OPPO Find X2 Siap Menjadi Game Changer Berkat Inovasi Layarnya

24 sampai 27 Februari mendatang, perhatian industri teknologi bakal tertuju pada event Mobile World Congress (MWC). Seperti di tahun-tahun sebelumnya, sejumlah pabrikan bakal menyingkap smartphone flagship-nya di ajang tahunan yang selalu dihelat di kota Barcelona tersebut.

Tidak terkecuali OPPO, yang tengah bersiap meluncurkan salah satu flagship-nya untuk tahun ini, Find X2. Melalui Twitter, Brian Shen selaku Vice President OPPO menyebut bahwa Find X2 bakal menjadi “game changer“, terutama berkat inovasi pada layarnya.

Inovasi layar sendiri memang banyak diprediksi bakal menjadi salah satu tren utama di industri smartphone tahun ini di samping konektivitas 5G. Indikasinya sebenarnya sudah bisa kita lihat sejak tahun lalu; beberapa smartphone, macam OPPO Reno Ace, hadir mengusung layar dengan refresh rate 90 Hz.

Find X2 siap membawa tren tersebut ke level yang lebih tinggi lagi. Brian bilang bahwa Find X2 bakal mengusung layar dengan resolusi 2K dan refresh rate 120 Hz. Angka refresh rate sendiri mengacu pada berapa kali tampilan layar berkedip setiap detiknya, dan ini berarti layar Find X2 sanggup berkedip dua kali lebih banyak daripada layar ponsel pada umumnya.

Ilustrasi Perangkat OPPO
Ilustrasi Perangkat OPPO

Lantas apa manfaatnya buat konsumen? Refresh rate setinggi ini bakal membuat tampilan layar kelihatan lebih mulus, terutama saat sedang menggulirkan teks atau timeline di media sosial. Lebih lanjut, dampaknya bakal semakin terasa ketika perangkat sedang dipakai untuk menonton video maupun bermain game dengan frame rate yang tinggi.

Selain layar 120 Hz, OPPO Find X2 juga akan mengunggulkan teknologi fast charging SuperVOOC 65 watt, yang dirancang untuk mengisi penuh baterai milik perangkat dalam waktu 30 menit saja. Ini penting mengingat layar dengan refresh rate tinggi cenderung boros konsumsi dayanya, namun OPPO memastikan ini bukan masalah mengingat Find X2 turut dibekali ColorOS versi terbaru yang manajemen pengaturan dayanya lebih baik dari sebelumnya.

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh OPPO.

MWC19 Shanghai Segera Digelar, Hadirkan Beragam Sesi untuk Bantu Pemimpin Bisnis Lakukan Transformasi

GSMA pada tanggal 26 – 28 Juni 2019 akan mengadakan Mobile World Congress ke 19 di Shanghai (MWC19 Shanghai) di Shanghai New International Expo Center. Ada beragam acara menarik yang akan dihadirkan, beberapa di antaranya Digital Leaders Programme, Matercass Programee dan Exhibition. Acara ini ditargetkan akan dihadiri lebih dari 60 profesional dan 550 perusahaan dari di 110 negara.

Digital Leaders Programme sendiri didesain untuk membawa para pemimpin bisnis untuk mengulas tantangan di ekosistem bisnis seluler dan vertikal digital. Tujuannya agar perusahaan dapat memberikan layanan yang dibutuhkan konsumen di masa sekarang dan masa mendatang. Beberapa eksekutif dari perusahaan seperti Foxconn, HTC, Huawei, McKinsey Digital Qualcomm, Shanghai Mobile, ZTE dll akan tergabung dalam acara ini.

“Untuk menghadirkan potensi penuh dari konektivitas cerdas dan menavigasi lanskap teknologi yang terus berubah, kami membutuhkan para pemimpin bisnis digital baru dari semua industri untuk membantu membentuk visi di masa depan dan memberikan advokasinya,” ujar CEO GSMA Ltd. John Hoffman.

Konferensi MWC19 Shanghai akan diadakan selama tiga hari. Tema-tema yang akan dibawakan mulai dari 5G, kecerdasan buatan, konvergensi perbankan dan telekomunikasi, blockchain, keamanan data, kota pintar, dan lain-lain. Adapun pemateri yang akan mengisi di panggung keynote meliputi Hooi Ling Tan (Co-Founder Grab Group), Mats Granryd (Director General GSMA), Ken Hu (Deputy Chairman Huawei), Greg Wyler (Chairman OneWeb), Sigve Brekke (President & CEO Telenor Group) dan Xu Ziyang (CEO ZTE).

Selain itu masih ada program lain yang coba dihadirkan dalam MWC19 Shanghai. Salah satunya GSMA bermitra dengan INSEAD, salah satu sekolah bisnis terkemuka, untuk menghadirkan Masterclass Programme. Professor Thomas Mannarelli dengan spesialisasinya dalam inovasi dan kepemimpinan akan menjadi instruktur dalam program yang dirancang untuk membantu pemimpin bisnis melakukan transformasi.

Informasi lebih lanjut mengenai rangkaian MWC19 Shanghai dapat dilihat melalui situs resminya: https://www.mwcshanghai.com.

Disclosure: DailySocial merupakan media partner MWC19 Shanghai

Vivo Berpeluang Menjadi Pabrikan Pertama yang Menelurkan Smartphone dengan Teknologi Over-the-Air Wireless Charging

Kita semua mengenal Vivo sebagai salah satu pabrikan smartphone yang paling berani berinovasi, setidaknya dalam beberapa tahun terakhir ini. Mereka adalah salah satu yang pertama merealisasikan teknologi in-display fingerprint scanner, tidak ketinggalan juga kamera selfie pop-up sebagai solusi alternatif terhadap notch.

Belum lama ini, Vivo diam-diam telah meneken kontrak kerja sama dengan Energous, perusahaan yang selama beberapa tahun terakhir ini mengembangkan teknologi over-the-air wireless charging. Teknologi garapan mereka yang dijuluki WattUp memungkinkan perangkat untuk diisi ulang baterainya benar-benar secara nirkabel, tanpa harus diletakkan di atas charging pad seperti yang kita kenal selama ini.

Asalkan perangkatnya berada tidak lebih dari sekitar 4,5 meter dari base station WattUp, baterainya akan terisi, dan selama itu perangkat juga masih bisa kita gunakan seperti biasa. Kecepatannya mungkin lebih terbatas ketimbang Qi wireless charging, namun baru-baru ini Energous juga telah mendemonstrasikan versi baru WattUp dengan kapasitas 20 watt di ajang MWC di Barcelona.

Singkat cerita, apa yang dikerjakan Energous bisa dianggap sebagai bentuk paling sempurna dari teknologi wireless charging. Selama beberapa tahun Energous sibuk mematangkan teknologinya sekaligus mengurus berbagai perizinan demi membuktikan bahwa teknologi besutan mereka aman dipakai untuk skenario sehari-hari.

Buat Vivo, kemitraan ini merupakan kesempatan bagi mereka untuk mengeksplorasi teknologi WattUp, tentunya dengan maksud supaya suatu saat teknologi ini dapat mereka integrasikan ke smartphone bikinannya. Kapan itu bakal terealisasi? Belum ada yang tahu, tapi kalau melihat rekam jejak Vivo, mereka termasuk tipe yang tidak ingin berlama-lama dalam mempersembahkan terobosan terbaru kepada konsumen.

Sumber: Digital Trends dan Energous.

Oppo Pamerkan Prototipe Foldable Smartphone Rancangannya

Foldable smartphone menjadi salah satu topik pembicaraan terhangat di tengah perhelatan Mobile World Congress tahun ini berkat peluncuran Samsung Galaxy Fold dan Huawei Mate X. Lalu siapa lagi yang bakal menyusul? Oppo, meski yang mereka umumkan baru sebatas prototipe.

Oppo juga tidak memamerkan perangkat ini di hadapan para jurnalis, melainkan hanya melalui foto-foto yang diunggah ke Weibo oleh Brian Shen selaku vice president-nya. Tanpa perlu kita amati secara teliti, tampak jelas bahwa foldable phone bikinan Oppo ini mirip sekali dengan Huawei Mate X, mulai dari mekanisme lipatnya sampai ke bagian samping yang dihuni oleh kamera sekaligus berfungsi sebagai grip ketika perangkat dalam posisi layar terbuka lebar.

Oppo foldable phone prototype

Apakah ini berarti Oppo terang-terangan menyontek Huawei sehingga mereka belum berani memperkenalkan foldable phone-nya secara resmi? Kita boleh saja berasumsi demikian, akan tetapi Brian punya penjelasan yang berbeda.

Berdasarkan pantauan Engadget di kolom komentar post yang diunggah Brian, beliau menjelaskan bahwa awalnya Oppo berniat menyingkap perangkat ini di sesi keynote mereka di MWC 2019, namun pada akhirnya rencana tersebut dibatalkan.

Alasannya, menurut Brian, foldable phone kurang bisa meningkatkan user experience secara drastis. Namun itu bukan berarti Oppo bakal selamanya menyimpan prototipe ini di labnya. Seandainya ada demand yang cukup tinggi, dilihat dari seberapa banyak retweet yang didapat oleh unggahan Shen, maka ada kemungkinan Oppo bakal memproduksinya secara massal.

Oppo foldable phone prototype

Menurut saya pribadi, dalih terkait user experience itu cukup mudah untuk disangkal. Pasalnya, notch yang membanjiri smartphonesmartphone terkini juga bisa dibilang kurang efektif dalam meningkatkan user experience.

Baik penggunaan notch maupun konsep foldable seperti ini menurut saya tujuan utamanya adalah untuk menambah screen real estate. Malahan kalau konsep foldable semestinya bisa mengubah user experience secara drastis mengingat yang dihadapi konsumen bukan lagi tampilan smartphone saja, melainkan smartphone + tablet dalam satu kemasan.

Sumber: Engadget via The Verge.

Samsung Galaxy A30 dan Galaxy A50, Serba Jumbo Luar Dalam

Anda keliru jika beranggapan Samsung telah usai di ajang MWC 2019 dengan hanya melahirkan smartphone flagship, Galaxy S10 dan kawan-kawan. Faktanya, pabrikan asal Korea Selatan itu kembali memberi kejutan khususnya bagi para penggemar yang tak mampu menjangkau harga sang jagoan teratas tersebut.

Diplot untuk menyasar konsumen kelas menengah, Galaxy A30 dan Galaxy A50 resmi diperkenalkan ke publik, menjadi dua iterasi terkini dari seri Galaxy A yang memang harganya tak semahal seri Galaxy S.

Spesifikasi Samsung Galaxy A30

Samsung galaxy A30_1

Dibalut tiga warna pilihan hitam, putih dan biru, Samsung Galaxy A30 menawarkan tampilan apik melalui desain kaca 3D. Layarnya mengemas panel Super AMOLED yang sejak lama jadi ikon Samsung, dengan aspek rasio 19,5:9 seluas 6,4 inci. Jadi, yap ini adalah smartphone yang cukup lega untuk digengam.

Di bawah tudungnya yang lebar, Samsung Galaxy A30 mengandalkan nahkoda racikan sendiri, Exynos 7904 yang mengemas dua ARM Cortex-A73 1.8GHz dan 6 buah inti Cortex-153 1,6GHz bersama dengan RAM sebesar 3GB atau 4GB tergantung pilihan konsumen. Ruang simpan masing-masing pun dibedakan atas dua, 32GB dan 64GB masing-masing.

Samsung galaxy A30_rear

Di bagian punggung duduk dua buah kamera utama 16MP dengan aperture f / 1.7 dan yang lainnya mengemas sensor 5MP, f / 2.2 berlensa ultra wide. Sedangkan di bagian dahi menempel kamera depan 16MP dengan aperture f/2.0 dan fokus tetap. Kapasitas baterainya sendiri cukup besar, yakni 4.000mAh bersama dengan dukungan pengisian cepat 15W.

Spesifikasi Samsung Galaxy A50

Beralih ke model Galaxy A50 yang tampaknya punya kelas satu tingkat lebih tinggi, ditandai dengan bekal dapur pacu yang satu level lebih baik, Exynos 9610 dengan 4x Arm Cortex-A73 core @ 2.3GHz + 4x Arm Cortex-A53 core @ 1.7GHz.

Menjadi cangkang pembukus prosesor, ada body kaca 3D yang menampilkan kesan mewah berkilau. Panel Super AMOLED juga menjadi andalan di bagian layar dengan ukuran lebar 6,4 inci dan aspek rasio yang sama dengan model Galaxy A30. Perangkat ini akan tersedia dalam dua varian: 4GB RAM + 64GB dan 6GB RAM + 128GB. Seperti sang adik, penyimpanan di Galaxy A50 ini juga dapat diperluas hingga 512GB melalui kartu microSD.

Samsung Galaxy A50

Faktor pembeda yang membuat Galaxy A50 lebih bergaya ada di bagian sensor sidik jari yang sudah mengikuti kebanyakan perangkat flagship, yaitu tertanam di dalam layar, tidak lagi di punggung atau di sisi perangkat.

Kamera Galaxy A50 juga lebih menonjol dengan konfigurasi lensa 25MP + 5MP dan 8MP masing-masing dengan aperture f/1.7, f/2.2 dan f/2.4. Fungsi ketiganya juga berbeda, jika yang pertama berperan sebagai kamera induk, dua lainnya bertugas menangkap kedalaman penginderaan dan sudut ultra-wide. Baterai yang sama, 4.000mAh juga menjadi daya bagi Galaxy A50 untuk tetap terjaga.

Samsung Galaxy A50_rear

Samsung sendiri belum buka suara soal banderol kedua perangkat barunya ini. Tetapi mereka mengonfirmasi bahwa keduanya akan mulai tersedia pada pertengahan Maret mendatang.

Sumber berita Samsung.

Microsoft HoloLens 2 Resmi Diluncurkan, Unggulkan Penyempurnaan di Sektor Kenyamanan dan Immersion

Rumor mengenai Microsoft HoloLens 2 yang sempat berseliweran bulan lalu sama sekali tidak meleset. Di hadapan para pengunjung Mobile World Congress 2019, Microsoft resmi menyingkap generasi kedua dari mixed reality headset andalannya tersebut.

Sepintas wujud HoloLens 2 kelihatan mirip seperti pendahulunya, akan tetapi Microsoft sebenarnya sudah menerapkan sejumlah penyempurnaan di sektor desain. Secara keseluruhan, dimensi perangkat kini lebih kecil, dan bobotnya pun lebih ringan berkat penggunaan material serat karbon yang menyeluruh.

Juga berbeda adalah mayoritas komponen elektronik yang kini diposisikan di bagian belakang, sehingga perangkat tidak terasa berat sebelah saat digunakan. Bagian belakangnya ini dilengkapi sebuah kenop yang dapat diputar untuk mengencangkan atau merenggangkan strap yang mengikat kepala pengguna.

Masih seputar fisiknya, bagian depannya kini bisa dilipat ke atas saat sedang tidak digunakan, tidak perlu melepas perangkat sepenuhnya. Pengguna berkacamata pun kini juga bisa mengenakan HoloLens 2 dengan nyaman. Namun tentu saja ergonomi baru sebagian dari cerita utuhnya, sebab Microsoft juga telah menyempurnakan HoloLens 2 dari segi performa.

Microsoft HoloLens 2

Pada HoloLens orisinal, keluhan terbanyak yang disampaikan para reviewer adalah field of view yang begitu kecil (hanya sekitar 30 derajat secara horizontal). Dampaknya, hologram sering sirna dari pandangan meski pengguna hanya menoleh sedikit.

Problem tersebut sudah dibenahi. Field of view HoloLens 2 kini diklaim lebih dari dua kali lebih luas ketimbang pendahulunya, dan itu tanpa berkompromi soal resolusi – masih setara dengan resolusi 2K per mata. Bicara soal mata, Microsoft rupanya juga sudah menyematkan sistem eye tracking pada HoloLens 2, sehingga interaksi bisa berjalan secara lebih alami.

Kelebihan dalam hal interaksi ini turut didukung oleh pengenalan gesture yang lebih komplet. Pada HoloLens 2, memanipulasi objek hologram menggunakan tangan jauh lebih menyerupai di dunia nyata, dan itu menumbuhkan kesan bahwa versi pertamanya sangatlah terbatas dalam hal pengenalan gesture.

Microsoft HoloLens 2

Tidak seperti sebelumnya, Microsoft sudah mantap dengan posisi HoloLens 2 sebagai produk enterprise, sebab potensinya memang akan jauh lebih terasa di tangan para profesional ketimbang konsumen secara umum. Itulah mengapa Microsoft tak segan mematok harga $3.500 untuk HoloLens 2, lebih mahal $500 ketimbang pendahulunya.

Ini ternyata berlawanan dengan yang dirumorkan selama ini, di mana Microsoft disebut bakal menyiapkan solusi supaya harga jual HoloLens 2 tidak melambung. Terlepas dari itu, $3.500 untuk ukuran produk enterprise masih tergolong wajar. Untuk pengguna kasual, mungkin Magic Leap One bisa menjadi pilihan yang lebih bijak.

Sumber: VentureBeat dan Microsoft.

Dibekali Chipset Snapdragon 855, Mi MIX 3 5G Jadi Smartphone 5G Pertama Xiaomi

Prediksi sejumlah pengamat bahwa di tahun 2019 ini adalah eranya teknologi 5G dan layar tekuk rasanya tak berlebihan, malah memang benar adanya. Setidaknya pabrikan Samsung, OPPO dan Xiaomi telah memastikan diri ikut dalam eksplorasi ponsel pintar 5G. Tetapi nama terakhir memilih untuk tidak merilis produk dengan nama baru, melainkan memoles salah satu flagship terbarunya,yaitu Mi MIX 3 dengan menyematkan dukungan jaringan 5G.

Anda tentu bertanya-tanya apakah spesifikasi Mi MIX 3 5G juga mengalami peningkatan dibandingkan versi sebelumnya. Jawabannya iya. Mi MIX 3 5G sports mendapatkan peningkatan spesifikasi tanpa melakukan banyak rombakan pada desain premium di iterasi terdahulu. Peningkatan paling terasa ada di dapur pacu di mana Mi MIX 3 5G sudah menggunakan chipset Snapdragon 855 yang membawa serta modem X50 5G. Peningkatan kecil lain yang mungkin tidak disadari adalah komponen baterai yang sedikit lebih besar, yakni 3.800mAh berbanding 3.500mAh.

Perbedaan antara Mi MIX 3 dan Mi MIX 5G praktis berhenti hanya di dua komponen itu saja. Pasalnya, kedua flagship memiliki kesamaan yang dominan dipandang dari berbagai sudut. Untuk meredam panas yang dihasilkan oleh chipset tersebut, Mi MIX 5G juga dibekali sistem pendingin hybrid dan body keramik melengkung di empat sisi. Layarnya masih selebar 6,4 inci dengan resolusi 2340 x 1080 piksel.

Konfigurasi kamera belakang terdiri dari dua sensor 12MP yang ditenagai teknologi kecerdasan buatan yang pintar. Kemampuan yang sama juga dibenamkan ke kamera depan 24MP + 2MP yang dapat digeser menggunakan mekanisme magnetik, konsep baru yang dipopulerkan oleh OPPO Find X.

Xiaomi Mi MIX 3 5G bakal tersedia mulai bulan Mei di situs resmi Xiaomi dan sejumlah ritel dengan banderol di kisaran EUR 599. Satu daru dua warna Biru dan Hitam bisa dipilih oleh konsumen yang ingin membawa pulang Mi MIX 3 5G.

Versi standar Mi MIX 3 sendiri pertama kali diperkenalkan pada Oktober dan mulai dijual di Tiongkok satu bulan setelah diumumkan, kemudian diikuti oleh beberapa pasar di Asia Tenggara. Kawasan Eropa sendiri baru kebagian jatah pada bulan Januari 2019 lalu.

Sumber berita PhoneArena.

Huawei Mate X Siap Tantang Samsung Galaxy Fold di Segmen Baru Foldable Smartphone

2019 resmi menjadi tahunnya foldable smartphone alias ponsel yang layarnya bisa ditekuk. Belum lama berselang setelah Samsung memperkenalkan Galaxy Fold, Huawei sudah langsung tancap gas menyingkap bakal rivalnya, yaitu Mate X.

Meski sama-sama mengusung premis foldable, kedua ponsel ini dieksekusi secara sangat berbeda. Perbedaan yang paling kentara adalah, Huawei menempatkan semua layar Mate X pada bagian luarnya, sedangkan Samsung memilih menanamkan layar kecil di bagian luar, lalu yang besar di bagian dalam.

Huawei Mate X

Hasilnya, kalau buat saya pribadi, punya Huawei terkesan jauh lebih menarik. Dalam posisi normal (terlipat), Mate X tampak lebih menyerupai smartphone pada umumnya, dengan layar yang membentang dari ujung ke ujung. Tidak demikian untuk Galaxy Fold, sebab layarnya pada posisi normal tampak begitu imut-imut.

Juga berbeda adalah bagaimana Galaxy Fold kelihatan begitu tebal ketika dalam posisi terlipat, sedangkan Mate X masih masuk dalam batas wajar dengan tebal cuma 11 mm. Ini berkat solusi pintar yang diterapkan Huawei: menempatkan kamera, tombol pengunci beserta port USB-C pada satu sisi samping.

Huawei Mate X

Lebih menarik lagi, bagian samping itu juga berfungsi sebagai grip ketika ponsel sedang dalam keadaan terbuka lebar layarnya. Rancangan seperti ini langsung mengingatkan saya pada Amazon Kindle Oasis, dan bagusnya, sisanya bisa dibuat setipis mungkin. Dalam kasus Huawei, tebal perangkat (kecuali bagian grip itu tadi) hanya berkisar 5,4 mm saja dalam posisi terbuka.

Layarnya sendiri merupakan panel OLED berdimensi 8 inci dengan resolusi 2480 x 2200 (nyaris berbentuk persegi). Saat ditutup dan kembali ke posisi normal, layarnya pun otomatis ‘terbagi’ menjadi dua: 6,6 inci beresolusi 2480 x 1148 di depan, 6,4 inci beresolusi 2480 x 892 di belakang (persis di sebelah tiga kamera berlogo Leica).

Huawei Mate X

Lagi-lagi saya terkesima dengan arahan desain Huawei yang begitu cerdas. Seperti yang bisa Anda lihat, layar depannya sama sekali tidak dilengkapi notch. Lalu bagaimana ketika pengguna hendak mengambil selfie atau melakukan panggilan video? Balik saja ponselnya, dan gunakan layar belakangnya. Simpel, efektif.

Beralih ke spesifikasi, Mate X juga sama sekali tidak mengecewakan. Perangkat diotaki chipset 7 nm Kirin 980, lengkap beserta RAM 8 GB dan kapasitas penyimpanan 512 GB. Kirin 980 adalah chipset yang sama persis seperti yang terdapat pada Mate 20 Pro, sehingga performa Mate X semestinya setara dengan salah satu flagship terkini Huawei tersebut.

Untuk spesifikasi kameranya, Huawei masih enggan membeberkan. Kendati demikian, perwakilan Huawei menyampaikan kepada The Verge bahwa kualitas kameranya juga bakal setara dengan Mate 20 Pro.

Ada sensor sidik jari terintegrasi pada tombol power-nya / Huawei
Ada sensor sidik jari terintegrasi pada tombol power-nya / Huawei

Soal baterai, Mate X juga dibekali sepasang baterai layaknya Galaxy Fold, dengan total kapasitas 4.500 mAh, dan baterai ini dapat diisi ulang hingga mencapai 85% kapasitasnya dalam waktu 30 menit saja. Kejutan yang terakhir, Mate X juga merupakan salah satu dari segelintir ponsel yang sudah 5G-ready.

Semua itu harus ditebus dengan harga yang sama sekali tidak murah, sama kasusnya seperti Galaxy Fold. Untuk Mate X dengan konfigurasi spesifikasi seperti yang saya jabarkan di atas, Huawei mematok harga 2.299 euro saat dipasarkan mulai pertengahan tahun nanti.

Sumber: The Verge.

OPPO Perkenalkan Smartphone 5G Pertamanya dan Teknologi 10X Lossless Zoom

Sesuai ekspektasi, di ajang MWC 2018 kita akan melihat perangkat baru dengan dukungan jaringan 5G. Salah satu pabrikan yang menyatakan kesiapannya mengeksplorasi dukungan akan teknologi seluler 5G adalah OPPO. Pabrikan asal Tiongkok tersebut baru saja memperkenalkan smartphone 5G pertamanya dan juga menyingkap teknologi kamera 10X lossless zoom untuk smartphone.

Dalam event bertajuk Innovation Event di ajang Mobile World Congress 2019, OPPO juga mengumumkan inisiasi 5G Landing Project yang melibatkan sejumlah operator telekomunikasi terkemuka di seluruh dunia. Hal ini tak lain dan tak bukan adalah untuk memuluskan ekspansi jaringan 5G dan memastikan ketersediaannya bagi perangkat terdukung, yang bertujuan mulia demi performa dan efisiensi yang lebih unggul agar dapat digunakan untuk banyak hal baru dan menghubungkan berbagai industri baru.

OPPO secara gamblang mengatakan bahwa smartphone 5G buatannya bakal ditenagai chipset teranyar buatan Qualcomm, Snapdragon 855 dan tentu saja dengan sisipan modem X50. Namun sayang pabrikan asal Tiongkok itu tak memberikan rincian lebih lanjut tentang spesifikasi bahkan nama untuk smartphone 5G yang dimakuskan. Sementara di luar sana, santer berhembus kabar bahwa itu kemungkinan besar nama perangkat yang disentil oleh OPPO adalah Find X2.

IMG_20190223_143905

Guna menghadirkan kemampuan maksimal, Oppo mengonfirmasi telah bekerja sama dengan sejumlah operator dan mitra telekomunikasi, yang meliputi sejumlah nama besar seperti Swisscom, Telstra, Optus dan Singtel. Oppo bahkan sudah menjadwalkan demonstrasi bersama Ericsson dan Qualcomm dalam cloud gaming dengan game SoulCalibur6 yang dikembangkan dengan Shadow.

Wakil Presiden OPPO, Anyi Jiang dalam rilis pers yang Dailysocial terima mengatakan, “Dengan bangga kami mengadakan acara Inovasi Global pertama untuk media dan para mitra. Inovasi adalah prioritas utama, dan kami telah membuat pengembangan terbaru untuk menghadirkan masa depan ke tangan konsumen. Kami ingin melanjutkan komitmen ini dan membawa pengembangan teknologi 5G dan fotografi terbaru ke pasar.”

IMG_20190223_143931

Teknologi 10 lossless zoom sendiri sudah pernah dibeberkan oleh OPPO sebelum ajang MWC digelar. Namun kali ini OPPO memberikan penjelasan yang lebih mendalam sekaligus memperlihatkan cara kerjanya kepada audiens.  Teknologi ini terdiri dari tiga lensa yang terdiri dari lensa telefoto, lensa sudut ultra lebar, dan kamera utama. Dengan inovasi ini, pengguna OPPO bisa memiliki kesempatan untuk mengambil foto berkualitas layaknya fotografer professional tanpa takut akan kualitas hasilnya.

Di kesempatan yang sama, OPPO juga memperkenalkan optical image stabilization (OIS) yang terpasang baik di kamera utama dan lensa telefoto, memberikan akurasi anti goyang yang lebih baik saat mengabadikan foto. Fitur-fitur baru ini diharapkan segera debut di ponsel yang tidak disebutkan namanya pada tahun 2019.

IMG_20190223_143942

Xiaomi Beberkan Kamera yang Akan Duduk di Mi 9

Sempat diberitakan bakal menjadi suguhan dalam event resmi di Tiongkok 20 Februari nanti, tetapi perkembangan terbaru mengatakan bahwa Mi 9 akan muncul perdana di depan publik dalam perhelatan akbar tahunan MWC 2019 di Barcelona, 24 Februari mendatang. Belum jelas apakah ini berarti peluncuran di Tiongkok dibatalkan atau tetap digelar. Ataukah Mi 9 sengaja digeser ke MWC, sedangkan Mi Mix 3 5G yang disebut akan jadi sajian utama justru diundur atau dibatalkan?

Jawabannya bisa bergerak liar. Tapi untuk saat ini perhatian publik lebih tertuju pada Mi 9 yang disiratkan oleh teaser akan mengemas sensor kamera yang berbeda.

Xiaomi-Mi-9-wide-angle-lens

Perbedaan yang hampir pasti hadir adalah komponen kamera utama yang akan terdiri dari tiga lensa dengan fungsi berbeda. Satu sensor berfungsi normal, satu sensor menangkap kedalaman dan yang terakhir menangkap objek dengan sudut super lebar yang akan bermanfaat memotret momen berisikan banyak orang atau objek yang luas.

Teaser sederhana ini tak mengungkapkan rinciaan komponen jeroan ataupun layar. Tetapi dari bocoran terdahulu diyakini bahwa Mi 9 akan mengemas layar 6,4 inci beresolusi Full HD+ dan masih mengenakan poni namun dengan desain berbeda, yaitu poni tetesan air yang sedang ngetren. Kapasitas baterai sebesar 3.500mAh juga mengemuka meski bukan angka yang istimewa, namun tambahan fitur fast charging rasanya tak akan membuat penggemar Xiaomi terlalu kecewa.

Xiaomi-Mi-9

Lebih jauh, kamera utama Mi 9 disebut-sebut akan menjadi daya tarik yang sulit ditolak. Pasalnya resolusi sebesar 48MP akan duduk di punggung Mi 9 bersama dua sensor lainnya seperti yang dijelaskan di atas tadi. Untuk mendapatkan pernagkat ini, kabarnya konsumen harus merogoh kocek sebesar $443, tapi semua ini masih spekulasi, kita nantikan saja pengumuman resminya sepuluh hari dari sekarang.

Sumber berita FoneArena.