aCommerce Tahun Ini Fokus Kantongi Profit dan Lancarkan “Strategi 2.0”

Platform e-commerce enabler asal Thailand aCommerce mengumumkan telah mendapatkan pendanaan baru senilai $15 juta (sekitar 205 miliar Rupiah menurut kurs hari ini) dari Indies Capital Partners. Sebelumnya aCommerce telah mengumpulkan total $103,8 juta dalam pendanaan selama 7 putaran. Pendanaan terakhir mereka diperoleh pada 22 Juli 2019 dari putaran Seri C.

Sepanjang tahun 2019, perusahaan mengklaim telah mencapai profit di pasar Thailand, yang dianggap sebagai pasarnya yang paling matang. Selain itu mereka juga menyebutkan peningkatan bisnis utama hingga 60%.

Kepada DailySocial, Group CEO dan Co-Founder aCommerce Paul Srivorakul mengungkapkan, dana segar yang diperoleh merupakan prestasi tersendiri bagi perusahaan dan menandakan bahwa kepercayaan investor berlanjut untuk mendukung visi dan misi perusahaan.

“Ini benar-benar tonggak sejarah bagi aCommerce, dan kami berharap dapat bekerja sama dengan tim Indies dan mendapatkan manfaat dari nilai tambah dan keahlian mereka, terutama di pasar seperti Indonesia,” kata Paul.

Perusahaan juga ingin mengembangkan bisnis dan fokus kepada negara di Asia Tenggara, di luar pasar Indonesia. Indonesia diklaim menjadi negara di Asia Tenggara yang memiliki potensi besar, naum masih banyak tantangan yang dihadapi.

Menurut Paul, dengan strategi yang tepat, pasar Indonesia yang terbilang cukup fragmented bisa menjadi peluang tersendiri bagi platform seperti aCommerce.

“Indonesia adalah pasar besar dan menarik dengan potensi besar, tetapi masih banyak subsidi yang terjadi, terutama di [sektor] e-commerce. Ini berarti perusahaan harus berinvestasi lebih banyak dan membutuhkan waktu yang lebih lama bagi perusahaan untuk mencapai break even atau sulit mendapat keuntungan,” kata Paul.

“Strategi 2.0” aCommerce

Tahun 2020 juga menjadi awal dilancarkannya “Strategi 2.0” aCommerce. Rencana strategis baru ini diharapkan bisa memberikan nilai lebih besar kepada klien, mempercepat jalur menuju profitabilitas pada tahun 2020, dan memposisikan perusahaan untuk pertumbuhan berkelanjutan jangka panjang sebagai perusahaan e-commerce enabler terkemuka di Asia Tenggara.

“Kami menjalankan strategi aCommerce 2.0 untuk fokus pada peluang margin yang lebih tinggi seperti merek Perusahaan, solusi End-to-End, dan channel Direct-to-Consumer (DTC). Tantangan lain yang kami temui adalah small basket size, expensive delivery network hingga merekrut dan mempertahankan bakat muda dan undang-undang perburuhan,” kata Paul.

Untuk bisa memberikan layanan lebih baik, sepanjang tahun 2019 perusahaan tidak secara agresif melakukan akuisisi klien dan fokus ke existing client. Mayoritas pertumbuhan aCommerce di Indonesia berasal dari merek global, seperti Samsung, Adidas, dan Loreal untuk menawarkan layanan langsung ke konsumen melalui layanan online, media sosial, dan omnichannel.

Tahun ini perusahaan berencana melanjutkan strategi penjualan yang sama dan fokus untuk mendaftarkan merek perusahaan yang serius dan memiliki komitmen untuk berinvestasi dan mengembangkan bisnis Direct-to-Consumer mereka.

“Dengan fondasi yang kami tetapkan untuk menjadi perusahaan jangka panjang yang berkelanjutan tahun lalu, melalui ‘aCommerce 2.0’, tujuan kami tahun ini adalah untuk terus memberikan nilai layanan yang lebih baik kepada klien perusahaan kami dan mencapai profitabilitas grup,” tutup Paul.

aCommerce Aims for IPO in 2020

aCommerce, along with the fifth anniversary, revealed the plan to release an initial public offering (IPO) by 2020. Later, the fund raised from IPO will be focused on unified data platform development to tighten aCommerce position as a data management partner for top-tier brands in Southeast Asia.

Looking back to when aCommerce first established in 2013 in Thailand, providing an integrated solution as an e-commerce channel (retail solution, marketing, and distribution). In the last five years, the Bangkok-based company has intensified expansion. Aside from Thailand, they’re also expanding to Indonesia, the Philippines, Singapore, and Malaysia.

Trusted by brands as big as Unilever, L’Oreal, and HP has made aCommerce grow rapidly, from startup to enterprise. In its fifth year, the company claims to advance by 750%, supporting more than 260 top-tier global brands. Through its service, aCommerce managed to handle 13.19 million orders, with over 1200 employees in 5 offices and 15 logistics center.

Data becomes one of the focus for development in aCommerce. Previously, they also released the data-driven demand generation, such as ecommerceIQ, ReviewIQ, BrandIQ, ChannelIQ, and CustomerIQ. The objective is to help brand optimizing its e-commerce.

“The number of customers data which currently ‘floating’ is big. The data should be able to be used by everyone for optimization, but nobody has it integrated into one platform,” Paul Srivorakul, aCommerce’s Group CEO and Co-Founder, said.

He added, “With the capital raised through IPO, aCommerce plans a mission to manage the information and plays a role as a data partner for brands. Our main objective is for brands to come and collect the centralized data of a customer, and finally be able to offer customized products or services for each group targeted.”

The mission goes along with a survey conducted by ecommerceIQ. In its result, 25,8% of brands are looking for digital talents with data analytic expertise to support the business strategy. Moreover, data management can be optimized with technology, and aCommerce wants to be involved.

Currently, aCommerce has raised a total funding of $96.5 million (worth IDR 1.4 trillion) from some investors include Emerald Media by KKR, BlueSky, DKSH, InspireVentures, Sinarmas, and NTT Docomo. The latest one was acquired at the end of 2017 in Series B round.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

aCommerce Rencanakan IPO Tahun 2020

Bersamaan dengan perayaan ulang tahun kelima, aCommerce mengungkapkan rencana merilis penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) di tahun 2020 mendatang. Nantinya dana yang didapat dari IPO akan difokuskan untuk pengembangan unified data platform sehingga menguatkan posisi aCommerce sebagai data management partner bagi brand terkemuka di Asia Tengara.

Menilik sejenak ke belakang, aCommerce dimulai pada tahun 2013 di Thailand, menyediakan solusi terpadu berupa kanal e-commerce (solusi ritel, pemasaran, dan distribusi). Dalam lima tahun terakhir, perusahaan bermarkas pusat di Bangkok tersebut terus menggencarkan ekspansi. Selain Thailand, sampai saat ini sudah menguatkan kehadirannya di Indonesia, Filipina, Singapura dan Malaysia.

Kepercayaan brand besar sekelas Univeler, L’Oreal, hingga HP membuat aCommerce bertumbuh pesat, dari startup menjadi enterprise. Di tahun kelima, perusahaan mengklaim telah mengalami pertumbuhan hingga 750%, melayani lebih dari 260 brand global terkemuka. Melalui solusinya, aCommerce berhasil melayani 13,19 juta pesanan, didukung lebih dari 1200 karyawan di 5 kantor dan 15 pusat logistik.

Data memang menjadi salah satu fokus pengembangan di aCommerce. Sebelumnya mereka juga telah merilis produk berbasis data-driven demand generation, seperti ecommerceIQ, ReviewIQ, BrandIQ, ChannelIQ, dan CustomerIQ. Tujuannya untuk membantu brand mengoptimalkan bisnis e-commerce mereka.

“Jumlah data pelanggan yang saat ini sedang ‘melayang di udara’ sangat besar. Sebenarnya data ini bisa digunakan semua orang untuk dioptimalkan, tapi belum ada yang mengintegrasikan di satu platform,” ujar Group CEO dan Co-Founder aCommerce Paul Srivorakul.

Paul melanjutkan, “Dengan kapital yang dikumpulkan melalui IPO, aCommerce memiliki misi untuk mengelola bongkahan informasi tersebut dan berperan sebagai data partner bagi para brand . Tujuan utama kami adalah agar brand dapat datang ke kami untuk mendapatkan data yang tersentralisasi tentang seorang pelanggan dan pada akhirnya mampu menawarkan produk atau jasa yang terkustomisasi untuk masing-masing grup yang mereka targetkan.”

Misi tersebut sejalan dengan survei yang pernah dilakukan ecommerceIQ. Dalam temuannya dinyatakan 25,8% brand mencari talenta digital dengan kemampuan analisis data untuk membantu menguatkan strategi bisnis. Sementara pengelolaan data bisa dioptimasi dengan teknologi, dan aCommerce ingin masuk ke dalamnya.

Saat ini aCommerce sudah membukukan total pendanaan senilai $96,5 juta (atau senilai 1.4 triliun Rupiah) dari beberapa investor, termasuk Emerald Media milik KKR, BlueSky, DKSH, Inspire Ventures, Sinarmas dan NTT Docomo. Pendanaan terakhir didapat akhir 2017 lalu dalam putaran seri B.

DScussion #86: aCommerce dan Strategi Perusahaan Logistik di Indonesia

Kehadiran aCommerce membantu brand memanfaatkan omni-channel sebagai cara untuk memiliki kehadiran di ranah online. Di bagian pertama, Co-Founder dan Group CEO aCommerce Paul Srivorakul sudah menceritakan soal tren e-commerce di kawasan Asia Tenggara.

Dalam sesi DScussion bagian kedua ini, ia mengungkapkan strategi yang dilancarkan untuk memberikan layanan menyeluruh di Indonesia.

DScussion #85: aCommerce dan Tren E-Commerce dan Logistik di Kawasan Asia Tenggara

Dalam edisi DScussion kali ini, Co-Founder dan Group CEO aCommerce Paul Srivorakul mengungkapkan beberapa tren dari logistik di Indonesia saat ini. Sebagai e-commerce enabler dan penyedia layanan fulfillment, aCommerce merupakan salah satu startup terdepan yang berkutat di industri logistik Indonesia.

Dalam bagian pertama sesi DScussion ini, Paul memberikan penjelasan seperti apa “smart logistic” yang ideal bagi aCommerce dan misi aCommerce melakukan kolaborasi dengan startup lokal untuk mempercepat pertumbuhan bisnis.

Berikut wawancara lengkap kami dengan Paul Srivorakul.

Strategi dan Rencana aCommerce Pasca Pendanaan Seri B

Dalam kesempatan temu media hari ini, Co-Founder & Group CEO aCommerce Paul Srivorakul mengungkapkan beberapa tren yang bakal terjadi dalam dunia e-commerce tahun 2018 mendatang. Sebagai e-commerce enabler yang secara agresif hadir di Asia Tenggara, aCommerce mengklaim Indonesia merupakan negara dengan potensi terbesar, setelah Filipina, Thailand, Singapura.

“Kami dari aCommerce ingin menunjukkan fokus kami di Indonesia dengan mendirikan dua kantor, empat gudang, dan 20 hub. Kami percaya tahun 2018 mendatang akan lebih besar lagi potensi yang bisa digali di Indonesia.”

Setelah mendapatkan pendanaan Seri B beberapa waktu lalu, fokus dari aCommerce selanjutnya adalah melakukan ekspansi ke Vietnam dan Malaysia. Sementara untuk teknologi, aCommerce akan terus menambah kemitraan serta membuka API kepada partner terkait, untuk memperluas channel aCommerce secara global.

“Dengan menerapkan cara tersebut merupakan pilihan terbaik bagi aCommerce, yaitu menambah kemitraan dengan partner lokal hingga global,” kata Paul.

Ditambahkan oleh Paul, platform teknologi yang tersentralisasi untuk brand memungkinkan klien terhubung dan mendistribusikan produk mereka melalui jaringan terintegrasi Business-to-Consumer (B2C) dan kanal Business-to-Business (B2B) dengan analisis data yang real time.

Strategi ritel multi-channel, distribusi dan marketing

Makin cepatnya pertumbuhan layanan e-commerce saat ini diprediksi pada tahun 2018 mendatang akan bertambah hingga 20%. Melihat besarnya peluang tersebut, Paul menegaskan layanan e-commerce pada umumnya dan aCommerce pada khususnya, harus sudah bisa mencermati tiga poin penting, yaitu omni-channel, retail direct to consumer, hingga merubah distributor dan wholeseller.

“Tiga hal tersebut yang saya prediksi akan memainkan peranan penting dalam layanan e-commerce di Indonesia dan secara global ke depannya. Platform aCommerce pun mencakup keseluruhan perjalanan online pelanggan, dari distribusi produk, pengumpulan data pelanggan hingga pembelian di semua kanal,” kata Paul.

Bukan hanya fokus kepada proses penjualan, namun aCommerce dengan platformnya bisa mendampingi klien untuk mendapatkan secara langsung consumer-behaviour melalui pengolahan big data. Sejak satu tahun terakhir aCommerce mengalami pertumbuhan klien sebesar 62%, membuktikan bahwa layanan menyeluruh yang dimiliki oleh aCommerce digemari oleh kalangan bisnis.

“Ke depannya kami juga berencana untuk memberikan kesempatan kepada semua klien aCommerce di berbagai negara, bisa menjual produk mereka secara global di negara aCommerce beroperasi,” kata Paul.

Disinggung tentang berapa profit dari aCommerce saat ini, Paul menegaskan ditargetkan pada kuartal pertama tahun 2019 mendatang, aCommerce akan mendapatkan profit secara global.

Pemanfaatan jalur offline bisnis

Dalam kesempatan tersebut turut hadir salah satu klien aCommerce dari Eiger Indonesia yang mengungkapkan kepuasannya selama menjadi klien dari aCommerce. Hal menarik yang disampaikan oleh Head of Ecommerce Eiger Andreant Tendo adalah perubahan mindset yang sudah harus dimiliki oleh kalangan bisnis, tidak lagi hanya mengandalkan jalur offline namun sepenuhnya kepada online. Namun demikian ketika jalur online sudah disempurnakan, harus senantiasa memperhatikan kebutuhan dari pelanggan.

“Orang Indonesia itu masih butuh kejelasan dan percakapan langsung terkait dengan rekam jejak produk yang mereka beli secara online. Jika bisnis bisa menerapkan cara yang benar dalam hal layanan pelanggan, pasti bisa berjalan dengan baik,” kata Andreant.

Dilanjutkan oleh Andreant, meskipun saat ini sebagian besar penjualan produknya dilakukan secara online, namun jalur offline masih memiliki peranan penting untuk membina komunitas, menerima feedback dan insight sekaligus sebagai customer experience saat belanja secara offline.

“Saya juga mengharapkan aCommerce bisa memperluas wilayah layanan hingga ke pelosok daerah di Indonesia. Sehingga bisa memecahkan permasalahan logistik yang masih menjadi kendala utama di Indonesia,’ kata Andreant.

aCommerce Dapatkan Pendanaan Seri B Senilai 877,5 Miliar Rupiah

Perusahaan e-commerce enabler  aCommerce hari ini mengumumkan penutupan pendanaan seri B senilai $65 juta (atau senilai 877,5 miliar rupiah). Babak pendanaan kali ini dipimpin oleh Emerald Media, sebuah perusahaan yang didirikan oleh firma investasi global KKR. Beberapa investor sebelumnya yang turut berpartisipasi termasuk Blue Sky, MDI Ventures, dan DKSH dengan North Ridge Partners sebagai perusahaan penasihat.

Pendanaan tersebut akan difokuskan untuk tiga hal. Pertama untuk memperkuat kapabilitas teknologi guna membantu brand terintegrasi dengan layanan B2C dan B2B. Kedua, menguatkan kemitraan strategis di dalam ekosistem ritel aCommerce yang berada di empat pasar utama, yakni Indonesia, Singapura, Thailand, dan Filipina. Dan yang ketiga akan difokuskan untuk ekspansi ke pasar baru Malaysia dan Vietnam.

“Memiliki partner yang kuat seperti KKR dan Emerald Media dengan jam terbang investasi menahun di wilayah ini akan memberikan modal dan koneksi yang penting dari segi konten dan demand generation di seluruh Asia Tenggara. Kami dapat memberikan level transparansi dan akuntabilitas yang jauh lebih baik, yang sulit ditemukan di tempat lain,” ujar Co-Founder & Group CEO aCommerce Paul Srivorakul dalam sambutannya.

Beroperasi di empat negara di Asia Tenggara, aCommerce mengklaim saat ini telah memiliki lebih dari 260 klien, termasuk di dalamnya brand besar seperti Samsung, Unilever, Nestlé, L’Oreal, Philips, dan Mars. Peran aCommerce sebagai enabler dianggap penting untuk memajukan ekosistem ini, untuk membawa para peritel memastikan kehadirannya dalam momentum online shopping yang terus bertumbuh saat ini. Penetrasi online shopping di dunia terjadi dalam kecepatan eksponensial. Data Google dan Temasek menyebutkan pertumbuhan akan mencapai 32 persen setiap tahun selama 10 tahun ke depan.

“Yang membuat kami percaya diri dengan aCommerce adalah karena platform teknologi mereka fokus pada brand dan memungkinkan klien untuk dengan mudah terhubung dan menggunakan semua sistem operasi, metode kanal distribusi, dan aplikasi demand generation di seluruh Asia Tenggara,” ujar Paul Aiello, Managing Director dan Co-Founder Emerald Media. “Ini memberikan para pemain baru cara cepat untuk meluncurkan operasi multi-channel di pasar yang sedang sangat menggeliat ini tanpa harus membangun operasi lokal besar-besaran.”

aCommerce Umumkan Perolehan Pendanaan yang Dipimpin MDI Ventures

Hari ini (19/7) layanan e-commerce enabler asal Thailand aCommerce mengumumkan telah mendapatkan pendanaan baru yang dipimpin oleh MDI Ventures dengan nilai pendanaan diestimasi mencapai delapan digit dalam dolar Amerika Serikat. Investor sebelumnya, DKSH juga turut berpartisipasi dalam putaran pendanaan kali ini diikuti oleh BlueSky. Dana ini akan digunakan untuk perluasan pasar secara agresif di Singapura, Malaysia, dan Vietnam bersamaan dengan memperkuat posisi di pasar yang sudah beroperasi seperti Thailand, Indonesia, dan Filipina.

Co-Founder dan Grup CEO aCommerce Paul Srivorakul mengatakan, “Bermitra dengan MDI dan Grup Telkom, yang pada dasarnya adalah perpanjangan tangan teknologi pemerintah Indonesia, cocok dengan visi aCommerce untuk memecahkan tantangan e-commerce seperti infrastruktur, logistik, dan sistem pembayaran di pasar terbesar dan tercepat di Asia Tenggara.”

Managing Partner MDI Ventures Nicko Widjaja menambahkan, “Melalui investasi strategis kami di e-commerce enabler terkemuka Asia Tenggara, kami melihat peluang untuk menawarkan layanan digital dan perdagangan baru di seluruh ekosistem Telkom [dengan] memanfaatkan lebih dari 150 juta pelanggan [yang dimiliki Telkom].”

Di balik kesepakatan investasi

CEO aCommerce Indonesia Hadi Kuncoro mengungkapkan bahwa kesepakatan investasi ini berlangsung dengan cepat. Pertemuan antara MDI Ventures dan aCommerce yang berujung pada kesepakatan investasi ini diawali dari acara aCommerce yang digelar pada Januari 2016. Dari sana, setelah saling mengenal satu sama lain lebih jauh, kesepakatan pun berhasil dicapai.

Hadi mengatakan, “Dari sisi Telkom sendiri tentu ingin mencari diversifikasi model bisnis [dan] investasi ini fokus awalnya adalah logistik. Tapi ini akan berkembang. Dari sisi aCommerce sendiri, kami melihat Telkom punya infrastruktur yang cukup baik di seluruh Indonesia. Sebagai perpanjangan pemerintah di dunia telekomunikasi, tentu ini menjadi suatu peluang juga bagi aCommerce sendiri untuk membangun eksistensi model bisnis aCommerce dengan network infrastructure yang mereka miliki.”

Sementara itu Senior Associate MDI Ventures Kenneth Li menjelaskan, ”Alasan yang kami lihat [untuk berivestasi] adalah bahwa e-commerce belum melihat tanda-tanda melambat di Indonesia dan bagian dari pertumbuhan ini melibatkan infrastruktur yang mendukung bisnis e-commerce. Cina memiliki sekitar 9% penetrasi e-commerce, tetapi di Indonesia hanya sekitar 1%. Kami percaya bahwa semua infrastruktur pendukung pertumbuhan harus dibangun juga [logistik, pembayaran, dan lainnya].”

“Kami sudah memiliki marketplace [Blanja] yang merupakan perusahaan patungan dengan eBay yang berarti langkah logis selanjutnya adalah berinvestasi di pemain dan untuk mendukung e-commerce Indonesia. Telkom pemain di bidang infrastruktur dan kami fokus pada pembangunan mendukung ekosistem. Dalam hal kemitraan strategis, kami ingin bekerja sama erat dengan aCommerce untuk memperkuat logistik B2C dengan memanfaatkan properti Telkom yang ada dan infrastruktur logistik sekaligus juga mereplikasi model C2C mereka di Indonesia,” lanjutnya.

Rencana ke depan aCommerce Indonesia terkait pendanaan

Dana segar yang baru diterima aCommerce ini menurut Hadi juga akan berdampak pada rencana perluasan wilayah mereka di Indonesia. Di samping itu, Hadi juga mengungkap bahwa mereka akan menambah talenta-talenta baru seiring dengan perluasan wilayah yang dilakukan. Sebagai informasi, belum lama ini aCommerce Indonesia telah membuka fulfillment center baru di Cawang dan berencana untuk memperluas sayap ke 15 kota besar di Indonesia.

Di sisi lain, potensi untuk bersinergi dengan ILCS (Integrasi Logistik Cipta Solusi) juga telah didiskusikan. ILCS sendiri merupakan anak perusahaan Telkom yang bergerak di sektor logistik dan berdiri sejak tahun 2012 silam.

Kenneth mengatakan, “Untuk ILCS, apa yang kami lihat adalah bahwa aCommerce akan menjadi infrastruktur pendukung e-logistik perdagangan lintas batas. Kami berpikir bahwa dalam waktu dekat ini perdagangan lintas batas tidak akan terelakan karena ILCS bekerja sama dengan otoritas pelabuhan dan klien perusahaan besar kami yang lain.”

“Kami juga ingin mengintegrasikan sistem aCommerce dengan semua yang kami tawarkan melalui ILCS. Di sisi lain, kami juga bisa memperkuat aCommerce dengan pengetahuan lokal kami yang mendalam tentang distribusi pelabuhan, armada-pelacakan, optimasi rute, penyelesaian pelabuhan, dan lainnya. Kami melihat pasar yang besar yang bisa dimanfaatkan dalam hal e-logistik di B2B dan kami juga ingin menawarkan pilihan perusahaan klien kami untuk melakukan B2C logistik dengan aCommerce,” tandas Kenneth.

Two New Head Honchos Lead aCommerce Indonesia

aCommerce Indonesia' two new leaders, Snorre Larstad and Hadi Kuncoro / aCommerce

Following the departure of its two co-CEOs, aCommerce has appointed Snorre Larstad and Hadi Kuncoro to lead Indonesia’s operation as the new CEO and COO. They will play important role to lead next phase of growth as aCommerce is about to raise a new $30 million Series B funding by the end of the year to fuel its expansion. Indonesia is aCommerce’s biggest regional operation.

Continue reading Two New Head Honchos Lead aCommerce Indonesia

Indonesia Punya Peranan Penting dalam Masa Depan E-Commerce Asia

20150414_142354

Hingga saat ini, India dan Tiongkok masih menjadi pasar dengan pertumbuhan paling pesat ecommerce di Asia. Menurut Group CEO aCommerce Paul Srivorakul, saat berbicara di Echelon Indonesia 2015 beberapa lalu, tunggu saja 10 tahun lagi Indonesia berpotensi akan menjadi pasar terbesar ketiga di Asia di belakang kedua negara itu. Keyakinan tersebut didasari pada data dan fakta pertumbuhan e-commerce di Asia Tenggara dan Indonesia.

Continue reading Indonesia Punya Peranan Penting dalam Masa Depan E-Commerce Asia