Samsung Galaxy Land Kedua Digelar di Kota Kasablanka

Event Samsung Galaxy Land kembali digelar untuk kedua kalinya di Indonesia. Sebelumnya ajang ini diadakan di Atrium 2 Lippo Mal Puri pada bulan Mei 2019, sementara yang kedua diselenggarakan di Grand Atrium Kota Kasablanka dari tanggal 9 – 15 Desember 2019.

PSX_20191212_115412

Kenapa Galaxy Land? Karena kita melihat bahwa tidak cukup bila hanya menjual device secara produk dan tidak memberikan konsumen ekosistem yang lebih luas. Dengan Galaxy Land kita harapkan konsumen bisa mendapatkan semua mengenai Samsung yang ada di Indonesia. Terutama dari segi smartphone, IOT, dan aksesori. Kemudian juga dari segi produk-produk lain yang kita punya dan semua user experience yang ada di sini,” ujar Hasan Aula, Chief Executive Officer Erajaya Group.

Konsumen bisa mendapatkan value dan bisa mendapatkan lebih banyak informasi mengenai produk – tentunya konsumen akan lebih mengerti dan memakai produk dengan lebih maksimal. Jadi ini adalah salah satu upaya dari kerja sama Erajaya dan Samsung, tentunya dari segi strategi kita untuk bisa terus menerus memberikan edukasi kepada konsumen,” tambahnya.

Galaxy Land sendiri merupakan ajang pameran Samsung Galaxy Series terbesar dan terlengkap di Indonesia. PT. Nusa Abadi Sukses Artha (NASA) adalah salah satu anak usaha Erajaya Group yang khusus menangani bisnis ritel mono-brand Samsung Experience Store (SES).

Sebuah konsep dan inisiatif baru yang diperkenalkan tahun 2019 untuk memberikan pengalaman terbaik bagi konsumen Samsung. Event expo dan exhibition Samsung terbesar dan terlengkap yang dikemas secara
menyeluruh, baik dari sisi produk device, ekosistem serta service yang dilengkapi dengan hands-on experience mengenai teknologi, fitur, maupun program Customer Relationship Management (CRM) dalam sebuah event.

Berbagai kegiatan di Galaxy Land akan dipandu oleh Galaxy Master yang akan membantu Konsumen untuk lebih memahami tentang produk-produk Samsung Galaxy Series, seperti Galaxy A Series, S Series, Note Series, Galaxy Gear, dan lainnya. Agar Konsumen lebih mudah memahami fitur Samsung, semua produk di Galaxy Land dilengkapi live demo unit.

“Menandai kerjasama Samsung dengan Erajaya Group selama lebih dari 15 tahun, Galaxy Land menjadi event yang memberikan berbagai kemudahan dan kenyamanan bagi konsumen untuk memiliki teknologi terbaru dari Samsung, mulai dari rangkaian Galaxy A series terbaru, Galaxy S10 dan Note 10, hingga Galaxy ekosistem dan aksesoris,” jelas JaeHoon Kwon, President Samsung Electronics Indonesia.

Bagi konsumen Erajaya Ritel Group yang meliputi Erafone, Eraspace.com, Samsung Experience Store by NASA, Urban Republic yang melakukan pembelian produk Samsung minimal Rp 2.000.000 di periode 1 November sampai dengan 1 Desember 2019 mendapatkan gratis member EraClub dan berkesempatan mengikuti program Samsung Karnaval 2019 dengan Grand Prize mobil Mitsubishi Expander yang akan diundi pada hari Minggu, 15 Desember 2019 di Galaxy Land Atrium Kota Kasablanka.

Selama event Galaxy Land, tersedia berbagai promosi dan penawaran istimewa bagi para pecinta produk Samsung, yaitu:

  • Cashback smartphone Samsung hingga Rp 5.500.000
  • Harga Spesial Samsung Galaxy Note10 Series mulai dari Rp 13.399.000 plus GRATIS* Galaxy Fit E
  • Harga Spesial Samsung Galaxy S10 Series mulai dari Rp 9.999.000 plus GRATIS* voucher aksesoris senilai Rp 500.000
  • Flash Sale smartphone dan aksesoris Samsung dapatkan cashback hingga Rp 4.000.000
  • Tukar gadget lama kamu ke Galaxy Note10 Series
  • GRATIS* Galaxy Buds untuk lima Konsumen pertama Samsung Galaxy Note10|10+
  • Tambahan diskon hingga Rp 500.000 dan cicilan 0% hingga 24 bulan dengan kartu kredit BCA, CIMB Niaga, Citibank, Digibank by DBS dan Mandiri
  • Cicilan mudah tanpa kartu kredit plus diskon hingga Rp 1.000.000 dengan AEON, HCI, Kredit Plus, Mega Zip dan Kredivo.

Studio VR Opaque Kembangkan Konten Simulasi untuk Berbagai Bidang

Pemanfaatan teknologi Virtual Reality (VR) ternyata tidak hanya terbatas untuk industri game saja. Hal ini dibuktikan langsung oleh startup studio VR asal Australia, Opaque Media Group.

Opaque mengembangkan VR untuk segmen niche seperti luar angkasa, penerbangan, dan kesehatan yang bisa dimanfaatkan untuk dukung program pelatihan. Dengan demikian, demo simulasi akan terasa lebih terasa nyata dan lebih memberikan dampak secara langsung.

Dalam kunjungan DailySocial beserta media lainnya yang diundang Kedutaan Besar Australia dalam rangka Digital Indonesia Media Visit, kami bertemu dengan Manajer Studio Opaque, Mitchell Manganaro.

Manganaro bercerita, startup yang didirikan sejak 2012 ini awalnya ingin membawa teknologi VR agar tidak melulu soal game saja. Setelah brainstorming bersama tim, akhirnya diputuskan untuk membuat simulasi soal dunia kesehatan bertemakan MRI, demensia, alzheimer, dan autisme.

Ambil contoh, MRI VR Preparation dipakai untuk memberikan gambaran kepada pasien sehingga mereka bisa lebih siap. Sementara Virtual Dimentia Experience digunakan agar perawat bisa memberikan pelayanan untuk pasien demensia.

“Kemudian dari situ kami melanjutkan brainstorming, sektor mana lagi yang bisa dikembangkan. Akhirnya memilih luar angkasa, dari situ kami mulai buat demo, kemudian mendapat tanggapan bagus sekarang juga dihadirkan untuk publik,” terang dia, Rabu (28/11).

Mencoba game VR Earthlight: Spacewalk / DailySocial
Mencoba game VR Earthlight: Spacewalk / DailySocial

Earthlight: Skywalk menjadi permainan eksplorasi VR di luar angkasa pertama dari Opaque, dirilis pada tahun 2015. Konten ini memungkinkan simulasi realistis sebagai astronot yang di International Space Station (ISS).

Pengguna diajak merasakan sensasi microgravity sembari menyelesaikan tugas yang diberikan lewat instruksi, seperti memanjat tangga atau melepas sekrup. Durasinya memakan waktu kurang lebih 30 menit.

Opaque menggabungkan Oculus Rift dan Kinect 2 dengan plugin Kinect 4 Unreal mereka sehingga menghasilkan Unreal Engine 4. Pengalaman yang ditawarkan terasa nyata, melihat luar angkasa tanpa batas dengan video 4K 360 derajat.

Lewat game VR ini, membuat Opaque akhirnya dilirik NASA dan akhirnya menimbulkan kolaborasi antar keduanya. NASA menggunakan Earthlight untuk melatih calon astronotnya. Manganaro menyebut kolaborasi antar keduanya masih berlanjut, hingga game franchise dari Earthlight yang kedua dirilis.

Space agency suka dengan konten yang kita buat karena menggambarkan habitat seperti aslinya. Selain dengan NASA, kami akan buka kemungkinan perluas pemanfaatan Earthlight di sekolah untuk mengenalkan luar angkasa kepada para pelajar.”

Mendapat feedback yang bagus dari NASA, sambungnya, membuat Opaque percaya diri untuk merilisnya secara publik. Game ini tersedia di SteamVR, PlayStation VR, dan Oculus Rift dengan tambahan perangkat game tambahan.

Manganaro menambahkan sejak dibuka untuk publik pada awal tahun ini, Earthlight telah dimainkan oleh lebih dari ratusan ribu gamers.

Adapun tim Opaque itu sendiri, tidak hanya ada di Melbourne saja, tapi sudah merambah ke Amerika Serikat, Tiongkok, dan Jerman. Bila ditotal ada sekitar 20 orang.

Buat menggaet lebih banyak pengguna, Manganaro membuka kemungkinan untuk melakukan lokalisasi bahasa yang dipakai game saat memberi instruksi. Bahasa Indonesia masuk jadi pertimbangan tim Opaque, meski belum ada target kapan rencana tersebut akan direalisasikan.

“Kami lihat ada potensi pemain yang besar game VR di Indonesia dan menarik apabila kami bisa turut serta,” pungkasnya.

Uber Menandatangani Kontrak Dengan NASA Untuk Siapkan Layanan Taksi Terbang di 2020

Gambaran tentang alat transportasi masa depan sudah lama muncul di film-film sci-fi, dan salah satu yang terpopuler ialah mobil terbang. Dalam beberapa tahun ke belakang, ada cukup banyak percobaan pengembangan mobil terbang untuk menanggulangi masalah kemacetan. Dan satu perusahaan teknologi transportasi global juga melihat metode ini sebagai jalan keluar terbaik.

Dalam acara Web Summit di kota Lisbon, Portugal tanggal 8 November kemarin, Jeff Holden selaku head of product Uber menyingkap detail lebih lanjut mengenai program taksi terbang mereka. Proyek bernama Uber Elevate tersebut digarap Uber bersama teknisi dirgantara NASA Mark D. Moore sebagai ujung tombaknya. Agenda pengadaan taksi terbang ini pertama kali disingkap pada bulan Februari silam.

Saat itu, Uber punya rencana buat mengadakan uji coba di Dallas, kemudian menyusul di Dubai. Sang perusahaan memang terlihat sangat optimis dengan gagasan ini, dan kini menunjuk Los Angeles sebagai lokasi tes ketiga. Menariknya lagi, momen tersebut ternyata hadir lebih cepat dari dugaan kita. Sesi uji coba Elevate kabarnya akan dilangsungkan pada tahun 2020 di Los Angeles.

Berdasarkan penjelasan Holden, Los Angeles dipilih karena merupakan salah satu kota dengan lalu lintas terpadat di dunia, dan pada dasarnya belum mempunyai infrastruktur angkutan umum. Baginya, Uber Elevate adalah metode implementasi sistem angkutan umum tanpa memperparah kondisi lalu lintas.

Bersamaan dengan pengumuman ini, Uber turut memublikasikan video konsep yang memperlihatkan cara kerja layanan taksi terbangnya. Di sana, seorang wanita melakukan pemesanan taksi melalui aplikasi mobile – tak berbeda dari servis reguler. Kemudian ia naik ke lantai teratas gedung tempat Skyport berada, melakukan konfirmasi di terminal menggunakan NFC di smartphone, lalu selanjutnya naik ke taksi udara. Di dalam, penumpang bisa melihat info waktu dan jarak tempuh di display.

Selain mengungkap agenda barunya, Uber juga memberitahukan bahwa mereka telah menandatangani kontrak Space Act Agreement dengan NASA, sebagai upaya menciptakan sistem kendali lalu lintas khusus udara untuk mengelola kendaraan-kendaraan ‘low-flying‘.

Nahkoda proyek ini, Mark D. Moore, telah bekerja untuk NASA selama 30 tahun, dan bidang yang digelutinya seirama dengan metode terbaik penyajian taksi udara menurut Uber. Ketika konsep pengembangan mobil terbang mengadopsi pesawat konvensional, Moore mengajukan pendekatan VTOL atau vertical take-off and landing.

Via Digital Trends & The Guardian.

Ayo Temui Valkyrie, Robot yang Akan Membantu Manusia Mengkolonisasi Mars

Planet Mars telah lama dilirik ilmuwan untuk dijadikan tempat tinggal manusia di luar Bumi. Melihat dari kondisi permukaan dan tersedianya air membuatnya ditunjuk sebagai lokasi paling mendukung kehidupan di sistem tata surya kita (selain Bumi tentunya). Dan sebelum mengutus manusia pergi ke sana, NASA terlebih dulu melakukan survei dengan menggunakan robot.

Dari sejak 1970-an, sudah ada banyak upaya untuk mengirimkan robot ke Mars. Soviet melangsungkannya dua kali (gagal), disusul Amerika (1997, hilang kontak), dan Eropa (ESA, 2003, juga hilang kontak). Tiga misi NASA terakhir terbilang sukses, dengan Curiosity Rover yang masih beroperasi hingga sekarang. Agenda NASA selanjutnya ialah menciptakan robot yang lebih canggih dan betul-betul merepresentasikan manusia.

Saat ini, National Aeronautics and Space Administration tengah sibuk mengembangkan robot humanoid Valkyrie V5. Tak seperti Curiosity, Valkyrie memiliki tubuh menyerupai manusia – berdiri dengan dua kaki dan mempunyai dua tangan. Valkyrie dirancang sebagai pionir kolonisasi manusia di Planet Merah, khususnya untuk navigasi di ruang sempit serta mendirikan pemukiman di lingkungan berbahaya.

NASA memproduksi empat unit Valkyrie: satu buat riset mereka sendiri, dua dipinjamkan pada Northeastern University dan Massachusetts Institute of Technology, dan satu lagi dibeli oleh University of Edinburgh di Skotlandia. Di tahun 2015, Northeastern memutuskan untuk mengakuisisi Valkyrie, dibarengi oleh proposal Profesor Taskin Padir dari Electrical & Computer Engineering yang menawarkan bantuan pada NASA buat menguji hardware-nya.

Valkyrie bukan hanya mampu menggerakan anggota tubuh. Ia sangat pintar, bisa berjalan secara otomatis, menyelesaikan tugas yang diberikan, bahkan dapat membuat keputusan sendiri. Northeastern memindahkan lokasi Valkyrie miliknya ke New England Robotics Validation and Experimentation Center, sebuah gudang berisi rintangan-rintangan raksasa untuk menguji kapabilitas robot dan drone – tempat ideal buat mengevaluasi sistem penglihatan on-board dan pergerakan bipedal Valkyrie.

Penampilan Valkyrie V5 juga jauh lebih futuristis dibanding robot rover, mengusung konstruksi modular. Sebagai matanya, ia memiliki visor berisi sistem 3D vision kompleks; di area dada, logo NASA akan menyala ketika Valkyrie sedang aktif; lalu di bagian punggung, sang robot membopong unit baterai raksasa. Ketika ia nanti beroperasi secara sempurna, Valkyrie kabarnya mampu memanipulasi objek serta siap untuk melakukan misi penyelamatan.

Buat sekarang, belum ada rencana untuk mengirim Valkyrie ke Mars. NASA berharap, dengan melangsungkan program Space Robotics Challenge, para ilmuwan bisa menciptakan penerus Valkyrie yang lebih canggih dan betul-betul siap dikirim ke sana.

Sumber: Tech Crunch.

NASA Gunakan VR untuk Menghemat Biaya, Melatih Astronot Sekaligus Mengasah Mentalnya

Kalau ditanya siapa yang paling diuntungkan oleh perkembangan teknologi virtual reality, jawabannya adalah NASA. Lembaga pemerintahan AS tersebut sudah memanfaatkan VR sejak tahun 80-an, namun perkembangan pesat yang ada sekarang memungkinkan mereka untuk menggunakan VR untuk keperluan apapun.

Contoh yang paling sederhana adalah pemanfaatan VR untuk melatih para astronot baru. Contoh lain, VR juga bisa dimanfaatkan untuk mempersiapkan astronot sebelum mengunjungi International Space Station (ISS). Selain praktis, VR ternyata juga membantu NASA menghemat biaya yang dibutuhkan selama sesi pelatihan ini.

Salah satu petinggi Hybrid Reality Lab milik NASA, Matthew Noyes, menjelaskan bahwa grafik yang apik dan immersive yang ditawarkan VR sangat membantu memberikan kesan sedang berada di luar angkasa. VR juga memungkinkan mereka untuk menggunakan dummy ketimbang peralatan aslinya yang sangat mahal dan beresiko rusak saat dipakai dalam sesi latihan.

Dummy yang dimaksud hanya memerlukan biaya sekitar ratusan dolar dan dapat dibuat menggunakan 3D printer, sedangkan peralatan aslinya bisa berharga jutaan dolar. VR kemudian dimanfaat untuk tracking dummy tersebut sehingga interaksinya di dunia virtual terasa seperti di luar angkasa.

Ahli teknologi NASA mendemonstrasikan pengaplikasian VR via Microsoft HoloLens / NASA
Ahli teknologi NASA mendemonstrasikan pengaplikasian VR via Microsoft HoloLens / NASA

Fungsi lain dari VR bagi NASA adalah untuk melatih mental para astronot dengan menempatkan mereka di situasi yang membahayakan. Meski hanya secara virtual, mereka diyakini bisa merasa benar-benar terancam nyawanya, dan hal ini sangat mendorong insting mereka untuk bereaksi cepat dan tepat dalam situasi-situasi seperti itu.

Tidak kalah menarik adalah kontribusi VR terhadap kesehatan para astronot. Noyes menjelaskan bahwa dalam misi menuju Mars, astronot perlu berolahraga selama sekitar dua jam per hari. VR memungkinkan mereka untuk berlari di atas treadmill selagi berada di spot lari favoritnya di Bumi secara virtual, membuat mereka tidak cepat bosan dan terus termotivasi.

Singkat cerita, kalau masih ada yang berpikiran bahwa VR hanya bermanfaat untuk bidang gaming dan hiburan saja, mereka salah besar. Teknologi ini punya jasa yang amat besar di bidang yang sering kita anggap serius, seperti bidang medis atau bahkan astronomi seperti yang sudah dijelaskan ini tadi.

Sumber: The Australian. Gambar header: NASA.

Peringati Ulang Tahun ke-4 Curiosity Rover, NASA Luncurkan Game Mars Rover

Sejak tiba di Gale Crater tanggal 6 Agustus 2012, robot rover Curiosity berhasil menemukan banyak hal penting terkait Mars: ia mendeteksi metana di atmosfer dan zat karbon organik di bebatuan, mengetahui bahwa level radiasi di sana masih cukup tinggi, dan berkatnya, September lalu NASA mengonfirmasi adanya air mengalir. Info-info ini sangat berguna buat misi selanjutnya.

Tepat pada tanggal 6 Agustus besok, rover Curiosity merayakan ulang tahun keempat kehadirannya di Mars (atau 1460 hari di Bumi per tanggal 5 Agustus 2016). Sebagai penciptanya, National Aeronautics and Space Administration telah menyiapkan satu persembahan yang bisa dinikmati semua orang: game berjudul Mars Rover, disajikan gratis untuk handset Android, iDevice serta PC lewat browser.

Permainan ini cukup sederhana. Sebagai operator, tugas Anda adalah memandu rover menjelajahi Mars, disajikan dalam tampilan side-scrolling 2D. Tantangan utamanya ialah menjaga robot agar tetap utuh dan tidak terbalik, serta memastikannya tetap berada di jangkauan kamera. Rover akan mengaktifkan radar saat melewati air di bawah permukaan tanah, memberikan Anda skor tambahan. Fitur ini rencanya akan dibubuhkan pada robot versi baru NASA di misi ke Mars yang akan dilangsungkan tahun 2020.

Tentu praktek tidak semudah teorinya; ketidakseimbangan sedikit saja membuat rover terbalik, lalu jatuh dari ketinggan menyebabkan rodanya rusak. Hal-hal tersebut segera mengakhiri permainan.

Tingkat kesulitan yang tinggi mungkin diusung untuk mewakilkan susahnya mengendalikan Curiosity dari jarak ratusan juta kilometer. Berbeda dari game, pengendali rover tidak bisa mengontrol Curiosity secara langsung. Mereka mengirimkan daftar perintah sekali sehari, dan robot dapat mengisi ulang baterai saat sudah mengerjakan semuanya. Curiosity bergerak di kecepatan lambat, maksimal 2-inci per detik, kira-kira membutuhkan waktu setengah jam buat melintasi lapangan sepak bola.

“Kami sangat bersemangat memberikan cara baru bagi khalayak untuk terlibat dalam petualangan Curiosity saat ini dan juga terhadap rencana eksplorasi planet Mars di tahun 2020,” ujar Michelle Viotti selaku manager PR Jet Propulsion Laboratory NASA. “Dengan menggunakan jejaring sosial, pemain dapat saling berbagi kesenangan bersama kawan-kawan. Beberapa aspek di game juga dibuat agar kita lebih memahami ilmu pengetahuan, teknologi, ilmu teknik dan matematika.”

Buat menghidangkan  Mars Rover, Jet Propulsion Laboratory bekerja sama dengan Gamee. Penasaran? Segera jajal Mars Rover, bisa diperoleh di Apple app store dan Google Play, atau mainkan langsung di browser tanpa proses instalasi.

Sumber: NASA.

Manfaatkan Satelit Baru, Gambar dalam Google Maps dan Google Earth Kini Makin Tajam

Google baru saja merilis update untuk Google Maps dan Google Earth, meningkatkan kualitas dan ketajaman gambar satelit pada kedua aplikasi tersebut. Update ini dimungkinkan berkat satelit baru NASA, Landsat 8, yang mulai mengabadikan seluruh sudut Bumi dari atas orbit sejak tiga tahun yang lalu.

Landsat 8 diyakini jauh lebih superior dari pendahulunya, sanggup mengambil gambar dua kali lipat lebih banyak setiap harinya. Tidak hanya itu, gambar yang ditangkap juga mempunyai detail yang lebih tajam dan warna yang lebih akurat, seperti yang bisa Anda lihat sendiri pada gambar satelit kawasan New York City di bawah ini.

Perbandingan kualitas gambar satelit sebelum dan sesudah update / Google
Perbandingan kualitas gambar satelit sebelum dan sesudah update / Google

Google tidak mau main-main dalam memperbarui Maps dan Earth. Mereka ‘menambang’ hampir satu petabyte (setara 1 juta gigabyte) data yang diambil oleh satelit Landsat 8. Dilihat dari sudut pandang lain, Google mengambil secara total 700 triliun pixel guna menyajikan pemetaan digital yang lebih berkualitas.

Gambar-gambar satelit yang lebih tajam ini sudah bisa dinikmati sekarang juga dengan mengaktifkan layer satelit di Google Maps maupun Google Earth. Pastikan Anda sudah lebih dulu meng-update keduanya ke versi yang terbaru.

Sumber: Google Maps Blog.

NASA Ingin Anda Merancang Tangan Robotik Milik Salah Satu Robotnya

Siapa yang menyangka kalau organisasi sebesar dan seserius NASA mau melibatkan publik dalam mengerjakan salah satu proyeknya? Namun tentunya bukan sembarang publik, melainkan jutaan sosok berbakat yang tergabung dalam komunitas Freelancer.com.

Sejak tanggal 14 Januari kemarin, keduanya sedang mengumpulkan konsep-konsep desain yang bisa diterapkan pada tangan robotik milik robot Astrobee besutan NASA. Robot Astrobee sendiri nantinya akan ditugaskan di International Space Station (ISS).

Tugas Astrobee banyak, mencakup pekerjaan yang rutin dan berulang-ulang seperti misalnya survei atau inspeksi, dan pastinya akan dikerjakan dengan sendirinya. Namun dengan bantuan tangan robotik ini, kemampuan Astrobee dalam berinteraksi dengan objek-objek berukuran kecil pun akan meningkat pesat.

Konsep desain tangan robotik milik Astrobee

Metode crowdsourcing ini mereka perlakukan layaknya sebuah kompetisi. Dalam fase pertama, NASA akan menyeleksi 30 freelancer dengan konsep tangan robotik terbaik yang akan lanjut menuju fase kedua; dimana mereka akan diminta untuk merincikan arsitektur rancangannya, menggambarkan semua elemen yang membentuk konsep tangan robotiknya.

Pada fase terakhir, NASA akan memulai tahap crowdsourcing lain guna mengumpulkan ide terkait sub-komponen milik 30 konsep tangan robotik tadi secara lebih mendetail. Tentunya semua harus didasari oleh spesifikasi yang telah ditetapkan ketigapuluh freelancer berbakat tadi.

Ini sebenarnya bukan pertama kali NASA dan Freelancer.com berkolaborasi dengan metode crowdsourcing. Sebelumnya, mereka sempat mengumpulkan ide untuk membantu melatih sistem pengenalan gambar milik robot astronot Robonaut-2. Kemudian keduanya juga sempat menggalang konsep desain aplikasi smartwatch yang berpotensi memaksimalkan kinerja para astronot di masa yang akan datang.

Buat para freelancer yang tertarik menyumbangkan idenya serta ingin ikut ambil bagian dalam mengembangkan tangan robotik milik Astrobee, silakan kunjungi situs resmi Freelancer untuk mengetahui detail lengkap dari kompetisi sekaligus mendaftar.

Ini Dia Pemenang Kontes Desain Aplikasi Smartwatch NASA

Sejak bulan Agustus lalu Center of Excellence for Collaborative Innovation (CoECI) dari NASA menggandeng Freelancer untuk menggelar turnamen yang diberi tajuk NASA Tournament Lab (NTL). Turnamen ini bertujuan untuk menyaring ide-ide kreatif seputar desain aplikasi salah satunya desain smartwatch bagi para astronot.

Continue reading Ini Dia Pemenang Kontes Desain Aplikasi Smartwatch NASA

Proyek ISeeChange Manfaatkan Instagram untuk Mengamati Perubahan Iklim

Setiap orang pasti punya maksud tersendiri dalam menggunakan Instagram. Ada yang memakainya untuk menikmati galeri foto yang populer saja, ada yang menjadikannya ajang pamer hewan peliharaan, dan ada pula yang memanfaatkannya sebagai sarana mengamati pertumbuhan buah hatinya lewat semua foto yang diunggah. Continue reading Proyek ISeeChange Manfaatkan Instagram untuk Mengamati Perubahan Iklim