Deretan Inovasi Teknologi OPPO di Ajang MWC Sejak 2013 Hingga 2019

Seperti di tahun-tahun sebelumnya, ajang MWC kerap menjadi ajang bagi sederet pabrikan perangkat untuk memamerkan teknologi barunya kepada publik. Menunjukkan seberapa baik mereka berkembang setiap tahunnya. OPPO, salah satu pabrikan kenamaan asal Tiongkok yang ambil bagian sejak enam tahun silam, telah mempersiapkan sejumlah kejutan untuk MWC 2019 tahun ini.

Lima tahun menjadi bagian MWC di Barcelona – tahun 2018 absen, OPPO sukses menghadirkan sesuatu yang berbeda, menegaskan komitmennya untuk terus memberikan inovasi-inovasi terbaik. Ini adalah deretan teknologi inovatif yang pernah dihadirkan oleh OPPO di ajang MWC dalam lima tahun kesertaannya.

Dalam debutnya di Barcelona, OPPO membawa Find 5 sebagai suguhan utamanya. OPPO Find 5 datang dengan sejumlah fitur unggulan di kelas menengah kala itu, di antaranya layar full HD dengan kerapatan piksel yang tinggi di kelasnya, yaitu 441 ppi.

OPPO find 5

Setahun kemudian OPPO kembali meramaikan MWC 2014, kala itu mereka memamerkan OPPO N1 yang menjadi terobosan dalam industri mobile, di mana ia menjadi smartphone pertama yang mempunyai kamera putar. Pasca kemunculan N1, ia menjadi kiblat bagi sejumlah pabrikan sehingga muncullah kamera dalam bentuk dan mekanisme yang hampir menyerupai.

OPPO N1

Belum lagi era kamera putar pudar, OPPO kembali menggebrak dengan punggawa baru bernama R5 yang sukses menarik perhatian pengunjung MWC 2015. Daya tarik R5 tidak pada komponen kamera seperti di N1, melainkan ketebalannya yang hanya 4,85mm menempatkan dirinya sebagai smartphone tertipis di dunia kala itu. Tentu setelahnya mulai bermunculan smartphonesmartphone peniru. Era ini juga menjadi titik balik bagi audio jack 3,5mm yang perlahan mulai ditinggalkan.

Terus bergerak, tren industri mobile beralih ke sektor baterai di mana banyak pabrikan mulai mengembangkan perangkat dengan suplai daya yang lebih besar. Baik rantai yang terkait, baterai yang besar juga membutuhkan pemasok daya yang cepat untuk memberikan kompensasi terhadap kebutuhan waktu untuk mengisi baterai dengan kapasitas tak biasa.

Maka di tahun 2016, OPPO lagi-lagi membuat gebrakan dengan dua teknologi baru bernama Super VOOC dan Smart Sensor.

SuperVOOC

Super VOOC adalah teknologi pengisian ulang baterai yang mampu memberikan suntikan daya dalam waktu yang paling cepat di antara teknolgoi serupa yang ada kala itu. Untuk mendapatkan kembali daya yang hilang dari baterai sebesar 2500mAh, Super VOOC hanya butuh waktu 15 menit.

OIS

Sedangkan teknologi Smart Sensor ditujukan untuk komponen kamera, di mana ia menggunakan penstabil 3 sumbu yang mampu mengompensasi getarakn hingga 15ms. Cara kerja Smart Sensor diklaim tiga kali lebih cepat ketimbang teknologi OIS yang banyak diadopsi brand-brand besar dunia.

Setahun berikutnya, di MWC 2017 OPPO kembali ambil bagian. Dalam event itu, OPPO memperkenalkan teknologi 5X Dual Camera Zoom. Teknologi ini menggunakan desain baru yang terinspirasi dari struktur gaya periskop, menyimpan ruang yang membuat kamera zoom optical pada smartphone dapat tampil ramping.

World_s first periscope-style dual camera technology

Absen di MWC 2018, OPPO tahun ini ambil bagian dan telah mempersiapkan sesuatu yang baru. Yang pertama, OPPO menyambut antusias datangnya era 5G yang diyakini sudah ada di depan mata. Untuk itu, mereka telah melakukan uji coba dari pengujian 3D video calling hingga panggilan multiparty pertama dengan jaringan 5G.

Berikutnya, OPPO juga akan memperkenalkan teknologi 10x losseless Zoom sebagai penyempurnaan dari 5X Dual Camera Zoom yang diperkenalkan dua tahun lalu di ajang yang sama. OPPO menjamin bahwa gambar yang dihasilkan dengan teknologi ini tetap tajam karena menggunakan zoom berjenis optical bukan perbesaran secara digital.

Mari kita tunggu tanggal 25 Februari mendatang, tanggal MWC akan mulai digelar. Menarik tentunya melihat inovasi yang akan hadir oleh OPPO.

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh OPPO. 

Smartphone 5G dari LG Bakal Debut di MWC, tapi Bukan G8

5G sudah jelas akan menjadi hal besar di tahun 2019, sejumlah pabrikan perangkat pun sudah menyatakan diri siap untuk menyambut teknologi jaringan tersebut. Yang teranyar, LG dikabarkan ikut meramaikan pasar perangkat 5G dengan meluncurkan perangkat terbaru.

Tetapi alih-alih menanamkan dukungan 5G tersebut ke flagship barunya, LG justru melepaskan kejutan dengan merilis teaser yang menegaskan bahwa teknologi 5G tidak akan disematkan ke G8, sang flagship. Melainkan menciptakan perangkat baru dengan nama berbeda, LG 5G. Tampaknya LG tak butuh usaha ekstra untuk menemukan nama yang tepat bagi perangkat barunya ini.

Dikonfirmasi langsung oleh LG bakal memulai debut di ajang MWC 2019 Februari mendatang, LG 5G disebut-sebut bakal ditenagai chipset Snapdragon 855 yang merupakan chipset paling garang saat ini.

Fitur Vapor Chamber juga hadir di antara deretan fitur unggulan. Ini adalah komponen baru yang dirancang untuk menjaga suhu perangkat ketika digeber menjalankan game dan aplikasi yang berat. Pipa panas ini memiliki penampang 2.7 kali lebih lebar dibandingkan komponen di LG V40 ThinQ, sehingga volume air di dalamnya otomatis lebih banyak dan kinerjanya juga diklaim lebih baik.

Untuk sumber tenaga, LG disebut menggunakan komponen baterai sebesar 4.000mAh yang sedikit lebih besar dari saudara tuanya, V40 ThinQ. Yang unik, dari sumber yang sama disebut bahwa kehadiran teknologi 5G yang secara umum membutuhkan pasokan daya yang lebih besar tidak akan menjadi beban bagi perangkat. Terobosan yang tentu akan menggembirakan penggunanya, jika benar-benar terbukti.

LG menggelar event peluncuran perangkat-perangkatnya di CCIB (Centre de Convencions Internacional de Barcelona) pada tanggal 24 Februari mendatang di Barcelona.

Sumber berita Fonearena.

Microsoft HoloLens 2 Kabarnya Bakal Diumumkan pada Event MWC 2019

Kalau ditanya apa kekurangan terbesar Microsoft HoloLens di samping viewing angle yang sempit, saya yakin banyak yang bakal menjawab harganya kelewat mahal. Dengan banderol paling murah $3.000, HoloLens jelas bukan produk untuk kalangan mainstream, dan Microsoft sendiri menyadari bahwa itu harus diwujudkan secara bertahap.

HoloLens tidak lain dari produk generasi pertama, jadi wajar kalau ia memiliki banyak kekurangan. Microsoft tentu sudah belajar banyak, dan untuk HoloLens 2, mereka kabarnya sudah menyiapkan solusi agar harga jualnya tidak melambung seperti pendahulunya, yakni dengan menggunakan chipset Qualcomm Snapdragon 850.

Andai benar, ini berarti HoloLens 2 punya performa yang setara dengan laptop yang berprinsip always-on. Namun tentu chipset saja baru secuil dari cerita utuhnya, dan sejauh ini hampir semua kabar yang beredar baru sebatas spekulasi.

Yang lebih menarik justru adalah rumor mengenai kapan Microsoft bakal menyingkap HoloLens 2. Laporan terbaru menunjuk tanggal 24 Februari, tepatnya pada event Mobile World Congress 2019 di kota Barcelona.

Keyakinan publik didasari oleh nama salah satu pembicara yang akan mengisi acara tersebut: Alex Kipman, sosok yang dikenal akan pengalamannya mengerjakan HoloLens generasi pertama. Sesi beliau sudah pasti akan mengangkat topik HoloLens, meski tidak ada yang berani memastikan apakah Microsoft bakal mengumumkan HoloLens 2 secara resmi ketika itu, atau sekadar memberikan teaser saja.

Sumber: VentureBeat dan Neowin.

[Rangkuman] Sederet Smartphone yang Membintangi MWC 2018

Pameran gadget akbar tahuanan Mobile World Congress (MWC) 2018 di Barcelona telah berakhir, namun kemeriahannya seolah-olah masih terasa sampai sekarang. Banyak sekali perusahaan teknologi yang unjuk kebolehan dan mempertontonkan inovasi-inovasi mereka ke depan publik.

Pun demikian dengan sejumlah pabrikan ponsel yang tak ketinggalan memanfaatkan momen ini untuk meluncurkan smartphone terbaru mereka. Berikut ini rangkuman pengumuman smartphone yang menjadi ‘bintang’ di MWC 2018 yang mungkin tak boleh sampai Anda lewatkan.

Samsung

‘Raja smartphone‘ asal Korea Selatan ini resmi meluncurkan flagship seri Galaxy S mereka, apalagi kalau bukan Samsung Galaxy S9 dan Galaxy S9+. Mereka mencuri perhatian karena membawa inovasi kamera yang canggih dengan lensa dual aperture, perekam video super slow-mo 960fps, dan AR Emoji.

Sebagai informasi, bahkan Samsung Galaxy S9+ telah berhasil menggeser Google Pixel 2 dan menjadi kamera smartphone dengan rating tertinggi di DxOMark dengan skor 99 poin.

Sony Mobile

‘Bintang’ MWC 2018 selanjutnuya dari Sony, pabrikan ponsel yang berbasis di Jepang itu resmi merilis smartphone bezel-less perdana mereka yaitu dua bersaudara Xperia XZ2 dan XZ2 Compact.

Keduanya begitu menarik karena membawa banyak perubahan dibanding pendahulunya. Mulai dari desain baru yang disebut Ambient Flow dengan punggung yang agak melengkung, aspek rasio layar 18:9 dengan bezel tipis, kamera Motion Eye, dan tentu saja sudah bertenaga chipset terkuat dari Qualcomm Snapdragon 845.

Tapi yang paling menarik bagi saya ialah Xperia XZ2 Compact, dengan layar 5 inci Full HD beraspek rasio 18:9 dan bezel tipis, membuatnya menjadi smartphone berlayar kecil dengan spesifikasi monster.

Nokia

nokia

Mengakhiri tahun 2017 dengan ‘manis, HMD Global pemegang lisensi merek Nokia membuka lembaran baru dengan penuh percaya diri. Mereka resmi mengumumkan empat smartphone dan satu feature phone.

Adalah Nokia 8 Sirocco, Nokia 7 Plus, Nokia 6 2018, Nokia 1, dan feature phone Nokia 8110 4G atau dulu lebih dikenal dengan ‘Banana Phone‘. Menjual ‘nostalgia’ tampaknya merupakan strategi jitu guna menarik pengguna lama di masa kejayaannya dulu.

Asus 

Asus-ZenFone-5-Series

Smartphone besutan Asus juga tak kalah dinanti-nanti dan mereka akhirnya resmi meluncurkan seri terbaru jajaran Zenfone 5. Tampak depan, tampilan Zenfone 5 dan Zenfone 5Z amat mirip dengan iPhone X, namun tetap dengan punggung yang sangat khas Asus – Anda langsung tahu begitu melihatnya.

Teruntuk Zenfone 5Z, Asus membenamkan chipset Snapdragon 845 yang dijodohkan dengan pilihan RAM 8GB dan penyimpanan 256GB untuk varian teratas. Satu lagi ada Zenfone 5 Lite atau Zenfone 5Q, versi dari model standar yang disederhanakan.

Alcatel

alcatel-smartphone-layar-penuh-189-ramah-kantong-di-mwc-2018

Sesuai janjinya, Alcatel mencoba membawa tren aspek rasio 18:9 ke lebih banyak pengguna. Total ada lima smartphone layar penuh ramah di kantong yang lahir di MWC 2018.

Adalah Alcatel 5, 3V, 3X, 3, dan 1X. Perusahaan Perancis yang berada di bawah bender TCL Corporation itu juga membekali fitur face unlock yang disebut face key dan beberapa dari lima smartphone di atas dibekali sistem kamera ganda – tapi sekedar memuaskan keinginan pasar saja.

Bukan Sembarang Smartwatch, Haier Asu Mengemas Sebuah Proyektor

Tidak seperti dua tahun yang lalu, perkembangan smartwatch saat ini bisa dikatakan stagnan. Penyebabnya ada banyak, salah satunya mungkin karena Qualcomm tak kunjung merilis generasi baru chipset Snapdragon Wear. Situasi seperti ini sejatinya punya dua implikasi: 1) pabrikan jadi malas dan melupakan segmen smartwatch sepenuhnya, atau 2) pabrikan malah memanfaatkan waktunya untuk bereksperimen dengan ide-idenya, seperti yang dilakukan oleh Haier belum lama ini.

Di ajang MWC 2018, pabrikan asal Tiongkok itu memamerkan sebuah smartwatch yang amat eksentrik. Namanya Haier Asu, tapi saya mohon jangan jadikan nama ini sebagai bahan guyonan, sebab masih ada gadget lain yang namanya lebih parah lagi dan sempat membuat heboh masyarakat tanah air di tahun 2011.

Yang tergolong eksentrik adalah integrasi sebuah proyektor di tubuh kecilnya. Proyektor ini duduk di sebelah kanan layar, bertugas menampilkan informasi ekstra yang tidak muat di layar dalam resolusi 854 x 480 pixel. Informasinya bisa nomor telepon yang pengguna inputkan, bisa data fitness tracking, atau bisa juga untuk sebatas stopwatch.

Sumber gambar: CNET
Sumber gambar: CNET

Tidak kalah unik adalah bagaimana hasil proyeksinya ini juga mendukung kontrol berbasis gesture, di mana pengguna dapat menyentuh tangannya dua kali untuk mengganti apa yang ditampilkan pada layar. Kendati demikian, saya yakin tidak sedikit yang mempertanyakan kegunaan dan kepraktisannya.

Dari sisi teknis, Asu mengemas spesifikasi yang cukup mumpuni. Ada prosesor 1,2 GHz, RAM sebesar 1 GB, sensor laju jantung, GPS, dan bahkan konektivitas 4G LTE. Layarnya sendiri yang berukuran 1,5 inci merupakan touchscreen, dengan resolusi 240 x 240 pixel. Secara keseluruhan, bodinya yang bongsor juga telah mengantongi sertifikasi ketahanan air IP65.

Yang agak mengejutkan, Asu bukan sebatas produk konsep yang biasanya bertujuan untuk memperlihatkan visi industri ke depan. Haier rupanya sudah berencana untuk memasarkannya di Tiongkok mulai kuartal berikutnya.

Sumber: CNET dan The Verge.

Huawei Buktikan Bahwa AI Milik Smartphone Juga Bisa Mengemudikan Mobil dengan Sendirinya

Sehebat apa kapabilitas artificial intelligence (AI) yang terdapat pada smartphone saat ini? Seperti yang kita tahu, tren ini belakangan mulai populer sejak Apple mengklaim iPhone X memiliki komponen neural engine pada chipset-nya. Tidak lama setelahnya, Huawei yang juga merancang chipset-nya sendiri bilang bahwa seri Mate 10 turut dilengkapi komponen serupa.

Huawei punya cara unik untuk mendemonstrasikan kapabilitas AI yang mereka sematkan pada smartphone buatannya. Di ajang MWC 2018 di kota Barcelona, mereka mengajak sejumlah jurnalis untuk mengendarai Porsche Panamera yang ‘disopiri’ oleh Mate 10 Pro, tanpa ada seorang pun di balik lingkar kemudi mobil tersebut.

Sumber gambar: USAToday
Sumber gambar: USAToday

Mobilnya sendiri tentu sudah dimodifikasi dengan sistem kemudi otomatis, termasuk sebuah kamera yang diletakkan di bagian atap. Mate 10 Pro di sini bertindak sebagai ‘otak’ mobil, mengolah informasi yang diterimanya dari kamera itu tadi, lalu mengirimkan instruksi ke sistem robotik pada mobil.

Huawei bilang bahwa AI milik Mate 10 Pro dapat mengenali lebih dari 1.000 objek yang berbeda, mulai dari anjing dan kucing, sampai bola dan sepeda. Ketika objek-objek itu terdeteksi, ponsel akan mengirimkan instruksi supaya mobil bisa mengerem atau menghindarinya. Andai objeknya tidak dikenali, AI tetap bisa dilatih berkat kapabilitas deep learning.

Pada awal demonstrasi, mobil hanya berjalan dalam kecepatan sekitar 10 km/jam saja selagi AI mendeteksi dan mempelajari sejumlah objek yang ada di sekitar. Setelahnya, mobil mulai melaju secepat 50 km/jam selagi bermanuver dengan tepat (menyesuaikan dengan input penumpang melalui sebuah aplikasi) ketika ada objek di rutenya.

Proyek ini Huawei sebut dengan istilah “RoadReader”, dan mereka rupanya hanya butuh waktu sekitar lima minggu untuk mengerjakannya. Pada umumnya, kapabilitas seperti ini hanya bisa diwujudkan dengan bantuan chip khusus macam yang dibuat oleh Nvidia, akan tetapi Huawei berhasil membuktikan bahwa chipset smartphone saja sudah punya potensi yang cukup mendekati.

Sumber: 1, 2, 3.

Energizer Hardcase H590S Ialah Smartphone Tangguh Dengan Baterai 5.800mAh dan RAM 6GB

Energizer mempunyai sejarah panjang di bidang penyediaan baterai. Menelusuri perjalanan perusahaan ini, mereka telah berbisnis selama lebih dari 120 tahun dan melebarkan sayapnya ke berbagai ranah. Itulah alasannya mengapa performa baterai menjadi perhatian utama mereka sejak Energizer memperkenalkan smartphone pertamanya beberapa tahun silam.

Meneruskan tradisi sang perusahaan Amerika di ajang Mobile World Congress 2017, Energizer memperkenalkan varian high-end dari lineup Hardcase yang menawarkan sejumlah upgrade signifikan. Dinamai Hardcase H590S, perangkat ini mengedepankan konsep rugged sembari mencoba memberikan solusi atas kelemahan terbesar (mayoritas) smartphone modern: daya tahan baterai.

Dari sisi penampilan, Hardcase H590S memang tidak seramping perangkat-perangkat anyar andalan produsen smartphone populer. Karena mengutamakan ketangguhan, tubuhnya terlihat cukup bulky, namun juga tak terlalu tebal dengan dimensi 164,2×79,4×12,15mm. Selanjutnya, sisi punggung smartphone dibekali tekstur titik-titik untuk menambahkan daya cengkeram dan memastikannya tak mudah tergelincir dari tangan Anda.

Energizer Hardcase H590S 2

Namun bahkan jika Anda tak sengaja menjatuhkannya, Tubuh Hardcase H590S mampu menahan benturan (maksimal jatuh dari ketinggian 1,2m). Perangkat juga telah memperoleh sertifikasi IP68, yang berarti mampu menahan air hingga kedalaman 1,5m selama maksimal setengah jam. Energizer Hardcase H590S menyajikan layar seluas 5,9-inci dengan resolusi full-HD 1080x2160p dan aspek rasio 18:9 yang diproteksi Corning Gorilla Glass 3.

Energizer Hardcase H590S 1

Sebagai brand yang terkenal dengan produk baterai, kemampuan smartphone aktif dalam waktu dalam tentu saja merupakan aspek andalan di Hardcase H590S. Di dalam, Energizer mencantumkan baterai 5.800mAh yang dilengkapi sistem power saving sehingga pemakaiannya jauh lebih optimal serta fitur fast charging, baterainya dapat Anda isi ulang melaui port USB type-C.

Konsumsi baterai juga lebih hemat karena Energizer memanfaatkan system-on-chip kelas ‘menengah-bawah’ Mediatek Helio P23 – berisi prosesor octa-core ARM Cortex-A53 2,0GHz dan GPU Mali-G71 MP2. Produsen menjejalkan RAM sebesar 6GB serta penyimpanan internal 128GB, yang bisa diekspansi lagi via microSD. Kemampuan fotografinya tidak dilupakan: ada sepasang kamera 16Mp dan 0,3Mp di belakang, serta setup kamera ganda 13Mp dan 0,3Mp di depan.

Energizer belum mengungkap harga dari Hardcase H590S, namun mereka punya rencana untuk mulai memasarkan smartphone ini di kuartal kedua 2018.

Asumsi saya, Energizer Hardcase H590S bukanlah smartphone yang dijajakan di harga murah. Namun saya bisa membayangkan apa yang akan saya lakukan jika memilikinya: berendam air hangat sembari menonton serial Netflix.

Sumber: dua artikel TechRadar.

Lenovo Yoga 730 dan Yoga 530 Hadirkan Performa Lebih Baik dalam Desain Lebih Ringkas

Ada event Mobile World Congress, ada laptop hybrid baru dari Lenovo. Selama tiga tahun berturut-turut, Lenovo tidak pernah absen menyingkap model anyar dari lini Yoga-nya, dan tahun ini pun Lenovo Yoga 730 beserta Yoga 530 resmi diperkenalkan.

Keduanya sama-sama mengusung desain yang lebih ringkas untuk semua varian dibanding pendahulunya. Untuk Yoga 730, bobotnya berhasil dipangkas sekitar 13 persen: varian 13 incinya seberat 1,12 kg dan varian 15 incinya 1,89 kg. Yoga 530 yang berukuran 14 inci pun juga ikut menyusut, kini dengan tebal bodi 17,6 mm dan bobot 1,6 kg.

Lenovo Yoga 530

Hal itu sama sekali tidak berpengaruh negatif terhadap performa. Pada kenyataannya, baik Yoga 730 dan Yoga 530 kini sama-sama mengemas prosesor Intel generasi kedelapan yang menjanjikan lonjakan kinerja cukup drastis. GPU opsional Nvidia GeForce GTX 1050 masih tersedia buat Yoga 730 15 inci, dan resolusi layarnya pun masih sama (sampai 4K untuk kedua varian Yoga 730, dan full-HD untuk Yoga 530).

Yang baru adalah ketersediaan aksesori stylus dengan tingkat sensitivitas 4.096. Juga tidak kalah unik adalah integrasi asisten virtual Amazon Alexa pada Yoga 730. Ini berarti Yoga 730 mengemas dua asisten sekaligus, yakni Cortana dan Alexa, yang penggunaannya tinggal menyesuaikan selera dan kebutuhan konsumen.

Lenovo Yoga 730

Soal baterai, Lenovo bilang bahwa daya tahannya lebih baik lagi daripada sebelumnya. Dengan konfigurasi layar 1080p, Yoga 730 bisa bertahan selama 11,5 jam penggunaan pada varian 13 incinya, atau 11 jam pada varian 15 inci. Namun yang lebih penting adalah fitur Rapid Charge, di mana Yoga 730 13 inci dan Yoga 530 bisa di-charge selama 15 menit saja untuk memberikan waktu penggunaan selama sekitar 2 jam.

Di Eropa dan sekitarnya, Lenovo bakal memasarkan Yoga 730 mulai bulan April dengan harga mulai 999 euro (13 inci) dan 1.099 euro (15 inci), sudah termasuk stylus aktif itu tadi. Yoga 530 bakal menyusul di bulan Juli dengan banderol mulai 549 euro.

Sumber: Lenovo.

Nyaris Tidak Ber-Bezel, Smartphone Konsep Vivo Apex Pamerkan Sejumlah Teknologi Inovatif

Di event CES bulan lalu, Vivo sempat mencuri perhatian lewat sebuah smartphone yang mengemas sensor sidik jari di dalam layar. Tidak lama setelahnya, Vivo langsung melepasnya ke pasar Tiongkok sebagai X20 Plus UD. Spesifikasinya memang bukan yang terbaik, tapi setidaknya ponsel ini berhasil mewujudkan visi industri yang terbentuk sejak beberapa tahun silam.

Dari situ Vivo terus mengembangkan ide-idenya, sampai akhirnya lahir sebuah smartphone konsep bernama Vivo Apex, yang dipamerkan baru-baru ini pada ajang MWC 2018. Fitur andalan Apex dideskripsikan Vivo sebagai “Half-Screen In-Display Fingerprint Scanning Technology”.

Ini merupakan kelanjutan dari teknologi sensor sidik jari dalam layar yang diperkenalkan X20 Plus UD. Kalau di X20 Plus UD pengguna harus menempatkan jarinya di atas satu titik pada layar, di Apex areanya jauh lebih besar. Tidak benar-benar separuh layar seperti klaim Vivo, tapi mungkin sepertiga kalau menurut reporter The Verge yang mencobanya.

Terlepas dari itu, area yang lebih besar jelas bakal lebih memudahkan bagi pengguna. Yang tadinya hanya berupa satu penampang kecil di bawah layar, di tombol power, atau di belakang kini telah berevolusi menjadi sepertiga area bawah layar. Andai diperlukan proteksi ekstra, pengguna juga bisa membuka ponsel menggunakan dua jari sekaligus.

Vivo Apex

Daya tarik Apex rupanya belum berhenti sampai di situ saja. Penampilannya sungguh menawan dengan bezel bagian atas, kiri dan kanan yang nyaris tidak terlihat, dan hanya menyisakan secuil bezel saja di bagian bawah. Sepintas desainnya tampak mirip seperti Xiaomi Mi Mix, dan insting kita bakal berpikir bahwa kamera depannya juga diposisikan di bezel bagian bawah tersebut.

Dugaan kita salah. Vivo dengan cerdiknya menyembunyikan kamera depan ini di belakang layar, yang akan muncul dari bagian atas layaknya periskop ketika dibutuhkan – kurang lebih mirip seperti yang diterapkan pada laptop Huawei MateBook X Pro yang juga diumumkan baru-baru ini. Langkah yang diambil Vivo ini sejatinya bisa menjadi solusi atas notch kontroversial milik iPhone X dan angle kamera yang jelek semisal posisinya di bawah layar.

Vivo Apex

Kamera depan bukan satu-satunya komponen yang ‘hilang’ dari wajah Apex, earpiece speaker pun juga. Sebagai gantinya, Apex bakal menggetarkan seluruh layarnya agar bisa bertindak seperti speaker. Cara ini berbeda dari Xiaomi Mi Mix yang mengandalkan teknik piezoelektrik, yang cara kerjanya kurang lebih sama seperti teknologi bone conduction.

Semua ini terdengar begitu menarik, tapi sayangnya Vivo tidak punya rencana untuk memasarkan Apex. Mereka menegaskan bahwa Apex murni sebatas konsep saja. Kendati demikian, ini tidak menutup kemungkinan bagi mereka untuk menerapkan setidaknya satu ide yang diusung Apex ke salah satu produk mereka selanjutnya, utamanya sensor sidik jari pada sepertiga area layar itu tadi.

Sumber: The Verge.

Google Resmi Rilis ARCore Versi 1.0 ke Tangan Developer

ARCore, salah satu penyebab dipensiunkannya Project Tango, akhirnya resmi dirilis ke tangan developer. Sejak diumumkan pada bulan Agustus lalu, ARCore yang pada saat itu masih berstatus preview sebenarnya sudah menjadi bahan eksperimen sejumlah developer. Namun sekarang semua developer tanpa terkecuali bisa membangun aplikasi AR dengannya.

Dari kacamata sederhana, ARCore sejatinya dirancang supaya perangkat bisa menjalankan beragam aplikasi augmented reality tanpa harus mengandalkan hardware ekstra macam kamera 3D. Cara kerja beserta fungsinya kurang lebih mirip seperti ARKit di iOS.

Porsche AR app

Kecuali Anda seorang developer, Anda tak perlu memahami sisi teknis ARCore. Satu hal yang pasti, dengan dirilisnya ARCore versi 1.0 ini, jumlah aplikasi AR di Google Play bakal meningkat drastis. Tentunya Google juga sudah menggandeng sejumlah mitranya seperti Snapchat dan Porsche untuk mendemonstrasikan apa yang bisa developer buat dengan ARCore.

Yang lebih penting bagi kita sebagai konsumen adalah perihal kompatibilitas. Sejauh ini ARCore sudah tersedia pada 13 ponsel berikut: Google Pixel, Pixel XL, Pixel 2, Pixel 2 XL, Samsung Galaxy S8, S8+, Note8, S7, S7 Edge, LG V30, V30+, Asus Zenfone AR dan OnePlus 5. Kompatibilitas dengan perangkat lain dari Samsung, Huawei, LG, Motorola, Asus, Xiaomi, Nokia, ZTE, Sony dan Vivo dijadwalkan bakal menyusul tahun ini juga.

Google Lens

Selain ARCore, Google turut memperluas ketersediaan fitur Google Lens. Sebelumnya hanya tersedia di lini Google Pixel, Google Lens bakal bisa diakses oleh semua pengguna Google Photos dalam beberapa minggu ke depan, dengan catatan bahasa yang digunakan adalah bahasa Inggris. Tidak cuma di Android, tapi versi iOS-nya pun juga kebagian.

Itu tadi di Google Photos, Google Lens yang terintegrasi pada Google Assistant kabarnya juga akan tersedia pada sejumlah smartphone flagship dalam kurun waktu yang hampir sama. Ini berarti pengguna dapat menjepret sesuatu, lalu Assistant akan menyuguhkan informasi berdasarkan apa yang ditangkap di layar.

Google Lens sampai kini memang masih berstatus preview, akan tetapi Google terus menyempurnakannya dengan sejumlah fitur baru, seperti fitur seleksi teks, fitur untuk membuat kontak atau event dari sebuah foto, serta kemampuan mengenali lebih banyak hewan dan tanaman, termasuk jenis-jenis spesifik anjing atau bunga.

Sumber: Google.