Mengenal TaniHub dan Upayanya Menyejahterakan Petani

Permasalahan rantai distribusi dari petani atau peternak Indonesia menjadi sorotan serius banyak pihak. Hal ini kemudian melahirkan banyak startup baru di sektor ini. Salah satu di antaranya adalah TaniHub. Tiga pokok masalah yang coba diselesaikan yakni rantai distribusi yang tidak efisien, akses pasar yang terbatas karena petani jarang bisa menjual ke ritel besar, dan persyaratan pembayaran yang memberatkan pembeli.

Merintis bisnis sejak Agustus tahun lalu, TaniHub perlahan menunjukkan eksistensi mereka sebagai salah satu platform yang menghubungkan petani dan para konsumen. Di samping itu ambisi para pendiri TaniHub untuk mengatasi permasalahan di sektor pertanian yang cukup besar akhirnya melahirkan TaniFund.

TaniHub yang mendekati usia satu tahun hadir tak hanya dengan solusi teknis yang mengandalkan teknologi digital dan mobile. TaniHub berusaha merangkul berbagai pihak untuk menciptakan sebuah sinergi dan komunikasi yang baik antara petani, pelaku bisnis, pemerintah, juga lembaga-lembaga keuangan seperti bank.

Dari segi konsep TaniHub merupakan sebuah marketplace yang menghubungkan penjual, dalam hal ini petani dengan pelaku bisnis. TaniHub mengambil peran sebagai tempat penunjang transaksi produk pangan yang berusaha menyediakan berbagai macam fitur dan layanan untuk menjamin keamanan dan kenyamanan.

“TaniHub berperan sebagai perantara jual beli di mana setiap transaksi pembelian akan dibayarkan terlebih dulu oleh TaniHub ke penjual berdasarkan tagihan atas penyerahan produk pangan ke pembeli, dan pembeli akan membayar tagihan ke TaniHub sesuai syarat dan ketentuan pembayaran yang telah disepakati oleh kedua belah pihak,” papar CEO TaniHub Ivan Arie Sustiawan.

TaniHub awal dari lahirnya solusi lain di sektor pertanian

Tim TaniHub tampaknya masih berusaha memperbaiki sektor pertanian dengan cara mereka sendiri, dengan pendekatan teknologi. Hal ini ditandai dengan lahirnya layanan TaniFund, sebuah layanan crowdlending yang memungkinkan masyarakat berinvestasi di sektor  pertanian. Keterbatasan akses petani terhadap bank menjadi salah satu permasalahan utama yang coba diselesaikan oleh TaniFund.

Ivan kepada DailySocial mengatakan pihaknya, melalui TaniHub dan TaniFund berusaha bekerja semaksimal mungkin itu bisa membantu menyejahterakan petani melalui pendampingan secara langsung dengan tim yang kompeten yang berpengalaman di bidangnya. Mereka berharap bisa memberikan yang terbaik bagi petani dan masyarakat yang ingin membantu sektor pertanian Indonesia.

“TaniHub dan TaniFund memastikan untuk merangkul petani-petani terbaik yang dapat menghasilkan produk yang memenuhi standar, tim TaniHub yang kompeten turut aktif terjun langsung ke lapangan untuk berkomunikasi secara langsung dan menjalin hubungan baik dengan jaringan petani, seperti melalui asosiasi, untuk dapat terhubung dengan petani pilihan,” terang Ivan.

Sejauh ini TaniHub memiliki kurang lebih 12.000 petani yang terhubung dengan sistem mereka yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dengan mayoritas berada di pulau Jawa. Dengan diluncurkannya TaniFund ini TaniHub melangkah ke level selanjutnya untuk menjadi sebuah platform lengkap untuk membantu sektor pertanian.

Dalam rilis yang dikeluarkan bersamaan dengan peluncuran TaniFund beberapa waktu lalu Ivan menjelaskan salah satu harapannya adalah bisa membantu orang-orang di desa untuk mengembangkan pertanian di desa masing-masing tanpa perlu ke kota untuk mencari pekerjaan. Dengan menyalurkan modal dari kota ke desa diharapkan bisa membantu petani untuk menciptakan banyak lapangan pekerjaan yang layak dan adil.

Application Information Will Show Up Here

Brambang.com Mudahkan Proses Pembelian dan Penjualan Bawang Merah Secara Online

Startup yang menyasar sektor pertanian saat ini sudah mulai banyak jumlahnya, sebagian besar startup tersebut memiliki alasan yang serupa yaitu ingin membantu para petani di Indonesia dengan memberikan edukasi yang baik, teknologi terkini hingga membantu proses pendistribusian dengan cara memotong mata rantai penjualan yang cukup rumit di sektor pertanian hingga saat ini.

Salah satu startup yang mencoba untuk menghadirkan produk bawang merah adalah Brambang.com. Brambang.com, yang berupa marketplace khusus untuk jual beli bawang merah secara online, telah meluncurkan layanannya dengan soft launching pada bulan Mei 2017 lalu.

Startup yang didirikan Dustin Haliman ini memiliki tujuan untuk menyediakan platform dagang online yang dididukung oleh logistik efisien agar perdagangan bawang merah yang saat ini berlangsung secara tradisional menjadi lebih cepat, mudah, dan murah. Brambang.com mengklaim menguntungkan pihak penjual maupun pembeli. Penjual atau pelaku bisnis bawang merah dapat memperluas pasar penjualan mereka dan pembeli dapat membeli bawang merah dengan mudah dan murah.

“Kami ingin mengambil peran penting meningkatkan efisiensi perdagangan hasil pertanian Indonesia. Kami mulai dengan bawang merah, mengingat harga bawang merah adalah salah satu komponen dalam perhitungan inflasi oleh Bank Indonesia,” kata Founder dan CEO Brambang.com Dustin Haliman.

Bawang merah langsung dari Brebes

Sejauh ini kami belum memperoleh informasi soal jumlah pengguna dan penjual yang sudah terlibat di Brambang.com. Dustin sendiri belum mengungkapkan bagaimana monetisasi layanan ini. Fokusnya saat ini untuk memastikan kualitas barang yang disuplai sesuai standar. Untuk mengontrol mutu bawang merah, Brambang.com disebutkan langsung menyuplai bawang merah segar dari Brebes.

“Menurut statistik Kementerian Pertanian, Kabupaten Brebes memproduksi bawang merah kira-kira 400.000 ton per tahun, dengan jumlah pelaku bisnis bawang merah yang diestimasikan sebanyak 200.000 orang. Brambang hadir dengan tujuan untuk membantu mereka memperluas pasar penjualan dan juga menyediakan jasa logistik yang jauh lebih efisien,” kata Dustin.

Saat ini Brambang.com baru melayani layanan di wilayah Jabodetabek. Untuk bisa mengakses Brambang.com, pengguna bisa melakukan transaksi melalui situs di desktop dan mobile browser, pembeli dapat memesan bawang merah di Brambang.com hanya dengan 4 langkah. Dimulai dengan menentukan jumlah berat, mendapatkan harga, melakukan pembayaran melalui transfer atau setoran tunai, dan kemudian bawang merah yang dipesan akan diantar pada hari berikutnya. Saat ini Brambang tidak melakukan pengiriman pada hari Minggu atau hari libur.

“Brambang.com menjamin mutu barang, ketersediaan barang serta harga yang transparan, terkini, dan kompetitif. Di samping itu, waktu pengiriman yang cepat serta kemudahan dan kenyamanan berbelanja online menjadi unggulan layanan kami,” tutup Dustin.

Kesempatan Pendanaan Bagi Startup yang Memiliki Visi Menyejahterakan Petani Indonesia

Menyejahterakan petani di Indonesia adalah hal yang coba diusung Agro Market-Linkages SDG Fund. Dana ini adalah sebuah inisiatif pendanaan di Indonesia untuk para startup yang memiliki misi menghubungkan petani di Indonesia kepada pangsa pasar domestik dan internasional. Isu di mata rantai pertanian saat ini adalah banyak hal yang menjadikan petani tidak mendapatkan hasil optimal, sehingga diharapkan peran serta inovasi dapat meningkatkan kesejahteraan hidup petani secara mandiri.

Kegiatan ini diinisiasi UNDP (United Nations Development Programme), ANGIN (Angel Investment Group in Indonesia), dan Challenger 88 (didirikan oleh pendiri dan mantan direktur LGT Venture Philanthropy dan mantan ketua IIX Investements di Asia Tenggara), serta didukung pemerintah Kanada. Agro Market Linkages-SDF Fund hadir untuk mengatasi beberapa isu yang sering ditemui oleh para penggerak sosial di bidang agrikultur, termasuk terkait pendanaan, pengembangan kapasitas dan celah akses pasar.

Agro Market-Linkages SDG Fund dalam memberikan bantuan pada inovator mengadopsi pendekatan blended finance, yakni menggabungkan sumber pendanaan publik dan swasta untuk diberikan dalam bentuk direct debt investment (pinjaman langsung) senilai $25.000 hingga $500.000. Syarat penerimanya secara umum adalah bagi mereka yang telah membuktikan diri mampu berperan menghubungkan petani kecil kepada pemain yang lebih besar di sepanjang rantai pertanian.

[Baca juga: Daftar Startup Indonesia di Bidang Pertanian, Perikanan, dan Peternakan]

Capacity building juga menjadi salah satu konsentrasi Agro Market-Linkages SDG Fund. Bagi startup atau inovator yang terpilih, nantinya akan dibimbing untuk mencapai SDG (Sustainable Development Goals) atau Tujuan Pengembangan Berkelanjutan dan meningkatkan situasi ekonomi pertani di Indonesia. Sebanyak 20 usaha terpilih akan diikutsertakan dalam proses edukasi pengembangan berkelanjutan tersebut.

Program ini menargetkan ragam inovasi di bidang agrikultur, seperti solusi untuk penyediaan kebutuhan petani (bibit, pupuk, pendanaan, hingga pelatihan), membantu proses produksi, agregator, distributor atau inovasi lain dalam bentuk teknologi untuk memperbaiki mata rantai pertanian. Marketplace untuk produk pertanian, platform crowdfunding untuk petani, aplikasi pertanian juga beberapa jenis inovasi yang diperbolehkan untuk mengikuti kesempatan ini.

Untuk info lebih lanjut dan formulir mengikuti Agro Market-Linkages SDG Fund, kunjungi laman resminya di sini.


Disclosure: DailySocial merupakan media partner kegiatan Agro Market-Linkages SDG Fund di Indonesia.

Daftar Startup Indonesia di Bidang Pertanian, Perikanan, dan Peternakan

Petikan lagu dari Koes Plus ini “orang bilang tanah kita tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman” rasanya sudah sangat cukup untuk menggambarkan betapa suburnya lahan di Indonesia. Ribuan hektar hutan dan pertanian menghiasi hijaunya pulau-pulau di Indonesia. Namun alangkah sia-sia jika anugerah tersebut tidak dapat memerikan penghidupan layak bagi bangsanya.

Berbagai pendidikan untuk ilmu pertanian, perikanan, dan peternakan terus diasah oleh putra-putri bangsa guna memastikan aset bangsa tersebut terkelola dengan baik. Tak berhenti di sana, di era modern ini, dengan pendekatan digital, para inovator muda pun tak mau kalah. Dengan berbagai jenis produk teknologi, mereka mencoba memberikan solusi terpadu untuk menguatkan sektor agro tersebut.

Di tengah hype startup teknologi yang umumnya menggarap sektor sosial, perdagangan, permainan dan hiburan, ternyata tak sedikit yang mau memfokuskan diri untuk mengembangkan sistem yang membantu tata kelola pertanian, perikanan dan perindustrian agro lainnya. Kali ini DailySocial mencoba mendaftar beberapa startup Indonesia yang telah sukses meluncurkan produk untuk suksesi di sektor pertanian, perikanan dan peternakan. Berikut ini daftarnya:

8villages

Mengadopsi pendekatan berbasis social platform, startup ini menawarkan sebuah forum interaktif yang menghubungkan antara para petani dengan konsumen. Petani umumnya tinggal di pedesaan, dengan infrastruktur jaringan yang terkadang hanya di batas “pas-pasan”, hal ini disiasati betul oleh 8Villages, karena untuk mengakses layanan tersebut tidak memerlukan konektivitas internet super-cepat, bahkan dapat diakses melalui SMS dan MMS yang tersedia di jaringan 2G/3G atau paket data apa pun.

Beberapa inovasi lain di bidang agrikultur hingga kini terus dilahirkan oleh 8Villages, baik secara mandiri maupun melalu kemitraan strategis yang dikembangkan. Salah satunya pengembangan aplikasi Urban Farming Indonesia, yang diinisiasi bersama East West Seed Indonesia untuk menyiasati menyusutnya lahan pertanian akibat meluasnya wilayah perkotaan. Aplikasi ini didesain untuk melakukan edukasi dan meningkatkan kesadaran masyarakat perkotaan bahwa bercocok tanam dapat dilakukan di mana saja, termasuk di tengah hingar bingarnya kota besar.

Ada juga aplikasi Petani, yang memberikan kemudahan bagi petani untuk berkonsultasi langsung dengan para pakar pertanian. Melalui aplikasi Petani, para penggarap lahan bisa meminta bantuan untuk mengetahui kondisi tanaman atau keluhan hama dengan sangat interaktif dan observatif. Selain itu masih banyak lagi aplikasi yang dapat diunduh dari 8villages, seluruhnya dapat disimak dan diunduh di sini.

Application Information Will Show Up Here

Angon

Angon.id memulai debutnya sejak Oktober 2016. Menggabungkan konsep startup investasi (fintech) sekaligus pertanian (agtech), perusahaan rintisan binaan Indigo ini mencoba memberikan layanan online untuk menghubungkan antara peternak rakyat dengan masyarakat urban.

Angon.id memungkinkan masyarakat umum untuk investasi beternak tanpa harus memiliki kandang. Menggunakan layanan aplikasi Angon.id, pengguna cukup menggelontorkan sejumlah dana sesuai dengan kesepakatan untuk disalurkan kepada peternak yang sudah menjadi mitra bisnis Angon.id. Dari penjelasan tim Angon.id, rata-rata investor mendapatkan return of investment (ROI) sekitar 5-10 persen per tiga bulan.

Application Information Will Show Up Here

Blumbangreksa

BlumbangReksa adalah perangkat IoT (Internet of Things) yang dapat memantau kondisi air di tambak untuk berbagai jenis peternakan (seperti peternakan udang). Perangkat ini dapat memecahkan masalah budidaya udang dengan mengukur, menganalisis dan menyajikan semua rekomendasi berdasarkan kondisi kualitas air. BlumbangReksa dirancang untuk membantu petani atau peternak untuk menjaga kualitas air dan mengurangi kesalahan prosedur yang terjadi akibat kecerobohan manusia.

BlumbangReksa dikembangkan oleh ATNIC yang berisi sekumpulan mahasiswa Teknik Elektro dan Teknologi Informasi Universitas Gadjah Mada dan didukung Indmira sebuah perusahaan berbasis riset dam teknologi di bidang pertanian, lingkungan dan energi terbarukan. Inovasi dari kota Yogyakarta itu menjadi satu-satunya wakil Indonesia dalam kompetisi para inovator teknologi ASME (American Society of Mechanical Engineers) IShow (Innovation Showcase) 2015.

Ci-Agriculture

Melalui pendekatan analisis big data, Ci-Agriculture (anak perusahaan Mediatrac) mengembangkan sebuah sistem manajemen pertanian yang mampu menghasilkan analisis komprehensif didasarkan analisis cuaca, informasi sensor tanah, serta pencitraan satelit dan drone yang dapat meningkatkan produktivitas pertanian. Sistem yang dikembangkan tersebut dirangkai dalam tiga produk, yaitu Crop Accurate, Agritrack dan Crop Insurance.

Crop Accurate memanfaatkan sistem sensor, drone, dan remote sensing untuk mengumpulkan data yang akan digunakan oleh sistem smart farming. Sistem tersebut dapat memandu kegiatan bertani para petani binaan aggregator (komunitas binaan bank, microfinance, produsen makanan atau komunitas mandiri) sehingga kegiatan bertani dapat menjadi lebih efektif dan efisien.

Agritrack merupakan sistem informasi terintegrasi untuk supply chain komoditas pertanian. Sistem tersebut dirancang untuk menjembatani petani, distributor, pasar dan pembeli akhir komoditas dengan memanfaatkan mobile application untuk memasukkan data riil keadaan supply, demand, dan problem di lapangan pada setiap titik jalur supply. Sedangkan Insurance merupakan sebuah produk asuransi pertanian, mirip dengan yang sudah ada di dunia asuransi. Tetapi yang membuat produk ini menjadi berbeda adalah CI-Agriculture mendasarkan semua perhitungan dan skemanya pada teknologi smart farming, sistem sensor dan analisis potensi pertanian.

eFishery

eFishery menggunakan pendekatan IoT untuk memberikan solusi di sektor perikanan dan peternakan. Ini merupakan sebuah alat pemberi pakan ikan otomatis. Alat ini tidak hanya mengotomatisasi pemberian pakan secara terjadwal dengan dosis yang tepat, tetapi juga mencatat setiap pemberian pakan secara real-time. Pengguna dapat mengakses data pemberian pakan kapan pun dan di mana pun. Tidak ada lagi masalah over-feeding, pemberian pakan ikan yang tidak teratur atau pakan yang diselewengkan. Secara spesifik, eFishery berusaha membantu peternak ikan dan udang, karena biasanya pemberian makan ikan menguasai antara 50 hingga 80 persen biaya operasi peternakan ikan.

eFishery juga dikenal sebagai startup yang sering memenangkan berbagai kompetisi startup tingkat global. Model bisnis eFishery adalah menjual alat pemberi pakan pintar kepada peternak dan distributor. Lebih jauh, seperti halnya konsultan, mereka juga mendapatkan penghasilan dari biaya langganan pemakaian piranti lunak untuk memonitor dan menganalisis aktivitas pemberian pakan ikan secara real-time di smartphone atau tablet tiap bulannya. Mereka mengklaim secara rata-rata optimasi yang dilakukan mengurangi jumlah makanan yang digunakan hingga sebesar 21 persen.

Eragano

Eragano merupakan sebuah aplikasi mobile yang didesain untuk membantu petani mendapatkan informasi terkait cara bercocok tanam, membantu petani terkoneksi dengan fasilitas pinjaman mikro, dan membantu menjual produk pertanian tersebut dengan harga terbaik ke restoran dan hotel. Eragano mengklaim pihaknya ingin membantu petani kecil, yang saat ini secara total jumlahnya lebih dari 15% penduduk Indonesia, dengan solusi end-to-end yang bertujuan akhir meningkatkan taraf hidup petani dan kualitas hasil pertanian.

Eragano disebutkan berusaha melepaskan petani dari jeratan rentenir dan tengkulak yang selama ini menjadi momok. Pasca panen, Eragano melalui EraganoStore, sebuah layanan B2B, membantu menjual hasil panen tersebut ke restoran, hotel, dan katering dengan harga layak.

Application Information Will Show Up Here

Etanee

Etanee memiliki visi untuk memberikan solusi atas permasalahan di sektor pertanian dan peternakan, baik dari sisi produsen sampai konsumen. Bukan hanya menjadi aplikasi digital berupa toko online bagi barang produksi pertanian dan peternakan, tetapi juga sebuah solusi digital menyeluruh yang mencoba menyelesaikan permasalahan industri pertunaian dan peternakan di Indonesia.

Etanee menggabungkan tiga rantai bisnis utama dari industri pertanian dan peternakan, yakni rantai pasokan di hulu meliputi digitalisasi kegiatan produksi peternakan dan pertanian, manajemen logistik selepas panen dan sistem distribusi hingga ke tangan konsumen, atau di bagian hilir. Semua itu diharapkan tidak hanya membantu para pembeli seperti ibu-ibu rumah tangga yang berbelanja tetapi juga menjaga proses produksi dan distribusi.

Application Information Will Show Up Here

iGrow

Gambaran paling mudah dari sistem iGrow adalah permainan Farmville. Ya, iGrow memiliki konsep yang sama dengan permainan tersebut. iGrow memungkinkan penggunanya untuk bercocok tanam secara digital. Pengguna mengelola dan berinvestasi lahan serta tanaman secara digital, mengelola secara digital, namun pertanian tersebut nyata adanya. Dasbor iGrow menjadi perantara antara pengguna dengan penggarap lahan. Konsep yang segar dan cukup menarik.

Konsep baru di sektor pertanian dapat terus digalakkan untuk mengembalikan swasembada di sektor pertanian. Inovasi dinilai akan mampu membuat sektor pertanian terlihat mentereng, terutama memudahkan jalur investasi. Faktanya di lapangan petani membutuhkan banyak sokongan untuk memaksimalkan budidayanya. Kendati tidak terlibat secara langsung di lapangan, antusias dan keikutsertaan masyarakat dengan model yang ditawarkan iGrow mampu memberikan penghidupan layak bagi para petani.

Karsa

Karsa merupakan sebuah aplikasi yang dikembangkan sebagai platform all-in-one untuk semua para stakeholder di sektor pertanian. Karsa memberikan informasi-informasi penting bagi petani meliputi informasi cuaca, harga, berita mengenai pertanian, dan termasuk fitur untuk memesan peralatan untuk pertanian.

Selain untuk petani Karsa juga didesain dan disiapkan untuk berbagai pihak yang terlibat di sektor pertanian, seperti aparat pemerintahan, pemilik produk pertanian, produsen alat pertanian, dan pelaku agrikultur lainnya. Selain dalam bentuk aplikasi mobile Karsa juga disebut bisa diakses menggunakan desktop dalam bentuk aplikasi web.

Application Information Will Show Up Here

Kecipir

Kecipir (atau awalnya bernama LOFMart – Local Organic Fresh Mart) merupakan online marketplace produk sayur, buah, bumbu, ayam organik berkualitas, memotong mata rantai distribusi konvensional di pasar tradisional menjadi lebih ringkas. Melalui marketplace ini, diharapkan semua petani sayuran organik bisa menjual langsung produknya dengan harga yang bersaing dengan sayuran biasa.

Saat ini Kecipir mengklaim telah memiliki 45 host (agen) yang tersebar di wilayah Jabodetabek, sementara jumlah anggota mendekati 1000 pelanggan yang telah melakukan pemesanan. Kecipir juga telah membuka layanan di wilayah Jakarta Barat dengan 5 host dan bulan Mei 2016 melayani Jakarta Utara dan Jakarta Timur dengan 10 host baru.

Dengan sistem marketplace yang diterapkan oleh Kecipir, hal ini seharusnya lebih menguntungkan bagi pihak petani yang bisa memperoleh harga jual lebih tinggi dari cara penjualan sebelumnya. Konsumen sendiri bisa mendapatkan harga yang nilainya bisa 50% lebih rendah dibandingkan dengan harga jual di supermarket atau pasar swalayan pada umumnya.

Application Information Will Show Up Here

LimaKilo

LimaKilo memiliki visi untuk memotong rantai distribusi komoditas pertanian. Solusi ini memungkinkan petani untuk langsung menjual hasil panennya ke konsumen dengan harga yang kompetitif. Dua layanan utama LimaKilo yakni Pasar Petani dan Microfunding. Program Microfunding membuka peluang kepada siapa saja untuk patungan memberikan pinjaman modal kepada petani yang terdaftar dalam mitra LimaKilo dengan nominal 3-5 juta setiap orangnya.

Application Information Will Show Up Here

MyAgro

MyAgro yang didirikan Uray Tiar Fahrozi mempunyai konsep unik dan berbeda dari platform investasi bidang pertanian yang sudah ada sebelumnya, yakni mengedepankan pada konsep investasi syariah dan jaminan minim risiko. Dikonsep sejak awal tahun ini, menurut pemaparan sang Founder, pengembangan MyAgro didasari fakta kurangnya optimalisasi lahan.

Uray menuturkan ada masalah besar yang dialami Indonesia, yakni pengelolaan sumber daya alam yang tidak maksimal. Salah satunya berupa lahan tidur di Indonesia seluas lebih dari 14 juta hektar. Mirisnya lahan di Indonesia sebenarnya adalah lahan subur dan produktif, yang bisa diolah untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri.

Alasan kedua yang disampaikan Uray ialah pemberdayaan petani yang sangat minim seperti subsidi bibit, ketersediaan pupuk, serta harga beli dari tengkulak sangat rendah. Dari kegelisahan itulah, ia dan tim membuat MyAgro menjadi platform yang menghubungkan antara investor, konsumen, dan petani.

Pantau Harga

Sebuah aplikasi yang bisa digunakan untuk tempat tawar menawar, dan melakukan jual beli antara penyedia bahan baku dengan petani, dilengkapi dengan basis data harga yang menjadi acuan aplikasi ini diharapkan untuk memudahkan petani dalam transaksinya. Pantau Harga menargetkan empat pengguna sekaligus, yakni konsumen, petani, Kantor Unit Desa (KUD) dan pemerintah.

target-user

Application Information Will Show Up Here

TaniHub

TaniHub merupakan sebuah kanal e-commerce yang memudahkan peternak dan petani untuk menjual hasil langsung kepada masyarakat. Layanan ini dikembangkan sekaligus untuk memberikan harga jual yang kompetitif kepada konsumen. Strateginya dengan memotong rantai distribusi. Beberapa petani, di Bogor salah satunya, sudah menjadi pemasok barang di TaniHub. Ke depannya TaniHub terus mengupayakan dapat menggandeng banyak lagi petani dan peternak yang ada di Indonesia.

Kanal e-commerce TaniHub menyediakan sedikitnya enam kategori penjualan, yakni sayuran organik, sayuran non-organik, hasil ternak, buah non-organik, dan bahan pangan organik. Dengan menjual langsung kepada konsumen, selain dapat memberikan kualitas produk dan harga yang kompetitif dari sisi konsumen, harapannya petani dan peternak mendapatkan harga jual produk yang lebih wajar dan menguntungkan, sehingga dapat mengembangkan lahan secara signifikan.

Application Information Will Show Up Here

Aplikasi Logistik Tani Akan Diluncurkan untuk Data Komoditas Pangan yang Lebih Akurat

Guna meningkatkan akurasi seputar informasi di sektor pertanian dan pangan nasional, Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) bekerja sama dengan PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom) akan menghadirkan sebuah aplikasi bernama “Logistik Tani”. Aplikasi ini akan menghimpun informasi seputar tingkat produksi pangan dan stok yang ada di petani, distributor, pusat penyimpanan dan pasar seluruh Indonesia secara real-time.

Menjadi salah satu pendorong insiatif “gerak cepat” ini dirilis adalah karena data yang dikumpulkan Badan Pusat Statistik (BPS) sering bertentangan dengan keadaan di lapangan. Sehingga harga-harga kebutuhan pokok sulit dipantau. Pada informasi tersebut sangat dibutuhkan pemerintah untuk melahirkan kebijakan, misalnya kebijakan impor atau operasi pasar.

Langkah ini juga diambil untuk mengatasi ketidakpastian data komoditas agro di Indonesia. Aplikasi ini nantinya akan dikembangkan dan dioperasikan (dari sisi pengelolaan) oleh Telkom. Sedangkan pengguna utamanya adalah BPS, yakni untuk kebutuhan pembaruan data yang cepat untuk penyimpulan data yang lebih tepat. Namun demikian, menurut Digital and Portfolio Strategy Division Director Telkom Indra Utoyo aplikasi ini nantinya juga dapat digunakan oleh kalangan yang lebih luas, baik stakeholder ataupun petani di lapangan.

Benny Pasaribu, selaku Kepala KEIN di bidang pangan mengatakan bahwa aplikasi ini akan memberikan data yang valid seputar komoditas, secara jelas dan akurat, bukan hanya cuma perkiraan. Selain menampilkan data, aplikasi Logistik Tani juga akan merekam perubahan komoditas.

Dashboard aplikasi Logistik Tani nantinya akan dipasang di kantor KEIN. Oleh karena itu, Presiden pun nanti juga dapat melihat kondisi komoditas terkini, baik daging sapi, ketersediaan stok pangan dan sebagainya di daerah,” ujar Benny seperti dikutip Tempo.

Memang sudah selayaknya industri dan komoditas dalam negeri mendapatkan dukungan penuh dari sisi infrastruktur dan strategi pendukung seperti ini, untuk menghindari kesalahpahaman yang diakibatkan data yang tidak update. Sistem yang ringkas dan terstruktur menjadi salah satu solusi, karena model pendataan konvensional memang sudah sangat tidak cocok jika dihadapkan dengan persaingan industri yang kian kencang, sementara para petani di berbagai pulau sudah melakukan produksi dengan sebaik mungkin.

Suksesi Sektor Pertanian Indonesia dengan Teknologi

Inisiatif yang berkontribusi untuk meningkatkan sektor pertanian di Indonesia terhadap pertumbuhan ekonomi dirasa menjadi hal yang sangat krusial saat ini. Baik pemerintah maupun swasta sudah selayaknya memulai memikirkan bagaimana meningkatkan efektivitas dan potensi petani lokal dengan pendekatan modern, yakni dengan teknologi.

Hal ini penting, karena kendati diversifikasi ekonomi dan urbanisasi telah memberikan dampak ke sektor pertanian beberapa tahun terakhir, namun statistik di lapangan menyatakan bahwa pertanian masih menjadi mata pencaharian bagi mayoritas rumah tangga di Indonesia.

Sektor modern seperti e-commerce begitu bertumbuh pesat, menyasar 90 juta pengguna internet konsumtif yang sangat cepat beradaptasi dengan dinamika yang ada. Namun pembaruan sektor tradisional dirasa sangat penting untuk dijadikan prioritas, karena selain Indonesia memiliki kekuatan di sektor tersebut, dalam hal ini pertanian, berupa sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya alam (SDA).

Idealnya jika sektor baru seperti e-commerce saja bisa tumbuh dan diperkirakan mencapai nilai $130 miliar per 2020 mendatang, sektor agro yang memiliki komoditas lebih besar harus bisa didorong untuk memberikan sesuatu yang lebih.

Mengemas sektor tradisional dengan cara modern

Inisiatif untuk membangun platform pendorong bisnis pertanian menjadi salah satu program jangka panjang Presiden RI Joko Widodo. Salah satunya melalui inisiatif berbentuk aksi dan sinergi dalam sebuah proyek berbasis e-commerce di Brebes Jawa Tengah bulan April lalu. Sebuah layanan yang ingin menjembatani hasil panen dengan konsumen melalui pendekatan digital. Sama dengan komputerisasi di berbagai lini bidang, transparansi akan menjadi sebuah keuntungan ketika sebuah proses dijalankan secara algoritmik.

Melalui sistem online Presiden percaya bahwa transparansi akan memberikan hasil lebih kepada petani lokal. Dengan demikian akan mencegah spekulasi harga pangan yang sengaja diombang-ambingkan pihak tertentu, sehingga membuat hasil tani lokal justru kian tergerus. Proyek yang dikerjakan oleh beberapa startup agro, seperti Petani, LimaKilo, Pantau Harga dan TaniHub ini juga berusaha memberikan edukasi dan informasi seputar teknik bercocok tanam dan komoditas harga secara real-time.

Memanfaatkan keuntungan teknologi terbarukan

Biogas merupakan salah satu yang sedang digalakkan untuk menunjang sektor pertanian. Sebagai upaya untuk terus memutarkan hasil ataupun limbah pertanian, pemanfaatan teknologi terbarukan, khususnya di daerah dinilai mampu meningkatkan taraf hidup orang banyak. Biogas memiliki potensi yang signifikan. Dengan bahan baku sisa makanan ternak, kotoran hewan ternak, limbah pertanian dan sisa tanaman dapat dikonversi untuk penghasil listrik dan energi panas.

Beberapa waktu lalu proyek ini juga diimplementasikan di sebuah desa bersama Kalisari. Konversi tersebut berhasil memberikan keuntungan besar dari masyarakat, terlebih jika akses listrik yang sulit terjamah menjadikan BUMN seperti PLN sulit untuk menembus. Solusi inovatif terbukti menjadi penengah atas isu yang terjadi. Polusi pun juga berkurang, yang tadinya kotoran dibuang dan mencemari lingkungan, kini terkonversi menjadi sumber energi bermanfaat.

Berbagai komponen harus membentuk sebuah sinergi

Sebuah kemitraan pertanian keberlanjutan juga sedang digodok oleh Asosiasi Ekonomi Indonesia dan KADIN, dalam upaya untuk meningkatkan pendapatan bagi petani lokal. Pemerintah pun juga ingin mendorong penggunaan metode modern lainnya untuk meningkatkan taraf hidup petani kecil di daerah. Skema kemitraan pertanian berkelanjutan berusaha mencapai tujuan untuk mengoptimalkan teknik produksi dan memecahkan masalah seperti akses kepada bibit unggul dan pupuk.

Inisiatif lain dalam bentuk pinjaman (KUR – Kredit Usaha Rakyat) juga menjadi prioritas pemerintah untuk memberikan “amunisi” kepada petani kecil. Di sisi lain inovator lokal juga menyajikan banyak opsi untuk memfasilitasi, salah satunya iGrow. Menggunakan model online marketplace, skema yang disajikan ialah menghubungkan antara investor dengan petani. Permodalan yang diberikan akan digunakan sebagai model petani menghasilkan hasil panen unggulan.

Idealnya sektor pertanian harus makin maju. Menguasai 35 persen total angkatan kerja, dan kontribusinya 13,6 persen terhadap PDB nasional, sektor ini wajib mendapatkan perhatian khusus dari berbagai pihak, khususnya inovator.

Aplikasi Karya Startup Indonesia Ini Berpotensi Majukan Desa Tertinggal

Tidak hanya menjadi tren semata, startup digital di mata kawula muda Indonesia benar-benar menjadi sesuatu yang ditekuni dengan giat. Hal ini terbukti dengan inovasi yang terus dihadirkan oleh para “pejuang” startup Indonesia. Mulai dari layanan jual-beli, platform sosial, layanan korporasi, layanan kesehatan dan sebagainya disulap dengan pendekatan digital. Dan beberapa di antaranya menghadirkan solusi yang sangat berguna untuk menyejahterakan bangsa Indonesia, terutama untuk memajukan desa tertinggal.

Terdapat beberapa permasalahan yang sebenarnya dapat dioptimalkan dengan teknologi pada permasalahan desa tertinggal. Dan beberapa karya startup Indonesia ini berpotensi dapat dioptimalkan untuk kegiatan tersebut.

iGrow

Pertanian menjadi salah satu sektor yang terkait sangat erat dengan kehidupan di pedesaan. Terlebih di pedalaman dan desa perbatasan, kultur agraris masyarakat Indonesia masih kental. Sejatinya pertanian jika diarahkan dengan benar dapat berjalan optimal dan memberikan kesejahteraan kepada masyarakat yang menggelutinya. Namun nyatanya banyak petani miskin di Indonesia yang menjadikan mereka kurang tercukupi secara ekonomi.

Salah satu yang membuat para petani di pedesaan sulit untuk berkembang adalah karena cekaknya modal atau investasi yang dapat mereka gunakan untuk mengembangkan lahannya. Mencoba mengatasi kesenjangan ini, Startup Center dan Badr Interactive menghadirkan sebuah inovasi bernama iGrow. Portal iGrow mencoba menghubungkan para pemilik modal/investor untuk menyuntikkan dana secara langsung di sektor pertanian. Inovasi yang cukup menarik, terlebih iGrow bekerja sama langsung dengan para petani dan pemilik lahan.

Skema kerja iGrow adalah melalui portal berbasis web, orang yang memiliki modal dapat berinvestasi untuk penanaman buah atau sayur, sesuai dengan pilihan. Tim iGrow yang akan bekerja menyalurkan modal tersebut kepada para petani dan pemilik lahan. Hasil panen akan dibagi dengan persentase yang tentunya juga akan menguntungkan bagi para petani.

Konsep baru di sektor pertanian dapat terus digalakkan untuk mengembalikan swasembada di sektor pertanian. Inovasi dinilai akan mampu membuat sektor pertanian terlihat mentereng, terutama memudahkan jalur investasi. Faktanya di lapangan petani membutuhkan banyak sokongan untuk memaksimalkan budidayanya. Kendati tidak terlibat secara langsung di lapangan, antusias dan keikutsertaan masyarakat dengan model yang ditawarkan iGrow mampu memberikan penghidupan layak bagi para petani.

WeCare dan Lokadok

Kesehatan menjadi salah satu hal terpenting dalam kehidupan. Sayangnya hal ini masih menjadi masalah di banyak daerah tertinggal di Indonesia. Isu seputar persebaran layanan kesehatan dan akses terhadap obat-obatan hingga kini masih banyak ditemui. Rintangan geografi yang tak mudah diakses sering kali menjadi permasalahan umum yang dihadapi. Karena hal ini akan berdampak kepada mahalnya biaya operasional untuk menghadirkan layanan kesehatan dan obat-obatan ke daerah tersebut. Namun beberapa inovasi startup Indonesia ini mencoba mensiasatinya.

Ya, biaya memang menjadi permasalahan yang sangat umum. Pemberlakuan jaminan kesehatan yang masih belum merata sering kali memaksa kalangan masyarakat bawah untuk pasrah atas penyakit yang diderita. Cerita tersebut menginisiasi sebuah startup bernama WeCare untuk menghadirkan sebuah platform crowdfunding yang dikhususkan untuk penyaluran dana kesehatan. Dengan biaya yang cukup, WeCare ingin memastikan masyarakat kalangan bawah mendapatkan pengobatan maksimal atas penyakit yang dideritanya.

Berkaitan dengan kesehatan ada satu lagi karya anak bangsa yang dapat dioptimalkan untuk memberdayakan pemerataan kesehatan di daerah tertinggal. Jika WeCare memfokuskan pada pembiayaan bersama, ada Lokadok yang memberikan informasi seputar ketersediaan dokter dan paramedis. Basis data kedokteran yang dimiliki oleh Lokadok (beserta sistem komunikasi dan reservasi) dapat dioptimalkan untuk memberikan informasi dokter terdekat di suatu wilayah. Dengan mengetahui data tersebut, maka akan memudahkan berbagai pihak untuk melakukan pemetaan, guna memberikan pelayanan kesehatan yang lebih merata.

Karyamu kini ditunggu untuk turut menjadi bagian memajukan kesejahteraan bangsa.

Tiga produk startup tersebut hanya sebagian kecil dari inovasi yang dapat diterapkan. Nyatanya masih banyak masalah spesifik lain yang juga membutuhkan penanganan cepat. Misal isu pangan, keamanan, jaminan sosial dan sebagainya. Intinya berbagai inovasi digital yang berfokus pada pemberdayaan masyarakat akan sangat membantu. Sehingga ini menjadi saat yang tepat bagi para inovator muda memberikan sumbangsih dengan pemahaman pengembangan teknologi yang makin matang.

Kalau bukan anak bangsanya sendiri, siapa lagi yang bisa diandalkan untuk menyejahterakan negeri pertiwi.

Disclaimer: Tulisan ini adalah artikel promosi kegiatan program Solusi Desa Broadband Terpadu yang didukung sepenuhnya oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia.

Tepatkah Bawa Teknologi Digital Ke Sektor Pertanian Sekarang?

Teknologi suatu saat akan mengakomodir semua kegiatan manusia, apa pun itu. Semua lini kehidupan manusia akan bersentuhan langsung dengan teknologi. Atas nama pemutakhiran. Ada satu sektor yang cukup menarik perhatian saya mengenai adopsi teknologi ini, pertanian. Terlebih dengan kondisi pertanian, penetrasi teknologi, dan kebijakan pemerintah saat ini. Menurut saya adalah hal yang lebih penting dari sekedar menyediakan aplikasi atau platform digital untuk pertanian.

Seperti kita ketahui bersama baru-baru ini pemerintah mengenalkan beberapa aplikasi yang diharapkan mampu menunjang petani untuk memajukan sektor pertanian. Mulai dari aplikasi untuk berkomunikasi antar petani, ramalan cuaca, info pertanian, hingga aplikasi untuk menjual hasil panen, semua disediakan.

Saya sempat berbincang dengan teman dan kerabat, yang semuanya berlokasi di Jawa Tengah, yang bergelut dengan kehidupan bercocok tanam di tempatnya masing-masing mengenai hal ini. Kebanyakan berpendapat bahwa aplikasi-aplikasi tersebut masih jauh dari berguna, setidaknya untuk mereka saat ini.

Ada banyak alasannya, beberapa di antaranya adalah teknologi tersebut belum dirasa memiliki dampak yang signifikan untuk membantu pertanian. Tanpa aplikasi yang diperkenalkan Menkominfo, jika memang para petani dekat dengan teknologi harusnya mereka sudah menggunakan platform komunikasi yang sudah ada dan populer, seperti media sosial atau group di aplikasi pesan instan yang kini sudah mulai marak.

Setidaknya di tempat para narasumber saya tahun ini panen tidak begitu bagus. Siklus hujan yang tidak bisa diprediksi membuat sawah mereka mengalami penurunan hasil panen. Belum lagi harga pupuk yang dibilang semakin mahal. Bisa jadi ongkos yang mereka keluarkan untuk biaya produksi sama dengan hasil yang mereka dapatkan. Bahkan ada kelakar bahwa biaya yang harus mereka keluarkan untuk proses menanam hingga panen itu sama seperti biaya beli beras langsung di pasar dengan jumlah yang sama. Teknologi apa yang bisa membantu petani untuk saat ini?

Belum lagi mengenai platform untuk memudahkan petani menjual hasil panennya. Bukannya pesimis, rata-rata petani di tempat narasumber belum akrab dengan teknologi. Mungkin semua butuh waktu, itu mengapa teknologi di atas belum tepat waktunya.

Untuk teknologi seputar dunia pertanian saya lebih tertarik dengan apa yang sedang dikembangkan Siramin. Alat otomatis untuk menyiram lahan. Menurut saya itu lebih memudahkan usaha yang dilakukan petani, terutama dalam hal menghemat waktu. Tapi kembali lagi, jika untuk mengadopsi teknologi-teknologi tersebut petani diharuskan mengeluarkan biaya investasi lagi, saya pikir mereka akan lebih memilih cara tradisional, tidak balik modal.

Mungkin kondisi pertanian yang dialami narasumber saya berbeda dengan wilayah pertanian lain di Indonesia. Mulai dari demografi petani, kondisi penguasaan teknologi, dan kondisi-kondisi lainnya. Yang jelas salah satu PR di dunia pertanian saat ini adalah membawa inovasi teknologi ke dunia pertanian yang akrab, dan tepat guna untuk kondisi di lapangan. Karena tidak semua petani bisa cepat akrab dengan teknologi, termasuk teknologi digital. Perlu waktu untuk penyesuaian, perlu waktu untuk membangun komunitas dan ekosistem di dunia pertanian agar petani, distributor, dan konsumen bertransformasi ke teknologi digital.

Siramin dan Visi Mengubah Wajah Pertanian Indonesia dengan Teknologi

Salah satu gagasan utama teknologi diciptakan adalah untuk meringankan tugas manusia. Di sini teknologi memegang peranan penting dalam mengoptimalkan waktu kerja, manajemen dan hal-hal lain. Satu dari banyak bentuk teknologi tersebut adalah teknologi otomatis. Di Yogyakarta sekumpulan mahasiswa UGM mengimplementasikan konsep otomatis ini ke dalam perangkat penyiraman. mengusung teknologi dan konsep internet of things (IoT), layanan yang diberi nama Siramin ini bisa menggerakkan alat penyiraman dengan kontrol menggunakan aplikasi mobile, baik Windows Phone, Android, maupun via situs.

Siramin dikembangkan oleh mahasiswa Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Co-Founder Siramin Andreas Gandhi kepada DailySocial mengaku saat ini mereka belum bisa mengkomersilkan layanan Siramin. Tapi toh ketika saat itu tiba Gandhi lebih memilih untuk menjualnya dalam bentuk layanan.

Menurut Gandhi mereka saat ini juga masih mempertimbangkan apakah akan menjadi perusahaan komersil atau tetap mengusung konsep sociopreneurship, atau bahkan menjadi NGO dengan mewadahi program CSR dari perusahaan-perusahaan lain. Keputusan-keputusan itu masih dipikirkan tim Siramin sambil terus melakukan riset dan membenahi layanan mereka agar lebih sempurna.

Siramin yang dikembangkan pada pertengahan tahun 2015 silam ini awalnya dirancang untuk bisa mengendalikan alat penyiraman menggunakan layanan pesan singkat atau sms. Namun seiring dengan perkembangan teknologi akhirnya tim Siramin mengembangkannya sehingga saat ini perangkat penyiraman bisa dikontrol melalui perangkat mobile maupun situs.

Teknologi IoT di tangan tim Siramin berusaha dioptimalkan untuk membantu pertanian di Indonesia. Karena dengan alat dan layanan yang mereka kembangkan beban kerja petani bisa berkurang karena alat-alat penyiraman bisa dikendalikan melalui perangkat mobile.

Gandhi menjelaskan, apa yang mereka lakukan saat ini adalah upaya bersama untuk mencoba membangun wajah baru pertanian Indonesia melalui teknologi terapan. Sebuah gagasan yang cukup menarik mengingat belum banyak teknologi digital yang mengarah ke sektor pertanian secara praktis di lapangan seperti apa yang dilakukan Siramin saat ini.

Saat ini, meski belum bisa digunakan untuk umum karena riset dan pengembangan masih terus dilakukan, Siramin memiliki lahan riset mini di daerah Banguntapan Yogyakarta. Di sana lah tim Siramin melakukan uji coba layanan mereka ini. Bahkan seperti diungkapkan Gandhi pihaknya pernah menjalin kerja sama dengan BP3K Playen Gunungkidul untuk suatu saat bisa menerapkan secara penuh layanan Siramin ini.

DJI Ciptakan Drone Pintar untuk Para Petani

Drone bukan lagi sekedar mainan atau barang hobi. Banyak videografer yang telah membuktikan pengaplikasian drone di bidang profesional. Kini DJI semakin memperkuat bukti tersebut dengan merambah ke bidang pertanian lewat DJI Agras MG-1.

MG-1 sangat berbeda dari drone biasa. Ia juga tak bisa disebut quadcopter karena mengusung 8 rotor. Dirinya pun tak dilengkapi kamera, melainkan alat penyemprot pupuk cair, lengkap dengan tangki berkapasitas 10 liter.

Menurut klaim DJI, kinerja drone anti-air dan anti-korosi ini sangatlah efisien – lebih dari 40 kali lipat lebih efisien ketimbang menyemprot secara manual. Setiap jamnya, MG-1 sanggup menjangkau lahan seluas 4 hektar.

DJI Agras MG-1

MG-1 punya kecepatan maksimum 8 meter per jam. Selagi mengudara, komponen radar microwave akan memindai apa saja yang berada di bawah drone. Dengan demikian, MG-1 dapat mengatur ketinggian secara otomatis berdasarkan jarak optimal antara alat penyemprot dan tanaman. Ia juga bakal menyesuaikan deras tidaknya semprotan berdasarkan kecepatannya mengudara.

Penyemprotan ini bisa dilakukan secara otomatis, semi-otomatis atau manual menggunakan remote control. Hal lain yang cukup menarik adalah, putaran setiap baling-balingnya ikut membantu pergerakan pupuk cair yang disemprotkan ke bawah.

Dari segi fisik, MG-1 tak cuma menarik berkat penggunaan 8 rotor. Ia turut mengemas sistem pendingin yang cerdas, memanfaatkan udara dari luar yang masuk lewat ventilasi di bagian depan bodinya, lalu disalurkan ke masing-masing rotor supaya tidak cepat panas.

DJI turut membekalinya dengan kemampuan mengingat lokasi terakhir penyemprotan. Jadi semisal baterainya akan habis, ia akan kembali secara otomatis untuk di-charge. Setelah terisi penuh, MG-1 akan terbang kembali menuju titik terakhir penyemprotan dilakukan dan melanjutkan tugasnya. Saat sedang tak digunakan, lengan masing-masing rotornya bisa dilipat ke dalam agar mudah dibawa-bawa.

DJI Agras MG-1

Sejauh ini kita bisa melihat bahwa DJI Agras MG-1 bukanlah produk yang ditujukan untuk konsumen secara umum. DJI berencana memasarkannya terlebih dulu di Tiongkok dan Korea, baru setelah itu menyusul ke kawasan lain. Harganya belum diketahui secara pasti, tapi dikabarkan bisa mencapai angka $15.000.

Mengingat Indonesia merupakan negara yang cukup memprioritaskan sektor agrikultur, saya kira DJI juga akan tertarik memasarkan Agras MG-1 di sini sesegera mungkin.

Sumber: SlashGear dan The Verge.