East Ventures Pimpin Pendanaan Pra-Awal Startup Web3 “Playground”

East Ventures dan Mirana Ventures memimpin pendanaan pra-awal Playground, platform Web3 gaming dan NFT asal Singapura. Putaran ini juga diikuti Arc Capital (private crypto fund yang terafiliasi dengan Pintu), James Z (Founder Jambo), Adam Levinson Murali Abburi, Benjamin Zhu, serta sejumlah eksekutif senior dari perusahaan blockchain ternama.

Managing Partner di East Ventures Koh Wai Kit mengatakan, “Kami mendukung founder terbaik dalam membangun bisnis jangka panjang. Kami harap dapat bermitra dengan tim Playground untuk membangun platform game dan entertainment generasi berikutnya bagi pengguna Web3.”

Playground didirikan untuk mengatasi kesenjangan informasi di era Web3. Pesatnya pertumbuhan proyek entertainment berbasis blockchain sering kali diikuti oleh informasi yang terfragmentasi, seperti subjektif, ketinggalan zaman, atau tidak dapat diandalkan. Hal tersebut dinilai menghalangi adopsi massal Web3, terutama di sektor hiburan.

Terlepas dari pengalamannya di blockchain, Founder & CEO Playground Clinton Teh mengaku mengalami kesulitan dalam melakukan proses penemuan, baik mencari memverifikasi, dan mengumpulkan informasi tentang game Web3 dan NFT dengan konsep kepemilikan digital dan desentralisasi ini. Maka itu, Playground dibangun sebagai one-stop platform yang akan menjembatani kesenjangan informasi bagi semua pengguna Web3 dengan fokus pada pengalaman dan legitimasi.

“Kami meyakini semua pengguna harus dapat merasakan pengalaman seamless dalam mempelajari proyek-proyeknya, dari mulai menerima informasi faktual hingga merasakan langsung game tertentu. Playground diposisikan secara unik untuk mengatasi masalah ini dengan pemahaman mendalam tim terhadap konten Web3 yang beragam dan dinamis. Visi kami adalah menjadi platform terpercaya untuk semua penemuan hiburan Web3,” tambah Clinton.

Playground didukung oleh founding team yang memiliki pengalaman luas di dunia Web2 dan Web3, karier di berbagai perusahaan teknologi terkemuka termasuk Binance, Classpass, dan Tencent, serta melibatkan decentralized autonomous organizations (DAO). Adapun, Clinton Teh sebelumnya memimpin sejumlah inisiatif strategis di Web3 dan NFT.

Nantinya, pengguna dapat menemukan berbagai proyek Web3 yang terpercaya secara interaktif, serta dapat mengikuti pembaruan dan pencapaian untuk proyek baru dan existing. Selain itu, pengguna dapat berinteraksi dan berbagai ide dengan ekosistem dan komunitas  di platform tersebut.

Pasar Web3

Web3 menjadi salah satu tren teknologi yang tengah diminati di Indonesia. Adopsinya terbilang masih dalam tahap awal mengingat sejumlah pemangku kepentingan masih mengeksplorasi use case yang tepat, terutama yang dapat diadopsi secara masif. 

Beberapa yang sudah proven di Indonesia di antaranya adalah kripto, NFT, dan Web3 gaming. Sebagai gambaran, Emergen Research melaporkan nilai pasar Web3 di global sebesar $3,2 miliar di 2021 dan diproyeksi menembus $81,5 miliar di 2030. 

Sebelumnya, venture capitalist Eddi Danusaputro sempat berujar bahwa Web3 punya potensi besar untuk dikembangkan. Hanya saja, use case Web3 belum banyak dan belum dapat menyelesaikan masalah keseharian, misalnya smart contract atau invoice financing dengan Blockchain.

“Sebetulnya, use case seperti smart contract ini sudah ada dikembangkan di Indonesia, tetapi traction-nya belum besar. No disrespect to NFT atau game, ini akan menjadi produk yang nice to have saja, belum untuk sehari-hari. Saya firm believer, saya sangat suka Blockchain, sayangnya use case belum banyak,” ujarnya baru-baru ini.

Dipermak, Aplikasi Google AR Sticker Berubah Nama Jadi Playground

Dalam gelaran Made by Google yang digelar kemarin, selain meluncurkan flagship teranyarnya, Google juga mengumumkan bahwa fitur AR Stickers-nya telah dipoles ulang dengan nama baru, menjadi Playground.

Berbarengan dengan pengumuman re-brand itu, Google juga akan merilis semua karakter baru seperti super hero dari Marvel’s Avengers (Iron Man dan Hulk) serta versi animasi dari persona Donald Glover, Childish Gambino.

Tapi, lebih dari sebatas penamaan ulang yang terkesan kecil, Playground juga memperkenalkan fitur-fitur baru yang tidak dijumpai di versi sebelumnya. Sesuatu yang baru yang akan mengubah suasan hati pengguna yang merasa kecewa.

Menurut rilis pers resminya, di dalam sederet kemampuan baru Playground, ada kemampuan menggunakan AI untuk merekomendasikan konten untuk mengekspresikan diri. Misalnya membuat foto dan video menjadi hidup dengan tambahan Playmoji. Nah, Playmoji ini termasuk salah satu yang baru. Ia adalah karakter yang bereaksi satu sama lain termasuk kepada pengguna saat berpose di dalam foto atau video. Playmoji memberikan tambahan elemen yang lebih kaya dengan menyisipkan teks seru atau stiker animasi. Selain itu, ada juga stiker tambahan empat paket stiker baru bernama Pets, Signs, Sports, dan Weather.

Tak hanya bekerja baik di kamera belakang Pixel 3, aplikasi Playground juga tersedia dalam mode selfie, memungkinkan semua pemilik perangkat Pixel 3 untuk berpose selfie bersama Iron Man atau Hulk. Di versi ini, stiker dibuat lebih nyata sehingga sulit dibedakan mana foto asli dan mana foto stiker.

Google mengatakan bahwa aplikasi Playground juga akan tersedia untuk pengguna Pixel dan Pixel 2, tetapi kapan tepatnya belum diketahui.

Developer Forza Horizon Gandeng Talenta di Belakang GTA V, Metal Gear dan Hellblade Buat Garap Game Open-World

Forza Motorsport ialah franchise yang Microsoft siapkan untuk berduel dengan seri Gran Turismo milik Sony Interactive Entertainment. Dan buat merangkul gamer pencinta balap secara lebih luas, sang publisher memperkenalkan Forza Horizon di tahun 2012 sebagai spin-off permainan ber-genre simulasi itu, mengandalkan gameplay yang lebih mudah dan pilihan kendaraan lebih banyak.

Tim Playground Games yang terdiri dari mantan staf Codemasters, Ubisoft, Criterion dan Slightly Mad Studios, dan Sony itu dipercaya Microsoft untuk menangani seri Horizon. Tapi meski mengemban tanggung jawab besar itu, Playground Games masih memegang status indepenen. Dan setelah menikmati kesuksesan Forza Horizon 3, mereka kabarnya siap menggarap permainan baru.

Di bulan Februari silam, Playground Games mengungkap rencana pembuatan studio kedua untuk mengembangkan game-game non-racing, dan akhirnya info terkait proyek tersebut pelan-pelan mulai terkuak. Via Games Industry, developer dilaporkan mulai menyewa para talenta berpengalaman yang pernah berpartisipasi dalam pengerjaan berbagai game blockbuster.

Individu pertama ada Will Kennedy, bergabung bersama Playground di bulan Juli 2017. Kennedy adalah chief designer di tim baru Playground Games, sudah pernah bekerja untuk Rockstar North selama delapan tahun. Ia memegang peranan penting dalam pengembangan Grand Theft Auto V sebagai game designer dan flow designer, sampai perancang misi di Grand Theft Auto Online.

Tak lama, Juan Fernandez di Simon menyusul. Pria ini ialah desainer senior di studio independen Ninja Theory, punya andil dalam terciptanya Hellblade: Senua’s Sacrifice. Sebelumnya, Simon menghabiskan tiga tahun bekerja untuk tim pembuat Rime, Tequila Works.

Anggota terbaru Playground Games adalah Sean Eyestone. Ia baru saja meninggalkan posisinya di EA DICE sebagai senior producer Star Wars Battlefront II. Dahulu, Eyestone juga sempat berkarier selama 10 tahun di Kojima Productions dan mengerjakan sejumlah permainan Metal Gear, termasuk Metal Gear Solid V: Ground Zeroes serta The Phantom Pain. Di Playground, ia terpilih jadi production director.

Studio kedua Playground Games akan didirikan di lahan seluas 1.600 meter persegi di St Albans House, Inggris. Tempat itu disiapkan untuk menjadi rumah bagi lebih dari 200 orang karyawan.

Belum ada detail lebih lanjut mengenai game yang akan digarap Playground, termasuk judul ataupun perkiraan waktu rilis. Studio hanya mendeskripsikannya sebagai permainan action role-playing berformula open-world.

Sumber: Games Industry.

Meeting Owl Adalah Conference Cam 360 Derajat dengan Kecanggihan Machine Learning

Tren kerja remote (tidak ngantor) setiap tahunnya terus bertumbuh. Alhasil, pasar gadget untuk kebutuhan video conferencing maupun conference calling dinilai semakin potensial, dan ini akhirnya juga membuka lahan inovasi baru buat kalangan startup.

Salah satu startup yang sedang mengincar peruntungan di segmen ini adalah Owl Labs, binaan inkubator sekaligus venture capital (VC) milik Andy Rubin, Playground – yang baru-baru ini mencuri perhatian publik lewat Essential Phone. Produk perdana mereka adalah Meeting Owl, sebuah kamera video conferencing yang dibekali kecanggihan machine learning.

Meeting Owl

Hardware-nya terbilang cukup menarik, dengan wujud mirip termos dan sepasang LED yang menyerupai mata seekor burung hantu. Tepat di paling atas adalah sebuah lensa fish-eye hasil rancangan Owl Labs sendiri yang memiliki sudut pandang seluas 360 derajat, sanggup menjangkau semua sudut di dalam ruangan tanpa mengandalkan teknik image stitching seperti kamera 360 derajat pada umumnya.

Menemani kamera berkualitas HD tersebut adalah delapan buah mikrofon beam-forming. Perangkat turut dibekali speaker terintegrasi, chipset Snapdragon 410 dan sistem operasi berbasis Android, sedangkan pengoperasiannya hanya mengandalkan sambungan USB ke monitor atau komputer.

Meeting Owl

Yang istimewa dari Owl adalah kemampuannya menyesuaikan fokus ke arah individu yang sedang berbicara secara otomatis di samping menyajikan tampilan panoramik dari semua orang yang berada di dalam ruangan. Kalau ternyata ada lebih dari satu orang yang berbicara dan posisinya tidak bersebelahan, Owl akan otomatis menyuguhkan tampilan split view.

Anda dapat menilai sendiri manfaat yang ditawarkan Owl selama video conference berlangsung dibanding webcam milik laptop standar lewat video di bawah ini.

Istimewanya lagi, Owl kompatibel dengan software video conferencing apapun, entah itu Skype, Google Hangouts, Zoom ataupun Slack. Seandainya pengguna ingin mengatur fokus pandangan kamera secara manual, mereka bisa melakukannya lewat aplikasi pendamping Owl di smartphone.

Meeting Owl saat ini sudah dipasarkan seharga $799. Ke depannya Owl berencana untuk menghadirkan fungsionalitas-fungsionalitas baru melalui software update, seperti misalnya untuk menjadikan Owl sebagai sensor yang dapat memberi tahu karyawan apakah ruang rapat sedang lowong atau tidak.

Sumber: The Verge.

Lighthouse Adalah Kamera Pengawas dengan Teknologi Sekelas Mobil Tanpa Sopir

Kamera pengawas yang dapat membedakan hewan peliharaan dari anak kecil maupun pencuri terdengar seperti properti dalam sebuah film sci-fi. Namun perkembangan teknologi computer vision yang begitu pesat sangat berpengaruh terhadap realisasi produk yang kita anggap fiktif itu tadi.

Buktinya adalah Lighthouse, sebuah kamera pengawas canggih dengan integrasi teknologi 3D sensing, deep learning sekaligus artificial intelligence (AI). Pengembangnya merupakan binaan Playground, sebuah inkubator teknologi yang didirikan oleh Andy Rubin setelah beliau meninggalkan Google. Siapa itu Andy Rubin? Anda pasti belum pernah membaca sejarah Android.

Lighthouse mengerti apa yang sedang dilihatnya dan mampu mengidentifikasi objek yang berbeda / Lighthouse AI
Lighthouse mengerti apa yang sedang dilihatnya dan mampu mengidentifikasi objek yang berbeda / Lighthouse AI

Kembali ke Lighthouse itu sendiri, perangkat ini bukan sembarang kamera pengawas berbekal konektivitas Wi-Fi. Ia sanggup mendeteksi objek yang sedang diawasinya secara akurat. Contoh yang paling gampang, ia tahu kalau yang sedang tidur-tiduran di depan pintu masuk rumah adalah anjing kesayangan Anda dan bukan putra bungsu Anda.

Kepintaran Lighthouse akan semakin terasa ketika Anda mencoba untuk memonitor hasil rekamannya. Di sini Anda bisa melontarkan pertanyaan sederhana seperti, “Siapa yang tadi pagi berdiri di pintu bersama anjing?”, atau yang lebih kompleks seperti, “Jam berapa anak-anak saya pulang hari Selasa lalu?”

Orang maupun hewan peliharaan yang Anda tanyakan akan di-highlight dalam warna biru dan kuning / Lighthouse AI
Orang maupun hewan peliharaan yang Anda tanyakan akan di-highlight dalam warna biru dan kuning / Lighthouse AI

Selanjutnya, Lighthouse akan memberikan jawaban dalam bentuk video dimana orang maupun hewan yang Anda tanyakan itu tadi telah di-highlight dalam warna yang berbeda. Semua ini disimpan dalam jaringan cloud dan dienkripsi, sehingga apapun yang terjadi Anda tetap punya arsip yang lengkap.

Anda bahkan bisa menginstruksikan Lighthouse untuk mengaktifkan fitur-fitur tertentu pada berbagai skenario. Contohnya, Anda bisa meminta Lighthouse untuk mengirim notifikasi ketika anak-anak Anda belum pulang lewat jam 4 sore.

Lighthouse menggunakan teknologi 'penglihatan' mirip seperti yang ada pada mobil tanpa sopir / Lighthouse AI
Lighthouse menggunakan teknologi ‘penglihatan’ mirip seperti yang ada pada mobil tanpa sopir / Lighthouse AI

Teknologi yang digunakan Lighthouse sejatinya mirip seperti teknologi yang digunakan pada mobil kemudi otomatis, dimana mobil dapat mengenali sekaligus membedakan objek di depan mereka dan bertindak menyesuaikan skenarionya. Pada kenyataannya, dua pendiri Lighthouse sebelumnya bisa dikatakan sebagai pionir pengembangan teknologi kemudi otomatis.

Saat ini Lighthouse masih dalam tahap akhir pengembangan sebelum siap dipasarkan mulai bulan September mendatang. Pengembangnya sudah menerima pre-order seharga $399 dengan bonus biaya berlangganan selama dua tahun, $499 selama empat tahun, dan $599 selama enam tahun. Setelahnya, Anda harus membayar biaya berlangganan sebesar $10 per bulan.

Sumber: Fast Company.

Infokost Kini Hadir di Kanal Playground Kaskus

Kolaborasi Infokost dan Kaskus / DailySocial

Kanal playground Kaskus kini memiliki anggota baru. Setelah Radio dan Groupee, Kaskus menambahkan kehadiran Infokost, hasil kolaborasinya dengan Infokost.id. Setiap pengunjung Kaskus bisa mengakses informasi pencarian tempat kost yang luas sejak 1 Desember lalu. Kanal Infokost di Kaskus juga menghadirkan fitur terbaru Infokost.id, yaitu pencarian kamar kost secara harian.

Continue reading Infokost Kini Hadir di Kanal Playground Kaskus

CompFest 2013 Hadir dengan Tema Besar “Facing National Development Towards Innovation and Collaboration”

Setelah melalui rangkaian acara roadshow dan kompetisi, CompFest 2013 sebagai acara tahunan yang digelar oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer (Fasilkom) Universitas Indonesia akan memasuki acara puncak. Bertempat di Balairung Universitas Indonesia Depok tanggal 21-22 September 2013 mendatang, CompFest 2013 menghadirkan tema besar “Facing National Development Towards Innovation and Collaboration”. Acara kali ini bertujuan untuk memacu dan meningkatkan kolaborasi antar akademisi, lembaga pemerintahan, perusahaan,startup,developer, dan komunitas agar mendapatkan hasil inovasi terbaik untuk kemajuan IT di Indonesia.

Continue reading CompFest 2013 Hadir dengan Tema Besar “Facing National Development Towards Innovation and Collaboration”