Hati-hati! Berikut Daftar Fintech Ilegal yang Harus Diwaspadai

Dalam era modern yang diwarnai oleh pesatnya perkembangan teknologi, fenomena pinjaman online telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan finansial banyak orang.

Kemudahan akses, proses yang cepat, dan minimnya persyaratan membuat layanan ini diminati oleh banyak individu yang membutuhkan dana cepat. Namun, di tengah laju inovasi ini, muncul pula bahaya yang mengancam yaitu adanya pinjaman online ilegal.

Pentingnya keberlanjutan ekosistem finansial digital yang sehat tidak hanya melibatkan pemberi pinjaman online yang sah, tetapi juga kesadaran masyarakat terhadap risiko yang mungkin terkandung di dalamnya. Pinjaman online ilegal menjadi sorotan dalam konteks ini, sebagai entitas yang beroperasi di luar regulasi dan menghadirkan risiko serius bagi konsumen yang tidak waspada.

Apa Itu Pinjaman Online Ilegal dan Bagaimana Mereka Beroperasi?

Pinjaman online ilegal adalah layanan keuangan yang tidak memiliki izin atau regulasi dari otoritas keuangan yang berwenang. Pinjaman online ilegal tidak hanya sekadar merupakan penyimpangan dari norma regulasi keuangan, tetapi juga mencakup praktik-praktik yang dapat merugikan peminjam, seperti bunga yang tinggi, ketentuan kontrak yang tidak jelas, dan penagihan yang agresif.

Terkadang, entitas ini dengan sengaja menawarkan kemudahan yang seolah-olah menggiurkan, namun di balik itu, mereka beroperasi tanpa izin resmi dan membuka pintu terhadap penyalahgunaan data dan eksploitasi finansial.

Ciri-ciri Pinjaman Online Ilegal

Mengidentifikasi pinjaman online ilegal menjadi langkah awal untuk melindungi diri. Ciri-ciri dari pinjaman online ilegal termasuk tidak adanya izin resmi dari otoritas keuangan, suku bunga yang tidak masuk akal, menawarkan begitu banyak kemudahan, serta kurangnya transparansi dalam menyajikan syarat dan ketentuan pinjaman.

Ancaman Tersembunyi dari Pinjaman Online Ilegal

Pinjaman online ilegal dapat menimbulkan dampak yang berbahaya bagi para peminjam, termasuk penyalahgunaan data dan risiko keuangan.

Pinjaman online ilegal sering kali mengumpulkan informasi pribadi peminjam tanpa keamanan yang memadai. Hal itu akan membuat peminjam rentan terhadap pembobolan data dan penyalahgunaan identitas. Selain itu, suku bunga yang tinggi dan biaya tersembunyi dapat membuat peminjam terjebak dalam lingkaran utang.

Daftar Pinjaman Online Ilegal yang Harus Diwaspadai

Beberapa entitas pinjaman online ilegal telah banyak merugikan masyarakat. Dari laporan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), terdapat 168 entitas yang diduga sebagai kejahatan finansial online. Beberapa diantaranya adalah:

  • ALI Uang – Pinjaman Uang Tunai Mudah Flash Cepat
  • Ayo Cepat Cair – Pinjol Tronjal Tronjo
  • Ayo RupiahPinjaman uang tunai tanpa jaminan cepat
  • BayarHelper – Pinjaman Uang Cepat
  • Blue Kilat
  • Bos Tunai – pinjaman online cepat cair
  • Bursa Pinjaman – Pinjam Dana Rupiah Cepat
  • Cashbus – Pinjaman uang tunai online cepat
  • Dana Cepat Online
  • Cashe – Pinjam Uang Cepat & Dana KTA Kilat
  • Dana onlinePinjam Uang Cepat Mudah
  • Ccash uang- pinjaman tanpa jaminan pinjaman ponsel
  • cepatdompetyuk
  • Dana Cepat – Pinjaman Online Super Kilat
  • Dana SimpananPinjam Dana uang Cepat Tanpa Jaminan
  • DanaGO! – Pinjaman KTA Uang Online
  • Dompet TunaiPinjaman Uang Online Cepat
  • Dompet PinjamanKredit Pinjaman Online Dana Kilat
  • Easy Uang ProPinjaman Uang Online Tanpa Jaminan
  • Getcash

Anda dapat melihat daftar lengkanya di tautan ini.

Penting bagi masyarakat untuk waspada terhadap pinjaman online ilegal yang dapat merugikan secara finansial dan merugikan secara pribadi. Edukasi diri tentang entitas pinjaman online yang resmi dan mematuhi regulasi dapat membantu melindungi diri dari bahaya yang timbul akibat pinjaman ilegal.

Jangan ragu untuk melaporkan praktik ilegal tersebut kepada otoritas yang berwenang agar tindakan yang tepat dapat diambil untuk melindungi konsumen dari risiko tersebut.

Tindakan Preventif Terhadap Penipuan atau Praktik Ilegal Pinjaman Online

Pada era digital ini, pinjaman online telah menjadi salah satu cara yang populer untuk memenuhi kebutuhan finansial. Meskipun demikian, maraknya praktik pinjaman online ilegal atau penipuan membuat pelaku bisnis dan masyarakat perlu mewaspadai risiko yang mungkin timbul.

Berikut beberapa tindakan preventif yang dapat diambil agar terhindar dari penipuan dan praktik pinjaman online ilegal.

Verifikasi Legalitas Pemberi Pinjaman

Sebelum mengajukan pinjaman online, penting untuk melakukan verifikasi penyedia pinjaman tersebut. Pastikan lembaga keuangan atau platform pinjaman online yang dipilih telah memiliki izin resmi dan terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Periksa reputasi penyedia pinjaman melalui ulasan pelanggan, tanggapan di media sosial, dan platform ulasan terpercaya. Hindari pinjaman dari penyedia yang tidak transparan atau tidak memberikan informasi yang jelas terkait syarat dan ketentuan.

Anda bisa melihat daftar fintech ilegal di tautan ini.

Teliti Syarat dan Ketentuan Pinjaman

Sebelum menandatangani perjanjian pinjaman, baca dan pahami secara menyeluruh syarat dan ketentuan yang tercantum. Perhatikan dengan seksama suku bunga, biaya administrasi, dan klausul lainnya yang mungkin berdampak pada total pembayaran.

Jika ada ketidakjelasan atau hal yang tidak dipahami, segera konsultasikan dengan pihak penyedia pinjaman untuk mendapatkan penjelasan yang jelas.

Waspadai Penawaran yang Terlalu Bagus untuk Diterima

Hati-hati terhadap penawaran pinjaman yang terlalu bagus untuk menjadi kenyataan. Penawaran dengan suku bunga yang sangat rendah atau persyaratan yang terlalu mudah seringkali menjadi indikator potensi penipuan.

Sebelum menerima pinjaman, pastikan bahwa kondisi yang diajukan sesuai dengan praktik bisnis yang wajar dan tidak mengarah pada penipuan.

Hindari Pemberi Pinjaman yang Meminta Pembayaran Awal

Pemberi pinjaman yang meminta pembayaran awal atau biaya sebelum proses pinjaman selesai patut dicurigai. Ini bisa menjadi tanda penipuan. Pemberi pinjaman yang sah akan menagih biaya hanya setelah persetujuan pinjaman diberikan.

Lindungi Informasi Pribadi dengan Cermat

Hindari memberikan informasi pribadi yang tidak perlu atau tidak relevan kepada pihak yang tidak dapat dipercaya. Pastikan bahwa situs web pinjaman online yang digunakan memiliki sistem keamanan yang memadai.

Jangan pernah memberikan informasi sensitif seperti kata sandi akun bank atau nomor kartu kredit kepada pihak yang tidak dikenal atau tidak terverifikasi.

Cek Reputasi

Pilihlah platform pinjaman online yang telah terbukti terpercaya dan memiliki sejarah positif. Hindari menggunakan layanan dari pihak yang tidak memiliki reputasi yang baik atau tidak memiliki jejak digital yang dapat diverifikasi. Cek apakah platform tersebut memiliki sertifikasi keamanan dan perlindungan konsumen.

Berkonsultasi dengan Ahli Keuangan

Sebelum membuat keputusan, Anda juga bisa mengambil langkah untuk berkonsultasi dengan ahli keuangan atau penasihat hukum. Mereka dapat memberikan pandangan objektif dan membantu Anda memahami konsekuensi finansial dari pinjaman yang akan Anda ambil.

Selagi pemerintah dan pihak terkait gencar melakukan pemberantasan praktik pinjaman online ilegal, tindakan preventif dari pihak pelaku bisnis atau individu yang ingin mengajukan pinjaman online menjadi sangat penting.

Dengan memahami dan mengimplementasikan langkah-langkah preventif tersebut, diharapkan Anda tidak akan terjebak dalam pinjaman online ilegal. Selalu berhati-hati dan kritis dalam memilih penyedia pinjaman serta selalu memprioritaskan keamanan informasi pribadi.

Perbedaan Pinjaman Online dan Pinjaman Bank Konvensional: Mana yang Lebih Cocok untuk Pelaku Usaha?

Pelaku usaha seringkali dihadapkan pada kebutuhan modal untuk mengembangkan usaha mereka. Dalam mencari sumber pendanaan, banyak yang mempertimbangkan antara pinjaman online dan pinjaman dari bank konvensional. Kedua opsi ini memiliki karakteristik yang berbeda.

Penting bagi pelaku usaha untuk memahami bahwa tiap jenis pinjaman memiliki karakteristik dan konsekuensi yang berbeda. Pengetahuan mendalam tentang perbedaan antara pinjaman online dan pinjaman bank konvensional bukan hanya sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan finansial, tetapi juga menjadi langkah strategis untuk memitigasi risiko keuangan di kemudian hari.

Berikut beberapa perbedaan mendasar antara pinjaman online dan pinjaman bank konvensional.

Persyaratan dan Proses Aplikasi

Pinjaman Online

Pinjaman online sering kali memiliki persyaratan yang lebih fleksibel dan proses aplikasi yang lebih cepat karena semuanya dilakukan secara online.

Biasanya, pelaku usaha hanya perlu mengisi formulir online dan menyertakan dokumen-dokumen dasar seperti KTP dan laporan keuangan usaha. Keputusan mengenai persetujuan atau penolakan pinjaman dapat diterima dalam waktu singkat.

Pinjaman Bank Konvensional

Proses pengajuan untuk pinjaman bank konvensional cenderung lebih rumit dan memerlukan dokumen yang lebih banyak, seperti slip gaji, KTP, Surat izin usaha, laporan keuangan yang lebih rinci, hingga jaminan yang kuat.

Proses persetujuan pun biasanya memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan pinjaman online.

Bunga dan Biaya

Pinjaman Online

Meskipun proses aplikasi lebih cepat, pinjaman online cenderung memiliki suku bunga yang lebih tinggi. Beberapa platform pinjaman online bahkan memberlakukan biaya tambahan, seperti biaya administrasi dan biaya keterlambatan pembayaran.

Pinjaman Bank Konvensional

Suku bunga pada pinjaman bank konvensional umumnya lebih rendah daripada pinjaman online, terutama jika pelaku usaha memiliki kredibilitas keuangan yang baik. Meskipun demikian, bank biasanya mengenakan biaya-biaya tambahan, seperti biaya administrasi dan biaya penalti.

Jaminan dan Keamanan

Pinjaman Online

Pinjaman online cenderung memiliki persyaratan jaminan yang lebih fleksibel atau bahkan tidak memerlukan jaminan sama sekali. Namun, memilih lembaga pinjaman online yang aman menjadi tantangan tersendiri karena tidak semua lembaga terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Dengan kata lain, Anda harus lebih waspada agar tidak terjebak dalam penipuan atau pinjaman online ilegal.

Pinjaman Bank Konvensional

Bank umumnya menuntut jaminan yang kuat, seperti aset atau kepemilikan bisnis, untuk memberikan pinjaman. Meskipun ini dapat memberikan keamanan yang lebih besar bagi pemberi pinjaman, namun bagi pelaku usaha, dapat menjadi tantangan jika tidak memiliki jaminan yang memadai.

Selain itu, dibanding dengan pinjaman online, keamanan di bank tidak perlu diragukan karena bank konvensional biasanya sudah terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Fleksibilitas Pembayaran

Pinjaman Online

Pinjaman online seringkali menawarkan fleksibilitas pembayaran. Namun, tenor pembayaran cenderung lebih singkat dibanding bank konvensional.

Pinjaman Bank Konvensional

Meskipun umumnya memiliki jangka waktu pinjaman yang lebih panjang, pinjaman bank konvensional biasanya memiliki struktur pembayaran yang lebih kaku dan kurang fleksibel dibandingkan pinjaman online.

Dalam memilih antara pinjaman online dan pinjaman bank konvensional, pelaku usaha perlu mempertimbangkan kebutuhan spesifik mereka, kemampuan membayar, dan tingkat fleksibilitas yang diinginkan.

Pinjaman online mungkin lebih cocok untuk kebutuhan modal yang mendesak dan memiliki proses yang cepat, sementara pinjaman bank konvensional mungkin lebih sesuai untuk skala usaha yang lebih besar dengan persyaratan jaminan yang kuat.

Pemahaman mendalam mengenai perbedaan ini dapat membantu Anda membuat keputusan yang lebih cerdas dan sesuai dengan situasi keuangan dan kebutuhan bisnis.

Risiko Pinjaman Online dan Pertimbangan Penting Bagi Pelaku Usaha

Dalam era digital seperti sekarang, pinjaman online telah menjadi alternatif yang populer bagi para pelaku usaha yang membutuhkan dana tambahan untuk mengembangkan bisnis mereka. Namun, seperti halnya dengan bentuk pinjaman lainnya, pinjaman online juga memiliki risiko tertentu yang perlu dipahami dengan baik sebelum mengambil keputusan.

Untuk memastikan bahwa pinjaman tersebut memberikan nilai tambah dan tidak membawa risiko berlebih, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum Anda memutuskan untuk mengajukan pinjaman online.

Analisis Kebutuhan Pinjaman

Sebelum mengajukan pinjaman online, identifikasi dengan tepat tujuan bisnis yang ingin dicapai dengan dana yang akan dipinjam. Apakah itu untuk ekspansi usaha, pembelian inventaris, atau pembiayaan proyek khusus, pastikan bahwa pinjaman tersebut dapat mendukung pertumbuhan bisnis Anda.

Hindari mengajukan pinjaman melebihi kebutuhan sebenarnya, karena hal ini dapat meningkatkan risiko pembayaran yang sulit di masa depan.

Ajukan Nominal sesuai Kemampuan

Memahami kapasitas keuangan bisnis Anda adalah langkah krusial. Ajukan nominal pinjaman yang sesuai dengan kebutuhan dan, yang tak kalah penting, sesuai dengan kapasitas pembayaran bisnis Anda.

Pastikan bahwa pembayaran pinjaman dapat diatasi tanpa memberikan beban keuangan berlebih pada operasional bisnis sehari-hari.

Cek Legalitas di OJK

Keamanan dan legalitas penyedia pinjaman online adalah faktor penting. Sebagai pelaku usaha, pastikan bahwa platform pinjaman yang Anda pilih terdaftar secara resmi di OJK.

Ini memberikan jaminan bahwa Anda berurusan dengan pihak yang mengikuti regulasi dan dapat dipercaya dalam aspek keuangan.

Bandingkan Beberapa Platform Pinjaman

Dalam dunia bisnis, perbandingan adalah kunci untuk mengambil keputusan yang cerdas. Bandingkan beberapa platform pinjaman online dari sudut pandang bisnis, termasuk tingkat bunga, biaya, dan reputasi penyedia. Pilihlah yang paling cocok dengan kebutuhan dan strategi bisnis jangka panjang Anda.

Perhitungkan Biaya, Bunga, dan Tenor

Dalam lingkup bisnis, setiap biaya dan bunga harus dihitung sebagai bagian dari perencanaan keuangan. Periksa bagaimana biaya-biaya ini akan memengaruhi profitabilitas dan cash flow bisnis Anda.

Pemahaman yang baik tentang tenor pinjaman juga memungkinkan Anda menyusun rencana pembayaran yang sejalan dengan siklus bisnis dan proyeksi keuangan.

Pemahaman Syarat dan Ketentuan

Jangan lupa untuk memahami setiap detail syarat dan ketentuan pinjaman online. Perhatikan detail apakah ada klausul khusus yang dapat memengaruhi operasional bisnis Anda, seperti sanksi keterlambatan atau perubahan suku bunga. Pemahaman menyeluruh akan membantu Anda mengelola pinjaman dengan bijak.

Dengan mempertimbangkan risiko dan melakukan persiapan yang baik sebelum mengajukan pinjaman online, Anda dapat mengurangi potensi dampak negatif dan mengoptimalkan manfaat dari pemberian pinjaman tersebut untuk pertumbuhan bisnis.

Kelebihan dan Kekurangan Pinjaman Online Sebagai Sumber Modal Usaha

Pada era digital ini, pelaku usaha dihadapkan pada tantangan untuk mengikuti laju perkembangan bisnis yang cepat. Untuk itu, akses modal usaha menjadi krusial dalam menjaga daya saing dan mendorong pertumbuhan bisnis. Pinjaman online muncul sebagai alternatif menarik yang menawarkan solusi cepat dan praktis.

Namun, sebelum Anda memutuskan untuk mengajukan pinjaman online sebagai tambahan modal usaha, penting untuk memahami kelebihan dan kekurangannya.

Kelebihan Pinjaman Online

Proses Cepat dan Mudah

Salah satu magnet utama dari pinjaman online adalah proses aplikasinya yang cepat dan sederhana. Dalam sekejap, para pelaku usaha dapat mengajukan pinjaman tanpa harus terjebak dalam berbelit-belitnya prosedur konvensional.

Ini tentu menjadi nilai tambah, terutama ketika keputusan dan akses modal harus diperoleh dengan segera untuk mendukung peluang bisnis yang muncul secara tiba-tiba.

Fleksibilitas Penggunaan Dana

Berbeda dengan pinjaman dari lembaga keuangan tradisional, pinjaman online seringkali memberikan fleksibilitas dalam penggunaan dana. Mulai dari pengadaan inventaris, pembayaran gaji karyawan, hingga ekspansi usaha, pinjaman online dapat menjadi instrumen keuangan yang mendukung berbagai aspek bisnis.

Persyaratan yang Ramah Pengusaha

Penting untuk dicatat bahwa persyaratan pinjaman online cenderung lebih mudah dipenuhi. Beberapa platform bahkan memberikan kesempatan kepada pelaku usaha dengan riwayat kredit yang belum sepenuhnya kuat.

Hal ini membuka pintu bagi banyak pengusaha, terutama yang berada di tahap awal bisnisnya, untuk mendapatkan akses modal tanpa hambatan yang berlebihan.

Tanpa Agunan Fisik

Berbeda dengan pinjaman tradisional yang memerlukan jaminan fisik, sebagian besar pinjaman online bersifat tanpa agunan. Artinya, Anda tidak perlu menyediakan aset atau properti sebagai syarat pengajuan. Ini memberikan kenyamanan ekstra, terutama bagi pelaku usaha yang belum memiliki aset yang cukup berharga.

Kekurangan Pinjaman Online

Bunga dan Biaya yang Relatif Tinggi

Salah satu kelemahan utama pinjaman online adalah tingginya tingkat bunga dan biaya administrasi. Ini dapat membuat total jumlah yang harus Anda bayar lebih tinggi dibandingkan dengan opsi pembiayaan lainnya.

Risiko Keamanan

Terdapat risiko keamanan terkait dengan penggunaan platform pinjaman online. Penipuan dan ancaman keamanan siber bisa menjadi masalah yang serius, sehingga diperlukan kehati-hatian dalam memilih platform yang terpercaya.

Tenor yang Singkat

Salah satu kekurangan lainnya adalah bahwa tenor pinjaman online cenderung lebih singkat dibandingkan dengan pinjaman dari lembaga keuangan tradisional. Meskipun memberikan kecepatan dalam pengembalian, hal ini dapat menimbulkan tekanan tambahan pada kas perusahaan.

Sebagai pelaku usaha, penting untuk mempertimbangkan secara matang sebelum mengambil keputusan untuk menggunakan pinjaman online sebagai tambahan modal usaha.

Meskipun pinjaman online dapat memberikan akses cepat ke modal, pemahaman yang baik tentang kelebihan dan kekurangan akan membantu Anda mengambil keputusan yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan kapabilitas bisnis Anda.

Sebaiknya pilihlah platform pinjaman online yang terpercaya dan memahami sepenuhnya persyaratan serta implikasi dari pinjaman yang Anda ajukan.

Meningkatkan Modal Usaha dengan Pinjaman Online yang Aman

Dalam menghadapi dinamika bisnis yang cepat dan kompleks, pelaku usaha seringkali dihadapkan pada tantangan finansial yang membutuhkan solusi cepat dan efisien. Untuk menjawab tantangan ini, semakin banyak pelaku usaha yang beralih ke pinjaman online sebagai solusi yang cepat.

Mengenal Pinjaman Online

Dikutip dari Otoritas Jasa Keuangan, pinjaman online melibatkan penyelenggaraan layanan jasa keuangan melalui platform fintech lending, di mana pemberi pinjaman (lender) dapat mempertemukan diri mereka dengan penerima pinjaman (borrower) untuk melakukan perjanjian pinjam meminjam. Semua transaksi tersebut dilakukan secara elektronik dan menggunakan mata uang rupiah.

Hingga 9 Oktober 2023, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat total jumlah penyelenggara fintech lending yang berizin di OJK ada 101 perusahaan. Dalam konteks ini, penting bagi pelaku usaha yang akan mengajukan pinjaman online untuk memastikan bahwa platform fintech lending yang mereka pilih telah diizinkan dan diatur oleh OJK. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa platform tersebut legal dan aman.

Syarat Umum Mengajukan Pinjaman Online

Identitas Diri (KTP)

Salah satu syarat utama adalah Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang masih berlaku. KTP digunakan sebagai identifikasi diri dan alat verifikasi oleh penyedia pinjaman.

Usia dan Dokumen Pendukung

Calon peminjam umumnya harus berusia minimal 21 tahun. Beberapa lainnya ada yang menerapkan batasan usia 18 tahun dengan syarat tertentu. Selain itu, dokumen pendukung seperti NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak), SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan), atau akta pendirian usaha mungkin diperlukan.

Rekening Bank Aktif

Peminjam perlu memiliki rekening bank aktif untuk melakukan transaksi pinjaman, termasuk penerimaan dan pembayaran angsuran.

Pendapatan dan Laporan Keuangan

Sebagian besar penyedia pinjaman online meminta bukti pendapatan tetap dan laporan keuangan usaha. Ini diperlukan untuk menilai kemampuan peminjam dalam membayar pinjaman.

Nomor Ponsel Aktif

Nomor ponsel yang valid diperlukan untuk komunikasi dan konfirmasi transaksi. Pesan teks atau panggilan telepon sering digunakan untuk mengonfirmasi informasi.

Sementara itu, syarat tambahan lainnya mungkin diperlukan dan akan disesuaikan dengan kebijakan dari masing-masing penyedia layanan pinjaman.

Regulasi yang Mengatur Pinjaman Online

OJK memiliki peran krusial dalam mengawasi dan mengatur layanan keuangan di Indonesia, termasuk pengaturan pinjaman online. Sebelumnya, pinjaman online diatur oleh Peraturan OJK No. 77/POJK.01/2016, yang secara khusus mengatur layanan pinjam-meminjam uang berbasis teknologi informasi.

Regulasi ini kini telah diperbarui dan ditingkatkan melalui penerbitan POJK Nomor 10/POJK.05/2022 tentang Layanan Pendanaan Bersama Berbasis Teknologi Informasi (POJK LPBBTI/Fintech P2P Lending). Penerbitan baru ini mencabut dan menggantikan regulasi sebelumnya, menyediakan kerangka hukum yang lebih kuat dan sesuai dengan perkembangan terkini di industri pinjaman online.

Anda dapat merujuk ke dokumen resmi POJK Nomor 10/POJK.05/2022 pada situs web resmi OJK untuk mendapatkan rincian lebih lanjut mengenai ketentuan dan peraturan terbaru yang mengatur layanan pinjaman online, khususnya layanan pendanaan bersama berbasis teknologi informasi (Fintech P2P Lending).

Pinjaman online melalui fintech lending memberikan peluang baru bagi pelaku usaha untuk mengatasi kendala keuangan dengan cara yang lebih efisien. Penting bagi pelaku usaha untuk melakukan evaluasi risiko dengan bijak, memilih platform yang terpercaya, dan mematuhi regulasi yang berlaku. Dengan demikian, pinjaman online dapat menjadi alat yang efektif dalam mendukung pertumbuhan dan keberlanjutan bisnis di era digital ini.

5 Perbedaan Aplikasi Amaan dan Pinjol, Penting untuk Diketahui!

Pinjaman online atau pinjol merupakan layanan pinjaman atau kredit yang berbasis daring (online). Pinjol seringkali menjadi alternatif para pengusaha untuk mendapatkan pinjaman modal. Selain melalui pinjol, para pengusaha juga dapat memperoleh modal usaha di aplikasi Amaan. Anda mungkin bertanya-tanya, jika memiliki fungsi yang sama, lalu apa perbedaan Amaan dan pinjol?

Kemudian, apakah aplikasi Amaan juga termasuk salah satu aplikasi pinjol? Nah, di sini Anda akan melihat lima perbedaan aplikasi Amaan dan pinjol yang penting untuk diketahui agar Anda tidak salah pilih. 

Perbedaan Amaan dan Pinjol

Melansir website Amaan, Amaan bukan termasuk ke dalam pinjaman online. Terdapat beberapa poin yang menunjukkan bahwa Amaan berbeda dengan pinjol. Berikut ini adalah rangkumannya untuk Anda.

Izin Usaha sebagai Financing Agent

Berbeda dengan pinjol yang memiliki izin usaha sebagai fintech lending, Amaan memiliki izin usaha sebagai financing agent. Kemudian, Amaan juga telah terdaftar dan diawasi oleh OJK, serta menjadi anggota AFTECH atau Asosiasi Fintech Indonesia.

Memberikan Pembiayaan bukan Pinjaman

Seperti namanya, pinjol merupakan layanan yang menawarkan pinjaman kepada penggunanya. Sedangkan Amaan adalah aplikasi yang menawarkan pembiayaan, bukan pinjaman. Pembiayaan dan pinjaman diketahui memiliki prinsip yang berbeda.

Jika pemberi pinjaman mendapatkan keuntungan dari bunga, maka pemberi pembiayaan akan mendapatkan keuntungan dari bagi hasil.

Target Pengguna

Pinjol pada dasarnya dapat digunakan oleh siapa saja, baik individu secara umum atau pengusaha dengan tujuan apa saja. Sedangkan Amaan merupakan aplikasi yang secara khusus diperuntukkan untuk para pengusaha perempuan yang mayoritas juga merupakan tulang punggung keluarga.

Amaan hadir untuk menawarkan pembiayaan yang nantinya bisa digunakan sebagai modal usaha untuk menghidupi keluarga.

Berbasis Syariah

Selain tiga poin di atas, salah satu yang membedakan Amaan dengan pinjol adalah prinsip Amaan yang berbasis syariah, yakni mengandung prinsip-prinsip hukum Islam. Contohnya dengan diterapkannya penggunaan sistem bagi hasil alih-alih bunga pada Amaan.

Layanan yang Ditawarkan

Perbedaan yang terakhir ada pada layanan yang ditawarkan. Pinjol umumnya hanya menawarkan pinjaman untuk penggunanya. Sedangkan Amaan menawarkan berbagai layanan yang bertumpu pada empat pilar, yakni keuangan, belanja, belajar, dan kesehatan melalui fitur-fiturnya yang dapat Anda lihat selengkapnya di sini.

Demikian rangkuman mengenai perbedaan Amaan dan Pinjol. Semoga informasi di atas dapat membantu Anda dalam menentukan aplikasi mana yang lebih cocok bagi Anda untuk mendapatkan modal usaha.

AFTECH Paparkan Lanskap Pasar, Tantangan, dan Tren Investasi Fintech

Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH) kembali merilis Laporan Survei Anggota Tahunan 2021 yang memaparkan lanskap layanan fintech di Indonesia, pencapaian pertumbuhan, hingga tren investasi di masa depan.

Sebagai informasi, saat ini AFTECH menaungi pelaku fintech yang terbagi dalam enam model bisnis atau klaster antara lain sistem pembayaran, pinjaman online, neobank, securities crowdfunding, wealth management, dan Inovasi Keuangan Digital atau IKD (terdiri dari 16 sub kluster). Per akhir 2021, jumlah anggota AFTECH tercatat sebesar 352, naik dari periode sama di 2020 dan 2019 masing-masing 302 dan 219 anggota.

Berikut sejumlah pencapaian dan temuan penting dari laporan tahunan AFTECH sebagaimana dirangkum DailySocial.id berikut ini.

Pembayaran digital dan pinjaman online

Survei menunjukkan pembayaran digital dan pinjaman online menjadi dua model bisnis fintech yang sudah memasuki fase matang di Indonesia, turut didorong oleh faktor konsolidasi antar-pelaku pemimpin pasar dan melandainya pertumbuhan.

Ketua Umum AFTECH Pandu Sjahrir mengungkap kategori neobank, IKD, wealth management, dan securities crowdfunding masih dalam fase pertumbuhan, yang dikarenakan oleh sejumlah faktor, seperti regulasi baru bank, terutama terkait bank digital, hingga belum optimalnya penggarapan pasar dari sisi penawaran produk dan layanan. Kendati begitu, ia menilai layanan fintech tersebut mulai menggalang daya tarik di pasar.

Secara keseluruhan, adopsi layanan fintech di Indonesia meningkat signifikan di sepanjang 2021. Peningkatan ini tercermin dari sejumlah pencapaian antara lain:

  • Nilai transaksi uang elektronik naik sebesar 58,5 persen (YoY) menjadi Rp35 triliun.
  • Adopsi Quick Response Code Indonesia Standard (QRIS) melampau target 12 juta merchant sebelum akhir 2021.
  • Penyaluran pinjaman melalui platform fintech pendanaan bersama ke lebih dari 13,47 juta rekening peminjam mencapai Rp13,6 triliun per Desember 2021
  • Adopsi fintech untuk berinvestasi di pasar modal dan aset digital ikut meningkat.

Dari kategori pembayaran digital, 28 persen responden telah mengantongi nilai transaksi tahunan sebesar Rp5 miliar-Rp500 miliar, sedangkan 28 persen lainnya mengumpulkan total transaksi tahunan sebesar Rp500 miliar-5 triliun. Mengacu statistik Bank Indonesia per Desember 2021, total transaksi pembayaran digital mencapai Rp35,1 triliun atau naik 60 persen dibanding periode sama tahun lalu. Transaksi ini didominasi oleh pelaku fintech bukan bank.

Dari kategori pinjaman online, data OJK mencatat pertumbuhan sebesar 70 persen menjadi Rp13,6 triliun pada Desember 2021. Fokus penyaluran pinjaman masih terpusat di pulau Jawa di mana hampir 70 persen dari total transaksi berasal dari wilayah tersebut, diikuti luar negeri (28%) dan luar Jawa (1,9%). Kota di luar pulau Jawa masing-masing menyumbang tak sampai 1 persen dari total transaksi, kecuali Sumatera Utara (1,8%) dan Bengkulu (1%).

Saat ini, jumlah lender dan borrower di platform fintech masing-masing sebesar 809.494 dan 73,2 juta per Desember 2021. Sementara, per Desember 2020, jumlah lender dan jumlah borrower masing-masing sekitar 716.913 dan 43,6 juta.

Tantangan pelaku fintech

Data OJK mencatat indeks literasi keuangan di Indonesia naik 8,3 persen dari 29,7 persen di 2016 menjadi 38 persen di 2019. Dengan pertumbuhan indeks ini, fintech menyadari pentingnya perluasan layanan fintech hingga ke pedesaan. Adapun, 69 persen pelaku fintech sudah melayani area tersebut.

Namun, pelaku fintech di Indonesia masih menemui tantangan besar untuk melakukan ekspansi bisnis ke luar Jakarta, di mana 23 persen dan 19 persen responden mengaku sulit ekspansi ke luar Jawa dan pedesaan karena faktor literasi keuangan (55%), infrastruktur (44%), dan budaya (20%).

Terlepas dari kendala di atas, 45 persen pelaku fintech mengaku optimistis dapat melanjutkan ekspansinya lebih banyak ke area luar Jabodetabek sehingga dapat mencapai target inklusi keuangan nasional.

“Terkait infrastruktur, meski teknologi memengaruhi ekspansi layanan fintech di daerah, sebanyak 53 responden memiliki responden positif terhadap pertumbuhan dan perbaikan infrastruktur di masa depan,” tutur Pandu.

Pangsa pasar dan ekspansi

Berdasarkan hasil survei, area Jabodetabek masih menjadi pasar utama fintech, di mana 99 persen dan 75 persen responden masing-masing menjawab Jakarta dan Bodetabek sebagai target utama penggunanya, diikuti oleh Bandung (45%) dan Surabaya (36%).

Sebanyak 69 persen responden mengaku telah melayani daerah pedesaan di Indonesia. Ini mengindikasikan bahwa sebagian besar fintech tak hanya fokus pada wilayah perkotaan saja.

Selain itu, pelaku fintech juga masih mendorong penetrasi pengguna di segmen UMKM, terutama bagi pengusaha perempuan. Sebanyak 42 persen responden mencatat nilai transaksi pengguna UMKM sebesar lebih dari Rp80 miliar. Adapun 12 persen di antaranya memperoleh kurang dari Rp500 juta dari UMKM.

Dari 33 persen responden, 25-50 persen pengguna UMKM dijalankan oleh perempuan, memperkuat anggapan bahwa perempuan memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap industri fintech.

“Maka itu, literasi keuangan dan digital bagi perempuan menjadi semakin penting agar pelaku UMKM dapat memaksimalkan produk dan layanan yang tersedia di industri jasa keuangan untuk mengembangkan usahanya,” papar laporan ini.

Dari sisi pengembangan usaha, responden mengungkap sejumlah poin penting dalam menentukan strategi bisnis untuk mendongkrak pendapatan di masa depan. Di antaranya adalah pelaku fintech ingin fokus pada produk berpenghasilan tinggi (59%), masuk ke pasar baru termasuk luar negeri dan daerah pedesaan (34%), menjajaki lini bisnis baru (52%), dan tidak ada rencana untuk memperluas atau fokus ke produk tertentu (7%).

Selain itu, sebanyak 75 persen pelaku fintech di Indonesia berencana memperluas jangkauan pasarnya ke pedesaan. Temuan ini menunjukkan sinyal positif industri fintech untuk meningkatkan pemerataan layanan keuangan di seluruh Indonesia.

Investasi fintech

Investasi di sektor fintech Indonesia mencatatkan pertumbuhan 13 kali lipat sejak 2017 yang hanya $64 juta menjadi $904 juta di Q3 2021. Jumlah tersebut dua hingga tiga kali lebih tinggi dari investasi yang diperoleh pelaku fintech di negara tetangga.

Apabila dibandingkan dengan total investasi ke sektor lain, baik dari investor domestik maupun asing, investasi fintech di Indonesia dari kuartal I sampai III 2021 lebih tinggi 58 persen di sektor mesin dan elektronik, dan 157 persen lebih tinggi dari sektor tekstil.

Peningkatan iklim investasi ke sektor fintech tak lepas dari meningkatnya jumlah populasi muda yang akrab dengan layanan digital, penetrasi seluler, dan kelas menengah di kawasan Asia Tenggara. Pertumbuhan fintech semakin terakselerasi karena pandemi Covid-19.

Dari sudut pandang kebutuhan investasi, saat ini satu dari tiga klaster pembayaran digital, pinjaman online, dan IKD masih membutuhkan lebih dari Rp150 miliar dalam 1-2 tahun ke depan. Di sisi lain, 17 persen responden dari pemain pembayaran digital meyakini hanya membutuhkan investasi kurang dari Rp500 juta dalam 1-2 tahun ke depan.

“Ini menunjukkan bahwa klaster pembayaran digital telah memasuki tahap lebih matang dibandingkan dengan kategori fintech di klaster lain,” ungkap Pandu.

Indosat Ooredoo Hutchison Menggandeng Maucash Hadirkan Layanan Pinjaman Digital

Usai era dompet digital, operator telekomunikasi kini mulai merambah layanan pinjaman uang. Kali ini, PT Indosat Ooredoo Hutchison Tbk (IDX: ISAT) atau IOH bermitra dengan platform Maucash untuk menghadirkan pinjaman Bima Kredit, khusus bagi pelanggan prabayar dan pascabayar Tri.

Bima Kredit adalah produk pinjaman kolaborasi antara Tri dan Maucash yang hanya bisa diakses di aplikasi Bima+. Sedikit informasi, Maucash adalah platform pinjaman tunai dan paylater yang juga anak usaha PT Astra International Tbk dengan WeLab. Maucash telah terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai platform fintech lending.

Dalam keterangan resminya beberapa waktu lalu, Chief Commercial Officer IOH Ritesh Kumar Singh mengatakan Bima Kredit menjadi strategi diversifikasi untuk memperkuat ekosistem produk dan layanan digital lifestyle di aplikasi Bima+. “Layanan ini untuk menjawab kebutuhan finansial pelanggan Tri di masa depan,” ujarnya.

Sementara, Chief of Marketing Maucash Indra Suryawan menambahkan, pihaknya berupaya memberikan akses pinjaman tunai bagi masyarakat di masa pandemi Covid-19. “Kami harap pelanggan Tri dapat melihat Bima Kredit sebagai salah satu solusi finansial mereka,” katanya.

Proses bisnis

Untuk mendapatkan pinjaman Bima Kredit, pengguna Tri harus melakukan pendaftaran di aplikasi Bima+ dengan nomor yang sudah teregistrasi dan tervalidasi. Pengajuan ini tidak memerlukan dokumen fisik. Pengguna dapat memilih nilai dan tenor pinjaman yang diinginkan.

Setelah data dan perjanjian pinjaman telah disetujui, dana yang dikirimkan langsung ke rekening pengguna yang sudah didaftarkan. Adapun, maksimal pinjaman yang difasilitasi Bima Kredit adalah sebesar Rp500 ribu dengan periode pinjaman selama 30 hari dan bunga 0%. Indosat akan menambah limit dan tenor pinjaman yang lebih bervariasi.

Dihubungi DailySocial.id secara terpisah, SVP-Head of Corporate Communication IOH Steve Saerang mengatakan tengah mengkaji kemungkinan untuk bermitra dengan penyedia pinjaman lain. Pihaknya juga menyiapkan beberapa use case produk dan layanan lain yang sesuai dengan profil dan kebutuhan pengguna.

“Selain pinjaman digital, dalam waktu dekat Tri akan menyediakan proteksi kepada pelanggan melalui produk Bima Asuransi, seperti proteksi kendaraan bermotor dan kecelakaan diri,” tambah Steve.

Operator masuk ke pinjaman digital

Lebih lanjut, Steve mengungkap bahwa peleburan Indosat Ooredoo dan Hutchison 3 Indonesia tidak memengaruhi brand seluler masing-masing, yakni IM3 Ooredoo dan Tri. Menurutnya, kedua brand ini dapat saling melengkapi satu sama lain dan meningkatkan pengalaman digital pengguna.

Sebagai informasi, Indosat Ooredoo resmi merampungkinan merger dengan H3I pada awal tahun ini. Dengan peleburan ini, kini IOH memiliki tiga brand selular, yakni IM3, MPWR, Tri. Berdasarkan informasi yang kami himpun, brand communication Tri dan IM3 dikelola oleh tim berbeda. Sementara, corporate brand keduanya sama-sama dikelola di bawah naungan tim Corporate Communication IOH.

Maka itu, perusahaan menghadirkan produk pinjaman dengan mitra yang berbeda. Untuk pengguna Tri, Indosat menggandeng Maucash lewat brand Bima Kredit. Sedangkan untuk pengguna IM3, perusahaan bekerja sama dengan Bank QNB Indonesia melalui brand UCan.

Pengguna IM3 dapat mengakses dua produk utama UCan, yakni Cash Withdrawal atau penarikan uang tunai dan Installment atau pembelian produk paket data Indosat Ooredoo Hutchison. Adapun, UCan kini masuk ke dalam ekosistem layanan myIM3.

Pada layanan sejenis, sebelumnya Telkomsel masuk dengan model bisnis platform fintech agregator Klop sejak tahun lalu. Klop masuk dalam klaster baru OJK sebagai Inovasi Keuangan Digital (IKD). Platform ini memberikan rekomendasi pilihan produk pinjaman dengan mengandalkan kemampuan analisis dari data calon peminjam.

Sebetulnya, pinjaman digital bukan lah produk keuangan pertama yang dieksplorasi operator telekomunikasi agar tetap relevan bagi pengguna di tengah pesatnya perkembangan digital. Hampir satu dekade lalu, seluruh operator masuk ke produk dompet digital, tetapi dihentikan karena tidak berkembang. Hanya T-cash yang masih bertahan hingga di-spin off dan dilebur menjadi LinkAja.

UMKM Butuh Dana, Begini Cara Dapat Pinjaman Cepat dari Modal Rakyat

Saat ini, perkembangan UMKM (usaha mikro, kecil dan menengah) di Indonesia kian melesat. Dalam mengembangkan usahanya, pelaku UMKM tentu butuh modal yang cukup.

Kedua hal tersebut, jadi pemicu semakin menjamurnya financial technology atau fintech berbasis pinjaman, guna mendukung UMKM.

Berdasarkan data OJK (Otoritas Jasa Keuangan) 2021, ada sebanyak 103 penyelenggara fintech peer-to-peer lending yang terdaftar di OJK. Salah satu di antaranya adalah Modal Rakyat.

Sekilas Tentang Modal Rakyat

Modal Rakyat merupakan layanan pinjam meminjam uang yang mempertemukan UMKM sebagai peminjam dengan masyarakat sebagai pendana. Hingga kini, Modal Rakyat telah menyalurkan pinjaman kepada lebih dari 75 ribu peminjam, mayoritas di antaranya pelaku UMKM.

“Kami menawarkan alternatif pendanaan secara online dengan aman. Kami ingin memberikan solusi bagi UMKM yang ingin mendapatkan pinjaman dengan praktis, cepat dan mudah sehingga dapat membantu pengembangan ekonomi Indonesia,” tulis Modal Rakyat pada laman resminya.

Limit dan Bunga Pinjaman Bagi UMKM

Sejauh ini, Modal Rakyat menawarkan pinjaman mulai dari 500 ribu hingga 2 miliar. Namun, jumlah besaran pinjaman yang diberikan, akan disesuaikan dengan besaran usaha calon peminjam.

Bagi UMKM, pinjaman dapat dimulai dari 500 ribu hingga 10 juta rupiah. Sedangkan, bagi UKM (usaha kecil dan menengah) atau yang lebih besar, pinjaman dapat dimulai dari 100 juta hingga 2 miliar rupiah.

Sementara, bunga pinjaman akan disesuaikan dengan tingkat risiko usaha calon peminjam. Tingkat risiko itu ditentukan berdasarkan data yang diberikan calon peminjam. Besarannya dimulai dari 12% hingga 30% per tahun.

“Kami kan platform agregator. Jadi, bunga yang kita kenakan kepada peminjam adalah bunga yang diterima oleh pendana di dalam platform kami, peer to peer. Bunga pinjaman di Modal Rakyat itu, rata-rata 15% per tahun,” jelas Hendoko.

Selain bunga pinjaman, ada biaya layanan yang juga dikenakan saat meminjam di Modal Rakyat. Besarannya 3% dari total pinjaman yang diambil.

Syarat Jadi Peminjam Modal

Melansir laman resmi Modal Rakyat, syarat utama yang paling mendasar, untuk menjadi peminjam di Modal Rakyat, yakni merupakan warga negara Indonesia. Serta, memiliki kelengkapan identitas diri, NPWP (nomor pokok wajib pajak) dan rekening bank.

Selain itu, CEO Modal Rakyat Hendoko Kwik juga memaparkan beberapa syarat lainnya. Ia berkata, biasanya, pihaknya mensyaratkan UMKM calon peminjam minimal sudah berjalan selama dua tahun. Baik itu bagi perusaahan berbentuk CV atau PT.

“Berikutnya, usahanya harus memiliki cash flow yang positif, atau secara perhitungan, keuangannya mampu menanggung biaya bunga pinjaman,” pungkas Hendoko kepada Trikinet.com.

Lalu, UMKM calon peminjam harus sudah memiliki izin usaha yang relevan. Juga, memiliki legalitas perusahaan. Bagi UMKM, syarat legalitas dapat menggunakan salah satu dari: SIUP (surat izin usaha perdagangan), surat izin lokasi usaha atau TDP (tanda daftar perusahaan).

“Tapi, kalau bicara UKM (dalam artian usaha yang lebih besar dari UMKM), yang jumlah karyawannya di atas 20 orang, syarat legalitasnya berbeda. Biasanya lebih lengkap,” kata Hendoko.

Ada pun legalitas lebih lengkap yang dimaksud, di antaranya: akta perusahaan, SIUP, TDP, serta NPWP perusahaan. Semuanya disertakan, bukan lagi opsional.

Hal yang Perlu Disiapkan dan Dihindari Sebelum Pinjam Modal

Disiapkan:

Sebelum memberikan pinjaman, pihak Modal Rakyat akan melakukan pengecekan secara detail kepada peminjam.

  • Pertama, pengecekan syarat awal. Seperti, pengecekan kelengkapan identitas diri dan legalitas perusahaan.
  • Kedua, pihak Modal Rakyat juga akan melihat analisa keuangan perusahaan calon peminjam.

Mulai dari rekening koran yang menunjukkan omset usaha selama enam bulan terakhir. Hingga, contoh dokumen-dokumen yang dipakai untuk usaha atau berdagang.

“Misalnya, seperti invoice, nota-nota perdagangan. Nah, itu biasanya sudah merujuk ke dokumen keuangan. Itu yang harus disiapkan oleh calon peminjam,” papar Hendoko.

Tak hanya itu, penting bagi calon peminjam untuk menentukan melalui apa peminjaman akan diajukan. Menurut Hendoko, ada beberapa cara yang dapat dilakukan dalam mengajukan pinjaman ke Modal Rakyat.

“Bisa melalui ekosistem digital yang bekerja sama dengan Modal Rakyat, pengajuan langsung melalui website resmi kami, atau langsung menghubungi Relationship Manager kami,” jelasnya.

Sebagai informasi, Modal Rakyat bekerja sama dengan platform fintech lainnya, yang memiliki pendekatan B2B2B atau B2B2C. Seperti, Fazzcard, Payfazz Master Agen dan Rata.

Dihindari:

Ada pun Hendoko juga mengungkapkan beberapa permasalahan yang kerap dialami UMKM, saat ingin atau sedang memiliki pinjaman di Modal Rakyat. Menurutnya, hal-hal tersebut dapat dihindari sebelum mengajukan pinjaman.

  • Pertama, tidak melengkapi syarat-syarat administrasi.

Hendoko mengaku, permasalahan yang sering ditemui adalah UMKM calon peminjam belum memiliki izin usaha yang lengkap, bahkan tidak ada sama sekali. Di antaranya bahkan belum memiliki NPWP. Biasanya, pihak Modal Rakyat akan memberikan edukasi kepada mereka.

Meski begitu, pihak Modal Rakyat akan tetap menyalurkan pinjaman, jika memiliki data digital calon peminjam. Misalnya, pernah atau sedang aktif menggunakan aplikasi partner Modal Rakyat, selama paling tidak enam bulan.

“Walau belum punya izin usaha, kalau ada data dari partner, sebut saja misalnya Payfazz, biasanya akan kami toleransi. Kami akan longgarkan syarat penyaringan dan tetap bisa cairkan kreditnya,” kata Hendoko.

  • Kedua, enggan melanjutkan cicilan.

Menurut Hendoko, terkadang terdapat pelaku UMKM yang cepat menyerah. Ketika usahanya memiliki permasalahan, mereka kerap kali enggan melanjutkan usahanya. Dampaknya, mereka juga enggan melanjutnya cicilan.

“Ini yang tidak boleh, karena menyangkut trust level atau tingkat kepercayaan. Perlu diketahui, bahwa dana yang mereka pinjam itu berasal dari pendana. Sebenarnya, dalam melanjutkan usaha, jatuh bangun adalah bagian dari proses,” ungkap Hendoko.

Langkah-langkah Cairkan Pinjaman

Setelah mengetahui serangkaian informasi terkait latar belakang fintech, persyaratan, hingga hal-hal lain yang penting untuk diketahui, pastikan pelaku UMKM benar-benar yakin sebelum mengajukan pinjaman.

Setelah yakin, berikut beberapa langkah yang harus ditempuh pelaku UMKM, sebelum mendapatkan pinjaman modal dari Modal Rakyat.

  • Pertama, daftar sebagai peminjam dana di laman resmi Modal Rakyat, pada tautan berikut: https://www.modalrakyat.id.
  • Berikutnya, pilih opsi Ajukan Pinjaman.

Jenis Modal Rakyat

  • Lalu, Anda akan diminta mengisi data diri. Setelahnya, akan ada permintaan verifikasi lewat nomor telepon yang didaftarkan.

daftar pinjaman

  • Kedua, setelah akun terdaftar dan terverifikasi, pelaku UMKM dapat langsung mengajukan pinjaman di Modal Rakyat.

Proses pengajuan pinjaman sendiri dilakukan sepenuhnya online. Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pengajuan juga hanya berkisar 15 menit.

  • Ketiga, tunggu persetujuan dari pihak Modal Rakyat.

Pada tahap ini, pihak Modal Rakyat akan melakukan proses survei, analisis dan penentuan tingkat risiko atau bunga pinjaman. Waktu yang diperlukan selesai maksimal dalam lima hari kerja.

  • Keempat, pihak Modal Rakyat akan menggalang dana di situsnya. Baru setelahnya, pendana akan memberikan pinjaman.
  • Kelima, setelah penggalangan dana berhasil terkumpul sesuai dengan permintaan peminjam, dana dapat dicairkan ke rekening peminjam.
  • Terakhir, peminjam dapat mulai mencicil pengembalian pinjaman. Pastikan kembalikan pinjaman sebelum atau saat jatuh tempo.