Grup Emtek Konfirmasi Akuisisi terhadap KapanLagi Network

Grup Emtek, lewat anak usahanya PT Kreatif Media Karya (KMK), mengonfirmasi pihaknya bakal menguasai saham KapanLagi Network (KLN), sekaligus mengumumkan sinergi unit usaha antara keduanya.

KMK akan masuk ke KLN lewat penerbitan saham baru sebanyak 50 persen dan 1 lembar yang sepenuhnya akan diserap KMK. Dalam transaksi ini juga akan ada sinergi unit usaha antara kedua perusahaan. KLN akan memiliki 99,9 persen saham Liputan6.com, media digital di bawah KMK.

Ini adalah kali kedua dalam tiga tahun terakhir KLN berpindah kepemilikan. Sebelumnya di bulan April 2015 pihaknya menjual saham mayoritas (52%) ke MediaCorp Singapura. Dikabarkan MediaCorp masih memegang saham minoritas di KLN pasca akuisisi oleh KMK ini.

Dikutip dari Katadata dan CNN Indonesia, dampak sinergi bisnis ini turut mengubah struktur organisasi. Pendiri KLN, Steve Christian, akan menjabat sebagai Chief Operating Officer. Sementara Presiden Direktur KMK Digital Media Group Karaniya Dharmasaputra menjabat sebagai Deputi COO.

“Pengalihan ini sedang diproses sesuai hukum dan ketentuan yang berlaku di Indonesia dan akan efektif setelah mendapat persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham Liputan 6.com dan KLN,” kata CEO KMK Adi Sariaatmadja.

Dia mengatakan perusahaan terus berkomitmen mengembangkan kegiatan lini usaha media dengan menambah beberapa media digital yang berada di bawah KLN. Adapun beberapa media tersebut seperti Kapanlagi.com, Merdeka.com, Bola.net, Vemale.com, Fimela.com, Brilio.net, Famous.id, dan Dream.co.id

Adapun saat ini, Grup Emtek memiliki beberapa media di bawahnya seperti Liputan6.com, Bola.com, Bintang.com, dan media televisi SCTV, Indosiar, dan O Channel.

Pihaknya melihat ada sinergi yang cukup kuat antara TV dan media digital pada masa depan. Untuk itu, diharapkan kemitraan ini membuat KMK akan menjadi grup media digital dengan media vertikal terlengkap dari berbagi segmen pemberitaan. Seiring antisipasi jumlah pengguna internet dari kaum milenial yang terus meningkat.

CEO KLN Steve Christian menambahkan rencana akuisisi ini adalah bentuk antisipasi kedua perusahaan dalam menghadapi persaingan dengan media yang selama ini menyajikan berita palsu dan tidak berimbang.

“Kami menjadi satu untuk menjadi nomor satu dengan menjangkau lebih dari 100 juta pengguna internet di Indonesia. Apalagi dengan tim gabungan dengan jumlah lebih dari 1.000 orang,” katanya.

Dia pun menegaskan kembali, keberhasilan ini akan bergantung pada proses due dilligence yang sebenarnya masih dalam proses kedua belah pihak. Proses ini membicarakan negosiasi berbagai syarat dan kebutuhan transaksi akuisisi.

Sebelum pengumuman ini beredar, kabar Grup Emtek mengakuisisi KLN sudah berhembus sejak Oktober 2017. DailySocial memberitakan media unggulan dari kedua perusahaan seperti KapanLagi dan Merdeka akan menjadi properti independen. Sementara properti yang memiliki irisan dengan Grup Emtek akan digabung.

Riset Nielsen Tunjukkan Pergeseran Penikmat Media ke Ranah Online

Sebuah data hasil riset dari Nielsen Company yang dirilis paruh pertama tahun 2017 menunjukkan beberapa tren menarik dalam industri digital dan media. Total sampel yang diikutsertakan dalam riset kali ini sebanyak 1107 dengan dominasi responden di usia antara 16-34 tahun dari 11 kota besar di Indonesia, mewakili sekurangnya 54,8 juta penduduk.

Bab pertama temuan survei membahas tentang penetrasi media. Tercatat bahwa TV masih berada di peringkat pertama dengan 96 persen responden masih menikmatinya, disusul oleh media berjenis static outdoor (53 persen), kemudian internet (44 persen – setara dengan 24,2 juta penikmat), radio (37 persen), koran (7 persen), dan majalah (3 persen). Penetrasi internet menjadi yang cukup signifikan, meningkat 26 persen sejak lima tahun silam.

Demografi menjadi salah satu hal menarik dalam media, hal ini menjadi kebutuhan bagi para brand untuk menargetkan pangsa pasar yang tepat. Dari konsumsi media didasarkan pada generasi tersaji sebuah grafik menarik berikut. Millennials dan generasi X yang kini menjadi pangsa pasar mayoritas brand terpantau lebih menyukai media internet dan bioskop dalam aktivitas mendapatkan konten.

Riset Nielsen bertajuk "The New Trend Among Indonesia's Netizen"
Riset Nielsen bertajuk “The New Trend Among Indonesia’s Netizen”

Kemudian jika menilik proposisi media berdasarkan Social-Economic Class (SEC), terdapat temuan masyarakat kelas 1 (berpenghasilan di atas rata-rata) mendominasi penggunaan TV berlangganan. Sedangkan untuk kelas menengah masih mengisi semua porsi, dengan persentase tertinggi ada pada TV konvensional, internet dan majalah.

Riset Nielsen bertajuk "The New Trend Among Indonesia's Netizen"
Riset Nielsen bertajuk “The New Trend Among Indonesia’s Netizen”

Perangkat tablet kurang dinikmati pengguna di Indonesia

Internet menjadi saluran media paling bertumbuh, hal tersebut tak lain dipengaruhi karena aksesiblitas yang makin terjangkau. Mengenai alat akses sendiri, dari hasil survei Nielsen terungkap bahwa ponsel pintar masih berada pada di tingkat teratas, pun demikian dengan pertumbuhannya. Persentase menarik lainnya justru penetrasi perangkat tablet kian menurut. Pada grafik di bawah membandingkan antara penggunaan perangkat di tahun 2015 (ungu tua) dan tahun 2017 (ungu muda).

Riset Nielsen bertajuk "The New Trend Among Indonesia's Netizen"
Riset Nielsen bertajuk “The New Trend Among Indonesia’s Netizen”

Menjadi sebuah temuan menarik, pasalnya justru angka yang masih besar berada pada perangkat laptop dan PC. Faktor kenyamanan dinilai menjadi yang paling mempengaruhi mengapa tablet pada akhirnya kurang diterima di kalangan masyarakat yang menjadi responden.

Tentang penetrasi konten video internet

Tentang media hiburan juga bergeser, kendati sambungan TV masih memiliki porsi tertinggi, ada peningkatan yang cukup signifikan untuk konten video internet. Dalam grafik di bawah ini, varian konten video internet persentasenya tersaji pada grafik batang berwarna kuning. Frekuensinya aksesnya cukup beragam, sedangkan kategori usia menjadi salah satu yang mempengaruhi.

Riset Nielsen bertajuk "The New Trend Among Indonesia's Netizen"
Riset Nielsen bertajuk “The New Trend Among Indonesia’s Netizen”

Sedangkan untuk kanal video populer, YouTube masih mendominasi di pasar. Pun saat dibandingkan dengan penyedia konten viral lokal. Persentasenya berselisih sangat jauh. Tentu dapat dipahami, bahwa terdapat banyak faktor yang mempengaruhi angka tersebut. Selain dari kuantitas dan kategori video yang tersedia, kemudahan fitur pada kanal platform juga menjadi salah satu faktor keberpihakan pengguna dengan portal video milik Google tersebut.

Riset Nielsen bertajuk "The New Trend Among Indonesia's Netizen"
Riset Nielsen bertajuk “The New Trend Among Indonesia’s Netizen”

Nielsen juga mencoba menelisik lebih dalam terhadap persentase masyarakat yang belum menikmati konten berbasis internet. Terdapat tiga alasan fundamental, yakni terkait dengan ketersediaan infrastruktur, pengetahuan teknologi yang rendah, serta kenyamanan dengan konten yang telah disediakan oleh TV konvensional.

Riset Nielsen bertajuk "The New Trend Among Indonesia's Netizen"
Riset Nielsen bertajuk “The New Trend Among Indonesia’s Netizen”

Efektivitas media internet dengan kebutuhan pemasaran produk

Dalam risetnya Nielsen juga menanyakan apakah ketika responden melihat sebuah tayangan brand di konten yang ia temui internet mereka akan mencari tahu lebih lanjut. Selain responden berusia 50 tahun ke atas, kebanyakan dari responden (lebih dari 60 persen) mengaku selalu berminat mencari tahu lebih lanjut. Karena pada umumnya iklan yang ia lihat di media online mengerucut kepada produk atau brand yang cocok untuk mereka. Hal tersebut tentunya berpengaruh pada digital advertising yang kian maju, mampu menargetkan secara spesifik kepada demografi pengguna yang diincarnya.

Ada beberapa jenis tindakan yang coba dipetakan ketika pengguna mencari tahu lebih lanjut tentang produk yang mereka temui di konten online. Mulai dari menilik lapak online yang diinformasikan, melakukan pembelian secara langsung, menghubungi penyaji brand terkait, atau membeli secara online. Persentase tertinggi ialah melakukan pembelian secara online.

Riset Nielsen bertajuk "The New Trend Among Indonesia's Netizen"
Riset Nielsen bertajuk “The New Trend Among Indonesia’s Netizen”

Sehingga dapat menjadi sebuah simpulan bahwa akses media online tidak terpaku pada sebuah platform media saja, namun sifatnya kait-mengait satu dengan yang lainnya. Misalnya antara media online dengan iklan digital, antara iklan digital dan toko online, dan lain sebagainya.

kumparan Peroleh Pendanaan dari Grup GDP Venture

Startup media hybrid kumparan mengumumkan perolehan dana dengan jumlah yang tidak disebutkan dari Global Digital International (GDI), unit investasi GDP Venture. Investor sebelumnya juga ikut berpartisipasi dalam putaran kali ini. Dana yang diperoleh disebutkan bakal digunakan untuk rekrutmen dan memperkuat tim teknologi dan tim pengembangan bisnis.

kumparan, sebagai layanan media berbasis platform media sosial, hadir secara beta sejak bulan Januari 2017, didukung tokoh-tokoh yang ikut mendirikan Detikcom. Dengan konsep sosial, pembaca kumparan dapat memilih topik-topik konten yang disukainya.

kumparan juga memudahkan masyarakat untuk memasukkan tulisannya secara UGC. On-board dalam konsep ini adalah media-media online lain, seperti Swa dan beberapa media yang berbasis di Jawa Timur.

Tentang investasi ini, CEO kumparan Hugo Diba berkomentar, “GDI merupakan mitra yang sangat cocok untuk kumparan berkat pengalaman berharga mereka dalam bidang teknologi dan internet. Di samping itu, GDI juga memiliki keahlian dan jaringan yang mampu mempercepat pertumbuhan kumparan.”

Perwakilan GDI Jerry Kasung mengatakan, “Kami berinvestasi di kumparan bukan semata karena para co-foundernya yang merupakan tokoh media ternama dengan kumpulan pengalaman lebih dari 30 tahun. Namun, konsep penyedia berita hybrid kumparan menghembuskan nafas baru dalam industri media Indonesia. Kami menyukai ide dimana pembaca juga bisa berpartisipasi dan berinteraksi dengan orang lain tentang berbagai topik berita.”


Disclosure: kumparan, DailySocial, dan GDP Venture berada di bawah naungan investor yang sama

Application Information Will Show Up Here

Targetkan Kalangan Perempuan, IDNtimes Luncurkan POPBELA

Hadir dengan informasi seputar dunia Fashion, beauty, relationship, dan karir, media online POPBELA resmi diluncurkan akhir bulan Februari ini di Indonesia. Situs yang dalam tampilannya serta konten yang ditawarkan hampir mirip dengan situs Popsugar, mencoba memberikan konten menarik khusus untuk wanita dengan muda Indonesia usia 20-30 tahun.

“POPBELA lahir dikarenakan dengan adanya kebutuhan para wanita muda di Indonesia. Banyak orang yang mencari inspirasi dan meningkatkan gaya hidup dan berbagai kebahagiaan dan hal-hal positif. Dengan konten yang interaktif dan worth-sharing, POPBELA hadir untuk segala kebutuhan wanita muda Indonesia,” kata Editor-in-Chief POPBELA Elisabeth Kurniawan kepada DailySocial.

Sebelumnya CEO POPBELA Winston Utomo telah menghadirkan media online IDNtimes dengan pendekatan ala Buzzfeed. Kehadiran POPBELA diharapkan bisa mengakomodir kebutuhan wanita akan informasi terkini, menarik dan tentunya menghibur untuk menginspirasi rutinitas setiap hari.

“Kami melihat banyak wanita muda di Indonesia yang menginginkan  sebuah media yang dapat menginspirasi hidup mereka, mulai dari fashion, lifestyle, karir, sampai hubungan mereka dengan kekasihnya. Hal ini yang ingin dicapai oleh POPBELA, kita ingin menjadi sebuah media online yang dapat menjadi sahabat bagi setiap wanita muda di Indonesia,” kata Winston.

Dipimpin Elisabeth sebagai Editor-in-Chief, yang sebelumnya sempat berkarier sebagai Senior Buyer di Cartier dan Saint Laurent New York, POPBELA mengklaim dalam waktu 3 minggu sejak peluncuran telah mencapai 5 juta pageviews di situsnya.

Konten-konten yang berkiblat ke media seperti Buzzfeed, Popsugar, Lifehack, About.com mengusung konsep buzz untuk meningkatkan daya saingnya di media sosial. Selain menyenangkan dan menghibur, konten-konten tersebut juga bersifat ringan dan dengan mudah diserap oleh pembaca yang menggunakan desktop, tablet, hingga smartphone.

”Kami sangat berambisius untuk menjadi perusahaan media dan teknologi terdepan di Indonesia yang menghubungkan wanita muda melalui creative content yang worth sharing, yang mengutamakan inovasi dan tren terkini,” kata Elisabeth.

Portal Berita Online Facetofeet Hadirkan Informasi Tren Fashion dan Makeup

Sejak tahun 90an sudah banyak blogger-blogger bermunculan di Indonesia, namun sepak terjangnya semakin diperhitungkan pada tahun 2015 silam. Sudah banyak blogger-blogger yang menuai kesuksesan dengan hanya bermodalkan ulasan di blog pribadi miliknya. Berawal dari kesuksesan blog pribadi yang dimilikinya, Sasya, fashion dan beauty blogger muda berusia 26 tahun, kemudian mulai mengembangkan ide bisnis untuk membuat sebuah portal berita online yang berisikan informasi lengkap seputar dunia kecantikan dan gaya hidup perempuan. Portal ini juga berusaha membantu perempuan menemukan produk kecantikan yang tepat melalui berbagai ulasan produk.

Dibantu suaminya Ramadhan Pradhana, selaku Co-Founder Facetofeet yang memiliki latar belakang pendidikan dan pengalaman bekerja di bidang teknologi dan pemrograman, situs Facetofeet hadir di Indonesia.

“Awalnya saya memberikan advice apa saja yang harus di rapihkan untuk blog Sasya istri saya, karena memang basic saya orang product mantan pegawai Detik dan MatahariMall. Setelah itu kami berpikir kenapa tidak sekalian saja punya media yang jangkauannya lebih besar lagi. Tidak hanya bicara tentang makeup tapi masuk ke fashion dan lifestyle,” kata Ramadhan.

Telah hadir sejak tahun 2014, Facetofeet tidak hanya memberikan berita seputar dunia kecantikan dan gaya hidup perempuan, tetapi juga berusaha membantu untuk menemukan produk kecantikan yang tepat melalui berbagai ulasan produk, memberikan berbagai tips yang menarik agar perempuan bisa menemukan identitas diri mereka melalui makeup dan fashion yang tepat.

Redaksi Facetofeet dipimpin Sasya, beauty blogger yang terkenal dengan blog HelloSasyachi.com dan telah memiliki pengalaman di bidang kecantikan. Selain artikel dan ulasan produk, Facetofeet juga menghadirkan video tutorial dan juga kolom ‘Ask Sasyachi’ yang memudahkan para pembaca bertanya langsung seputar kecantikan kepada Sasya.

“Sekarang ini kami baru membagi berita per channel. Untuk fiturnya di awal bulan Januari ini kami membuat microsite untuk Chief Editor kami dengan nama Ask Sasyachi. User dapat bertanya dengan Sasya [tentang] apapun, mulai dari makeup, kecantikan dan lainnya,” kata Ramadhan.

Bantuan pendanaan dari angel investor

Sejak awal didirikan, Facetofeet mengandalkan pendanaan pribadi, namun dengan makin besarnya rencana pengembangan yang ada, baru-baru ini Sasya dan Ramadhan telah mengantongi investasi dari angel investor lokal.

“Kami beruntung mendapatkan dana dari beberapa angel investor yang penting di Indonesia dan kami belum bisa memberikan infonya siapa saja saat ini. Kami gembira karena dengan suntikan ini traction di arah yang benar dan kami bersyukur atas kepercayaan ini dan berharap semoga akan membuat Facetofeet bisa berkembang lebih besar sesuai dengan plan kami,” kata Ramadhan.

Dengan menargetkan wanita Indonesia usia 18 hingga 35 tahun, hingga kini Facetofeet telah memilki tiga kontributor yang bertugas untuk memberikan informasi, tips, dan ulasan seputar tren produk kecantikan dan fashion. Secara keseluruhan jumlah pegawai FacetoFeet saat ini 10 orang, 5 orang di antaranya adalah pegawai tetap.

“Kami masih melakukan proses pencarian siapa saja kontributor yang tepat untuk bergabung dengan kami, sejak awal kami buat artikel yang paling banyak di baca adalah artikel tentang kecantikan, tips dan tutorial, untuk artikel mengenai lifestyle / relationship juga sangat juga ramai dibaca,” kata Ramadhan.

Strategi pemasaran dan target tahun 2016

Hingga akhir tahun 2015, Facetofeet mencatat jumlah pengunjung yang mengakses situs berjumlah 90 ribu dengan jumlah pageviews 750 ribu. Target Facetofeet tahun ini, dengan mengandalkan pemasaran melalui media sosial dan pendanaan yang baru saja didapatkan, adalah jumlah pengunjung setiap bulannya bisa mencapai 250 ribu.

“Selain pemanfaatan media sosial secara offline, kami juga berencana untuk mengikuti ragam bazaar, pop up market dan lainnya. Sementara dari sisi konten lebih ke arah video. Kami akan mencoba membuat tutorial video yang menarik dengan gaya Facetofeet, merapikan branding mulai dari logo hingga desain baru yang bertujuan untuk memperkuat identitas kita,” tutup Ramadhan.

Pengguna Mobile Internet Indonesia Gemar Mencari Berita Terlebih Dahulu Sebelum Belanja Online

Tidak ada yang menyangkal bahwa saat ini industri e-commerce di Indonesia tengah menggeliat. Namun, ada satu temuan menarik dari Telkomsel Msight. Berdasarkan Telkomsel MSight Syndicated Report, pengguna mobile internet Indonesia ternyata gemar mencari berita terlebih dahulu sebelum berbelanja online. Setidaknya lima situs berita ada dalam peringkat sepuluh besar.

Semenjak Tokopedia mendapatkan pendanaan dalam jumlah yang fantastis, peta industri e-commerce di Indonesia memang mulai berubah dan juga mendapat perhatian lebih. Ada pula yang memprediksi e-commerce Indonesia akan menjadi sebesar Tiongkok, atau lebih. Tapi, jalan tersebut masih panjang.

Di tengah hangatnya industri e-commerce ini, ada satu temuan menarik dari Telkomsel MSight. Dalam laporan Telkomsel MSight Syndicated Report dipaparkan bahwa pengguna mobile internet Indonesia cenderung mencari berita terlebih dahulu sebelum berbelanja online.

Dapat dilihat juga bahwa empat dari sepuluh situs teratas yang paling sering dikunjungi adalah situs berita. Kelima situs tersebut adalah Detik dengan 9378 kunjungan, Kompas dengan 3020 kunjungan, Kapanlagi dengan 2874 kunjungan, dan Tribunnews dengan 2516 kunjungan.

News and Shopping

Bila Anda ingat, UC Browser juga menunjukkan data yang tak jauh berbeda dengan ini. Menurut UC Browser, angka kepemilikan aplikasi belanja online pada perangkat mobile masyarakat cenderung rendah. Paparan tersebut dijabarkan UC Browser dalam laporan “Insights Into Indonesian Mobile Internet”.

Ada banyak faktor yang bisa ditarik mengapa ini bisa terjadi. Beberapa di antaranya yakni, faktor tingkat kepercayaan, intrastruktur, dan pembayaran masih menjadi isu. Bisa juga dihubungkan dengan daya beli masyarakat yang masih rendah, atau cenderung menurun karena imbas perlambatan ekonomi. Perlu diingat juga bahwa Indonesia adalah negara yang unik dengan tingkat ketertarikan yang majemuk.

Meskipun demikian, menurut saya ini sebenarnya adalah hasil yang wajar. Malah baik. Saya justru akan bertanya-tanya bila layanan jual beli online menjadi mayoritas di daftar situs yang paling sering dikunjungi. Bila demikian adanya, bukankah akan menjadi hal yang masuk akal bila saya menarik kesimpulan bahwa masyarakat Indonesia sangat konsumtif. Apakah itu baik?

Dengan melihat paparan ini, satu benang merah yang bisa yang ditarik menurut saya adalah masyarakat Indonesia sangat terbuka akan informasi. Saya rasa sudah menjadi sifat dasar juga bahwa manusia butuh informasi. Itu semua hanya untuk menjawab dahaga keingintahuan manusia itu sendiri.

Temuan lainnya dari MSight Syndicated Report kali ini adalah kata “Internet” nyatanya sangat dekat diasosiakan dengan “banking” di Indonesia. Ini cukup menggelitik, terutama bila melihat kembali hasil riset yang menyebutkan bahwa Facebook lebih populer dari internet itu sendiri.

Internet Banking

Namun, dengan melihat paparan data tersebut, saya juga menjadi lebih optimis terhadap masa depan fintech di Indonesia. Sangat mungkin bila ke depannya industri fintech adalah hal berikutnya yang akan naik permukaan. Tentu dengan diikuti pertumbuhan industri lainnya yang signifikan dalam ekosistem industri teknologi di Indonesia.


Disclosure: Tulisan ini adalah hasil kerja sama DailySocial dan tim Digital Advertising Telkomsel.

Telkomsel MSight adalah bagian dari layanan digital advertising Telkomsel yang memanfaatkan penggunaan teknologi Big Data Analytics. Melalui MSight, Telkomsel mampu memberikan berbagai insight informasi konsumen secara spesifik mulai dari segmentasi konsumen berdasarkan profil demografi dan psikografi tertentu, perilaku digital konsumen, pola pergerakan konsumen antar lokasi, dan perilaku konsumen terhadap produk dan servis.

Kompas Gramedia Appoints Brightcove for Cloud-Based Video Solution

Kompas Gramedia Group appoints Brightcove to optimize the video service on its online media. Brightcove has a collection of portfolio in cloud and video which will help Kompas managing online video content and applying its latest technology while attempting to provide better experience to its users. Continue reading Kompas Gramedia Appoints Brightcove for Cloud-Based Video Solution

Media Online IDNtimes Peroleh Pendanaan dari East Ventures

IDNtimes memperoleh dukungan East Ventures untuk memperkuat tim dan meningkatkan kualitas konten / DailySocial

Media online IDNtimes, yang mengambil pendekatan ala Buzzfeed dalam penulisan kontennya, mengumumkan perolehan pendanaan dari East Ventures dalam jumlah yang tidak disebutkan. Pendanaan ini akan digunakan untuk ekspansi secara agresif untuk menambah anggota tim, meningkatkan kualitas UX, memperkuat proses penciptaan konten dan distribusi, dan meningkatkan kualitas platform yang sudah ada.

Continue reading Media Online IDNtimes Peroleh Pendanaan dari East Ventures

MicroAd Indonesia Umumkan Layanan Media Online MyKawaii Style Sebagai Pembuka Jalan Bisnis E-Commerce

Perusahaan periklanan online yang berbasis di Jepang MicroAd, melalui anak perusahaannya MicroAd Indonesia, mendirikan layanan media online MyKawaii Style. Layanan tersebut akan fokus memperkenalkan produk fashion perempuan muda dengan tren berpakaian orang Jepang. Layanan media online ini akan menjadi pembuka jalan untuk meningkatkan bisnisnya menjadi layanan e-commerce jika pengetahuan tentang pasar lokal sudah dirasa mumpuni.

Continue reading MicroAd Indonesia Umumkan Layanan Media Online MyKawaii Style Sebagai Pembuka Jalan Bisnis E-Commerce

Saingi SCOOP dan Wayang Force, Detikcom Kembangkan DetiKios

Detikcom, yang baru saja menghebohkan jagat online Indonesia dengan akuisisinya oleh Para Group, kembali menghadirkan aplikasi baru. Tersedia hanya untuk iPad, DetiKios adalah pesaing SCOOP dan Wayang Force untuk menghadirkan buku dan majalah secara digital. Saat ini baru 7 buku yang masuk DetiKios dan dapat diunduh secara gratis, tapi tweet Budiono Darsono selaku pemimpin redaksi Detikcom yang mengajak segala pihak untuk bekerja sama menunjukkan bahwa DetiKios sedang mencari ceruk di pasar ini.

DetiKios memberikan skema bisnis 30% untuk Apple, 30% untuk Detikcom dan 40% untuk penerbit. Diluncurkan bertepatan dengan perayaan HUT Detikcom yang ke-13, DetiKios kompatibel dengan iPad jenis yang terawal (sistem operasi versi 3.2)

Continue reading Saingi SCOOP dan Wayang Force, Detikcom Kembangkan DetiKios