Ruined King dan Conv/rgence Adalah Dua Game Pertama di Dunia League of Legends

Sama seperti Dota 2, League of Legends (LoL) dengan segudang hero-nya memiliki lore yang kompleks. Satu dekade sudah LoL jalani, dan Riot Games menilai kini sudah saatnya mereka memperluas lore LoL melalui sejumlah game di luar LoL itu sendiri. Buah inisiatif mereka adalah Riot Forge, publishing label baru yang diresmikan belum lama ini.

Di acara The Game Awards 2019, Riot Forge akhirnya mengungkap dua game pertama yang akan mereka terbitkan, yakni Ruined King dan Conv/rgence. Meski sama-sama mengusung embel-embel “A League of Legends Story” pada judulnya, kedua game ini digarap oleh developer yang berbeda.

Ruined King dikerjakan oleh Airship Syndicate, studio yang didirikan empat tahun silam oleh empat veteran asal Vigil Games, dan yang baru-baru ini menggarap Darksiders Genesis. Vigil Games sendiri merupakan pencipta seri Darksiders, akan tetapi Ruined King rupanya tidak akan menawarkan gameplay hack-and-slash, melainkan masuk kategori RPG dengan sistem turn-based.

Kalau melihat teaser trailer-nya, Ruined King yang menitikberatkan pada aspek narasi ini bakal mengambil Bilgewater sebagai setting lokasinya, namun area mistis Shadow Isles pun juga akan ikut dilibatkan. Jadwal rilisnya belum ditetapkan, namun Riot Forge memastikan game ini akan tersedia di PC sekaligus console.

Conv/rgence / Riot Forge
Conv/rgence / Riot Forge

Untuk Conv/rgence, developer yang bertanggung jawab adalah Double Stallion Games, pencipta game Speed Brawl dan OK, K.O.! versi mobile, yang keduanya sama-sama sarat nuansa kartun. Conv/rgence sendiri juga bakal mengadopsi art style 2D kalau melihat teaser trailer-nya.

Dalam Conv/rgence, pemain bakal menjalankan Ekko, champion yang deretan skill-nya berkenaan dengan waktu, dan yang digambarkan dalam game ini sebagai pemuda jenius dengan gadget canggih untuk memanipulasi waktu. Setting lokasi yang diambil sendiri juga ada dua, yaitu Zaun dan Piltover.

Pemilihan Ekko sebagai lakon menurut saya cukup rasional, apalagi mengingat Conv/rgence bakal masuk dalam kategori action-platformer. Saya bisa membayangkan Ekko memanfaatkan kemampuannya memanipulasi waktu selagi melompat dari satu titik ke yang lain, terdengar seru sekaligus menantang.

Seperti halnya Ruined King, Conv/rgence belum memiliki jadwal rilis. Juga sama adalah ketersediaannya di PC sekaligus console.

Sumber: Riot Games via VentureBeat 1, 2.

Sony Umumkan Tanggal Peluncuran Shadow of the Beast di Indonesia

Nama Shadow of the Beast tertimbun oleh game-game populer baru meskipun faktanya ia merupakan salah satu franchise klasik. Awalnya dirilis buat Commodore Amiga di tahun 1989, Shadow of the Beast turut di-port ke platform lain. Permainan diikuti oleh dua sekuel, dirilis tahun 1990 dan 1992. Dan kabarnya, versi barunya akan tersedia eksklusif di console current-gen Sony.

Sony Interactive Entertainment menyingkap sebuah kejutan untuk pemilik PlayStation 4 di Indonesia. Mereka mengumumkan agenda peluncuran remake Shadow of the Beast, yang ternyata akan dilangsungkan tidak lama lagi. Bulan Mei memang dipenuhi pelepasan judul-judul menarik (Battleborn, Uncharted 4, Doom), tapi Shadow of the Beast dijajakan di harga yang bersahabat bagi isi dompet.

Shadow of the Beast 02
Parallax scrolling kembali hadir di versi baru ini.

Sebagai remake, Shadow of the Beast versi baru akan menceritakan kembali petualangan Aarbron. Sewaktu kecil, ia diculik, tubuhnya dirusak oleh sihir dan dijadikan pelayan oleh penguasa jahat bernama Maletoth. Hingga hari ini, belum ada detail lain mengenai sang tokoh antagonis, dan apakah Shadow of the Beast mengusung narasi yang sama seperti sebelumnya.

Developer Heavy Spectrum Entertainment Labs bertanggung jawab dalam pengembangannya, menggantikan Reflections Interactive. Gameplay mengombinasikan formula action dan platforming. Sejumlah komponen klasik yang ada di pendahulunya turut dihadirkan lagi di varian anyar itu; misalnya health bar tradisional, sistem combo, dikombinasi quick-time event.

Shadow of the Beast 03
Gameplay Shadow of the Beast baru tampak familier.

Di E3 2015, Matt Birch selaku CEO Heavy Spectrum Entertainment sempat bilang bahwa Shadow of the Beast akan menyuguhkan pertempuran ‘brutal’. Komponen-komponen esensial lain contohnya art direction dan musik tak lupa dibubuhkan di sana. Developer menggaet komposer asli Shadow of the Beast David Whittaker dan kembali menyajikan parallax scrolling. Upaya itu katanya dilakukan ‘demi memastikan gamer tidak kecewa’.

“Jelajahi Karamoon, sebuah dunia yang cantik, brutal dan penuh dengan misteri, dalam perjalanan tunggal menggulingkan Maletoth sang tiran jahat,” tulis Sony Sony Computer Entertainment Hong Kong Limited di press release. “Rasakan pertempuran epik melawan bos dan hadapi gerombolan lawan dalam aksi penuh adrenalin. Kembangkan kemampuan lewat skill point, dan buka gerakan-gerakan brutal baru.”

Shadow of the Beast edisi standar rencananya akan dirilis pada hari tanggal 17 Mei 2016. Sony menyediakan versi digital serta Blu-ray, keduanya dijajakan seharga Rp 300 ribu.

Cuma Butuh 40 Menit Bagi Game Yooka-Laylee Untuk Raih Target Kickstarter

Jika pernah menikmati Banjo-Kazooie, saya berani jamin Anda memiliki masa kecil (atau masa muda) yang menyenangkan. Dibuat oleh studio di belakang Donkey Kong Country 2 asal Inggris, Rare, game itu meraih banyak pujian dan sukses secara komersil. Namun 15 tahun setelah sekuelnya dilepas, kabar mengenai kelanjutan seri tersebut tidak pernah terdengar lagi. Continue reading Cuma Butuh 40 Menit Bagi Game Yooka-Laylee Untuk Raih Target Kickstarter

Ini 5 Game Terbaik 2015 Yang Bisa Segera Anda Mainkan

Terkadang hype besar bukanlah hal baik buat konsumen. Ia mengaburkan penilaian, memancing kita untuk melakukan pre-order. Kwartal satu 2015 membuktikan bahwa gembar-gembor besar-besaran terkadang jadi mengecewakan. Lihat saja nasib Dying Light dan The Order: 1886, mereka membuat kita jadi skeptis pada permainan blockbuster yang segera menyusul. Continue reading Ini 5 Game Terbaik 2015 Yang Bisa Segera Anda Mainkan

Game Castle in the Darkness Suguhkan Aksi Cepat Bergaya Retro

Walaupun kini teknologi engine dan visual berada dalam laju perkembangan paling cepat, tak berarti sudah tidak ada ruang lagi bagi game bergrafis ‘klasik’. Buktinya banyak permainan revolusioner disajikan melalui metode tradisional – Braid, Terraria, hingga Rayman Origins. Teknik ini biasanya digunakan oleh developer indie dalam menggarap karya mereka. Continue reading Game Castle in the Darkness Suguhkan Aksi Cepat Bergaya Retro