Honor Umumkan Smartphone 5G, Honor Play 4 dan versi Pro-nya dengan Kirin 990

Honor telah meluncurkan dua smartphone 5G terbaru mereka, Honor Play 4 dan Honor Play 4 Pro. Meski bersaudara, spesifikasi kedua perangkat ini nyatanya sangat berbeda.

Mulai dari Honor Play 4 Pro, smartphone Android 10 dengan Magic UI 3.1 ini mengemas layar IPS 6,57 inci beresolusi 1080×2400 piksel dalam rasio 20:9. Punya dual punch hole di pojok kiri atas guna menampung kamera depan 32MP f/2.0 dan 8MP dengan lensa ultra wide.

honor-umumkan-smartphone-5g-honor-play-4-dan-versi-pro-nya-dengan-kirin-990-2

Balik ke belakang, Honor Play 4 Pro ini hanya punya dibekali konfigurasi dual camera. Namun cukup istimewa, sebab kamera utamanya yang beresolusi 40MP f/1.8 dengan filter RYYB ini menggunakan sensor Sony IMX600 1/1.7 inci.

Honor mengklaim, sensor ini sanggup menangkap 40 persen lebih banyak cahaya daripada sensor tradisional dan mendukung ISO tinggi hingga 204.800. Sementara, kamera sekundernya 8MP f/2.4 dengan lensa telephoto 80mm, dilengkapi dengan laser AF dan OIS yang menyuguhkan kemampuan memperbesar gambar 3x optical zoom, 5x hybrid zoom, dan hingga 30x digital zoom.

Jeroannya mengandalkan chipset Kirin 990 versi 7nm dengan modem 5G eksternal, berpadu RAM 8GB dan penyimpanan internal 128GB. Kapasitas baterainya 4.200 mAh dengan fast charging 40W yang sanggup mengisi daya sebanyak 70 persen dalam waktu 30 menit.

honor-umumkan-smartphone-5g-honor-play-4-dan-versi-pro-nya-dengan-kirin-990-5

Beralih ke Honor Play 4, ukuran layarnya sedikit lebih besar yaitu 6,81 inci. Dengan panel IPS beresolusi 1080×2400 piksel dalam rasio 20:9. Di pojok kiri atas terdapat lubang kamera depan 16MP.

Ke belakang, terdapat empat unit kamera dengan kamera utama 64MP f/1.9 dengan sensor berukuran 1/1.72 inci. Dengan teknologi pixel binning, hasil foto optimalnya adalah 16MP dengan piksel 1.6µm atau 64MP 0.8µm. Kamera utama 64MP tersebut ditemani kamera sekunder 8MP f/2.2 dengan lensa ultra wide. Sisanya masing-masing 2MP f/2.4 dengan lensa macro dan sebagai depth sensor.

Untuk dapur pacunya, Honor Play 4 ditenagai oleh chipset MediaTek Dimensity 800 yang juga dibangun pada proses manufaktur 7nm dengan modem 5G terintegrasi. Didukung RAM 8GB, penyimpanan internal 128GB, dan baterai berkapasitas 4.300 mAh dengan fast charging 22.5W.

Mengenai harganya, Honor Play 4 Pro dibanderol dengan harga CNY 2.900 atau sekitar Rp5,7 juta. Sedangkan, Honor Play 4 CNY 2.000 atau Rp3,9 jutaan. Keduanya tersedia dalam pilihan warna biru dan hitam.

Sumber: GSMArena

Nubia Play 5G Adalah Smartphone Gaming Kelas Menengah dengan Layar 144Hz

Nubia cukup dikenal dengan smartphone gaming flagship Red Magic series-nya, tetapi mereka juga coba menawarkan smartphone spesialis untuk bermain game di kelas menengah. Adalah Nubia Play 5G yang baru saja diumumkan di China.

Smartphone ini mengusung panel AMOLED dengan refresh rate 144Hz yang sama seperti Red Magic 5G. Dengan touch sampling rate 240Hz yang memastikan setiap input pengguna dibaca sistem secara cepat dan akurat.

Layar 6,65 incinya beresolusi 1080×2340 piksel dalam rasio 19.5:9, bebas notch maupun punch hole dengan bezel klasik di atas dan bawah layar. Pada sisi samping kanannya terdapat sepasang tombol kapasitif di ujung atas dan bawah sebagai tambahan kontrol saat bermain game.

Beralih ke belakang, terdapat empat unit kamera. Kamera utamanya menggunakan sensor Sony IMX582 48MP, bersama kamera 8MP dengan lensa ultra wide, sisanya masing-masing 2MP dengan lensa macro dan sebagai depth sensor.

Nubia-Play-5G

Dapur pacunya mengandalkan chipset Qualcomm Snapdragon 765G, termasuk di dalamnya modem X52 yang mendukung jaringan 5G. Ditopang besaran RAM 6GB atau 8GB dengan penyimpanan internal 128GB atau 256GB.

Selain itu, smartphone Android 10 dengan nubia UI 8.0 ini memiliki baterai berkapasitas 5.100 mAh dengan fast charging 30W. Untuk harganya, Nubia Play 5G yang tersedia dalam warna black, blue, dan white ini dibanderol dengan harga CNY 2.400 untuk varian dasar dengan konfigurasi RAM dan memori internal 6/128GB, CNY 2.700 untuk 8/128GB, dan CNY 3.000 untuk versi tertinggi dengan 8/256GB.

Sumber: GSMArena

HTC Perkenalkan 3 Varian Baru Headset VR Vive Cosmos

Dirilis di bulan Oktober 2019, Vive Cosmos merupakan pembaruan dari versi orisinal head-mounted display HTC. Perangkat ini menawarkan resolusi lebih tinggi dan menjanjikan efek screen-door yang minimal. Beberapa aspek di sana memang tidak berubah, misalnya pemanfaatan refresh rate 90Hz dan sudut pandang 110-derajat. Keunikan lain Cosmos dibanding Vive standar adalah, headset tak memerlukan base station agar bisa bekerja.

Minggu ini, HTC memperkenalkan tiga varian baru Vive Cosmos, terdiri dari Play, XR dan Elite. Pengembangan tiga model anyar ini merupakan upaya mengekspansi konsep Cosmos yang difokuskan pada fleksibilitas pemakaian. Mereka semua mengusung konsep modular, memungkinkan pengguna melepas bagian faceplate (pelat di sisi depan), membubuhkan adaptor wireless, serta membuka kesempatan untuk melakukan upgrade di masa depan.

CEO HTC Yves Maître menjelaskan bahwa mereka sengaja menyediakan pilihan-pilihan ini untuk memenuhi kebutuhan konsumen berbeda – dari mulai pengguna awam yang mulai tertarik dengan VR hingga user kelas bisnis. Apapun versi yang dipilih, tidak ada kompromi terhadap kemampuan headset dalam menyajikan konten, kenyamanan, serta build quality. Menariknya lagi, Vive Cosmos baru tak hanya difokuskan pada VR, tetapi juga cross reality (XR) secara umum.

Cosmos 1

Play ialah model entry-level, opsi paling terjangkau di antara empat tipe Vive Cosmos. Headset dilengkapi empat kamera untuk menunjang sistem pelacakan inside-out (Cosmos standar punya enam kamera), kembali mengusung desain flip-up (jadi mudah dikenakan sendiri), dan memanfaatkan panel LCD jenis baru dengan pixel yang lebih padat serta menyuguhkan resolusi total 2880x1700p. Setup layar ini diterapkan ke seluruh versi Cosmos.

Cosmos XR

Elite ialah headset Cosmos paling high-end – tampaknya disiapkan buat menyaingi Valve Index. Varian ini dibundel secara lengkap: ditunjang External Tracking Faceplate, dua unit SteamVR base station dan sepasang Vive controller. Ia juga mendukung Vive Tracker serta Wireless Adapter sehingga pengalaman menikmati konten VR tak lagi terikat di satu tempat. HTC menyampaikan, Cosmos Elite dirancang untuk menangani game-game yang menuntut keakuratan seperti Pistol Whip dan Superhot.

Sedikit berbeda dari saudara-saudaranya, perancangan Cosmos XR lebih diarahkan ke segmen mixed reality, ala Microsoft HoloLens. Berbekal dua kamera pass-through, XR bisa berperan jadi perangkat VR dengan field-of-view 100-derajat serta mampu mengintegrasikan konten virtual dan dunia nyata (via Vive Sync). XR rencananya akan mulai didistribusikan di kuartal dua 2020 sebagai developer kit. HTC berjanji buat menyingkap detail lebih jauh mengenai XR di ajang GDC tahun ini.

Di antara tiga headset baru tersebut, Cosmos Elite dijadwalkan buat meluncur lebih dulu di triwulan pertama 2020, dijajakan seharga US$ 900. External Tracking Faceplate akan dijual secara terpisah mulai kuartal kedua nanti, dibanderol US$ 200. Aksesori ini kompatibel dengan Vive Cosmos (US$ 700) serta Cosmos Play.

Via Eurogamer.

[Speed Review] Black Shark 2 Pro; Smartphone Gaming yang Layak Ditunggu

Belakangan pasar smartphone Indonesia dibanjiri dengan banyak device kelas menengah. Mereka menawarkan kinerja yang sebenarnya sudah cukup baik dalam menangani beragam kebutuhan standar sehari-hari dengan harga lebih hemat.

Namun beberapa kalangan punya kebutuhan spesifik yang menuntut hardware dengan spesifikasi terbaik saat ini, misalnya bermain game kompetitif. Sayangnya, hanya ada sedikit pilihan smartphone flagship yang tersedia dan harganya tergolong mahal.

Bagaimana bila akan datang sebuah smartphone yang memang dirancang untuk bermain game, ditenagai dengan chipset paling gahar saat ini, dan kemungkinan harganya di bawah Rp10 juta? Ya, Black Shark 2 Pro lah yang sedang kita nantikan.

Setelah pada awal bulan September lalu dirilis di Malaysia, smartphone gaming keempat Black Shark tersebut juga seharusnya sudah dekat di Indonesia. Namun belum ada kepastian kapan, tapi Black Shark 2 Pro kini sudah mampir lebih awal di Dailysocial dan berikut review singkatnya setelah mencoba sekitar dua minggu.

Desain Black Shark 2 Pro

Berlabel ‘smartphone gaming‘, Black Shark 2 Pro memiliki konsep desain yang tidak biasa. Body-nya dirancang seergonomis mungkin dengan konstruksi yang solid dari material premium, yakni frosted metal dan glass.

Desain beraninya ini terinspirasi dari supercar formula one (F1). Kelihatannya memang cukup kompleks, sudut dan bagian sampingnya agak membulat, dan sedikit menonjol di tengah.

Saat memegangnya dalam posisi landscape seolah jemari kita ditopang olehnya. Terasa sangat grippy, desain sedemikian rupa ini dibuat untuk kenyamanan bermain game dalam durasi waktu lama.

Unit Black Shark 2 Pro yang saya review berwarna iceberg grey yang justru menyuguhkan kesan futuristis. Saya membayangkan ‘pesawat luar angkasa masa depan seperti di film-film sci-fi’, begitulah gambaran yang saya dapat.

Selain desain yang ergonomis, Black Shark 2 Pro juga dilengkapi lima buah LED RGB yang menambah kental nuansa gaming-nya. Ada tiga di belakang meliputi logo S yang terlihat mencolok, diapit oleh Shark Eyes atas bawah. Sisanya berada di sisi samping kanan dan kiri dengan bentuk memanjang.

Ada opsi khusus di pengaturan untuk menyesuaikan pola dan warna dari LED RGB ini. Untuk yang dibelakang tersedia tiga lighting effect mode, yaitu always on, breathing, dan rainbow.

Yang unik justru LED RGB yang berada di sisi samping, sebab fungsinya beragam termasuk sebagai LED notification dan memiliki pilihan sepuluh lighting effect mode.

Untuk kelengkapan atributnya, di sisi kanan ditemui tombol switch khusus untuk ke mode gaming; Shark Space dan tombol power di bawahnya. Sedangkan, tombol volume berada di sisi kiri. Sisi atas kosong, port USB Type-C dan SIM Tray ada di sisi bawah.

Tidak ada jack audio 3.5mm, sebagai gantinya Black Shark menyisipkan earphone dengan colokan Type-C dan adaptor Type-C ke 3.5mm. Video unboxing-nya bisa Anda saksikan di bawah ini.

Layar AMOLED

PSX_20191015_085046

Beralih ke bagian layar, Black Shark 2 Pro menggunakan panel AMOLED, lengkap dengan beberapa teknologi seperti TrueView Display technology dengan image DSP independen dari Pixelworks dan hardware DC Dimming 2.0.

True View mode dan DC Dimming bisa ditemukan di Setting > Display > Color. True View mode berguna untuk menghasilkan warna yang lebih akurat, meningkatkan ketajaman, dan membuat pergerakan terlihat lebih mulus. Sementara, DC Dimming berguna untuk mengurangi efek flicker saat menggunakan tingkat kecerahan rendah.

Beberapa opsi lain yang tersedia antara lain cinema mode, natural mode, eye care mode, video HDR mode, dan super cinema mode. Layarnya sendiri berukuran 6,39 inci beresolusi Full HD+ dalam rasio 19.5:9 dan punya dukungan DCI-P3 dengan color gamut sebesar 108,9 persen.

Sistem Kontrol

PSX_20191015_085601

Masih berhubungan dengan layarnya, Black Shark 2 Pro diklaim memiliki respon terhadap sentuhan layar dengan latensi terendah di dunia. Report rate sentuhannya 240Hz sehingga menghasilkan response time 34,7 ms dan punya tingkat akurasi layar sentuh 0,3 mm. Ditambah lagi fitur Master Touch, di mana kepekaan layar terhadap sentuhan bisa disesuaikan.

Selain itu, dalam paket penjualannya Black Shark menyematkan Gamepad versi 2.0 sebelah kiri yang terdiri dari tombol analog fisik, empat tombol arah yang bisa disesuaikan fungsinya, satu tombol untuk key mapping, dan dua tombol LT dan LB di sisi atas. Sementara, di sisi bawah ada tombol quick connect dan port USB Type-C. Black Shark juga menyediakan Gamepad 2.0 sebelah kanan, untuk memasangnya kita akan membutuhkan case khusus.

Hardware & Performa

Saat tulisan ini dibuat, masih belum ada smartphone yang ditenagai dengan chipset Snapdragon 855+ di Indonesia. Tercatat hanya ada satu smartphone yang menjajakan Snapdragon 855 versi standar yaitu OPPO Reno 10x Zoom yang saat dirilis dibanderol Rp13 juta.

Tentu saja, kehadiran Black Shark 2 Pro sangat ditunggu-tunggu. Sebab mungkin akan menjadi smartphone pertama dengan Snapdragon 855+ yang dirilis di Indonesia dan ada kemungkinan harganya di bawah Rp10 juta (setidaknya untuk varian dasarnya).

Snapdragon 855+ sendiri merupakan chipset Qualcomm paling canggih saat ini. Dibanding dengan Snapdragon 855 versi standar, versi ‘plus’-nya ini diciptakan untuk mobile gaming. Dengan kecepatan clock CPU hingga 2.96GHz (sedikit lebih cepat) dan kemampuan GPU Adreno 640 pada Snapdragon 855+ meningkat sebesar 15 persen.

Chipset Snapdragon 855+ tentunya bukan satu-satunya penompang kinerja Black Shark 2 Pro, smartphone gaming ini menggunakan media penyimpanan UFS 3.0 yang secara signifikan lebih cepat dari UFS2.1 dan membuat kecepatan transmisi data meningkat sebesar 82 persen. Kapasitasnya tersedia dalam pilihan 128GB atau 256GB tanpa slot microSD, dengan RAM sebesar 8GB atau 12GB.

Selain itu, fitur kunci lainnya pada Black Shark 2 Pro ialah teknologi sistem pendingin Liquid Cooling 3.0+ yang diklaim mampu meredam suhu panas smartphone hingga 14 derajat celcius. Sehingga memungkinkan Snapdragon 855+ bekerja maksimal secara terus-menerus tanpa terjadinya overheat.

Verdict

PSX_20191015_085652

Black Shark 2 Pro sangat layak untuk ditunggu dan jelas akan menjadi smartphone idaman bagi para hardcore mobile gamer atau mereka yang bermain game-game kompetitif. Dengan kombinasi desain unik yang ergonomis, layar responsif, sistem kontrol yang unggul, dan jaminan performa Snapdragon 855+. Yang pasti smartphone gaming ini tidak mudah diabaikan begitu saja.

Meskipun dibekali segudang fitur gaming, Black Shark 2 Pro juga tetap ideal bagi yang butuh smartphone dengan performa kencang untuk menopang produktivitas. Contohnya buat para fotografer, saya sendiri punya ratusan foto dalam format Raw yang menanti untuk diedit dan nggak punya cukup waktu untuk mengedit di laptop – makanya saya alihkan ke smartphone.

Semoga saja, Black Shark 2 Pro segera meluncur ke Tanah Air dengan harga yang tak jauh berbeda seperti di Malaysia yakni RM 2.499 atau sekitar Rp8,4 juta untuk varian RAM 8GB dan storage 128GB. Serta, RM 2.999 atau Rp10 jutaan untuk varian RAM 12GB dan storage 256GB.

Sparks

  • Desain unik yang ergonomis
  • Panel AMOLED dengan respon terhadap sentuhan layar paling cepat
  • Sistem kontrol yang unggul dengan dukungan aksesori gamepad
  • Chipset Qualcomm tercanggih saat ini;Snapdragon 855+

Slacks

  • Layarnya hanya mendukung frame rate hingga 60 fps
  • Tanpa jack audio 3.5mm
  • Tanpa slot microSD
  • Belum ada kepastian kapan masuk Indonesia

Google Sedang Uji Coba Layanan Premium Berlangganan Play Pass

Kita telah tiba di suatu masa ketika publisher tak lagi menyajikan permainan video sebagai produk, melainkan jasa. Pendekatan game as a service ini memberikan dampak positif baik bagi semua pihak: developer bisa terus memperkaya konten dan membuat gamer betah menikmatinya. Dan belum lama, kita sudah menyaksikan inkarnasi terkini dari konsep tersebut, contohnya Google Stadia dan Apple Arcade.

Pengungkapan resmi Stadia di GDC 2019 menandai sebuah babak baru di industri game. Ada dugaan kuat hal ini pula yang mendorong perusahaan console tradisional seperti Sony menggandeng Microsoft demi menyongsong era cloud gaming. Namun sang raksasa internet Google masih belum selesai melebarkan sayapnya. Kali ini, layanan barunya disiapkan untuk menyambut kehadiran Apple Arcade.

Mungkin Anda sudah mendengar soal pengembangan layanan berbayar Google Play sejak tahun lalu. Namun kini, Android Police mendapatkan bukti berupa sejumlah screenshot yang memperlihatkan bahwa perusahaan sudah mulai melakukan pengujian. Dengan menjadi pelanggan layanan bernama Play Pass tersebut, kita diperkenankan buat mengakses seluruh konten (baik game maupun aplikasi) di Google Play tanpa restriksi.

Di bagian deskripsi, Google menjelaskan bagaimana Play Pass siap menyuguhkan penggunanya katalog terkurasi, dari mulai permainan puzzle, software fitness tracking sampai app musik premium. Di sana, Anda tidak perlu lagi melakukan transaksi in-app untuk menggunakan fitur-fitur sebuah app secara lengkap, kemudian Anda tak lagi disodorkan iklan. Penyajian Play Pass juga diklaim ‘bebas komitmen’. Kita dapat berhenti berlangganan kapan saja.

Seperti yang bisa Anda lihat, satu keunggulan utama Play Pass dibanding Apple Arcade ialah layanan premium ini tak hanya difokuskan pada game. Meski demikian, permainan tetap menjadi atraksi utamanya. Di sejumlah screenshot, saya melihat kehadiran dari Stardew Valley, Marvel Pinball dan Limbo. Google menjanjikan ratusan aplikasi yang sudah ter-unlock. Kita cuma perlu melakukan satu kali transaksi per bulan.

Dan demi mempermanis tawaran mereka, Google sudah menyiapkan beberapa pilihan, misalnya opsi untuk keluarga dan masa trial gratis selama 10 hari. Di periode uji coba ini, keanggotaan Google Play Pass dijajakan seharga US$ 5 per bulan, walaupun ada kemungkinan developer akan mengubah biayanya ketika layanan tersedia luas nanti.

Pengujian Play Pass sudah dikonfirmasi oleh juru bicara Google pada pihak Android Police. Yang sekarang belum diketahui adalah kapan layanan tersebut dapat dinikmati oleh lebih banyak orang. Apakah ia akan datang lebih dulu atau malah setelah Apple Arcade mendarat di musim gugur nanti?

Bosan Dengan DualShock? Sony Singkap 3 Controller PlayStation 4 Alternatif Berlisensi Resmi

Awalnya disediakan sebagai periferal kendali sekunder untuk PlayStation, DualShock kini menjadi bagian dari identitas console Sony itu, karena pertama kalinya menawarkan sensasi getar pada gamer PlayStation. DualShock sudah mengalami tiga kali evolusi, dan di era console kedelapan, Sony juga telah memperluas pilihan gamepad melalui produk-produk berlisensi resmi.

Jika Anda bosan dengan penampilan DualShock 4 yang begitu-begitu saja, minggu ini, sang produsen mengumumkan tiga varian controller alternatif untuk PlayStation 4 garapan Nacon, @Play dan Hori. Nacon sebelumnya sempat berkolaborasi bersama Sony dalam menyajikan gamepad kelas pro tahun lalu, dan perangkat pendukung eSport serupa juga dihadirkan oleh Razer.

Nacon Wired Compact Controller

Sesuai namanya, ‘compact controller‘ Nacon didesain untuk mereka yang memiliki tangan berukuran kecil. Gamepad ini mengadopsi sejumlah elemen Evolution Pro Controller, dibekali touchpad yang mudah dijangkau jari, port audio stereo, motor penggetar, serta mempunyai lampu LED indikator buat menampilkan info terkait game – misalnya tingkat health karakter Anda. Ia tersambung ke PlayStation 4 via kabel sepanjang 3-meter.

PS4 Licensed Controller 4

 

Nacon menyiapkan tak kurang dari lima pilihan warna: hitam, biru, jingga, abu-abu, serta merah. Selain itu, ada juga varian transparan dengan ekstra LED (merah, biru dan hijau) di dalam. Nacon Wired Compact Controller rencananya akan mulai dipasarkan di bulan November.

PS4 Licensed Controller 3

 

@Play Wired Compact Controller

@Play adalah salah satu nama produsen periferal populer di kalangan console gamer. Mereka terkenal akan produk-produk simpel namun nyaman digunakan. Controller baru buat PlayStation 4 ini menyuguhkan segala hal esensial untuk gamer, termasuk audio jack, touchpad serta motor vibrasi. Seperti punya Nacon, ‘Compact Controller’ @Play memanfaatkan koneksi kabel.

PS4 Licensed Controller 2

Penampilannya sederhana dan desainnya tampak lebih ergonomis dibanding DualShock 4 standar. Produsen menghidangkan empat pilihan warna, yaitu abu-abu gelap, putih-hitam, biru-hitam, dan merah-hitam. Produk akan tersedia di bulan Desember nanti.

 

Hori Wired Mini Gamepad

Mini gamepad persembahan Hori ini sempurna jika Anda ingin menghadirkan sensasi ala Joy-Con di PlayStation 4. Wujudnya yang mungil pas di tangan para gamer muda, dapat jadi periferal ideal buat memperkenalkan menakjubkannya ekosistem gaming PlayStation pada buah hati Anda. Desain mini gamepad Hori terinspirasi dari controller retro, dengan tombol-tombol dan thumb stick yang gampang dijangkau. Ukuran touchpad-nya diperkecil namun tetap bisa mensimulasikan sensasi pemakaian touchpad standar. Dan seperti dua model di atas, gamepad terkoneksi ke console melalui kabel.

PS4 Licensed Controller 1

Hori Wired Mini Gamepad akan dijual mulai tanggal 6 November, tersedia dalam tiga opsi warna: biru, merah dan hitam.

Sumber: PlayStation.com.

A Game by TogeProductions – Infectonator 2, Illegally Ported

Infectonator 2, a game produced by Toge Productions, is reported “stolen” by someone irresponsible.The game which originated as flash-based game is ported as Android application and uploaded to Google Play by an account under the name Hasan Akyurek.

Other than Infectonator 2, some other games from other developers seem to experience the samething. Among them are Empire, Mafia, Farmer, Farmer Fever (all of them are the productions of GoodGames Studio) and Learn 2 Fly by Light Bringer.

From some of the comments on the application page of Infectonator 2 game on Google Play (link has been removed), they stated that the porting was bad. Users are trying to open the application several times but failed every time orloaded but only for half the screen. Of the displayed preview is also seen that there is a kind of cut-off-like blank screen. The commentators on average know about the original version of this game that is flash-based.

Through its blog post, Toge Productions stated disappointment and anger of the action of this Hasan Akyurek. This is understandable because the hard work of game developers in Toge Productions is not appreciated by this theft. Apart from material losses, Toge Productions also suffered not so little immaterial losses because at least it name is tarnished by the ugly porting of its game.

Continue reading A Game by TogeProductions – Infectonator 2, Illegally Ported