Perkuat Layanan di Indonesia, PPRO Gandeng Kredivo

Setelah meluncur di pasar Indonesia akhir tahun 2020 lalu, platform pembayaran PaaS asal Inggris “PPRO” berencana untuk menjalin kolaborasi lebih luas lagi dengan platform pembayaran digital di Indonesia.

Setelah OVO dan Doku, kini PPRO kembali mengumumkan kerja sama strategis dengan Kredivo. Besarnya penggunaan metode pembayaran Buy Now Pay Later (BNPL) alias paylater di Indonesia menjadi salah satu alasan mengapa kerja sama ini dilancarkan.

“Kami melihat pilihan pembayaran BNPL banyak dipilih oleh pengguna layanan e-commerce secara global bukan hanya di Indonesia. Memanfaatkan sekitar 5 juta pengguna Kredivo, diharapkan kolaborasi ini bisa berguna untuk pasar di Indonesia,” kata VP Partnerships, Head of APAC PPRO Tristan Chiappini.

PPRO mencatat sekitar 55% pengguna layanan e-commerce memilih untuk melakukan pembayaran dengan cara BNPL. Dengan menawarkan metode pembayaran BNPL kepada konsumen saat checkout, merchant dapat meningkatkan tingkat konversi mereka, menghasilkan transaksi rutin dari konsumen yang menggunakan metode pembayaran, dan berpotensi melihat ukuran keranjang yang lebih besar.

“Integrasi kami dengan PPRO memungkinkan lebih banyak merchant untuk menawarkan pelanggan mereka opsi untuk membayar dengan Kredivo. Melalui mereka, kami dapat memperkuat komitmen kami untuk memberikan konsumen kesempatan untuk mengakses lebih banyak pasar e-commerce dunia,” kata VP Business Development Kredivo Krishnadas.

Sebelumnya PPRO juga telah melakukan integrasi dengan Jenius Pay dan LinkAja. PPRO dalam waktu dekat juga berencana untuk mengumumkan kerja sama strategis dengan platform dompet digital terbesar di Indonesia. Disinggung apakah GoPay yang akan menjadi mitra baru PPRO dalam waktu dekat, Tristan enggan untuk memberikan informasi lebih lanjut.

Pandemi dan pertumbuhan layanan e-commerce

Pandemi secara langsung telah mempercepat akselerasi layanan e-commerce di Indonesia. PPRO juga mencatat terdapat 3 negara yang kemudian banyak mendapatkan permintaan dari merchant di Indonesia. Di antaranya adalah Tiongkok, Amerika Serikat, hingga Singapura. Dilihat dari negara Top 3 tersebut menjadi relevan bagi PPRO untuk memperluas kemitraan dengan pemain lokal di Indonesia.

“Kami melihat 23% layanan e-commerce di Indonesia sudah lintas batas. Indonesia menjadi pasar yang menarik bagi kami untuk melakukan konsolidasi pasar. Kita sudah mempunya live traffic dengan payment menthod di Indonesia,” kata Tristan.

Selama 2 tahun terakhir PPRO mengklaim menjadikan Indonesia sebagai pasar prioritas mereka. Namun demikian karena pandemi, PPRO belum memiliki rencana untuk menempatkan tim di Indonesia. Selanjutnya PPRO akan terus fokus di PSP dan memenuhi demand dari para merchant. Selain pasar di Indonesia, PPRO juga memiliki rencana untuk memperluas layanan di negara lain seperti India hingga Malaysia.

PPRO adalah perusahaan fintech yang mengglobalisasikan platform pembayaran untuk bisnis, sehingga memungkinkan bagi mereka untuk menawarkan lebih banyak pilihan pembayaran pada saat checkout di berbagai platform dan meningkatkan penjualan lintas batas.

“Klien kita adalah global mulai dari Asia Tenggara hingga Amerika Serikat, ada potensi melakukan cross border untuk Indonesia.,” kata Tristan.

Gandeng Pos Indonesia, Tokopedia Tambah Metode Pembayaran

Tokopedia hari ini mengumumkan telah menjalin kerja sama dengan Pos Indonesia untuk menambah pilihan metode pembayaran miliknya. Dengan kerja sama ini memungkinkan pengguna Tokopedia untuk bisa membayar transaksi mereka di kantor atau agen pos terdekat.

“Kini Toppers [pengguna Tokopedia] juga bisa membayar barang pesanannya lewat kantor atau agen pos,” ungkap Vice President Tokopedia Melissa Siska Juminto.

Bagi pengguna yang ingin menggunakan metode pembayaran ini tinggal memilih Pos Indonesia di kolom metode pembayaran. Setelah itu pengguna akan mendapatkan kode pembayaran yang kemudian di tunjukkan kepada petugas kantor atau agen pos tempat dilakukan pembayaran. Selanjutnya sistem Tokopedia akan secara otomatis memverifikasi kode tersebut dan pesanan langsung diteruskan ke penjual.

Ini bukan kali pertama Tokopedia berinovasi dengan metode pembayaran. Sebelumnya dengan pendekatan yang sama (online to offline) Tokopedia juga telah menggandeng Indomaret dan 7-Eleven untuk memungkinkan penggunanya membayar di gerai-gerai Indomaret dan 7-Eleven terdekat.

Menyediakan sebanyak mungkin metode pembayaran memang merupakan satu dari banyak strategi untuk mendapatkan pengguna. Dengan pilihan dan kemudahan yang ditawarkan tentu akan menambah nilai lebih pada pengalaman pengguna. Termasuk pendekatan online to offline yang bisa menjadi alternatif bagi masyarakat yang belum memiliki atau belum terbiasa menggunakan layanan perbankan.

Seperti diungkapkan Melissa dalam rilisnya, pihak Tokopedia berharap dengan kerja sama ini bisa lebih memudahkan pengguna Tokopedia dalam bertransaksi, terutama bagi mereka yang tinggal di daerah terpencil.

“Pos Indonesia memiliki ribuan kantor dan puluhan ribu agen yang tersebar di seluruh Indonesia. Toppers yang tinggal di kota-kota kecil kini bisa merasakan kemudahan pembayaran barang pesanan melalui kantor atau agen pos terdekat,” tutur Melissa.

Application Information Will Show Up Here

Melihat Sisi Lain Pembayaran Transaksi Online

Pilihan pembayaran untuk transaksi online secara global selama ini didominasi oleh penggunaan kartu kredit. Dipilihnya pembayaran kartu kredit memiliki beberapa alasan pendukung, termasuk kemudahan, kebiasaan, dan tentunya cashless. Meskipun demikian, sangat riskan jika sebuah layanan, apalagi layanan global yang tidak mengenal kearifan lokal, bersikukuh hanya mengadopsi satu jenis layanan pembayaran.

Saya sendiri cukup menyukai pembayaran dengan kartu kredit untuk beberapa pembayaran yang saya lihat relevan, seperti membeli tiket pesawat, memesan hotel, dan membeli produk dari e-commerce asing. Namun ketika saatnya melakukan transaksi di tanah air, saya sedikit enggan untuk memasukkan nomor kartu kredit dan melakukan pembayaran. Ternyata pemikiran seperti ini tidak saja dirasakan oleh saya, tapi juga kebanyakan masyarakat Indonesia.

Rasa kepercayaan yang rendah

Indonesia dikenal sebagai salah satu negara di Asia dengan angka yang rendah dalam hal penetrasi kartu kredit. Kisarannya hanya di angka 3-4% dari total jumlah penduduk.

Hal ini menjadi tantangan startup, perusahaan teknologi, hingga industri e-commerce yang ada di Indonesia saat ini. Keraguan masyarakat memanfaatkan kartu kredit untuk pembayaran transaksi online, dengan alasan keamanan atau sekedar tak ingin berhutang, membuat sebagian perusahaan ragu bahkan cenderung pesimis menawarkan pembayaran dengan cara kartu kredit.

Karena kurangnya rasa trust yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia, pembayaran dengan cara Cash On Delivery (COD) pun kemudian menjadi pilihan utama di awal berdirinya situs sosial commerce seperti Kaskus. Selain itu pilihan lainnya yang populer adalah RekBer atau rekening bersama, yang juga dipopulerkan oleh Kaskus.

Masyarakat Indonesia memerlukan sebuah jaminan dan pihak yang bisa dipertanggungjawabkan dalam hal pembayaran. Karena alasan itu pula, kedua jenis pembayaran tersebut sangat populer di masa awal kebangkitan industri e-commerce dan hingga kini masih terus digunakan.

Bank transfer dan internet banking

Pihak bank merupakan salah satu pihak yang paling diuntungkan dengan makin maraknya industri e-commerce dan ragam online shop di Indonesia. Ketika pilihan COD dan RekBer bukan menjadi pilihan beberapa e-commerce, mulai muncul kemudian pembayaran melalui bank transfer dan internet banking, yang kemudian diadopsi oleh banyak layanan e-commerce, startup dan perusahaan lainnya di Indonesia.

Saya sendiri lebih memilih pembayaran dengan cara bank transfer atau internet banking ketika ingin berbelanja online di layanan e-commerce atau fashion e-commerce yang ada di Indonesia. Selain semakin mudah, dengan ketersediaan virtual account atau integrasi dengan internet banking, penggunaan layanan ini biasanya bebas biaya tambahan yang membuatnya semakin menarik untuk lebih sering digunakan.

Bangkitnya pilihan pembayaran alternatif, dari convenience store hingga e-wallet

Layanan video on-demand video seperti HOOQ hingga streaming musik seperti Spotify mencoba mendobrak pakem layanan internasional, atau regional, yang mengandalkan pembayaran dengan kartu kredit.

Kehadiran Spotify di Indonesia Maret silam cukup mencengangkan, tidak hanya saya tetapi juga semua pelaku startup dan konsumen pada umumnya dengan pilihan pembayaran yang sangat bervariasi yang ditawarkan Spotify, mulai dari bank transfer, internet banking, e-wallet, carrier billing, dan gerai seperti Alfa. Hal ini membuktikan bahwa produk internasional pun akhirnya mengadopsi kebiasaan lokal demi mendapatkan lebih banyak konsumen.

Pembayaran tunai masih belum pudar

Layanan transportasi on-demand seperti Grab dan GO-JEK telah membuktikan bahwa pembayaran dengan cara tunai masih menjadi pilihan utama para pengguna. Hal ini kemudian yang langsung ditangkap UBER, yang sebelumnya hanya menawarkan pembayaran melalui kartu kredit.

Meskipun sudah memiliki banyak pelanggan tetap, UBER melihat pilihan pembayaran dengan kartu kredit membatasi lebih banyak konsumen di Indonesia untuk menggunakan UBER. Salah satu konsumen tersebut adalah saya!

Setelah melakukan serangkaian uji coba, akhirnya secara resmi awal tahun 2016 UBER mengeluarkan pilihan pembayaran dengan uang tunai. Saya pun kemudian secara rutin menggunakan UBER setelah pembayaran dengan uang tunai diresmikan. Terima kasih UBER!

Kesimpulan yang saya ambil adalah layanan, fitur, atau produk yang ditawarkan kepada konsumen di Indonesia yang bertahan pada satu jenis metode pembayaran, misalnya kartu kredit, tidak akan membantu adopsi layanannya secara eksponensial.

Hal ini patut dicermati oleh pelaku startup global yang hendak masuk ke ranah online Indonesia untuk selalu memberikan pilihan pembayaran lain dan jangan hanya mengandalkan kartu kredit. Tidak melulu soal akuisisi pelanggan baru, tetapi bagaimana konsumen merasa nyaman untuk menggunakan layanan dalam jangka panjang dan membelanjakan uangnya dengan lebih mudah.

Bayar Uber di Bandung Kini Bisa dengan Uang Tunai

Uber, yang selama ini hanya mengakomodasi pembayaran menggunakan kartu kredit, melakukan uji coba penggunaan uang tunai sebagai cara membayar untuk operasionalnya di Bandung. Langkah ini menjadikan Indonesia sebagai negara keenam di dunia yang mengimplementasi cara ini.

Mike Brown, Regional General Manager Uber untuk Asia Tenggara dan Oceania dalam pernyataannya mengungkapkan, “Kami menyadari bahwa pembayaran tunai masih menjadi cara pembayaran yang paling banyak digunakan oleh jutaan masyarakat Indonesia, terutama yang berdomisili di kota-kota kecil. Di Uber, kami memiliki tujuan sederhana, yaitu menyediakan layanan berkendara yang tepercaya, aman dan nyaman kepada semua orang, kapan dan di mana saja. Kami sangat antusias terhadap upaya ini mengingat kesuksesan yang telah kami raih di negara lain serta besarnya potensi yang dimiliki oleh Indonesia.”

Indonesia menjadi negara keenam secara global yang mengimplementasikan metode pembayaran uang tunai ini, setelah India, Kenya, Saudi Arabia, Filipina, dan Vietnam.

Meskipun berlaku di Bandung, disebutkan belum semua pengguna mendapatkan fitur ini. Tidak semua pengguna berkesempatan melihat pilihan pembayaran tunai, karena saat ini Uber tengah melakukan pengujian kepada beberapa kelompok pengguna serta preferensi pengguna tertentu.

Pembayaran hanya menggunakan kartu kredit selama ini menjadi penghalang lebih banyak orang menggunakan Uber. Dengan penetrasi kartu kredit hanya kurang dari 4%, jika ingin adopsi yang lebih masif Uber harus fleksibel terhadap metode pembayaran yang lain. Bandung dipilih mungkin karena pengaturannya lebih mudah, dengan area jangkauan lebih kecil, ketimbang Jabodetabek.

Codapay Partners with BitX to Support Payment using Bitcoin

Codapay, a payment gateway that operates in Southeast Asian countries like Singapore, Indonesia, Malaysia and Thailand, recently announced its partnership with BitX. The partnership enables Codapay’s system and platform to support payment using a virtual currency called Bitcoin. Continue reading Codapay Partners with BitX to Support Payment using Bitcoin