Hal-Hal yang Perlu Anda Ketahui Mengenai PlayStation Neo

Terlepas dari konfirmasi presiden Sony Interactive Entertainment Andrew House mengenai eksistensi dari Neo bulan Juni silam, ketidakhadirannya di E3 2016 membuat orang semakin penasaran, apalagi setelah mendengar kabar bahwa rencananya Neo akan diluncurkan tahun ini juga. Tapi meski belum resmi diumumkan, detail tentang hardware sudah mulai tersingkap melalui bocoran dan rumor.

Artikel ini berisi rangkuman dari beragam informasi terkait PlayStation Neo, diolah dari artikel Eurogamer – meliputi rincian soal hardware dan performa, fitur-fitur, sampai ekosistem permainan serta software. Silakan disimak:

Hardware

PlayStation baru ber-codename Neo itu diprediksi mengusung CPU AMD Jaguar delapan-core berkecepatan 2,1GHz (1,3 kali PlayStation 4), GPU AMD Graphics Core Next versi baru dengan 36 compute unit di 911MHz (2,3x FLOP), dan memori GDDR5 8GB 218GBps – bandwith 24 persen lebih tinggi plus 512MB memori lebih banyak. Lompatan kinerja tersebut Sony yakini lebih dari cukup untuk menyajikan ‘mode Neo’ sebagai aspek ‘paling menarik’ dari console baru itu.

Visual

Komponen yang lebih baru berpeluang memengaruhi aspek grafis dan performa game ketika dinikmati dari Neo. Beberapa judul mendukung output native 4K, dan terdapat pula fitur upscale ke UHD. Console juga bisa menyajikan video di 4K.

Meskipun Sony bersikeras supaya komponen baru tidak menyebabkan frame rate jadi meningkat, kita boleh menebak bahwa Neo mampu menyajikan grafis lebih baik dan frame rate lebih stabil. Kemudian sebagai bagian dari pedoman buat developer, 1080p merupakan tingkatan resolusi paling rendah.

Kompatibilitas

Neo kompatibel ke segala periferal PlayStation 4 standar, termasuk controller DualShock 4 dan PlayStation Camera.

Game dan konten

PlayStation 4 dan Neo memiliki library game serupa, jadi tidak ada judul, fitur ataupun DLC ‘eksklusif’ untuk Neo. Namun beberapa hal memang lebih canggih: misalnya jika ada permainan dengan mode multiplayer dua pemain split-screen, maka Neo dapat menopang hingga empat pemain. Ekosistem PSN-nya tak berbeda, sehingga pemilik platform generasi pertama bisa tetap bermain bersama gamer di Neo. Lalu data save, Trophy, UI, dan PlayStation Store juga sama (packaging game boleh jadi berbeda).

Neo versus Project Scorpio?

Walaupun kinerja Xbox One berada sedikit di bawah PS4, ada indikasi arah permainan berubah di era selanjutnya. Menjanjikan performa ‘enam teraflop‘, Scorpio berada jauh di atas PlayStation 4 serta melampaui Neo – dengan kemampuan grafis lebih unggul serta dukungan penuh 4K gaming.

[Rumor] NEO Ialah Codename Untuk Sony PlayStation ‘4.5’, Berikut Detail dan Spesifikasinya

Rumor mengenai rencana Sony menggarap versi lebih canggih PlayStation 4 membuat perhatian seisi industri gaming tertuju pada perusahaan Jepang itu. Berita tersebut memunculkan banyak pertanyaan: Bagaimana cara mereka menyajikannya? Lalu bagaimana nasib pemilik PS4 biasa? Informasi ini bukan sekedar kabar angin, karena lagi-lagi diperkuat laporan dari sumber berbeda.

Info terakhir mengenai PlayStation ‘4.5’ atau ‘PS4K’, panggilan favorit para fans dan pers, diungkap oleh Austin Walker dari Giant Bomb. Ia melaporkan, sejumlah informan yang mengetahui langsung proyek ini mengonfirmasi bahwa console anyar Sony itu diberi codename NEO. Selain julukan, tersingkap pula detail mengenai hardware. Dengan begitu kita memiliki patokan untuk menakar kesanggupan NEO menangani konten VR serta 4K.

Komponen-komponen yang memengaruhi performa memperoleh upgrade. NEO dibekali CPU Jaguar octa-core berkecepatan 2,1GHz (1,6GHz di PS4), versi baru kartu grafis AMD GCN (Graphics Core Next, 36 CU di kecepatan 911 MHz), serta memori RAM 8GB GDDR5 218GBps. Dari dokumen yang diperoleh Giant Bomb, NEO seperti masih menggunakan hard disk PlayStation 4 standar, namun belum jelas soal kapasitas maupun kecepatan koneksinya.

Upgrade ini tentu saja akan mendongkrak kualitas visual. NEO mendukung output ultra-HD, tetapi tidak mengharuskan developer mengembangkan game di resolusi native 4K. Sony dikabarkan telah menghubungi para developer buat merundingkan beberapa hal penting. Di bulan Oktober nanti, tiap permainan harus memiliki ‘Base Mode’ dan ‘NEO mode’ untuk digunakan di console baru.

Bagi pemilik TV 4K, NEO mampu meng-upscale game ke format itu, meski menakar dari hardware, sepertinya sulit bagi NEO buat menyuguhkan pengalaman 4K gaming sejati. Menariknya lagi, Sony bersikeras supaya komponen baru tidak menyebabkan frame rate jadi meningkat. Di dokumen, berkali-kali Sony mengingatkan developer agar frame rate permainan di NEO tetap sama seperti di PlayStation 4.

NEO bukanlah pengganti PlayStation 4, ia akan dipasarkan secara berdampingan dengan console current-gen tersebut. Kedua sistem tetap tersambung ke PSN store serta komunitas yang sama, serta menghidangkan pengalaman serupa. Sony berkomitmen untuk menjaga playerbase kedua sistem tetap tersambung, dan tidak akan ada judul game atau fitur-fitur eksklusif NEO. Hal serupa berlaku bagi dukungan periferal, termasuk PlayStation VR: tidak akan ada mode virtual reality eksklusif di NEO.

Melihat namanya, NEO memang memiliki keterkaitan dengan PlayStation VR. Sebelum diumumkan, headset VR Sony itu disebut Project Morpheus. Tim Sony Computer Entertainment pasti penggemar berat The Matrix…

Via Polygon.

Disetujui Square Enix, Game Fear Effect Akan Kembali, Kali Ini Lewat Jalur Independen

Di antara ratusan game Square Enix, Fear Effect mungkin merupakan yang jarang terdengar. Dahulu, Eidos Interactive (kini jadi bagian Square Enix) merilis dua game Fear Effect untuk PlayStation, tapi akibat restrukturisasi budget, Eidos menghentikan pendaanan saat tim Kronos sedang menggarap permainan ketiganya. Alhasil, proyek ini dibatalkan dan Kronos akhirnya dibubarkan.

Namun bagi para fans, harapan ternyata belum sirna. 15 tahun setelah Fear Effect 2: Retro Helix diluncurkan, satu studio kecil asal Perancis kabarnya mempunyai agenda buat melanjutkan kisah itu. Dipimpin oleh Benjamin Anseaume, developer Sushee mengungkap Fear Effect Sedna. Ketika sebelumnya Fear Effect digarap sebagai permainan blockbuster, game terbaru itu dikembangkan secara independen dengan memanfaatkan platform crowdfunding atas izin Square Enix.

Kepada Eurogamer, sang founder studio menyampaikan, Fear Effect Sedna merupakan game yang benar-benar berbeda dari hasil karya Kronos Digital Entertainment. Komentar Anseaume selanjutnya sangat menarik: Sedna bukanlah Fear Effect 3, melainkan sebuah Fear Effect baru dengan formula baru. Tak cuma gameplay, arahan visual juga tidak sama.

Fear Effect Sedna 03

Meski tidak mengusung angka tiga pada judulnya, Sedna akan meneruskan cerita Fear Effect. Ia bukan reboot, melainkan sekuel bagi Fear Effect Inferno yang tidak pernah dirilis. Demi mendukung pembuatannya, Square Enix mempersilakan Sushee buat mengakses aset game lawas serta versi prototype Inferno. Anseaume mengakui tidak mudah mengembangkan karya digital yang tidak mereka buat sendiri, dan Sushee memutuskan untuk meminta bantuan dari developer lamanya.

Sedna disajikan dalam perspektif isometrik, lebih menyerupai permainan strategi ketimbang action-adventure. Anda ditantang mengendalikan kelima tokoh protagonis sekaligus, dan pertempuran menitikberatkan taktik, menuntut masing-masing jagoan untuk bekerja sama. Kata sang founder, formulanya terinspirasi dari game role-playing indie Shadowrun Returns kreasi Harebrained Schemes.

Fear Effect Sedna 02

Empat karakter utama Fear Effect – Hana, Rain Qin, Royce Glas dan Jacob “Deke” DeCourt – akan kembali hadir dalam Sedna, ditambah satu tokoh baru. Khususnya untuk Hana, tim Sushee berkolaborasi dengan sutradara asli Fear Effect, John Zuur Platten. Mereka ingin menghormati dua game terdahulu, dan bermaksud menjauhi pendekatan kontroversial yang menodai Fear Effect 2: tema dewasa, terutama antar kedua karakter game, dijadikan Eidos sebagai nilai jualnya.

Kampanye penggalangan dana Fear Effect Sedna rencananya dimulai minggu ini di Kickstarter. Sushee menargetkan uang €100,000, dan jika kampanye tersebut sukses, Sedna akan meluncur di platform PC pada pertengahan tahun 2017.

Detail Baru Mengenai ‘PlayStation 4.5’ Terungkap

Beberapa waktu lalu, laporan dari Kotaku menyatakan bahwa Sony saat ini sedang menggodok versi baru PlayStation 4. Sistem sengaja dirancang untuk menjalankan konten-konten yang menuntut kemampuan olah visual tinggi, misalnya VR atau resolusi 4K. Meski demikian, kabar tersebut memang memunculkan banyak pertanyaan, khususnya dari para pemilik PS4.

Sony memang belum memberikan komentar, namun berita dari Wall Street Journal menguatkan informasi ini sekaligus memberikan sedikit pencerahan mengenai keberadaan ‘PlayStation 4.5’ (atau ‘PlayStation 4K’?). Narasumber anonim menyampaikan, sistem anyar itu menyimpan kinerja olah grafis dan data lebih mumpuni, agar bisa bersaing dengan Oculus Rift dan HTC Vive yang ditenagai PC high-end.

Sang informan tak lupa bilang, walaupun nanti PlayStation 4.5 mulai dipasarkan, proses produksi PlayStation 4 standar tidak dihentikan. Tampaknya Sony Computer Entertainment tak mau kehilangan momentum penjualan PS4, belum lama melewati angka 36 juta unit. Bahkan tanpa console baru, Sony berpotensi besar memimpin kompetisi VR karena produk mereka ditawarkan jauh di bawah harga kompetitor tanpa adanya system requirements yang harus terpenuhi.

Narasumber menjelaskan, ada kemungkinan PlayStation 4.5 diumumkan secara resmi di bulan Oktober 2016, bertepatan dengan perilisan PlayStation VR. Meski Sony mengklaim PS4 sanggup menangani PlayStation VR, tambahan tenaga tentu akan mendongkrak kualitas konten. Kabar baiknya: gamer PS4 yang belum ingin beralih ke hardware anyar tak perlu cemas, katalog software (app dan game) tetap sama, sehingga mereka tak tertinggal.

Tujuan Sony meng-upgrade PlayStation 4 adalah untuk menghimpun gamergamer yang tak keberatan mengeluarkan uang lebih banyak demi produk lebih canggih, terutama buat menikmati virtual reality atau konten UHD. Presiden SCE Andrew House sempat bilang bahwa VR merupakan langkah berikutnya dalam upaya Sony menghidangkan pengalaman gaming lebih istimewa dan akan mengantar gamer ke era baru video game.

Macquarie Securities memprediksi, Sony berpeluang memasarkan delapan juta unit PSVR dalam waktu dua tahun, namun produsen dari Jepang itu memerlukan beberapa tahun lagi hingga penjualan hardware dapat memberikan profit yang berarti. Buat sekarang, pemasukan utama bersandar pada penjualan software.

Para rival juga sudah bersiap-siap menghadapi masa transisi unik ini. Microsoft diketahui berupaya melebur ekosistem Xbox dengan PC berbekal platform Windows 10, sedangkan Nintendo sedang sibuk dengan proyek NX mereka. Kemudian Sony tampaknya merespons positif ajakan Microsoft untuk ‘menyatukan’ jaringan online PS4 dan Xbox One dalam game-game tertentu.

[Rumor] Sony Sedang Garap ‘PlayStation 4.5’ Buat Tangani 4K Gaming?

Di bidang gaming, banyak orang percaya, besarnya resolusi yang dapat dihidangkan oleh layar merupakan salah satu faktor penentu kualitas visual. Dan belakangan, gamer PC hardcore sudah mulai bermain-main dengan resolusi 4K. Namun bagi mayoritas pecinta permainan video, termasuk pemilik console current-gen, ber-gaming di UHD masih jauh di luar jangkauan.

Terkait hal ini, sebuah kabar menarik terdengar di akhir minggu lalu. Berdasarkan diskusi developer, Kotaku melaporkan bahwa Sony mempunyai rencana untuk menciptakan versi baru PlayStation 4 dengan GPU dan kemampuan olah data lebih mumpuni sehingga sanggup menjalankan game di resolusi 4K, dan lebih baik dalam menangani PlayStation VR. Device itu diberi sebutan PS4.5.

Menghitung secara kasar, 4K menyuguhkan resolusi sebesar 3840×2160-pixel, empat kali lebih besar dari full-HD – boleh dibilang sebagai standar PlayStation 4. Console Sony itu sebetulnya mampu menghidangkan output 4K berupa foto dan video, tapi UHD belum didukung buat gaming. Lewat upgrade ‘4.5’ ini, developer diberikan kesempatan untuk menyajikan efek grafis canggih dan membuat game tampil lebih cantik.

Penyampaiannya pada konsumen mungkin akan membingungkan, terutama bagi pemilik PlayStation 4. Kotaku belum tahu apakah PS4.5 hadir berupa upgrade atau perangkat baru, tapi informasi diperkuat oleh pernyataan individu berbeda berdasarkan narasumber terpercaya. Meski demikian, detailnya masih sangat minim. Satu sumber menyatakan, PS4.5 itu merupakan upaya eksplorasi dan tidak dirilis tahun ini.

Informan Kotaku tersebut belum tahu kapan Sony akan resmi mengungkapnya dan berapa harganya. Jika benar, maka ada peluang ‘PlayStation 4.5’ tersuguh berupa tambahan buat PlayStation 4. Sony sudah pasti tidak mau menelantarkan hampir 36 juta pemilik console. Tapi sampai di titik ini, hanya tim Sony yang mengetahui apa rencana mereka selanjutnya. Sisanya, kita cuma bisa menerka-nerka.

Kotaku sempat menghubungi Sony, namun juru bicara mereka hanya menjawab, “Kami tidak bisa memberi komentar terhadap rumor dan spekulasi.”

Mungkin alasan Sony (dan Microsoft) mencoba keluar dari tradisi siklus hidup console lagi-lagi terkait dengan perkembangan teknologi PC. Secara kualitas, PC tanpa kesulitan mengalahkan Xbox One dan PlayStation 4, dan jarak itu terus bertambah tiap tahun. Valve juga sudah lama diketahui berupaya mengekspansi layanan mereka ke ruang keluarga – sebuah wilayah yang tadinya dikuasai console.

Terlepas dari itu semua, saat ini ber-gaming di 4K belum memberikan banyak keuntungan, kecuali Anda bermain di TV atau proyektor yang mampu mendukungnya.

Processing Unit PlayStation VR Ternyata Tak Memberi Tambahan Tenaga?

‘Festival VR’ yang dimulai awal tahun ini berlanjut di event GDC 2016. Setelah lama ditunggu-tunggu, Sony akhirnya memberi tahu rincian mengenai harga, waktu peluncuran dan isi bundel PlayStation VR. Namun selain premis inovasi dan dukungan beragam konten, mereka tampak masih malu-malu menyingkap detail teknisnya, terutama rahasia dari unit boks ekternal.

Kita semua tahu, VR menuntut dukungan sistem ber-hardware mumpuni. Untuk PSVR, banyak orang berasumsi Sony menambahkan kekuatan olah data pada boks yang tersambung ke headset, dinamai processor unit oleh sang produsen. Terlepas dari namanya itu, seorang staff Sony menyampaikan bahwa processing unit sebetulnya tidak memberikan tambahan tenaga untuk GPU maupun CPU, dan bukan pula berperan sebagai upgrade atau ekspansi.

Via Polygon, Chris Norden selaku senior staff engineer akhirnya menjelaskan fungsi sesungguhnya dari processing unit PlayStation VR. Pertama, kotak sebesar empat tumpuk case CD itu bertugas untuk mengolah dan menyuguhkan audio 3D. Berkatnya, developer tidak perlu memperkirakan ke mana pemain melihat. Mereka hanya tinggal menempatkan sumber suara di ruang virtual, lalu processor unit akan mengolahnya secara real-time.

Processing unit juga bertanggung jawab menangani displaysocial screen‘, mengacu pada layar kedua PlayStation VR. Boks ini memungkinkan console PS4 menampilkan gambar di headset serta TV secara bersamaan. Ia dapat bekerja dalam dua mode, yaitu mirror dan separate. Fitur mirror diklaim sanggup menyajikan output bebas distrosi dari display di mata kanan. Kemudian mode separate menyampaikan output video dan audio berbeda, berjalan di resolusi 720p dengan 30 frame per detik.

Dengan processing unit, PlayStation VR juga mempunyai kemampuan menarik: cinematic mode, di mana headset akan mensimulasikan layar seluas lima meter (225-inci) sejauh 2,5-meter di ruang virtual, kompatibel ke semua game atau konten non-VR. Beberapa fitur yang turut didukungnya meliputi Share Play serta Live, dan hampir semua elemen UI PS4 sudah disesuaikan ke mode tersebut.

Bundel PlayStation VR sendiri berisi headset, processor unit, kabel khusus untuk headset VR, kabel HDMI, kabel USB, headphone stereo, kabel power dan unit adaptor. Paket tidak termasuk PS Move, PS Camera dan controller DualShock. Camera adalah komponen wajib, dan jika kebetulan Anda belum mempunyainya, Sony telah menyiapkan alternatif.

Presiden Sony Computer Entertainment Worldwide Shuhei Yoshida bilang pada Tech Insider, akan tersedia bundel PlayStation VR yang dilengkapi unit motion controller Move beserta PS Camera.

Sumber tambahan: Gamespot & IGN.

Sony Akui Oculus Rift Lebih Baik Dari PlayStation VR?

Dengan PlayStation VR, Sony kini berada di posisi menguntungkan. Harga versi retail Rift serta Vive sudah diungkap, dan keduanya ternyata bukanlah produk terjangkau. Tak seperti headset kompetitor, tidak ada daftar hardware yang harus dipenuhi oleh PSVR selain kepemilikan PS4. Dan melihat penjualan PlayStation 4, PlayStation VR berpeluang besar untuk jadi juara.

Menariknya, meskipun percaya diri pada potensi produk mereka, Sony secara besar hati mengakui keunggulan sang rival. Dalam wawancara panjang bersama Polygon, executive vice president Masayasu Ito menyampaikan bahwa kualitas konten Rift memang lebih baik. Tapi di persaingan itu, pendekatan Sony adalah menawarkan alternatif lebih terjangkau dengan dukungan teknologi yang tak kalah mutakhir.

“Jika Anda berbicara mengenai mutu di kelas high-end, saya mengakui Oculus menyuguhkan konten lebih baik,” tutur Ito menjawab pertanyaan Polygon. “Meski demikian, ia [Rift] menuntut hardware PC yang canggih dan mahal. Keunggulan PlayStation VR ialah integrasi ke PlayStation 4. Perangkat didesain buat pemakaian sehari-hari, lebih mudah digunakan, dan pastinya lebih terjangkau. PlayStation VR bukan diperuntukkan bagi pemilik PC high-end, melainkan khalayak umum.”

Dari laporan Bloomberg di tahun lalu, CEO Sony Computer Entertainment Andrew House pernah bilang mereka berencana menjual PlayStation VR seharga console baru. Jika berpatokan dari PS4 ketika baru diluncurkan, banyak orang berspekulasi bahwa device akan dipasarkan di kisaran US$ 300-400. Menghitung perkiraan harga termahal plus PlayStation 4, Anda dapat menikmati VR cukup dengan mengeluarkan US$ 800. Uang sebanyak ini baru bisa membeli satu unit Vive, belum termasuk PC-nya.

Spesifikasi PSVR memang sedikit di bawah Rift. Ia menyuguhkan sebuah layar OLED 5,7-inci 1920×1080, di-split menjadi 960×1080 buat tiap mata. Refresh rate PlayStation VR lebih tinggi dari Rift (90Hz), yaitu 120Hz, tapi Rift mempunyai resolusi lebih besar di 2160×1200 serta field of view lebih luas, 110 versus 100 derajat. Perlu diketahui, karena jarak dari mata ke layar begitu dekat, jumlah pixel sangat memengaruhi kualitas.

Menariknya lagi, Sony menganggap PlayStation VR sebagai console baru, bukan sekedar aksesori pelengkap. Layaknya sistem permainan, Sony telah menyiapkan berbagai judul game. Sebagian tim mulai menambahkan fitur-fitur virtual reality dalam permainan PlayStation, contohnya seri Grand Turismo serta Dreams, namun mayoritas game yang kompatibel ke PSVR sendiri digarap oleh studio third-party.

PlayStation VR dijadwalkan untuk meluncur tahun ini, namun Sony belum menyebutkan waktu rilisnya secara spesifik.

Sony Sedang Garap Controller PlayStation VR Berbentuk Sarung Tangan?

Setelah harga Rift serta Vive diumumkan, kini perhatian tertuju pada Sony dan PlayStation VR mereka. Ada beberapa alasan mengapa virtual reality tidak murah. Pertama, konsumen harus mempersiapkan hardware yang mampu mendukungnya. Lalu aksesori kendali juga tidak kalah penting. Menariknya, ada indikasi Sony tidak cuma mengandalkan DualShock 4 saja.

User NeoGAF bernama Rösti melaporkan bahwa perusahaan video game berbasis Tokyo itu telah mengajukan tiga buah paten input kendali untuk digunakan bersama headset PlayStation VR. Paten tersebut meliputi Thumb Controller, Glove Interface Object, dan ‘sistem serta metode buat menyediakan feedback bagi pengguna yang sedang berinteraksi dengan konten digital’.

Di antara ketiga paten tersebut, Glove Interface Object paling menarik. Berdasarkan rangkuman penjelasan Sony, periferal ini memungkinkan user berinteraksi dengan video game. Mengacu pada gambar-gambar yang telah dipublikasi, aksesori berbentuk sarung tangan itu memberi kemampuan pada sistem buat menterjemahkan pose tangan menjadi input; contohnya, dengan mengacungkan jempol dan telunjuk, aplikasi membacanya sebagai pistol.

PlayStation VR Glove Controller

Melihat secara lebih teknis, sarung tangan memanfaatkan sensor flex untuk mengindentifikasi jari. Dari sana, sebuah modul komunikasi akan menyalurkan data dari sensor ke device komputasi utama supaya perangkat dapat mengetahui posisi dan pose jari. Kemudian sistem segera me-render tangan kita di dunia virtual, menampilkannya di head-mounted display.

Menariknya lagi, Glove Interface Object kemungkinan juga akan dibekali pressure sensor, diletakkan di sejumlah lokasi misalnya ujung jari atau telapak tangan, fungsinya adalah mendeteksi besar kecilnya tekanan. Terdapat pula touch switch agar sarung tangan bisa mengetahui saat permukaannya saling bersentuhan – misalnya sewaktu jempol menyentuh jari lain.

PlayStation VR Glove Controller 01

Premisnya memang sangat menarik, dan berpotensi menyaingi Oculus Touch atau controller Vive, tapi Sony bukanlah produsen pertama yang mengusung aksesori kendali mirip sarung tangan. 27 tahun silam, Nintendo pernah meluncurkan Power Glove. Diracik untuk melengkapi NES, Power Glove memperoleh kesuksesan di awal pengenalannya. Namun karena keterbatasan teknologi dan hanya ditopang dua permainan, ia gagal secara komersial.

Implementasi teknologi serupa berpeluang memberikan alternatif terbaik atas solusi input virtual reality. Namun buat sekarang, kita hanya bisa menunggu dengan sabar sampai Sony mengungkapnya lebih resmi. Perlu Anda tahu, pengajuan paten telah dilakukan sejak bulan September serta Oktober 2014, dan baru dipublikasi pada 25 Februari 2016 kemarin.

Via IGN.

Sony Siapkan Bundel Heavy Rain dan Beyond: Two Souls Untuk Gamer PlayStation 4

Perjalanan Quantic Dream bersama Sony dimulai dengan peluncuran Fahrenheit 11 tahun silam. Sejak itu, developer asal Perancis ini hanya merilis dua permainan secara ekslusif di PlayStation: Heavy Rain dan Beyond: Two Souls. Dua tahun setelah pelepasannya di PS3, Beyond tiba di PlayStation 4 November lalu, dan kini gamer sedang mengantisipasi kehadiran Heavy Rain.

Satu ciri khas dari kreasi digital Quantic Dream adalah, permainan diramu sebagai drama interaktif, menyuguhkan elemen sinematik hingga mirip seperti film. Dan jika Anda kebetulan belum pernah memainkan satupun game ciptaan Quantic Dream, Sony Computer Entertainment punya penawaran menarik. Mereka mengumumkan bundel Heavy Rain dan Beyond: Two Souls dalam satu packaging.

‘PlayStation 4 Remastered’ Heavy Rain and Beyond: Two Souls Collection tersedia dalam dua pilihan versi, Blu-ray (berisi dua disc) dan digital via PlayStation Store. Lalu seandainya sudah mempunyai Beyond (terhitung sebelum tanggal 29 Februari 2016), Anda bisa mendapatkan Heavy Rain dengan harga yang sangat murah, hanya Rp 168 ribu – diskon Rp 240 ribu dari harga standalone.

Beyond: Two Souls

Heavy Rain and Beyond Two Souls Collection 02

Meskipun tersaji dalam format video game, Beyond diungkap perdana di ajang Tribeca Film Festival 2013. Permainan mengisahkan petualangan psikologis seorang gadis bernama Jodie Holmes (diperankan oleh Ellen Page). Jodie mempunyai kekuatan supernatural yang terhubung ke sebuah entitas misterius. Selain membimbing Jodie, pemain juga diminta mengendalikan sosok tak berwujud tersebut.

Versi baru ini sudah dilengkapi bersama misi-misi tambahan yang dahulu disajikan sebagai downloadable content.

Heavy Rain

Heavy Rain and Beyond Two Souls Collection 01

Permainan pemenang BAFTA ini fokus pada empat protagonis berbeda, mereka saling terkait dengan pembunuh berantai Origami Killer. Keputusan dan pilihan yang Anda buat akan memengaruhi narasi dan ending permainan.

Rencananya, versi remaster Heavy Rain akan diluncurkan ke PlayStation 4 tanggal 1 Maret besok, dan Quantic Dream tak lupa meng-update aspek grafisnya: resolusi ditingkatkan ke 1080p, menambahkan multi-thread rendering, filter HDAO dan MSAA, serta menyempurnakan efek pantulan dan pencahayaan.

Heavy Rain and Beyond: Two Souls Collection akan dirilis pada tanggal 2 Maret 2016. Edisi Blu-Ray dibanderol US$ 650 ribu, sedangkan digital edition dijajakan seharga US$ 576 ribu. Masing-masing permainan juga ditawarkan secara terpisah dengan harga US$ 408 ribu.

Sony Luncurkan Aplikasi PlayStation Messages untuk Android dan iOS

Elemen sosial kini memegang peranan penting dalam industri gaming. Lihat saja Twitch. YouTube-nya video game tersebut sudah cukup lama meluncurkan fitur Whisper, yang pada dasarnya merupakan sarana berkomunikasi bagi para penonton dan pembuat video, baik melalui web maupun perangkat mobile.

Console modern pun turut mengamini pentingnya fitur sosial dalam pengalaman bermain. PlayStation misalnya, yang baru-baru ini meluncurkan sebuah aplikasi baru untuk perangkat Android maupun iOS. Didapuk PlayStation Messages, aplikasi ini ditujukan untuk menjadi medium komunikasi bagi para pemain yang terhubung ke PlayStation Network.

PlayStation Messages App

Jadi sederhananya, pengguna PlayStation kini dapat saling bertukar pesan dengan rekan-rekan seperjuangannya melalui perangkat mobile, sama seperti yang sudah ditawarkan oleh Steam dalam komunitas PC gaming. PlayStation Messages benar-benar mengedepankan tampilan yang mudah untuk mengirim pesan satu sama lain.

Aplikasi ini akan menampilkan daftar teman-teman Anda secara lengkap, disortir berdasarkan status online atau alfabet, dan Anda juga bisa melihat game apa yang sedang mereka mainkan. Dengan PlayStation Messages, Anda bisa membentuk tim secara cepat, membuat janji lewat pesan teks maupun suara, sekaligus stiker dan attachment lain seperti foto.

PlayStation Messages

PlayStation Messages saat ini sudah bisa diunduh melalui Google Play dan App Store. Buat pengguna PlayStation 4, sepertinya ini merupakan aplikasi wajib yang harus ada di homescreen smartphone Anda.

Bersamaan dengan itu, Sony rupanya juga mengirimkan update untuk PlayStation App. Aplikasi ini sejatinya dapat membantu pengguna mengorganisasikan game yang tengah diunduh, mengontrol PS4 dari kejauhan maupun menjadi layar kedua dalam beberapa judul game yang kompatibel.

Sumber: PlayStation Blog.