Grab Accommodates OVO Top-Up via Driver

Grab adds new option for OVO top-up via driver to improve cashless payment system in its services. The service is currently available for Grab customers located in Jakarta.

DailySocial attempts to reach Grab for further information yet receives no response until the story published. According to some drivers, this feature has been operated since last week (6/25).

According to OVO’s top-up procedure, Grab has a different kind of experience from Go-Jek’s Go-Pay. Customers can only top-up if they receive notification says “You can top-up your OVO balance via driver in this trip”.

Furthermore, customers can ask for additional balance from drivers by making a top-up, from Rp10 thousand to Rp98 thousand. The driver will receive customer’s notification and do the final step. When the balance has been updated, customer can pay the drivers.

Although this feature hasn’t broadly distributed in all Grab areas, it’s hopeful to increase OVO usage, given Grab has widely available in more than 100 cities in Indonesia.

Grab is recently getting more aggressive with various promotional discounts using OVO. OVO balance top-up can be done in Grab app via ATM, internet/mobile banking, merchants, and debit card.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Startup Layanan Otomotif Montir Raih Pendanaan Seri A dari East Ventures

Startup layanan otomotif dan suku cadang on demand Montir mengumumkan perolehan dana segar seri A dari East Ventures dengan nilai yang tidak disebutkan. Dana ini akan digunakan untuk mempercepat misi perusahaan sebagai solusi ‘satu atap’ untuk kebutuhan servis otomotif.

Montir didirikan oleh Mikhail Laurus dan Dennis Eka Putra pada 2016 dengan misi yang ingin menciptakan inovasi dalam industri otomotif dengan mengaplikasikan teknologi untuk membentuk proses servis kendaraan yang lebih sederhana dan nyaman. Di Jakarta saja, pasar perbaikan kendaraan (tidak termasuk reparasi bodi kendaraan) diperkirakan mencapai US$1 miliar per tahunnya.

Namun bagi banyak orang, melakukan servis kendaraan menjadi beban tersendiri karena prosesnya yang panjang dan tidak efisien. Mereka harus menghabiskan waktu berjam-jam, bahkan hingga berhari-hari, hanya untuk mengantre dan memperbaiki mobil.

Seiring dengan pertumbuhan industri e-commerce yang cepat, Montir menyadari banyak pemilik mobil menginginkan solusi mobil ‘satu atap’. Artinya, mereka dapat menghemat waktu dan uang tanpa mengorbankan kualitas layanan. Hal ini yang ingin disasar Montir.

Montir menawarkan layanan dan perbaikan mobil on-demand, mulai dari perawatan rutin seperti penggantian oli dan servis rem, hingga perbaikan yang lebih berat seperti penggantian radiator dan perbaikan AC. Pelanggan dapat memesan layanan Montir melalui situs web atau aplikasi. Selain servis mobil, Montir juga menyediakan jasa salon mobil dan derek.

“Mendapatkan harga serta kualitas terbaik selalu menjadi tantangan di industri otomotif. Jika pemilik mobil pergi ke bengkel resmi, kualitasnya akan sangat baik tapi harganya relatif tinggi. Sementara, jika ke bengke tidak resmi, tentu akan lebih murah tapi kualitas layanannya di pertanyakan. Montir hadir dan memberikan yang terbaik dari keduanya,” terang Co-Founder Montir Mikhail Laurus dalam keterangan resmi.

Dia menerangkan untuk proses pemesanannya, pelanggan cukup membuka situs Montir. Lalu mengisi masalah mobil apa yang mereka hadapi dan memilih jadwal untuk konsultasi. Penasihat Montir akan datang untuk memeriksa mobil dan memberi saran layanan atau suku cadang apa yang perlu dibeli. Setelah pelanggan setuju, Montir akan mengirim suku cadang tersebut beserta tenaga ahlinya untuk melakukan servis mobil di lokasi pelanggan berada.

Co-Founder Montir Dennis Eka Putra mengklaim dari alur tersebut, pelanggan puas dengan layanan yang diberikan. Pihaknya juga bangga karena menjadi satu-satunya perusahaan yang dapat melakukan perbaikan skala berat dan penggantian suku cadang di rumah pelanggan dan bukan di bengkel.

“Tak hanya itu, kami juga menyediakan berbagai suku cadang dengan tingkat kualitas berbeda-beda untuk memenuhi anggaran pelanggan. Seperti kualitas asli, suku cadang aftermarket, hingga suku cadang bekas. Melalui platform kami, pelanggan akan menghemat banyak waktu dengan tidak pergi ke bengkel dan meninggalkan mobilnya selama beberapa hari,” ujar Dennis.

Managing Partner East Ventures Willson Cuaca menambahkan Montir memecahkan masalah inefisiensi dalam industri otomotif yang sedang tumbuh. Indonesia memiliki lebih dari 129 juta kendaraan di jalan (80% sepeda motor dan 20% mobil).

“Para pendiri berhasil menunjukkan kemampuan mereka dalam memberikan layanan otomotif berkualitas tinggi yang lebih cepat dan lebih murah di lokasi manapun. Kami percaya bahwa Montir siap untuk membawa industri jasa otomotif ke tingkat berikutnya,” tuturnya.

Bertambahnya Montir, turut melengkapi portofolio East Ventures sepanjang tahun ini. Sebelumnya perusahaan modal ventura ini juga mengumumkan sejumlah kucuran dana untuk startup seperti Nodeflux, COCOWORK (sebelumnya bernama EV Hive), PHI Integration, Sociolla, Waresix, Warung Pintar, dan masih banyak lagi.

Strategi Di Balik Ekspansi Regional Go-Jek

Pasca mengumumkan peresmian kehadiran Go-Jek di Thailand dan Vietnam, Founder dan CEO Go-Jek Nadiem Makarim menuturkan bagaimana strategi perusahaan ke depannya, serta persaingannya dengan pemain ride hailing raksasa di Asia Tenggara, Grab dalam suatu wawancara bersama CNBC.

Nadiem menuturkan strategi yang dipilih Go-Jek untuk bersaing adalah bermitra dengan tim lokal. Menurutnya keberadaan tim lokal diharapkan dapat menerjemahkan konsep yang sudah dijalankan Go-Jek ke dalam konteks lokal. Untuk itu, perusahaan melakukan bimbingan kepada mereka tentang apa saja yang telah dipelajari Go-Jek agar sukses dan hal apa saja yang tidak berhasil di jalankan di Indonesia.

Dengan strategi membimbing dari jarak jauh, harapannya seiring waktu berjalan mereka dapat benar-benar menciptakan strategi yang unik untuk pasarnya masing-masing. Baik itu dalam hal memilih produk yang akan diluncurkan, urutan bagaimana meluncurkannya, dan bagaimana mereka melakukannya, hingga bagaimana ingin memposisikan merek di pasar.

Penamaan merek itu sendiri, sambung Nadiem, seluruhnya diserahkan kepada tim lokal mau diubah ataupun tidak. Beberapa negara yang akan disambangi Go-Jek, bahkan memutuskan untuk tetap memakai nama Go-Jek. Seperti terlihat dari nama resmi yang diumumkan Go-Jek saat mengumumkan peresmian namanya di Thailand dengan nama GET, sementara di Vietnam dengan Go-Viet.

“Tim lokal merasa nama Go-Jek adalah nama yang sangat baik dan memiliki esensi merek yang baik pula,” terangnya.

Dari sisi strategi promosi pun, Nadiem mengungkapkan pihaknya sudah menyiapkan berbagai strategi yang diklaim akan lebih adil dan lebih cerdas, sehingga dapat menguntungkan baik bagi pengemudi maupun pelanggan. Namun cara yang dipakai akan lebih cerdas dan bisa dilakukan secara berkelanjutan.

Cara ini menurutnya bisa didapat dari penyempurnaan yang selama kompetisi berlangsung, lambat laun perusahaan memahami bagaimana cara bermanuver dan menciptakan efisiensi dalam promosi dan mengembangkan pasar. Dia pun memberi perumpamaan, lebih baik pertahankan konsumen yang kurus namun daya konsumsinya lebih banyak daripada mempertahankan konsumen bertubuh gemuk dengan konsumsi yang lebih sedikit dari orang sebelumnya.

“Kami telah berada di masa tersebut sepanjang waktu ini dan sekarang kami bertukar giliran, di mana kami akan melakukan pelanggaran dan menciptakan opsi untuk pengemudi dan pelanggan.”

Dia melanjutkan, jika dalam suatu pasar hanya ada satu opsi maka potensi kemauan konsumen untuk mencoba opsi kedua akan sangat besar sekali. Pasalnya jika dilihat dari dua perspeketif berbeda, setiap pengemudi ingin ada pilihan, setiap konsumen ingin kompetisi. Maka menurutnya hal tersebut adalah pemicu terbesar yang akan memastikan bahwa Go-Jek bisa sukses.

“Itulah yang kami harapkan bisa membuka jalan jadi lebih relatif lancar.”

Di samping itu, memberikan pilihan layanan bagi semua orang adalah inti utama yang ingin diberikan Go-Jek. Dari tim internal, dia dan tim banyak berpikir bahwa Go-Jek telah membangun cukup banyak perusahaan dan layanan di Indonesia, apakah model seperti ini bisa diekspor. Apakah tim bisa menemukan cara baru untuk benar-benar menggerakkan negara berkembang secara digital atau sangat spesifik untuk Indonesia.

“Tingkat keingintahuan itu sangat tinggi bagi semua orang di Go-Jek. Jadi bagi kami itu akan sangat menarik untuk pergi keluar dari Indonesia untuk melihat apakah model ini bisa direplikasi dalam konteks budaya yang berbeda.”

Momen tepat ekspansi

Tak hanya membicarakan strategi, Nadiem juga mengungkapkan terkait tepatnya momen pengumuman ekspansi Go-Jek beberapa saat setelah Uber mengumumkan penutupan bisnisnya di Asia Tenggara. Nadiem bilang bahwa banyak hal yang kebetulan terjadi pada Go-Jek dan itu jadi semacam suatu kekuatan inti utama dari mereka.

Dia melihat pelajaran pertama yang bisa diambil dari Uber adalah sangat sulit dan mahal harganya untuk mempertahankan satu vertikal bisnis saja. Untuk mempertahankan dan melibatkan pengguna, perusahaan perlu melibatkan diri dengan mengambil beberapa momen dalam kehidupan sehari-hari mereka. Makanya, dia menempatkan Go-Jek sebagai rumah, platform, dan hub.

“Untuk menjadi bisnis jangka panjang dan berkelanjutan, harus menjadi platform. Anda perlu memiliki banyak layanan dan mereka harus perkuat satu sama lain. Bagaimana menciptakan sinergi dari sisi suplai, strategi retensi dari sisi demand.”

Hal ini terjadi di Go-Jek, di mana setiap kali meluncurkan layanan, proses akuisisi pengguna Go-Jek terus meningkat karena perusahaan hanya mengonversi pengguna yang sudah ada untuk mencoba hal baru, hal baru, dan hal baru. Ini berdampak pada biaya akuisisi setiap pelanggan baru dalam setiap vertikal baru terus menurun.

Baginya, proses ini adalah siklus yang sangat positif sehingga semakin banyak vertikal yang diciptakan dari platform, semakin banyak monetisasinya, tingkat konsumen yang kembali ke platform pun akan semakin tinggi.

“Tidak masalah dari mana mereka berasal, mungkin dari transportasi ride hailing, atau dari Go-Food, Go-Pulsa atau Go-Tix, yang terpenting ketika pengguna terpaku dengan satu layanan yang bisa menyelesaikan masalah mereka jauh lebih mudah, akan lebih mudah meraih mereka,” pungkas Nadiem.

Grab dan Bosowa Taksi Hadirkan Layanan Khusus GrabBosowa

Grab dan perusahaan taksi konvensional Bosowa Taksi mengumumkan kerja sama strategis dengan menghadirkan GrabBosowa yang kini hadir di dalam aplikasi Grab. Kerja sama ini diharapkan dapat permudah para pengguna taksi Bosowa jadi lebih aman, nyaman, dan efisien saat berkendara.

Executive Director Grab Indonesia Ongki Kurniawan mengatakan GrabBosowa adalah pertama kalinya dihadirkan oleh perusahaan di Indonesia sebagai bentuk upaya perusahaan dalam memberikan kenyamanan lebih dan kemudahan akses kepada para pengguna di Makassar. Hal tersebut sejalan dengan misi Grab yang ingin menjadi platform layanan satu pintu terpadu yang menjawab segala kebutuhan mobilitas masyarakat.

“Kami berharap dapat menjadikan transportasi masyarakat di kota Makassar lebih baik dengan moda transportasi favorit Bosowa Taksi yang biasa mereka gunakan,” kata Ongki dalam keterangan resmi.

Direktur Bosowa Taksi Berlan Sumadi menambahkan tujuan kolaborasi ini adalah upaya perusahaan dalam meningkatkan layanan. Dengan demikian pelanggan akan semakin mudah dalam mendapatkan jasa Bosowa Taksi dan meningkatkan produktivitas pengemudi.

“Ini dapat menjadi salah satu tambahan channel order yang semakin memudahkan masyarakat dalam mendapatkan layanan Bosowa Taksi, serta peningkatan kesejahteraan mitra pengemudi kami,” ucap Berlan.

Tarif yang dikenakan untuk setiap layanan GrabBosowa ini akan mengacu pada ketentuan tarif argo taksi konvensional yang diberlakukan Bosowa Taksi. Selain itu, pengguna yang memesan layanan GrabCar juga dapat menikmati Bosowa Taksi dengan tarif tetap GrabCar, apabila mitra pengemudi Bosowa berada di lokasi pemesanan.

Terhitung saat ini Bosowo memiliki sekitar dua ribu armada taksi yang tersebar di sejumlah kota di Jawa Timur seperti Surabaya, Banyuwangi, Jember, dan Indonesia Timur seperti Kendari, Palopo, Bone, dan Mamuju.

Salah satu strategi Bosowa Taksi dalam memberikan layanan yang terbaik adalah dengan memiliki multi-channel access, antara lain melalui pangkalan-pangkalan di mal, hotel, lambaian tangan, call center, dan kini aplikasi Grab. Bosowa Taksi juga memiliki aplikasi yang bisa dimanfaatkan untuk melakukan pemesanan.

Pada tahap awal kerja sama ini akan dijalankan di Makassar dan bakal bergulir ke kota berikutnya di aman Bosowa Taksi telah beroperasi.

Sebelumnya, Grab giat melakukan berbagai kemitraan dengan institusi resmi seperi KAI, Damri, dan Angkasa Pura dalam memperbanyak titik penjemputan layanan transportasi untuk para penggunanya.

Application Information Will Show Up Here

Grab Partners with MRT Jakarta to Follow GO-JEK’s Step

Grab announces a partnership with MRT Jakarta. First, it includes several strategic plans, related to the usage of GrabPay e-money (supported by OVO platform) as the payment method. Second, related to the connectivity (first mile – last mile) for MRT Jakarta and Grab passengers. Third, the proof of concept creation for mobile payment integration to make all in one platform.

Ridzki Kramadibrata, Grab Indonesia’s Managing Director, said the partnership is a first step to create an integrated transportation system. They expect this partnership can strengthen Grab’s role in providing transportation modes in Jakarta.

Adrian Suherman, President Director of OVO, said he thinks Grab’s involvement helps to boost OVO’s position as the payment platform. Integration with transportation service is considered as an important use-cases for OVO to expand user’s reach.

A similar partnership has been performed by GO-JEK last month. With the same objective, through its own mobile payment, GO-JEK wants to be the alternative facility for MRT Jakarta ticketing. In addition to ticketing, it also offers Non Farebox Business concept.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Go-Jek Introduces Go-Viet in Vietnam and GET in Thailand

Go-Jek officially announces operational in Vietnam (Go-Viet) and Thailand (GET) with local entity for the first batch of its international expansion in Southeast Asia. Both companies are under local founder, supported by insights, skills, technology, and investment from Go-Jek.

Go-Viet will enter a beta testing stage in July. It involves some drivers and consumers, before going fully launched in several months. GET is going to follow, due to consulting process that is on progress with local authorities, including government, driver partners, and consumers.

In the beginning, both companies will provide ride-hailing service and logistics, later to be followed by food ordering & delivery and electronic payment. The next target are Singapore and the Philippines.

Nadiem Makarim, Go-Jek’s CEO and Founder said, the company has a strategy to combine world-class technology developed by Go-Jek through skills, experience, and deep market knowledge of local team to build a business which truly understands what consumers need.

“We believe each local team has the knowledge and expertise to ensure business success in Vietnam and Thailand. They use a different brand, but work in line with the values which brought Go-Jek as the market leader in Indonesia,” he said in the official statement.

Nguyen Vu Duc, Go-Viet’s CEO and Co-Founder added, “Go-Jek’s support is very ideal for us, not only because the technology and skill in this business, but also the same principle we share, it’s the desire to bring positive impact for the public through improving the living standard and income, as well as increasing SMEs business scale.”

Pinya Nittayakasetwat, CEO and Co-Founder of GET added, “Go-Jek succeeded in becoming the first unicorn to grow in Indonesia because they’re capable to use technology as a solution to the most difficult challenge in the country. GET team is inspired by the way companies twist their daily problems into business opportunities, also improving the living standard of millions.”

The international expansion was going through months of planning after the last Go-Jek investment round from Astra International, Warburg Pincus, KKR, Meituan, Tencent, Google, Temasek, and others. $500 million (about Rp7.1 trillion) is allocated for international expansion along with the company’s strategy to expand in Southeast Asia.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Keputusan MK: Ojek Online Bukan Angkutan Umum

Kamis (28/6) Mahkamah Konstitusi (MK) mengeluarkan putusan untuk menolak melegalkan ojek online sebagai alat transportasi umum. Putusan ini diambil setelah MK melakukan uji materi perkara Nomor 41/PUU-XVI/2018 yang diajukan para pengemudi ojek dua bulan lalu.

Tepatnya pada bulan April para pengemudi ojek online melakukan demo dengan tuntutan untuk memasukan ojek online sebagai bagian dari moda transportasi umum. Hal ini juga berkaitan dengan status mereka yang ingin diakui sebagai pegawai dari perusahaan on demand transportasi seperti Go-Jek dan Grab. Tuntutan ini juga terkait tarif yang ditetapkan para penyedia layanan on demand transportasi yang dinilai cukup rendah dan tidak melibatkan pengemudi ketika membuat rumusannya.

Permohonan yang diajukan 54 orang pengemudi ojek online menggugat Pasal 47 ayat (3) UU Nomor 22 Tahun 209 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ)

“Menolak Permohonan pemohon untuk seluruhnya,” kata Hakim MK Anwar Usman membacakan putusan seperti dikutip dari Kompas.

Pihak MK menolak permohonan pemohon karena menganggap motor bukan sebagai kendaraan yang aman untuk angkutan umum. Namun meski demikian ojek onine tetap dapat berjalan meski tidak diatur dalam UU LLAJ.

“Ketika berbicara angkutan jalan yang mengangkut barang dan atau orang dengan mendapat bayaran, diperlukan kriteria yang dapat memberikan keselamatan dan keamanan,” terang majelis hakim membacakan perimbangan amar putusan.

Pihak MK juga menyampaikan tidak menutup mata dengan adanya fenomena ojek online namun hal tersebut tidak ada hubungannya dengan aturan dalam UU LLAJ. Namun hakim MK menilai permohonan para pemohon tidak beralasan menurut hukum.

Go-Jek Reported to Raise New $1.5 Billion Funding Round

Go-Jek is reported in search of fresh funding for its SEA expansion. The Information reported that Go-Jek has started new talk with some investors, including existing ones in the previous rounds, to raise up to $1.5 billion (around 21 trillion Rupiah). The company’s valuation, based on the latest funding round, which closed earlier this year is around $4.8 billion (around 68 trillion Rupiah).

Previously, Bloomberg has reported that the investors (include Tencent, JD.com, and Google) has offered to provide additional funds for Go-Jek in its effort to become a regional competitor to Grab.

Post-Uber SEA acquisition (by Grab), Go-Jek is practically the only capable one (both in management and financial) to hold Grab’s attempt to monopolize the regional on-demand. Grab recently scooped a fresh funding worth of $1 billion (around 14 trillion Rupiah) from Toyota to expand GrabFood and GrabPay service.

Go-Jek has announced the availability of Go-Viet in Vietnam and GET in Thailand as its legal entity in each country. Both are expected be available for public in the next few months. In addition, Go-Jek will also expand to Singapore and the Philippines. Go-Jek has setup $500 million initial fund (around 7 trillion Rupiah), however, it certainly needs a bigger war chest to compete in the four neighboring countries.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Go-Jek Dikabarkan Bakal Galang Dana Lagi Hingga 21 Triliun Rupiah

Layanan on-demand Go-Jek dikabarkan kembali bergerak mencari dana baru untuk mendanai ekspansinya di Asia Tenggara. The Information memberitakan Go-Jek sudah memulai pembicaraan dengan sejumlah investor, termasuk investor yang sudah berpartisipasi di putaran sebelumnya, untuk menggalang dana hingga $1,5 miliar (sekitar 21 triliun Rupiah). Valuasi perusahaan berdasarkan putaran pendanaan terakhir yang ditutup awal tahun ini disebutkan mencapai $4,8 miliar (sekitar 68 triliun Rupiah).

Sebelumnya Bloomberg memang melaporkan bahwa para investor (termasuk di dalamnya Tencent, JD.com, dan Google) menawarkan untuk memberikan dana tambahan bagi Go-Jek dalam usahanya menjadi pesaing regional untuk Grab.

Pasca akuisisi bisnis Uber di Asia Tenggara (oleh Grab), praktis hanya Go-Jek yang memiliki kemampuan (baik di sisi manajemen maupun finansial) untuk menahan laju Grab memonopoli pasar on-demand regional. Grab baru saja memperoleh dana baru $1 miliar (sekitar 14 triliun rupiah) dari Toyota untuk memperluas layanan GrabFood dan GrabPay.

Go-Jek sendiri mengumumkan kehadiran Go-Viet di Vietnam dan GET di Thailand sebagai entitasnya di negara tersebut. Keduanya diharapkan bisa beroperasi dalam beberapa bulan ke depan. Selain itu Go-Jek juga bakal berekspansi ke Singapura dan Filipina. Dana awal yang disiapkan Go-Jek adalah $500 juta (sekitar 7 triliun Rupiah), tetapi dipastikan dibutuhkan dana yang lebih besar untuk bersaing di empat negara tetangga tersebut.

Application Information Will Show Up Here

Grab’s Plans Post-Toyota Investment

This year becomes a crucial time for Grab. Post Uber acquisition, Grab transformed into a great power in Southeast Asia with some new investment. The latest is from Toyota, worth 14 trillion Rupiah.

We’ve been in contact with Grab regarding its post-investment plans, particularly in Indonesia’s market. Grab’s spokesperson said the investment from Toyota will be specifically used for developing and expanding O2O (Online-to-Offline) services, such as GrabFood and GrabPay in Southeast Asia.

Up until now, GrabFood has reached six countries in Southeast Asia, including Malaysia, Singapore, Vietnam, Philippines, Thailand, and Indonesia. Grab then becomes the on-demand transport company with the most extensive food ordering and delivery in Southeast Asia.

“We want to create the more transparent mobile ecosystem and the cash will be used to organize variant innovative services in order to get the best experience for all users of our app,” the spokesperson, said.

Toyota-Grab’s strategic partnership

Last Year, Toyota and Grab had established a strategic partnership in the development of connected services for the Grab rentals using the data collected by Toyota’s translog system. Nowadays, by expanding the partnership, both companies seek to increase the adoption of mobility solution in all over Southeast Asia and launching services using the data from Toyota Mobility Service Platform (MSFP).

The services include user-based insurance, vehicle financing service, and periodic maintenance with prediction. It is expected to improve the driving efficiency and safety, also reduce the maintenance costs.

“The partnership with Toyota has given many benefits for drivers, in terms of affordable insurance for the scheme based on usage, or the delivery of long-term vehicle usage data to help reduce the maintenance costs. Currently, we have no special program for Indonesia,” the spokesperson, explained.

Grab’s mission to be a complete app

On-demand transportation business is growing fast. There are many public’s needs can be accommodated. Grab notices, besides providing payment service through GrabPay and delivery service by GrabFood, Grab also has prepared other services. One of the leaks is the use of Internet of Things technology, therefore, users can experience the complete Grab app ecosystem.

Grab’s spokesperson speaks regarding Indonesia’s market:

“Grab’s target is to become an integrated one-stop service platform to be the answer for mobility demands and to build the more efficient transportation network with its partners to reduce traffic in Southeast Asia metropolitan cities, including Indonesia, making mobility easier to access for all kinds of communities.”

Grab also emphasized on its current focus, it’s to build the more transparent mobile ecosystem and organize variant innovative services in order to get the best experience for all users.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here