Terapkan AI dan Deep Learning, Lyke Hadirkan Fitur Image Search

Setelah mendapatkan pendanaan Seri A beberapa waktu lalu, aplikasi mobile fashion Lyke menghadirkan inovasi baru memanfaatkan Artificial intelligence (AI) dan Deeep Learning bernama Image Search. Fitur yang tampak serupa dengan milik Pinterest ini memungkinkan pengguna untuk mendapatkan produk fesyen, aksesoris dan beauty product hanya dengan mengunggah foto atau screen capture dari smartphone ke aplikasi Lyke.

Sesuai dengan visi dan komitmen dari Lyke yaitu mengedepankan teknologi, inovasi ini bukan hanya mempermudah pengguna mendapatkan barang yang diinginkan secara cepat dan hampir serupa, namun juga membuka kesempatan untuk penjual memperluas layanannya.

“Sebagai satu-satunya aplikasi yang menghadirkan produk fesyen berkualitas, Lyke berharap dengan fitur terbaru ini, bisa membuat kegiatan belanja online lebih menyenangkan dan sesuai dengan harapan pengguna,” kata CEO Lyke Bastian Purrer.

Teknologi yang sepenuhnya memanfaatkan AI dan deep learning tersebut, mampu melakukan automatic object recognition hanya dalam waktu 10 detik, gambar yang diunggah oleh pengguna selanjutnya akan memberikan rekomendasi produk yang hampir serupa dengan yang diinginkan oleh pengguna. Bukan hanya untuk produk lokal, namun pencarian gambar tersebut juga bisa dilakukan untuk produk mancanegara.

“Meskipun rekomendasi gambar tersebut tidak 100% sama, namun Lyke mampu memberikan rekomendasi produk lokal yang hampir mirip secara cepat dengan harga istimewa,” kata Bastian.

Saat ini Lyke telah memiliki 300 toko pilihan yang tersebar di Indonesia mengombinasikan inventori produk berjumlah lebih dari 150 ribu jenis produk yang dapat langsung dibeli melalui aplikasi. Bukan hanya Jabodetabek saja, namun layanan Lyke saat ini juga sudah bisa dinikmati di seluruh Indonesia.

“Saat ini aplikasi Lyke telah diunduh oleh 2 juta orang, sementara untuk pemesanan Lyke sudah menerima 2 ribu order per harinya,” kata Bastian.

Fitur personalisasi Lyke

Inovasi lain yang saat ini sudah bisa dinikmati oleh pengguna Lyke adalah fitur personalisasi tampilan di halaman depan aplikasi Lyke. Tersedia tiga kategori yang bisa dipilih sesuai selera, yaitu Premium, Affordable dan Pretty Cheap. Fitur personalisasi ini bisa dimanfaatkan untuk pengguna yang hanya ingin mendapatkan produk premium dan enggan untuk melihat pilihan produk di luar dari kategori yang diinginkan.

“Dengan demikian pengguna bisa memilih sesuai dengan selera yang relevan. Untuk soal harga bisa dipastikan harga yang ditawarkan oleh Lyke jauh lebih murah dari harga toko sebenarnya,” kata Bastian.

Saat ini Lyke telah menjalin kemitraan dengan berbagai brand fesyen lokal hingga asing juga layanan e-commerce dan marketplace di Indonesia. Disinggung tentang strategi agar bisa tampil lebih unggul dengan layanan serupa, Bastian menyebutkan perbedaan bisnis model yang dimiliki serta fokus Lyke yang mengedepankan teknologi, merupakan keunggulan dari aplikasi Lyke.

“Sebagai platform fesyen dan kecantikan yang memanfaatkan teknologi, ke depannya Lyke berharap bisa tampil seperti GO-JEK dan UBER. Dari sisi teknologi kami akan terus melakukan inovasi menghadirkan fitur terkini dan layanan lebih untuk pengguna.”

Application Information Will Show Up Here

Seekmi Perkenalkan Tiga Layanan Baru dan Siap Galang Pendanaan Berikutnya

Setelah merampingkan layanannya pada akhir tahun 2016 lalu, marketplace jasa Seekmi yang hanya fokus kepada laundry, perbaikan AC dan asisten rumah tangga, meluncurkan tiga layanan baru untuk pengguna di kawasan Jabodetabek. Masih dalam versi beta, ketiga layanan baru tersebut adalah tukang harian, tukang ledeng dan servis elektronik.

Kepada DailySocial, CEO Seekmi Clarissa Leung menjelaskan penambahan tiga layanan ini akan menjadi solusi terbaik untuk pengguna setia dan pengguna baru Seekmi.

“Setelah melakukan beberapa survei dan percobaan rencananya minggu depan Seekmi akan meresmikan tiga layanan baru ini. Bukan hanya memudahkan pengguna namun kualitas dan mutu dari penyedia layanan baru tersebut dijamin terbaik dan pilihan dari Seekmi.”

Berbeda dengan layanan serupa, yang masih menggunakan cara-cara umum saat pemesanan dan menentukan jadwal kunjungan hingga penentuan harga yang harus ditawar terlebih dahulu, tiga layanan terbaru Seekmi diklaim akan menerapkan standardisasi yang jelas dan tentunya harga yang tetap atau fixed price.

“Dengan demikian pengguna tidak usah lagi melakukan penawaran atau penyesuaian waktu dengan penyedia layanan, karena semuanya sudah ditentukan langsung dari aplikasi,” kata Clarissa.

Clarissa menambahkan semua harga jasa sudah merupakan harga tetap, namun jika memang adanya penambahan spare part atau alat pendukung lainnya, pengguna bisa melakukan negosiasi harga lebih lanjut dengan mitra Seekmi diluar dari biaya jasa.

“Kami memastikan mulai dari penyedia jasa hingga teknologi yang dihadirkan oleh Seekmi adalah yang terbaik, agar proses pemesanan hingga pembayaran berjalan dengan lancar,” kata Clarissa.

Fitur terbaru Seekmi Agent

Selain meluncurkan tiga layanan baru, saat ini Seekmi juga tengah menggarap Seekmi Agent. Fitur terbaru ini bisa dimanfaatkan oleh semua orang yang ingin mendapatkan pendapatan tambahan, dengan bergabung menjadi agen Seekmi.

“Saat ini kami masih dalam tahap proses perekrutan untuk orang di luar mitra Seekmi yang tertarik untuk menjadi agen lepas atau full time di Seekmi, tentunya dengan komisi yang menjanjikan,” kata Clarissa.

Selain mendapatkan biaya pemesanan sebesar Rp.10 ribu langsung dari Seekmi, agen dari Seekmi nantinya juga bisa mendapatkan keuntungan lebih yang bisa didapatkan langsung dari layanan yang telah diberikan.

“Untuk mereka yang tertarik menjadi agen Seekmi dan meiliki keterampilan dari layanan yang tersedia di Seekmi bisa langsung mendaftarkan diri.”

Meskipun masih dalam tahap percobaan, namun awal tahun 2018 mendatang fitur Seekmi Agent akan menjadi prioritas Seekmi selanjutnya.

Rencana penggalangan dana Seekmi

Untuk mengembangkan teknologi terkini dan mengejar pertumbuhan, akhir tahun 2017 hingga awal tahun 2018 mendatang, Seekmi berencana untuk melakukan penggalangan dana tahapan Seri A.

“Saat ini masih dalam tahap penjajakan dengan beberapa investor, namun jika nantinya kami menemukan investor yang tepat, dana tersebut bisa membantu Seekmi untuk scale-up dan tentunya fokus kepada pertumbuhan,” tutup Clarissa.

Application Information Will Show Up Here

Eatever Hadirkan Peluang Wirausaha untuk Koki Rumahan di Jakarta

Berdasarkan laporan dari Kementrian Perindustrian RI, industri makanan dan minuman nasional terus menunjukkan kinerja positif dengan tumbuh mencapai 9,82 persen atau sebesar Rp 192,69 triliun pada triwulan III 2016. Pertumbuhan industri ini terutama didorong kecenderungan masyarakat khususnya kelas menengah ke atas yang mengutamakan konsumsi produk-produk makanan dan minuman yang higienis dan alami.

Melihat potensi tersebut, sudah banyak hadir startup yang berbasis teknologi mencoba menjadi enabler dari industri tersebut. Mulai dari food delivery, katering makanan premium dengan menu pilihan dari chef ternama, hingga yang terbaru yaitu Eatever, platform berbasis teknologi yang menghubungkan koki-koki rumahan dengan para pecinta kuliner atau orang-orang sekitar.

Membantu ibu rumah tangga menjadi wirausaha

Eatever didirikan pada bulan November 2016 oleh CEO Dian Widayanti. Pada Februari 2017, Debrina Puspitarini bergabung sebagai Co-Founder dan COO. Eatever melakukan soft launching dan mulai beroperasi pada 17 Juli 2017.

“Eatever ingin memberi solusi kepada semua orang yang memiliki keahlian memasak (karena kebanyakan ibu rumah tangga sangat pandai memasak), untuk dapat menjual makanannya di platform Eatever, dan mendapat penghasilan tambahan tanpa harus meninggalkan rumah,” kata Dian.

Untuk mendukung perekonomian keluarga, Eatever ingin mendorong lebih banyak lagi ibu rumah tangga, yang pada umumnya gemar memasak, memanfaatkan kemampuannya untuk menjalankan usaha koki rumahan.

Eatever nanti akan mengurusi soal packaging, pemasaran, dan pengantaran makanan ke konsumen. Secara tidak langsung, Eatever akan bersaing dengan layanan katering online yang lebih dulu hadir, seperti BerryKitchen, Kulina, atau Gorry Gourmet.

“Dengan adanya Eatever, semua rumah dapat menjadi restoran tanpa harus memiliki modal yang besar, sehingga tidak perlu mengeluarkan biaya sewa tempat, merekrut staf, dekorasi resto, dan lain sebagainya. Para ibu rumah tangga tetap dapat menjaga anak-anak atau keluarganya dan juga mendapat penghasilan untuk membantu perekonomian keluarganya.”

Segera merilis aplikasi dan perluas wilayah layanan

Dengan bergabung menjadi koki rumahan Eatever, para koki rumahan mendapatkan akses bahan baku dan packaging yang lebih murah dari pasaran. Eatever juga membantu menyediakan fotografer handal untuk mendapatkan gambar berkualitas.

“Sampai saat ini sudah ada 107 koki rumahan yang mendaftar di Eatever. Koki rumahan tersebut hanya perlu mendaftar melalui situs dan klik tombol ‘Gabung’ atau menu bar ‘Bergabung Menjadi Homechef’. Kemudian tim Eatever akan melakukan kurasi koki rumahan untuk dapat berjualan di Eatever,” kata Dian.

Masih menyediakan layanan di kawasan Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat saja, Eatever saat ini masih micro-focused untuk memastikan kualitas dari para koki rumahan tetap terjaga dan selalu segar. Dalam waktu dekat Eatever akan melakukan ekspansi ke seluruh area Jakarta.

“Konsep kami adalah membantu para homechef untuk fokus pada memasak saja, segala urusan operasional dan marketing akan ditanggung oleh Eatever. Dengan berbagai kemudahan yang diberikan Eatever, terdapat profit sharing sebesar 90% untuk koki rumahan serta 10% untuk Eatever,” kata Dian.

Target dan rencana Eatever

Untuk menambah pilihan menu dan koki rumahan yang bergabung, Eatever masih mencoba untuk merekrut sebanyak mungkin koki rumahan yang berkualitas di daerah Jakarta. Selanjutnya untuk memudahkan pengguna, Eatever juga akan merilis aplikasi pada awal tahun 2018 mendatang.

“Selain itu, tentunya kami juga memiliki target untuk dapat beroperasi di kota-kota lainnya di Indonesia,” kata Dian.

Grab Resmikan GrabNow di Indonesia

Setelah merilis GrabNow dalam versi beta awal Juni lalu, hari ini Grab secara resmi meluncurkan fitur terbaru yang memanfaatkan teknologi “nearby” GrabNow. Menggunakan GrabNow, penumpang bisa langsung memilih pengemudi GrabBike yang sedang berada di posisi terdekat.

Layanan GrabNow disebutkan mengutilisasi teknologi proksimitas atau kedekatan milik Google yang menggunakan gelombang ultrasound untuk memasangkan ponsel penumpang dengan mitra pengemudi. Seluruh proses ini diklaim terjadi secara aman melalui teknologi enkripsi.

“Waktu sangatlah berharga bagi masyarakat yang tinggal di wilayah Jabodetabek, terlepas dari apa yang mereka lakukan dan di mana mereka bekerja, setiap orang ingin menjadi lebih produktif. GrabNow merupakan cara mulus berkendara dengan GrabBike yang dirancang khusus untuk mempersingkat waktu tunggu penumpang. Kami percaya GrabNow merupakan faktor pembeda utama kami dengan para kompetitor,” kata Marketing Director Grab Indonesia Mediko Azwar.

Ditambahkan Mediko, GrabNow diklaim mampu memberikan layanan lebih kepada pengguna untuk menikmati alokasi perjalanan hingga tiga kali lebih cepat berkat solusi pemesanan berbasis proksimitas atau kedekatan perangkat bergerak. Sehingga mampu menghemat waktu para pengguna baik mitra pengemudi maupun penumpang.

“Proses auto-pairing antara penumpang dan mitra pengemudi yang rampung dalam 15 – 30 detik memberikan pengalaman pemesanan yang cepat. Hal ini memungkinkan setiap pengguna tiba di lokasi tujuannya dengan lebih cepat, sehingga memberikan pengalaman perjalanan dengan GrabBike yang lebih baik bagi semua pihak.”

Perjalanan dengan GrabNow bisa dipesan dengan tarif regular GrabBike dan menerima pembayaran baik tunai maupun non-tunai dengan GrabPay.

Perkembangan Grab di Indonesia

Sebagai salah satu layanan ride-sharing, Grab memiliki komitmen untuk berinvestasi kepada teknologi. Setelah sebelumnya mendirikan pusat R&D di Indonesia, Grab juga bakal meluncurkan inovasi terkini lainnya memanfaatkan teknologi.

Beberapa statistik menarik yang disampaikan Grab adalah selama tahun 2017 ini mereka telah melayani 45 juta penumpang di seluruh negara Asia Tenggara, hampir 3 kali lipat jika dibandingkan 16 juta penumpang sepanjang tahun 2016.

Application Information Will Show Up Here

Strategi “SALON by Houzcall” Bersaing di Kancah Layanan “On Demand”

Berawal dari pengalaman pribadi dari salah seorang Co-Founder David Susanto, SALON by Houzcall mencoba untuk menghadirkan berbagai layanan yang biasanya bisa dinikmati di salon kecantikan. SALON by Houzcall memudahkan pengguna menikmati berbagai layanan hanya melalui aplikasi yang saat ini sudah bisa diunduh di Android dan iOS.

“Misi utama dari Houzcall adalah untuk meningkatkan kualitas hidup perempuan dengan cara memberikan layanan kecantikan dan kesehatan langsung dari kenyamanan rumah konsumen dan membantu mereka untuk menghemat waktu mereka sehingga waktu tersebut dapat mereka pergunakan untuk melakukan aktivitas lain,” kata Co-founder dan CEO SALON by Houzcall David Susanto kepada DailySocial.

Sejak diluncurkan pada tahun 2015, SALON by Houzcall telah menyediakan berbagai layanan kecantikan seperti perawatan dan penataan rambut, mani dan pedi, waxing, sampai layanan pijat khusus perempuan. Pengguna dapat memesan layanan dan menerima konfirmasi pesanan dengan mudah dari aplikasi.

“Tujuan kami adalah untuk meningkatkan kualitas hidup dengan kenyamanan, tidak hanya untuk konsumen namun juga rekan kerja kami, para penyedia layanan (stylist/therapist). Mereka pun memiliki peran-peran yang membebani mereka, antara bekerja untuk memperoleh penghasilan dan mengurus keluarga. Kami ingin rekan kerja kami untuk dapat memiliki penghasilan diatas penghasilan minimum namun juga fleksibilitas dalam mengatur jam kerja, sehingga mereka pun dapat tetap mengurus keluarga di rumah,” jelas David.

Jumlah mitra SALON by Houzcall saat ini hampir mencapai 100 mitra. Selanjutnya SALON by Houzcall berencana untuk meningkatkan tiga kali lipat dari jumlah tersebut di tahun 2018 untuk dapat memenuhi permintaan yang terus meningkat. Sementara untuk jumlah pengguna saat ini sekitar 5 ribu orang untuk pendistribusian pemesanan yang cukup merata, di antaranya Hair, Nail, waxing, Creambath dan Massage services.

Strategi bersaing dengan Go-Glam dan rencana selanjutnya

Layanan serupa yang saat ini sudah banyak digunakan di kota-kota besar di Indonesia adalah Go-Glam dari Go-Jek, layanan kecantikan on-demand  yang memanfaatkan cara serupa dengan SALON by Houzcall. Untuk membedakan layanan dan tampil lebih unggul dari Go-Glam, Salon by Houzcall memiliki strategi yaitu terus meningkatkan kualitas dan pengalaman pelanggan, baik di sisi pengguna atau mitra dengan terus memantau client engagement dan returning client sebagai indikator brand loyalty  SALON by Houzcall.

“Menurut kami, ketika brand loyalty dan brand attachment sudah terbentuk, besar kemungkinan “trust” sudah terbentuk dan client akan terus setia kepada layanan kami. Di sisi lain mereka akan membantu untuk memberi opini (referral) di lingkungan mereka mengenai SALON by Houzcall,” kata David.

Saat ini SALON by Houzcall hanya melayani daerah Jakarta, Depok, Tangerang, Bekasi. Sementara untuk pilihan pembayaran dapat dilakukan dengan tunai (COD), Houzcall Credit, dan transfer bank.

“Memasuki usia 2 tahun pada November 2017 mendatang, rencananya bakal dihadirkan fitur terbaru, meningkatkan Quality Assurance System, menambah layanan beauty dan wellness lainnya, meluncurkan e-Store untuk produk kecantikan dan kesehatan yang relevan, ekspansi ke kota lainnya dan membantu karyawan dan mitra kami memaksimalkan potensi dan pertumbuhan pribadi mereka,” tutup David.

Application Information Will Show Up Here

Keseriusan Layanan Transportasi Atrans Bertransformasi ke Platform Digital

Indonesia merupakan pasar yang subur untuk industri transportasi on demand. Apa yang dilakukan Grab, Go-Jek, dan Uber membuat para pemain konvensional mau tidak mau bertransformasi untuk bisa bertahan dari persaingan. Salah satu perusahaan penyedia jasa transportasi konvensional yang berinovasi ke ranah digital adalah PT. Angelita Trans Nusantara. Melalui aplikasinya, Atrans menyediakan berbagai pilihan layanan mulai dari layanan ojek hingga sewa mobil.

Managing Director Atrans Arynto C. Samudro kepada DailySocial menuturkan selaku pemain baru di sektor on demand, mereka menggandeng perusahaan-perusahaan rental mobil untuk menjadi agen untuk melakukan perekrutan mitra pengemudi. Strategi ini dilakukan untuk menjaga kualitas kendaraan dan pengemudi dengan harapan cita-cita memberikan layanan terbaik bisa tercapai dengan mudah.

Selain melayani layanan transformasi pada umumnya, Atrans juga menyediakan perluasan layanan ojek berupa layanan pengiriman barang Trans Send dan layanan pemesanan makanan Trans Food. Perluasan layanan ini harus dilakukan jika ingin bersaing serius dengan layanan transportasi online yang sudah ada.

Sebagai pemain konvensional yang bertransformasi, Atrans sedikit banyak memiliki banyak keunggulan, khususnya soal pelanggan setia dan kualitas kendaraan. Untuk menambah kekuatan di arahan transportasi online, Atrans juga menghadirkan Trans Hour Rent, sebuah layanan yang memungkinkan menyewa kendaraan berdasarkan jam.

“Kami mengeluarkan produk Trans Hour Rent, di mana penumpang bisa sangat mudah menggunakan sewa mobil secara jam-jaman, tanpa harus ribet untuk berulang kali menentukan lokasi tujuan. Cukup sekali klik dan bisa pergi ke mana pun tanpa harus merogoh kantong cukup dalam, karena kami memberikan tarif Rp. 80.000,- per jam untuk pemakaian di dalam kota,” jelas Arynto.

Saat ini Atrans tercatat melayani kawasan Jabodetabek, Cirebon, Bandung, Semarang, Solo, Yogyakarta, Surabaya, dan Malang. Untuk kawasan luar Jawa, Atrans sudah melayani daerah Palembang, Medan, dan Makassar.

Regulasi dan persaingan

Berdasarkan cerita Arynto, sebenarnya Atrans bukan produk pertama PT Angelita Trans Nusantara dalam hal aplikasi digital. Sebelumnya mereka juga pernah melahirkan aplikasi khusus untuk rental mobil. Karena permintaan pelanggan Atrans soal layanan transportasi online yang lebih lengkap, akhirnya Atrans dimunculkan untuk melengkapi jasa yang diberikan, termasuk layanan motor dan mobil barang.

Jika menilik persaingan yang selama ini ada di Indonesia tampaknya sektor transportasi online sudah masuk ke level selanjutnya. Go-Jek dan Grab sudah mulai serius menggarap ranah e-money dan pembayaran digital yang terintegrasi dengan sistem mereka. Ini menjadi sebuah tanda bahwa mengembangkan aplikasi transportasi online saja tidak cukup. Harus ada sebuah sistem yang terintegrasi dan memudahkan.

Peralihan pembayaran ke arah digital ini juga diamini Arynto. Menurutnya masyarakat ke depan akan lebih memilih ke pembayaran digital.

“Betul, saat ini semua transportasi sudah mulai menggunakan pembayaran digital dan ke depannya saya yakin jika masyarakat akan lebih memilih pembayaran digital dibandingkan harus membawa uang cash,” ujarnya.

Salah satu kebijakan terbaru dari pemerintah Indonesia yang berkaitan dengan transportasi online adalah soal tarif layanan. Menanggapi hal ini, Arynto mendukung apa yang telah dilakukan pemerintah. Aaturan main mengenai tarif bisa dijadikan alasan berlomba memberikan pelayanan terbaik untuk penumpang dan bukan perang tarif.

“Atrans akan memenuhi dan mengikuti semua peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah, karena kami adalah produk lokal hasil karya anak bangsa, yang akan terus mendukung untuk Indonesia menjadi lebih baik,” terang Arynto.

Tantangan dan rencana ke depan

Menurut Arynto, saat ini Atrans memiliki tantangan yang sedikit berbeda. Atrans dituntut untuk memberikan pelayanan terbaik untuk membuat penumpang dapat mersasa aman dan nyaman saat menggunakan jasa Atrans.

Atrans berencana mendapatkan 30.000 mitra pengemudi baik untuk sepeda motor atau pun mobil. Mereka juga berambisi untuk melengkapi fitur-fitur dan jasa layanannya.

“Tantangan kami memang agak sedikit berbeda, karena justru tantangan kami adalah memberikan pelayanan yang terbaik agar penumpang dapat merasa aman dan nyaman saat menggunakan jasa kami, hal ini sesuai dengan slogan kami ‘Your Wise Choice Of Transportation’, di mana menggunakan Atrans adalah “Pilihan Bijak Transportasi Anda,” tutup Arynto.

Application Information Will Show Up Here

Grab Umumkan Perolehan Dana Baru 26 Triliun Rupiah dari Didi Chuxing dan Softbank

Grab akhirnya memastikan pihaknya mendapatkan dana segar baru senilai 2 miliar dollar (lebih dari 26 triliun Rupiah) dari layanan on-demand Tiongkok Didi Chuxing (DiDi) dan raksasa teknologi Jepang. Grab sendiri belum menutup putaran pendanaan kali ini dan berharap masih bisa menambah $500 juta lagi (lebih dari 6,6 triliun Rupiah) agar putaran kali ini menjadi putaran pendanaan tunggal terbesar di Asia Tenggara.

Tidak disebutkan valuasi perusahaan pasca pendanaan, tapi perusahaan yang baru saja merayakan ulang tahun kelimanya ini diperkirakan kini bervaluasi di atas $5 miliar (65 triliun Rupiah). Nilai ini membuatnya menjadi startup unicorn paling bernilai di Asia Tenggara.

Pendanaan kali ini tidaklah mengherankan karena kesepakatan ini sudah dirumorkan sejak bulan Maret lalu. DiDi, yang memiliki core business serupa dengan Grab, memperkuat kemitraannya untuk memastikan aliansi melawan Uber yang saat ini kehilangan pemimpinnya. Sementara Softbank adalah pendukung Grab sejak lama dan percaya bahwa layanan ini akan mendominasi kawasan ini.

Di Indonesia sendiri Grab telah berkomitmen untuk membangun R&D di Indonesia dengan nilai investasi total $700 juta (mendekati 10 triliun Rupiah), termasuk baru-baru ini mengakuisisi Kudo.

Co-Founder dan CEO Grab Anthony Tan dalam pernyataannya menyebutkan,  “Dengan dukungan mereka [DiDi dan Softbank], Grab akan menjadi pemimpin pasar yang tak terbantahkan di industri ride sharing, dan membangun GrabPay sebagai solusi pembayaran pilihan utama bagi masyarakat Asia Tenggara. Kami berharap untuk melanjutkan kerja sama yang telah terjalin dengan mitra-mitra yang kami hargai di masa depan.”

Sementara Chairman dan CEO Softbank Masayoshi Son berkomentar, “Grab menggunakan teknologi untuk menjawab tantangan transportasi dan pembayaran, yang merupakan tantangan terbesar di Asia Tenggara, dan kami percaya Grab adalah perusahaan yang sangat menarik yang berada di wilayah yang dinamis dan menjanjikan.”

Application Information Will Show Up Here

Penerimaan Masyarakat Indonesia terhadap Layanan On-Demand

Ragam jenis layanan on-demand saat ini menjadi sangat akrab bagi masyarakat Indonesia, khususnya di kota besar seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Makassar dan sebagainya. Debutnya diawali dengan jasa transportasi, namun kini telah merambah ke jenis yang lain seperti kirim paket, pesan makanan, jasa belanja, jasa kebersihan, hingga layanan perawatan diri.

Kendati masyarakat mulai nyaman dengan layanan yang bisa dikondisikan dengan sentuhan di ponselnya, namun berbagai masalah masih dihadapi oleh penyedia layanan on-demand, mulai dari penyesuaian regulasi hingga penerimaan layanan konvensional terhadap kehadirannya. Namun justru yang menarik adalah bagaimana konsumen di Indonesia beradaptasi sangat cepat dengan berbagai jenis layanan on-demand.

Belum ada satu dekade layanan on-demand menjadi populer. Meratanya layanan tersebut salah satunya didukung ekspansi besar-besaran yang dilakukan oleh sang unicorn GO-JEK. Melihat makin meratanya akses layanan on-demand di Indonesia, secara khusus DailySocial bekerja sama dengan JakPat melakukan survei tentang tanggapan masyarakat tentang layanan on-demand.

Dari 1024 responden pengguna ponsel pintar di Indonesia, 71,08 persen mengaku pernah menggunakan layanan ojek berbasis aplikasi, sedangkan 63,10 persen pernah menggunakan taksi online. Aplikasi on-demand yang digunakan didominasi GO-JEK (85,22%), Grab (66,24%), Uber (50,06%), dan sisanya dengan persentase yang sangat minim adalah layanan sejenis yang diinisiasi oleh pemain lokal.

Survei layanan on-demand, tren penggunaan transportasi online / DailySocial
Survei layanan on-demand, tren penggunaan transportasi online / DailySocial

Selain itu ada salah satu temuan menarik lainnya, yakni bagaimana aplikasi on-demand populer mampu menggeser popularitas layanan pesan antar makanan yang sebelumnya ada. Sebut saja layanan GO-FOOD yang memiliki persentase penggunaan lebih banyak dari pada KFC Delivery dan McDelivery. Beberapa layanan lain seperti GrabFood, FoodPanda, Klik-Eat juga mulai mendapatkan perhatian masyarakat ketika ia membutuhkan jasa pemesanan makanan.

Fleksibilitas dan kenyamanan menjadi kunci pertumbuhan

Dalam survei juga ditanyakan tentang apa yang membuat mereka nyaman dengan layanan on-demand, mayoritas menjawab karena fleksibilitas yang ditawarkan. Mereka bisa melakukan pemesanan layanan kapan saja di mana saja. Selain itu alasan yang mendominasi lainnya ialah membantu mereka memenuhi berbagai kebutuhan tanpa harus pergi ke luar, baik dari rumah ataupun kantor. Dan tentu biaya yang lebih efisien turut menjadi daya tarik masyarakat sehingga menggandrungi Grab dan kawan-kawannya.

Faktor yang melandasi popularitas layanan on-demand di Indonesia / DailySocial
Faktor yang melandasi popularitas layanan on-demand di Indonesia / DailySocial

Tanggapan masyarakat tentang dampak sosial yang ditimbulkan layanan on-demand

Pro-kontra tentang penerimaan layanan on-demand masih terus bergulir hingga saat ini. Di beberapa daerah seperti Yogyakarta berbagai penolakan masih santer diserukan para pemain konvensional. Namun menariknya masyarakat justru menilai hadirnya layanan seperti GO-JEK akan membawa dampak sosial yang positif.

Penilaian masyarakat tentang kehadiran layanan on-demand dan dampak sosial yang ditimbulkan / DailySocial
Penilaian masyarakat tentang kehadiran layanan on-demand dan dampak sosial yang ditimbulkan / DailySocial

Sebagian besar responden survei tidak khawatir tentang hadirnya layanan berbasis aplikasi yang akan “mengganggu” model konvensional yang telah ada sebelumnya. Justru mayoritas meyakini bahwa hadirnya layanan tersebut akan memberikan ragam kesempatan baru (khususnya kesempatan kerja) bagi banyak masyarakat. Dari sini dapat disimpulkan, secara umum masyarakat menanggapi baik merebaknya berbagai jenis layanan yang dapat diakses melalui aplikasi mobile.

Selain beberapa fakta data di atas, masih banyak lagi temuan yang ada dalam survei, seperti: (1) persentase penggunaan layanan on-demand lain selain transportasi, (2) metode pembayaran yang digemari, hingga (3) improvisasi yang diharapkan masyarakat untuk penyedia layanan. Untuk selengkapnya, unduh laporan “On-Demand Services Survey in Indonesia 2017”.

Sebagai media yang memberikan wawasan tentang perkembangan bisnis digital di tanah air, DailySocial juga mengabarkan berita, analisis hingga opini tentang layanan on-demand di Indonesia.

Startup On-Demand “Mjek” Resmi Meluncur, Sajikan Beberapa Pembeda di Layanannya

Layanan on-demand seolah memiliki daya tarik tersendiri bagi sejumlah pelaku startup di Indonesia. Mungkin salah satunya karena populasi dan pengguna internet yang terus meningkat selalu menjadi celah potensi bisnis yang bisa dikembangkan. Kini hadir pemain baru Mjek (Master Jaringan Ekonomi Kerakyatan), startup on-demand meluncur di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada awal Februari 2017.

Sekilas aplikasi ini memiliki layanan seperti GO-JEK dan Grab karena memiliki jasa transportasi motor dan mobil, kurir barang, laundry, pemesanan makanan, belanja di pasar modern, cleaning, dan lainnya. Namun, hal ini ditepis langsung oleh Presiden Direktur Mjek Angga Pramana Jaya.

Menurutnya Mjek memiliki pasar yang berbeda, perusahaan menyasar aplikasi yang lebih mengutamakan rasa keamanan, kenyamanan untuk konsumen, ditunjang oleh aplikasi dengan fitur keamanan terlengkap. Diklaim belum ada layanan yang melakukan hal tersebut, apalagi ketika konsumen hendak mengirim barang berharga.

“Saat ini kebutuhan masyarakat akan aplikasi online cukup tinggi, tapi belum ada yang mengutamakan keamanan. Padahal ini jadi momok paling menyeramkan. Untuk itu Mjek hadir dengan mengutamakan keamanan mulai dari proses rekrutmen harus menempuh berbagai tes, psikologi, latar belakang, hingga dukungan keamanan dalam aplikasi,” terang dia kepada DailySocial.

Perusahaan, sambung Angga, tidak hanya fokus menciptakan aplikasi saja, namun juga membentuk semua sumber daya manusia, termasuk mitra pengemudi demi menciptakan pelayanan terbaik dengan menerapkan total quality management. Tujuannya agar konsumen benar-benar merasa puas dan memilih Mjek sebagai partner delivery dan personal shopper bagi mereka.

Berbagai tes harus ditempuh mitra pengemudi sebelum bergabung, mulai dari tes psikologi, pengamatan latar belakang, tes mengemudi, kelengkapan berkas dan pengecekan standar keamanan kendaraan, wawancara, hingga pelatihan hingga mereka layak dan siap menjadi mitra.

Dari segi aplikasi sebagai alat penunjangnya, Mjek memiliki teknologi timeline tracking, live tracking, tanda tangan digital, dan lainnya.

Respons positif dari pengguna

Sejak pertama kali meluncur di Lombok, kehadiran Mjek mendapat antusiasme positif dari masyarakat meski di sana sudah hadir Go-Jek dan Uber. Angga mengatakan, hal ini dikarenakan Mjek telah memiliki jasa kurir dengan layanan cepat, aman, dan terpercaya. Serta, aplikasi yang lebih mengutamakan keamanan untuk konsumen.

“Kami ingin trial terlebih dahulu di Lombok, sebelum di-launch secara nasional.”

Dari seluruh layanan yang dimiliki Mjek, transaksi terbanyak berasal dari pemesanan makanan, jasa kurir, dan transportasi. Menurut Angga, pengguna banyak memanfaatkan jasa kurirnya untuk keperluan distribusi smartphone, mutiara, emas, dan barang berharga lainnya.

“Banyak yang mengirim barang berharga lewat kami karena mereka merasa nyaman dan tenang menggunakan jasa Mjek dengan jaminan keamanan yang lebih tinggi.”

Siap bersaing dengan tiga pemain besar

Respons yang positif dari merchant maupun konsumen, membuat pihaknya jadi lebih percaya diri untuk bersaing dengan kompetitor. Pihaknya meyakini dengan mengedepankan jasa yang baik berdampak pada hasil lebih baik pula, daripada hanya perang harga. Baginya konsumen saat ini sudah pintar dan cerdas. Pada akhirnya mereka dapat menilai apakah sesuai dengan kebutuhan mereka.

Sadar dengan “nafas” investasi yang besar untuk bermain di segmen on-demand, apalagi bersaing dengan kompetitor besar, saat ini Mjek telah mendapat suntikan tahap awal dari investor dan jumlah yang dirahasiakan. Suntikan tersebut akan untuk mendukung bisnis Mjek ke depannya.

Sejauh ini, Mjek sudah beroperasi di tiga kota, yaitu Lombok, Pontianak, dan Batam. Rencananya pada tahun ini Mjek akan segera mengembangkan sayapnya ke Jakarta.

Angga menyebut, saat ini pengguna aktif Mjek tercatat lebh dari 5 ribu orang, sementara aplikasi Mjek telah diunduh lebih dari 9 ribu kali. Adapun jumlah mitra disebut telah lebih dari 100 orang.

Application Information Will Show Up Here

Investasi Tencent di GO-JEK Mencapai Lebih dari 2 Triliun Rupiah

Sebuah sumber yang dirilis oleh Reuters kembali menegaskan investasi Tencent terhadap startup ride-hailing lokal terbesar GO-JEK. Sumber tersebut menyebutkan bahwa perusahaan internet asal Tiongkok tersebut memberikan suntikan investasi antara US$100 juta – US$150 juta (atau senilai lebih dari Rp2 triliun).

Kabar investasi ini sebenarnya sudah beredar sejak bulan Februari lalu. Setelah sebelumnya Tencent bersuara tengah berminat untuk berinvestasi mengembangkan GO-PAY. Di sisi lain investasi ini memang diperlukan oleh perusahaan rintisan Nadiem Makarim tersebut. Hadirnya Ant Financial dalam joint venture bersama EMTEK untuk mengelola Alipay (dari Alibaba) menghadirkan persaingan baru di lanskap digital payment berbasis layanan.

Penetrasi kuat dilakukan para pemain di bidang teknologi finansial di Indonesia bukan tanpa landasan. Walaupun jika dilihat dari penetrasi kartu kredit atau persentase un-bankable society masih terbilang belum unggul, namun literasi digital yang tinggi menjadi potensi untuk keterbukaan akan penerimaan solusi alternatif. GO-PAY sendiri menjadi salah satu yang tengah membuktikannya, dengan improvisasi yang cukup signifikan akhir-akhir ini.

Bersama dengan GO-JEK bukan pertama kalinya bagi Tencent untuk membuat debut di Indonesia, karena sebelumnya pernah membuat joint venture bersama raksasa media lokal MNC saat membawa aplikasi messenger WeChat. Di sisi lain, pengalaman investasi di bidang ride hailing Tencent juga sudah terpupuk sebelumnya, karena Tencent juga masuk di salah satu jajaran investor Didi Chuxing dan Lyft.