jenis koneksi terbaik buat gaming. Namun saya tidak menemui kendala ketika bermain terlepas dari mode yang sedang digunakan. Malah tanpa kabel, pemakaian mouse jadi lebih bebas dari keribetan.

Harpoon RGB Wireless 21

Saat baterai terisi penuh, mode wireless Slipstream Wireless 2,4GHz siap menyajikan sesi gaming selama 30 jam. Durasi bisa meningkat jadi 40 jam di mode Bluetooth. Ingin lebih hemat? Aktifkan Power Saving Mode untuk mematikan segala LED dan mendongkrak daya tahan baterai hingga 60 jam. Mouse turut dilengkapi memori internal sehingga setting yang sudah Anda buat tidak akan hilang meski disambungkan ke unit PC berbeda.

Harpoon RGB Wireless 4

 

Konklusi

Perlu kembali kita sadari bahwa di ranah gaming gear, tidak ada produk yang bisa menjadi solusi atas kebutuhan seluruh konsumen. Perangkat gaming ideal sangat bergantung dari kebiasaan, preferensi, dan modal pengguna. Walau begitu, saya tidak segan memasukkan Harpoon RGB Wireless ke daftar rekomendasi mouse gaming, khususnya bagi penggemar permainan action dan shooter yang menginginkan periferal ringkas, andal, serta ditunjang fitur-fitur gaming esensial.

Harpoon RGB Wireless  memperlihatkan pada kita bahwa desain yang sederhana masih tetap bisa menawarkan fleksibilitas pemakaian. Di sana ada dua mode nirkabel, dan jika Anda masih belum yakin dengan performa koneksi wireless, mode wired setia menanti. Keleluasaan tersebut membuatnya bukan hanya dapat dimanfaatkan sebagai gaming gear, tapi juga perangkat bekerja: colok dongle di laptop, dan Anda tidak akan direpotkan lagi oleh kabel.

Harpoon RGB Wireless 25

Tapi meski Harpoon RGB Wireless bisa jadi pertimbangan untuk mereka yang belum mempunyai mouse khusus gaming, saya pikir belum ada alasan kuat bagi pemilik Harpoon standar buat beralih ke varian nirkabel ini. Desain dan konstruksinya identik, dan mereka sama-sama didukung iCUE.

Harpoon RGB Wireless 17

Aspek harganya sendiri mungkin dapat membuat calon konsumen jadi ragu membelinya. Ketika Harpoon RGB standar saat ini bisa Anda peroleh dengan mengeluarkan uang kisaran Rp 350 ribu, harga saudara nirkabelnya jauh lebih tinggi, dibanderol Rp 825 ribu.

 

Sparks

  • Ergonomis dan nyaman
  • Sangat ideal untuk menikmati game FPS dan action
  • Instalasi mudah
  • Memilih mode juga simpel
  • Dukungan iCUE secara menyeluruh

Slacks

  • Desainnya tidak pas digunakan oleh gamer kidal
  • Segala hal yang (mungkin) Anda tidak sukai dari Harpoon RGB muncul lagi di sana
  • Harganya jauh lebih mahal dari versi berkabel

Mouse Gaming SteelSeries Rival 650 Wireless Cuma Perlu Di-Charge Selama 15 Menit

SteelSeries Rival 600 yang dirilis bulan Januari lalu membuat gebrakan di kategori mouse gaming dengan sepasang sensor optik; satu menawarkan tracking satu banding satu yang amat presisi, satu lagi bertugas memonitor pergerakan mouse selama terangkat dari permukaan.

Hasilnya adalah sebuah mouse yang sangat ideal untuk para gamer kompetitif. Lalu yang menjadi pertanyaan, apa lagi yang bisa dilakukan SteelSeries untuk semakin menyempurnakan mouse tersebut? Gampang, potong saja kabelnya dan jadikan ia wireless.

SteelSeries Rival 650 Wireless

Maka lahirlah SteelSeries Rival 650 Wireless. Dari bentuknya sudah kelihatan kalau ia merupakan versi tanpa kabel dari Rival 600, dan ternyata spesifikasi yang diusung sama persis, mencakup sistem sensor ganda TrueMove3+ itu tadi.

Namun sebatas wireless saja pastinya kurang ketika ada penawaran yang tak kalah inovatif dari kompetitor, macam Logitech PowerPlay misalnya, yang pada dasarnya merupakan wireless charger untuk mouse. Dalam konteks itu, SteelSeries sudah menyiapkan alternatifnya, yakni fast charging.

SteelSeries Rival 650 Wireless

Selama port USB yang ditancapi mendukung fast charging, Rival 650 bisa di-charge dengan luar biasa cepat. SteelSeries mengklaim 5 menit pengisian mampu memberikan daya baterai yang cukup sampai lebih dari 3 jam pemakaian, sedangkan 15 menit pengisian malah bisa menyuplai daya untuk dipakai sampai lebih dari 10 jam.

Saat terisi penuh, baterainya bisa tahan sampai sekitar 24 jam penggunaan. Ini juga dipengaruhi oleh penggunaan sistem wireless yang efisien, dengan polling rate 1.000 Hz dan latency yang amat minim di angka 1 milidetik.

SteelSeries Rival 710 / SteelSeries
SteelSeries Rival 710 / SteelSeries

Di samping Rival 650, SteelSeries turut mengungkap Rival 710 yang merupakan suksesor dari mouse modular mereka. Rival 710 masih mempertahankan sejumlah keunikan pendahulunya, di antaranya layar OLED kecil di samping kiri dan notifikasi getar.

Yang berubah adalah penggunaan sensor TrueMove3 yang menawarkan tracking satu banding satu, serta switch mekanis yang diklaim tahan hingga 60 juta klik. Selebihnya, Rival 710 masih sama seperti Rival 700.

Keduanya saat ini sudah dipasarkan dengan harga sebagai berikut: Rival 650 Wireless $120 dan Rival 710 $100.

Sumber: SteelSeries.

Razer Ramaikan IFA 2018 dengan Headset, Keyboard, dan Mouse Wireless Gaming Baru

Ajang tahunan IFA memang tidak pernah menjadi junjungan produsen perangkat gaming, akan tetapi hal itu tidak mencegah Razer memperkenalkan trio periferal gaming terbarunya: headset Razer Kraken Tournament Edition, keyboard Razer BlackWidow Elite, dan mouse Razer Mamba Wireless.

Berhubung ketiganya bukan produk yang benar-benar baru, saya akan berfokus membahas pembaruan atau penyempurnaan yang diusung masing-masing dibandingkan pendahulunya.

Razer Kraken Tournament Edition

Razer Kraken Tournament Edition

Headset berwarna hijau mencolok ini diklaim sebagai yang pertama mengemas teknologi THX Spatial Audio, yang mampu menyimulasikan suara 360 derajat dengan akurasi yang terjamin guna meningkatkan kesadaran pemain, khususnya pada gamegame kompetitif. Performanya sendiri ditunjang oleh sepasang driver 50 mm, dengan intensitas bass yang dapat disesuaikan melalui controller USB.

Di sektor kenyamanan, Razer telah membenamkan gel pendingin di balik bantalan memory foam Kraken agar pemain tetap nyaman dalam durasi yang lama. Juga unik adalah ceruk kecil di dalam bantalan (tidak kelihatan dari luar) yang berfungsi untuk menyangga kacamata sehingga bagian pelipis mata pemain tidak cepat lelah.

Lebih nyaman, lebih customizable, dan lebih jago soal positional audio, Razer Kraken Tournament Edition akan dipasarkan seharga $100 mulai bulan September ini juga.

Razer BlackWidow Elite

Razer BlackWidow Elite

Sejak meluncur pertama kali di tahun 2010, desain Razer BlackWidow baru berubah cukup drastis tahun lalu. Untuk model Elite ini, Razer telah menambahkan tiga tombol media di ujung kanan atas, lengkap beserta sebuah kenop multi-fungsi yang dapat diprogram sesuai kebutuhan; bisa untuk menyesuaikan volume, tingkat kecerahan layar, maupun untuk fungsi-fungsi dalam game.

Masih seputar kontrol, semua tombolnya kini dapat diprogram sesuai keinginan, sehingga tombol macro ekstra yang biasanya ada di sisi kiri jadi bisa dihilangkan. Razer pun tak lupa menambahkan memory internal pada keyboard (pertama kalinya pada seri BlackWidow) supaya pemain bisa menyimpan sampai lima profil konfigurasi (dipadukan dengan cloud storage).

Razer BlackWidow Elite sekali lagi menggunakan switch mekanis buatan Razer sendiri, dengan pilihan jenis berwarna hijau, oranye dan kuning, yang semuanya diklaim tahan sampai 80 juta klik. Keyboard ini sudah dipasarkan seharga $170.

Razer Mamba Wireless

Razer Mamba Wireless

Untuk Mamba Wireless, tampangnya memang masih sama, akan tetapi Razer menerapkan pembaruan pada dua aspek terpenting dari sebuah mouse wireless, yakni akurasi dan ketahanan baterai. Soal akurasi ini, Razer telah menyematkan sensor optik generasi kelimanya yang memiliki resolusi 16.000 DPI.

Perihal baterai, Razer mengklaim Mamba Wireless bisa dipakai sampai 50 jam sebelum perlu diisi ulang, dan ini tanpa berkompromi dengan stabilitas koneksinya. Beralih ke kepraktisan, Mamba Wireless dilengkapi total 7 tombol yang dapat diprogram beserta memory internal untuk menyimpan hingga lima profil konfigurasi.

Tentu saja Razer Mamba Wireless telah menggunakan switch mekanis yang dipercaya tahan sampai 50 juta klik. Bagian sampingnya juga telah disempurnakan agar terasa lebih nyaman dalam cengkeraman. Pemasarannya akan berlangsung mulai bulan September ini juga, dengan banderol $100.

Sumber: Razer.